pembahasan spektrofluorometri

3

Click here to load reader

description

.

Transcript of pembahasan spektrofluorometri

Page 1: pembahasan spektrofluorometri

Hasil pembahasan

Konsentrasi Intensitas0 0,0017

0,2 0,09930,6 0,13140,8 0,1029

1 0,1286

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.20

0.02

0.04

0.06

0.08

0.1

0.12

0.14f(x) = 0.099406976744186 x + 0.0410883720930233R² = 0.606206039364931

Kurva analisis rhodamin

Series2Linear (Series2)

konsentrasi

inte

nsita

s

Spektrofluorometri adalah metode analisis kimia kuantitatif berdasarkan fluorecence. Alat ini mengukur intensitas emisi dari larutan yang dapat diperkuat langsung. Alat ini lebih spesifik karena adanya spektra emisi (fluoresensi) disamping eksitasi (dapat disamakan dengan absorbsi pada spektrofotometri). Radiasi yang tereksitasi maupun radiasi fluoresensi pada umumnya diukur pada rentang λmax 200-700 nm. Pengukuran harus menggunakan pelarut yang dapat melewatkan seluruh radiasi eksitasi.

Kelebihan dari spektrofluorometri adalah lebih peka sehingga pengotor dapat mempengaruhi analisa, lebih selektif, dapat mengurangi gangguan spektral dengan mengubah panjang gelombang. Hal-hal yang dapat mempengaruhi adalah efisiensi kuantum, kekakuan struktur, suhu, pelarut, pH, oksigen terlarut, pemadaman sendiri dan penyerapan sendiri.

Rhodamine B merupakan zat pewarna sintetis berbentuk serbuk kristal bewarna kehijauan, dalam bentuk larutan pada konsentrasi berwarna merah keunguan dan konsentrasi rendah berwarna merah terang, termasuk golongan pewarna xanthenes basa, dan terbuat dari metadietilaminofenol dan ftalik anhidrid suatu bahan yang tidak bisa dimakan serta sangat berfluoresensi. Di dalam Rhodamine B sendiri terdapat ikatan dengan klorin (Cl) yang dimana senyawa klorin ini merupakan senyawa anorganik yang reaktif dan juga berbahaya. Selain terdapat ikatan Rhodamine B dengan Klorin terdapat juga ikatan konjugasi. Ikatan konjugasi dari Rhodamine B inilah yang menyebabkan Rhodamine B berwarna merah. Ditemukannya bahaya yang sama antara Rhodamine B dan Klorin

Page 2: pembahasan spektrofluorometri

membuat adanya kesimpulan bahwa atom Klorin yang ada pada Rhodamine B menyebabkan terjadinya efek toksik bila masuk kedalam tubuh manusia.

Pada praktikum kali ini, kami menganalisa kadar rhodamine menggunakan spektrofluorometri. Pertama membuat larutan rhodamine dengan konsentrasi 0,2; 0,6; 0,8; 1 ppm dari larutan induk 500ppm dengan menimbang 50 mg rhodamine kemudian larutkan ke dalam 100 ml aquadest sehingga didapat larutan dengan konsentrasi 500ppm. Kemudian diencerkan menjadi 5 ppm dengan mengambil 1 ml larutan induk 500 ppm lalu ad 100 ml aquadest dalam labu ukur. Kemudian membuat larutan dengan konsentrasi 0,2; 0,6; 0,8; 1 ppm. Untuk membuat larutan dengan konsentrasi 0,2 ppm, mengambil 0,4 ml larutan 5 ppm kemudian ad sampai 10 ml dengan labu ukur. Untuk konsentrasi 0,6 ppm, mengambil 1,2 ml larutan 5 ppm kemudian ad sampai 10 ml aquadest. untuk larutan dengan konsentrasi 0.8 ppm, mengambil 1,6 ml larutan 5 ppm kemudian ad sampai 10 ml aquadest. Untuk larutan dengan konsentrasi 1 ppm, mengambil 2ml larutan 5 ppm kemudian ad sampai 10 ml aquadest. Setelah mendapatkan ke 4 larutan tersebut, dianalisa dengan spektrofluorometri λ5nm. Kemudian di dapat intensitas seperti pada tabel di atas.

Dari data yang didapat dari spektrofluorometri, kurva yang dihasilkan tidak bagus dan tidak linier. R2 yang dihasilkan adalah 0,6062. Untuk membuat kurva yang bagus R2 yang dihasilkan seharusnya 0,997. Sehingga data yang didapat tidak bisa digunakan untuk mencari kadar rhodamin. Karena hasil yang akan dihasilkan tidak valid. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kesalahan dalam memipet saat mengencerkan, alat-alat yang kurang bersih sehingga mempengaruhi analisa, dan penimbangan yang kurang akurat.