Prisip pencegahan infeksi

24
Prisip Pencegahan infeksi PRINSIP PENCEGAHAN INFEKSI Disampaikan Oleh : JANES JAINURAKHMA, S.Kp. INFEKSI : Berkembang biaknya penyakit pada hospes disertai timbulnya respon imunologik dengan gejala klinik atau tanpa gejala klinik Manusia host / penjamu Penyakit agent Transmisi kuman adalah : Proses masuknya kuman ke dalam penjamu sehingga timbul radang / penyakit Cara penularan infeksi : Kontak Langsung, tidak langsung, droplet Udara Debu, kulit lepas Alat Darah, makanan, cairan intra vena Vektor / serangga Nyamuk, lalat

Transcript of Prisip pencegahan infeksi

Page 1: Prisip pencegahan infeksi

Prisip Pencegahan infeksi

PRINSIP

PENCEGAHAN INFEKSI

Disampaikan Oleh :

JANES JAINURAKHMA, S.Kp.

INFEKSI :

Berkembang biaknya penyakit pada hospes disertai timbulnya respon imunologik dengan gejala klinik atau tanpa gejala klinik

Manusia host / penjamu

Penyakit agent

Transmisi kuman adalah :

Proses masuknya kuman ke dalam penjamu sehingga timbul radang / penyakit

Cara penularan infeksi :

Kontak

Langsung, tidak langsung, droplet

Udara

Debu, kulit lepas

Alat

Darah, makanan, cairan intra vena

Vektor / serangga

Nyamuk, lalat

Page 2: Prisip pencegahan infeksi

Pengertian prinsip pencegahan infeksi :

Suatu usaha yang dilakukan untuk mencegah terjadinya resiko penularan infeksi mikro organisme dari lingkungan klien dan tenaga kesehatan ( Nakes )

Tujuan :

Mengurangi terjadinya infeksi

Memberikan perlindungan terhadap klien, nakes

6 komponen proses terjadinya penyakit :

Reservoir

Penyebab penyakit

Jalan masuk

Cara keluarnya penyebab penyakit dari host

5. Kepekaan penjamu

Tindakan pencegahan penyakit :

Cuci tangan

Memakai sarung tangan

Memakai perlengkapan pelindung

Menggunakan tehnik aseptik

Memproses alat bekas pakai

Menangani peralatan tajam dengan aman

Menjaga kebersihan dan kerapihan lingkungan serta pembuangan sampah secara benar

CUCI TANGAN : aspek yang paling penting

Page 3: Prisip pencegahan infeksi

Ada 2 kategori organisme yang ada di

Organisme residen ( flora normal )

S. aureus, diphteroids ( tidak hilang secara permanen )

Organisme transien

Karena kontak, contoh : E. Colli (mudah dihilangkan dengan cuci tangan efektif)

Mengapa kita perlu mencuci tangan :

Penanganan pasien dengan kontak tangan

Kontaminasi flora normal pasien kontak perubahan flora normal patogen

Apa yang harus digunakan untuk mencuci tangan :

Dekontaminasi tangan rutin dengan sabun dan air mengalir

Desinfeksi kulit ( hibiscrub, handyclean )

Kapan kita harus mencuci tangan :

Sebelum dan sesudah melakukan tindakan

Page 4: Prisip pencegahan infeksi

Setelah kontak dengan cairan tubuh

Setelah memegang alat yang terkontaminasi ( jarum, cucian )

Sebelum dan sesudah kontak dengan pasien di ruang isolasi

Setelah menggunakan kamar mandi

Sebelum melayani makan dan minum

Pada saat akan tugas dan akhir tugas

PELINDUNG DIRI

• Cuci tangan

• Pemakaian sarung tangan

Sarung tangan steril

Sarung tangan DTT

Sarung tangan bersih

Page 5: Prisip pencegahan infeksi

Sarung tangan rumah tangga

3. Pemakaian masker

• Pemakaian gaun

Steril kamar bedah

Non Steril ICU, kamr bayi, KB

Skort Celemek plastik

5. Pemakaian kacamata pelindung

6. Pemakaian sepatu boot / sepatu tertutup

7. Kap

8. Duk

ASEPSIS dan TEKHNIK ASEPTIK

Istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan upaya kombinasi

untuk mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam area tubuh manapun yang sering menyebabkan infeksi

Tujuan asepsis adalah : membasmi jumlah mikroorganisme pada

permukaan hidup (kulit dan jaringan) dan obyek mati (alat-alat bedah dan barang-barang yang lain)

ANTISEPSIS

Proses menurunkan jumlah mikroorganisme pada kulit,

Page 6: Prisip pencegahan infeksi

selaput lendir atau jaringan tubuh lainnya dengan menggunakan bahan antimikrobial (antiseptik)

KRITERIA PEMILIHAN ANTISEPTIK :

• Aksi yang luas (menghambat mikroorganisme secara luas gram

positif. Negatif, Tb, fungi, endospora)

• Efektivitas

• Kecepatan aktivitas awal

• Efek residu

Aksi yang lama setelah pemakaian untuk meredam pertumbuhan

5. Tidak mengakibatkan iritasi kulit

6. Tidak menyebabkan alergi

7. Efektif sekali pakai, tidak perlu diulang.

Contoh larutan antiseptik :

Alkohol (60%- 90%)

Setrimid/klorheksidin Glukonat (2-4%)

contoh : Hibiscrub, Hibitane

Klorheksidin Glukonat (2%)

Contoh : Savlon

Page 7: Prisip pencegahan infeksi

Heksaklorofen (3%)

Contoh : pHisoHex tidak boleh digunakan pada selaput lendir seperti mukosa vagina

Kloroksilenol (Para-kloro-metaksilenol atau PCMX)

Contoh : Dettol tidak bisa digunakan untuk antisepsis vagina karena dapat

membuat iritasi pada selaput lendir yang akan mempercepat pertumbuhan

mikroorganisme dan tidak boleh digunakan pada bayi baru lahir

Iodofor (7,5-10%)

Contoh : Betadine

Larutan yang berbahan dasar alkohol (tingtur) seperti iodin

Contoh : Yodium tinktur

Triklosan (0,2-2%)

Mikroorganisme :

Agen penyebab infeksi

Termasuk didalamnya :bakteri, virus, fungi, parasit

Untuk tujuan pencegahan infeksi bakteri dibagi menjadi 3 kategori :

• Vegetatif contoh : stafilokokus

Page 8: Prisip pencegahan infeksi

• Mikobakteria, contoh : tuberkolosis

• Endospora, contoh : tetanus

Endospora paling sulit dibunuh disebabkan oleh lapisan pelindungnya

Sterilisasi

Tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua mikroorganisme

(bakteri, jamur, parasit dan virus) termasuk endospora bakteri pada benda

mati atau instrumen dengan cara uap air panas tekanan tinggi (otoklaf), panas kering (oven), sterilan kimia atau radiasi

DESINFEKSI TINGKAT TINGGI (DTT) :

Tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua mikroorganisme

kecuali endospora bakteri pada benda mati dengan cara merebus, mengukus atau penggunaan desinfektan kimiawi

DESINFEKTAN :

Adalah bahan kimia yang membunuh atau menginaktivasi mikroorganisme

Contoh larutan desinfektan :

Page 9: Prisip pencegahan infeksi

Klorin pemutih 0,5%

untuk dekontaminasi permukaan yang lebar

Klorin 0,1%

Untuk DTT kimia

Glutaraldehida 2%

mahal harganya biasa digunakan untuk DTT kimia atau sterilisasi

kimia

Fenol, klorin

tidak digunakan untuk peralatan/bahan yang akan dipakaikan pada bayi baru lahir

DEKONTAMINASI :

Proses yang membuat objek mati lebih aman ditangani staf sebelum

dibersihkan (menginaktifasi serta menurunkan HBV, HIV tetapi tidak membasmi)

Peralatan medis dan permukaan harus di dekontaminasi segera setelah

Page 10: Prisip pencegahan infeksi

terpapar darah atau cairan tubuh

PEMBERSIHAN (Mencuci dan membilas) :

Tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua darah, cairan, tubuh,

benda asing dari kulit atau instrumen.

DEKONTAMINASI

Rendam dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit

CUCI DAN BILAS

Gunakan deterjen dan sikat

Pakai sarung tangan tebal untuk menjaga agar tidak terluka oleh benda tajam

Metode yang dipilih Metode alternatif

Sterilisasi DESINFEKSI TINGKAT TINGGI

Page 11: Prisip pencegahan infeksi

OTOKLAF PANAS KERING KIMIAWI REBUS / KUKUS KIMIAWI

106 kPa 170 ˚C Rendam Panci tertutup Rendam

121 ˚C 60 menit 10-24 jam 20 menit 20 menit

30 menit jika

Terbungkus

20 menit jika Tidak terbungkus

DINGINKAN DAN KEMUDIAN SIAP DIGUNAKAN

Peralatan yang sudah diproses bisa disimpan dalam wadah tertutup yang didisinfeksi tingkat tinggi

Sampai satu minggu jika wadahnya tidak dibuka

STERILISASI :

• STERILISASI UAP

Page 12: Prisip pencegahan infeksi

121 ˚C , tekanan pada 106 kPa

20 ' untuk alat tidak terbungkus

30 ' untuk alat yang dibungkus

2. STERILISASI PANAS KERING (OVEN)

170 ̊ C selama 1 jam. Waktu penghitungan dimulai setelah suhu

yang diinginkan tercapai

160 ̊ C untuk alat tajam (gunting, jarum) selama 2 jam

3. STERILISASI KIMIA

Glutaraldehid 2-4 %(cydex), Direndam sekurang-kurangnya 10

jam

Formaldehid 8 %, direndam 24 jam

Bilas dengan air steril sebelum digunakan kembali atau sebelum

disimpan

DESINFEKSI TINGKAT TINGGI (DTT) :

• DTT dengan merebus

Mulai menghitung waktu saat air mulai mendidih

Merebus 20‘ dalam panci tertutup

Seluruh alat harus terendam

Page 13: Prisip pencegahan infeksi

Jangan menambah alat apapun ke air mendidih

Pakai alat sesegera mungkin atau simpan wadah tertutup dan kering yang telah di DTT, maksimal 1 minggu

• DTT dengan mengukus

Selalu kukus 20‘ dalam kukusan

Kecilkan api sehingga air tetap mendidih

Waktu dihitung mulai saat keluarnya uap

Jangan pakai lebih dari 3 panci uap

Keringkan dalam kontainer DTT

3. DTT dengan kimia :

Desinfektan kimia untuk DTT

klorin 0,1%, Formaldehid 8%, Glutaraldehid 2%

Langkah-langkah DTT Kimia :

DEkontaminasi Cuci+bilas keringkan

Rendam semua alat dalam larutan desinfektan selama 20‘

Bilas dengan air yang telah direbus dan dikeringkan di udara

Segera dipakai atau disimpan dalam kontainer yang kering dan telah di DTT

CARA MEMBUAT LARUTAN KLORIN :

Jumlah bagian (JB) air = % larutan konsentrat – 1

Page 14: Prisip pencegahan infeksi

% larutan yang diinginkan

JB air = 5,0% - 1 = 10 – 1 = 9

0,5%

Jadi tambahkan 9 bagian air (air tidak perlu dimasak) kedalam 1 bagian larutan klorin konsentrat

Terdapat rumus 9 : 1

Air : Klorin

Contoh soal :

• Buat larutan klorin 0,5% sebanyak 500 cc

• Buat larutan klorin 0,5% sebanyak 1 liter

Jawab :

• Air = 9 x 500 cc = 450 cc

10

Klorin = 1 x 500 cc = 50 cc

10 500 cc

• 1 liter = 1000 cc

Air = 9 x 1000 cc = 900 cc

Page 15: Prisip pencegahan infeksi

10

Klorin = 1 x 1000 cc = 100 cc

10 1000 cc

PENANGANAN SAMPAH / LIMBAH

Tujuan :

Melindungi petugas pembuangan sampah dari perlukaan

Melindungi penyebaran infeksi terhadap para petugas kesehatan

Mencegah penularan infeksi terhadap para petugas kesehatan

Mencegah penularan infeksi pada masyarakat sekitarnya

Membuang bahan bahan berbahaya (bahan toksik dan radioaktif) dengan

aman

Sampah medis terbagi 2 :

• Tidak terkontaminasi

Tidak memberikan resiko infeksi

Contoh : kertas, kardus, botol, wadah plastik yang digunakan

didalam klinik

Page 16: Prisip pencegahan infeksi

Dapat dibuang ditempat sampah umum

• Terkontaminasi

Membawa mikroorganisme yang mempunyai potensi menularkan

infeksi kepada orang yang kontak baik nakes maupun masyarakat

Contoh : bekas pembalut luka, sampah dari kamar operasi

(jaringan, darah, nanah,kasa, kapas,dll), dari laboratorium (darah, tinja, nanah, dahak, dll), alat-alat yang dapat melukai (jarum suntik, pisau)

• Sampah lain yang tidak mengandung bahan infeksius tetapi

digolongkan berbahaya karena mempunyai potensi berbahaya pada lingkungan

Bahan kimia atau farmasi (misal kaleng atau botol yang

mengandung obat kadaluwarsa, vaksin, reagen desinfektan)

Sampah sitotoksik (misal obat-obat untuk kemoterapi)

Sampah yang mengandung logam berat (misal air raksa dari

termometer yang pecah, bahan bekas gigi,dll)

Wadah bekas berisi gas dan tidak dapat didaur ulang (misal

kaleng penyembur) yang dapat meledak bila dibakar.

SAMPAH KERING SAMPAH BASAH

Jarum, kapas, kasa, pembalut Darah, duh tubuh lain,

Pisau skapel, botol obat, dll jaringan plasenta, bagian

Page 17: Prisip pencegahan infeksi

janin

DIBAKAR DALAM Dirumah sakit

INSINERATOR dikumpulkan

dalam wadah

terpisah

Abunya (berisi gelas / benda Dibuang dalam lubang

Yang tidak terbakar) ditanam yang dalam dan tertutup

Dalam lubang tertutup

PENGGUNAAN PERAALATAN TAJAM SECARA AMAN

Hati-hati saat melakukan penjahitan agar tidak tertusuk jarum secara

tidak sengaja

Jangan menutup kembali, memelengkungkan, mematahkan atau melepaskan

jarum yang akan dibuang

Buang benda-benda tajam dalam wadah anti bocor dan segel dengan

perekat jika sudah dua pertiga penuh wadah benda tajam tadi harus dibakar

Page 18: Prisip pencegahan infeksi

dalam insinerator

Jika tidak dapat dibakar dalam insinerator maka jarum harus dibilas 3x

dengan larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi. Tutup lagi ujung jarum dengan

penutupnya menggunakan tehnik satu tangan (one hand tehnik) lalu ditanam dalam tanah.

Tempat sampah hitam sampah tidak kontaminasi

Tempat sampah kuning sampah terkontaminasi

SHARP CONTAINER !!!

LAMPIRAN 2. PENCEGAHAN INFEKSI UNTUK ALAT DAN BAHAN HABIS PAKAI

Berikut ini adalah 4 langkah pencegahan infeksi untuk alat dan bahan habis pakai, yaitu:

LANGKAH I: DEKONTAMINASI

Dekontaminasi dilakukan dengan cara merendam dengan larutan Klorin 0,5%. Langkah ini perlu dilakukan terlebih dulu agar alat atau barang aman bila tersentuh/terpegang.

Tujuan Dekontaminasi:

Membunuh berbagai jenis virus (misalnya virus hepatitis B, hepatitis C dan HIV) serta berbagai jenis kuman.

Membuat alat atau barang tersebut aman sewaktu pencucian. Membuat alat atau barang tersebut lebih mudah dicuci karena mencegah cemaran darah, cairan

tubuh lain dan jaringan mengering pada alat atau barang tersebut.

LANGKAH II: PENCUCIAN

Pencucian dilakukan dengan deterjen dan air. Langkah ini perlu dilakukan untuk menghilangkan kotoran seperti darah dan feses yang menghalangi proses sterilisasi atau DTT.

Pencucian alat dan bahan habis pakai dilakukan setelah proses dekontaminasi. Pencucian

dilakukan dengan cara menyikat dengan sikat, deterjen dan air.

Tujuan Pencucian:

Page 19: Prisip pencegahan infeksi

Menghilangkan darah, cairan tubuh lain, jaringan dan kotoran yang menempel pada alat dan bahan habis pakai.

Mengurangi jumlah kuman. Membuat sterilisasi atau DTT menjadi efektif.

Catatan: Bila bercak darah tertinggal dalam sebuah alat, kuman dalam bercak tersebut

mungkin tidak terbunuh secara sempurna oleh sterilisasi maupun DTT.

LANGKAH III: DESINFEKSI TINGKAT TINGGI (DTT)

DTT atau sterilisasi dilakukan dengan cara merebus atau mengukus (memanasi dengan uap).

Tujuan DTT:

DTT bertujuan untuk membunuh kuman. DTT perlu dilakukan sebelum penggunaan alat atau penyimpanan. DTT dapat membunuh semua kuman kecuali endospora. Endosprora adalah

bakteri yang membentuk lapisan luar yang keras, membungkus kuman sehingga sulit dibunuh. Kuman tetanus atau gas gangren dapat membentuk endospora.

DTT dapat digunakan untuk alat atau barang yang akan kontak dengan kulit maupun mukosa

membran yang tidak utuh. Bila sterilisasi tidak tersedia, DTT merupakan satu-satunya pilihan.

DTT dapat dilakukan dengan merebus atau mengukus.

1. Merebus Disinfeksi Tingkat Tinggi dengan merebus dilakukan dengan cara merebus alat yang digunakan untuk resusitasi seperti tabung resusitasi dan pipa pengisap lendir.

2. Mengukus Disinfeksi Tingkat Tinggi dengan mengukus dilakukan dengan cara pemanasan menggunakan uap air panas. Untuk pencegahan infeksi alat resusitasi seperti tabung resusitasi dan pipa pengisap lendir dapat dilakukan dengan dikukus.

Keuntungan mengukus dibanding merebus:

Kerusakan lebih sedikit pada sarung tangan dan barang plastik atau barang-barang dari karet Menggunakan lebih sedikit air Menggunakan lebih sedikit bahan bakar karena air yang direbus lebih sedikit Tidak terbentuk garam soda dalam alat-alat logam

LANGKAH IV: PENYIMPANAN

Page 20: Prisip pencegahan infeksi

Setelah tindakan pencegahan infeksi, alat/barang sebaiknya digunakan atau disimpan secepatnya sehingga tidak terkontaminasi. Penyimpanan secara benar sama pentingnya seperti

dekontaminasi, pencucian, atau DTT.

Tujuan Penyimpanan:

Penyimpanan alat dilakukan sesudah DTT atau sterilisasi sehingga tidak terjadi kontaminasi alat tersebut.

Pencegahan Infeksi Menurut Jenis Alat Resusitasi:

Berikut ini adalah beberapa contoh alat dan bahan habis pakai yang digunakan dalam resusitasi

dan cara pencegahan infeksinya:

Meja resusitasi: Basuh dengan larutan dekontaminasi dan kemudian cuci dengan sabun dan air, dikeringkan dengan udara/angin.

Tabung resusitasi: Lakukan dekontaminasi, pencucian secara teratur misalnya setiap minggu, tiap 2 minggu, atau setiap bulan tergantung frekuensi resusitasi. Selalu lakukan ketiga langkah pencegahan infeksi jika alat digunakan pada bayi dengan infeksi. Pencegahan infeksi tabung resusitasi juga dilakukan setiap habis digunakan. Pisahkan masing-masing bagian sebelum melakukan pencegahan infeksi

Sungkup silikon dan katup karet o Sungkup silikon dapat direbus. o Lakukan ke 3 langkah pencegahan infeksi (dekontaminasi, pencucian dan DTT)

Alat pengisap atau sarung tangan yang dipakai ulang: Lakukan ke 3 langkah pencegahan infeksi (dekontaminasi, pencucian dan DTT)

Kain dan selimut: Lakukan dekontaminasi dan pencucian kemudian dikeringkan dengan angin/udara atau sinar matahari kemudian simpan di tempat yang bersih dan kering.

Bahan/alat habis pakai: Lakukan dekontaminasi untuk bahan/alat habis pakai seperti kasa, sarung tangan, pipa kateter, jarum dan sebagainya selama 10 menit, sebelum membuangnya ke tempat yang aman.

Rumus membuat larutan klorin 0,5% dari larutan konsentrat berbentuk cair

Page 21: Prisip pencegahan infeksi

Rumus membuat larutan klorin 0,5% dari sebuk kering

LAMPIRAN 1. PEDOMAN CUCI TANGAN

Ada dua cara cuci tangan dalam merawat bayi, yaitu:

1. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir 2. Mencuci tangan dengan menggunakan campuran alkohol dan propylene glikol

Kapan harus mencuci tangan?

1. Segera sesudah sampai di fasilitas kesehatan atau di rumah pasien. 2. Sebelum meninggalkan fasilitas kesehatan atau rumah pasien. 3. Sebelum dan sesudah memeriksa ibu atau bayi. 4. Sebelum dan sesudah memberikan pengobatan lokal pada pusar, mata dan thrush. 5. Sebelum dan sesudah memakai sarung tangan untuk tindakan (tangan sering

terkontaminasi bila sarung tangan berlubang kecil atau robek ). 6. Sebelum dan sesudah menyentuh instrumen/alat atau barang yang mungkin terkontaminasi

darah, cairan tubuh lain, atau sesudah menyentuh jaringan mukosa.

Page 22: Prisip pencegahan infeksi

7. Sesudah memeriksa darah, urin atau feses. 8. Sesudah ke kamar mandi/WC.

7 langkah mencuci tangan

LAMPIRAN 2. PENCEGAHAN INFEKSI UNTUK ALAT DAN BAHAN HABIS PAKAI

Berikut ini adalah 4 langkah pencegahan infeksi untuk alat dan bahan habis pakai, yaitu:

LANGKAH I: DEKONTAMINASI

Dekontaminasi dilakukan dengan cara merendam dengan larutan Klorin 0,5%. Langkah ini perlu dilakukan terlebih dulu agar alat atau barang aman bila tersentuh/terpegang.

Tujuan Dekontaminasi:

Membunuh berbagai jenis virus (misalnya virus hepatitis B, hepatitis C dan HIV) serta berbagai jenis kuman.

Membuat alat atau barang tersebut aman sewaktu pencucian. Membuat alat atau barang tersebut lebih mudah dicuci karena mencegah cemaran darah, cairan

tubuh lain dan jaringan mengering pada alat atau barang tersebut.

LANGKAH II: PENCUCIAN

Pencucian dilakukan dengan deterjen dan air. Langkah ini perlu dilakukan untuk menghilangkan kotoran seperti darah dan feses yang menghalangi proses sterilisasi atau DTT.

Pencucian alat dan bahan habis pakai dilakukan setelah proses dekontaminasi. Pencucian dilakukan dengan cara menyikat dengan sikat, deterjen dan air.

Page 23: Prisip pencegahan infeksi

Tujuan Pencucian:

Menghilangkan darah, cairan tubuh lain, jaringan dan kotoran yang menempel pada alat dan bahan habis pakai.

Mengurangi jumlah kuman. Membuat sterilisasi atau DTT menjadi efektif.

Catatan: Bila bercak darah tertinggal dalam sebuah alat, kuman dalam bercak tersebut

mungkin tidak terbunuh secara sempurna oleh sterilisasi maupun DTT.

LANGKAH III: DESINFEKSI TINGKAT TINGGI (DTT)

DTT atau sterilisasi dilakukan dengan cara merebus atau mengukus (memanasi dengan uap).

Tujuan DTT:

DTT bertujuan untuk membunuh kuman. DTT perlu dilakukan sebelum penggunaan alat atau penyimpanan. DTT dapat membunuh semua kuman kecuali endospora. Endosprora adalah

bakteri yang membentuk lapisan luar yang keras, membungkus kuman sehingga sulit dibunuh. Kuman tetanus atau gas gangren dapat membentuk endospora.

DTT dapat digunakan untuk alat atau barang yang akan kontak dengan kulit maupun mukosa

membran yang tidak utuh. Bila sterilisasi tidak tersedia, DTT merupakan satu-satunya pilihan.

DTT dapat dilakukan dengan merebus atau mengukus.

1. Merebus Disinfeksi Tingkat Tinggi dengan merebus dilakukan dengan cara merebus alat yang digunakan untuk resusitasi seperti tabung resusitasi dan pipa pengisap lendir.

2. Mengukus Disinfeksi Tingkat Tinggi dengan mengukus dilakukan dengan cara pemanasan menggunakan uap air panas. Untuk pencegahan infeksi alat resusitasi seperti tabung resusitasi dan pipa pengisap lendir dapat dilakukan dengan dikukus.

Keuntungan mengukus dibanding merebus:

Kerusakan lebih sedikit pada sarung tangan dan barang plastik atau barang-barang dari karet Menggunakan lebih sedikit air Menggunakan lebih sedikit bahan bakar karena air yang direbus lebih sedikit Tidak terbentuk garam soda dalam alat-alat logam

LANGKAH IV: PENYIMPANAN

Page 24: Prisip pencegahan infeksi

Setelah tindakan pencegahan infeksi, alat/barang sebaiknya digunakan atau disimpan secepatnya sehingga tidak terkontaminasi. Penyimpanan secara benar sama pentingnya seperti

dekontaminasi, pencucian, atau DTT.

Tujuan Penyimpanan:

Penyimpanan alat dilakukan sesudah DTT atau sterilisasi sehingga tidak terjadi kontaminasi alat tersebut.

Pencegahan Infeksi Menurut Jenis Alat Resusitasi:

Berikut ini adalah beberapa contoh alat dan bahan habis pakai yang digunakan dalam resusitasi

dan cara pencegahan infeksinya:

Meja resusitasi: Basuh dengan larutan dekontaminasi dan kemudian cuci dengan sabun dan air, di keringkan dengan udara/angin.

Tabung resusitasi: Lakukan dekontaminasi, pencucian secara teratur misalnya setiap minggu, tiap 2 minggu, atau setiap bulan tergantung frekuensi resusitasi. Selalu lakukan ketiga langkah pencegahan infeksi jika alat digunakan pada bayi dengan infeksi. Pencegahan infeksi tabung resusitasi juga dilakukan setiap habis digunakan. Pisahkan masing-masing bagian sebelum melakukan pencegahan infeksi

Sungkup silikon dan katup karet o Sungkup silikon dapat direbus. o Lakukan ke 3 langkah pencegahan infeksi (dekontaminasi, pencucian dan DTT)

Alat pengisap atau sarung tangan yang dipakai ulang: Lakukan ke 3 langkah pencegahan infeksi (dekontaminasi, pencucian dan DTT)

Kain dan selimut: Lakukan dekontaminasi dan pencucian kemudian dikeringkan dengan angin/udara atau sinar matahari kemudian simpan di tempat yang bersih dan kering.

Bahan/alat habis pakai: Lakukan dekontaminasi untuk bahan/alat habis pakai seperti kasa, sarung tangan, pipa kateter, jarum dan sebagainya selama 10 menit, sebelum membuangnya ke tempat yang aman.

Rumus membuat larutan klorin 0,5% dari larutan konsentrat berbentuk cair