Pembahasan Skenario 3 Kegawatdaruratan Medik

5
BAB PEMBAHASAN Pada scenario dengan judul “Anak Saya Stuip” didapatkan seorang anak laki-laki umur 1 tahun dibawa ke IGD oleh ibunya dengan keluhan kejang. Pada anak-anak kejang merupakan hal yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Pada kasus kejang informasi yang didapat dari hasil anamnesis terhadap orang yang melihat langsung pada saat kejadian merupakan hal yang penting karena hampir seluruh kasus kejang tidak sedang kejang pada saat pemeriksaan berlangsung. Hal pertama yang diketahui adalah identitas pasien yaitu seorang anak laki-laki berusia 1 tahun yang akan mengarahkan diagnosis sesuai epidemiologi. Hal-hal lain yang harus digali pada anamnesis kasus kejang berguna untuk menyingkirkan diagnosis pseudoseizure sesuai kriteria yang telah diketahui kemudian apabila diketahui bahwa pasien sungguh-sungguh mengalami kejang maka dapat mengarahkan diagnosis berdasarkan presentasi kejang yang dialami. Informasi bahwa kejang baru pertama kali ini memungkinan bahwa pasien tidak memiliki penyakit yang memang ditandai kejang berulang. Kemudian dikatan pula bahwa kejang baru pertama kali ini kurang lebih 5 menit, kejang seluruh tubuh, tangan dan kaki kaku kemudian kelojotan, mata mendelik ke atas, kemudian kejang berhenti sendiri. Setelah kejang, pasien tampak mengantuk. Pasien sebelumnya demam tinggi mendadak, batuk dan pilek. Tidak didapatkan riwayat jatuh atau terbentur sebelumya. Dari

description

ddd

Transcript of Pembahasan Skenario 3 Kegawatdaruratan Medik

BABPEMBAHASAN

Pada scenario dengan judul Anak Saya Stuip didapatkan seorang anak laki-laki umur 1 tahun dibawa ke IGD oleh ibunya dengan keluhan kejang. Pada anak-anak kejang merupakan hal yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Pada kasus kejang informasi yang didapat dari hasil anamnesis terhadap orang yang melihat langsung pada saat kejadian merupakan hal yang penting karena hampir seluruh kasus kejang tidak sedang kejang pada saat pemeriksaan berlangsung. Hal pertama yang diketahui adalah identitas pasien yaitu seorang anak laki-laki berusia 1 tahun yang akan mengarahkan diagnosis sesuai epidemiologi. Hal-hal lain yang harus digali pada anamnesis kasus kejang berguna untuk menyingkirkan diagnosis pseudoseizure sesuai kriteria yang telah diketahui kemudian apabila diketahui bahwa pasien sungguh-sungguh mengalami kejang maka dapat mengarahkan diagnosis berdasarkan presentasi kejang yang dialami. Informasi bahwa kejang baru pertama kali ini memungkinan bahwa pasien tidak memiliki penyakit yang memang ditandai kejang berulang.Kemudian dikatan pula bahwa kejang baru pertama kali ini kurang lebih 5 menit, kejang seluruh tubuh, tangan dan kaki kaku kemudian kelojotan, mata mendelik ke atas, kemudian kejang berhenti sendiri. Setelah kejang, pasien tampak mengantuk. Pasien sebelumnya demam tinggi mendadak, batuk dan pilek. Tidak didapatkan riwayat jatuh atau terbentur sebelumya. Dari keterangan di atas, dapat dilihat bahwa pasien mengalami kejang demam. Kejang demam pada anak terjadi apabila terdapat peningkatan suhu tubuh yang bila diukur dengan termometer pada rektal anak akan diperoleh suhu >380C. Kejang demam pada anak terjadi karena proses ekstrakranial dan terjadi paling banyak pada anak usia 3 bulan-5 tahun. Selain demam sebagai faktor risiko dan faktor pencetus terjadinya kejang demam pada anak, usia juga merupakan faktor risiko terjadinya kejang pada anak. Hal ini berkaitan dengan tahap perkembangan otak anak. Pematangan otak anak terjadi sampai anak berusia 2 tahun, yang meliputi 6 fase yaitu neurulasi, perkembangan prosensefali, proliferasi neuron, migrasi neural, organisasai dan mielinisasi. Pada usia