Transesterifikasi minyak limbah ikan patin

67
SKRIPSI TRANSESTERIFIKASI MINYAK LIMBAH IKAN PATIN MENGGUNAKAN ISOOKTANOL DENGAN VARIASI KECEPATAN PENGADUKAN DAN PERBANDINGAN MOLAR REAKTAN Oleh : Edo Galisman NIM : 0907136038 PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA S1 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU 2013

description

proses pembuatan biodiesel dari minyak limbah ikan patin menggunakan reaksi transesterifikasi

Transcript of Transesterifikasi minyak limbah ikan patin

  • SKRIPSI

    TRANSESTERIFIKASI MINYAK LIMBAH IKAN

    PATIN MENGGUNAKAN ISOOKTANOL DENGAN

    VARIASI KECEPATAN PENGADUKAN DAN

    PERBANDINGAN MOLAR REAKTAN

    Oleh :

    Edo Galisman

    NIM : 0907136038

    PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA S1

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS RIAU

    2013

  • SKRIPSI

    TRANSESTERIFIKASI MINYAK LIMBAH IKAN

    PATIN MENGGUNAKAN ISOOKTANOL DENGAN

    VARIASI KECEPATAN PENGADUKAN DAN

    PERBANDINGAN MOLAR REAKTAN

    Diajukan Untuk Memenuhi

    Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Teknik

    Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Riau

    Oleh :

    Edo Galisman

    NIM : 0907136038

    PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA S1

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS RIAU

    2013

  • iii

    HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

    Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi dengan judul: Transesterifikasi minyak

    limbah ikan patin menggunakan isooktanol dengan variasi kecepatan

    pengadukan dan perbandingan molar reaktan tidak terdapat karya yang

    pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi,

    dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

    pernah tertulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu

    dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

    Pekanbaru, September 2013

    Edo Galisman

  • iv

    PRA KATA

    Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

    atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan

    skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi syarat untuk mencapai gelar Sarjana

    Teknik Jurusan Teknik Kimia pada Fakultas Teknik Universitas Riau.

    Pada kesempatan ini tidak lupa penulis sampaikan ucapan terima kasih

    kepada berbagai pihak yang telah banyak memberikan bantuan dalam penulisan

    usulan penelitian ini. Terima kasih kepada :

    1. Bapak Prof. Dr. Adrianto Ahmad, MT, selau Dekan Fakultas Teknik UR

    2. Bapak Dr. Ir. Bahruddin, MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia UR

    3. Ibu Komalasari, ST., MT, selaku Ketua Program Studi Teknik Kimia S1

    4. Ibu Dra. Drastinawati, M.Si selaku Koordinator Penelitian Jurusan Teknik

    Kimia Universitas Riau

    5. Ibu Dra. Nirwana, M.T, selaku Dosen Pembimbing I yang telah

    memberikan bantuan baik moril maupun materil untuk skripsi ini

    6. Bapak Drs. Irdoni, M.S, selaku Dosen Pembimbing II yang telah

    memberikan bantuan yang sangat besar untuk skripsi ini

    7. Bapak Drs. Rahmad, M.T, selaku Dosen Penasehat Akademis

    8. Prof. Dr. Syaiful Bahri, MSi, Zuchra Helwani, MT, PhD, Drs. Edward

    HS., MS selaku Bapak dan ibuk Penguji

    9. Bapak dan Ibu Dosen-Dosen Teknik Kimia Universitas Riau

    10. Kak Cory, Bang Anto, Kak Ira, Kak Yuliza, Kak Lina, Kak Deby serta

    Staff dan PLP Jurusan Teknik Kimia

    11. Pegawai dan Karyawan di Lingkungan Fakultas Teknik dan UR

    12. Kedua Orang tua saya, Israhman dan Darmiana yang telah memberikan

    support untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini

    13. Seseorang yang selalu memberikan semangat dan motivasi

    14. Randi Farlindo, Risky Deliana, Fernando Sitohang, dan Amalia Ardiana

    selaku Tim Penelitian ini

  • v

    15. F. Dani, Rasyid, Aulia, Ricky, Randi, Dago, Taufik, Ade, Febri, Iwan,

    Ryan, Surya, Afriandi, Andi MS, James, Avril, Ari, Donny, Arif, Ismet,

    Yusro, Adit, Dennis, Petrus, Fadli, Ridwan, Muchlis, serta seluruh Grup

    JTK 48

    16. Teman-Teman Seperjuangan Jurusan Teknik Kimia Angkatan 2009 baik

    DIII, Kelas A, Kelas B, Kelas C maupun Teknik Lingkungan

    17. Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia Universitas Riau (HIMATEKI-UR)

    18. Bang Maulana Shadily, ST; Salamun Qaulan, ST; Fernando Sitohang;

    Randi Farlindo; Risky Deliana, M. Nurrassyidin, Febri Harianto, Amalia

    Ardiana, Ella Melyna, Joni M, selaku Asisten Praktikum Kimia Organik

    19. Edrian Novrialdi, A.Md; M. Arief Firmandani, ST; Irvaisal Ritonga, ST;

    dan Senior serta Yunior lainnya

    20. Semua Pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

    kesempurnaan, untuk itu segala kritik dan saran yang konstruktif sangat

    penulis harapkan, guna untuk perbaikan ke depan. Semoga apa yang telah

    disampaikan dalam skripsi ini dapat bermanfaat.

    Pekanbaru, September 2013

    Penulis,

    (Edo Galisman)

  • vi

    HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS

    AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

    Sebagai sivitas akademika Universitas Riau, saya yang bertanda tangan di

    bawah ini :

    Nama : Edo Galisman

    NIM : 0907136038

    Program Studi : S1

    Departemen : Teknik Kimia

    Fakultas : Teknik

    Jenis Karya : Skripsi

    Dengan pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberi kepada

    Universitas Riau Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusiveRoyalty-

    FreeRight) atas karya ilmiah saya yang berjudul : Transesterifikasi minyak

    limbah ikan patin menggunakan isooktanol dengan variasi kecepatan

    pengadukan dan perbandingan molar reaktan beserta perangkat yang ada

    (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Riau

    berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk

    pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan Skripsi saya selama

    tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak

    Cipta.

    Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

    Dibuat di : Pekanbaru

    Pada tanggal : September 2013

    Yang menyatakan,

    (Edo Galisman)

  • vii

    TRANSESTERIFIKASI MINYAK LIMBAH IKAN PATIN

    MENGGUNAKAN ISOOKTANOL DENGAN VARIASI KECEPTAN

    PENGADUKAN DAN PERBANDINGAN MOLAR REAKTAN

    Edo Galisman

    Laboratorium Teknologi Bahan Alam dan Mineral

    Jurusan Teknik Kimia, Universitas Riau

    [email protected]

    Abstrak

    Reaksi Transeterifikasi merupakan reaksi antara minyak (trigliserida) dengan

    alkohol yang menghasilkan Fatty acid alkyl ester. Salah satu produk komersilnya

    adalah Plastisizer. Produksi plastisizer dari minyak hayati sampai saat ini masih

    sangat terbatas, untuk itu perlu mengembangkan plastisizer berbasiskan minyak

    hayati. Pada penelitian ini dilakukan sintesis plastisizer dengan reaksi

    transesterifikasi menggunakan katalis zeolit alam yang teraktivasi menjadi H-

    Zeolit, dengan variasi kecepatan pengadukan (175, 200 dan 225 rpm) dan

    perbandingan molar reaktan (1:6, 1:9, dan 1:12), dengan variabel tetapnya adalah

    temperatur reaksi 104-106oC, waktu reaksi 6 jam dan komposisi katalis H-zeolit

    20% berbasis berat minyak limbah ikan patin. Dari uji hasil transesterifikasi

    memperlihatkan bahwa perbandingan molar dan kecepatan pengadukan

    mempengaruhi kecepatan reaksi untuk mencapai kesetimbangan reaksi. Kondisi

    operasi terbaik yang diperoleh pada penelitian ini adalah perbandingan molar 1 :

    9, kecepatan pengadukan 225 rpm, komposisi katalis 20%, dan waktu reaksi 6 jam

    yang menghasilkan konversi reaksi sebesar 29,7%. Karakteristik plastisizer yang

    dihasilkan pada penelitian ini telah memenuhi standar plastisizer komersial

    dengan nilai viskositas 5,380 mPa s, specific gravity (30oC) 0,860 dan angka

    penyabunan adalah 132,401 mg KOH/gr Sampel.

    Kata Kunci: H-Zeolit, Minyak, Plastisizer, Transesterifikasi

  • viii

    CATFISH OIL TRANSESTERIFICATION USING ISOOKTANOL WITH

    STIRRING SPEED VARIATION AND MOLAR RATIO OF REACTANTS

    Edo Galisman

    Natural Materials and Minerals Technology Laboratory

    Departement of Chemical Engineering, Engineering Faculty University of Riau

    [email protected]

    Abstract Transesterification is a reaction between oil (tryglecerida) and alcohol, creating

    fatty acid alkyl ester. Plastisizer is one of the commercial product of fatty acid

    alkyl ester. Plasticizers from bio-oil production is still very limited, it is necessary

    to develop a bio-oil-based plasticizers. In this research, the synthesis of

    plasticizers by transesterification reaction using an activated natural zeolite

    catalysts to H-zeolite, with variations of stirring speed (175, 200 and 225 rpm)

    and the molar ratio of reactants (1:6, 1:9, and 1:12) , with a fixed variable is 104-

    106oC reaction temperature, reaction time 6 h and H-zeolite catalyst composition

    20% by weight based waste oil catfish. Transesterification of the test results

    showed that the molar ratio and stirring speed affects the speed of the reaction to

    reach equilibrium. The best operating conditions obtained in this study is the

    molar ratio of 1: 9, stirring speed 225 rpm, 20% catalyst composition and

    reaction time 6 hours reaction resulting in a conversion of 29.7%. Characteristics

    of plasticizers produced in this study meets the standards of commercial

    plasticizers, with 5,380 mPa s viscosity values, specific gravity (30oC) and 0.860

    saponification number is 132.401 mg KOH/gr Sample.

    Keyword : H-Zeolit, Oil, Plastisizer, Transesterification

  • ix

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii

    HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................. iii

    PRA KATA ...................................................................................................... iv

    HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ....................... vi

    ABSTRAK ....................................................................................................... vii

    DAFTAR ISI .................................................................................................... ix

    DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi

    DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii

    DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiii

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang 1

    1.2 Identifikasi Masalah 3

    1.3 Tujuan Penelitian 5

    1.4 Manfaat Penelitian 5

    1.5 Waktu dan Tempat Pelaksanan 5

    1.6 Sistematika Penelitian 5

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Transesterifikasi 7

    2.2 Plastisizer 9

    2.3 Sifat Fisik dan Kimia Plasticizer Komersial 10

    2.4 Minyak Limbah Ikan Patin 10

    2.5 Isooktanol 11

    2.6 Katalis 12

    2.7 Zeolit 14

    2.8 Kegunaan Zeolit 16

  • x

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    3.1 Bahan dan Peralatan Penelitian 18

    3.1.1 Bahan Penelitian 18

    3.1.2 Peralatan Penelitian 18

    3.2 Variabel Penelitian 19

    3.3 Prosedur Penelitian 19

    3.3.1 Prosedur Ekstraksi Lemak 19

    3.3.2 Prosedur persiapan katalis 20

    3.3.3 Reaksi Transesterifikasi 22

    3.4 Analisa Produk 23

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. Analisa Zeolit Alam Teraktifasi 24

    4.2. Analisa Minyak Limbah Ikan Patin 27

    4.3. Karakteristik Sifat Fisika dan Kimia Plastisizer 28

    4.4. Hasil Analisa GC-MS Produk 30

    4.5. Pengaruh Perbandingan Molar Reaktan 31

    4.6. Pengaruh Kecepatan Pengadukan 32

    BAB V PENUTUP

    5.1 Kesimpulan 35

    5.2 Saran 35

    DAFTAR PUSTAKA 36

    LAMPIRAN

  • xi

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 2.1 Reaksi Transesterifikasi Minyak Dengan Isooktanol 7

    Gambar 2.2 Mekanisme Reaksi Katalitik 14

    Gambar 2.3 Tetrahedra Alumina dan Silika (TO) pada struktur Zeolit 16

    Gambar 3.1 Rangkaian reaktor untuk pembuatan plastisizer 18

    Gambar 3.2 Proses ekstraksi minyak limbah ikan patin 20

    Gambar 3.3 Persiapan dan aktivasi katalis H-Zeolit 21

    Gambar 3.4 Proses sintesa plastisizer 22

    Gambar 4.1 Pola Difraksi Sinar X Zeolit Alam 25

    Gambar 4.2 Pola Difraksi Sinar X H-Zeolit 25

    Gambar 4.3 GC-MS Minyak Ikan Patin 27

    Gambar 4.4 GC-MS Produk Ester (Plastisizer) 30

    Gambar 4.5 Pengaruh Perbandingan Molar Reaktan terhadap Reaksi 32

    Gambar 4.6 Pengaruh Kecepatan Pengadukan terhadap Reaksi 33

  • xii

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 2.1 Karakteristik Plastisizer Ester yang di Komersilkan 10

    Tabel 2.2 Kandungan Asam Lemak pada Limbah Minyak Ikan Patin 11

    Tabel 2.3 Karakteristik Isooktanol 12

    Tabel 4.1 Puncak-Puncak Mineral Utama Zeolit 24

    Tabel 4.2 Identifikasi Jenis Mineral Pada Difraktogram Sinar X 26

    Tabel 4.3 Hasil Analisa GC-MS Kandungan Minyak Limbah Ikan Patin 28

    Tabel 4.4 Karakteristik Plastisizer Ester Asam Lemak 28

    Tabel 4.5 Karakteristik Plastisizer yang dihasilkan 29

    Tabel 4.6 Hasil Analisa GC-MS Senyawa Ester 31

  • xiii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    LAMPIRAN A : Perhitungan Kebutuhan bahan Baku A-1

    LAMPIRAN B : Analisa Karakteristik Katalis B-1

    LAMPIRAN C : Sifat Fisik dan Kimia Bahan Baku dan Produk C-1

    LAMPIRAN D : Contoh Perhitungan D-1

    LAMPIRAN E : Hasil Analisa GC-MS E-1

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Transesterifikasi merupakan suatu reaksi organik dimana suatu senyawa

    ester diubah menjadi senyawa ester lain melalui pertukaran gugus alkohol dari

    ester dengan gugus alkil dari senyawa alkohol lain (Fessenden dan Fessenden,

    1994). Dalam reaksi transesterifikasi minyak, trigliserida bereaksi dengan alkohol

    menghasilkan campuran fatty acid alkyl ester dan gliserol (Freedman dkk, 1986

    dan Wright, 1994). Alkyl yang ada di fatty acid alkyl ester tergantung dengan

    alkohol yang direaksikan dalam reaksi transeterifikasi, sehingga produk yang

    dihasilkan dari reaksi ini bisa beragam sesuai dengan alkohol yang digunakan

    (Manurung, 2006).

    Produk yang diharapkan diperoleh dengan reaksi transesterifikasi minyak

    menggunakan alkohol adalah berupa ester asam lemak yang menunjukkan sifat

    fisik dan kimia dari plastisizer. Plastisizer merupakan pelarut organik yang

    mempunyai titik didih tinggi atau suatu padatan yang mempunyai titik leleh

    rendah. Apabila plastisizer ditambahkan kedalam resin yang keras seperti karet

    dan palstik, maka gaya akumulasi intermolekul rantai panjang akan berkurang

    sehingga kelenturan, kelunakan dan pemanjangan akan bertambah (Sadi dan

    Purboyo, 1996).

    Penggunaan plastisizer di dunia pada tahun 2010 mencapai 6 juta ton

    pertahun dan diprediksikan meningkat rata-rata 3% setiap tahunnya. Plastisizer

    komersil yang digunakan untuk bahan tambahan pembuatan plastik yang di

    produksi dengan bahan baku minyak bumi ini menimbulkan dampak negatif yakni

    adanya migrasi senyawa aromatik dari PVC dalam jumlah besar dapat

    mengakibatkan timbulnya sel kanker. Hal ini membuat industri plastisizer

    mencari bahan baku alternatif (Haryono, 2005). Alternatif lain yang dapat

    digunakan sebagai bahan baku pembuatan plastisizer yaitu minyak nabati dan

    minyak hewani.

  • 2

    Minyak nabati seperti minyak sawit, minyak kedelai, dan rice oil bisa

    dijadikan sebagai bahan baku untuk pembuatan plastisizer pada reaksi

    tranesterifikasi. Produksi minyak nabati secara umum ditujukan untuk industri

    pangan, sebagian lainnya digunakan untuk keperluan non pangan dan sisanya

    digunakan sebagai pakan ternak dengan rasio 80:14:6 (AOCS, 2011). Dari hal

    tersebut dicari berbagai alternatif bahan baku pembuatan plastisizer diantaranya

    pemanfaatan minyak/lemak dari limbah ikan patin. Dimana minyak limbah ikan

    patin ini mempunyai potensi untuk reaksi transesterifikasi pembuatan plastisizer.

    Deliana, dkk (2011) telah melakukan penelitian tentang reaksi tranesterifikasi

    pembuatan plastisizer yang berbahan baku minyak dari limbah ikan patin dengan

    isobutanol. Dengan demikian minyak limbah ikan patin dapat menjadi bahan baku

    alternatif pembuatan plastisizer.

    Ikan patin merupakan salah satu komoditas utama budidaya perikanan di

    riau. Pada tahun 2010 jumlah produksi ikan patin mengalami peningkatan yaitu

    sebesar 25.155 ton Kenaikan rata-rata ikan patin di provinsi Riau selama 4 tahun

    ini sebesar 118, 94 persen (BPS Riau, 2011).

    Pemanfaatan ikan patin sejauh ini sebagai bahan pangan yang dimasak

    seperti biasa sampai diolah lebih canggih lagi yaitu dikalengkan ataupun difillet.

    Proses pemanfaatan diatas menimbulkan limbah berupa kepala, ekor, sirip, tulang

    dan jeroan. Jika ditotalkan limbah tersebut mencapai 67% dari banyaknya ikan

    patin yang di olah (Suryaningrum, 2008). Salah satunya yang belum

    termanfaatkan adalah lemak patin yang berasal dari jeroan ikan patin. Dengan

    demikian lemak dari jeroan ikan patin ini diduga dapat dimanfaatkan sebagai

    sumber lemak sebagai bahan baku pada reaksi tranesterifikasi pembuatan

    plastisizer.

    Pengkonversian minyak/lemak menjadi plastisizer dapat dilakukan secara

    transesterifikasi menggunakan katalis. Reaksi tersebut dikatalisis oleh asam, baik

    katalis homogen maupun heterogen. Penggunaan katalis heterogen pada reaksi

    tranesterifikasi minyak dengan alkohol dapat mempermudah proses pemisahan

    katalis dari campuran reaksi. Katalis asam padat (heterogen) yang saat ini banyak

  • 3

    digunakan adalah zeolit alam teraktivasi. Pemanfaatan zeolit alam sebagai katalis

    dapat meningkatkan nilai tambah dari zeolit alam tersebut.

    Dari uraian diatas, peneliti berkeinginan untuk melakukan proses sintesis

    plastisizer menggunakan minyak limbah ikan patin dengan katalis H-Zeolit.

    Selain sebagai teknologi alternatif sintesis plastisizer yang aman, hal ini juga

    merupakan salah satu cara penanganan limbah yang dihasilkan industri

    pengolahan ikan patin yang ramah lingkungan dan bernilai ekonomis tinggi.

    Diharapkan plastisizer ini memiliki keunggulan-keungulan seperti: tidak

    beracun, dibuat dari limbah sehingga mengurangi biaya produksi, dapat

    terdegradasi secara biologi dan lebih efektif dalam penggunaannya dibandingkan

    plastisizer berbahan baku minyak bumi.

    1.2. Identifikasi Masalah

    Proses transesterifikasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu suhu,

    kecepatan pengadukan, jenis dan konsentrasi katalis serta perbandingan alkohol

    dengan minyak. Proses transesterifikasi akan berlangsung lebih cepat bila suhu

    dinaikkan mendekati titik didih alkohol yang digunakan. Semakin tinggi

    kecepatan pengadukan akan menaikkan pergerakan molekul dan menyebabkan

    terjadinya tumbukan. Pada awal terjadinya reaksi, pengadukan akan menyebabkan

    terjadinya difusi antara minyak atau lemak sampai terbentuk alkyl ester.

    Penggunaan alkohol berlebih akan mendorong reaksi kearah pembentukan produk

    dan semakin besar kemungkinan terjadinya tumbukan antara molekul molekul

    alkohol dan minyak yang bereaksi (Hui, 1996).

    Susilowati (2006) melakukan penelitian pembuatan biodiesel dari minyak

    biji kapuk secara reaksi transesterifikasi metanol dengan katalis H-Zeolit, dengan

    waktu reaksi 50 menit, rasio mol minyak biji kapuk dan metanol 1:6, komposisi

    katalis 20% dari berat ikan diperoleh yield optimum 1,7699%. Wijaya (2010)

    melakukan penelitian pembuatan biodiesel yang dilakukan secara transesterifikasi

    dengan katalis H-Zeolit dari minyak ikan lele dengan metanol, memperoleh

    konversi optimum sebesar 68,93%, dengan waktu reaksi 2 jam, rasio mol minyak

  • 4

    ikan lele dumbo dan metanol 1:12, serta komposisi katalis 5% dari berat ikan.

    Haryono (2006), melakukan penelitian pengembangan plastisizer pengganti DOP

    dari turunan minyak sawit, memperoleh hasil konversi optimum sebesar 93,98%.

    pada waktu reaksi 4 jam, suhu reaksi 80oC, kecepatan pengadukan 175 rpm dan

    komposisi katalis H2SO4 1,8% total reaktan. Rendahnya yield yang dihasilkan dan

    konversi reaksi pada penelitian Susilowati (2006); Wijaya dan Hasanuddin

    (2010), disebabkan kurangnya waktu reaksi yang digunakan yang disebabkan

    kontak antar zat yang sedikit dan komposisi katalis yang belum optimum yang

    mempengaruhi banyak massa reaktan yang berdifusi ke katalis. Sehingga pada

    penelitian ini waktu reaksi yang digunakan lebih dari penelitian sebelumnya,

    yakni 6 jam.

    Berdasarkan peninjauan pada penelitian sebelumnya, maka pada penelitian

    ini dilakukan dengan transesterifikasi minyak limbah ikan patin dengan

    isooktanol, menggunakan katalis H-zeolit dengan komposisi katalis sebesar 20%

    berat total minyak, waktu reaksi 6 jam, variasi kecepatan pengadukan (175 rpm,

    200 rpm, 225 rpm), dan variasi rasio molar minyak dengan isooktanol (1:6, 1:9,

    1:12).

    Dilihat dari segi bahan baku, minyak limbah ikan patin dapat dimanfaatkan

    sebagai bahan baku alternatif lainnya. Limbah ikan patin yang berpotensi di Riau

    dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pada reaksi transesterifikasi pembuatan

    plastisizer. Pemanfaatan limbah ikan patin sebagai bahan baku reaksi

    tranesterifikasi ini merupakan salah satu cara penanganan limbah yang dihasilkan

    industri pengolahan ikan patin. Penggunaan katalis yang bersifat homogen dapat

    digantikan dengan katalis lainnya yang bersifat heterogen. Dari hasil pengamatan

    salah satu alternatif yang dapat digunakan sebagai pengganti katalis yang bersifat

    homogen yaitu zeolit alam. Selain terbukti efektif, katalis H-Zeolit merupakan

    katalis yang heterogen, yang mudah untuk dipisahkan dari produk dan

    penggunaan H-Zeolit sebagai katalis dapat menguntungkan dari sisi ekonomisnya

    dan juga merupakan katalis yang ramah lingkungan.

    Dari bahasan diatas penulis ingin memanfaatkan limbah minyak ikan patin

    sebagai bahan baku pembuatan fatty acid alkyl ester dari minyak limbah ikan

  • 5

    patin dengan isooktanol. Diharapkan nantinya ester asam lemak ini dapat

    menunjukkan sifat fisik dan kimia dari plastisizer komersil.

    1.3. Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan dari penelitian ini adalah

    a) Mempelajari pengaruh Perbandingan molar reaktan dan kecepatan

    pengadukan pada reaksi transesterifikasi minyak limbah ikan patin

    dengan iso-oktanol.

    b) Menentukan sifat fisik dan kimia ester asam lemak minyak limbah ikan

    patin yang dihasilkan

    c) Membuat fatty acid alkyl ester dari limbah ikan patin

    1.4. Manfaat Penelitian

    a) Dapat dijadikan sebagai sumbangan dalam pengembangan ilmu

    pengetahuan dan teknologi yang terkait dibidang reaksi tranesterifikasi.

    b) Menambah pengetahuan dan pengembangan wawasan mahasiswa

    terkait dibidang reaksi tranesterifikasi.

    c) Dapat dijadikan sebuah referensi untuk penelitian lainnya.

    d) Meningkatkan nilai komersial pada limbah ikan patin

    1.5. Waktu dan Tempat Pelaksana

    Penelitian ini telah dilakukan di laboratorium Teknologi Bahan Alam dan

    Mineral Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Riau dari 20 Juli 2013

    sampai 30 Agustus 2013.

    1.6. Sistematika Penulisan

    Adapun sistematika penulisan yang digunakan pada penulisan tugas akhir

    ini adalah sebagai berikut :

  • 6

    BAB I Pendahuluan

    Mengemukakan latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah,

    tujuan penulisan, manfaat penulisan dan sistematika penulisan.

    BAB II Tinjauan Pustaka

    Mengemukakan landasan teori yang mendukung hasil dan

    pembahasan pada penelitian ini dan menjelaskan konsep konsep

    dan teori yang terkait dengan penelitian ini.

    BAB III Metode Penelitian

    Menjelaskan tentang alat dan bahan yang digunakan serta

    mengemukakan prosedur kerja dari penelitian yang disertai dengan

    blok diagram.

    BAB IV Hasil dan Pembahasan

    Berisikan tentang hasil dan pembahasan mengenai produk

    (Plastisizer) yang didapat dari reaksi transesterifikasi.

    BAB V Kesimpulan dan Saran

  • 7

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Transesterifikasi

    Reaksi antara minyak (trigliserida) dan alkohol adalah merupakan reaksi

    transesterifikasi (Darnoko dan Cheryan, 2000). Transesterifikasi adalah suatu

    reaksi yang menghasilkan ester dimana salah satu pereaksinya juga merupakan

    senyawa ester. Jadi disini terjadi pemecahan senyawa trigliserida dan migrasi

    gugus alkil antara senyawa ester. Ester yang dihasilkan dari reaksi transesterifikasi

    ini disebut fatty acid alkyl ester. R adalah gugus alkil dan R1 R3 merupakan

    gugus asam lemak jenuh dan tak jenuh rantai panjang.

    Gambar 2.1 Reaksi Tranesterifikasi minyak dengan alkohol menggunakan katalis

    Reaksi transesterifikasi merupakan reaksi bolak balik yang relatif lambat.

    Untuk mempercepat jalannya reaksi dan meningkatkan hasil, proses dilakukan

    dengan pengaduka yang baik, penambahan katalis dan pemberian reaktan berlebih

    agar reaksi bergeser ke kanan. Pemilihan katalis dilakukan berdasarkan

    kemudahan penanganan dan pemisahannya dari produk. Untuk itu dapat

    digunakan katalis asam, basa dan penukar ion (Groggins, 1958)

    Menurut Wulandari dan Septiana (2010) faktor-faktor yang berpengaruh

    pada reaksi transesterifikasi antara lain :

    1. Waktu Reaksi

    Semakin lama waktu reaksi, maka kemungkinan kontak antar zat semakin

    besar, sehingga akan menghasilkan konversi yang besar. Jika kesetimbangan

  • 8

    reaksi sudah tercapai, maka dengan bertambahnya waktu reaksi tidak akan

    menguntungkan, karena tidak memperbesar hasil.

    2. Pengadukan

    Pengadukan akan menambah frekuensi tumbukan antar molekul zat

    pereaksi, sehingga mempercepat tercapainya kesetimbangan atau dapat

    menambah konversi reaksi. Sesuai dengan persamaan Arrhenius :

    k = A e(-Ea/RT)

    dimana,

    T = Suhu absolut ( C)

    R = Konstanta gas umum (kal/gmol K)

    Ea = Energi aktivasi (kal/gmol)

    A = Faktor tumbukan (t-1

    )

    k = Konstanta kecepatan reaksi (t-1

    )

    Semakin besar frekuensi tumbukan, maka semakin besar pula harga

    konstanta kecepatan reaksi. Sehingga dalam hal ini pengadukan sangat penting,

    mengingat campuran reaktan dan katalis merupakan larutan yang immiscible.

    3. Katalisator

    Katalisator berfungsi untuk mengurangi energi aktivasi pada suatu reaksi,

    jika jumlah katalis dinaikkan, energi aktivasi akan menurun, sehingga konstanta

    laju reaksi akan semakin besar dan kesetimbangan reaksi akan cepat tercapai,

    maka konversi reaksi maksimal akan cepat tercapai.

    4. Suhu Reaksi

    Semakin tinggi suhu yang dioperasikan maka akan semakin besar nilai

    konstanta reaksi, hal ini sesuai dengan persamaan Archenius. Jika nilai konstanta

    reaksi meningkat, maka reaksi akan berjalan semakin cepat, namun demikian suhu

    reaksi harus dipertimbangkan berdasarkan titik didih salah satu reaktan.

    Disarankan bahwa suhu itu harus dibawah titik didih salah satu reaktan yang titik

    didihnya paling rendah.

  • 9

    5. Konsentrasi reaksi

    Menurut Le Chatelier, kesetimbangan suatu reaksi kimia akan berubah bila

    adanya perubahan konsentrasi, temperature, volume dan tekanan. Semakin tinggi

    konsentrasi reaktan maka kesetimbangan reaksi akan bergerak ke kanan yang

    menyebabkan poduk yang dihasilkan lebih banyak.

    2.2 Plastisizer

    Plastisizer dalam konsep sederhana ialah pelarut organik dengan titik

    didih tinggi atau suatu padatan dengan titik leleh rendah. Apabila ditambahkan

    kedalam resin yang keras atau kaku seperti karet dan plastik Polivinil Klorida

    (PVC), maka akumulasi gaya intermolekuler pada rantai panjang akan menurun

    sehingga kelenturan atau fleksibilitas, kelunakan (softness), dan pemanjangan

    (elongation) bertambah (Sadi, 1992; Sears dan Darby, 1982). Berdasarkan

    komposisi asam lemak minyak sawit yang unik dengan kandungan asam lemak

    utama yaitu asam oleat dan palmitat yang digunakan sebagai bahan pembuatan

    ester oleat dan palmitat. Ester tersebut dapat dikonversi menjadi plastisizer (Sadi

    dan Purboyo , 1996).

    Plastisizer dapat disintetis dari beberapa bahan baku, seperti turunan

    minyak bumi dan minyak nabati. Proses pembuatan plastisizer dari minyak bumi

    dapat menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan, bersifat toxic (beracun),

    plastisizer yang dihasilkan sulit terdegredasi, disamping itu sumber bahan baku

    dari minyak bumi merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui.

    Sedangkan minyak nabati merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui

    dan proses pembuatannya menghasilkan limbah yang relatif kecil, bersifat non

    toxid (tidak beracun) , selain itu plastisizer yang dihasilkan mudah terurai secara

    biologi (Sadi dan Purboyo , 1996).

    Pada umumnya ester yang disintetis dari minyak nabati melalui senyawa

    metil ester dan fatty alkohol. Plastisizer yang berasal dari minyak nabati dibuat

  • 10

    dengan mereaksikan alkohol dengan asam lemak secara esterifikasi. Alkohol

    yang dapat digunakan berupa alkohol berantai karbon antara C1 sampai C30 yaitu

    berupa methanol, etanol, propanol, isopropanol, isobutanol, isooktanol dan

    alkohol lainnya.

    2.3 Sifat Fisik dan Kimia Plasticizer Komersil

    Plastisizer yang telah dikomersilkan harus memenuhi beberapa standar.

    Standar mutu plastisizer yang telah dikomersilkan dapat dilihat pada Tabel 2.1

    berikut:

    Tabel 2.1 Karakteristik plasticizer ester yang dapat dikomersilkan

    Karakteristik plasticizer Nilai

    Titik beku, oC 7 -29

    Titik didih oC 315,6 398,9

    Nilai penyabunan, mg KOH/gr 133 172

    Viskositas 40oC, mPa s 0,900 26,500

    Specific gravity, 40oC 0,81- 0,96

    Sumber : Wypich (2004)

    2.4 Minyak Limbah Ikan Patin

    Minyak ikan termasuk senyawa lipida yang bersifat tidak larut dalam air

    tetapi larut dalam pelarut organik non-polar, misalnya dietil eter (C2H5OC2H5),

    kloroform (CHCl3), benzen dan hidrokarbon lainnya. Lemak dan minyak dapat

    larut dalam pelarut tersebut karena mempunyai polaritas yang sama dengan

    pelarut tersebut (Handayani, 2010). Minyak ikan ini dibagi dalam dua jenis, yaitu

    minyak hati ikan (fish liver oil) yang terutama dimanfaatkan sebagai sumber

    vitamin A dan D, dan minyak tubuh ikan (body oil). Lemak dan minyak adalah

    trigliserida dan triasilgliserol. Trigliserida alami adalah trimester dari asam lemak

    berantai panjang (C12 sampai C24) dan gliserol, 80% monogliserida, 30-40%

  • 11

    digliserida, 5-10% trigliserida, 0,2-9% asam lemak bebas dan 4-8% gliserol

    (Handayani, 2010).

    Pada umumnya, minyak ikan mempunyai komposisi asam lemak dengan

    rantai karbon yang panjang dan ikatan rangkap yang banyak. Lemak ikan terdiri

    dari unit-unit kecil yang disebut asam lemak. Asam lemak pada minyak ikan

    terdiri dari asam lemak jenuh (asam palmitat, asam stearat), asam lemak tak jenuh

    tunggal (oleat), dan asam lemak tak jenuh ganda (linoleat, linolenat, dan

    arakidoat). Minyak ikan mengandung sekitar 25 persen asam lemak jenuh dan 75

    persen asam lemak tak jenuh (Adhityayodha, 2011).

    Tabel 2.2 Kandungan Asam Lemak Pada Limbah Minyak Ikan Patin

    No % Area Nama Asam Lemak Rumus

    Molekul

    BM

    (gr/mol)

    BM

    Sebenarnya

    (gr/mol)

    1 1,59 Nonanediocid Acid C11H20O4 216 3,43

    2 4,65 Octadecanoid Acid

    (Asam stearat)

    C19H38O2 298 13,85

    3 1,14 11-octadecanoid acid C19H36O2 296 3,37

    4 40,67 Hexadecanoid acid

    (Asam Palmitat)

    C17H34O2 270 109,809

    5 3,23 9,12-octadecanoid

    acid

    C19H34O2 294 9,49

    6 32,23 9 Octadecanoid acid (Asam Oleat)

    C19H36O2 296 95,40

    7 9,75 Eicosanoic acid C21H42O2 326 31,785

    8 2,79 Hexadecylene acid C16H32O 240 6,69

    9 3,96 1-Tridecyn-4 C13H24O 196 7,76

    Total 281,584

    Sumber : Nissaaulya, 2013

    2.5 Isooktanol

    Isooktil alkohol atau isooktanol adalah nama lain dari 2-etil heksanol.

    Rumus kimianya adalah C8H18O. Larutan ini adalah cairan tak berwarna yang

    hampir tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik. Isooktanol di

    produksi dalam sekala besar sebagai bahan baku untuk plasticizer (chemistry.com,

    2013).

  • 12

    Tabel 2.3 Karakteristik Isooktanol

    No Karakteristik Keterangan

    1 Berat molekul relatif 130,23 g/mol

    2 Wujud Cairan tidak berwarna

    3 Densitas 0,832 g/cm3

    4 Larut baik dalam Pelarut organik

    5 Titik didih 180 -186oC (453 - 459 K)

    7 Titik lebur -76oC (197K)

    (chemistry.com, 2013)

    2.6 Katalis

    Katalis ditemukan oleh J.J. Berzelius pada tahun 1836 sebagai komponen

    yang dapat meningkatkan laju reaksi kimia, namun tidak ikut bereaksi. Definisi

    katalisator adalah suatu substansi yang dapat meningkatkan kecepatan, sehingga

    reaksi kimia dapat mencapai kesetimbangan, tanpa terlibat di dalam reaksi secara

    permanen (Satterfield, 1991). Dengan demikian pada akhir reaksi katalis tidak

    tergabung dengan senyawa produk reaksi. Adanya katalis dapat mempengaruhi

    faktor-faktor kinetika suatu reaksi seperti laju reaksi, energi aktivasi, sifat dasar

    keadaan transisi dan lain-lain (Satterfield, 1991). Karakteristik katalis adalah [1]

    berinteraksi dengan reaktan tetapi tidak berubah pada akhir reaksi. [2]

    mempercepat kinetika reaksi dengan memberikan jalur molekul yang lebih rumit.

    Kemampuan katalis untuk meningkatkan kecepatan reaksi terjadi dalam beberapa

    langkah, sehingga mengakibatkan penurunan energi aktivasi reaksi. Reaksi

    katalitis meliputi: [1] adsorbsi, [2] pembentukan dan pemutusan activated

    complex, [3] desorbsi (Richardson, 1989).

    Katalis dalam reaksi (misal esterifikasi atau transesterifikasi) merupakan

    suatu bahan (misal basa, asam atau enzim) yang berfungsi untuk mempercepat

    reaksi dengan jalan menurunkan energi aktivasi (activation energy, Ea) dan tidak

    mengubah kesetimbangan reaksi, serta bersifat sangat spesifik. Sebenarnya proses

    produksi bisa berlangsung tanpa katalis akan tetapi reaksi akan berlangsung

    sangat lambat, membutuhkan suhu yang tinggi dan tekanan yang tinggi pula.

  • 13

    Umumnya untuk mencapai hasil (yields) ester yang memuaskan dalam kondisi

    reaksi yang sedang, produksi biodiesel dilakukan dengan keberadaan katalis yang

    meliputi katalis basa (alkali), asam termasuk katalis bahan transisi logam, dan

    katalis enzim (Richardson, 1989).

    Menurut perbedaan fase dengan reaktan, katalis dapat dibagi menjadi

    katalis homogen yang memiliki fase yang sama dengan reaktannya dan katalis

    heterogen yang berbeda fase dengan reaktannya (contohnya, katalis padat pada

    campuran reaktan cair). Katalis heterogen menyediakan permukaan luas untuk

    tempat reaksi kimia terjadi. Agar reaksi terjadi, satu atau lebih reaktan harus

    tersebar pada permukaan katalis dan teradsorb ke dalamnya. Setelah reaksi

    selesai, produk menjauh dari permukaan katalis padat. Seringkali, perpindahan

    reaktan dan produk dari satu fase ke fase lainnya ini berperan dalam menurunkan

    energi aktivasi (Mittelbach dan Remschmidt, 2004).

    Pemilihan katalis atau pengembangan katalis perlu pertimbangan untuk

    mendapatkan efektivitas dalam penggunaannya. Beberapa pertimbangan dalam

    pemilihan katalis adalah [1] umur panjang, sehingga menghemat pembelian

    katalis baru. [2] harga katalisator murah, sehingga menghemat investasi. [3]

    mudah atau tidaknya diregenerasi, jika tidak merusak aktivitas dapat menghemat

    pembelian katalis baru. [4] tahan terhadap racun, sehingga umur katalis panjang

    (Richardson, 1989)

    Bradin (1996) menyatakan bahwa asam Lewis seperti aluminium klorida,

    besi klorida, aluminium bromida, clay dan zeolit juga dapat mengkatalisis reaksi

    transesterifikasi. Penggunaan katalis heterogen pada reaksi transesterifikasi

    minyak dengan alkohol dapat mempermudah proses pemisahan katalis dari

    campuran reaksi. Selain itu, keuntungan menggunakan katalis heterogen (asam

    padat) adalah dapat digunakan kembali (regenerasi) bila aktivasinya masih baik

    (Zahrina dan Sunarno, 2006), sehingga menghemat pembelian katalis baru.

    Seperti telah dijelaskan sebelumnya, zeolit merupakan katalis yang aktif dalam

    proses reaksi esterifikasi asam lemak.

  • 14

    Mekanisme reaksi katalitik menurut Richadrson (1989) berlangsung

    dengan tahapan sebagai berikut :

    1. Perpindahan massa reaktan dari fluida menuju permukaan luar katalis.

    2. Difusi reaktan dari pori pada permukaan luar menuju permukaan aktif

    3. Adsoprsi reaktan pada permukaan aktif.

    4. Reaksi permukaan.

    5. Desorpsi produk dari permukaan aktif.

    6. Difusi dari permukaan aktif menuju mulut pori pada permukaan luar.

    7. Perpindahan massa produk dari permukaan luar pelet katalis menuju fluida.

    Gambar 2.2 Mekanisme Reaksi Katalitik (Richardson, 1989)

    2.7 Zeolit

    Mineral zeolit sudah diketahui sejak tahun 1755 oleh seorang ahli

    mineralogi bernama F.A.F. Cronstedt. Meskipun demikian penggunaan mineral

    zeolit untuk industri baru dimulai tahun 1940 dan 1973. Tahun 1940 adalah

    penggunaan mineral zeolit sintetis, sedangkan tahun 1973 adalah permulaan

    penggunaan mineral zeolit alam. Dikarenakan mineral zeolit alam sulit dipisahkan

    dari batuan induknya maka ini menjadi alasan dibuatnya zeolit sintesis. Mineral

    zeolit sintetis yang dibuat tidak dapat persis sama dengan mineral zeolit alam,

    walaupun zeolit sintetis mempunyai sifat fisik yang jauh lebih baik. Pada tahun

    tersebut merupakan titik awal penggunaan nyata bagi mineral zeolit alam untuk

  • 15

    keperluan berbagai industri. Diharapkan dengan adanya berbagai penelitian

    mengenai zeolit alam diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah (Nasikin,

    2004).

    Zeolit didefinisikan sebagai Kristal alumina silika yang mempunyai

    struktur kerangka tiga dimensi yang terbentuk oleh tetrahedral silika (SiO4) dan

    alumina (Al2O3) dengan rongga-rongga berisi logam-logam biasanya alkali dan

    alkali tanah serta molekul air. Zeolit merupakan mineral yang terdiri dari kristal

    alumino silikat terhidrasi yang mengandung kation alkali dan alkali tanah dalam

    kerangka tiga dimensinya. Berdasarkan asalnya, maka zeolit dapat dikelompokkan

    menjadi dua, yaitu zeolit alam dan sintetis. Pada proses katalitik, penukar kation

    dan adsorben, zeolit sintetik lebih banyak digunakan dibanding zeolit alam. Zeolit

    alam memiliki struktur satu atau dua dimensi sehingga mudah terdeaktivasi jika

    digunakan sebagai katalis. Zeolit sintetik memiliki saluran tiga dimensi sehingga

    sulit terdeaktivasi. Bermacam-macam zeolit sintetis dapat dibuat dengan cara

    mereaksikan senyawa silika dan alumina. Selain kondisi dan lama reaksi, untuk

    mengarahkan struktur sehingga dapat dibentuk zeolit tertentu dibutuhkan

    templating agent (Nasikin dkk, 2004).

    Mineral zeolit bukan merupakan mineral tunggal, melainkan sekelompok

    mineral yang terdiri dari beberapa jenis unsur. Secara umum mineral zeolit adalah

    senyawa alumino silikat hidrat dengan logam alkali tanah serta mempunyai rumus

    kimia sebagai berikut :

    M2x/nSi1-xAlxO2.yH2O (1)

    Dengan M = e.g Na, K, Li, Ag, NH, H, Ca, Ba,

    Ikatan ion Al-Si-O adalah pembentuk struktur kristal, sedangkan logam

    alkali adalah kation yang mudah tertukar (exchangeable cation). Jumlah molekul

    air menunjukkan jumlah pori-pori atau volume ruang hampa yang akan terbentuk

    bila unit sel kristal zeolit tersebut dipanaskan. Sekarang ini lebih dari 40 zeolit

    alam maupun 150 tipe yang artificial telah digunakan dalam berbagai bidang

    berdasarkan publikasi International zeolit association. Pada struktur zeolit, semua

  • 16

    atom Al dalam bentuk tertahedra sehingga atom Al akan bermuatan negatif karena

    berkoordinasi dengan 4 atom oksigen dan selalu dinetralkan oleh kation alkali

    atau alkali tanah untuk mencapai senyawa yang stabil. Lain halnya dengan batuan

    lempung (clay materials) dengan struktur lapisan, dimana sifat pertukaran ionnya

    disebabkan oleh 1) brokend bonds yaitu makin kecil partikel penyerapan makin

    besar, 2) gugus hidroksi yang mana atom hidrogen dapat digantikan dengan kation

    lain atau 3) substitusi isomorf Al pada tertrahedra Si menyebabkan ikatan Al-Si

    cukup kuat dan mengurangi swelling.

    Gambar 2.3 Tetrahedra Alumina dan Silika (TO) pada struktur Zeolit

    (www.batan.go.id, 2013)

    2.8 Kegunaan Zeolit

    Penggunaan zeolit cukup banyak, misalnya untuk industri kertas, karet,

    plastik, katalis, agregat ringan, semen puzolan, pupuk, pencegah polusi,

    pembuatan gas asam, tapal gigi, mineral penunjuk eksplorasi, pembuatan

    batubara, pemurnian gas alam, industri oksigen, industri petrokimia, sebagai

    makanan ternak dan lain-lain. Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan

    teknologi khususnya dibidang penelitian zeolit telah banyak digunakan oleh

    peneliti sebagai bahan katalis yang berfungsi sebagai mempercepat atau

    memperlambat jalannya suatu reaksi. Mengingat mineral zeolit terutama yang

    mempunyai arti ekonomi umumnya dijumpai di dalam batuan sedimen piroklastik

    maka diharapkan di Indonesia terdapat banyak mineral tersebut. Seperti diketahui

  • 17

    sebagian besar wilayah Indonesia terdiri dari batuan gunung api, termasuk batuan

    piroklastik berbutir halus (tuf) yang merupakan sumber mineral zeolit. Dimensi

    penggunaan yang cukup luas dalam berbagai aspek kehidupan, maka dapat

    diprediksikan permintaan kesehjateraan dan perekonomian nasional.

    Pada dasarnya penggunaan mineral zeolit alam sama dengan zeolit

    sintesis. Hal ini disebabkan oleh persamaan sifat fisik dan kimia yang dimiliki

    oleh kedua jenis mineral zeolit. Walaupun pada umumnya mineral zeolit sintesis

    lebih murni, masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Persamaan

    utama dua jenis tersebut ion exchange, absorpsi, dan molecular sieving. Apabila

    zeolit alam langsung dipergunakan maka tidak akan diperoleh hasil yang

    maksimal karena zeolit tersebut masih mengandung bahan-bahan pengotor yang

    dapat menganggu aktivitas kerja zeolit itu sendiri. Maka dari itu diperlukan

    pengaktifan zeolit alam. Zeolit yang diaktifasi merupakan katalis asam (Nasikin

    dkk, 2004) dan termasuk katalis heterogen sehingga kemungkinan dapat

    mengkatalis esterefikasi asam lemak. Selain itu, zeolit alam banyak ditemukan di

    beberapa daerah di Indonesia dengan jumlah yang besar serta kualitas yang baik.

  • 18

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1 Bahan dan Peralatan Penelitian

    3.1.1 Bahan Penelitian

    Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah

    Ikan Patin, Zeolit Alam, Aquades, Indikator PP, Asam Oksalat, KOH, HCl,

    NaCl 2,5%, NH4Cl 1 N, dan iso-oktanol.

    3.1.2 Peralatan Penelitian

    Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, yakni : pengaduk,

    piknometer, kondensor, corong pisah, erlenmeyer, gelas ukur, gelas piala,

    corong, pipet tetes, pipet gondok, reaktor, termometer dan kertas saring, buret,

    oil batch, Gas Chromatographi Mass spectrophotometer (GC-MS).

    Gambar 3.1 Rangkaian Reaktor dan oil Batch

    Keterangan:

    1. Pemanas dan Oil Batch 5. Pengaduk

    2. Reaktor 6. Statif

    3. Termometer

    4. Kondenser

  • 19

    3.2 Variabel Penelitian

    3.2.1 Variabel tetap

    1. Komposisi katalis H-Zeolit 20% berbasis berat minyak limbah ikan

    patin

    2. Waktu reaksi pembuatan plastisizer 6 jam

    3. Suhu Reaksi Transesterifikasi 104 106oC

    3.2.2 Variabel tidak tetap

    1. Perbandingan molar minyak limbah ikan patin dengan iso-oktanol

    (1:6, 1:9 dan 1:12)

    2. Kecepatan Pengadukan (175, 200, 225) rpm untuk reaksi pembuatan

    plastisizer

    3.3. Prosedur Penelitian

    Tahap-tahap penelitian terdiri dari ekstraksi minyak limbah ikan patin,

    aktivasi katalis dan sintesa plastisizer.

    3.3.1. Prosedur Ekstraksi Minyak Limbah Ikan Patin

    Limbah ikan patin yang digunakan pada penelitian ini disortir terlebih

    dahulu, dipilih limbah ikan patin yang berupa jeroan (isi perut). Limbah ikan

    tersebut dicuci hingga bersih menggunakan air. Limbah ikan yang telah

    bersih ditimbang berat totalnya kemudian di oven dengan suhu 105C selama

    5 jam. Lalu limbah ikan yang telah selesai di oven tersebut di pres untuk

    mengeluarkan sisa minyak pada limbah tersebut. Minyak hasil pengovenan

    tersebut di diamkan sampai suhu 25C. Minyak hasil pengovenan disaring

    untuk memisahkan antara minyak kasar dan padatan (Almunady, 2011).

    Minyak kasar yang diperoleh dimurnikan dengan penambahan NaCl

    2,5% dan dipanaskan pada suhu 70C selama 15 menit. Lapisan minyak dan

    air dipisahkan dengan corong pisah dan diperoleh minyak yang bersih.

    Dilakukan perhitungan densitas, rendemen, analisa angka asam dan angka

    penyabunan dari minyak hasil ekstraksi tersebut (Lestari dkk, 2008).

  • 20

    Gambar 3.2 Proses ekstraksi minyak limbah ikan patin

    3.3.2. Persiapan Katalis H-Zeolit

    Zeolit alam sebanyak 250 gram digerus sampai halus sehingga lolos

    penyaring 100 mesh kemudian dimasukkan kedalam reaktor ukuran 500 ml,

    lalu ditambahkan dengan larutan NH4Cl 1 N sampai zeolit tersebut terendam.

    Diaduk dengan kecepatan 500 rpm selama 50 jam pada suhu 90oC. Zeolit

    tersebut disaring dan kemudian residu tersebut dicuci dengan aquades

    (gunanya untuk memisahkan unsur atau senyawa pengotor yang ada didalam

    zeolit). Setelah disaring dan dicuci, zeolit dikeringkan pada suhu 105 -110oC

    selama 3 jam dan di furnace pada suhu 600C selama 6 jam (Nasikin, 2004).

  • 21

    Gambar 3.3 Persiapan dan aktivasi katalis H-Zeolit

    3.3.3. Sintesa Fatty Acid Alkyl Ester

    Sintesa dilakukan dengan menggunakan proses transesterifikasi

    meliputi langkah-langkah sebagai berikut : Dimasukan minyak limbah ikan

    patin sebanyak yang ditentukan dan Katalis H-zeolit dengan komposisi 20%

    berbasis berat minyak ikan kedalam reaktor yang dilengkapi pengaduk,

    selanjutnya dipanaskan didalam oil batch dengan suhu 104-106 C.

  • 22

    ditambahkan kedalam reaktor. Setelah itu, ditambahkan iso-oktanol melalui

    corong pisah, sejumlah yang ditentukan. Reaksi transesterifikasi dilakukan

    dengan kecepatan pengadukan (175, 200, 225) rpm dan perbandingan minyak

    dengan iso-oktanol (1:6, 1:9, 1:12) dengan lama waktu reaksi 6 jam.

    Kemudian, produk didiamkan selama 24 jam dalam corong pisah dan diambil

    lapisan atas sebagai plastisizer. Cuci dengan aquades untuk menghilangkan

    sisa asam, katalis dan hasil samping lainnya.

    Gambar 3.4 Proses sintesa fatty acid alkyl ester

    3.4. Analisa Produk

    Produk reaksi yang diperoleh berupa ester, kemudian dilakukan analisa sifat

    fisika dan kimia produk untuk mendapatkan data dan melihat pengaruh dari

    variasi perbandingan molar reaktan dan kecepatan pengadukan yang digunakan.

    Analisa tersebut dilakukan secara konvensional (klasik) dan instrumentasi

  • 23

    (modern). Untuk cara konvensional dilakukan analisa dengan metoda volumetri

    (titrasi), sedangkan analisa secara intrumentasi dengan menggunakan alat standar

    Gas Chromatographi (GC). Analisa data spektrum GC dilakukan dengan cara

    penelusuran literatur (Lampiran).

  • 24

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. Analisa Zeolit Alam Teraktifasi

    Preparasi katalis H-zeolit meliputi proses pretreatment zeolit alam,

    perendaman, dan kalsinasi. Katalis hasil preparasi dianalisa dan

    dibandingkan dengan standar. Analisa yang dilakukan pada katalis pada

    penelitian ini yaitu analisa X-Ray Diffraction (XRD).

    Analisa X-Ray Diffraction (XRD) dilakukan untuk mengetahui

    jenis mineral yang terdapat pada katalis serta untuk mengetahui tingkat

    kristalinitas struktur komponen. Struktur komponen ditunjukkan oleh

    tinggi rendahnya intensitas puncak. Pola difraksi mineral katalis dari hasil

    analisis difraksi sinar X dicocokkan nilai 2 nya dengan data JCPDS (Joint

    Committee for Powder Diffraction Standars).

    Zeolit alam memiliki kandungan mineral utama berupa klinoptilolit

    dan mordenit. Mineral-mineral ini yang diidentifikasi melalui pola

    difraktogram sinar X dari hasil XRD katalis. Data nilai 2 dari puncak-

    puncak mineral klinoptilolit dan mordenit dapat dilihat pada Tabel 4.1.

    Tabel 4.1 Puncak-Puncak Mineral Utama Zeolit

    Komponen 2 Sumber

    Mordenit

    9,84

    JCPDS No. 6-239

    13,43

    19,60

    25,61

    27,65

    Klinoptilolit

    22,31

    Marita 2010 26,60

    29,96

  • 25

    Hasil karakterisasi katalis zeolit alam dan H-zeolit dengan

    menggunakan difraksi sinar-x dapat dilihat pada Gambar 4.1 dan Gambar

    4.2.

    Gambar 4.1 Pola Difraksi Sinar X Zeolit Alam

    Gambar 4.2 Pola Difraksi Sinar X H-Zeolit

  • 26

    Tabel 4.2 Identifikasi Jenis Mineral Pada Difraktogram Sinar X

    Komponen

    2 Standar

    (JCPDS

    6-239)

    2 Zeolit Alam

    Intensitas

    Zeolit

    Alam

    2 H-Zeolit

    Intensitas

    H-Zeolit

    Mordenit

    9,84 10,1593 114 9,9033 114

    13,43 13,7933 66 13,6066 69

    19,60 20,2125 100 20,0400 102

    25,61 26,0760 93 26,0000 106

    27,65 28,0300 126 27,8782 162

    Komponen

    2 Standar

    (Marita

    2010)

    2 Zeolit Alam

    Intensitas

    Zeolit

    Alam

    2 H-Zeolit

    Intensitas

    H-Zeolit

    Klinoptilolit

    22,31 22,4600 232 22,2800 229

    26,60 26,0760 93 26,0000 106

    29,96 30,3391 58 30,5800 44

    Pada Gambar 4.1 terlihat adanya puncak-puncak mineral

    klinoptilolit dan mordenit pada zeolit alam. Puncak mineral klinoptilolit

    (K) terlihat pada 22,4600o; 26,0760

    o dan 30,3391

    o. Sementara itu, puncak

    mineral mordenit (M) terlihat pada 2 10,1593o; 13,7933o; 20,2155o;

    26,0760o dan 28,0300

    o. Hasil analisa XRD ini membuktikan bahwa zeolit

    alam yang digunakan mengandung mineral-mineral utama dari zeolit. Pada

    Gambar 4.2 juga terlihat adanya puncak-puncak mineral klinoptilolit dan

    mordenit pada H-zeolit. Puncak mineral klinoptilolit (K) terlihat pada

    22,2800o; 26,0000

    o dan 30,5800

    o. Sementara itu, puncak mineral mordenit

    (M) terlihat pada 2 9,9033o; 13,6066o; 20,0400o; 26,0000o dan 27,8782o.

    Hasil analisa XRD ini membuktikan bahwa H-zeolit yang digunakan

    mengandung mineral-mineral utama dari zeolit.

    Dari Tabel 4.2 menunjukkan katalis sebelum maupun sesudah

    diberi perlakuan asam tidak banyak mengalami perubahan. Menurut

    Lestari dkk (2010), intensitas puncak-puncak zeolit sebelum maupun

    setelah diberi perlakuan asam tidak banyak mengalami perubahan. Hal ini

    menunjukkan bahwa perlakuan asam tidak merusak sifat kristal dari

    katalis. Menurut Marita (2010), perubahan intensitas puncak

  • 27

    mengidentifikasikan terjadinya peningkatan kristalinitas dari zeolit alam

    setelah dilakukan aktivasi, perubahan secara signifikan tampak pada

    peningkatan kristalinitas fasa amorf dari zeolit alam. Peningkatan

    kristalinitas ini erat kaitannya dengan larutnya pengotor-pengotor dan

    sebagian kerangka Al pada zeolit karena proses dealuminasi, terlepasnya

    pengotor pada zeolit menyebabkan lebih membukanya pori zeolit sehingga

    luas permukaan katalis meningkat.

    4.2. Analisa Minyak Limbah Ikan Patin

    Berikut hasil analisis kandungan minyak ikan patin yang dapat

    dilihat pada Gambar 4.3 dan Tabel 4.3.

    Gambar 4.3 GC-MS Minyak Ikan Patin

  • 28

    Tabel 4.3 Hasil Analisa GC-MS Kandungan Minyak Limbah Ikan Patin

    No % Area Nama Asam Lemak Rumus

    Molekul

    BM

    (gr/mol)

    BM

    Sebenarnya

    (gr/mol)

    1 1,59 Nonanediocid Acid C11H20O4 216 3,43

    2 4,65 Octadecanoid Acid

    (Asam stearat)

    C19H38O2 298 13,85

    3 1,14 11-octadecanoid acid C19H36O2 296 3,37

    4 40,67 Hexadecanoid acid

    (Asam Palmitat)

    C17H34O2 270 109,809

    5 3,23 9,12-octadecanoid

    acid

    C19H34O2 294 9,49

    6 32,23 9 Octadecanoid acid (Asam Oleat)

    C19H36O2 296 95,40

    7 9,75 Eicosanoic acid C21H42O2 326 31,785

    8 2,79 Hexadecylene acid C16H32O 240 6,69

    9 3,96 1-Tridecyn-4 C13H24O 196 7,76

    Total 281,584

    Sumber : Hasil Uji Lab.Kimia organik FMIPA-UGM, 2013

    4.3. Karakteristik Sifat Fisik dan Kimia Plastisizer yang Dihasilkan

    Secara komersial plastisizer ester asam lemak harus memenuhi

    standar sebagai berikut:

    Tabel 4.4 Karakteristik Plastisizer Ester Asam Lemak

    Karakteristik Plastisizer Nilai

    Titik beku, C 7 (-29)

    Titik didih, C 315,6 398,9

    Nilai Penyabunan, mg/KOH 133 172

    Viskositas 30C, mPa s 0,9 26,5

    Specific gravity, 30C 0,81 0,96

    Sumber : Wypich, 2004

    Pada penelitian ini dihasilkan, karakteristik plastisizer seperti pada

    Tabel 4.5 berikut:

  • 29

    Tabel 4.5 Karakteristik Plastisizer yang dihasilkan

    Perbandingan

    Molar

    Kecepatan

    Pengadukan

    (rpm)

    Nilai

    Penyabunan

    (mgKOH/

    grSampel)

    Viskositas

    30C

    (mPa s)

    Specific

    Gravity

    (30C)

    1 : 6 175 138,177 6,603 0,872

    1 : 9 175 143,882 5,360 0,859

    1 : 12 175 144,385 6,439 0,868

    1 : 6 200 134,948 6,598 0,870

    1 : 9 200 137,308 5,377 0,859

    1 : 12 200 137,239 6,432 0,867

    1 : 6 225 136,728 6,621 0,870

    1 : 9 225 132,401 5,380 0,860

    1 : 12 225 141,088 6,521 0,870

    Dari Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa untuk 9 sampel yang di uji nilai

    penyabunan, viskositas, dan specific grafity memenuhi sebagian dari sifat

    fisik dan kimia dari plastisizer komersial. Hal ini dapat membuktikan

    bahwa minyak dari limbah ikan patin (jeroan) dapat dijadikan bahan baku

    pembuatan plastisizer dengan mereaksikannya dengan isooktanol.

    Plastisizer yang dihasilkan ini merupakan plastisizer campuran yang mana

    dari hasil analisa minyak limbah ikan patin dapat dilihat komposisi paling

    dominan dari minyak limbah ikan patin ini adalah asam oleat dan asam

    palmitat. Berdasarkan komposisi dari minyak limbah ikan patin tersebut,

    seharusnya produk dari reaksi transesterifikasi ini yang dominan

    dihasilkan berupa plastisizer yang berasal dari asam oleat dan asam

    palmitat dengan isooktanol yaitu berupa isooktil oleat dan isooktil

    palmitat.

  • 30

    4.4. Hasil Analisa GC-MS Produk

    Dari hasil analisa dengan menggunakan alat GC-MS didapatkan

    banyak komponen-komponen yang terkandung di dalam produk. Hasil

    analisis menunjukkan bahwa persentase produk ester adalah 1.05%,

    alkohol adalah 85.80% untuk sampel perbandingan molar 1 : 12 dan

    kecepatan pengadukan 200 rpm. Ester yang diperoleh tidak sesuai dengan

    yang seharusnya terjadi apabila di transesterifikasi minyak limbah ikan

    patin dengan isooktanol yaitu berupa isooktil oleat, dan isooktil palmitat.

    Produk yang dihasilkan pada penelitian ini yaitu oktil palmitat, isooktil

    palmitat dan metil dekanoat. Keberadaan oktil palmitat dan metil dekanoat

    kemungkinan terjadi karena munculnya reaksi samping, seperti dehidrasi

    alkohol. Dehidrasi alkohol ini dapat terjadi dengan adanya kehadiran

    katalis asam dan pemanasan (Wulandari dkk, 2010). Berikut ditampilkan

    analisa GC-MS produk sintesa plastisizer dari minyak limbah ikan patin

    dan isooktanol.

    Gambar 4.4 GC-MS Produk Ester (Plastisizer) dari Minyak Limbah Ikan patin

    dengan Isooktanol dengan Perbandingan Molar 1 : 12, dan Pengadukan 200 rpm

    Selain itu kemungkinan juga terjadinya peristiwa pemutusan ikatan

    hidrokarbon tidak jenuh dari asam karboksilat oleh katalis H-Zeolit.

    Pemutusan pada ikatan rangkap diawali oleh adanya serangan elektron

    oleh ikatan rangkap terhadap H+ atau asam Bronsted yang terdapat pada

    permukaan katalis. Akibatnya terbentuknya karbon kation pada atom

  • 31

    karbon ikatan rangkap yang kekurangan elektron, serangan tersebut juga

    akan mengakibatkan adanya ikatan antara hidrogen pada katalis dengan

    karbon ikatan rangkap (Rustamaji dkk, 2010).

    Tabel 4.6 Hasil Analisa GC-MS Senyawa Ester dari Minyak Limbah Ikan patin

    dengan Isooktanol dengan Perbandingan Molar 1 : 12, dan Pengadukan 200 rpm

    Line Area (%) Komponen

    4 85.80 Iso-oktanol

    6 0.19 Oktil Palmitat

    7 0.56 Isooktil Palmitat

    19 0.30 Metil Dekanoat

    Sumber : Hasil Uji Lab.Kimia organik FMIPA-UGM, 2013

    4.5. Pengaruh Perbandingan Molar Reaktan Terhadap Reaksi

    Transesterifikasi Minyak Limbah Ikan Patin

    Perbandingan molar reaktan merupakan salah satu parameter

    penting yang dapat mempengaruhi Konversi dari reaksi transesterifikasi.

    Secara teoritis berdasarkan prinsip Le Chatelier dalam reaksi

    transesterifikasi 1 mol minyak memerlukan 3 mol alkohol. Karena reaksi

    transesterifikasi adalah reaksi reversibel, maka jika diberikan alkohol

    berlebih dapat mengarahkan kesetimbangan kearah pembentukan

    ester/produk. Reaksi transesterifikasi dengan katalis heterogen diketahui

    juga memiliki laju reaksi yang lambat. Oleh karena itu untuk mencapai

    kesetimbangan reaksi yang lebih cepat maka penggunaan alkohol

    (isooktanol) berlebih merupakan salah satu solusinya (Wulandari dkk,

    2010).

  • 32

    Gambar 4.5 Pengaruh Perbandingan Molar Reaktan terhadap Reaksi

    Transesterifikasi Minyak limbah Ikan Patin dengan Isooktanol

    Hasil penelitian ini, menunjukkan adanya pengaruh pemberian

    alkohol berlebih pada proses sintesis plastisizer menggunakan minyak

    limbah ikan patin. Pengaruh perbandingan molar reaktan tersebut dapat

    dilihat pada Gambar 4.5. Reaksi mencapai nilai konversi reaksi tertinggi

    pada perbandingan molar 1 : 9 dengan kecepatan pengadukan 225 rpm

    pada waktu reaksi selama 6 jam dan temperatur 105 106oC. Pada

    perbandingan molar 1:6 didapatkan konversi reaksi maksimum sebesar

    28,7% pada kecepatan pengadukan 200 rpm. Lalu pada perbandingan

    molar 1:12 didapatkan konversi reaksi tertinggi yaitu 28,0% pada

    kecepatan pengadukan 200 rpm.

    4.6. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Reaksi Transesterifikasi

    Minyak Limbah Ikan Patin

    Berdasarkan teori Arhenius jika kecepatan pengadukan semakin

    tinggi maka pergerakan molekul akan meningkat sehingga dapat

    mengakibatkan banyaknya terjadi tumbukan. Semakin besar frekuensi

    26.3%

    23.7% 24.3%

    28.7%

    27.1%

    28.0% 27.7%

    29.7%

    25.1%

    20.0%

    21.0%

    22.0%

    23.0%

    24.0%

    25.0%

    26.0%

    27.0%

    28.0%

    29.0%

    30.0%

    1:04 1:06 1:07 1:09 1:10 1:12 1:13

    Ko

    nve

    rsi R

    eak

    si (

    %)

    Perbandingan Molar

    175 rpm

    200 rpm

    225 rpm

    1:4 1:6 1:7 1:9 1:10 1:12 1:13

  • 33

    tumbukan, maka semakin besar pula harga konstanta kecepatan reaksi.

    Semakin besar harga konstanta kecepatan reaksi diharapkan dapat

    menghasilkan nilai konversi yang semakin besar (Wulandari dkk, 2010).

    Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh kecepatan pengadukan

    pada reaksi transesterifikasi menggunakan minyak limbah ikan patin.

    Pengaruh kecepatan pengadukan terhadap konversi reaksi transesterifikasi

    minyak limbah ikan patin dapat dilihat pada Gambar 4.6 berikut.

    Gambar 4.6 Pengaruh Kecepatan Pengadukan terhadap Reaksi

    Transesterifikasi Minyak limbah Ikan Patin dengan Isooktanol

    Konversi reaksi tertinggi didapatkan pada kecepatan pengadukan

    225 rpm dengan perbandingan molar 1 : 9 dengan lama waktu reaksi 6 jam

    dan komposisi katalis 20% berbasis pada berat minyak ikan. Pada

    kecepatan pengadukan 200 rpm dengan perbandingan molar 1 : 6 konversi

    yang didapatkan adalah 28,7% dan pada kecepatan pengadukan 175 rpm

    dengan perbandingan molar 1 : 12 konversi yang didapatkan adalah

    24,3%.

    Disini dapat dilihat bahwa reaksi mencapai nilai konversi terbesar

    pada kecepatan pengadukan 225 rpm dengan perbandingan molar 1 : 9,

    tetapi konversi ini belum merupakan konversi maksimal reaksi

    26.3%

    28.7%

    27.7%

    23.7%

    27.1%

    29.7%

    24.3%

    28.0%

    25.1%

    20.0%

    21.0%

    22.0%

    23.0%

    24.0%

    25.0%

    26.0%

    27.0%

    28.0%

    29.0%

    30.0%

    170 180 190 200 210 220 230

    Ko

    nve

    rsi R

    eak

    si (

    %)

    Kecepatan Pengadukan (rpm)

    1:06

    1:09

    1:12

  • 34

    transesterifikasi minyak limbah ikan patin pada perbandingan molar

    reaktan 1 : 9. Hal ini menunjukkan bahwa kecepatan pengadukan

    berpengaruh terhadap laju reaksi transesterifikasi minyak limbah ikan

    patin. Kecepatan pengadukan yang tepat dapat menghasilkan frekuensi

    tumbukan yang tepat sehingga konstanta laju reaksi yang dihasilkan untuk

    pembentukan produk pada reaksi transesterifikasi mencapai pada keadaan

    kesetimbangan reaksi. Suatu zat dapat bereaksi dengan zat lain jika

    partikel partikelnya saling kontak / bertumbukan. Hal utama yang

    menyebabkan konversi rendah adalah temperatur reaksi yang belum

    mencapai suhu reaksi transesterifikasi menggunkan Isooktanol sebagai

    pereaksi.

    Pada kecepatan pengadukan 200 rpm dengan perbandingan molar 1

    : 6 dan 1 : 12 didapatkan konversi optimum dari reaksi transesterifikasi

    minyak limbah ikan patin yaitu masing masing nya 28,7% dan 28%. Hal

    ini dibuktikan dengan ada nya penurunan konversi reaksi dengan kenaikan

    kecepatan pengadukan (225 rpm) pada perbandingan molar reaktan 1 : 6

    dan 1 : 9 yaitu sebesar 27,7 % dan 25,1%. Penurunan konversi reaksi ini

    terjadi karna pengadukan yang terlampau cepat akan menyebabkan reaksi

    bergerak dari produk kearah pembentukan reaktan kembali, hal ini terjadi

    karna konstanta laju reaksi pembentukan reaktan kembali lebih besar dari

    konstanta laju reaksi pembentukan produk sehingga konversi reaksi

    pembentukan produk akan semakin kecil pada waktu reaksi yang sama

    (dalam penelitian ini selama 6 jam).

  • 35

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1. Kesimpulan

    1. Minyak limbah ikan patin dapat disintesis dengan menggunakan

    isooktanol menjadi salah satu produk ester komersial yakni plastisizer

    (isooktil palmitat)

    2. Konversi tertinggi sebesar 29,7% diperoleh pada perbandingan minyak

    limbah ikan patin dengan isooktanol sebesar 1 : 9, kecepatan

    pengadukan 225 rpm, komposisi katalis 20%, waktu reaksi 6 jam dan

    temperatur 105-106oC

    3. Karakteristik plastisizer yang dihasilkan telah memenuhi standar

    plastisizer komersial, dengan nilai viskositas 5,380 mPa s, specific

    gravity (30oC) 0,860 dan angka penyabunan adalah 132,401

    mgKOH/grSampel.

    5.2. Saran

    1. Perlu dilakukan fraksinasi pada minyak limbah ikan patin untuk

    meningkatkan konversi reaksi transesterifikasi.

    2. Transesterifikasi minyak limbah ikan patin dengan isooktanol

    sebaiknya dilakukan pada temperatur mendekati titik didih isooktanol.

  • 36

    DAFTAR PUSTAKA

    AOCS, 2011. http://www.aocs.org/Journals/?navItemNumber=585. di akses

    Agustus 2013.

    Anonim. Isooktanol. http://www.chemistry.com/item/isoktanol. diakses Agustus

    2013

    Anonim. Zeolit. http://www.batan.go.id/worct?picture/Struktur-zeoilt. diakses

    Agustus 2013

    Almunady, T.P., Yohandini, H., & Gultom, J.U. 2011. Analisis Kualitatif dan

    Kuantitatif Asam Lemak Tak Jenuh Omega-3 dari Minyak Ikan Patin

    (Pangasius pangasius) dengan Metoda Kromatografi Gas. Palembang :

    FMIPA Universitas Sriwijaya, Vol 14

    Bradin, D.S., 1996. Biodiesel Fuel. US PATENT No. US. 5.578.090

    BPS Riau. 2013. http://riau.bps.go.id/publikasi-online/riau-dalam-angka/

    perikanan.html, di akses Agustus 2013

    Darnoko, D. & Cheryan, M., 2000. Kinetics of palm oil transesterification in a

    batch reactor, JAOCS, Journal of the American Oil Chemists' Society, 77(12),

    1263-1267.

    Deliana, R., Ardiana, A., Oktarina, W., & Qaishum, F. 2011. Pengaruh Komposisi

    Katalis Pada Pembuatan Plastisizer Menggunakan Minyak Limbah Ikan

    Patin Dan Isobutanol. Jurnal PKM, Pekanbaru: Universitas Riau.

    Fessenden, R.J, & Fessenden, J.S. 1994. Kimia Organik. edisi kesatu. Penerbit

    Erlanga.

    Freedman, B., Pryde, E.H., & Mounts, T.L. Transesterification of soybean oil. J.

    Am. Oil Chem. Soc., 1984.

    Haryono, A. 2005, Pengembangan Plastisizer Pengganti DOP dari Turunan

    Minyak Sawit, Laporan Akhir Kumulatif Program Penelitian dan

    Pengembangan IPTEK, LIPI, Bandung.

    Handayani, S.P., 2010. Pembuatan biodiesel dari minyak ikan dengan radiasi

    gelombang mikro. Skripsi, Surakarta : Universitas sebelas maret.

  • 37

    Hui, Y.H. 1996. Baileys Industrial Oil and Fat Products, New York : Jhon Wiley

    7 Sons Inc, Vol 5

    Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak Dan Lemak Pangan. Jakarta: UI

    Press

    Jerry, 2012, Pengaruh Waktu Reaksi dan Komposisi Katalis Zeolit Alam pada

    Pembuatan Plastisizer Isobutil Stearat. Skripsi, Jurusan Teknik Kimia,

    Fakultas Teknik, Universitas Riau.

    Lestari, N., Susanty, A., & Kurniawaty. 2008. Penggunaan Natrium Khlorida

    (NaCl) dan Asam Fosfat Pada Proses Degumming untuk Pemurnian

    Minyak Kasar Ikan Patin. Journal of Agro-Based Industry, Vol 25

    Manurung, R. 2006. Transesterifikasi Minyak Nabati, Jurnal Teknologi Proses

    Januari: 47-52. Medan.

    Marita, 2010, Preparation and Characterization of Catalysts Ni / NZA For

    Catalytic Cracking Process Munitions Become Empty Fuel Oil Liquid,

    Thesis, University of Riau.

    Mittelbach, M. and Remschmidt, C. 2006. Biodiesel : the comprehensive

    handbook, M. Mittelbach, Austria.

    Nasikin, M. 2004. Perengkahan katalitik Fasa Cair Minyak Sawit Menjadi

    Biogasolin. Palembang : Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia

    Indonesia

    Nissaaulya, N. 2013, Pengaruh perbandingan molar dan kecepatan pengadukan

    terhadap sintesis plastisizer dari minyak limbah ikan patin dan isooktanol.

    Jurnal, Pekanbaru: Universitas Riau

    Panagan, T., Almunady., Yohandini, Heni., Uli Gultom, Jojor., 2011, Analisis

    Kualitatif dan Kuantitatif Asam Lemak Tak Jenuh Omega-3 DARI

    Minyak Ikan Patin (Pangasius pangasius) dengan Metoda Kromatografi

    Gas, Jurnal Penelitian Sains, FMIPA Universitas Sriwijaya, Vol.14

    No.4(c).

    Richardson J.T. 1989. Principles of Catalyst Development. Plenum Press. New

    York.

  • 38

    Sadi, S & Purboyo. 1996. Konsep Agroindustri Untuk Produksi Plasticizer dari

    Minyak Sawit Secara Terpadu.Warta PPKS, Vol 4 (2) : 75-83.

    Satterfield C.N. 1991. Heterogeneous Catalysis in Industrial Practice. 2nd

    ed,

    McGraw Hill, Inc.

    Sears, J.K & Darby. 1982. The Technology of Plasticizer. Jhon Willey & Sons,

    New York, 1166p.

    Suryaningrum, D. 2008. Ikan Patin: Peluang Ekspor Penanganan Pascapanen

    dan Diversifikasi Produk Olahannya. Squalen Vol.3 No.1. Jawa Barat.

    Susilowati. 2006. Pembuatan biodiesel dari minyak biji kapuk dengan katalis

    zeolit. Jurnal, Jawa Timur: UPN Jatim.

    Wijaya, K., & Hasanudin. 2010. Preparasi Biodiesel dan Biofuel Fraksi Bensin

    dari Minyak Nabati Segar dan Bekas Serta Lemak Hewani yang

    terkatalisis Oleh Montmorillonit dan Zeolit Termodifikasi. Lembaga

    penelitian dan pengabdian kepada masyarakat : UGM

    Wulandari, D., & Septiana, O. 2010. Proses pembuatan biodiesel dari dedak dan

    methanol dengan esterifikasi in situ. Skripsi, Semarang : Universitas

    Diponegoro.

    Wypich, G. 2004. Handbook of Plasticizer. US : Chemtech Publishing, Inc

    Zahrina, I. dan Sunarno. 2006. Kajian Awal Esterifikasi Minyak Bebas Yang

    Dikandung Minyak Sawit Mentah pada Katalis Zeolit Sintesis.

    Pekanbaru : Prosiding Seminar Nasional Teknologi Oleo dan

    Petrokimia Indonesia 2006

  • LAMPIRAN A

    PERHITUNGAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU

    A.1 Massa Total Limbah Ikan Patin

    Massa lemak limbah ikan patin = 50 gr

    Massa total lemak limbah ikan patin (3 variasi kecepatan pengadukan, 3 variasi

    rasio molar)

    = 50 x 3 x 3

    = 450 gr

    A.2 Massa Total H-Zeolit

    Massa H-Zeolit = 20 % dari massa lemak ikan

    = 0,2 x 50 gr

    = 10 gr

    Massa total H-zeoilt (3 variasi kecepatan pengadukan, 3 variasi rasio molar)

    = 10 x 3 x 3

    = 90 gr

    A.3 Volum Total Isooktanol

    No % Area Nama Asam Lemak Rumus

    Molekul

    BM

    (gr/mol)

    BM

    Sebenarnya

    (gr/mol)

    1 1,59 Nonanediocid Acid C11H20O4 216 3,43

    2 4,65 Octadecanoid Acid

    (Asam stearat) C19H38O2 298 13,85

    3 1,14 11-octadecanoid acid C19H36O2 296 3,37

    4 40,67 Hexadecanoid acid

    (Asam Palmitat) C17H34O2 270 109,809

    5 3,23 9,12-octadecanoid

    acid C19H34O2 294 9,49

    6 32,23 9 Octadecanoid acid (Asam Oleat)

    C19H36O2 296 95,40

    7 9,75 Eicosanoic acid C21H42O2 326 31,785

    8 2,79 Hexadecylene acid C16H32O 240 6,69

    9 3,96 1-Tridecyn-4 C13H24O 196 7,76

    Total 281,584

    A-1

  • BM Trigliserida Minyak limbah ikan patin:

    = 3 x 281,584 = 844,752 gr/mol

    Mol minyak limbah ikan patin 50 gr.

    n = gr/mr = 50 gr/844,752 gr/mol = 0,0612 mol

    Rasio Molar Minyak Limbah Ikan Patin Dengan Isooktanol 1:6

    nIsooktanol = 6 x mol minyak limbah ikan patin 50 gr

    = 6 x 0,0612 mol

    = 0,37 mol

    mIsooktanol = 0,37 mol x BMIsooktanol (Tabel 2.3)

    = 0,37 mol x 130,23 gr/mol

    = 48,185 gr

    VIsooktanol yang digunakan:

    V = m/Isooktanol (Tabel 2.3)

    = 48,185 gr/ 0,832 gr/cm3

    = 57,915 cm

    3 = 57,915 ml

    Rasio Molar Minyak Limbah Ikan Patin Dengan Isooktanol 1:9

    nIsooktanol = 9 x mol minyak limbah ikan patin 50 gr

    = 9 x 0,0612 mol

    = 0,55 mol

    mIsooktanol = 0,55 mol x BMIsooktanol (Tabel 2.3)

    = 0,55 mol x 130,23 gr/mol

    = 71,626 gr

    VIsooktanol yang digunakan:

    V = m/Isooktanol (Tabel 2.3)

    = 71,626 gr/ 0,832 gr/cm3

    = 86,089 cm

    3 = 86,089 ml

    Rasio Molar Minyak Limbah Ikan Patin Dengan Isooktanol 1:12

    nIsooktanol = 12 x mol minyak limbah ikan patin 50 gr

    = 12 x 0,0612 mol

    = 0,73 mol

    A-2

  • mIsooktanol = 0,73 mol x BMIsooktanol (Tabel 2.3)

    = 0,73 mol x 130,23 gr/mol

    = 95,068 gr

    VIsooktanol yang digunakan:

    V = m/Isooktanol (Tabel 2.3)

    = 95,068 gr/ 0,832 gr/cm3

    = 114,264 cm

    3 = 114,264 ml

    Volum Total Isooktanol yang digunakan:

    = 3 x (57,915 ml + 86,089 ml + 114,264 ml)

    = 774,804 ml

    A-3

  • LAMPIRAN B

    ANALISA KARAKTERISTIK KATALIS

    B.1 Analisa dengan XRD

    X Ray diffractometer (XRD) merupakan suatu alat yang digunakan untuk

    mendeteksi unsur atau senyawa yang terkandung dalam suatu padatan. Alat ini

    bekerja berdasarkan difraksi sinar X oleh unsur atau senyawa dalam suatu

    padatan. Setiap unsur mempunyai intensitas pemantulan sinar X yang berbeda jika

    disinari pada sudut tertentu [Leofanti dkk., 1997].

    Berikut cara kerja XRD :

    1. Sampel padat diletakkan pada suatu preparat kaca

    2. Sumber sinar bergerak mengelilingi sampel sambil menyinari sampel

    3. Detector menangkap pantulan sinar dari sampel

    4. Alat perekam merekam intensitas pantulan sinar untuk tiap sudut tertentu

    5. Hasil analitis dalam bentuk grafik sudut penyinaran vs intensitas pantulan

    B-1

  • LAMPIRAN C

    Prosedur Penentuan Sifat Fisik dan Kimia Bahan Baku dan Produk

    a) Berat Jenis (SNI 01-3555-1998)

    Densitas adalah perbandingan berat dari volume sampel minyak dengan

    berat air yang volumenya sama pada suhu tertentu (250C)

    Cara penetuan Densitas adalah sebagai berikut:

    Piknometer dibersihkan dan ditimbang.

    Kemudian piknometer diisi dengan sampel bersuhu 250C. pengisian

    dilakukan sampai air dalam piknometer meluap dan tidak ada gelembung

    udara didalamnya.

    Setelah ditutup, piknometer didiamkan selama 30 menit pada suhu 250C.

    Piknometer dikeringkan dan ditimbang.

    Timbang berat piknometer dengan isinya.

    Densitas sampel dihitung sebagai berikut :

    0(25 )po p

    p

    W WC

    V

    Keterangan :

    Wpo = Berat piknometer dan sampel (gr)

    Wp = Berat piknometer kosong (gr)

    Vw = Volume piknometer (ml)

    b) Viskositas (Ketaren, 1989)

    Pergunakan viscometer Oswald yang bersih.

    Letakkan viskometer dalam termostat pada posisi vertikal.

    dimasukkan (10-15 ml) cairan yang akan diukur viskositasnya kedalam

    reservoir A (lihat Gambar C.1),

    Atur termostat pada suhu yang dikehendaki (40C), biarkan viskometer

    dan isinya selama 5 menit untuk mencapai suhu termostat.

    Cairan dihisap melewati reservoir B, sedikit di atas garis m, kemudian

    ditutup dengan menggunakan tangan, agar cairan tidak turun.

    C-1

  • Lepaskan tangan, untuk menurunkan cairan. dicatat waktu yang diperlukan

    cairan untuk mengalir dari m ke n. lakukan pengerjaan ini beberapa kali.

    Viskositas kinematis cairan dapat ditentukan dengan menggunakan

    persamaan:

    =

    Keterangan :

    = Viskositas sampel

    t = Waktu sampel

    to = Waktu air

    o = Viskositas air pada suhu tertentu

    o = Densitas air pada suhu tertentu

    = Densitas sampel

    Gambar C.1 Viskometer Oswald

    c) Bilangan Asam dan Asam Lemak Bebas (ALB) (SNI 01-3555-1998)

    Bilangan asam dinyatakan sebagai jumlah milligram KOH yang

    dibutuhkan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam 1 gram

    minyak atau lemak.

    Cara penentuan bilangan asam adalah sebagai berikut :

    Stanadarisasi larutan KOH 0,1N

    Ditimbang 5,6 gram KOH dan dilarutkan sampai 1 Liter dengan

    aquades didalam labu takar 1 liter.

    C-2

  • Timbang 0,63 gram asam oksalat dan larutkan sampai 1 liter dengan

    aquades didalam labu takar 1 liter.

    Pipet 10 atau 25 ml larutan asam oksalat kedalam erlemeyer.

    Tambahkan 2-5 tetes indicator pp dan titrasi dengan KOH 0,1 N

    Penentuan bilangan asam

    2 gram minyak ditimbang dalam Erlenmeyer 250 ml.

    Ditambahkan 50 ml etanol netral 95%, dipanaskan hingga suhu 400C

    ( 10 menit) dalam penangas air sambil diaduk.

    Larutan ditambahkan 3-5 tetes indicator PP.

    Larutan ini kemudian dititrasi dengan larutan standar KOH 0,1N

    hingga terbentuk warna merah muda konstan (tidak berubah selama 15

    detik).

    Jumlah KOH yang digunakan untuk titrasi dicatat untuk menghitung

    bilangan asam dan kadar ALB.

    Lakukan analisa sekurang kurangnya duplo, perbedaan antara kedua

    hasil tidak boleh melebihi 0,05%.

    ( / min )

    (%)10

    A N BBilangan Asam mg KOH g yak

    G

    A N MKadar Asam lemak Bebas

    G

    Keterangan :

    A = Jumlah ml KOH yang terpakai untuk titrasi

    N = Normalitas Larutan KOH

    B = Berat molekul larutan KOH (56,1)

    G = Berat sampel (gr)

    M = Berat Molekul asam lemak yang dominan, yaitu 282

    (asam oleat)

    C-3

  • d) Bilangan Penyabunan (SNI 01-35551998)

    Bilangan penyabunan merupakan jumlah alkali yang dibutuhkan untuk

    menyabunkan sejumlah contoh minyak. Bilangan penyabunan dinyatakan

    dalam jumlah milligram KOH ynag dibutuhkan untuk menyabunkan satu

    gram contoh minyak.

    Prosedur analisis bilangan penyabunan adalah sebagai berikut :

    Timbang 2 gram sampel, kemudian dimasukkan ke dalam erlemeyer

    250 ml.

    Ke dalam sampel ditambahkan 25 ml KOH beralkohol 0,5 N dan

    beberapa butir batu didih.

    Erlenmeyer dihubungkan dengan pendingin tegak diatas penangas air

    selama 1 jam

    Larutan didinginkan dan bagian dalam dari pendingin tegak dibilas

    dengan sedikit air

    Ke dalam larutan ditambahkan indicator PP sebanyak 1 ml, kemudian

    ditirasi dengan HCl 0,5 N sampai warna merah jambu hilang

    Cara serupa juga dilakukan pada blanko

    o

    m

    Keterangan :

    Vo = Volum HCl 0,5 N yang diperlukan untuk titrasi blanko (ml)

    V1 = Volum HCl 0,5 N yang diperlukan untuk titrasi sampel (ml)

    N = Normalitas larutan standar HCl 0,5 N

    m = Berat sampel (gr)

    e) Analisa Gas Chromatographi Mass Spectrophotometer (GC-MS)

    GC-MS merupakan analisa yang digunakan untuk mengetahui

    kandungan dari suatu senyawa yang akan diuji. Langkah-langkahnya:

    C-4

  • Persiapan bahan baku

    Derivatisation

    Injeksikan campuran larutan ke kolom GC lewat heated injection port.

    Campuran dibawa gas pembawa (biasanya Helium) dengan laju alir

    tertentu melewati kolom GC yang dipanaskan dalam pemanas. Kolom GC

    memiliki cairan pelapis (fasa diam) yang inert.

    MS detector

    Aspek kualitatif : lebih dari 275.000 spektra massa dari senyawa

    yang tidak diketahui dapat teridentifikasi dengan referensi komputerisasi.

    Aspek kuantitatif : dengan membandingkan kurva standar dari

    senyawa yang diketahui dapat diketahui kuantitas dari senyawa yang tidak

    diketahui.

    Spektra massa dicatat secara reguler dalam interval 0,5-1 detik selama

    pemisahan GC dan disimpan dalam sistem instrumen data untuk

    digunakan dalam analisis. Spektra massa berupa fingerprint ini dapat

    dibandingkan dengan acuan.

    C-5

  • LAMPIRAN D

    CONTOH PERHITUNGAN

    Tabel D.1 Data Hasil Uji Minyak Limbah Ikan Patin

    Densitas

    (gr/ml)

    Angka

    Asam

    Angka

    Penyabunan

    Angka

    Ester

    1.36 187.829 186.46

    Tabel D.2 Data Hasil Uji Produk Fatty Acid Alkyl Ester

    Perbandingan

    Molar

    Kecepatan

    Pengadukan

    (rpm)

    Volume

    Produk

    (ml)

    Densitas

    (gr/ml)

    Viskositas

    (mPa s)

    Angka

    Asam

    Angka

    Penyabunan

    Angka

    Ester

    Konversi

    (%)

    1 : 6

    175 90 0.846 6.603 0.82 138.177 137.36 26.3

    200 83 0.844 6.598 1.91 134.948 133.04 28.7

    225 91 0.844 6.621 1.91 136.728 134.82 27.7

    1 : 9

    175 119 0.833 5.360 1.64 143.882 142.24 23.7

    200 112 0.833 5.377 1.36 137.308 135.94 27.1

    225 114 0.834 5.380 1.36 132.401 131.04 29.7

    1 : 12

    175 39 0.841 6.439 3.28 144.385 141.11 24.3

    200 36 0.840 6.432 3.00 137.239 134.24 28.0

    225 36 0.843 6.521 1.36 141.088 139.72 25.1

    D-1

  • 1. Penentuan Densitas dan Specific Gravity

    Berat piknometer kosong = 15.627 gr

    Berat piknometer dan sampel = 24, 083 gr

    V piknometer = 10 ml

    Densitas air (300C) = 0,9696 gr/ml (Geankoplis, 1990)

    =

    =

    = 0,846 gr/ml

    Spec gravity =

    =

    = 0,872

    2. Penentuan Viskositas

    Waktu rata rata sampel = 12,67 detik

    Waktu rata rata air = 1,34 detik

    Viskositas air (300C) = 0,8007 M.Pa.s (Geankoplis, 1990)

    =

    =

    = 6,603 M.Pa.s

    3. Penentuan Angka Asam

    Berat sampel rata rata = 2,040 g

    V KOH = 0,3 ml

    N KOH = 0,0973 N

    BM KOH = 56,1

    D-2

  • 0,3 0,0973 56,1

    2,040

    0,82 /

    Bilangan Asam

    Bilangan Asam mg KOH gr Minyak

    4. Penentuan Angka Penyabunan

    Vo = 33,5 ml

    V1 = 23,5 ml

    N HCl = 0,5 N

    m = 2,03 gr

    56,1 ( 1)

    56,1 0,5 (33,5 23,5)

    2,03

    138,177

    N Vo VBilangan Penyabunan

    m

    Bilangan Penyabunan

    Bilangan Penyabunan

    5. Penentuan Angka Ester dan Konversi Reaksi

    Re tan Re tan Re tan

    Re tan

    Re tan

    Pr Pr Pr

    187,829 1,36

    186,46

    ak ak ak

    ak

    ak

    oduk oduk odu

    Angka Ester Angka Penyabunan Angka Asam

    Angka Ester Angka Penyabunan Angka Asam

    Angka Ester

    Angka Ester

    Angka Ester Angka Penyabunan Angka Asam

    Pr

    Pr

    Re tan Pr

    Re tan

    138,177 0,82

    137,36

    100%

    186,46 137,36100%

    186,46

    26,3%

    k

    oduk

    oduk

    ak oduk

    ak

    Angka Ester

    Angka Ester

    Angka Ester Angka EsterKonversi

    Angka Ester

    Konversi

    Konversi

    D-3

  • LAMPIRAN E

    HASIL ANALISA GC-MS

    1. Hasil GC-MS untuk Sampel 1 (Perbandingan Molar 1:6 dan Kecepatan

    Pengadukan 175 rpm)

    Line % Area Rumus Molekul Senyawa

    1 0.21 C8H18O 1-Hexanol

    2 86.96 C8H18 Octana

    3 0.28 C8H16 Octane

    4 0.30 C8H16 Octane

    5 0.27 C10H22 3-Ethyl-5-Methyl Heptane

    6 0.87 C17H35O2 Methyl Hexadecanoit

    7 1.68 C8H18 Octana

    8 0.34 C18H34O 9-Octadecanal

    9 2.07 C12H26O 1-Decanol

    10 0.40 C12H26O n-Octyl Ether

    E-1

  • 2. Hasil GC-MS untuk Sampel 2 (Perbandingan Molar 1:9 dan Kecepatan

    Pengadukan 225 rpm)

    Line % Area Rumus Molekul Senyawa

    1 0.20 C8H16O 2-ethyl-hexanal

    2 91.91 C8H16O 2-ethyl-hexanol

    3 0.19 C8H18O 2-ethyl-hexanol

    4 0.34 C11H22 1-decene

    5 0.21 C8H18 Octane

    6 0.20 C16H32O2 Palmitic acid

    7 0.48 C8H18 Octane

    8 1.31 C8H18 Octane

    9 0.16 C8H18 Octane

    10 1.48 C19H40O Nonadecanol

    11 0.28 C8H18 Octane

    12 2.47 C18H36O 9-Octadecanol

    13 0.32 C12H24 1-Decene

    14 0.44 C30H58O4 Didecyl decanedioic

    E-2

  • 3. Hasil GC-MS untuk Sampel 3 (Perbandingan Molar 1:12 dan Kecepatan

    Pengadukan 200 rpm)

    Line % Area Rumus Molekul Senyawa

    1 0.69 C7H14O 3-Heptanone

    2 0.25 C7H16O 3-Heptanol

    3 0.34 C8H16O 2-ethyl-hexanal

    4 85.80 C8H18O Isooktanol

    5 0.73 C8H18O Isooktanol

    6 0.19 C10H20O2 Oktil Palmitat

    7 0.56 C16H32O2 Isooktil Palmitat

    8 0.57 C14H30 7-methyl-tridecane

    9 0.19 C8H18 Octane

    10 0.21 C8H18 Octane

    11 0.37 C8H18 Octane

    12 0.99 C8H18 Octane

    13 2.19 C8H18 Octane

    14 0.90 C8H18 Octane

    15 0.51 C8H18 Octane

    16 2.10 C20H40 Octadecane

    17 0.24 C13H28 Undecane

    18 2.37 C18H36O 9-octadecanol

    19 0.30 C11H20O2 Metil Dekanoat

    20 0.20 C12H24 Decene

    21 0.31 C16H34O Octyl ether

    E-3