Purnomo Hadi: Mikrobiologi FK UNDIP - RSDK
Purnomo Hadi 2
Masuk dan berkembang biaknya mikroorganisme pada jaringan host
Menyebabkan penyakit akibat terjadinya kerusakan atau gangguan fisiologi
Dengan atau tanpa disertai adanya gejala dan tanda klinis
Purnomo Hadi 3
Time
Number of microorganisms
Incubation period
No disease
Uncertainly region
Onset of symptoms
Overt disease
Death
Cure
Recurent disease
AGENT HOST ENVIRONMENT Mikroba:
Virus Bakteri Fungi Parasit
Manusia
LINGKUNGAN
Virus Bakteri Jamur Parasit
Patogen murni Patogen oportunistik
Imunitas Host: Imunokomp - Imunokompr
JENIS INFEKSI Dx. Infeksi TEPAT: Agent
INFEKSI MURNI
INFEKSI OPORTUNISTIK
Faktor predisposisi
Pekerjaan / kegiatan Penderita
Penyakit menurunkan kekebalan: HIV Penyakit kronis: COPD Kelainan metabolik: DM Therapy antibiotik Therapy keganasan Therapy imunosupresan Kerusakan struktur pelindung: kulit, mukosa
(trauma)
EksogenCommunicable disease; Terjadi penularan dari host satu ke host yang lain
Cara penularan: langsung tidak langsung Kontak
Droplet
Airborne
Tidak langsung: Makanan minuman, Peralatan, Vektor
Endogen Non-Communicable disease: Flora normal: Candida albicans
Lingkungan: Clostridium tetani, Legionellapneumophylia
Makhluk hidup: Manusia
Binatang
Serangga Benda mati/fisik: Makanan minuman
Air
Udara
Peralatan
Endogen Eksogen:
Penderita penyakit infeksi
Masa inkubasi
Masa penyembuhan
Karier/Inf. asimtomatik: HIV, HBV, TBC, Thypoid
Kolonisasi
Binatang sakit (Zoonosis): TBC sapi, anthrax, mad-cow, rabies, avian influenza, Salmonellosis
Vektor: DHF, encephalitis, chikungunya, malaria, filaria, toxoplasma
Air: Udara Tanah Makanan minuman Peralatan:
Peralatan pribadi
Peralatan rumah tangga
Peralatan medis
Faktor sosial dan lingkungan Edukasi kesehatan Keamanan makanan - minuman Pengendalian vektor Kemoprofilaksis Imunisasi Investigasi KLB/wabah
PPI Komunitas: Surveilans Penyakit Menular: KLB, emerging
infectious diseases (new-emerging, re-emerging)
Pengendalian KLB PPI RS: Standard Precaution
Transmission base Precaution PPI Laboratorium: Biosafety
Biosecurity
Purnomo Hadi, Mikrobiologi FK UNDIP -RSDK
Epidemi: penyakit yang timbul sebagai kasusbaru pada suatu populasi tertentu manusia, dalam suatu periode waktu tertentu, denganlaju yang melampaui laju "ekspektasi" (dugaan), yang didasarkan pada pengalamanmutakhir.
Wabah: kejadian tersebarnya penyakit padadaerah yang luas dan pada banyak orang. Outbreak /KLB : Lingkup kecil
Pandemi : Lingkup luas (global)
22
1. Sinyal Epidemiologis: diagnosis klinis -epidemiologig
2. Sinyal Laboratoris: diagnosis pasti, konfirm
23
lokasi titik awal terdeteksinya sinyalepidemiologis dan sinyal virologis yang merupakan tanda terjadinya penularanpenyakit pandemi antar-manusia yang dapatmenimbulkan terjadinya pandemi.
24
memutus rantai penularan atau memperlambat penyebaran penyakit,
yang menular antarmanusia di wilayah penanggulangan
sehingga tidak meluas dan menyebar ke wilayah lain.
Pasal 20 PP No.40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular :
Upaya penanggulangan penyakit menular yang dapat menimbulkan wabah dilaksanakan secara dini.
Penanggulangan secara dini sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), meliputi upaya penanggulangan seperlunya untuk mengatasi kejadian luar biasa yang dapat mengarah pada terjadinya wabah.
Upaya penanggulangan seperlunya sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) sama dilakukan dalam upaya penanggulangan wabah.
Penjelasan pasal 20 : penanggulangan wabah dilakukan tidak perlu menunggu ditetapkannya suatu wilayah menjadi daerah wabah.
25
UU. No. 4, 1984, Bab VI, pasal 10 : Pemerintahbertanggungjawab untuk melaksanakan upayapenanggulangan wabah sebagaimana dimaksuddalam pasal 5 (1)
UU. No. 4, 1984, Bab VI, pasal 12 (1) : KepalaWilayah/Daerah setempat yang mengetahui adanyatersangka wabah di wilayahnya atau adanyatersangka penderita penyakit menular yang dapatmenimbulkan wabah, wajib segera melakukantindakan-tindakan penanggulangan seperlunya
Penanggulangan Wabah/KLB
26
27
Kasus
indeks
Hari ke-0
Pertahanan Daerah Episenter:
Tidak ada intervensi
Kasus
indeks
Hari ke-0
Konsep pertahanan dgn
obat anti-virus: Dengan intervensi
Hari ke-3
Pertahanan Daerah Episenter:
Tidak ada intervensi
Hari ke-3
Konsep pertahanan dengan obat anti-
virus pencegahan prophylaxis
Orang yang diberi
obat prophylaxis
Hari ke-6
Pertahanan Daerah Episenter:
Tidak ada intervensi
Hari ke-6
Konsep pertahanan dengan obat
anti-virus pencegahan prophylaxis
Orang yang diberi
obat prophylaxis
Hari ke-9
Pertahanan Daerah Episenter:
Tidak ada intervensi
Hari ke-9
Konsep pertahanan dengan obat
anti-virus pencegahan prophylaxis
Orang yang diberi
obat prophylaxis
Hari ke-12
Pertahanan Daerah Episenter:
Tidak ada intervensi
Tidak terjadi penyebaran yang lebih
luas
Daerah dengan intervensi Daerah tanpa intervensi
Konsep pertahanan:
Perlunya intervensi tambahan
Daerah dengan intervensi Daerah tanpa intervensi
Konsep pertahanan:
Perlunya intervensi tambahan
AREA KARANTINA:
LARANGAN
MASUK & KELUAR
AREA
DENGAN
INTERVENSI
35
36
37
1. Pembentukan pos komando dan koordinasi sebagai pusat operasi penanggulangan
2. Surveilans epidemiologi 3. Respon medik dan laboratorium4. Intervensi farmasi5. Intervensi non farmasi termasuk pengawasan
perimeter6. Mobilisasi sumber daya7. Komunikasi risiko8. Tindakan karantina di pintu masuk (bandar udara,
pelabuhan, pos lintas batas darat)
Kegiatan Waktu
Profilaksis
antiviral
(intervensi
farmasi)
Intervensi
nonfarmasi
Surveilans
aktif
Ming
gu I
Minggu
II
Mingg
u III
Mingg
u IV
Mingg
u V
Berlanjut
sampai
beberapa
bulan
1. Deteksi penularan antar manusia2. Berperan dalam penanggulangan episenter
pandemi influenza3. Berperan dalam rencana antisipasi pandemi4. Tahap pemulihan pasca pandemi
Kasus Infeksi
DiagnosisSumber
Penularan
Riwayat Penyakit+
Masa Inkubasi
Masa inkubasiPenelusuranEpidemiologi
Purnomo Hadi,Mikrobiologi FK UNDIP
41
d/h: HAI sekarang: HAIsHospital Acquired Infection Healthcare Associated Infection:
Infeksi yg terjadi selama proses perawatan di RS ataufasilitas perawatan kesehatan lainnya, yg tidakdidapatkan atau tidak dalam masa inkubasi saatdatang.
Termasuk: infeksi yang didapatkan di RS tetapi baruterlihat setelah dipulangkan
Juga termasuk: infeksi yg terjadi pada pekerjakesehatan
42
Country estimates:
Negara maju: 5 -10%
Indonesia .?
Kecenderungan meningkat:
Ruang ICU
RS besar:
banyak pasien gawat
Banyak tindakan
RS negara berkembang: fasilitas?
43
UTI: Infeksi Saluran kemih: kateter: 30 40%
SSI/ILO: Infeksi Luka Operasi: 15 29%
Pneumonia: ventilator (ICU): 17 19%
Primary BSI: Innfeksi Darah Perifer: infus: 16 18%
Lain lain: 8%
44
E. coli CoNS (Coagulase neg
Staph) Enterococcus spp. Staphylococcus aureus Enterobacter spp. Pseudomonas
aeruginosa Klebsiella penumoneae Acinetobacter spp. Candida albicans
Mikroba biasa (endogen, lingkungan) tetapi
!!! Strain resisten antibiotik
45
Penderitaan kematian Biaya:
langsung : biaya perawatan
Tidak langsung (tdk bisa kerja)
Citra RS Tuntutan hukum
46
47
Source of infection:
Biological: Human Animal
Physical: Water Air Instrumnet
Model of Transmission:
Contact Droplet Airborne
Sensitive Host
Healthy Immunocompromis
ed
Chemotherapy, antiseptik-disinfectant
sterilization
PPE Vaccination,
MEMETONG RANTAI PENULARAN
48
DIREKTORAT DIREKTORATDIREKTORAT
TIM PPI
DIREKTUR UTAMA / DIREKTUR
KOMITEPPI
SK Menkes No 270/MENKES/2007 ttg PedomanManajerial PPI di RS dan Fas Yankes Lainnya
Leader: Infection Prevention and Control Officer Secretary: Infection Prevention and Control Nurse (IPCN) Members:
SMF
Epidemiology specialist
Microbiology/Clinical pathology specialist
Laboratory
Pharmacy
IPCN
CSSD
Laundry, e.tc.
49
IPCN: 1 IPCN/100 150 bed Doctor Prevention and Control Infection: 1/5
IPCN
50
KEWASPADAAN ISOLASI:1. Standard Precaution: Kewaspadaan Standar
2. Transmission Base Precaution: Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi
51
Gabungan dari:
Universal Precautions/ Kewaspadaan Universal
Body Substance Isolation/ Isolasi duh tubuh Merupakan kewaspadaan terhadap darah dan
semua cairan tubuh (termasuk: feses, lendir hidung, sputum, urin, atau muntahan, kecualikeringat)
Diterapkan/ditujukan terhadap semua orang(petugas kesehatan, klien, pengunjung, keluarga)
Anggap setiap orang (pasien atau petugas): sangat
berpotensi menularkan & rentan terhadap infeksi.
5-532-53
Saat merawat semua pasien,kliendan petugas di fasilitas kesehatan
Alasan: pasien tertular virus melalui darahemerging disease dapat menular meski tidaktampak gejala.
Terhadap cairan tubuh
Alasan: meningkatnya risiko paparan denganmenyentuh, luka tak sengaja (tertusuk jarum), atau kontak (percikan darah/cairan tubuh yang terkontaminasi)
1. Cuci tangan
2. Sarung tangan
3. Masker,pelindung mata & pelindung wajah
4. Gaun/apron
5. Peralatan perawatan Pasien
6. Pengendalian lingkungan limbah7. Penanganan Linen8. Kesehatan karyawan9. Penempatan pasien10. Etika batuk/higiene saluran nafas
5-542-54
5-55
Memperlakukan setiap orang sebagai individu yg potensialmenularkan dan rentan terhadap infeksi
Cuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh darah/cairan tubuh setelah melepas sarung tangan setelah & sebelum kontak dengan pasien yang berbeda.
Memakai sarung tangan sebelum menyentuh benda basah (kulit terkelupas,
selaput mukosa, darah/cairan tubuh, peralatan kotor, limbahterkontaminasi
sebelum melakukan tindakan invasif.
2-55
5-56
Pakai alat pelindung diri/APD goggles, masker ,gaun dan celemek - jika mungkin terpercik atau
terkena tetesan darah maupun cairan tubuh lain
CDC :unt pasien TBC direkomendasi N95 atau lebih tinggi
Gunakan bahan antiseptik: membersihkan kulit, sebelum membersihkan luka sebelum
operasi,cuci tangan atau cuci tangan preoperasi dengan antiseptikberbahan dasar alkohol.
Terapkan cara kerja yang aman tidak menutup/membengkokkan jarum suntik,menjahit dengan
jarum tumpul
2-56
5-57
Buang sampah infeksius dengan aman: Melindungi petugas yang menangani
Mencegah penyebaran infeksi ke masyarakat.
Proses peralatan, sarung tangan dan benda lain: Dekontaminasi
Pencucian
Sterilisasi/ DTT sesuai prosedur yang dianjurkan.
2-57
Pertimbangan praktis
5-58
Cuci tangan 7 langkah Prosedur terpenting untuk mencegah
transmisi penyebab infeksi (orang ke orang;objek ke orang
Antiseptik, dan air mengalir atau handrub berbasis alkohol bila tidak tampak
kotor Clean care is safer care Penelitian :cuci tangan menunjang
penurunan insiden MRSA,VRE di ICU
5-59
5-602-60
Pada keadaan terpaksa:Menggosok tangan dengan larutanberbasis alkohol,non iritatif
100 ml alkohol 70% +1-2 ml gliserin 10%
Etanol 96% 833.3 mlHydrogen peroksida 3% 41.7 mlGliserol 98% 14.5 ml
Isopropil alkohol 99.8% 751.5 mlHidrogen peroksida 3% 41.7 mlGliserol 98% 14.5 ml
ResepWHO
Tambahkan formula tersebut dengan air distilasi/rebusan/dingin Sampai mencapai 1000ml, campur hingga homogen
5-61
Bersih,non steril cairan tubuh, darah,sekresi, ekskresi,bahan terkontaminasi
Steril mukus membran,kulit tidak utuh
2-61
Penelitian
Mencuci sarung tangan
Tidak dapat menyingkirkan
Mikroorganisme,dihubungkan
dengan transmisi MRSA,
Bakteri gram negatif
5-622-62
Melindungi mukosa membran mata, hidung, mulut dari kemungkinan percikan / semprotan darah/cairan tubuh selama prosedur tindakan/perawatan pasien
5-632-63
Bersih,non steril melindungi kulit,cegah baju terkontaminasi
Steril Mencegah kontaminasi dari petugas pasien, pasien-petugas
Penutup kakilindungi dari tumpahan/percikan bahan infeksius
5-64
SterilisasiKimiawi
AutoklafPanas Kering
2-64
Dekontaminasi
Pencucian
Kering/Dingin-kan dan Simpan
DTTRebusKukusKimiawi
5. Pemprosesan alat
5-652-65
6. Pembersihan lingkungan
Disinfektan untuk pembersihan harus standar
1. Pembersihan permukaan horizontal ruang rawat pasien: lantai tanpa karpet, permukaan datar lain, meja pasien harus dibersihkan secara teratur dan bila tampak kotor/kena kotoran
2. Pembersihan dinding, tirai, jendela tidak dianjurkan kecuali tampak kotor/kena kotoran
3. Fogging dengan disinfektan seharusnya tidak dikerjakan
5-662-66
7. Penanganan Linen
Penanganan rutin
Penanganan & transport
linen sedemikian sehingga
dicegah terpaparnya
mukosa membran dan
kontaminasi mikroba
terhadap pasien lain serta
lingkungan.
Penyimpananjaga kebersihan
5-672-67
Kuning:sampah Infeksius
Hitam:non infeksius/ domestik
Merah:Radioaktif
Ungu :CytotoksikTahan bocor dan tahan
tusukanHarus mempunyai
pegangan yang dapat dijinjingdengan satu tangan
mempunyai penutup yang tidak bisa dibuka kembali
ditutup dan digantisetelah terisi 2/3 bagian limbah
Wadah
8. Penanganan sampah/limbah
5-68
Potential Hazard
5-692-69
Penanganan benda tajam
Jangan recapping jarum bekas pakai (kategori IB), kecuali dengan tehnik 1 tanganDilarang mematahkan jarum, melepaskan, membengkokkan jarum bekas pakai.
Bila memberikan benda tajam, gunakan cara yang aman
5-702-70
Proses recapping yang aman:Metoda satu tangan
5-712-71
Penanganan benda tajam...
\
Tempatkan pasien yang infeksius dalamruang terisolasi.Bila tidak memungkinkan dilakukan kohorting
5-722-72
Komponen baru Kewaspadaan Standar Berasal dr kontrol terhadap MTB Target:pasien,keluarga dan teman pasien dg diagnosis
infeksi sal nafas yg dapat di transmisikan,batuk, rhinorrhoe , pilek
1.edukasi pasien,keluarga,pengunjung 2.beri gambar dg bahasa mudah difahami bagi pasien 3.menutup mulut/hidung dg tisu saat batuk,pakai
masker 4.cuci tangan setelah kontak dg sekresi sal nafas 5.beri jarak >3 feet bg pasien infeksi saluran nafas di
ruang tunggu pasien (bila memungkinkan) ,pakaikan masker
5-73
Efektif menurunkan transmisi patogen droplet melalui saluran nafas (influenza,adenovirus, B pertusis, Mycoplasma pneumoniae)
Petugas dg infeksi sal nafas menjauhi kontak langsung dg pasien, memakai masker
5-74
Pakailah jarum yang steril, disposable,pada tiap suntikan untuk mencegah kontaminasi pd peralatan injeksi dan terapi
Pd saat melakukan tindakan lumbal punksi, anastesi spinal dan epidural, klinisi memakai masker, unt mencegah transmisi droplet flora orofaring
5-75
5-76
Terbagia atas1. Contact Precaution2. Droplet Precaution3. Airborne Precaution
Dapat terjadi kombinasi transmisi Penerapannya sebagai tambahan
kewaspadaan standar
77
2-78
Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi diterapkan pada pasien dengan gejala atau dicurigai terinfeksi kuman menular/infeksius
Kewaspadaan Berdasarkan Penularan bersama Kewaspadaan Standar bertujuan memutus rantai penularan
Purnomo Hadi 79
~ semua jenis infeksi dapat menular melaluikontak
Kontak:
Langsung
Tidak langsung
Penyebab utama penularan Paling mudah dicegah: cuci tangan, sarung
tangan
Merupakan mode penularan infeksi utama
Merupakan cara pencegahan infeksi paling mudah
Penting: disiplin perilakuk petugas kesehatandlm menjalankan prinsip-prinsipKewaspadaan Standar
80
Penempatan pasien : 1 kamar tersendiri atau kohor (dikumpulkan) dengan
pasien yang terinfeksi agen infeksi sama
Alat Pelindung Diri Sarung tangan: Pada saat merawat pasien, ganti bila kontak dg bagian
terinfeksi,
buka sarung tangan sebelum keluar ruangan Gaun : Bila diperkirakan pakaian akan tercemar saat kontak dg pasien, permukaan lingkungan
atau peralatan pasien (diare, inkontinensia, kolonostomi, slang drainase).
Lepaskan gaun sebelum meninggalkan ruangan dan pastikan pakaian tidak menyentuhlagi permukaan tercemar dlm ruangan
Pemindahan pasien : Pastikan tindakan kewaspadaan terhadap pasien telah dilakukan agar tidak
menjadi sumber penularan selama proses transportasi
Peralatan pasien : Sedapat mungkin berikan peralatan tersendiri. Bila tidak memungkinkan lakukan pembersihan dan
disinfeksi sebelum digunakan untuk pasien lain.
2-83
Droplet: Percikan >5m melayang di udara jatuh mengenai
mukosa mata, hidung atau mulut yang ada pada jarak dekat
Droplet tidak selamanya melayang diudara
Purnomo Hadi 84
Cairan yang dikeluarkan, terutama padawaktu: Bicara Bersin Batuk
Percikan >5m melayang di udara jatuhmengenai mukosa mata, hidung atau mulutyang ada pada jarak dekat
Droplet tidak selamanya melayang diudara Mengkontaminasi sekitarnya penularan
kontak
Purnomo Hadi 85
Purnomo Hadi 86
Purnomo Hadi 87
Purnomo Hadi 88
Tempatkan pasien di kamar tersendiri atau dengan pasien infeksi yg sama (bila tidak memungkinkan) dan beri jarak antar pasien 1m
Pengelolaan udara khusus tidak diperlukan, pintu boleh terbuka
Gunakan masker bedah dalam jarak 1 m dari pasien (2 m pada pasien flu burung)
Pemindahan pasien :Minimalisasi transportasi pasien, pasangkan masker pada pasien saat proses pemindahan
2-91
Udara/Airborne
Percikan/partikel berukuran kecil < 5 m yang melayang/menetap di udara
Mikroorganisme infeksius dapat menyebar luas melalui aliran udara dan terhisap oleh individu rentan baik di dekat atau pada jarak jauh (TBC, cacar air/varicella, campak)
1. Penempatan pasien : Di ruangan dengan tekanan negatif termonitor
Pertukaran udara setiap 5-10 menit atau 6-12 x per jam
Jangan gunakan AC sentral, tapi gunakan AC + filter HEPA (high efficiency particulate air) yang menyaring udara ruangan yang dibuang keluar.
Pintu harus selalu tertutup rapat.
Bila tdk memungkinkan, kumpulkan pasien (kohor) dengan pasien infeksi sama
---
2. Perlindungan jalan napas : Gunakan proteksi (respirator N95) bila memasuki ruangan
pasien dg TB paru. Individu yg sudah imun tidak perlu menggunakan proteksi jalan
napas
3. Individu rentan tidak diperbolehkan masuk4. Pemindahan pasien :
Minimalisasi pemindahan pasien, pasangkan masker bedah pada pasien saat transportasi
5. Diterapkan pada tindakan yang menghasilkan aerosol, yang sangat diperlukan
N95: 85-95% effectiveMasker bedah
99.99% effective
97
98
99
Purnomo Hadi, Microbiologi FK UNDIP, Semarang
Biosafety: Keselamatan biologis, Titiktolaknya pada keselamatan petugas
Biosecurity: Keamanan biologis, Titiktolaknya pada keselamatan nasional -internasional
Prinsip penyimpanan, teknologi danpraktek yg dilaksanakan dlm rangkamelindungi pekerja laboratorium dari paparan bahan-2 berbahaya potensial(patogen & toxin) serta tidak mencemarilingkungan sekitarnya
Kep. Menkes RI No.1244/MENKES/SK/XII/1994 tentangPedoman Keamanan LaboratoriumMikrobiologi dan Biomedis
Standard laboratory practices For work on an open bench with
microorganisms that are not known to cause infections in healthy adult
Moderate-risk agents, transmitted by accidental ingestions, percutaneous/mucous exposure: HIV, Hepatitis B
1. Personnel: specific training in handling specific pathogens
2. Directed: competent scientist3. Laboratory access limited4. Extreme precautions be taken in handling
contaminated sharp items5. Procedures likely to generate infectious aerosols or
splashes are conducted in BSC II
Hazardous microorganisms transmitted by aerosols: : Mycobacteriology, Mycology, Virology culture
1. Limited laboratory access2. Written policies and procedures for handling agents3. Adequate training, proficiency and competency in
handling agents4. Use of class II BSC for handling highly infectious agents5. Use of adequate face and respiratory protection for
procedure done outside a BSC6. Written policies and procedures for handling spills
1. Separate area with access through two sets of self-closing doors
2. Sealed floors, walls, and ceilings to facilitate decontamination
3. A waste disposal system that is available within the area4. A ducted air system that draws clean air from outside the
area with all of the exhaust air (none of the air is recirculated) discharged to the outside
5. The use of HEPA filters in the exhaust pf BSCs, in vacuum lines, and in equipment or device that may produce aerosols or splashes (e.g. centrifuges)
Life threatening etiologic agents No vaccine No therapy Example: Marburg, SARS, Avian infuenza culture
1. Manipulations are performed in BSC III2. Personnel wearing full-body, air supplied, positive-pressure
suits3. Totally isolated laboratory4. Specialized ventilation and waste management system
Protection to laboratory personnel and environments: protect laboratory personnel protect specimen from contamination prevent cross-contamination between samples
Classification: Class I BSCs:
Negative pressure Ventilated Open front
Class IIA IIB BSCs: HEPA filterred Vertical laminar air flow
Class III BSCs: Totally enclosed cabinets Gas tight construction Protect personnel and environments in highest level
PELINDUNG MATA & Penutup kepala
1. Petunjuk keselamatan tersedia2. Pelatihan biosafety untuk semua staff3. Tidak makan, minum, merokok,
menggunakan konsmetik4. Rambut panjang harus diikat5. Akses masuk laboratorium dibatasi6. Pintu Laboratorium selalu tertutup7. Tidak melakukan pemipetan dengan cara
menyedot dengan mulut
8. Cuci tangan : setelah menangani material infeksius, setelah melepas sarung tangan, akan meninggalkan lab.
9. Penggunaan peralatan tajam harus sangat dibatasi. Jarum tidak boleh dibengkokkan, di-recapping, dilepas dari syring. Dibuang dalam wadah khusus benda tajam
10. Peralatan yang terkontamimasi harus didekontaminasi sebelum dibuang atau digunakan kembali
11. Baju lab terkancing rapat, sepatu menutup seluruh kaki, baju lab tidak digunakan diluar lab (kantin, kantor, toilet)
12. Mengenakan masker, pelindung mata dan wajah, sarung tangan (kondisi tertentu)
13. Autoclave dimonitor dengan indikator biologi secara berkala
14. Bila terjadi tumpahan, kecelakaan atau paparan bahan infeksius harus segera lapor pada supervisor lab.
15. Tersedia program pengendalian rodentia dan insekta
Upaya perlindungan perorangan dan institusi (laboratorium) thd usaha pencurian, penyalah gunaan, pengalihan, pelepasan dgn sengaja dari bahan biologi berbahaya (patogen & toxin) dan sabotage (WHO)
Penggunaan dg disengaja virus, bakteri, jamur atau toksin dari mahluk hidup untuk mengancam atau menimbulkan ketakutan, penyakit atau kematian pada manusia, ternak atau tanaman.
Kerusakan ekonomi & kehidupan suatu daerah/negara
1. Kelompok Risiko SatuTidak menimbulkan risiko atau risiko sangatrendah pada individu dan masyarakat. Pd umumnya tidak menyebabkan penyakit pd manusia dan ternak. Contoh: mumps, E.coli
2. Kelompok Risiko DuaRisiko sedang pd individu dan risiko rendahpdmasyarakat. Infeksi yg terjadi di lab. umumnya dpt dicegah dan diobati serta risikopenyebarannya terbatas. Contoh: Herpes simplex, Toxoplasma gondii.
3. Kelompok Risiko TigaRisiko tinggi pada individu dan risiko rendahpadamasyarakat. Infeksi yg terjadi tidak menyebarkrn umumnya tersedia pencegahan danpengobatan yg efektif. Contoh: Hepatitis B, Bacillus anthracis, Clostridium botulinum, Y pestis.
4. Kelompok Risiko EmpatRisiko tinggi pd individu maupun pd masyarakat.Dapat menimbulkan penyakit ygserius dan sangatmenular secara langsung maupuntidak langsung. Belum tersedia tindakanpencegahan dan pengobatanyang efektif. Contoh: Ebola, Variola.
1. Bakteri2. Virus3. Jamur4. Ricketsia5. Toksin
Bahan Biologi Berharga (BBB): Bahan biologi yg membutuhkan pengawasan
administratif, kontrol, tanggung jawab dan perlindungan khusus serta upaya monitoring di laboratorium untuk melindungi nilai ekonomis dan historis, dan / atau masyarakat dari potensi yg dapat membahayakan.
BBB meliputi baik bahan biologi patogen dan toksin maupun organisme non-patogen, vaksin, makanan, organisme yg dimodifikasi secara genetik (GMOs), komponen sel, danelemen genetik
1. KATEGORI A ( organisme yg memp.risiko thd keamanan nasional ) Dapat dg mudah disebarluaskan atau ditularkan dari manusia
ke manusia Menyebabkan kematian tinggi & potensial berdampak thdp
kesehatan masyarakat Dpt menyebabkan kepanikan masy & ggn sosial Memerlukan aksi khusus utk kesiapsiagaan kesehatan
masyarakat
Meliputi: Variola major ( smallpox),Bacillus anthracis (anthrax), Yersiniapestis (Plague), Clostridium botulinum toxin (botulism), Francisellatularensis (tularemia), Haemorrhagic fever (e.g.Ebola,Marburg )
2. KATEGORI B: ( termasuk new emerging pathogens, foodborne &
waterborne pathogens) Kemudahan penyebarluasan : moderat menimbulkan kesakitan sedang dan kematian rendah Membutuhkan kemampuan diagnostik peny. menular
yg spesifik dan peningkatan surveilans penyakit
Meliputi: Brusellosis, Q Fever, Ricin toxin, Staphylococcus enterotoxinB, Salmonella species, E.coli , Vibrio cholerae
3. KATEGORI C Meliputi new emerging pathogensyg dpt dibiakan
untuk disebarluaskan secara masal dikemudian harikarena: ketersediaan mudah utk diproduksi & disebarluaskan potensial menimbulkan kesakitan & kematian yg tinggi
dan berdampak luas thdp kes masyarakat.
Meliputi a.l.: Hanta Virus, Nipah virus, Tick-borne encephalitis, Yellow fever virus, Multidrug-resistant Mycobacterium tuberculosis
1. Bacillus anthracis ( Anthrax )2. Virus Variola major (Smallpox)3. Yersinia pestis (Plague)4. Clostridium botulinum toxin (Botulism)5. Virus Ebola, Marburg ( Hemorrhagic Fever) 6. Francisella tularensis (Tularemia)
Banyak penyakit-2 infeksi lainnya yg endemis di negara kita: TBC, Malaria, Cholera, Typhoid fever, HIV-AIDS, Flu Burung dll.
Kontrol dan tanggung jawab thd BBB Menentukan lokasi penyimpanan Identifikasi tenaga lab.dan pengunjung yg diberi
ijin dapatmengakses ke BBB Dokumentasi pengiriman PembuanganLimbah bahan infeksius Beritahukan informasi ini dengan counterparts yg
sesuai dalam laboratorium.
1. Physical biosecurityMeliputi peralatan / mesin2, struktur dan pengamanan karyawan
2. Manajemen karyawanSebaiknya dapat menentukan peran, tanggung jawab, serta wewenang dari tenaga aboratorium yg perlu untuk menangani, menggunakan, menyimpan, mentransfer atau mengirim bahan-bahan biologi yg berharga (BBB), dimana institusi yakin bahwa tenaga lab. tsb sesuai dengan kedudukan / posisi yg dipegangnya
3. Pengamanan informasi Menetapkan kebijakan yg bijaksana dalam penanganan BBB secara rinci. Pengamanan informasi sebaiknya dpt menyakinkan bahwa tingkat kerahasiaan yg diperlukan dan layak dilindungi oleh sistem yg digunakan untuk memperoleh, menyimpan, memanipulasi serta mengaturnya.