Pembenihan ikan patin

34
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Patin siam (Pangasius hypothalamus) merupakan jenis ikan konsumsi air tawar asli indonesia. Daging ikan patin memiliki kandungan kalori dan protein yang cukup tinggi, rasa daging yang khas, enak, lezat dan gurih sehingga digemari oleh masyarakat. Ikan patin dinilai lebih aman untuk kesehatan karena kadar kolesterolnya rendah dibandingkan dengan daging hewan ternak. Selain itu ikan patin memiliki beberapa kelebihan lain, yaitu ukuran per individunya besar dan di alam panjangnya bisa mencapai 120 cm. Pembenihan ikan patin merupakan salah satu tahap pada proses budidaya ikan patin. Tahapan ini dikatakan tahapan yang rentan terhadap kematian sebelum benih ikan patin siap untuk dibesarkan menjadi ikan konsumsi, apabila pada tahap ini mengalami kegagalan, produksi benih ikan patin tidak dapat memenuhi permintaan pasar. Walaupun

description

Pendahuluan

Transcript of Pembenihan ikan patin

Page 1: Pembenihan ikan patin

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Patin siam (Pangasius hypothalamus) merupakan jenis ikan

konsumsi air tawar asli indonesia. Daging ikan patin memiliki kandungan

kalori dan protein yang cukup tinggi, rasa daging yang khas, enak, lezat

dan gurih sehingga digemari oleh masyarakat. Ikan patin dinilai lebih

aman untuk kesehatan karena kadar kolesterolnya rendah dibandingkan

dengan daging hewan ternak. Selain itu ikan patin memiliki beberapa

kelebihan lain, yaitu ukuran per individunya besar dan di alam panjangnya

bisa mencapai 120 cm.

Pembenihan ikan patin merupakan salah satu tahap pada proses

budidaya ikan patin. Tahapan ini dikatakan tahapan yang rentan terhadap

kematian sebelum benih ikan patin siap untuk dibesarkan menjadi ikan

konsumsi, apabila pada tahap ini mengalami kegagalan, produksi benih

ikan patin tidak dapat memenuhi permintaan pasar. Walaupun permintaan

di tingkat pasaran lokal akan ikan patin dan ikan air tawar lainnya selalu

mengalami pasang surut, namun dilihat dari jumlah hasil penjualan secara

rata – rata selalu mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Dengan melihat

kondisi ini maka kegiatan pembenihan ikan patin siam sangat perlu

dikembangkan.

Oleh karena itu, berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk

memenuhi kebutuhan benih tersebut dengan cara mengembangkan usaha

pembenihan yang berkesinambungan. Berdasarkan hal tersebut di atas,

1

Page 2: Pembenihan ikan patin

2

maka perlu dilakukan praktek tentang teknik pembenihan ikan patin yakni

di Balai Budidaya Ikan Sentral (BBIS), Jl Raya Mandor, Desa Kepayang

Kecamatan Sungai Pinyuh Kabupaten Pontianak.

1.2. Tujuan

Tujuan dan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini adalah, untuk

mengetahui teknik pembenihan ikan patin siam (Pangasius hypothalamus)

serta faktor-faktor pendukung lainnya dalam kegiatan pembenihannya di

BBIS Anjongan dan sebagai media studi banding antara pengetahuan yang

telah didapatkan dibangku kuliah dengan yang didapat dilapangan.

1.3. Manfaat

Manfaat dari PKL ini adalah menambah pengetahuan dan

keterampilan mahasiswa, pengalaman kerja serta memberikan informasi

mengenai teknik pembenihan ikan Patin yang baik. membantu Unit

Pembenihan untuk meningkatkan hasil produksi benih ikan Patin Siam

sehingga dapat menyediakan benih ikan Patin Siam bagi pembudidaya di

Kalimantan Barat dan sebagai mitra kerja bagi kampus Universitas

Muhammadiyah Pontianak untuk mempraktekan hasil pembelajaran yang

di dapat mahasiswa/ mahasiswi dari kampus di Balai Budidaya Ikan

Sentral (BBIS) Anjongan Kalimantan Barat, Jl Raya Mandor, Desa

Kepayang Kecamatan Sungai Pinyuh Kabupaten Pontianak.

Page 3: Pembenihan ikan patin

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi dan Biologi Ikan Patin Siam (Pangasius Hypothalamus)

2.1.1. Klasifikasi Ikan Patin Siam (Pangasius Hypothalamus)

Klasifikasi ikan patin siam (Pangasius Hypothalamus) menurut

Heru Susanto, ( 2009 ) adalah sebagai berikut :

Phylum : Chordata

Class : Pisces

Ordo : Ostariophysi

Subordo : Siluroidea

Family : Pangasidae

Genus : Pangasius

Spesies : Pangasius Hypothalamus

Nama Inggris : Catfish

Nama Lokal : Patin Siam

II.2. Morfologi

Badan ikan patin memanjang, bagian punggung berwarna kebiruan

mengilap cerah dan bagian perut berwarna putih mengilat. Ikan patin

memiliki satu jari – jari keras pada sirip dada dan satu jari – jari keras pada

sirip punggung yang disebut patil yang berfungsi sebagai senjata.

3

Page 4: Pembenihan ikan patin

4

Posisi mulut ikan patin agak ke bawah menandakan ikan lebih

menyukai makan di bawah permukaan air atau dasar perairan. Ikan patin

tidak bersisik. Sirip ekor ikan patin berbentuk cagak/huruf V dan simetris,

sirip dada mempunyai 12 – 13 jari – jari lunak, dan sirip anus mempunyai

30 – 33 jari – jari lunak dan ujung sirip berwarna putih.

II.3. Kebisaan Hidup

Patin biasanya hidup di lubang atau di gua – gua di dasar perairan.

Ikan ini bersifat nockturnal atau menjauhi cahaya dan bergerak aktif pada

malam hari. Patin termasuk ikan dasar yang hidup di sungai besar dan

muara sungai. Daging ikan patin sangat gurih dan lezat sehingga sagat

digemari oleh masyarakat (Susanto, H. 2006).

Di alam ikan ini termasuk pemakan segala (omnivora). Patin dapat

memakan ikan – ikan kecil, cacing, detritus, serangga, biji – bijian udang –

udangan kecil, dam moluska.

Kebiasaan berkembang biak ikan patin sampai sekarang belum bisa

dikawinkan secara alami. Pengembangbiakanya masih membutuhkan

rangsangan agar induk betina mau mengeluarkan telurnya. Rangsangan

yang dilakukan adalah perpaduan antara kawin suntik (induce breeding)

dengan teknik stripping (Susanto, H 2006).

II.4. Penyebaran

Di alam, penyebaran geografis ikan patin cukup luas, hampir di

seluruh wilayah Indonesia. Secara alami ikan ini banyak ditemukan di

sungai-sungai besar dan berair tenang di Sumatera, seperti sungai Way

Rarem, Musi, Batanghari dan Indragiri. Sungai-sungai besar lainnya di

Page 5: Pembenihan ikan patin

5

Jawa seperti Sungai Brantas dan Bengawan. Bahkan keluarga dekat lele ini

juga dijumpai di sungai-sungai besar di Kalimantan, seperti sungai Kayan,

Berau, Mahakam, Barito, Kahayan dan Kapuas. Umumnya ikan ini

ditemukan di lokasi-lokasi tertentu di bagian sungai, seperti lubuk (lembah

sungai) yang dalam (Agribisnis & Aquacultures, 2008 dalam Hidayat

2013).

Susanto dan Amri dalam Hidayat (2013) mengatakan, ikan patin

bersifat nocturnal atau melakukan aktivitas dimalam hari sebagaimana

umumnya ikan catfish lainnya. Patin suka bersembunyi di dalam liang-

liang di tepi sungai habitat hidupnya dan termasuk ikan dasar, hal ini bisa

dilihat dari bentuk mulutnya yang agak ke bawah.

Ikan ini mampu bertahan hidup pada perairan yang kondisinya

sangat jelek dan akan tumbuh normal di perairan yang memenuhi

persyaratan ideal sebagaimana habitat aslinya. Kandungan Oksigen (O2)

yang cukup baik untuk kehidupan ikan patin berkisar 2-5 ppm dengan

kandungan karbondioksida (CO2) tidak lebih 12,0 ppm. Nilai pH atau

derajat keasaman adalah 7,2-7,5, konsentrasi sulfide (H2S) dan ammonia

(NH3) yang masih dapat ditoleransi oleh ikan patin yaitu 1 ppm. Keadaan

suhu air yang optimal untuk kehidupan ikan patin antara 28-29˚C. ikan

patin lebih menyukai perairan yang memiliki fluktuasi suhu rendah.

Kehidupan ikan patin mulai terganggu apabila suhu perairan menurun

sampai 14-15˚C ataupun meningkat di atas35˚C. aktivitas patin terhenti

pada perairan yang suhunya di bawah 6˚C atau di atas 42˚C (Djariah, 2001

dalam Hidayat, 2013).

Page 6: Pembenihan ikan patin

6

II.5. Reproduksi

Ikan patin siam betina mencapai dewasa pada umur tiga tahun,

sedangkan jantan adalah pada umur dua tahun. Pemijahan di alam

berlangsung pada musim penghujan yakni sekitar bulan Oktober sampai

November (Ghufran. M, H. Kordi. 2005 dalam Hidayat 2013).

Sistem reproduksi ikan terdiri atas kelamin, gonad kelenjar

hipofisa dan syaraf yang berhubungan dengan perkembangan alat

reproduksi. Secara alami sistem kerja reproduksi ikan yakni disebabkan

oleh lingkungan perairan, seperti suhu, cahaya dan cuaca yang merangsang

hyphothalmus sehingga menghasilkan GnH (Gonadotropin Hormone)

yang berfungsi dalam perkembangan dan pematangan gonad hingga terjadi

pemijahan.

II.6. Pembenihan

Pembenihan adalah proses atau serangkaian kegiatan untuk

menghasilkan benih ikan yang dinilai dari seleksi induk, pemijahan,

perawatan larva sampai pendederan sehingga menghasilkan benih atau

bibit baru (Susanto, 2002 dalam Hidayat, 2013).

2.6.1. Seleksi Induk Matang Gonad

Induk ikan patin siam (Pangasius Hypothalmus) yang akan

dipijahkan diseleksi terlebih dahulu, yaitu dengan memilih induk-induk

betina dan jantan yang telah matang gonad atau sudah bisa dipijahkan.

Penangkapan induk dilakukan dengan mengurangi volume air kolam

Page 7: Pembenihan ikan patin

7

sampai mencapai ketinggian 20cm dari dasar kolam. Penangkapan induk

dapat dilakukan secara hati-hati untuk menghindari terjadinya stres pada

induk ikan patin.

Menurut Khairuman (2007) dalam Hidayat (2013), ciri-ciri induk

ikan patin siam (Pangasius Hypothalmus) yang telah matang gonad antara

lain :

Tabel 1. Ciri-ciri induk patin siam (Pangasius Hypothalmus) yang

siap dipijahkan

No Induk Betina Induk Jantan

1 Perut membesar ke arah anus Gerakannya lincah dan gesit

2 Keluar beberapa butiran telur

berbentuk bundar dan berukuran

seragam jika bagian di sekitar

kloaka ditekan

Keluar cairan sperma

berwarna putih susu dan

kental jika bagian perut

diurut kearah anus

3 Genetikal membengkak dan

berwarna merah tua

Alat kelamin membengkak

dan berwarna merah muda

4Perut terasa empuk dan halus saat

dirabaKulit perut lembek dan tipis

5 Umur ± 2,5 tahun Umur minimum 2 tahun

6 Berat minimum 3 kg/ekor Berat minimum 2 kg/ekor

Page 8: Pembenihan ikan patin

8

2.6.2. Pemijahan

Ikan patin termasuk salah satu jenis ikan yang sulit dipijahkan

secara alami jika tidak berada di habitat aslinya. Untuk itu perlu di lakukan

pemijahan sistem Induced breeding (kawin suntik). Tingkat keberhasilan

pemijahan sistem kawin suntik sangat di pengaruhi oleh tingkat

kematangan gonad induk ikan patin. Faktor lainnya yang juga cukup

berpengaruh adalah kualitas ais dan ketersediaan makanan yang

berkualitas serta kecermatan dalam penanganan atau pelaksanaan

penyuntikan (Khairuman dan suhenda, 2008 dalam Hidayat 2013).

Induced breeding dapat dilakukan dengan menggunakan kelenjar hipofisa

ikan lain, seperti ikan Mas (Cyprinus carpio). Selain itu, dapat juga

dilakukan dengan menggunakan kelenjar hipofisa buatan yang

mengandung hormon gonadotropin yang dikenal dengan Ovaprim.

Dewasa ini, pemijahan ikan patim siam (Pangasius Hypothalmus)

pada umumnya dilakukan dengan menggunakan ovaprim. Penyuntikan

ovaprim di lakukan di belakang sirip punggung ikan dengan kemiringan

45°. Setelah itu, induk patin siam yang telah disuntik selanjutnya di

simpan di dalam waring yang di pasang di dalam kolam bak/kolam dengan

air yang mengalir.

2.7. Pemeliharaan Larva

2.7.1. Perawatan Larva

Larva ikan patin siam ditampung sementara ditempat

penampungan larva. Tempat penampungan larva berupa kain hapa (trilin)

Page 9: Pembenihan ikan patin

9

yang dipasang di dalam bak penampungan larva. Hal tersebut di

maksudkan guna memudahkan pemanenan larva saat akan dipindahkan ke

tempat pemeliharaan. Larva ikan patin siam (Pangasius Hypothalmus)

yang baru berumur satu hari dari corong penetasan,di ambil dengan

menggunakan scop net halus secara hati-hati. Agar larva ikan patin tidak

mengalami stres, kualitas air ditempat penampungan larva dan tempat

pemeliharaan, khususnya suhu atau temperatur harus mendekati sama

(Khairuman dan suhenda 2008 dalam Hidayat, 2013). Pada saat penebaran

larva, aerasi sebaiknya dikecilkan, ketinggian air pada bak pemeliharaan di

upayakan 20-50 cm dan padat penebaran optimal 100 ekor/liter air.

2.7.2. Pakan dan Pemberian Pakan

Menurut Djariah (2001) dalam Lisna Sari (2012), larva ikan patin

belum sanggup memakan makanan dari luar selama masih tersedia

cadangan makanan berupa kuning telur yang melekat di bawah perutnya,

karena rongga mulut larva baru terbuka menjelang cadangan makanannya

terserap habis. Setelah kuning telurnya habis, larva ikan patin yang

berumur 4-5 hari dapat memakan plankton dan zooplankton yang

berukuran kecil seperti Brachionus calicyflorus, Synchaeta sp, Notholca

sp, Polyarthra platyptera, Hexarthra mira, Brachionus falcatus,

Concchibus sp, Filina sp, Brachionus angularis, dan Kratella guadrata.

Sedangkan benih ikan patin yang telah berumur 20 hari hingga menjelang

menjadi benih muda dapat memakan plankton yang lebih besar seperti

Paramaecium, Artemia sp, Moina sp, Dhapnia dan Copepoda.

Page 10: Pembenihan ikan patin

10

2.7.3. Pengelolaan Kualitas Air

Kualitas air merupakan salah satu faktor penting yang harus

diperhatikan dalam melakukan kegiatan pembenihan ikan patin siam

(Pangasius Hypothalumus). Air yang digunakan untuk pembenihan ikan

patin siam harus bersih dan jernih serta tidak mengandung kaporit. Hal

tersebut di maksudkan agar telur-telur ikan patin siam yang sedang

ditetaskan dapat menetas dengan sempurna. Menurut Kordi (2005) dalam

Lisna Sari (2013), air yang digunakan dalam pembenihan patin harus

memenuhi syarat-syarat kualitas air yang baik seperti oksigen, suhu, pH,

kecerahan dan sebagainya. Sumber air yang dapat digunakan yakni bisa

berasal dari sumur pompa yang biasa digunakan untuk keperluan keluarga

ataupun sumur pompa tersendiri yang dibuat terpisah. Selain itu, air hujan

juga dapat digunakan untuk mengairi kolam yang terlebih dahulu

ditampung di dalam kolam penampungan dan diendapkan (Lisna Sari,

2012). Selanjutnya pergantian air dilakukan 3 hari sekali. Cara pergantian

air merupakan cara yang benar-benar dapat menghilangkan kotoran dan

dapat memperbaiki kualitas air secara nyata (Lisna Sari, 2012).

Menurut Khairuman (2006) dalam Hidayat (2013), Parameter

kualitas air untuk pemeliharaan ikan patin yakni sebagai berikut :

Page 11: Pembenihan ikan patin

11

Tabel 2. Parameter kualitas air untuk pemeliharaan ikan patin

No Parameter Batas Toleransi

1 Suhu (°C) 26 – 31

2 pH (ppm) 6 – 8,9

3 Oksigen Terlarut (mg/I) > 4

4 Salinitas (ppt) 0 – 4

2.8. Pemanenan

Pemanenan dilakukan setelah ikan patin mencapai ukuran tertentu,

biasanya setelah dipelihara selama satu bulan. Pemanenan dilakukan pada

pagi hari saat suhu air masih rendah guna menghindari ikan patin

mengalami stres. Pemanenan dilakukan dengan mengeringkan kolam

secara perlahan-lahan, yaitu dengan menutup saluran pemasukan air dan

membuka saluran pembuangan atau pengeluaran yang terletak di dasar

kolam. Agar ikan patin tidak ada yang lolos, sebaiknya pintu pengeluaran

air dipasang saringan.

Setelah tanah dasar kolam kering dan airnya hanya ada di kemalir,

ikan patin digiring dari arah pemasukan air sampai berkumpul di pintu

pengeluaran. Selanjutnya, ikan ditangkap dengan menggunakan alat

tangkap yang tidak merusak atau yang dapat menyebabkan ikan luka-luka.

Alat yang umumnya digunakan adalah scop net (serokan). Setelah itu, ikan

patin siam ditampung sementara dengan air yang mengalir menggunakan

jaring atau hapa.

Page 12: Pembenihan ikan patin

12

III. METODE PRAKTEK

3.1. Waktu dan Tempat

Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini dilaksanakan selama 2 bulan yaitu

terhitung sejak februari sampai dengan maret 2014, di Balai Budidaya

Ikan Sentral (BBIS) Anjongan Kalimantan Barat, Jl Raya Mandor, Desa

Kepayang Kecamatan Sungai Pinyuh Kabupaten Pontianak.

3.2. Alat dan Bahan

Untuk menunjang kegiatan pembenihan ikan patin, dibutuhkan

peralatan-peralatan dan bahan selama kegiatan berlangsung. Alat dan

bahan yang digunakan dalam pembenihan ikan patin (Pangasius

hypopthalmus) adalah sebagai berikut.

Bahan yang digunakan dalam pembenihan ikan patin djambal

adalah:

- Induk ikan patin jantan 2 ekor dan betina 1 ekor, dengan berat

induk betina 2,8 kg, dan induk jantan 2,5 kg.

- Pakan induk patin dengan pemberian 3 % digunakan untuk

pematangan induk, pemberian pakan larva patin berupa artemia,

dan pemberian pakan benih patin yaitu pakan DOA.

- Pupuk organik digunakan untuk menumbuhkan pakan alami dalam

kolam pendederan.

- Kapur dolomite untuk memberantas hama dan penyakit serta

menetralkan pH tanah.

- Cairan tanah kuning untuk menghilangkan daya rekat telur

12

Page 13: Pembenihan ikan patin

13

- Ovaprim untuk merangsang ovulasi.

Alat-alat yang dibutuhkann dalam kegiatan pembenihan ikan patin siam

adalah:

- Timbangan digunakan untuk menimbak induk dan telur

- Akuarium dengan ukuran panjang 90 cm, lebar 40 cm, dan

tinggi 40 cm sebanyak 23 buah untuk penetasan telur dan

perawatan larva patin.

- Bulu ayam digunakan untuk mengaduk sperma dan telur

- Aerator yang berfungsi sebagai penyuplai oksigen

- mikroskop digunakan untuk mengamati perkembangan telur.

3.3. Prosedur Praktek Kerja Lapangan (PKL)

3.3.1. Persiapan produksi

Sebelum melakukan pembenihan ikan Patin Siam, hal pertama yang

harus dilakukan yaitu persiapan alat, bahan, wadah dan media pembenihan

ikan yang sangat menunjang keberhasilan dalam pembenihan.

3.3.2. Pengadaan Induk

Pengadaan induk bertujuan untuk memenuhi kebutuhan induk-

induk yang berkualitas. Dalam kegiatan ini ada beberapa langkah kerja

yang dilakukan yaitu :persiapan alat dan bahan (persiapan bak induk,

serokan, kantong plastik dan timbangan.

Page 14: Pembenihan ikan patin

14

3.3.3. Pengelolaan Induk

Pengelolaan induk bertujuan untuk menyediakan induk yang

matang gonad dan siap untuk dipijahkan. Dalam kegiatan ini ada beberapa

langkah kerja yang dilakukan yaitu : Penempatan induk, Pemberian pakan,

pengamatan kualitas air, pengamatan kesehatan ikan.

3.3.4. Pemijahan ikan

Adapun tujuan dari proses pemijahan ikan Patin Siam adalah untuk

mendapatkan fertilisasi yang optimal. Langkah kerja yang dilakukan

adalah : Seleksi induk matang gonad, pemberokan, penyuntikan,ovulasi

dan fertilisasi.

3.3.5. Penetasan telur

Wadah penetasan telur berupa corong-corong penetasan. Untuk

menjamin keberhasilan penetasan, corong penetasan dipersiapkan satu hari

sebelum pemijahan. Menurut Khairuman dan Sudenda (2008) dalam

Hardianto (2013), adapun langkah-langkah persiapan wadah penetasan

telur ikan patin (Pangasius hypopthalmus), sebagai berikut :

1. Semua wadah di unit pembenihan patin, seperti corong penetasan

telur, tempat perawatan larva, bak filter air dan bak penampungan

air bersih, dicuci bersih dan dikeringkan.

2. Untuk menghindari kontaminasi jamur atau  bakteri, corong-

corong penetasan telur dapat pula direndam dalam larutan PK

(Kalium Permanganat) sebanyak 20 ppm atau dengan Malachite

Green sebanyak 5 ppm selama 30 menit.

Page 15: Pembenihan ikan patin

15

3. Setelah semua wadah dipersiapkan, langkah selanjutnya adalah

memasukkan air bersih ke semua wadah. 

Telur-telur ikan patin yang akan ditetaskan dituangkan ke dalam

corong penetasan, lalu disebarkan menggunakan bulu ayam. Air pun harus

dialirkan dengan cara mengatur debit air dengan menggunakan keran agar

telur selalu terangkat di dalam corong tersebut. Karena jika telur

menumpuk akan mengakibatkan pembusukan. Telur yang dibuahi akan

mengalami perkembangan sedikit demi sedikit dan menetas menjadi larva.

3.3.6. Pemeliharaan larva

Larva ikan patin ditampung sementara di tempat penampungan

larva. Tempat penampungan larva berupa kain hapa (trilin) yang dipasang

di dalam bak penampungan larva. Hal tersebut dimaksudkan guna

memudahkan pemanenan larva saat akan dipindahkan ke tempat

pemeliharaan. Larva ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus) yang baru

berumur satu hari yang terbawa arus air dari corong penetasan, diambil

dengan menggunakan scop net halus secara hati-hati. Agar larva patin

tidak mengalami stres, kualitas air di tempat penampungan larva dan

tempat pemeliharaan, khususnya suhu atau temperatur harus mendekati

sama (Khairuman dan Sudenda, 2008 dalam Hardianto 2013).

3.3.7. Persiapan kolam pendederan

Tujuan dari persiapan kolam pendederan adalah mendapatkan

kolam yang siap dan layak untuk membudidayakan ikan benih baik dari

segi konstruksi kolam, kesuburan dan kualitas air. Adapun langkah kerja

Page 16: Pembenihan ikan patin

16

yang mesti dilakukan adalah : pengolahan dasar kolam (meliputi :

pengeringan kolam, peneplokan, pencagkulan dasar kolam, dan pembuatan

kemalir), pengapuran, pemupukan, pengisian air, dan pengendalian hama.

3.3.8. Pendederan dan Pemeliharaan Benih

Pemeliharaan larva untuk mencapai ukuran benih yang

dikehendaki. Langkah kerja yang dilakukan adalah : melakukan

pendederan, pemeliharaan benih, pengamatan kulitas air, pengamatan

kesehatan ikan, dan pengamatan pertumbuhan.

3.3.9. Panen Benih

Panen benih bertujuan untuk mengambil benih yang telah

dipelihara yang telah mencapai ukuran yang diinginkan oleh

pembeli.langkah kerja yang dilakukan adalah pengeringan kolam,

memanen benih, dan mengumpulkan benih.

3.4. Metode Pengumpulan Data

3.4.1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya,

diamati, dan dicatat untuk pertama kalinya. Data primer merupakan data

yang diperoleh ditempat pelaksanaan kegiatan praktek kerja lapangan

(PKL) yang meliputi:

1. Fekunditas.

Fekunditas yaitu jumlah telur masak sebelum dikeluarkan

pada waktu ikan memijah. Untuk mengetaui fekunditas, menurut

Zonneveld dan Huisman (1991) dalam Lisna Sari (2012), dapat

dihitung mengunakan rumus.

Page 17: Pembenihan ikan patin

17

F = x n

keterangan :

F : Fekunditas

W : Berat telur seluruhnya

n : jumlah telur yang dihitung saat sampling (butir)

w : Berat sampel sebagian kecil telur (ml)

2. Persentase Telur Terbuahi

Persentase telur yang terbuahi dapat ditentukan dengan

menggunakan metode pengambilan sampel telur yang ada di dalam

wadah diambil dengan cara pengadukan air di dalam baskom

dengan sampel basah 3 ml. Persentase telur yang terbuahi dihitung

dengan menggunakan rumus :

FR= Telur terbuahijumlah telur awal

x 100 %

3. Hatching Rate (HR %)

Hatching rate dapat dilakukan dengan mengetahui FR yaitu

dengan mengambil sampel dari sekitar kakaban dan dapat

diketahui dengan menggunakn rumus :

HR = Jumlah telur menetasJumlah telur terbuahi

x 100 %

Page 18: Pembenihan ikan patin

18

4. Tingkat Kelangsungan Hidup Larva dan Benih (SR %)

Larva dan benih pada pendederan I dan II akan dianalisis

tingkat kelangsungan hidupnya. Untuk mengetahui tingkat

kelngsungan hidup larva dan benih dapat dihitung dengan rumus :

SR¿ NtNo

x 100 %

Dimana : SR = Persentase kelansungan hidup (%)

No = jumlah individu pertama kali ditebar

Nt = Jumlah Individu setelah pemeliharan

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu pengambilan data yang dilakukan dengan cara

mengutip atau menjadikan buku sebagai literatur untuk melengkapi data

primer. Data-data yang biasa di ambil dari buku yang menjadi literatur

dalam data sekunder biasanya berupa tabel–tabel, gambar, ataupun kutipan

pernyataan seseorang ataupun penulis buku tersebut, pengumpulan data

sekunder diperoleh dari hasil penelitian pihak lain, data yang didapat dari

instansi atau lembaga perkantoran yang menyediakan catatan dan laporan

mengenai data yang kita butuhkan.

Data sekunder yang diambil dari kegiatan praktek kerja lapangan ini

adalah sejarah berdirinya Usaha, Keadaan Umum Lokasi, struktur

organisasi, fasilitas ataupun publikasi lainya mengenai lokasi PKL.

Page 19: Pembenihan ikan patin

19

Adapun metode yang digunakan antara lain :

1. Metode Studi Pustaka

Metode studi pustaka adalah suatu metode atau cara

memperoleh data dan mengumpulkan informasi–informasi dari

berbagai literatur dan mengkaji sumber–sumber pustaka yang

berhubungan dengan masalah yang diamati.

2. Metode Partisipatif

Metode ini merupakan praktek langsung dilapangan,

berperan aktif dalam kegiatan yang dilakukan oleh responden

selama pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) berlangsung.

3. Metode Wawancara

Metode wawancara adalah pengumpulan data dengan cara

berkomunikasi secara langsung dan memberikan pertanyaan–

pertanyaan kepada teknisi atau orang yang ahli dalam hal tekhnik

pembenihan ikan patin.

4. Metode Deskriptif

Metode yang mengklasifikasikan, menganalisa,

menginterprsetasikan data secara akurat dan optimal sehingga

Page 20: Pembenihan ikan patin

20

diperoleh hasil yang baik. Menganalisa usaha yang baik dan layak

dalam Mengelola atau Manajemen Induk.

3.5. Analisis finansial

Analisa finansial dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa

metode yaitu analisa laba / rugi, revenue cost ratio (R/C), payback period

(PP) dan break event point (BEP). Analisa laba / rugi bertujuan untuk

mengetahui besarnya keuntungan atau kerugian dari usaha yang dikelola.

Suatu usaha yang menguntungkan akan memiliki nilai penerimaan lebih

besar daripada total pengeluaran. Rumus yang digunakan untuk

menghitung laba / rugi yaitu (Effendi dan Oktariza, 2006 dalam Lisna Sari

2012) :

Keuntungan = Penerimaan - (Total biaya tetap – Total biaya

variabel)

Analisa (R/C) merupakan alat untuk melihat keuntungan relative

suatu usaha dala satu tahun terhadap biaya yang dipakai dalam kegiatan

tersebut. Suatu usaha dikatakan layak bila R/C lebih besar dari 1 (R/C >

1). Hal ini menggambarkan semakin tinggi nilai R/C maka tingkat

keuntungan suatu usaha semakin tinggi. Rumus yang digunakan untuk

menghitung R/C yaitu (Effendi dan Oktariza, 2006 dalam Lisna Sari,

2012) :

Page 21: Pembenihan ikan patin

21

R/C= Total PenerimaanTotal Biaya Tetap + Total Biaya Variabel

Analisis Payback period (PP) bertujuan untuk mengetahui waktu

tingkat pengembalian investasi yang telah ditanam pada suatu jenis usaha.

Secara umum, rumus yang digunakan yaitu (Effendi dan Oktariza, 2006

dalam Lisna Sari, 2012) :

PP= Total Investasi x 1 tahunKeuntungan

Analisa BEP merupakan alat analisa untuk mengetahui batas nilai

produksi atau volume produksi suatu usaha mencapai titik impas (tidak

untung dan tidak rugi). Usaha dinyatakan layak bila nilai BEP produksi

lebih besar dari jumlah unit yang sedang diproduksi saat ini. Sementara

BEP harga harus lebih rendah daripada harga yang berlaku saat ini.

Rumus yang digunakan untuk menghitung BEP yaitu (Effendi dan

Oktariza, 2006 dalam Lisna Sari) :

BEP Produksi = Total Biaya / Harga Penjualan

BEP harga = Total biaya / Total Produk

Page 22: Pembenihan ikan patin

22

DAFTAR PUSTAKA

Amri, K dan Khairuman, AgroMedia Pustaka, 2008.

Agribisnis & Aquacultures. 2008. Prospek Usaha Ikan Patin Menjanjikan.

Effendi dan Oktariza, 2006. Telaah Kualitas Air, Bagi Pengelolaan Sumber

Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta.

Hardianto. 2013. Teknik Pembenihan Ikan Patin Siam (Pangasius

Hypothalamus) di Unit Pembenihan Budidaya Ikan Air Tawar Sekolah

Usaha Perikanan Menengah Pontianak (SUPM). Laporan PKL. Pontianak.

Hidayat. 2013. Teknik Pembenihan Ikan Patin Siam (Pangasius

Hypophthalmus) di Balai Benih Ikan Lokal (BBIL) Di Desa Pasti Jaya

Kecamatan Samalantan Kabupaten Bengkayang. Laporan PKL. Pontianak.

Sari, L. 2012. Tehnik Pembenihan Ikan Patin Siam (Pangasius Hypopthalmus)

di Unit Pembenihan Ikan Sentral (UPIS) Anjongan Kabupaten Pontianak.

Laporan PKL. Pontianak.

Partosuwiryo, S. dan Irfan, M. 2011. Kiat Sukses Budidaya Ikan Patin. PT

Citra Aji Parama. Yogyakarta.

Prasetyo, H. 1993. Pembenihan dan Pembesaran Ikan Air Tawar. Penebar

Swadaya.Jakarta. 56 hal

Pemeliharaan Larva. 2008. Ikan Patin. http:/id. Usniarie. Blogspot. Com.

15/11/2013/.09:30

Page 23: Pembenihan ikan patin

23

Susanto, H. dan Khairul Amri. 2002. Budidaya Ikan Patin. Penebar Swadaya.

Jakarta.90 hal.

Susanto, H. 2009. Pembenihan dan Pembesaran Patin. Penebar Swadaya.

Jakarta.

Susanto, H. 2006. Budidaya Ikan di Pekarangan. Penebar Swadaya. Jakarta.