Penatalaksanaan Pada Periode Postpartum

download Penatalaksanaan Pada Periode Postpartum

of 4

description

jygujgh

Transcript of Penatalaksanaan Pada Periode Postpartum

PENATALAKSANAAN PADA PERIODE POSTPARTUM A. Mencegah perdarahan berlebih Penyebab perdarahan setelah melahirkan yang paling sering ialah atoni uterus, kegagalan otot rahim untuk berkontraksi dengan kuat. Pada palpasi rahim teraba lunak. Mempertahankan tonus rahim

Intervensi utama untuk mempertahankan tonus yang baik ialah menstimulasi dengan pijatan lembut di bagian fundus rahim sampai rahim teraba keras. Pijatan pada fundus bisa menyebabkan perdarahan vagina meningkat untuk sementara. Perdarahan ini terlihat sebagai bekuan darah yang keluar dari rahim. Bekuan darah ini bisa didorong keluar. Pemberian pengajaran kepada pasien sangat penting untuk mempertahankan tonus rahim.

Pijatan fundus bisa merupakan prosedur yang membuat pasien tidak nyaman. Pemahaman tentang penyebab dan bahaya atoni rahim dan tujuan pemijatan fundus dapat membuat ibu lebih bersedia untuk bekerjasama. Mengajarkan ibu melakukan pijatan fundus sendiri membuatnya mampu mempertahankan kendali dan megurangi rasa cemas. Rahim bisa tetap lunak walaupun sudah dipijat dan bekuan sudah dikeluarkan. Apabila hal ini terjadi, sangat penting bagi perawat untuk tetap bersama pasien dan memberi pertolongan. Dokter jaga harus segera diberitahu. Intervensi lain yang sangat dapat dilakuakn adalah memberikan cairan intravena dan obat-obat oksitosik (obat-obat yang meransang kontraksi otot polos rahim)

Mencegah distensi kandung kemih

Kandung kemih yang penuh membuat rahim terdorong ke atas umbilicus dan ke salah satu sisi abdomen. Keadaan ini juga mencegah uterus berkontraksi secara normal. Intervensi perawat difokuskan untuk membantu ibu mengosongkan kandung kemihnya secara spontan sesegera mungkin. Prioritas pertama ialah membantu ibu ke kamar kecil atau berkemih di bedpan jika ia tidak mampu berjalan. Membiarkan ibu mendengar bunyi air mengalir, merendam tangannya di dalam air hangat, atau memercik air dari botol ke perineumnya bisa meransang berkemih. Teknik lain dengan membantu ibu mandi atau melakukan sitz bath dan menganjurkan ibu berkemih atau meletakkan minyak peppermint di dalam bedpan di bawah ibu. Uap minyak ini dapat merelaksasi meatus urinarius dan membuat ibu berkemih secara spontan. Apabila tindakan ini tidak berhasil, sebuah kateter steril dimasukkan untuk mengeluarkan urin.

B. Mencegah infeksi Salah satu cara penting untuk mencegah infeksi ialah mempertahankan lingkungan yang bersih. Penutup tempat tidur harus diganti setiap hari, tampon atau pelapis sekali pakai perlu diganti lebih sering. Pasien diusahakan untuk tidak berjalan di dalam rumah sakit tanpa menggunakan alas kaki untuk menghindari kontaminasi tempat tidur. Supervisi penggunaan fasilitas untuk mencegah kontaminasi silang juga diperlukan. Misalnya, tempat duduk untuk mandi atau lampu pemanas harus dicuci bersih sebelum digunakan oleh ibu yang lain. Tindakan pencegahan secara universal harus dilakukan. Anggota staf yang pilek, batuk, dan memiliki infeksi kulit, misalnya herpes di bibir harus mengikuti protocol RS jika kontak dengan pasien pascapartum.

Perawatan tempat episiotomi dan setiap laserasi perineum dilakukan dengan baik mencegah infeksi pada dearah genitourinara dan mempercepat proses penyembuhan. Ajari ibu membersihkan perineum dari arah depan ke belakang (uretra ke anus) setelah berkemih atau defekasi. Dibanyak RS, dipakai botol percik yang diisi air hangat atau larutan betadin untuk membersihkan daerah perineum setipa kali selesai berkemih. Pasien juga perlu diajari mengganti pelapis perineumnya dari arah depan ke belakang setiap kali selesai berkemih atau defekasi dan untuk mencuci tangannya sampai bersih sebelum dan sesudah melakukan hal tersebut.

C. Pemenuhan kebutuhan rasa nyaman Kebanyakan ibu mengalami nyeri segera setelah memasuki masa nifas. Penyebab umum nyeri meliputi nyeri pasca melahirkan (afterbirth), episiotomy atau laserasi perineum, hemoroid, dan pembesaran (engorgement) payudara. Penjelasan ibu tentang jenis dan berat nyeri adalah pedoman terbaik bagi perawat untuk memilih intervensi yang harus dilakuakn. Untuk memastikan lokasi dan luas penyebaran nyeri, perawat bisa melakukan inspeksi dan palpasi di daerah nyeri, memperhatikan kemerahan, pembengkakan, adanya cairan dan panas, dan observasi posisi tubuh, gerakan, dan ekspresi wajah. Tekanan darah, nadi, dan pernapasan bisa meningkat sebagai respon terhadap nyeri akut.

Intervensi keperawatan ditujukan untuk mengeliminasi sensasi nyeri secara keseluruhan atau menguranginya sampai pada tingkat yang dapat diterima ibu.

Intervensi nonfarmakologis

Nyeri postpartum dalah nyeri yang dirasakan seperti kram menstruasi oelh banyak ibu saat uterus berkontraksi setelah melahirkan. Kompres hangat, distraksi, membayangkan sesuatu, sentuhan terapeutik, relaksasi dan interaksi dengan bayi bisa mengurangi nyeri yang ditimbulkan kontraksi rahim.

Intervensi sederhana untuk mengurangi nyeri akibat episiotomy atau laserasi pada perineum ialah endorong ibu berbaring pada salah satu sisinya dan menggunakan bantal saat duduk. Kompres es yang dikemas (ice pack), obat salep (jika diresepkan dokter), aplikasi panas kering, membersihkan dengan botol percik atau Surgi-Gator, dan sitz bath.

Rasa tidak nyaman akibat pembesaran payudara bisa dikurangi dengan kompres es atau panas pada payudara dan menggunakan bra yang menopang payudara dengan baik.

Intervensi farmakologis

Kebanyakan dokter secara rutin memprogramkan pemberian obat analgetik, jika diperlukan, termasuk obat narkotik dan bukan narkotik sekaligus dosis dan waktu penggunaannya. Upaya patient controlled analgesia (PCA) dan pemberian infus analgesic epidural secara kontiniu adalah dua teknologi baru yang sering digunakan. Apabila akan member analgesic, perawat harus melakukan pengkajian klinis tentang jeis, dosis, dan frekuensi pemberian obat yang diprogramkan. Ibu harus diberitahu tentang analgesic yang diberikan dan efek samping yang sering timbul.

Apabila nyeri pada tingkat tertentu tidak juga dicapai dalam waktu satu jam dan pada pemeriksaan awal tidak ada suatu perubahan, perawat mugkin perlu menghubungi dokter untuk memperoleh obat penurun nyeri tambahan atau untuk memperoleh petunjuk lebih lanjut. Nyeri yang tidak hilang akan menimbulkan keletihan, kecemasan, dan persepsi nyeri semkain memburuk. Keadaan ini juga menunjukkan adanya masalah sebelumnya yang tidak diobati atau tidak diketahui. Pemeriksaan dan pengobatan lebih lanut perlu dilakukan untuk menentukan penyebab nyeri dan upaya penanganan.

D. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan Pendidikan untuk Ibu menyusui harus:

Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari

Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui)

Tablet zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca bersalin

Minum kapsul vit. A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASInya.

E. Pemenuhan Kebutuhan Istirahat Tidur Kegembiraan yang dialami setelah melahirkan seorang bayi bisa membuat ibu sulit beristirahaat. Ibu baru seringkali cemas akan kemampuannya dalam merawat bayinya atau seering merasa nyeri. Hal ini bisa membuatnya sukar tidur. Ada hari-hari selanjutnya tuntutan dari bayi, pengaruh lingkungan, dan rutinitas di rumah sakit juga akan mengganggu pola tidur ibu tersebut. Intervensi harus direncanakan untuk memenuhi kebutuhan ibu akan tidur dan istirahat. Menggosok-gosok punggung, tindakan lain yang memmberi kenikmatan, dan pemberian obat tdur mugkin diperlukan selama beberapa malam pertama. Rutinitas rumah sakit dan perawat bisa juga disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan individu. Selain itu, perawat dapat membantu keluarga ini membatasi pengunjung dan memberi kursi yang nyaman atau tempat tidur untuk pasangan. F. Pemenuhan kebutuhan ambulasi Ambulasi dini terbukti bermanfaat untuk mengurangi insiden tromboembolisme dan mempercepat pemulihan kekuatan ibu. Tirah baring tidak diperlukan oleh ibu yang mendapat anestesi umum, anestesi epidural atau spinal, atau mendapat anestesi local, seperti blok pudendal. Ibu dapat bergerak bebas setelah pengaruh anestesi hilang, kecuali bila ia diberi analgetik. Setelah periode istirahat vital pertama berakhir, ibu didorong untuk sering berjalan-jalan.

G. Pemenuhan kebutuhan eliminasi Setelah melahitkan, ibu harus berkemih dengan spontan dalam 6 samai 8 jam post partum, kalau dalam 8 jam post partum belum dapat kencing atau sekali kencing belum melebihi 100 cc, maka dilakukan kateterisasi akan tetapi, bila kandungan kencing penuh, tidak usah menunggu sampai 8 jam untuk kateterisasi.

Urin yang dikeluarkan dari beberapa perkemihan pertama harus diukur untuk mengetahui apakah pengosongan kandung kemih adekuat. Diharapkan setipa kali berkemih, urine yang keluar adalah 150 ml. Beberapa wanita mengalami kesulitan untuk mengosongkan kandung kemihnya.

Sebab-sebab retensi urin post partum antara lain:

Tekanan intra abdominal berkurang

Otot-otot perut masih lemas

Edema dari uretra

Dinding kandung kencing kurang sensitif

H. Pemenuhan kebutuhan seksual Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan tidak merasakan ketidaknyamanan, aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap.

Banyak budaya mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan tergantung pada pasangan yang bersangkutan.