PENCEGAHAN INFEKSI

142
Purnomo Hadi: Mikrobiologi FK UNDIP - RSDK

description

PENCEGAHAN INFEKSI

Transcript of PENCEGAHAN INFEKSI

  • Purnomo Hadi: Mikrobiologi FK UNDIP - RSDK

  • Purnomo Hadi 2

    Masuk dan berkembang biaknya mikroorganisme pada jaringan host

    Menyebabkan penyakit akibat terjadinya kerusakan atau gangguan fisiologi

    Dengan atau tanpa disertai adanya gejala dan tanda klinis

  • Purnomo Hadi 3

    Time

    Number of microorganisms

    Incubation period

    No disease

    Uncertainly region

    Onset of symptoms

    Overt disease

    Death

    Cure

    Recurent disease

  • AGENT HOST ENVIRONMENT Mikroba:

    Virus Bakteri Fungi Parasit

    Manusia

    LINGKUNGAN

  • Virus Bakteri Jamur Parasit

    Patogen murni Patogen oportunistik

  • Imunitas Host: Imunokomp - Imunokompr

    JENIS INFEKSI Dx. Infeksi TEPAT: Agent

    INFEKSI MURNI

    INFEKSI OPORTUNISTIK

    Faktor predisposisi

    Pekerjaan / kegiatan Penderita

  • Penyakit menurunkan kekebalan: HIV Penyakit kronis: COPD Kelainan metabolik: DM Therapy antibiotik Therapy keganasan Therapy imunosupresan Kerusakan struktur pelindung: kulit, mukosa

    (trauma)

  • EksogenCommunicable disease; Terjadi penularan dari host satu ke host yang lain

    Cara penularan: langsung tidak langsung Kontak

    Droplet

    Airborne

    Tidak langsung: Makanan minuman, Peralatan, Vektor

    Endogen Non-Communicable disease: Flora normal: Candida albicans

    Lingkungan: Clostridium tetani, Legionellapneumophylia

  • Makhluk hidup: Manusia

    Binatang

    Serangga Benda mati/fisik: Makanan minuman

    Air

    Udara

    Peralatan

  • Endogen Eksogen:

    Penderita penyakit infeksi

    Masa inkubasi

    Masa penyembuhan

    Karier/Inf. asimtomatik: HIV, HBV, TBC, Thypoid

    Kolonisasi

  • Binatang sakit (Zoonosis): TBC sapi, anthrax, mad-cow, rabies, avian influenza, Salmonellosis

    Vektor: DHF, encephalitis, chikungunya, malaria, filaria, toxoplasma

  • Air: Udara Tanah Makanan minuman Peralatan:

    Peralatan pribadi

    Peralatan rumah tangga

    Peralatan medis

  • Faktor sosial dan lingkungan Edukasi kesehatan Keamanan makanan - minuman Pengendalian vektor Kemoprofilaksis Imunisasi Investigasi KLB/wabah

  • PPI Komunitas: Surveilans Penyakit Menular: KLB, emerging

    infectious diseases (new-emerging, re-emerging)

    Pengendalian KLB PPI RS: Standard Precaution

    Transmission base Precaution PPI Laboratorium: Biosafety

    Biosecurity

  • Purnomo Hadi, Mikrobiologi FK UNDIP -RSDK

  • Epidemi: penyakit yang timbul sebagai kasusbaru pada suatu populasi tertentu manusia, dalam suatu periode waktu tertentu, denganlaju yang melampaui laju "ekspektasi" (dugaan), yang didasarkan pada pengalamanmutakhir.

    Wabah: kejadian tersebarnya penyakit padadaerah yang luas dan pada banyak orang. Outbreak /KLB : Lingkup kecil

    Pandemi : Lingkup luas (global)

  • 22

    1. Sinyal Epidemiologis: diagnosis klinis -epidemiologig

    2. Sinyal Laboratoris: diagnosis pasti, konfirm

  • 23

    lokasi titik awal terdeteksinya sinyalepidemiologis dan sinyal virologis yang merupakan tanda terjadinya penularanpenyakit pandemi antar-manusia yang dapatmenimbulkan terjadinya pandemi.

  • 24

    memutus rantai penularan atau memperlambat penyebaran penyakit,

    yang menular antarmanusia di wilayah penanggulangan

    sehingga tidak meluas dan menyebar ke wilayah lain.

  • Pasal 20 PP No.40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular :

    Upaya penanggulangan penyakit menular yang dapat menimbulkan wabah dilaksanakan secara dini.

    Penanggulangan secara dini sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), meliputi upaya penanggulangan seperlunya untuk mengatasi kejadian luar biasa yang dapat mengarah pada terjadinya wabah.

    Upaya penanggulangan seperlunya sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) sama dilakukan dalam upaya penanggulangan wabah.

    Penjelasan pasal 20 : penanggulangan wabah dilakukan tidak perlu menunggu ditetapkannya suatu wilayah menjadi daerah wabah.

    25

  • UU. No. 4, 1984, Bab VI, pasal 10 : Pemerintahbertanggungjawab untuk melaksanakan upayapenanggulangan wabah sebagaimana dimaksuddalam pasal 5 (1)

    UU. No. 4, 1984, Bab VI, pasal 12 (1) : KepalaWilayah/Daerah setempat yang mengetahui adanyatersangka wabah di wilayahnya atau adanyatersangka penderita penyakit menular yang dapatmenimbulkan wabah, wajib segera melakukantindakan-tindakan penanggulangan seperlunya

    Penanggulangan Wabah/KLB

    26

  • 27

  • Kasus

    indeks

    Hari ke-0

    Pertahanan Daerah Episenter:

    Tidak ada intervensi

    Kasus

    indeks

    Hari ke-0

    Konsep pertahanan dgn

    obat anti-virus: Dengan intervensi

  • Hari ke-3

    Pertahanan Daerah Episenter:

    Tidak ada intervensi

    Hari ke-3

    Konsep pertahanan dengan obat anti-

    virus pencegahan prophylaxis

    Orang yang diberi

    obat prophylaxis

  • Hari ke-6

    Pertahanan Daerah Episenter:

    Tidak ada intervensi

    Hari ke-6

    Konsep pertahanan dengan obat

    anti-virus pencegahan prophylaxis

    Orang yang diberi

    obat prophylaxis

  • Hari ke-9

    Pertahanan Daerah Episenter:

    Tidak ada intervensi

    Hari ke-9

    Konsep pertahanan dengan obat

    anti-virus pencegahan prophylaxis

    Orang yang diberi

    obat prophylaxis

  • Hari ke-12

    Pertahanan Daerah Episenter:

    Tidak ada intervensi

    Tidak terjadi penyebaran yang lebih

    luas

  • Daerah dengan intervensi Daerah tanpa intervensi

    Konsep pertahanan:

    Perlunya intervensi tambahan

    Daerah dengan intervensi Daerah tanpa intervensi

    Konsep pertahanan:

    Perlunya intervensi tambahan

  • AREA KARANTINA:

    LARANGAN

    MASUK & KELUAR

    AREA

    DENGAN

    INTERVENSI

  • 35

  • 36

  • 37

    1. Pembentukan pos komando dan koordinasi sebagai pusat operasi penanggulangan

    2. Surveilans epidemiologi 3. Respon medik dan laboratorium4. Intervensi farmasi5. Intervensi non farmasi termasuk pengawasan

    perimeter6. Mobilisasi sumber daya7. Komunikasi risiko8. Tindakan karantina di pintu masuk (bandar udara,

    pelabuhan, pos lintas batas darat)

  • Kegiatan Waktu

    Profilaksis

    antiviral

    (intervensi

    farmasi)

    Intervensi

    nonfarmasi

    Surveilans

    aktif

    Ming

    gu I

    Minggu

    II

    Mingg

    u III

    Mingg

    u IV

    Mingg

    u V

    Berlanjut

    sampai

    beberapa

    bulan

  • 1. Deteksi penularan antar manusia2. Berperan dalam penanggulangan episenter

    pandemi influenza3. Berperan dalam rencana antisipasi pandemi4. Tahap pemulihan pasca pandemi

  • Kasus Infeksi

    DiagnosisSumber

    Penularan

    Riwayat Penyakit+

    Masa Inkubasi

    Masa inkubasiPenelusuranEpidemiologi

  • Purnomo Hadi,Mikrobiologi FK UNDIP

    41

  • d/h: HAI sekarang: HAIsHospital Acquired Infection Healthcare Associated Infection:

    Infeksi yg terjadi selama proses perawatan di RS ataufasilitas perawatan kesehatan lainnya, yg tidakdidapatkan atau tidak dalam masa inkubasi saatdatang.

    Termasuk: infeksi yang didapatkan di RS tetapi baruterlihat setelah dipulangkan

    Juga termasuk: infeksi yg terjadi pada pekerjakesehatan

    42

  • Country estimates:

    Negara maju: 5 -10%

    Indonesia .?

    Kecenderungan meningkat:

    Ruang ICU

    RS besar:

    banyak pasien gawat

    Banyak tindakan

    RS negara berkembang: fasilitas?

    43

  • UTI: Infeksi Saluran kemih: kateter: 30 40%

    SSI/ILO: Infeksi Luka Operasi: 15 29%

    Pneumonia: ventilator (ICU): 17 19%

    Primary BSI: Innfeksi Darah Perifer: infus: 16 18%

    Lain lain: 8%

    44

  • E. coli CoNS (Coagulase neg

    Staph) Enterococcus spp. Staphylococcus aureus Enterobacter spp. Pseudomonas

    aeruginosa Klebsiella penumoneae Acinetobacter spp. Candida albicans

    Mikroba biasa (endogen, lingkungan) tetapi

    !!! Strain resisten antibiotik

    45

  • Penderitaan kematian Biaya:

    langsung : biaya perawatan

    Tidak langsung (tdk bisa kerja)

    Citra RS Tuntutan hukum

    46

  • 47

    Source of infection:

    Biological: Human Animal

    Physical: Water Air Instrumnet

    Model of Transmission:

    Contact Droplet Airborne

    Sensitive Host

    Healthy Immunocompromis

    ed

    Chemotherapy, antiseptik-disinfectant

    sterilization

    PPE Vaccination,

    MEMETONG RANTAI PENULARAN

  • 48

    DIREKTORAT DIREKTORATDIREKTORAT

    TIM PPI

    DIREKTUR UTAMA / DIREKTUR

    KOMITEPPI

    SK Menkes No 270/MENKES/2007 ttg PedomanManajerial PPI di RS dan Fas Yankes Lainnya

  • Leader: Infection Prevention and Control Officer Secretary: Infection Prevention and Control Nurse (IPCN) Members:

    SMF

    Epidemiology specialist

    Microbiology/Clinical pathology specialist

    Laboratory

    Pharmacy

    IPCN

    CSSD

    Laundry, e.tc.

    49

  • IPCN: 1 IPCN/100 150 bed Doctor Prevention and Control Infection: 1/5

    IPCN

    50

  • KEWASPADAAN ISOLASI:1. Standard Precaution: Kewaspadaan Standar

    2. Transmission Base Precaution: Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi

    51

  • Gabungan dari:

    Universal Precautions/ Kewaspadaan Universal

    Body Substance Isolation/ Isolasi duh tubuh Merupakan kewaspadaan terhadap darah dan

    semua cairan tubuh (termasuk: feses, lendir hidung, sputum, urin, atau muntahan, kecualikeringat)

    Diterapkan/ditujukan terhadap semua orang(petugas kesehatan, klien, pengunjung, keluarga)

    Anggap setiap orang (pasien atau petugas): sangat

    berpotensi menularkan & rentan terhadap infeksi.

  • 5-532-53

    Saat merawat semua pasien,kliendan petugas di fasilitas kesehatan

    Alasan: pasien tertular virus melalui darahemerging disease dapat menular meski tidaktampak gejala.

    Terhadap cairan tubuh

    Alasan: meningkatnya risiko paparan denganmenyentuh, luka tak sengaja (tertusuk jarum), atau kontak (percikan darah/cairan tubuh yang terkontaminasi)

  • 1. Cuci tangan

    2. Sarung tangan

    3. Masker,pelindung mata & pelindung wajah

    4. Gaun/apron

    5. Peralatan perawatan Pasien

    6. Pengendalian lingkungan limbah7. Penanganan Linen8. Kesehatan karyawan9. Penempatan pasien10. Etika batuk/higiene saluran nafas

    5-542-54

  • 5-55

    Memperlakukan setiap orang sebagai individu yg potensialmenularkan dan rentan terhadap infeksi

    Cuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh darah/cairan tubuh setelah melepas sarung tangan setelah & sebelum kontak dengan pasien yang berbeda.

    Memakai sarung tangan sebelum menyentuh benda basah (kulit terkelupas,

    selaput mukosa, darah/cairan tubuh, peralatan kotor, limbahterkontaminasi

    sebelum melakukan tindakan invasif.

    2-55

  • 5-56

    Pakai alat pelindung diri/APD goggles, masker ,gaun dan celemek - jika mungkin terpercik atau

    terkena tetesan darah maupun cairan tubuh lain

    CDC :unt pasien TBC direkomendasi N95 atau lebih tinggi

    Gunakan bahan antiseptik: membersihkan kulit, sebelum membersihkan luka sebelum

    operasi,cuci tangan atau cuci tangan preoperasi dengan antiseptikberbahan dasar alkohol.

    Terapkan cara kerja yang aman tidak menutup/membengkokkan jarum suntik,menjahit dengan

    jarum tumpul

    2-56

  • 5-57

    Buang sampah infeksius dengan aman: Melindungi petugas yang menangani

    Mencegah penyebaran infeksi ke masyarakat.

    Proses peralatan, sarung tangan dan benda lain: Dekontaminasi

    Pencucian

    Sterilisasi/ DTT sesuai prosedur yang dianjurkan.

    2-57

    Pertimbangan praktis

  • 5-58

  • Cuci tangan 7 langkah Prosedur terpenting untuk mencegah

    transmisi penyebab infeksi (orang ke orang;objek ke orang

    Antiseptik, dan air mengalir atau handrub berbasis alkohol bila tidak tampak

    kotor Clean care is safer care Penelitian :cuci tangan menunjang

    penurunan insiden MRSA,VRE di ICU

    5-59

  • 5-602-60

    Pada keadaan terpaksa:Menggosok tangan dengan larutanberbasis alkohol,non iritatif

    100 ml alkohol 70% +1-2 ml gliserin 10%

    Etanol 96% 833.3 mlHydrogen peroksida 3% 41.7 mlGliserol 98% 14.5 ml

    Isopropil alkohol 99.8% 751.5 mlHidrogen peroksida 3% 41.7 mlGliserol 98% 14.5 ml

    ResepWHO

    Tambahkan formula tersebut dengan air distilasi/rebusan/dingin Sampai mencapai 1000ml, campur hingga homogen

  • 5-61

    Bersih,non steril cairan tubuh, darah,sekresi, ekskresi,bahan terkontaminasi

    Steril mukus membran,kulit tidak utuh

    2-61

    Penelitian

    Mencuci sarung tangan

    Tidak dapat menyingkirkan

    Mikroorganisme,dihubungkan

    dengan transmisi MRSA,

    Bakteri gram negatif

  • 5-622-62

    Melindungi mukosa membran mata, hidung, mulut dari kemungkinan percikan / semprotan darah/cairan tubuh selama prosedur tindakan/perawatan pasien

  • 5-632-63

    Bersih,non steril melindungi kulit,cegah baju terkontaminasi

    Steril Mencegah kontaminasi dari petugas pasien, pasien-petugas

    Penutup kakilindungi dari tumpahan/percikan bahan infeksius

  • 5-64

    SterilisasiKimiawi

    AutoklafPanas Kering

    2-64

    Dekontaminasi

    Pencucian

    Kering/Dingin-kan dan Simpan

    DTTRebusKukusKimiawi

    5. Pemprosesan alat

  • 5-652-65

    6. Pembersihan lingkungan

    Disinfektan untuk pembersihan harus standar

    1. Pembersihan permukaan horizontal ruang rawat pasien: lantai tanpa karpet, permukaan datar lain, meja pasien harus dibersihkan secara teratur dan bila tampak kotor/kena kotoran

    2. Pembersihan dinding, tirai, jendela tidak dianjurkan kecuali tampak kotor/kena kotoran

    3. Fogging dengan disinfektan seharusnya tidak dikerjakan

  • 5-662-66

    7. Penanganan Linen

    Penanganan rutin

    Penanganan & transport

    linen sedemikian sehingga

    dicegah terpaparnya

    mukosa membran dan

    kontaminasi mikroba

    terhadap pasien lain serta

    lingkungan.

    Penyimpananjaga kebersihan

  • 5-672-67

    Kuning:sampah Infeksius

    Hitam:non infeksius/ domestik

    Merah:Radioaktif

    Ungu :CytotoksikTahan bocor dan tahan

    tusukanHarus mempunyai

    pegangan yang dapat dijinjingdengan satu tangan

    mempunyai penutup yang tidak bisa dibuka kembali

    ditutup dan digantisetelah terisi 2/3 bagian limbah

    Wadah

    8. Penanganan sampah/limbah

  • 5-68

    Potential Hazard

  • 5-692-69

    Penanganan benda tajam

    Jangan recapping jarum bekas pakai (kategori IB), kecuali dengan tehnik 1 tanganDilarang mematahkan jarum, melepaskan, membengkokkan jarum bekas pakai.

    Bila memberikan benda tajam, gunakan cara yang aman

  • 5-702-70

    Proses recapping yang aman:Metoda satu tangan

  • 5-712-71

    Penanganan benda tajam...

    \

  • Tempatkan pasien yang infeksius dalamruang terisolasi.Bila tidak memungkinkan dilakukan kohorting

    5-722-72

  • Komponen baru Kewaspadaan Standar Berasal dr kontrol terhadap MTB Target:pasien,keluarga dan teman pasien dg diagnosis

    infeksi sal nafas yg dapat di transmisikan,batuk, rhinorrhoe , pilek

    1.edukasi pasien,keluarga,pengunjung 2.beri gambar dg bahasa mudah difahami bagi pasien 3.menutup mulut/hidung dg tisu saat batuk,pakai

    masker 4.cuci tangan setelah kontak dg sekresi sal nafas 5.beri jarak >3 feet bg pasien infeksi saluran nafas di

    ruang tunggu pasien (bila memungkinkan) ,pakaikan masker

    5-73

  • Efektif menurunkan transmisi patogen droplet melalui saluran nafas (influenza,adenovirus, B pertusis, Mycoplasma pneumoniae)

    Petugas dg infeksi sal nafas menjauhi kontak langsung dg pasien, memakai masker

    5-74

  • Pakailah jarum yang steril, disposable,pada tiap suntikan untuk mencegah kontaminasi pd peralatan injeksi dan terapi

    Pd saat melakukan tindakan lumbal punksi, anastesi spinal dan epidural, klinisi memakai masker, unt mencegah transmisi droplet flora orofaring

    5-75

  • 5-76

  • Terbagia atas1. Contact Precaution2. Droplet Precaution3. Airborne Precaution

    Dapat terjadi kombinasi transmisi Penerapannya sebagai tambahan

    kewaspadaan standar

    77

  • 2-78

    Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi diterapkan pada pasien dengan gejala atau dicurigai terinfeksi kuman menular/infeksius

    Kewaspadaan Berdasarkan Penularan bersama Kewaspadaan Standar bertujuan memutus rantai penularan

  • Purnomo Hadi 79

    ~ semua jenis infeksi dapat menular melaluikontak

    Kontak:

    Langsung

    Tidak langsung

    Penyebab utama penularan Paling mudah dicegah: cuci tangan, sarung

    tangan

  • Merupakan mode penularan infeksi utama

    Merupakan cara pencegahan infeksi paling mudah

    Penting: disiplin perilakuk petugas kesehatandlm menjalankan prinsip-prinsipKewaspadaan Standar

    80

  • Penempatan pasien : 1 kamar tersendiri atau kohor (dikumpulkan) dengan

    pasien yang terinfeksi agen infeksi sama

    Alat Pelindung Diri Sarung tangan: Pada saat merawat pasien, ganti bila kontak dg bagian

    terinfeksi,

    buka sarung tangan sebelum keluar ruangan Gaun : Bila diperkirakan pakaian akan tercemar saat kontak dg pasien, permukaan lingkungan

    atau peralatan pasien (diare, inkontinensia, kolonostomi, slang drainase).

    Lepaskan gaun sebelum meninggalkan ruangan dan pastikan pakaian tidak menyentuhlagi permukaan tercemar dlm ruangan

  • Pemindahan pasien : Pastikan tindakan kewaspadaan terhadap pasien telah dilakukan agar tidak

    menjadi sumber penularan selama proses transportasi

    Peralatan pasien : Sedapat mungkin berikan peralatan tersendiri. Bila tidak memungkinkan lakukan pembersihan dan

    disinfeksi sebelum digunakan untuk pasien lain.

  • 2-83

    Droplet: Percikan >5m melayang di udara jatuh mengenai

    mukosa mata, hidung atau mulut yang ada pada jarak dekat

    Droplet tidak selamanya melayang diudara

  • Purnomo Hadi 84

    Cairan yang dikeluarkan, terutama padawaktu: Bicara Bersin Batuk

    Percikan >5m melayang di udara jatuhmengenai mukosa mata, hidung atau mulutyang ada pada jarak dekat

    Droplet tidak selamanya melayang diudara Mengkontaminasi sekitarnya penularan

    kontak

  • Purnomo Hadi 85

  • Purnomo Hadi 86

  • Purnomo Hadi 87

  • Purnomo Hadi 88

  • Tempatkan pasien di kamar tersendiri atau dengan pasien infeksi yg sama (bila tidak memungkinkan) dan beri jarak antar pasien 1m

    Pengelolaan udara khusus tidak diperlukan, pintu boleh terbuka

    Gunakan masker bedah dalam jarak 1 m dari pasien (2 m pada pasien flu burung)

    Pemindahan pasien :Minimalisasi transportasi pasien, pasangkan masker pada pasien saat proses pemindahan

  • 2-91

    Udara/Airborne

    Percikan/partikel berukuran kecil < 5 m yang melayang/menetap di udara

    Mikroorganisme infeksius dapat menyebar luas melalui aliran udara dan terhisap oleh individu rentan baik di dekat atau pada jarak jauh (TBC, cacar air/varicella, campak)

  • 1. Penempatan pasien : Di ruangan dengan tekanan negatif termonitor

    Pertukaran udara setiap 5-10 menit atau 6-12 x per jam

    Jangan gunakan AC sentral, tapi gunakan AC + filter HEPA (high efficiency particulate air) yang menyaring udara ruangan yang dibuang keluar.

    Pintu harus selalu tertutup rapat.

    Bila tdk memungkinkan, kumpulkan pasien (kohor) dengan pasien infeksi sama

  • ---

  • 2. Perlindungan jalan napas : Gunakan proteksi (respirator N95) bila memasuki ruangan

    pasien dg TB paru. Individu yg sudah imun tidak perlu menggunakan proteksi jalan

    napas

    3. Individu rentan tidak diperbolehkan masuk4. Pemindahan pasien :

    Minimalisasi pemindahan pasien, pasangkan masker bedah pada pasien saat transportasi

    5. Diterapkan pada tindakan yang menghasilkan aerosol, yang sangat diperlukan

  • N95: 85-95% effectiveMasker bedah

  • 99.99% effective

  • 97

  • 98

  • 99

  • Purnomo Hadi, Microbiologi FK UNDIP, Semarang

  • Biosafety: Keselamatan biologis, Titiktolaknya pada keselamatan petugas

    Biosecurity: Keamanan biologis, Titiktolaknya pada keselamatan nasional -internasional

  • Prinsip penyimpanan, teknologi danpraktek yg dilaksanakan dlm rangkamelindungi pekerja laboratorium dari paparan bahan-2 berbahaya potensial(patogen & toxin) serta tidak mencemarilingkungan sekitarnya

    Kep. Menkes RI No.1244/MENKES/SK/XII/1994 tentangPedoman Keamanan LaboratoriumMikrobiologi dan Biomedis

  • Standard laboratory practices For work on an open bench with

    microorganisms that are not known to cause infections in healthy adult

  • Moderate-risk agents, transmitted by accidental ingestions, percutaneous/mucous exposure: HIV, Hepatitis B

    1. Personnel: specific training in handling specific pathogens

    2. Directed: competent scientist3. Laboratory access limited4. Extreme precautions be taken in handling

    contaminated sharp items5. Procedures likely to generate infectious aerosols or

    splashes are conducted in BSC II

  • Hazardous microorganisms transmitted by aerosols: : Mycobacteriology, Mycology, Virology culture

    1. Limited laboratory access2. Written policies and procedures for handling agents3. Adequate training, proficiency and competency in

    handling agents4. Use of class II BSC for handling highly infectious agents5. Use of adequate face and respiratory protection for

    procedure done outside a BSC6. Written policies and procedures for handling spills

  • 1. Separate area with access through two sets of self-closing doors

    2. Sealed floors, walls, and ceilings to facilitate decontamination

    3. A waste disposal system that is available within the area4. A ducted air system that draws clean air from outside the

    area with all of the exhaust air (none of the air is recirculated) discharged to the outside

    5. The use of HEPA filters in the exhaust pf BSCs, in vacuum lines, and in equipment or device that may produce aerosols or splashes (e.g. centrifuges)

  • Life threatening etiologic agents No vaccine No therapy Example: Marburg, SARS, Avian infuenza culture

    1. Manipulations are performed in BSC III2. Personnel wearing full-body, air supplied, positive-pressure

    suits3. Totally isolated laboratory4. Specialized ventilation and waste management system

  • Protection to laboratory personnel and environments: protect laboratory personnel protect specimen from contamination prevent cross-contamination between samples

    Classification: Class I BSCs:

    Negative pressure Ventilated Open front

    Class IIA IIB BSCs: HEPA filterred Vertical laminar air flow

    Class III BSCs: Totally enclosed cabinets Gas tight construction Protect personnel and environments in highest level

  • PELINDUNG MATA & Penutup kepala

  • 1. Petunjuk keselamatan tersedia2. Pelatihan biosafety untuk semua staff3. Tidak makan, minum, merokok,

    menggunakan konsmetik4. Rambut panjang harus diikat5. Akses masuk laboratorium dibatasi6. Pintu Laboratorium selalu tertutup7. Tidak melakukan pemipetan dengan cara

    menyedot dengan mulut

  • 8. Cuci tangan : setelah menangani material infeksius, setelah melepas sarung tangan, akan meninggalkan lab.

    9. Penggunaan peralatan tajam harus sangat dibatasi. Jarum tidak boleh dibengkokkan, di-recapping, dilepas dari syring. Dibuang dalam wadah khusus benda tajam

    10. Peralatan yang terkontamimasi harus didekontaminasi sebelum dibuang atau digunakan kembali

  • 11. Baju lab terkancing rapat, sepatu menutup seluruh kaki, baju lab tidak digunakan diluar lab (kantin, kantor, toilet)

    12. Mengenakan masker, pelindung mata dan wajah, sarung tangan (kondisi tertentu)

    13. Autoclave dimonitor dengan indikator biologi secara berkala

    14. Bila terjadi tumpahan, kecelakaan atau paparan bahan infeksius harus segera lapor pada supervisor lab.

    15. Tersedia program pengendalian rodentia dan insekta

  • Upaya perlindungan perorangan dan institusi (laboratorium) thd usaha pencurian, penyalah gunaan, pengalihan, pelepasan dgn sengaja dari bahan biologi berbahaya (patogen & toxin) dan sabotage (WHO)

  • Penggunaan dg disengaja virus, bakteri, jamur atau toksin dari mahluk hidup untuk mengancam atau menimbulkan ketakutan, penyakit atau kematian pada manusia, ternak atau tanaman.

    Kerusakan ekonomi & kehidupan suatu daerah/negara

  • 1. Kelompok Risiko SatuTidak menimbulkan risiko atau risiko sangatrendah pada individu dan masyarakat. Pd umumnya tidak menyebabkan penyakit pd manusia dan ternak. Contoh: mumps, E.coli

    2. Kelompok Risiko DuaRisiko sedang pd individu dan risiko rendahpdmasyarakat. Infeksi yg terjadi di lab. umumnya dpt dicegah dan diobati serta risikopenyebarannya terbatas. Contoh: Herpes simplex, Toxoplasma gondii.

  • 3. Kelompok Risiko TigaRisiko tinggi pada individu dan risiko rendahpadamasyarakat. Infeksi yg terjadi tidak menyebarkrn umumnya tersedia pencegahan danpengobatan yg efektif. Contoh: Hepatitis B, Bacillus anthracis, Clostridium botulinum, Y pestis.

    4. Kelompok Risiko EmpatRisiko tinggi pd individu maupun pd masyarakat.Dapat menimbulkan penyakit ygserius dan sangatmenular secara langsung maupuntidak langsung. Belum tersedia tindakanpencegahan dan pengobatanyang efektif. Contoh: Ebola, Variola.

  • 1. Bakteri2. Virus3. Jamur4. Ricketsia5. Toksin

  • Bahan Biologi Berharga (BBB): Bahan biologi yg membutuhkan pengawasan

    administratif, kontrol, tanggung jawab dan perlindungan khusus serta upaya monitoring di laboratorium untuk melindungi nilai ekonomis dan historis, dan / atau masyarakat dari potensi yg dapat membahayakan.

    BBB meliputi baik bahan biologi patogen dan toksin maupun organisme non-patogen, vaksin, makanan, organisme yg dimodifikasi secara genetik (GMOs), komponen sel, danelemen genetik

  • 1. KATEGORI A ( organisme yg memp.risiko thd keamanan nasional ) Dapat dg mudah disebarluaskan atau ditularkan dari manusia

    ke manusia Menyebabkan kematian tinggi & potensial berdampak thdp

    kesehatan masyarakat Dpt menyebabkan kepanikan masy & ggn sosial Memerlukan aksi khusus utk kesiapsiagaan kesehatan

    masyarakat

    Meliputi: Variola major ( smallpox),Bacillus anthracis (anthrax), Yersiniapestis (Plague), Clostridium botulinum toxin (botulism), Francisellatularensis (tularemia), Haemorrhagic fever (e.g.Ebola,Marburg )

  • 2. KATEGORI B: ( termasuk new emerging pathogens, foodborne &

    waterborne pathogens) Kemudahan penyebarluasan : moderat menimbulkan kesakitan sedang dan kematian rendah Membutuhkan kemampuan diagnostik peny. menular

    yg spesifik dan peningkatan surveilans penyakit

    Meliputi: Brusellosis, Q Fever, Ricin toxin, Staphylococcus enterotoxinB, Salmonella species, E.coli , Vibrio cholerae

  • 3. KATEGORI C Meliputi new emerging pathogensyg dpt dibiakan

    untuk disebarluaskan secara masal dikemudian harikarena: ketersediaan mudah utk diproduksi & disebarluaskan potensial menimbulkan kesakitan & kematian yg tinggi

    dan berdampak luas thdp kes masyarakat.

    Meliputi a.l.: Hanta Virus, Nipah virus, Tick-borne encephalitis, Yellow fever virus, Multidrug-resistant Mycobacterium tuberculosis

  • 1. Bacillus anthracis ( Anthrax )2. Virus Variola major (Smallpox)3. Yersinia pestis (Plague)4. Clostridium botulinum toxin (Botulism)5. Virus Ebola, Marburg ( Hemorrhagic Fever) 6. Francisella tularensis (Tularemia)

    Banyak penyakit-2 infeksi lainnya yg endemis di negara kita: TBC, Malaria, Cholera, Typhoid fever, HIV-AIDS, Flu Burung dll.

  • Kontrol dan tanggung jawab thd BBB Menentukan lokasi penyimpanan Identifikasi tenaga lab.dan pengunjung yg diberi

    ijin dapatmengakses ke BBB Dokumentasi pengiriman PembuanganLimbah bahan infeksius Beritahukan informasi ini dengan counterparts yg

    sesuai dalam laboratorium.

  • 1. Physical biosecurityMeliputi peralatan / mesin2, struktur dan pengamanan karyawan

    2. Manajemen karyawanSebaiknya dapat menentukan peran, tanggung jawab, serta wewenang dari tenaga aboratorium yg perlu untuk menangani, menggunakan, menyimpan, mentransfer atau mengirim bahan-bahan biologi yg berharga (BBB), dimana institusi yakin bahwa tenaga lab. tsb sesuai dengan kedudukan / posisi yg dipegangnya

    3. Pengamanan informasi Menetapkan kebijakan yg bijaksana dalam penanganan BBB secara rinci. Pengamanan informasi sebaiknya dpt menyakinkan bahwa tingkat kerahasiaan yg diperlukan dan layak dilindungi oleh sistem yg digunakan untuk memperoleh, menyimpan, memanipulasi serta mengaturnya.