PEMERIKSAAN LABORATORIUM

9
Walaupun pada pemeriksaan darah perifer lengkap sering ditemukan leukopenia,dapat pula terjadi kadar leukosit normal atau leukositosis. Leukositosis dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder. Selain itu pula dapat ditemukan anemia ringan dan trombositopenia.Pada pemeriksaan hitung jenis leukosit dapat terjadi aneosinofilia maupun limfopenia. Laju endap darah pada demam tifoid dapat meningkat. SGOT dan SGPT seringkali meningkat,akan tetapi akan kembali menjadi normal setelah sembuh. Kenaikan SGOT dan SGPT tidak memerlukan penanganan khusus.Pemeriksaan lain yang rutin dilakukan adalah uji widal dan kultur organisme. Sampai sekarang,kultur organisme masih menjadi standar baku dalam oenegakan diagnostik. Selain uji widal,terdapat beberapa metode pemerksaan serologi lain yang dapat dilakukan dengan cepat dna mudah serta memilik sensitivitas dan spesifisitas lebih baik dari antara uji TUBEX,typhidot dan dipstik.

Transcript of PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Page 1: PEMERIKSAAN LABORATORIUM

PEMERIKSAAN LABORATORIUMPemeriksaan Rutin

Walaupun pada pemeriksaan darah perifer lengkap sering ditemukan leukopenia,dapat pula terjadi kadar leukosit normal atau

leukositosis. Leukositosis dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder. Selain itu pula dapat ditemukan anemia ringan dan

trombositopenia.Pada pemeriksaan hitung jenis leukosit dapat terjadi aneosinofilia maupun limfopenia. Laju endap darah pada

demam tifoid dapat meningkat. SGOT dan SGPT seringkali meningkat,akan tetapi akan kembali menjadi normal setelah

sembuh. Kenaikan SGOT dan SGPT tidak memerlukan penanganan khusus.Pemeriksaan lain yang rutin dilakukan adalah uji widal dan

kultur organisme. Sampai sekarang,kultur organisme masih menjadi standar baku dalam oenegakan diagnostik. Selain uji widal,terdapat beberapa metode pemerksaan serologi lain yang dapat dilakukan

dengan cepat dna mudah serta memilik sensitivitas dan spesifisitas lebih baik dari antara uji TUBEX,typhidot dan dipstik.

Page 2: PEMERIKSAAN LABORATORIUM

• Uji Widal• Uji widal dilakukan untuk deteksi antibodi terhadap kuman S. Typhi. Pada uji widal terjadi suatu

reaksi aglutinasi antara antigen kuman S. Typhi dengan antibodi yang disebut aglutinin. Antigen yanng digunakan pada uji widal adalah suspensi Salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Maksud uji widal adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita tersangka demam tifoid yaitu :

• Aglutinin O (Dri tubuh kuman)• Aglutinin H (flagela kuman)• Aglutinin Vi (simpai kuman)• Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang digunakan untuk diagnosis demam

tifoid. Semakin tinggi titernya semakin besar kemungkinan terinfeksi demam ini.• Pembentukan aglutinin mulai terjadi pada akhir minggu pertama demama,kemudia meningkat

secara cepat dan mencapai puncak pada minggu ke 4,dan tetap tingi selama beberapa ,minggu. Pada fase akut mula-mula timbul aglutinin O yang diikuti dengan aglutinin H. Pada setelah 4-6 bulan,sedangjan aglutinin H menetap lebih lama antara 9-12 bulan. Oleh karena itu,uji widal bukan untuk menentukan kesembuhan penyakit

Page 3: PEMERIKSAAN LABORATORIUM

• Uji Widal• Uji widal dilakukan untuk deteksi antibodi terhadap kuman S. Typhi. Pada uji widal terjadi suatu

reaksi aglutinasi antara antigen kuman S. Typhi dengan antibodi yang disebut aglutinin. Antigen yanng digunakan pada uji widal adalah suspensi Salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Maksud uji widal adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita tersangka demam tifoid yaitu :

• Aglutinin O (Dari tubuh kuman)• Aglutinin H (flagela kuman) • Aglutinin Vi (simpai kuman)• Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang digunakan untuk diagnosis demam

tifoid. Semakin tinggi titernya semakin besar kemungkinan terinfeksi demam ini.• Pembentukan aglutinin mulai terjadi pada akhir minggu pertama demama,kemudia meningkat

secara cepat dan mencapai puncak pada minggu ke 4,dan tetap tingi selama beberapa ,minggu. Pada fase akut mula-mula timbul aglutinin O yang diikuti dengan aglutinin H. Pada setelah 4-6 bulan,sedangjan aglutinin H menetap lebih lama antara 9-12 bulan. Oleh karena itu,uji widal bukan untuk menentukan kesembuhan penyakit

Page 4: PEMERIKSAAN LABORATORIUM

• Uji TUBEX• Uji TUBEX merupakan uji semi kuantitatif kolorimetrik yang cepat dan mudah

dikerjakan. Ui ini mendeteksi antibodi anti S.typhi O9 pada serum pasien,dengan menghambat ikatan antara IgM anti-O9 yang terkonjugasi pada partikel latex yang berwarna dengan lipoposakarida S.typhi yang terkonjugasi pada magnetik latex. Hasil positif uji tubex ini menunjukan terdapat infeksi Salmonella serogroup D walau tidak secara spesifik menunjuk pada Styphi. Infeksi oleh S.paratyphi akan memberikan hasil negatif.

• Secara imunologi antigen O9 bersifat imunodominan sehingga dapat merangsang respons imun secara independen terhadap timus dan merangsang mitosis sel B tanpa bantuan dari sel T. Karena sifatsifat tersebut,respon terhadap amtigen O9 berlangsung cepat sehingga deteksi terhadap antigen O9 dapat dilakukan lebih dini,yaitu pada hari ke 4-5 untuk infeksi primee dan hari 2-3 untuk infeksi sekunder. Perlu diketahui bahwa uji Tubex hanya dapat mendeteksi IgM dan tidak dapat mendeteksi IgG sehingga tidak dapat digunakan untuk modalitas mendeteksi infeksi lampau.

Page 5: PEMERIKSAAN LABORATORIUM

• Pemeriksaan ini dengan 3 komponen• Tabung bentuk V untuk meningkatkan sensitivitas• Reagen A yang mengandung partikel magnetik yang diselubungi antigen S.typhi• Reagen B yang mengandung partikel lateks biru yang diselubungi antibodi monoklonal spesifik

untuk antigen O9.• Konsep pemeriksaan ini dapat diterangkan sebagai berikut:• Jika serum tidak mengandung antibodi terhadap O9nregen B akan bereaksi dengan reagen A.

Ketika diletakkan pada daerah mengandug medan magnet,komponen reagen yang dikandung reagen A akan tertarik pada magnet rak,dengan membawa serta pewarna yang dikandung reagen B.akibatnya,terlihat warna merah pada tabung yang sesungguhnya merupakan gambaran serum yang lisis. Sebaliknya,bila serum mengandung antibodi terhadap 09,antibodi pasien akan berikatan dengan reagen A menyebabkan reagen B tidak tertarik pada magnet rak dan memberikan warna biru pada larutan.

• Uji Typhidot• Uji ini untuk mendeteksi IgM dan IgG yang terdapat pada protein membran luar S.typhi. hasil

positif pada uji ini setelah 2-3hari setelah infeksi dan dapat mengidentifikasi secara spesifik antibodi IgG dan IgM terhdapa antigen S.typhi seberat 50kD yang terdapat pada strip nitroselulosa.

• Sensitivitas uni ini sebesar 98% spesifisistasnya 76,6% dan efisiensinya 84% yang dilakukan oleh Gopalakhkrisnan (2002) pada 144 kasus demam tifoid. Yang dilakukan Olsen dkk sensitivitas dan spesifisitas hampir sama dengan uji tubex79% dan 89% dengan 78% dan 89%.

Page 6: PEMERIKSAAN LABORATORIUM

• Uji IgM dipstick• Uji ini mendeteksi antibodi IgM spesifik terhadap S.typhi

pada spesimen serum atau whole blood. Uji ini memakai strip yang mengandung antigen lipoposakarida S.typhoid dan anti IgM. Reagen deteksi yang mengandung anti bodi anti IgM yang dilekati dengan lateks pewarna cairan membasahi strip sebelum diinkubasi dengan reagen seru m pasien,Tabung uji. Komponen perlengkapan ini stabil disimpan selama 2 tahun pada suhu 4-250C ditempat kering tanpa paparan sinar matahari. Setelah inkubasi strip dibilas dengan air mengalir dan dikeringkan. Secara semi kuantitatif diberi penilaian terhadap garis uji dengan membandingkannya dengan reference strip. Garis kontrol harus terwarna dengan baik.

Page 7: PEMERIKSAAN LABORATORIUM

• Kultur darah• Hasil positif memastikan demam tifoid namun

hasil negatif dapat disebabkan oleh:• Telah terdapat terapi antibiotik• Volume darah yang kurang• Riwayat vaksinasi,vaksinasi dimasa lampau

menimbulkan antibodi dalam darah• Saat ambil darah setelah minggu pertama,saat

aglutinnin meningkat.•

Page 8: PEMERIKSAAN LABORATORIUM

• PENATALAKSANAAN• Istirahat dan perawatan: untuk mencegah komplikasi dan mempercepat

penyembuhan\• Diet dan terapi penunjang: mengambalikan rasa nyaman dan kesehatan• Istirahat dan perawatan:mencegah komplikasi• Pemberian antimikroba:menghentikan penyebaran kuman. Obat

antimikroba yang sering digunakan adalah:• Kloramfenikol• Kotrimoksazol• Ampisilin dan amoksilin• Sefalosprin generasi ketiga• Golongan fluorokuinol• Azitromisin•

Page 9: PEMERIKSAAN LABORATORIUM

• Ilmu penyakit dalam jilid 3 halaman2798-2801