Pendahuluan Makalah Tuberculosis

5
Pendahuluan makalah tuberculosis BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Kuman tersebut biasanya masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara pernafasan ke dalam paru. Kemudian kuman tersebut menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, melalui saluran nafas (bronchus) atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya. TB dapat terjadi pada semua kelompok umur, baik di paru maupun di luar paru. Sepertiga penduduk di seluruh dunia telah terinfeksi oleh M. TB. Tahun 1995 WHO memperkirakan diseluruh dunia terdapat 9 juta kasus baru TB dengan jumlah kematian 3 juta orang/tahun. Sebagian besar kasus terjadi dinegara-negara berkembang, dua pertiga kasus terjadi di Benua Asia. Di negara-negara berkembang TB paru menyumbangkan angka 25% dari seluruh angka kematian. Penyakit ini telah diketahui penyebabnya, cara penularan, faktor-faktor yang mempengaruhinya, dan dapat disembuhkan asalkan diberi pengobatan yang tepat, namun penyakit ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dunia. WHO ditahun 1993 mendeklarasikan TB sebagai masalah kesehatan masyarakat dengan sebutan “Global Emergency”. Secara umum meningkatnya masalah TB

Transcript of Pendahuluan Makalah Tuberculosis

Pendahuluan makalah tuberculosis BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangTuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Kuman tersebut biasanya masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara pernafasan ke dalam paru. Kemudian kuman tersebut menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, melalui saluran nafas (bronchus) atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya. TB dapat terjadi pada semua kelompok umur, baik di paru maupun di luar paru.Sepertiga penduduk di seluruh dunia telah terinfeksi oleh M. TB. Tahun 1995 WHO memperkirakan diseluruh dunia terdapat 9 juta kasus baru TB dengan jumlah kematian 3 juta orang/tahun. Sebagian besar kasus terjadi dinegara-negara berkembang, dua pertiga kasus terjadi di Benua Asia. Di negara-negara berkembang TB paru menyumbangkan angka 25% dari seluruh angka kematian.Penyakit ini telah diketahui penyebabnya, cara penularan, faktor-faktor yang mempengaruhinya, dan dapat disembuhkan asalkan diberi pengobatan yang tepat, namun penyakit ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dunia. WHO ditahun 1993 mendeklarasikan TB sebagai masalah kesehatan masyarakat dengan sebutan Global Emergency. Secara umum meningkatnya masalah TB dunia disebabkan oleh keadaan seperti kemiskinan diberbagai negara, malnutrisi, kondisi perumahan yang kumuh, tidak cukupnya fasilitas kesehatan, terlambatnya atau kurangnya biaya program TB. Situasi ini diperburuk lagi dengan timbulnya resistensi obat/resistensi obat ganda (DR-MDR TB), penyebaran HIV/AIDS dan krisis ekonomi yang mengakibatkan pendanaan tidak dapat mengikuti kebutuhan dengan meningkatnya kasus TB.Menurut Global TB WHO, 1998 saat ini pusat dari epidemi TB berada di Asia dengan terdapat 4,5 juta dari 8 juta kasus yang diperkirakan terdapat di dunia atau 50% kasusnya di 6 negara yaitu India, Cina, Bangladesh, Pakistan, Indonesia dan Filipina. Indonesia menempati urutan ke-3 sebagai penyumbang kasus terbesar di dunia setelah India dan Cina.Data dari WHO yang dikumpulkan lebih dari 174 negara dan daerah diseluruh dunia yang mencakup 97% dari populasi global dikumpulkan di tahun 1998 yang dapat dipakai sebagai gambaran global jumlah kasus TB per regionalBerdasarkan data di Indonesia terdapat 23.682 kasus di sebabkan oleh TB. Sedangkan di Sulawesi Tengah sendiri terdapat beberapa kasus Tuberkulosis yang terdeteksi dimasyarakat sesuai jumlah penduduk di Sulawesi Tengah kurang lebih 5.000 orang. Jumlah kasus yang baru berhasil ditemukan tahun 2010 kurang lebih 2.300 kasus positif.Berikut adalah tabel capaian indikator program TB tahun 2010nouraianTarget nasional tahun 2009, 2010Capaian program tahun 2009Capaian program tahun 2010

1Case detection rate> 70%37,74%44,29%

2Convertion rate> 80%87,76%90,68%

3Cure rate> 85%80,71%(2008)88,06%(2009)

4Success rate> 85%94,29%93,80%

5Error rate< 5%

Sumber: Seksi BIMDAL Pengendalian & Pemberantasan Penyakit Tahun 2010Keterangan singkatan: CDR: penemuan penderita, Konfersi Rate: perubahan BTA + menjadi BTA diakhir fase pengobatan intensif, CR: sembuh menurut indikator program, SR: Pengobatan selesai, ER: kekeliruan laboratorium.

Salah satu program pemerintah untuk menanggulangi TBC adalah dengan menggunakan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse) yang terdiri dari lima komponen, yaitu:1. Komitmen pemerintah untuk mempertahankan kontrol terhadap TB, dengan pendanaan yang meningkat dan berkesinambungan.2. Penemuan kasus melalui pemeriksaan dahak mikroskopik yang terjamin mutunya.3. Tatalaksana pengobatan standar, pengobatan teratur selama 6-8 bulan, melalui supervisi dan pengawasan.4. Sistem manajemen logistik obat yang bermutu dan efektif, ketersediaan obat TB yang rutin dan tidak terputus.5. Sistem laporan untuk monitoring dan evaluasi, termasuk penilaian dampak dan kinerja program.Berhasil atau tidaknya pengobatan tuberculosis tergantung pada pengetahuan pasien, keadaan sosial ekonomi serta dukungan dari keluarga. Tidak ada upaya dari diri sendiri atau motivasi dari keluarga yang kurang memberikan dukungan untuk berobat secara tuntas akan mempengaruhi kepatuhan pasien untuk mengkonsunsi obat. Apabila ini dibiarkan dampak yang akan muncul jika penderita berhenti minum obat adalah munculnya kuman tubercolusis yang resisten terhadap obat, jika ini terus terjadi dan kuman tersebut terus menyebar pengendalian obat tubercolusis akan semakin sulit dilaksanakan dan meningkatnya angka kematian terus bertambah akibat penyakit tubercolusis.Tujuan pengobatan pada penderita tubercolusis bukanlah sekedar memberikan obat saja, akan tetapi pengawasan serta memberikan pengetauan tentang penyakit ini untuk itu hendaknya petugas kesehatan memberikan penyuluhan kepada penderita dan keluarganya agar pengetauan mereka mengetahui resiko-resiko dan meningkatkan kepatuhan untuk berobat secara tuntas. Dalam program DOTS ini diupayakan agar penderita yang telah menerima obat atau resep untuk selanjutnya tetap membeli atau mengambil obat, minum obat secara teratur, kembali control untuk menilai hasil pengobatan.1.2 Rumusan MasalahAdakah hubungan pengetahuan tuberculosis paru dengan tingkat kepatuhan berobat pasien tuberculosis paru di RS anutapura, kota palu?1.3 Tujuan Penelitian1.3.1 Tujuan UmumMengetahui hubungan pengetahuan penyakit tuberculosis dengan tingkat kepatuhan berobat pasien tuberculosis di RS anutapura, kota palu.1.3.2 Tujuan Khusus1) Mengidentifikasi tingkat pengetahuan pasien tuberculosis di RS anutapura, kota Palu.2) Mengidentifikasi tingkat pengetahuan pasien tuberculosis di RS anutapura, kota Palu3) Mengidentifikasi kepatuhan berobat pasien tubercolusis di RS anutapura, kota Palu.4) Menganalisis hubungan pengetahuan penyakit tuberculosis dengan kepatuhan berobat pasien tubercolusis di RS anutapura, kota Palu1.4 Manfat Penelitian1.4.1 Bagi Instansi Pelayanan KesehatanMeningkatkan pelayanan terhadap masyarakat khususnya penderita tubercolusis, sehingga akan meningkatkan kualitas asuahan keperawatan dan kualitas hidup penderita serta memberi masukan kepada petugas kesehatan tentang pentingnya penyuluhan penyakit tubercolusis kepada masyarakat khususnya penderita tubercolusis.1.4.2 Bagi PasienMemberikan pengetahuan tentang penyakit tuberculosis dalam meningkatkan kepatuhan berobat pasien tuberculosis di RS anutapura, kota Palu.

1.4.3 Bagi Ilmu KeperawatanSebagai sumbangan ilmu pengetahuan tentang asuhan keperawatan tentang tubercolusis paru

1.4.4 Bagi Peneliti SelanjutnyaSebagai masukan data dan sumbangan pemikiran perkembangan pengetahuan untuk peneliti selanjutnya