Anti Pemeriksaan Laboratorium Pada Feses

30
PEMERIKSAAN LABORATORIUM PADA FESES SEBAGAI PEMERIKSAAN PENUNJANG DALAM PENEGAKAN DIAGNOSA BERBAGAI PENYAKIT Diajukan sebagai salah satu tugas Mata kuliah KDK II Disusun Oleh : Kelompok III Ketua : SRI WIYANTI LITA NATALIA Anggota : 1. NITA PERMATASARI 2. ETIN YULIA 3. AENA HILDA 4. ANGGI MUSTIKA 5. CICIH PURWASIH 6. DESI PUSPITASARI 7. YUNITA 8. SITI FATIMAH 9. DEYENI NURHAYATI 10. IRA HANI

description

3

Transcript of Anti Pemeriksaan Laboratorium Pada Feses

Page 1: Anti Pemeriksaan Laboratorium Pada Feses

PEMERIKSAAN LABORATORIUM PADA FESES SEBAGAI

PEMERIKSAAN PENUNJANG DALAM PENEGAKAN

DIAGNOSA BERBAGAI PENYAKIT

Diajukan sebagai salah satu tugas

Mata kuliah KDK II

Disusun Oleh :

Kelompok III

Ketua : SRI WIYANTI LITA NATALIA

Anggota :

1. NITA PERMATASARI

2. ETIN YULIA

3. AENA HILDA

4. ANGGI MUSTIKA

5. CICIH PURWASIH

6. DESI PUSPITASARI

7. YUNITA

8. SITI FATIMAH

9. DEYENI NURHAYATI

10. IRA HANI

YAYASAN ADHI GUNA KENCANAAKADEMI KEBIDANAN BHAKTI NUGRAHA SUBANG

2013

Page 2: Anti Pemeriksaan Laboratorium Pada Feses

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

Rahmat, Taufiq dan Hidayah_Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini

yang berjudul “PEMERIKSAAN LABORATORIUM PADA FESES SEBAGAI

PEMERIKSAAN PENUNJANG DALAM PENEGAKAN DIAGNOSA BERBAGAI

PENYAKIT” yang merupakan salah satu tugas mata kuliah KDK II.

Terima kasih penyusun ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam

penyusunan makalah ini hingga selesai.

Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak

kekurangan, hal ini disebabkan oleh karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman serta

sumber yang penyusun miliki.

Oleh karena itu, penyusun harapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun

untuk perbaikan pembuatan makalah selanjutnya.

Akhirnya penyusun berharap mudah – mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi

penyusun khususnya dan para pembaca pada umumnya.

Subang, 18 Maret 2013

Penyusun

i

Page 3: Anti Pemeriksaan Laboratorium Pada Feses

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................... 1

B. Tujuan ...................................................................................... 1

BAB II LANDASAN TEORI

A. Definisi ...................................................................................... 2

B. Pemeriksaan .............................................................................. 2

BAB III KESIMPULAN ................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA

ii

Page 4: Anti Pemeriksaan Laboratorium Pada Feses

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemeriksaan feses (tinja) adalah salah satu pemeriksaan laboratorium

yang telah lama dikenal untuk membantu klinisi menegakkan diagnosis suatu

penyakit. Meskipun saat ini telah berkembang berbagai pemeriksaan

laboratorium yang modern , dalam beberapa kasus pemeriksaan feses masih

diperlukan dan tidak dapat digantikan oleh pemeriksaan lain. Pengetahuan

mengenai berbagai macam penyakit yang memerlukan pemeriksaan feses ,

cara pengumpulan sampel yang benar serta pemeriksan dan interpretasi yang

benar akan menentukan ketepatan diagnosis yang dilakukan oleh klinisi.

Hal yang melatar belakangi penulis menyusun sebuah makalah dengan

judul “pemeriksaan laboratorium pada feses sebagai pemeriksaan penunjang

dalam penegakan diagnosa berbagai penyakit”. Agar para tenaga teknis

laboratorium patologi klinik serta para mahasiswa dari berbagai program studi

kesehatan khususnya mahasiswa analis kesehatan dapat meningkatkan

kemampuan dan mengerti bermacam-macam penyakit yang memerlukan

sampel feses, memahami cara pengumpulan sampel untuk pemeriksaan feses

secara benar. mampu melaksanakan pemeriksaan sampel feses dengan baik,

dan pada akhirnya mampu membuat interpretasi hasil pemeriksaan feses

dengan benar.

B. Tujuan

1. Mahasiswa mengerti dan mengetahui tentang pemeriksaan laboratorium

pada feses.

2. Mahasiswa mengerti dan mengetahui tentang pemeriksaan penunjang dalam

penegakan diagnosa berbagai penyakit.

1

Page 5: Anti Pemeriksaan Laboratorium Pada Feses

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Feses adalah sisa hasil pencernaan dan absorbsi dari makanan yang

kita makan yang dikeluarkan lewat anus dari saluran cerna.Jumlah normal

produksi 100 – 200 gram / hari. Terdiri dari air, makanan tidak tercerna, sel

epitel, debris, celulosa, bakteri dan bahan patologis, Jenis makanan serta gerak

peristaltik mempengaruhi bentuk, jumlah maupun konsistensinya dengan

frekuensi defekasi normal 3x per-hari sampai 3x per-minggu.

B. Pemeriksaan

1. Indikasi dilakukan pemeriksaan feses

a. Adanya diare dan konstipasi

b. Adanya darah dalam tinja

c. Adanya lendir dalam tinja

d. Adanya ikterus

e. Adanya gangguan pencernaan

f. Kecurigaan penyakit gastrointestinal

2. Macam pemeriksaan

a. Makroskopis

Pemeriksaan makroskopik tinja meliputi pemeriksaan jumlah,

warna, bau, darah, lendir dan parasit.Feses untuk pemeriksaan

sebaiknya yang berasal dari defekasi spontan. Jika pemeriksaan sangat

diperlukan,boleh juga sampel tinja di ambil dengan jari bersarung dari

rectum. Untuk pemeriksaan biasa dipakai tinja sewaktu, jarang

diperlukan tinja 24 jam untuk pemeriksaan tertentu.

Tinja hendaknya diperiksa dalam keadaan segar, kalau

dibiarkan mungkin sekali unsure-unsur dalam tinja itu menjadi rusak.

Bahan ini harus dianggap bahan yang mungkin mendatangkan

infeksi,berhati-hatilah saat bekerja.

2

Page 6: Anti Pemeriksaan Laboratorium Pada Feses

Dibawah ini merupakan syarat dalam pengumpulan sampel

untuk pemeriksaan feses :

1) Wadah sampel bersih, kedap, bebas dari urine

2) Harus diperiksa 30 – 40 menit sejak dikeluarkan jika ada

penundaan simpan di almari es

3) Tidak boleh menelan barium, bismuth dan minyak 5 hari sebelum

pemeriksaan

4) Diambil dari bagian yang paling mungkin memberi kelainan.

misalnya bagian yang bercampur darah atai lender

5) Paling baik dari defekasi spontan atau Rectal Toucher sebagai

pemeriksaan tinja sewaktu.

6) Pasien konstipasi dapat diberikan saline cathartic terlebih dahulu

7) Pada Kasus Oxyuris dapat digunakan metode schoth tape & object

glass

8) Untuk mengirim tinja, wadah yang baik ialah yang terbuat dari

kaca atau sari bahan lain yang tidak dapat ditembus seperti plastic.

Kalau konsistensi tinja keras,dos karton berlapis paraffin juga

boleh dipakai. Wadah harus bermulut lebar

9) Oleh karena unsure-unsur patologik biasanya tidak dapat merata,

maka hasil pemeriksaan mikroskopi tidak dapat dinilai derajat

kepositifannya dengan tepat, cukup diberi tanda –(negatif),(+),(+

+),(+++) saja

Berikut adalah uraian tentang berbagai macam pemeriksaan

secara makroskopis dengan sampel feses.

1) Pemeriksaan Jumlah

Dalam keadaan normal jumlah tinja berkisar antara 100-

250gram per hari. Banyaknya tinja dipengaruhi jenis makanan bila

banyak makan sayur jumlah tinja meningkat.

2) Pemeriksaan Warna

a) Tinja normal kuning coklat dan warna ini dapat berubah mejadi

lebih tua dengan terbentuknya urobilin lebih banyak. Selain

urobilin warna tinja dipengaruhi oleh berbagai jenis makanan,

3

Page 7: Anti Pemeriksaan Laboratorium Pada Feses

kelainan dalam saluran pencernaan dan obat yang dimakan.

Warna kuning juga dapat disebabkan karena susu,jagung,

lemak dan obat santonin.

b) Tinja yang berwarna hijau dapat disebabkan oleh sayuran yang

mengandung khlorofil atau pada bayi yang baru lahir

disebabkan oleh biliverdin dan porphyrin dalam mekonium.

c) Warna kelabu mungkin disebabkan karena tidak ada

urobilinogen dalam saluran pencernaan yang didapat pada

ikterus obstruktif, tinja tersebut disebut akholis.

Keadaan tersebut mungkin didapat pada defisiensi enzim

pankreas seperti pada steatorrhoe yang menyebabkan makanan

mengandung banyak lemak yang tidak dapat dicerna dan juga

setelah pemberian garam barium setelah pemeriksaan

radiologik.

d) Tinja yang berwarna merah muda dapat disebabkan oleh

perdarahan yang segar dibagian distal, mungkin pula oleh

makanan seperti bit atau tomat.

e) Warna coklat mungkin disebabkan adanya perdarahan dibagian

proksimal saluran pencernaan atau karena makanan seperti

coklat, kopi dan lain-lain. Warna coklat tua disebabkan urobilin

yang berlebihan seperti pada anemia hemolitik. Sedangkan

warna hitam dapat disebabkan obat yang yang mengandung

besi, arang atau bismuth dan mungkin juga oleh melena.

3) Pemeriksaan Bau

Indol, skatol dan asam butirat menyebabkan bau normal

pada tinja. Bau busuk didapatkan jika dalam usus terjadi

pembusukan protein yang tidak dicerna dan dirombak oleh

kuman.Reaksi tinja menjadi lindi oleh pembusukan semacam itu.

Tinja yang berbau tengik atau asam disebabkan oleh

peragian gula yang tidak dicerna seperti pada diare. Reaksi tinja

pada keadaan itu menjadi asam. Konsumsi makanan dengan

4

Page 8: Anti Pemeriksaan Laboratorium Pada Feses

rempah-rempah dapat mengakibatkan rempah-rempah yang

tercerna menambah bau tinja.

4) Pemeriksaan Konsistensi

Tinja normal mempunyai konsistensi agak lunak dan

bebentuk. Pada diare konsistensi menjadi sangat lunak atau cair,

sedangkan sebaliknya tinja yang keras atau skibala didapatkan

pada konstipasi. Peragian karbohidrat dalam usus menghasilkan

tinja yang lunak dan bercampur gas. Konsistensi tinja berbentuk

pita ditemukan pada penyakit hisprung. feses yang sangat besar

dan berminyak menunjukkan alabsorpsi usus.

5) Pemeriksaan Lendir

Dalam keadaan normal didapatkan sedikit sekali lendir

dalam tinja. Terdapatnya lendir yang banyak berarti ada

rangsangan atau radang pada dinding usus.

a) Lendir yang terdapat di bagian luar tinja, lokalisasi iritasi itu

mungkin terletak pada usus besar. Sedangkan bila lendir

bercampur baur dengan tinja mungkin sekali iritasi terjadi pada

usus halus.

b) Pada disentri, intususepsi dan ileokolitis bisa didapatkan lendir

saja tanpa tinja.

c) Lendir transparan yang menempel pada luar feces diakibatkan

spastik kolitis, mucous colitis pada anxietas.

d) Tinja dengan lendir dan bercampur darah terjadi pada

keganasan serta peradangan rektal anal.

e) Tinja dengan lendir bercampur nanah dan darah dikarenakan

adanya ulseratif kolitis, disentri basiler, divertikulitis ulceratif,

intestinal TBC.

f) Tinja dengan lendir yang sangat banyak dikarenakan adanya

vilous adenoma colon.

6) Pemeriksaan Darah.

Adanya darah dalam tinja dapat berwarna merah muda,

coklat atau hitam. Darah itu mungkin terdapat di bagian luar tinja

atau bercampur baur dengan tinja.

5

Page 9: Anti Pemeriksaan Laboratorium Pada Feses

a) Pada perdarahan proksimal saluran pencernaan darah akan

bercampur dengan tinja dan warna menjadi hitam, ini disebut

melena seperti pada tukak lambung atau varices dalam

oesophagus.

b) Pada perdarahan di bagian distal saluran pencernaan darah

terdapat di bagian luar tinja yang berwarna merah muda yang

dijumpai pada hemoroid atau karsinoma rektum. Semakin

proksimal sumber perdarahan semakin hitam warnanya.

7) Pemeriksaan Nanah

Pada pemeriksaan feses dapat ditemukan nanah. Hal ini

terdapat pada pada penyakit Kronik ulseratif Kolon , Fistula colon

sigmoid, Lokal abses.Sedangkan pada penyakit disentri basiler

tidak didapatkan nanah dalam jumlah yang banyak.

8) Pemeriksaan Parasit

Diperiksa pula adanya cacing ascaris, anylostoma dan spesies

cacing lainnya yang mungkin didapatkan dalam feses.

9) Pemeriksaan adanya sisa makanan

Hampir selalu dapat ditemukan sisa makana yang tidak

tercerna, bukan keberadaannya yang mengindikasikan kelainan

melainkan jumlahnya yang dalam keadaan tertentu dihubungkan

dengan sesuatu hal yang abnormal.

Sisa makanan itu sebagian berasal dari makanan daun-

daunan dan sebagian lagi makanan berasal dari hewan, seperti serta

otot, serat elastic dan zat-zat lainnya. Untuk identifikasi lebih

lanjut emulsi tinja dicampur dengan larutan Lugol maka pati

(amylum) yang tidak sempurna dicerna nampak seperti butir-butir

biru atau merah. Penambahan larutan jenuh Sudan III atau Sudan

IV dalam alkohol 70% menjadikan lemak netral terlihat sebagai

tetes-tetes merah atau jingga.

6

Page 10: Anti Pemeriksaan Laboratorium Pada Feses

b. Mikroskopis

Pemeriksaan mikroskopik meliputi pemeriksaan protozoa, telur

cacing, leukosit, eritosit, sel epitel, kristal, makrofag dan sel ragi. Dari

semua pemeriksaan ini yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap

protozoa dan telur cacing.

1) Protozoa

Biasanya didapati dalam bentuk kista, bila konsistensi tinja cair

baru didapatkan bentuk trofozoit.

2) Telur cacing

Telur cacing yang mungkin didapat yaitu Ascaris lumbricoides,

Necator americanus, Enterobius vermicularis, Trichuris trichiura,

Strongyloides stercoralis dan sebagainya.

3) Leukosit

Dalam keadaan normal dapat terlihat beberapa leukosit dalam

seluruh sediaan. Pada disentri basiler, kolitis ulserosa dan

peradangan didapatkan peningkatan jumlah leukosit. Eosinofil

mungkin ditemukan pada bagian tinja yang berlendir pada

penderita dengan alergi saluran pencenaan.

Untuk mempermudah pengamatan leukosit dapat ditambah 1 tetes

asam acetat 10% pada 1 tetes emulsi feces pada obyek glass.

4) Eritrosit

Eritrosit hanya terlihat bila terdapat lesi dalam kolon, rektum atau

anus. Sedangkan bila lokalisasi lebih proksimal eritrosit telah

hancur. Adanya eritrosit dalam tinja selalu berarti abnormal.

5) Epitel

Dalam keadaan normal dapat ditemukan beberapa sel epite lyaitu

yang berasal dari dinding usus bagian distal. Sel epitel yang berasal

dari bagian proksimal jarang terlihat karena sel inibiasanya telah

rusak. Jumlah sel epitel bertambah banyak kalau ada perangsangan

atau peradangan dinding usus bagian distal.

7

Page 11: Anti Pemeriksaan Laboratorium Pada Feses

6) Kristal

Kristal dalam tinja tidak banyak artinya. Dalam tinja normal

mungkin terlihat kristal tripel fosfat, kalsium oksalat dan asam

lemak. Kristal tripel fosfat dan kalsium oksalat didapatkan setelah

memakan bayam atau strawberi, sedangkan kristal asam lemak

didapatkan setelah banyak makan lemak.

Sebagai kelainan mungkin dijumpai kristal Charcoat Leyden Tinja,

Butir-butir amilum dan kristal hematoidin. Kristal Charcoat

Leyden didapat pada ulkus saluran pencernaan seperti yang

disebabkan amubiasis. Pada perdarahan saluran pencernaan

mungkin didapatkan kristal hematoidin.

7) Makrofag

Sel besar berinti satu dengan daya fagositosis, dalam

sitoplasmanya sering dapat dilihat bakteri selain eritrosit, lekosit.

Bentuknya menyerupai amuba tetapi tidak bergerak.

8) Sel ragi

Khusus Blastocystis hominis jarang didapat. Pentingnya mengenal

strukturnya ialah supaya jangan dianggap kista amoeba

9) Jamur

Pemeriksaan KOH

Pemeriksaan KOH adalah pemeriksaan tinja dengan

menggunakan larutan KOH (kalium hidroksida) untuk mendeteksi

adanya jamur, sedangkan pemeriksaan tinja rutin adalah

pemeriksaan tinja yang biasa dilakukan dengan menggunakan

lugol.

Untuk membedakan antara Candida dalam keadaan normal

dengan Kandidiasis adalah pada kandidiasis, selain gejala

kandidiasis, dari hasil pemeriksaan dapat ditemukan bentuk

pseudohifa yang merupakan bentuk invasif dari Candida pada

sediaan tinja.

Timbulnya kandidiasis juga dapat dipermudah dengan

adanya faktor risiko seperti diabetes melitus, AIDS, pengobatan

8

Page 12: Anti Pemeriksaan Laboratorium Pada Feses

antikanker, dan penggunaan antibiotika jangka panjang. Kalau

memang positif kandidiasis dan terdapat gejala kandidiasis, maka

biasanya dapat sembuh total dengan obat jamur seperti

fluconazole, tetapi tentu saja bila ada faktor risiko juga harus

diatasi.

Swap adalah mengusap mukosa atau selaput lendir atau

pseudomembran kemudian hasil usapan diperiksa secara

mikroskopik, sedangkan biopsi adalah pengambilan jaringan atau

sel untuk dilakukan pemeriksaan secara mikroskopik juga.

c. Kimia

1) Darah samar

Pemeriksaan kimia tinja yang terpenting adalah

pemeriksaan terhadap darah samar. Tes terhadap darah samar

dilakukan untuk mengetahui adanya perdarahan kecil yang tidak

dapat dinyatakan secara makroskopik atau mikroskopik.

Adanya darah dalam tinja selalau abnormal. Pada keadaan normal

tubuh kehilangan darah 0,5 – 2 ml / hari. Pada keadaan abnormal

dengan tes darah samar positif (+) tubuh kehilangan darah > 2 ml/

hari.

Macam-macam metode tes darah samar yang sering

dilakukan adalah guajac tes, orthotoluidine, orthodinisidine,

benzidin tes berdasarkan penentuan aktivitas peroksidase /

oksiperoksidase dari eritrosit (Hb)

a) Metode benzidine basa

(1) Buatlah emulsi tinja dengan air atau dengan larutan garam

kira-kira 10 ml dan panasilah hingga mendidih.

(2) Saringlah emulsi yang masih panas itu dan biarkan filtrat

sampai menjadi dingin kembali.

(3) Ke dalam tabung reaksi lain dimasukkan benzidine basa

sebanyak sepucuk pisau.

9

Page 13: Anti Pemeriksaan Laboratorium Pada Feses

(4) Tambahkan 3 ml asam acetat glacial, kocoklah sampai

benzidine itu

(5) Bubuhilah 2ml filtrate emulsi tinja, campur.

(6) Berilah 1ml larutan hydrogen peroksida 3 %, campur.

(7) Hasil dibaca dalam waktu 5 menit (jangan lebih lama)

Catatan :

Hasil dinilai dengan cara :

Negative ( - ) tidak ada perubahan warna atau samar-samar

hijau.

Positif (+) hijau

Positif (2+) biru bercampur hijau

Positif (3+) biru

Positif (4+) biru tua

b) Metode Benzidine Dihidrochlorida

Jika hendak memakai benzidine dihirochlorida sebagai

pengganti benzidine basa dengan maksud supaya test menjadi

kurang peka dan mengurangi hasil positif palsu, maka caranya

sama seperti diterangkan diatas.

c) Cara Guajac

Prosedur Kerja :

i. Buatlah emulsi tinja sebanyak 5ml dalam tabung reaksi dan

tambahkan 1ml asam acetat glacial, campur.

ii. Dalam tabung reaksi lain dimasukkan sepucuk pisau serbuk

guajac dan 2ml alcohol 95 %, campur.

iii. Tuang hati-hati isi tabung kedua dalam tabung yang berisi

emulsi tinja sehingga kedua jenis campuran tetap sebagai

lapisan terpisah.

iv. Hasil positif kelihatan dari warna biru yang terjadi pada

batas kedua lapisan itu. Derajat kepositifan dinilai dari

warna itu.

10

Page 14: Anti Pemeriksaan Laboratorium Pada Feses

Zat yang mengganggu pada pemeriksaan darah samar

diantara lain adalah preparat Fe, chlorofil, extract daging,

senyawa merkuri, Vitamin C dosis tinggi dan anti oxidant dapat

menyebabkan hasil negatif (-) palsu, sedangkan Lekosit,

formalin, cupri oksida, jodium dan asam nitrat dapat

menyebabkan positif (+) palsu.

10) Urobilin

Dalam tinja normal selalu ada urobilin. Jumlah urobilin

akan berkurang pada ikterus obstruktif, pada kasus obstruktif total

hasil tes menjadi negatif, tinja dengan warna kelabu disebut

akholik.

Prosedur kerja :

1. Taruhlah beberapa gram tinja dalam sebuah mortir dan

campurlah dengan larutan mercurichlorida 10 % dengan

volume sama dengan volume tinja.

2. Campurlah baik-baik dengan memakai alunya

3. Tuanglah bahan itu ke dalam cawan datar agar lebih mudah

menguap dan biarkan selama 6-24 jam.

4. Adanya urobilin dapat dilihat dengan timbulnya warna merah.

11) Urobilinogen

Penetapan kuantitatif urobilinogen dalam tinja memberikan

hasil yang lebih baik jika dibandingkan terhadap tes

urobilin,karena dapat menjelaskan dengan angka mutlak jumlah

urobilinogen yang diekskresilkan per 24 jam sehingga bermakna

dalam keadaan seperti anemia hemolitik dan ikterus obstruktif.

Tetapi pelaksanaan untuk tes tersebut sangat rumit dan

sulit, karena itu jarang dilakukan di laboratorium. Bila masih

diinginkan penilaian ekskresi urobilin dapat dilakukan dengan

melakukan pemeriksaan urobilin urin.

12) Bilirubin

Pemeriksaan bilirubin akan beraksi negatif pada tinja

normal,karena bilirubin dalam usus akan berubah menjadi

11

Page 15: Anti Pemeriksaan Laboratorium Pada Feses

urobilinogen dan kemudian oleh udara akan teroksidasi menjadi

urobilin.

Reaksi mungkin menjadi positif pada diare dan pada keadaan yang

menghalangi perubahan bilirubin menjadi urobilinogen, seperti

pengobatan jangka panjang dengan antibiotik yang diberikan

peroral, mungkin memusnakan flora usus yang menyelenggarakan

perubahan tadi.Untuk mengetahui adanya bilrubin dapat digunakan

metode pemeriksaan Fouchet

12

Page 16: Anti Pemeriksaan Laboratorium Pada Feses

Definition of Feces

Feces, also spelled feces, also called excrement,  solid bodily waste discharged

from the large intestine through the anus during defecation. Feces are normally

removed from the body one or two times a day. About 100 to 250 grams (3 to 8

ounces) of feces are excreted by a human adult daily.

Normally, feces are made up of 75 percent water and 25 percent solid matter.

About 30 percent of the solid matter consists of dead bacteria; about 30 percent

consists of indigestible food matter such as cellulose; 10 to 20 percent is

cholesterol and other fats; 10 to 20 percent is inorganic substances such as

calcium phosphate and iron phosphate; and 2 to 3 percent is protein. Cell debris

shed from the mucous membrane of the intestinal tract also passes in the waste

material, as do bile pigments (bilirubin) and dead leukocytes (white blood cells).

The brown colour of feces is due to the action of bacteria on bilirubin, which is

the end product of the breakdown of hemoglobin (red blood cells). The odour of

feces is caused by the chemicals indole, skatole, hydrogen sulfide, and

mercaptans, which are produced by bacterial action.

Many diseases and disorders can affect bowel function and produce abnormalities

in the feces. Constipation is characterized by infrequent evacuations and the

production of excessively hard and dry feces, while diarrhea results in frequent

defecation and excessively soft, watery feces. Bleeding in the stomach or

intestines may result in the passage of blood with the stool, which appears dark

red, tarry, or black. Fatty or greasy stools usually indicate pancreatic or small-

intestine afflictions. Typhoid, cholera, and amoebic dysentery are among diseases

spread by the contamination of food with the feces of infected persons.

Stool specimen of feces

Definition

Stool specimen collection is the process of obtaining a sample of a patient's feces

for diagnosic purposes.

Purpose

This procedure is used to test for infectious organisms, mucus, fat, parasites, or

blood in the stool.

13

Page 17: Anti Pemeriksaan Laboratorium Pada Feses

Precautions

Depending on the proposed analysis of the feces, watery feces will not be suitable

for conducting a test for any fat that may be present, but can be used for other

analyses, such as testing for bacteria.

Description

A stool specimen or culture can also be called a fecal specimen or culture. A

specimen of freshly passed feces of 1/2 to 1 ounce (15 g to 30 g) is collected,

without contamination of urine or toilet tissue, into a small container that may

have a small spoon or spatula attached inside the lid of the cup for easier

collection of the sample.

Adult and older children patient can collect the specimen by passing feces into

plastic wrap stretched loosely over the toilet bowl. A portion of the sample is then

transferred into the supplied container.

With young children and infants wearing diapers, the diaper should be lined with

plastic wrap. A urine bag can be attached to the child to ensure that the stool

specimen is not contaminated with urine.

For a bedridden patient, the specimen should be collected in a bedpan lined with

plastic wrap, and the nurse can transfer a portion of the feces into the appropriate

container.

Follow the manufacturer's guidelines if a commercial collection kit is used.

Preparation

If occult blood is suspected, the patient should be given a mild laxative and should

avoid eating foods rich in meat extracts or leafy vegetables three days prior to the

test. If the patient's gums bleed when brushing their teeth, the mouth should be

cleansed with mouthwash and wiped with a cloth to avoid blood entering the

digestive system and contaminating the stool specimen.

Certain drugs may interfere with the analysis of the specimen, and the patient

should avoid ingesting products such as antacids, oily foods and drugs, and

antibiotics. Barium sulfate should be excluded two weeks prior to the test, and

medical procedure dyes three weeks prior to the test.

If fat in the stool is suspected, the patient will also be asked to collect the samples

in pre-weighed airtight containers.

14

Page 18: Anti Pemeriksaan Laboratorium Pada Feses

All feces passed in a 24-hour period are collected over two or three days and sent

daily for analysis.

Source :

http://www.healthline.com/galecontent/stool-specimen-collection

18 march 2013 : 16.00 PM

15

Page 19: Anti Pemeriksaan Laboratorium Pada Feses

BAB III

KESIMPULAN

Pemeriksaan feses masih sering dilakukan pada laboratorium-laboratorium

klinik maupun laboratorium di rumah sakit. Pemeriksaan feses adalah salah satu

parameter yang digunakan untuk membantu dalam penegakan diagnosis suatu

penyakit serta menyelidiki suatu penyakit secara lebih mendalam.

Pemeriksaan feses dibagi menjadi 3 macam pemeriksaan yaitu

pemeriksaan makroskopis, mikroskopis dan kimia.

1. Pemeriksaan makroskopis terdiri dari Pemeriksaan jumlah, pemeriksaan

warna, pemeriksaan bau, pemeriksaan konsistensi, pemeriksaan lendir,

pemeriksaan darah.pemeriksaan nanah, pemeriksaan parasit dan pemeriksaan

adanya sisa makanan.

2. Pemeriksaan mikroskopis feses terdiri dari pemeriksaan terhadap Protozoa,

telur cacing, leukosit, eritrosit, epitel, kristal,makrofag,sel ragi, dan jamur.

3. pemeriksaan kimia meliputi pemeriksaan Darah samar, urobilin, urobilinogen

dan bilirubin.

Dalam pemeriksaan feses perlu diperhatikan tahapan-tahapan pemeriksaan

mulai dari bagaimana pengumpulan sampel yang benar, memeriksa sampel yang

sesuai dengan prosedur, dan bagaimana menginterprestasikan hasil pemeriksaan

sehingga dapat mengeluarkan hasil yang valid dan dapat dipertanggung jawabkan.

Hal tersebut sangat penting karena dari hasil pemeriksaan tersebut digunakan

untuk menentukan tindakan lebih lanjut seperti tindakan pengobatan.

16

Page 20: Anti Pemeriksaan Laboratorium Pada Feses

DAFTAR PUSTAKA

Gandasoebrata,R.1999.Penuntun Laboratorium Klinik.Jakarta: PT Dian Rakyat.

(Halaman 180-185)

Corwin, Elisabeth J.2001.Buku Saku Patofisiologi.Jakarta:Penerbit Buku

Kedokteran EGC. (Halaman 518-519)

http://www.kalbe.co.id/consultation/14/apa-itu-pemeriksaan-tinja-dg-koh-dan-

bedanya pemeriksaan-tinja-rutin.htm ( Diakses pada 28 Maret 2011, pukul 16.30 )

http://health.detik.com/bila-feses-berwarna-hitam (Diakses 25 Maret 2011, pukul

17.00)

http://rsudrsoetomo.jatimprov.go.id/pelatihan-pemeriksaan-feses (Diakses pada 14

maret 2013 pukul 12 :22 wib).