Penanganan Kejang Pada Eklampsia
-
Upload
aulia-shahnaz -
Category
Documents
-
view
79 -
download
1
description
Transcript of Penanganan Kejang Pada Eklampsia
PENANGANAN KEJANG PADA EKLAMPSIA
Klasifikasi yang dipakai di Indonesia berdasarkan Report of the National High Blood Pressure Education Program Working Group on High Blood Pressure in
Pregnancy tahun 2001
1. Hipertensi kronik: Hipertensi yang timbul sebelum kehamilan 20 minggu atau hipertensi yang
pertama kali didiagnosis setelah umur kehamilan 20 minggu dan hipertensi menetap sampai 12 minggu pascapersalinan.
2. Preeklampsia: Hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan
proteinuria. 3. Eklampsia:
Preeklampsia yang disertai dengan kejang-kejang dan/atau koma. 4. Hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia:
Hipertensi kronik disertai tanda-tanda preeklampsia atau hipertensi kronik disertai proteinuria.
5. Hipertensi gestasional (transient hypertension) Hipertensi yang timbul setelah kehamilan 20 minggu tanpa disertai
proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan pascapersalinan atau kehamilan dengan tanda-tanda preeklampsia tetapi tanpa proteinuria.
TEKANAN DARAH MENINGKAT
( 140/90 mmHg)
TEKANAN DARAH MENINGKAT
( 140/90 mmHg)
NYERI KEPALA GANGGUAN
PENGLIHATAN HIPERREFLEKSIA
PROTEINURIA KOMA
NYERI KEPALA GANGGUAN
PENGLIHATAN HIPERREFLEKSIA
PROTEINURIA KOMA
HAMIL > 20 MGHAMIL > 20 MG
SUPERIMPOSESUPERIMPOSED D
PREECLAMPSIPREECLAMPSIAA
SUPERIMPOSESUPERIMPOSED D
PREECLAMPSIPREECLAMPSIAA
EKLAMPSIAEKLAMPSIAEKLAMPSIAEKLAMPSIA
PREEKLAMPSIPREEKLAMPSIA BERATA BERAT
PREEKLAMPSIPREEKLAMPSIA BERATA BERAT
PREEKLAMPSIPREEKLAMPSIA RINGANA RINGAN
PREEKLAMPSIPREEKLAMPSIA RINGANA RINGAN
HIPERTENSIHIPERTENSIHIPERTENSIHIPERTENSI
KEJANG +KEJANG +KEJANG +KEJANG +
KEJANG KEJANG ––KEJANG KEJANG ––
HIPERTENSI HIPERTENSI KRONIKKRONIK
HIPERTENSI HIPERTENSI KRONIKKRONIK
HAMIL < 20 MG HAMIL < 20 MG
Preeklampisa Ringan
Kriteria diagnostik– Tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau
diatolik ≥ 90 mmHg.– Proteinuria : ≥ 300 mg/ 24 jam jumlah urine atau
dipstick : ≥ 1+– Edema : lokal pada tungkai tidak dimasukkan
dalam kriteria diagnostik kecuali edema anasarka.
Preeklampsia Berat• Preeklamsi berat ialah preeklamsi dengan salah satu atau lebih gejala dan
tanda dibawah ini : Desakan darah : pasien dalam keadaan istirahat desakan sistolik ≥ 160 mmHg
dan atau desakan diastolik ≥ 110 mmHg Proteinuria : ≥ 5 gr/ jumlah urin selama 24 jam. Atau dipstick : 4 + Oliguria : produksi urin < 400-500 cc/ 24 jam Kenaikan kreatinin serum Edema paru dan sianosis Nyeri epigastrium dan nyeri kuadran atas kanan abdomen : disebabkan
teregangnya kapsula Glisoni. Nyeri dapat sebagai gejala awal ruptur hepar. Gangguan otak dan visus : perubahan kesadaran, nyeri kepala, skotomata, dan
pandangan kabur. Gangguan fungsi hepar : peningkatan alanin atau aspartat amino transferase Hemolisis mikroangiopatik Trombositopenia : < 100.000 cell/ mm3
Sindroma HELLP
• Preeklamsi berat dapat dibagi dalam beberapa kategori :– Preeklamsi berat tanpa impending eklamsi– Preeklamsi berat dengan impending eklamsi,
dengan gejala2 impending :• nyeri kepala• mata kabur• mual dan muntah• nyeri epigastrium• nyeri kuadran kanan atas abdomen
EKLAMPSIA• Diagnosis eklampsia ditegakkan ditandai
Peningkatan tekanan darah, Proteinuria, dan Disertai kejang atau koma Pada kehamilan > 20 minggu.
• Anamnesis– Kejang atau koma secara tiba-tiba.
• Tanyakan sudah berapa lama pasien mengalami kejang dan ada tidaknya kehilanga kesadaran setelah kejang.
– Tanyakan kepada keluarga pasien tentang tekanan darah sebelum kehamilan, apakah pasien sudah mengalami hipertensi sebelum kehamilan atau tidak.
– Tanyakan juga tentang riwayat kehamilan sebelumnya apakah sudah pernah kejang atau tidak pada kehamilan sebelumnya.
• Pemeriksaan fisik – Tekanan darah– Funduskopi edem papil
• Pemeriksaan penunjang – Proteinuria +++
Penanganan KejangTindakan awal • Tempatkan penderita di ruang isolasi atau ruang khusus dengan
lampu terang (tidak diperkenalkan ditempatkan di ruangan gelap, sebab bila terjadi sianosis tidak dapat diketahui)
• Tempat tidur penderita harus cukup lebar, dapat diubah dalam posisi trendelenburg, dan posisi kepala lebih tinggi
• Rendahkan kepala ke bawah : diaspirasi lendir dalam orofaring guna mencegah aspirasi pneumoni
• Sisipkan spatel-lidah antara lidah dan gigi rahang atas• Fiksasi badan harus kendor agar waktu kejang tidak terjadi fraktur• Rail tempat tidur harus dipasang dan terkunci dengan kuat
Penanganan Kejang
• Pilihan utama adalah magnesium sulfat. – Cara kerja :• Magnesium sulfat menghambat atau menurunkan
kadar asetilkolin pada rangsangan serat saraf dengan menghambat transmisi neuromuscular. Transmisi neuromuscular membutuhkan kalsium pada sinaps. • Pada pemberian magnesium sulfat, magnesium akan
menggeser kalsium, sehingga aliran rangsangan tidak terjadi (terjadi kompetitif inhibition antara ion kalsium dan ion magnesium).• Kadar kalsium yang tinggi dalam darah dapat
menghambat kerja magnesium sulfat
Cara PemberianAda beberapa cara:1. Buku Sarwono• Dosis awal: – Magnesium Sulfat 4 g IV sebagai larutan 20% selama 5
menit– Diikuti magnesium sulfat (50%) 5 g IM dengan 1 ml
lignokain 2% (dalam semprit yang sama)• Maintenance:– MgSO4 (50%) 5 g+ lignokain 2% 1 ml IM setiap 4 jam– Lanjutkan sampai 24 jam pascapersalinan atau kejang
berakhir 4 g (40%) 10 cc (IM) tiap 6 jam sampai 24 jam.
• 2. Kumpulan protokol RSUD Moewardi Surakarta– Loading dose : 8 gram MgSO4 40% intramuscular selama 4
menit, masing-masing 4 gram untuk bokong kanan dan kiri– Maintenance dose : Tiap 6 jam diberikan lagi 4 gram i.m
MgSO4
– Dosis tambahan: Bila timbul kejang-kejang lagi, maka dapat diberikan MgSO4 2 gram i.v selama 2 menit. Sekurang-kurangnya 20 menit setelah pemberian terakhir. Dosis tambahan 2 gram hanya diberikan sekali saja. Bila setelah diberikan dosis tambahan masih tetap kejang maka diberikan diazepam 1 ampul i.v pelan-pelan.
•
• 3. Protap RSMH • Dosis Awal : 4 g 20% IV pelan-pelan selama 3
menit atau lebih, disusul 8 g 40% IM terbagi pada bokong kanan dan kiri.
• Dosis ulangan : tiap 6 jam diberikan 4 g 40% IM diteruskan sampai 24 jam paskapersalinan atau 24 jam bebas kejang
• Apabila masih kejang lagi, diberikan 2 g MgSO4 20% IV pelan-pelan. Pemebrian IV ulangan hanya sekali saja, apabila masih timbul kejang lagi diberikan 5 mg/KgBB/IV pelan-pelan
Syarat pemberian MgSO4.
• Refleks patella normal• Respirasi > 16x/menit• Produksi urine dalam 4 jam sebelumnya > 100 cc ; 0,5 cc/kg
BB/jam• Siapkan ampul Kalsium Glukonat 10% dalam 10 ccGejala intoksikasi:• Refleks abnrmal• Oliguria• Bradipneu• Kepanasan
• Antidotum– Bila timbul gejala dan tanda intoksikasi MgSO4. Maka diberikan
injeksi Kalsium Glukonat 10% dalam 10 cc dalam 10 menit• Refrakter terhadap MgSO4, dapat diberikan salah satu
regimen dibawah ini :– 100 mg IV sodium thiopental– 10 mg IV diazepam– 250 mg IV sodium amobarbital– phenytoin :
a. dosis awal 1000 mg IVb. 16,7 mg/menit/1 jamc. 500 g oral setelah 10 jam dosis awal dalam 14 jam
TERIMA KASIH
• Kapan kita beri MgSO4?• Kenapa IV duluan? Kenapa tidak IM?