PEMBAHASAN RANCANGANUNDANG-UNDANG TENTANGberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1... · merupakan...

40
RISALAH PEMBAHASAN RANCANGANUNDANG-UNDANG Masa Persidangan Tahun sidang RapatKe Jenis Rapat Sifat Rapat Dengan Harirfanggal Waktu Tern pat KetuaRapat Sekretaris Ac ara Had i r Had i r TENTANG GURU DANDOSEN DALAM PEMBICARAAN TINGKAT I : I ; 2005-2006 : Rapat Kerja : Terbuka : Menteri Pendidikan Nasional dan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia : Rabu, 14 September 2005 : 14.15 WIB- 16.00 WIB : Ruang Rapat Komisi X DPR RI, Gedung Nusantara I : Herl Akhmadi/Ketua komisi X DPR- RI : H. Agus Salim, SH/Kabagset Komisi X DPR-RI : 1. Membahas DIM Persandingan RUU Guru dan Dosen 2. Lain-lain : 3 7 Anggota dari 48 orang Anggota Komisi X DPR RI : Menteri Pendidikan Nasional dan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia besertajajarannya 553

Transcript of PEMBAHASAN RANCANGANUNDANG-UNDANG TENTANGberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1... · merupakan...

RISALAH

PEMBAHASAN RANCANGANUNDANG-UNDANG

Masa Persidangan Tahun sidang RapatKe Jenis Rapat Sifat Rapat Dengan

Harirfanggal Waktu Tern pat

KetuaRapat

Sekretaris

Ac ara

Had i r

Had i r

TENTANG

GURU DANDOSEN

DALAM PEMBICARAAN TINGKAT I

: I ; 2005-2006

: Rapat Kerja : Terbuka : Menteri Pendidikan Nasional dan

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia

: Rabu, 14 September 2005 : 14.15 WIB- 16.00 WIB : Ruang Rapat Komisi X DPR RI,

Gedung Nusantara I : Herl Akhmadi/Ketua komisi X DPR­

RI : H. Agus Salim, SH/Kabagset Komisi

X DPR-RI : 1 . Membahas DIM Persandingan

RUU Guru dan Dosen 2. Lain-lain

: 3 7 Anggota dari 48 orang Anggota Komisi X DPR RI

: Menteri Pendidikan Nasional dan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia besertajajarannya

553

A. Anggota Fraksi Partai Golkar: 1. Prof.Dr.H. Anwar Arifin 2. Antarini Malik. 3. Drg. H. Tonny Aprilani, M.Sc. 4. Ferdiansyah, SE,MM 5. Dra.Hj. Faridah Efendy 6. Drs.H.M. Irsyad Sudiro 7. H.Ebby Djauharie 8. H. Gusti Syamsumin 9. Drs. Trulyanti Habibie Sutrasno, M.Psi.

B. Anggota Fraksi-Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan : l . H. Heri Akhmadi 2. Drs.H. Soeratal HW 3. Ora. Elviana, M.Si 4. Ors. Eko Waluyo 5. Dra.Hj.Noviantika Nasution 6. Taufan Tampubolon, SE. 7. Deddy Sutomo 8. Drs. H.Djoemad Tjipto Wardojo, MBA.MM

C. Anggota Fraksi Partai Persatuan Pembangunan 1. DR.H.Muchtar Aziz, MA. 2. Ors. Lukman Hakim 3. H. Daromi lrdjas, SH. M.Si. 4. Drs.H.A. Hafidz Ma'soem

D. Anggota Fraksi Partai Demokrat : I. Dr. H. Tata Zainal Muttaqin, MM 2. Ors. Balkan Kaplale

E. Anggota Fraksi Partai Amanat Nasional : 1. Ors. Abdul Hakam Naja 2. M. Joko Santoso, S.Sos 3. Ors. Muna war Sholeh 4. H. Ade Firdaus, SE

F. Anggota Fraksi Kebangkitan Bangsa : 1. H.M. Dachlan Chudorie 2. Masduki Baidlowi

554

3. Dra. Hj. Anisah Mahfud 4. Drs. Mufid Rahmad 5. Abdul Hamid Wahid, M.Ag.

G. Anggota Fraksi Keadilan Sejabtera : 1. Aan Rohanah, M. Ag. 2. Yusuf Supendi, Le. 3. Zuber Safawi, Shi

H. Anggota Fraksi BPD: 1. Muhammad Zainul Maj di, MA 2. Drs.H.Mudaffar Syah

I. Anggota Fraksi PDS : I. Ruth Nina M Kendang, SE.

J. Anggota Fraksi PBR : I. H. Is. Anwar Datuk Rajo Perak

(RAPAT DI DUKA PUKUL 14.15 WIB)

KETUA RAPAT (HERi AKHMADl/F-PDIP):

Assalamu' alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

Salam sejahtera bagi kita semuanya dan selamat sore.

Alhmdulillah puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa bahwa pada hari ini kita dapat melanjutkan Rapat Kerja dengan Pemerintah yang diwakili oleh Bapak Menteri Pendidikan Nasional danjuga Menteri Hukum dan HAM di dalam rangka membahas Rancangan Undang-Undang tentang Guru dan Dosen.

Sesuai dengan laporan Sekretariat, rapat ini telah hadiri 26 orang Anggota Komisi X dari 48 Anggota. Dengan demikian kita sudah mencapai kourum. Maka sesuai dengan Pasal 97 ayat (I) Peraturan Tata Tertib DPR maka izinkanlah saya membuka Rapat Kerja ini dengan mengajak Ibu/Bapak sekalian untuk mengucapkan Basmalah, Bismillahirrahmanirrahim. Rapat Kerja dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum.

Acara kita merupakan kelanjutan acara terdahulu yang tertunda pada waktu itu karena belum adanya kesepakatan mengenai ruang lingkup pembahasan Undang-Undang ini. Dan atas dasar keputusan rapat pada waktu itu, saya bersama dengan 2 ( dua) Anggota Komisi X yang lain yaitu Saudara Abdul Hakam Naja

555

dan Saudara G BHP. Joyokuswno di tugaskan oleh komisi untulc melakukan lobby karena menurut Pak Anwar pada waktu itu supaya bisa berhasil.

Saya laporkan pada Bapak/Ibu sekalian pertemuan lobby itu sangat menarik. Pokok masalah itu selesai hanya dalam waktu 5 menit. Dan selanjutnya rumusan kalimatnya kita selesaikan melewati electronic mail, kita selesaikan, kita edit. Sekarang saya bacakan atau sudah ada dihadapan Bapak/Ibu sekalian dan ini merupakan materi awal dari rapat kita hari ini.

Pada waktu itu dari pihak Pemerintah lengkap, Pak Mendiknas didampingi oleh Eselon I lengkap. Dan hasilnya akan saya bacakan.

1 . DPR dan Pemerintah sepakat bahwa pengaturan profesi guru dan dosen dalam bentuk Rencana Undang-Undang sangat diperlukan.

2. Untuk membahas ketentuan/pasal/ayat tentang Dosen, Pemerintah masih dipandang perlu melakukan konsultasi publik di kalangan dosen dan perguruan tinggi.

3. Semua ketentuan/pasal/ayat yang mengatur profesi guru baik yang spesifik maupun yang commons item dengan dosen akan dibahas dan diselesaik:an pada Masa Sidang I tahun 2005-2006 ini.

Jadi sekarang ini sampai tanggal 30 nanti kita upayakan semaksimal mungkin untuk menyelesaikan pasal-pasal yang berkaitan dengan dosen, guru, ataupun yang terkait dan twnpang tindih dengan dosen.

4. Ketentuan/pasal/ayat yang mengatur profesi dosen yang berhasil commons item dengan guru akan disepakati secara tentatif pada masa sidang ini sambil menunggu hasil konsultasi publik dengan komunitas perguruan tinggi.

Jadi kalau yang tiga tadi kita bahas commons itemnya, yang terkait dengan guru itu sudah dianggap persetujuan tetap. Tapi yang berkait dengan dosen, sifat persetujuannya adalah tentatif. Bisa diubah sesuai dengan hasil konsultasi dengan kalangan dosen dan perguruan tinggi nantinya.

5. Ketentuan/pasaVayat yang mengatur secara spesifik prosfesi dosen akan diselesaikan/disepakati pada Masa Sidang II tahun 2005-2006.

Jadi setelah lebaran kita mulai lagi rapat itu, dan kemudian sebagai brandmark atau patokan maka DPR dan Pemerintah sepakat bahwa tanggal 25 November 2005 Harl Guru Nasional menjadi brands mark penyelesaian Rancangan Undang­Undang yang dimaksud. Jadi kalau ini bisa kita upayakan, ini bisa menjadi brandsmark kita untuk bisa menyelesaikan ini.

556

Saya kira dengan demikian kita sudah selesai dengan masalah ini, yang saya kira kalau saya simpulkan pada dasarnya perbedaan pendapat antara Pemerintah dan DPR sudah tidak ada lagi. Ini hanya masalah prosedur kalau memang Pemerintah mau melakukan konsultasi publik silahkan. Namun demikian karena ini Panja, sebaiknya itu dilakukan dengan melibatkan juga Anggota DPR supaya kegiatan konsultasi publik itu bagian dari kegiatan Panja.

Silahkan Pak Madji.

ANGGOTA F-BPD (KH. MUHAMMAD ZAINUL MADJI, MA):

Terima kasih Pimpinan.

Sekedar menanyakan butir-butir yang menyebut tentang commons item itu. Bisa dibahasa Indonesiakan tidak Pak?

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Jadi waktu itu commons item itu termasuk bagian yang sulit diterjemahkan, jadi kita tinggalkan. Yang lainnya sudah diubah menjadi bahasa Indonesia. Kira­kira bahasa Indonesiany~ hal-hal yang menyangkut ketentuan bersama. Jadi ini catatan kita saja, hal-hal yang menyangkut ketentuan bersama antara guru dan dosen. Itu misalkan tentang perlindungan, gaji pokok guru clan dosen. Misalnya dua kali lipat. Itu untuk yang gurunya sudah dianggap sebagai sesuatu yang pasti. Sedangkan untuk dosen, masih hasil konsultasi. Kalau temyata dosen sama saja, ternyata gaji pokoknya tidak perlu dua kali lipat, tidap apa sama dengan pegawai negeri biasa.

Bapak/Ibu sekalian apa ada pertanyaan lain? kalau tidak ada saya mohon untuk disepakati hasil lobby ini sebagai keputusan bersama dari Raker ini. Bisa disetujui ya? Termasuk penjadwalnya akan kita turunkan dari ini. Setuju teman­teman? Dari pihak Pemerintah setuju? Setuju ya?

(RAPAT: SETUJU)

Maka Bapak/Ibu sekalian kita memasuki acara berikutnya yaitu penyusunan dan penetapanjadwal dan kemudian mekanisme dan susunan keanggotaan Panja Guru dan Dosen. Baru memasuki pembahasan DIMnya sendiri. Kami serahkan jadwalnya.

557

Sebelum dimulai karena tadi dari pihak Pemerintah sudah menyiapkan bahan, kami persilahkan mungkin dalam point kedua ini tadi kami persilahkan untuk menyampaikan pandangannya.

Silahkan Pak.

MENDIKNAS {BAMBANG SUDIBYO):

Assalamu 'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh. Selamat siang dan salam sejahtera untuk kita semuanya. Saudara Pimpinan Komisi X yang kami hormati, Bapak/Ibu Anggota Komisi X DPR yang kami hormati.

Terima kasih sekali bahwa basil kesepakatan dalam lobby beberapa hari yang lalu bisa disetujui oleh DPR. Dan sebetulnya yang paling substantif dari penjelasan tertulis kami sebetulnya juga itu. Jadi kami tidak perlu lagi membacakannya ulang karena sudah kita setujui bersama. Kami siap untuk mencennati jadwal dan kami sudah siap untuk mengajukan susunan Panitia Kerja dari pihak Pemerintah. Yang pada waktunya nanti akan kami sampaikan.

Terakhir saya usulkan kalau bisa kalau ini segera kita sepakati, begitu jadwal Panja terbentuk maka langsung saja kita masuk ke Panja. Dan kemudian tim Panja itu yang bekerja. Sehingga kita bisa saving waktu banyak. Daripada nanti kita bekerja dalam forum yang besar dan nanti menjadi terlalu lama. Demikian barangkali.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Terima kasih Pak Bambang Sudibyo mewakil Pemerintah.

Jadi pada esensinya kita sam~ jadi kita menyusun jadwal. Jadi kalau kita bisa sepakati hari ini maka kita akan menetapkan hal-hal yang berkaitan dengan jadwal dan susunan Panja. Setelah itu kita batasi sampai hari ini kita akan menyelesaikan misalnya pukul 16.00 Wib, sisa selebihnya dari menyelesaikan jadwal itu kita pakai untuk membahas materi-materi ini. Berapapun yang bisa kita selesaikan kita selesaikan hari ini dan sisanya akan kita serahkan kepada Panja

Bisa disetuju?

(RAPAT: SETUJU)

558

Jadi kita selesaikan hari ini sampai pukul 16.00 Wib menyangkut masalah jadwal, anggota Panja, dan membahas DIM yang ada, berapapun pasal yang bisa kita selesaikan. Selebihnya kita lewatkan saja.

Demikian Bapak/Ibu saya kira kita sudah sepakati mengenai yang umum, sekarang kita lihat mengenai jadwal secara umum. Yang kita butuhkan nanti biarkanlah kita lihat umumnya saja, detailnya bisa kita bahas di dalam Panja sendiri. Jadijadwal Panjasajayang kitajadwalkansecara umum. Kitaharapkan pada akhir masa sidang ini Panja bisa melaporkan bagian pertama yang bisa kita sepakati tadi yaitu pasal-pasal yang menyangkut ketentuan/pasal/ayat tentang guru dan commons itemnya untuk kita sepakati bersama. Dan hal itu nanti merupakan materi kita untuk melakukan konsultasi publik di lingkungan kampus atau perguruan tinggi dan dosen danjuga kepada menjadi bekal Anggota DPR untuk melakukan konsultasi publik di daerah pemi lihannya. Sekarang diujungnya dicari ada tidak untuk Raker terakhir untuk laporan taliap I Panja. Ada ya, Raker komisi tanggal 28. Menjadi laporan Panja atas pembahasan tahap I. Saya kira ini, bisa kita setujui?

(RAPAT: SETUJU)

Saya kira untuk jadwalnya kita selesaikan yang pertama ini, kemudian kita memasuki pembentukan Panjanya. Dari pihak Pemerintah mungkin sudah ada.

Silahkan Pak.

PEMERINTAH:

Dari pihak Pemerintah mengusulkan sebagai ketua adalah Saudara Fasri Djalal Direkur Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan dari Depdiknas, Wakil Ketua adalah Direktur Jenderal Perundang-Undangan yaitu Bapak Oka Mahendra, Sekretaris adalah Bapak Mansyur Ramli, Kepala Balitbang, Anggota dari Departemen Hukum dan HAM adalah Direktur Harmonisasi Perundang-Undangan DR. Witjipto Setiadi, SH., MH., Direktur Perancangan Perundang-Undangan Bapak Suharyono, Sh., MH., Kasubdid Perancangan dan Pembahasan Bapak Hadi Supriyanto, SH., MH., Kasubdid Harmonisasi Bidang Ekuindag Drs. Djaftullah Salim, MH., Kepala Seksi Analisa dan Pemantapan Konsep Ibu Oni Ruslaeni, Sh. MH., Kepala Seksi Evaluasi dan Laporan lbu Rahayu, SH., MH.

Sementara dari Departemen Pendidikan Nasional adalah : Bapak Satrio Sumantri Brodjonegoro Dirjen Pendidikan Tinggi, Bapak Suyanto Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Saudara Siskandar Sukamto,

559

Sungkowo, Puji Amanu, Bahrul Ayat, Suwondo, Triyadi, Ade Cahyana, dan Surnana Suprapranata, semuanya ini Eselon 11 dari Depdiknas.

Jadi dari Depdiknas anggota itu ada 11, dari Hukum dan HAM ada 6 anggota. Jadi totalnya ada 17 orang.

KETUA RAPAT:

Terima kasih.

Saya akan bacakan dari pihak Komisi X DPR. Jumlah keseluruhannya kalau dengan Pimpinan jumlahnya 23 orang, tapi kalau tidak dengan Pimpinan itu 19 orang. Sa ya bacakan, seluruh Pimpinan adalah Anggota Panja, dari Partai Golkar : Ibu Antarini Malik, Bapak lrsyad Sudiro, Bapak Ebby Djauharie, Bapak Gusti Syamsumin. Dari Fraksi PDIP adalah : Bapak Wayan Koster, Bapak Eko Waluyo., Bapak Deddy Sutomo. Dari Fraksi PPP adalah : Bapak Muchtar Azis dan Bapak Chudlori Syafei. Dari Fraksi Demokrat adalah : Bapak Balkan Kaplale dan Bapak Tata Zainal Muttagin. Dari Fraksi PAN adalah: Bapak Ade Firdaus dan Bapak Muna war Sholeh. Dari Fraksi PKB adalah : Bapak Dach Ian Chudorie dan Bapak Masduki Baidlowi. Dari Fraksi PKS adalah: Bapak YusufSupendi dan IbuAan Rohanah. Dari Fraksi BPD adalah : Bapak Mudaffar Syah. Dari Fraski PDS adalah Ibu Ruth Nina M. Kedang. Dan satu lagi yang merangkap juga karena Bapak Is Anwar Datuk Rajo Perakjuga wakil dari PBR, maka nantinya dia akan bersuara untuk fraksi.

Saya kira demikian 23 Anggota dari Panja ini. Saya kira naskah yang tadi dikoreksi bisa diberikan ke kami untuk kami masukan sebagai hasil keputusan rapat ini. Kami mohon untuk disiapkan tandingannya.

Bapak/lbu sekalian, acara kedua telah kita selesaikan, kemudian kita memasuki acara untuk pembahasan DIM. Jadi kalau kita setujui DIM-DIM yang awal ini, kita sahkan Ibu/Bapak sekalian. Jadi kalau masih ada yang menyangkut dosennya, nanti pengertiannya sifatnya tentatif tapi kita sahkan duluan.

Bapak/Ibu sekalian ,di sini ada DIM Nomor l saya bacakan. Judulnya panjang sekali tapi intinya adalah Rancangan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor ... tentang Guru dan Dosen. Karena ini ada kata dosennya maka ini tennasuk yang kita setujui secara tentatif

Setuju?

(RAPAT: SETUJU)

560

Berikutnya adalah mengenai DIM Nomor 2, Pemerintah mengusulkan menambah kata negara.

Kami persiJahkan.

WAKILKETUA KOMISI X (PROF.DR. H. ANWARARIFIN, S.IP. DIDS):

Kami menambahkan kata "negara" saja supaya lengkap sesuai dengan saran.

Terima kasih.

KETUARAPAT:

Setuju?

(RAPAT : SETUJU)

Kemudian DIM Nomor 3, saya bacakan dan nanti ada perubahannya dari Pemerintah. Bahwa pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu, relevansi, dan efisiensi manajemen pendidikan, serta profesionalitas guru dan dosen untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global, sehingga perlu dilakukan pemberdayaan peningkataan mutu guru dan dosen secara terencana, terarah dan berkesinambungan. Jadi yang diusuJkan di sini saya rasa pesetujuan tentatif. Kalau substansinya tidak ada, disetujui secara tentatif. Persetujuan tentatif karena ada menyangkut dosennya.

Setuju?

PEMERINTAH (FASRI DJALAL):

Yang nomor 2 atau 3 Pak? Nomor 3. Nomor 3 ada usulan dari Pemerintah.

KETUARAPAT:

Jadi saya kira nomor 3 itu sebenarnya usulannya itu termasuk sama atau concordan. Usulan kalimatnya itu concordan karena tadinya kita sepakati bahwa yang berkait soal dosen itu akan kita setujui secara tentatif. Jadi saya kira ini concordan sebenarnya.

Silahkan Pak.

561

WAKILKETUAKOMISIX (PROF. DR. H.ANWARARIFIN,S.IP. DIDS):

Sa ya kira persetujuan tentatif itu bukan berarti sama sekali kita tidak bahas. Tetap kita bahas, karena di sini Pemerintah keluar dengan substansi dan redaksi yang berbeda maka kita selesaikan. Bahwa nanti kita cocokan concordan dengan yang diatas, itu saya kira keputusannya tetap tentatif.

PEMERINTAH:

Karena ada teman dari Departemen Hukum dan HAM, nanti bisa membantu juga. Sebenarnya yang kita usulkan adalah mulai dari yang generalis di DIM 2, kemudian agak spesifik di point 3 nya. Yang lain-lain itu dihilangkan dan langsung menjustifikasi kenapa perlu ada Undang-Undang Guru dan Dosen.

Kamijuga melihat rasional daripada usulan DPR, rnulai dari Undang-Undang Dasar, Undang-Undang Sisdiknas, tapi beberapa item di nomor-nomor berikutnya itu relatif spesifik. Yang sebetulnya di dalam badan Undang-Undangnya sudah dimasukan. Mungkin Pak Witjipto bisa membantu juga, SOP di dalam kata-kata menimbang itu apa saja esensi yang masuk dan mana yang sebenamya terlalu detail untuk masuk di sana karena sudah dicakup dalam badan Undang-Undang itu sendiri.

KETUA RAPAT:

Silahkan Pak.

PEMERINTAH :

Terima kasih Bapak Pimpinan.

Sebetulnya kalau dikatakan SOP juga tidak ada yang baku, karena itu kalau dibagian menimbang ini memang kadang-kadang ini menyangkut selera, filosofis. Kalau memang kita akan kita bahas bersama, ya kita bahas bersama. Tapi tidak ada SOP yang baku.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Kita balik, kita rolling saja sesuai dengan fraksinya tapi saya bacakan supaya jelas sisi yang diajukan oleh Pemerintah. Usulan dari Pemerintah rumusan kalimatnya adalah bahwa untuk menjamin perluasan dan pemerataan akses, peningkatan mutu, dan relevansi, governance, dan akuntabilitas pendidikan, sehingga mampu menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global, maka perlu diadakan peningkatan dan

562

pemberdayaan mutu guru secara terencana, terarah, dan berkesinambungan. Itu beberapa perbedaannya, jadi kita ada dua pilihan. Kita abaikan <lulu tentang dosennya, tetapi ada dua pilihan kalimat. Yang pertama perbedaan yang menonjol adalah bahwa sistem pendidikan nasional itu yang dari DPR itu ditiadakan. Kemudian yang penting di sana adalah langsung untuk menjamin dan seterusnya. Kita rolling saja, kita mulai dari FPG <lulu.

Kami persilahkan.

ANGGOTA F-PG (DRS. H.M. IRSYAD SUDIRO):

Pimpinan dan peserta rapat yang saya honnati, seperti informasi dari Hukurn dan HAM tadi menjelaskan tidak ada SOP. Dengan tidak SOP itu sesungguhnya kami menganggap bahwa untuk mengingat lingkup besar yang kita bahas walaupun ini Undang-Undang berdiri sendir, tetapi koridor sosiologis maupun filosofis tetap terikat dalam komitmen sistem pendidikan nasional kita. Untuk kita tidak lupa dan mengabaikan hal-hal yang penting terkait bagaimana sistem pendidikan nasional ini di dukung oleh semua Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.

Untuk itu kami menganggap perlu untuk dicantumkan bahwa sistem pendidikan nasional itu sedemikian rupa ketentuannya.

Terima kasih.

KETUARAPAT:

Terima kasih.

J adi Golkar tetap berpandangan tetap ada sistem pendidikan nasional karena ini dianggap payung atau Undang-Undang yang terkait.

Kami persilahkan berikutnya.

ANGGOTA F-PG (H. GUSTI SYAMSUMIN):

Menurut saya sesuai dengan pendapat dari Golkar, jadi sistem pendidikan itu tetap dicantumkan. Saya kira itu pendapat dari karni.

KETUA RAPAT:

Berikutnya PPP.

563

ANGGOTA F-PPP (DRS. LUKMAN HAKIEM):

Terima kasih Pimpinan.

Jadi soal dosennya nanti itu kita setujui secara tentatif. Kedua, saya kira memang ini ada kaitan dengan Sisdiknas, tapi dari segi pengkalimatan saya lihat yang rumuskan oleh Pemerintah itu lebih langsung kepada sasaran. Jadi sistem pendidikan nasional saya kira tetap masuk, kalimatnya saya kira lebih terasa langsung kalau kita pakai kalimat setelah perubahan itu, minus persetujuan soal dosen.

Terima kasih.

KETUARAPAT:

Terima kasih PPP.

Jadi intinya kata-kata sistem pendidikan nasional tetap ada di sana, tapi keseluruhan susunan kalimatnya mengambil usulan Diknas. Jadi ini merupakan panduan.

Berikutnya dari PAN.

ANGGOTA F-PAN (H. ADE FIRDAUS, SE):

Saya setuju dengan apa yang disampaikan Fraksi Golkar, tetap.

KETUA RAPAT:

Mengenai rumusan kalimat? Panduan tadi tetap saja? Baiklah.

Kami persilahkan dari Demokrat.

ANGGOTA F-PD (BALKAN KAPLALE):

Saya melihat usulan DPR per 13 Juni 2005 tentang Guru dan Dosen dengan segala latar belakang yang ada, kemudian alasan perubahan, hal yang dibicarakan pada butir ini adalah mengenai profesi guru, bukan membahas sistem pendidikan nasional.

Bertolak dari dua ini, saya mau berpikir secara negarawan bukan politisi. Kalau politisi berkiblat pada politik yang dianut. Tetapi negarawan berkoblat dan berdiri di atas kearifan dan kebijakan. Kali ini saya mau membahas sebagai seorang negarawan di DPR. Sepertinya tidak masuk akal, saya tidak berpihak sana-sini tapi marilah kita pikirkan matang-matang. Kalau ini bertolak dari naskah yang diajukan ini, kita mengakui beberapa kelemahan kita yaitu ada 211 kelemahan

564

dalam kita hadapi nanti ini kalau ini yang dipakai. Sehingga kita perlu membahas. Saya ulangi bahwa di dalam catatan legislasi itu baru ada 2 menteri yang ikut mengawal Undang-Undang Guru dan Dosen ini. Mungkin ada hal-hal yang harus kita bahas dalam, hal-hal mendatang.

Jadi saya pikir karena sistem pendidikan nasional ini sudah ada pada Undang­Undang Nomor 23 Tahun 2002, hal ini saya kira kita pertimbangkan dulu sedangkan profesi guru ini barangkali pada gilirannya pada Keppres atau Inpres atau PP, itulah yang membedakan guru dan dosen. Kalau kita baca secara hati­hati dan mendalam, profesi guru itu agak sedikit berbeda dengan profesi dosen. Tapi karena ini kita sepakati sambil berjalan tentang guru dan dosen ini, maka saya lebih melihat masalah yang dititik beratkan kepada butir ini yaitu mengenai profesi guru. karena nanti ada kaitannya di belakang ini sehingga dia satu komponen.

Sedangkan point 4 guru dan dosen mempunyai peranan dan kedudukan yang ....

KETUARAPAT:

Kita membahasnya satu DIM Pak.

Yang kita pertanyakan di sini perbedaannya adalah ada sistem pendidikan nasionalnya.

ANGGOTA F-PD (BALKAN KAPLALE):

Ini sudah masuk kalau begitu. Kalau menyangkut guru, diakan dari TK sampai SMA. Sedangkan dosen tidak pernah ngajar TK. Oleh karena itu saya lebih menitik beratkan profesi guru dulu baru kemudian kita melihat profesi dosen. Di Austria tidak ada Undang-Undang Dosen. Jadi karena ini terlanjur sudah kita sepakati, berartikan kita membahas. Nanti pada saat Undang-Undang ini terjadi, sekarang saja ada tiga Undang-Undang yang kena Mahkamah Konstitusi.

Terima kasih.

KETUARAPAT:

Terima kasih.

Jadi pada intinya tidak mempersoalkan masuknya kata-kata Sistem pendidikan nasional tapi lebih memfokuskan pada masalah profesi guru.

Kami persilahkanFKB.

565

ANGGOTA F-KB (H. M. DACHLAN CHUDORIE):

Terima kasih.

Seperti yang pertama yaitu memakai sistem pendidikan nasional. Dengan harapan nanti ketika kita membahas selanjutnya, kita mengetahui, menyadari, menjiwai, bahwa ini semuanya adalah bagian dari sistem pendidikan yang sedang kita bangun.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Jadi tetap ya?

Berikutnya silahkan.

ANGGOTAF-PKS (AAN ROHANAH, M.Ag.):

Terima kasih.

Saya hanya ingin menambahkan usulan dari DPR yaitu satu kata menjamin perluasan dan pemerataan kesempatan. Perluasan ini dalam pengertian nanti tidak hanya di Dikdasmen tapi j uga sampai ke perguruan tinggi.

Terima kasih.

KETUARAPAT:

ltu hal baru lagi nanti kita bicarakan tambahan kalimatnya itu.

BPD kami persilahkan.

ANGGOTA F-BPD (DRS. H. MUDAFFAR SYAH):

Kami setuju dengan yang disampaikan Saudara Balkan Kaplale dari Demokrat. Kita fokuskan saja ke guru <lulu, jangan kita campur adukan dengan dosen. Sehingga bisa kita tuntaskan Undang-Undang dalam waktu yang singkat.

Terima kasih.

KETUARAPAT:

Jadi kami akan memfokuskan lagi bahwa sekarang ini kita ada tiga pilihan. Saya ingin menegaskan sekali lagi bahwa persoalan kita bukan mengenai ruang lingkup guru atau dosen. Tapi persoalan di sini berkaitan dengan ada tidaknya kalimat sistem pendidikan nasional dan rumusan kalimat yang diajukan oleh

566

Pemerintah itu. Oleh karena itu sekarang ada tiga pilihan, satu adalah tetap sebagaimana usul DPR, kedua diubah sesuai dengan usul Pemerintah, ketiga adalah kombinasi sebagaimana dikemukakan dari PPP. lnduk kalimatnya adalah Pemerintah, tetapi di dalamnya tetap digunakan sistem pendidikan nasional. Sehingga kalau saya bacakan kalimat dari Pak Lukman akan menjadi "sistem pendidikan nasional harus menjamin perluasan clan pemerataan akses, peningkatan mutu dan relevansi, governance dan akuntabilitas pendidikan, sehingga mampu menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global. Perlu dilakukan pemberdayaan dan peningkatan mutu guru dan dosen secara terencana, terarah, dan berkesinambungan". Itu saya kira ada tiga pilihan ini, untuk itu kami serahkan. Saya kembalikan ke Pemerintah dan kalau belum ada keputusan bersama maka kita roll call kembali.

Kami persilahkan dari Pemerintah.

PEMERINTAH:

Kami dukung usulan dari PPP, itu arif sekali.

KETUARAPAT:

Jadi Pemerintah mendukungusulan altematifketiganya. Yang lain-lain setuju?

(RAPAT: SETUJU)

Alhamdulillah, kita setujui yang tiga itu dengan ketentuan tadi. Karena ini overlapping, persetujuan kita tentatifberkenaan dengan itu. Kemudian DIM 4, di sini hanya perubahan redaksi yang sifatnya concordan. Jadi nomor 4 ini bisa langsung kita sepakati secara tentatif. Setuju?

(RAPAT: SETUJU)

Sekarang Dim 5, usul DPR saya bacakan bahwa untuk mencapai tujuan pada butir a dan menempatkan guru dan dosen pada peran dan kedudukan sebagaimana dimaksud dalam butir b dan c, maka mutu guru dan dosen menjadi sangat penting. Dan hal itu terkait dengan pengaturan kualifikasi akademik dan kompetensi tugas, kewajiban, hak, serta pengembangan, serta perlindungan profesinya. Pemerintah mengharapkan ini dihapuskan.

Silahkan untuk dijelaskan.

567

PEMERINTAH:

Di dalam rapat intersektor di Pemerintah, disarankan bahwa di dalam bagian menimbang ini adalah berisi hal-hal yang filosofis, yuridis, dan sosiologis tadi. Sementara yang diusulkan agak lebih teknis yang akan diakomodir di dalam badan Undang-Undang itu sendiri. Jadi ini dua-duanya mempunyai kekuatan, maka kami kembalikan ke DPR. Kami mengusulkan supaya hal-hal yang sangat teknis itu tidak usah dimasukan dimenimbang dan nanti masuk ke dalam badan Undang-Undang itu sendiri.

Terima kasih.

KETUARAPAT:

Demikian penjelasan dari Pemerin~ kita putar saja supaya cepat apakah setuju atau tidak dengan usul Pemerintah.

Kami persilahkan dari F-PG.

ANGGOTA F-PG (DRS. H.M. IRSYAD SUDIRO):

Sebetulnya untuk mengangkat hal-hal yang jangan dilupakan bahwa guru dan dosen itu mempunyai kedudukan yang sangat penting sekali. Ini untuk memberi kekuatan pertimbangan pada a dan b. Tapi saya bisa memahami kalau Pemerintah mengingatkan bahwa kebutuhan menimbang itu pada tingkat filosofis, sosiologis, dan yuridis, kalau ini nanti diakomodasi di bagian yang lain maka menurut saya F-PG tidak berkeberatan.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Jadi F-PG merespon Pemerintah substansinya tidak hilang tapi tempatnya tidak dimenimbang. Saya kira fraksi lain bisa sejalan dengan F-PG ini dan usul Pemerintah.

Setuju ya? Intinya bagian ini dihapuskan tapi tidak substansinya, tapi nanti kita carikan tempatnya di dalam batang tubuhnya.

Setuju ya?

(RAPAT: SETUJU)

Kemudian DIM 6, bahwa karena strategisnya peran dan kedudukan guru sebagaimana dimaksud dalam butir b dan belum diatumya jaminan terhadap

568

perlindungan kesejahteraan dan profesionalisme guru dan dosen secara komprehensif profesional, maka dipandang perlu mengatur guru dan dosen sebagai profesi. Ini diusulkan juga untuk dihapus.

Saya kira concordan saja ya, kita sepakati seperti sebelumnya. Subtansinya kita pegang dan kita pindahkan di batang tubuh. Setuju?

(RAPAT: SETUJU)

DIM 7, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas maka perlu ditetapkan Undang-Undang tentang Guru dan Dosen. Catatan dari Pemerintah ini hanya catatan redaksional. J adi ini concordan, tidak ada keberatan dari Pemerintah berartisetuju.Setuju?

(RAPAT: SETUJU)

DIM 8, mengingat Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (2), Pasal 31 Undang­Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Pemerintah mengusulkan ini untuk dihapuskan, rujukan Undang-Undang Dasarnya dihapuskan menurut Pemerintah.

Kami persilahkan.

PEMERINTAH:

Tidak dihapuskan tetapi ditekankan saja bahwa ini merujuk pada Pasal 20 UUD 1945 ini. Tetap ada tetapi tidak detail seperti di atas. Di DIM Pemerintah Nomor 9.

KETUA RAPAT:

Kalau begitu harusnya ini DIM 8? Jadi Pemerintah mengusulkan tidak perlu memuat pasal dan ayatnya.

Kami persilahkan.

ANGGOTA F-PD (BALKAN KAPLALE) :

Saya kira tetap usulan DPR ini, yaitu Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional karena konsekuensinya itu di depan tadi sudah kita cantumkan. Jadi untuk memperkuat ini saya kira perlu dicantumkan.

Terima kasih.

569

KETUARAPAT:

Ada yang lainnya? Kami persilahkan atau kalau tidak ada kami kembalikan lagi ke Pemerintah untuk memberikan penjelasan yang lebih komprehensif.

Silahkan Pak.

ANGGOTA F-PPP(DRS. LUKMAN HAKIEM):

Kalau pertanyaan dari Pemerintah tadi cuma Pasal 20 UUD. Kenapa pasal yang lain tidak masuk misalnya Pasal 5, Pasal 31.

KETUARAPAT:

Kami persilahkan kembali ke Pemerintah.

PEMERINTAH :

Terima kasih Bapak Pimpinan.

Ini untuk membedakan Rancangan Undang-Undang yang berasal dari Inisiatif DPR dan dari Pemerintah. Kalau Pasal 5 ayat (I) dari Pemerintah, sedangkan RUU Guru ini merupakan usul inisiatifDPR. Oleh karena itu dasar hukumnya adalah Pasal 20.

Terima kasih.

KETUARAPAT:

Saya masih kurang begitu jelas, tolong sekali lagi Pak. Kalau Pasal 5 ayat (1) itu yang mengatur tentang insiatif DPR.

PEMERINTAH :

Pasal 5 ayat (I) itu merupakan usul inisiatif. Jadi ini dasamya untuk membedakan kalau dari Pemerintah dan yang dari DPR. Jadi Pasal 5 ayat (I) yang menyatakan Undang-Undang itu merupakan kekuasan, kekuasaan pembentuk Undang-Undang adalah DPR. Saya kira itu.

KETUA RAPAT :

Mengenai teknisitasinya menurut buku pedomanny~ dalam menteknisipasi memang Undang-Undang Dasar yang benar adalah dengan menyebut ayatnya. Jadi dengan pasal dan ayat. Sekarang kita lihat isinya dulu. Pasal 5 ayat ( 1) UUD 1945 : Presiden berhak mengajukan Rancangan Undang-Undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat. Kemudian Presiden j uga menetapkan Peraturan Pemerintah

570

untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya. Jadi ayat (1) nya itu setelah diubah aslinya adalah: Presiden memegang kekuasaan membentuk Undang-Undang dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. Setelah perubahan, ayat (I) nya menjadi : Presien berhak mengajukan Rancangan Undang­Undang kepada DPR. Jadi itu sama, jadi itu tentang yang satunya.

Dan di dalam buku ini secara eksplisitnya disebut mengingat Pasal 5 ayat ( 1) itu dan Pasal 20 itu sebagai salah bentuknya. Dan Pasal 20 ayat (2) nya adalah: Setiap Rancangan Undang-Undang dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama. Kalau Pasal 20 saja, itu terdiri dari 5 ayat. Ayat ( 1) : Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk Undang-Undang. Jadi apakah kita pilih satu saja atau blok sesuai usulan.

Sedangkan kalau Pasal 3 1 itu adalah secara spesifik berkaitan dengan masalah pendidikannya itu sendiri. Jadi Pasal 31 itu terdiri dari 5 ayat yang isinya berkaitan dengan masalah pendidikan. J adi kami kembalikan lagi kepada Pemerintah kalau, yang ada dibuku dikeluarkan oleh DPR seperti itu. Kami mengikuti saja dari sini. Kami persilahkan.

PEMERINTAH:

Bapak/ Ibu sekalian kalau kita melihat Undang-Undang yang sudah disepakati pada persidangan sebelum, memang dibedakan untuk usul inisiatif DPR dan yang berasal dari Pemerintah. Tapi memang betul kalau kita melihat pada UUD Pasal 5 ayat (I) itu untuk yang dari Pemerintah. Tapi yang inisiatif DPR itu Pasal 20. Di sini sebagai contoh Undang-Undang Nomor I 0 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan itu juga menyebutkan Pasal 20. Itu menandakan kalau itu usul inisiatif.

Jadi karena Undang-Undang Guru ini merupakan usul inisiatif, waktu itu kami mengusulkan Pasal 5 ayat (I) itu tidak masuk tapi Pasal 20. Dan tadi memang kalau pertimbangannya tidak disebutkan Pasal 20 ayat (1) tapi semuanya, karena memang semua sampai ayat (5) itu merupakan dasar hukum dari Undang­Undang ini.

KETUARAPAT:

Saya kira saya bacakan sekali lagi untuk kita mendapatkan persetujuan. Pasal 5 ayat (I) memang benar tadi kalimatnya berbunyi : Presiden berhak mengajukan Rancangan Undang-Undang. Jadi ini memang tidak relevan. Jadi saya kira Pasal 5 ayat (I) kita drop. Setuju?

571

(RAPAT: SETUJU)

Sekarang mengenai apakah Pasal 20 disebut ayat per ayat atau keseluruhan pasal. Disebut seluruhnya jadi tanpa ayat.

S ilahkan Pak.

ANGGOTA F-PAN (DRS. ABDUL HAKAM NAJA):

Saya kira mohon disebutkan ayat-ayatnya sehingga kita bisa tahu apakah relevan tidak untuk dijadikan konsideran.

KETUA RAPAT:

Terima kasih.

Saya bacakan Pasal 20 ayat (1): DPR memegang kekuasaan membentuk Undang-Undang. Ayat (2) : Setiap RUU dibahas oleh DPR dan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama Ayat (3) : Jika RUU itu tidak mendapat persetujuan bersama, RUU itu tidak boleh diajukan kembali dalam pesidangan DPR masa itu. Ayat ( 4) : Presiden mengesahkan RUU yang telah disetujui bersama untuk menjadi Undang-Undang.Ayat(S): Dalamhal RUU yangtelah disetujui bersama tersebut tidak disahkan Presiden dalam waktu 30 hari sejak RUU tersebut disetujui, RUU sah menjadi Undang-Undang dan wajib diundangkan.

Jadi secara keseluruhan saya kira karena ini mengatur keseluruhan proses pembuatan Undang-Undang. Kita setujui usul Pemerintah ini?

(RAPAT: SETUJU)

Kemudian mengenai Pasal 3 I, tadi yang sudah saya bacakan semuanya mengenai pendidikan. Mengapa ini harus hilang, kami mintakan penjelasan kepada pihak Pemerintah atau biar tetap saja di situ? Sekarang kami minta penjelasan Pemerintah kenapa ini diusulkan dihilangkan.

Silahkan.

PEMERINTAH:

Terima kasih.

Ini karena langsung mengarah kepada pembahasan waktu itu yaitu guru. Padahal Pasal 3 I itu menegaskan bahwa setiap warga negara berhak untuk

572

mendapatkan pendidikan. Oleh karena itu pertimbangannya Pasal 31 tidak dimasukan di Rancangan Undang-Undang Guru ini.

Terima kasih.

KETUARAPAT:

Artinya ini mencoba untuk lebih focus, tapi apa tidak kehilangan konteks? Tadi kompromi yang diajukan Pak Lukman tadi kalimatnya lebih langsung tapi kita khawatir kehilangan konteksnya. Tidak ada pendidikan kalau tidak ada guru, kira-kira begitu. Tapi kita persilahkan dari Anggota saja.

Silahkan Pak.

ANGGOTAF-PD (BALKAN KAPLALE):

Kalau saya melihat Pasal 31 ini menyangkut hak-hak warga Negara dalam mendapatkan pendidikan dan pengajaran. Kalau kita baca pasal demi pasal ke bawahnya juga ada hak anggaran dan seterusnya. Saya pikir tidak perlu dicantumkan Pasal 31, cukup Pasal 20 ini sifatnya sudah makro. Sedangkan Pasal 31 ini ada beberapa pasal yang bisa dicantumkan dan tidak perlu dicantumkan. Jadi cukup Pasal 20.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Terima kasih.

Ada usulan jadi Demokrat setuju dengan usul Pemerintah, cukup Pasal 20 saja. Silahkan Pak.

ANGGOTA F-PG (DRS. H. M. IRSYAD SUDIRO) :

Terima kasih.

Sebagaimana argumentasi kami untuk mempertahankan sistem pendidikan nasional, pasal ini saya rasa penting sekali. Dasar-dasar filosofinya, strateginya, konstitusionalnya semua ada di sini tentang dunia pendidikan. Itu sudah mencakup iman, takwa, akhlak mulia, mencerdaskan bangsa dan sebagainya. Betapapun guru ingin lepas bebas, tidak bisa. Tidak diikat oleh Pasal 31 ini. Oleh karena itu tetap hams dicantumkan Pasal 31.

Terima kasih.

573

KETUARAPAT:

Jadi ada dua pilihan di sini. Satu, cukup adanya Pasal 20 dan kedua adalah Pasal 20 dan Pasal 31. Jadi kami mohon fraksi-fraksi untuk menyampaikan pandangannya kembali secara berputar. Tadi Golkar sudah menyampaikan, Golkar tetap pada altematif kedua. Artinya ada Pasal 20 dan Pasal 31.

Barangkali saya bacakan kembali isi dari Pasal 31 ini supaya tidak salah pengertian nantinya. Pasal 31 : Setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan. Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan Pemerintah wajib membiayainya. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan Undang-Undang. Negara memprioritas anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 2% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja negara serta dari Anggaran Pendapatan Daerah untulc memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional. Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untulc kemajuan peradaban bangsa serta kesejahteraan ummat manusia. Itu isi lengkapnya dari Pasal 31.

Saya kira tadi Golkar sudah menyampaikan pandangannya Kami persilahkan PDIP. PDIP tetap, Pasal 31 dicantumkan, PPP tetap, PDS tetap, PAN tetap, PKS tetap, BPD tetap. Jadi yang berubah Demokrat saja di sini.

Silahkan Pak.

ANGGOTA F-PD (BALKAN KAPLALE):

Kalau Bapak bacajiwa dan roh dari Pasal 31 ini, ini sudah menjadikan tujuan pendidikan nasional yang mengarah ke situ. Seclangkan guru inikan sifatnya tidak terlampau berat, dia hanya bersifat teknis. Kalau mau dicantumkan silahkan, cuma ini sifatnya memberi penjelasan saja Kalau nanti dalam perjalanannya kita terbentur oleh situasi demikian, kita sudah mempersiapkan alat-alat untuk ke situ.

574

KETUA RAPAT :

Terima kasih.

Jadi intinya Demokrat juga tidak keberatan. Sekarang tinggal dari Pemerintah.

Kami persilahkan Pak Menteri.

PEMERINTAH :

Pemerintah mengusulkan untuk arif, mengalah kepada DPR.

KETUARAPAT:

Terima kasih Pak.

Jadi kita sepakati pasal ini dengan sedikit perubahan yaitu menghilangkan Pasal 5 ayat (1) dan merubahnya menjadi yang lainnya tetap, menjadi Pasal 20 ayatnya dihilangkan dan Pasal 3 I secara lengkap.

Kita sepakati semuanya? Setuju?

(RAPAT: SETUJU)

Berikutnya kita masuk pada DIM Nomor 9.

Silahkan Pak.

WAKIL KETUA (DRS. H. SOERATAL H. W./F-PDIP) :

Di dalam hukum tata negara yang tennasuk paling kembar yaitu Pasal 20 dan 31. Kemudian nomor 2, tentang Undang-Undang Guru dan Dosen ini subsistemnya sisdiknas, jadi Undang-Undang tentang Sisdiknas harus dicantumkan di sini.

KETUARAPAT:

Itu nanti DIM 9 Pak. Jadi argumennya bisa disampaikan pada DIM 9. Mengingat duanyaadalah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 atau Nomor 278, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301). Pemerintah mengusulkan ini untuk dihapuskan.

Kami persilahkan.

PEMERINTAH:

Dari dialog kami dengan rekan dari Dephun HAM, sesudah melihat bahwa memang pencantolan ini memperkuat posisi seperti Sisdiknas tadi, Pemerintah juga bisa memahami bahwa kalau kita kembali pada konsep dari Departemen.

575

KETUARAPAT:

Terima kasih.

Berikutnya DIM Nomor 10. Dengan persetujuan bersama antara DPR RI dan Presiden Republik Indonesi~ memutuskan : Pemerintah mengusulkan kata antara dan mengubah, dan menjadi sesuai Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Perundang-Undangan ini.

Kami persilahkan mungkin Pemerintah menjelaskan dulu.

PEMERINTAH:

Terima kasih.

Ini memang sudah menjadi pola yang kita coba untuk ikuti terns dari Undang­U ndang Nomor 10 Tahun 2004. Dan ini sudah beberapa Undang-Undang rumusannya seperti ini.

KETUA RAPAT:

Jadi kita setujui saja ya?

(RAPAT: SETUJU)

Kemudian DIM Nomor 11 : Menetapkan Undang-Undang tentang Guru dan Dosen. Perubahannya bersifat concordan saja. Perubahan yang diusulkan Pemerintah concordan, menunggu basil konsultasi.

Terima kasih. Kita sahkan saja Nomor l l ya?

(RAPAT: SETUJU)

Berikutnya DIM 12 tetap.

(RAPAT: SETUJU)

DIM 13 tetap.

(RAPAT: SETUJU)

DIM 14, Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud rumusan di sesuaikan juga Kami persilahkan, ini bakujuga saya kira.

576

PEMERINTAH :

Saya kira sudah sesuai.

KETUA RAPAT:

Kita terima usul Pemerintah untuk diubah dengan yang baku menjadi "Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan ... ". Setuju?

(RAPAT : SETUJU)

Undang-Undangnya yang satu U-nya besar dan yang satunya U-nya kecil. Kemudian DIM 15, usul DPR : Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidi~ mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada j alur pendidikan formal pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

Sekarang ada usul perubahan yang diajukan oleh Pemerintah untuk lebih menyempurnakan. Kami persilahkan.

PEMERINTAH :

Ini kami usulkan perbaikan supaya konsisten dengan Undang-Undang Sisdiknas dimana anak usia dini itu ada jalur juga informal. Sehingga guru TK itu disebut guru juga. Padahal pendidikan anak usia dini yang TK di dalamnya itu dia tidak termasuk pendidikan dasar dan menengah. Karena itu kita minta ditambahkan.

KETUA RAPAT:

Tambahan yang diusulkan Pemerintah hanya pada bagian belakang. Jadi tidak hanya pendidikan dasar dan menengah tapi tennasuk pendidikan anak usia dini.

Kita setuju?

(RAPAT: SETUJU)

PEMERINTAH :

Ada tambahan, masalah tenaga itu untuk memberi tekanan bahwa guru itu memang tenaga professional.

577

KETUARAPAT:

Sekarang DIM N om or 16 saya bacakan : Do sen adalah pendidik dan pemikir professional pada jenjang pendidikan tinggi yang memiliki kompetensi, mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, clan seni (f pteks) melalui penelitian ilmiah dan pengabdian pada masyarakat.

Ini sebenamya concordan. Concordan ya kita setujui tapi tidak ada perubahan lagi dari yang lain ya?

(RAPAT: SETUJU)

Silahkan.

ANGGOTA F-PPP (DRS. LUKMAN IJAKIEM):

Pimpinan, sebelum ini supaya clear. Tadi itu DIM 15 menggunakan pendidik profesional atau tenaga profesional. Karena yang tadi disetujui itu tambahan.

KETUARAPAT:

Ditambahkan kata Pendidik Pak. Saya ulangi karena tadi tergesa-gesa. Usulnya Pemerintah pendidiknya dihilangkan menjadi tenaga professional. Jadi bukan pendidik profesional tapi tenaga professional. Kita pilih yang mana? Tetap ada tenaga pendidik yang professional. Tenaganya hilang? Pendidik saja.

Sekarang kira masuk DIM 16. Mengacu pada pandangan umum.

PEMERINTAH :

Sekedar mengingatkan saja, sebenamya ini kita ambil dari rumusan di Sisdiknas.

KETUA RAPAT:

Minta tolong dibacakan Sisdiknasnya.

PEMERINTAH:

Pendidik di sini secara umwn, tapi sarannya kita terima.

KETUA RAPAT:

Kita masuk ke DIM 16. saya kira ke Pemerintah concordan saja, pengaturan dosen tidak diperlukan. DIM 16 bisa kita ketok. DIM I 7 : Profesi guru dan dosen adalah pekerjaan clan atau jabatan yang memerlukan kemampuan intelektual

578

khusus yang diperoleh melalui kegiatan belajar dan pelatihan yang bertujuan untuk menguasai ketrampilan atau keahlian dalam melayani orang lain dan memperoleh upah atau gaji dalamjumlah tertentu.

Jadi sebenamya Pemerintah concordan saja, yang lainnya sama kan? Kalimatnya mungkin ada perbedaan, kami persilahkan. Sama kalimatnya? Hanya concordan.

(RAPAT: SETUJU)

Terima kasih.

Kemudian DIM 18: Profesional adalah kemampuan melakukan pekerjaan sesuai dengan keahlian dan pegabdian diri pada pihak lain. Diusulkan untulc dihapus. Alasannya sudah tercakup dalam butir 1.

Kami persilahkan.

PEMERINTAH:

Karena tadi kita sudah memberikan deskripsi mengenai guru, itu di butir 1 sudah demikianelaboratif. Jadi itu diusulkan untuk dihilangkan.

PEMERINTAH:

Saya berpendapat bahwa pengertian professional itu adalah ada dua, satu bahwa professional itu memiliki keahlian yang memerlukan pendidikan di atas pendidikan um um. Kedua, pengertian professional itu adalah seorang professional itu dibayar. Berbeda kalau dalam amatir, amatir itu tidak dibayar. Seorang professional itu memang memiliki keahlian khusus yang memiliki pendidikan di atas pendidikan umum. Jadi professional itu harus lulusan pendidikan tinggi. Tidak bisa lagi guru professional tapi lulusan PGSD. Ini usulan baru Pak.

KETUA RAPAT:

Mungkin dijelaskan tambahan dari Pak Anwar.

WAKIL KETUA (PROF. DR. ANWAR ARIFIN, S.IP, DIDS./F-PG):

Saya hanya menjelaskan saja kenapa DPR menganggap ini penting untuk dimasukan karena dalam beberapa pasal dan ayat nanti, kata professional itu berkali-kali muncul. Sehingga kata professional itu perlu ada ketentuan di sini, perlu ada batasannya supaya kita paham apa arti professional. Kalau ada tambahan dari Pak Menteri tadi, itu bisa kita diskusikan.

579

MENDIKNAS:

Saya usulkan redaksinya kita perbaiki sedikit misalnya, saya setuju terhadap professional didik di sini karena memang kata professional ini belum pernah. Kalau ini kita masukan Undang-Undang, maka kemudian ada lagi Badan Sertifikasi Profesi. Padahal profesi di sini adalah profesi tukang ledeng, tukang batu. ltu bukan profesi sebetulnya. Itu hanya tukang sebetulnya, lain dengan dokter, insinyur, guru. Kalau itu baku definisinya dalam Undang-Undang, maka pengertian profesi itu akan menjadi mantap. Bahwa profesi itu adalah kelas social dalam masyarakat yang sangat terhormat. Saya setuju sekali itu didefinisikan dalam Undang-Undang.

KETUA RAPAT:

Usulan saya supaya kita tidak memakan waktu banyak, ini kita Panja kan saja. Nanti usulan Pak Bambang diserahkan ke ketua Panjanya. Nanti kita bahas di Panja kita. Artinya kita sepakati ini bahwa ini tidak dihapus tapijustru diperbaiki sesuai dengan usul Pak Menteri tadi dan diserahkan kepada Panja.

(RAPAT: SETUJU)

kemudian berikutnya mengenai agen pembelajaran atau learning agent dan transfer pengetahuan atau transfer knowledge adaah peran pendidik antara lain sebagai fasilitator~ motivator, pemacu dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik. Pemerintah mengusulkan dihapus.

Silahkan Pak Fasri.

PEMERINTAH (FASRI DJALAL):

Kembali karena tadi di atas sudah didefinisikan mengenai siapa seorang guru sebagai pendidik professional itu. Karena dia pendidik, pengajar, mengarahkan, melatih, menilai, mengevaluasi. Dan itu sudah mencakup berbagai kategori yang ada di sini.

KETUA RAPAT:

Mungkin ini nanti bersama-sama dengan DIM 18 itu kira-kira masuk untuk materinya dijadikan satu saja pengertian professional itu. Setuju ya?

(RAPAT: SETUJU)

Kemudian DIM 20 : ini saya bacakan usulan aslinya. Penyelenggaraan satuan pendidikan adalah lembaga pemerintah atau lembaga masyarakat yang

580

menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal maupun non formal. Karena ini hanya berkaitan dengan guru dan dosen, maka itu dianggap bersifat formal. Kami jelaskan bahwa ini ada usulan ada perubahan kalimatnya Jalur non formalnya dihilangkan.

Silahkan Pak Fasri.

PEMERINTAH (FASRI DJALAL):

Terima kasih.

Sebetulnya kami juga berdebat di dalam, karena kalau kita pakai definisi penyelenggara satuan pendidikan, memang ada fonnal dan non fonnal. Cuma untuk Undang-Undang ini dimana guru itu spesifik hanya berada pada jalur formal maka di dalam definisi ini kita mengatakan hanya untuk jalur formal saja.

KETUARAPAT:

Saya kira ini agak debatable.

Saya persilahkan.

ANGGOTA F-PG (DRS. H. M. IRSYAD SUDIRO):

Kami FPG tidak berbeda pendapat dengan apa yang disampaikan oleh Pemerintah. Tapi pilihannya perlu dicantumkan ataukah tidak perlu dicantumkan. Artinya kalau penyelenggara itu masuk ke non formal. Tetapi dari pihak Pemerintah menganggap kalau itu dicantumkan, bisa berimplikasi seolah-olah yang memberi pelatihan di jalur non formal itu guru. Menurut FPG ini masalah pilihan yang dimasukan Panja saja.

KETUA RAPAT:

Ini usul saya, kalau nomor I itu sebenarnya sudah menjelaskan bahwa guru itu pada pendidikan formal. Jadi sebenarnya usul DPR itu sudah benar. Kalau memang tujuannya hanya untuk memberikan definsi penyelenggaraan satuan pendidikan, definisinya seperti yang dari D PR itu. Penyelenggara pendidikan itu formal dan non formal. Karena kalau guru dan dosen itu menjadi dijalur formal, itu butir l nya sudah mernbahas. Inikan hanya memindahkan definisinya yang ada di Sisdiknas. Saya kira usul saya di ketok saja, kita terima saja usulnya tetap saya kira. Setuju ya? Inikan definisi tidak selalu harus, nantinya memang akan banyak disebut tapi definisi guru dan dosen itu untuk pendidikan formal sudah ada pada butir 1.

581

PEMERINTAH:

Kalau Pemerintah tidak berkeberatan, kami terus. Kecuali kalau keberatan maka saran kami Panja.

KETUARAPAT:

Setuju ya?

(RAPAT: SETUJU)

Terima kasih.

Sekarang DIM 21. Perjanjian kerja adalah perjanjian tertulis antara guru dan dosen dengan penyelenggara satuan pendidikan berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.

Pemerintah keberatannya hanya concordan saja sekitar adanya dosen. Jadi yang Iainnya saya kira ini bisa disetujui. Redaksional saja lean tadi? Setuju?

(RAPAT: SETUJU)

Kemudian DIM 22, Perbedaan Pemerintah juga hanya soal substansi tapi ada juga perubahan redaksionalnya. Pemberhentian guru dan dosen adalah pengakhiran perjanjian kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewaj iban antara guru dan dosen dengan penyelenggara atau pihak yang mempekerjakannya atas dasar Peraturan Perundangan yang berlaku atau atas dasar perjanjian kerja. Pemerintah mengusulkan perubahan redaksional.

Kami persilahkan.

PEMERINTAH :

Dalam usulan Pemerintah memang kita berharap dilengkapi dengan : Pemutusan hubungan kerja atau pemberhentian adalah pengakhiran perjanj ian kerja guru dan dosen karena satu hal tertentu yang mengakibatkan berakhimya hak dan kewajiban guru dan dosen dengan penyelenggara satuan pendidikan atau satuan pendidikan sesuai dengan Peraturan Perundangan yang berlaku atau atas dasar perjanjian kerja guru.

582

KETUA RAPAT:

Saya kira beberapa kalimatnya cukup korektif mengenai ini. Ini pilihannya dua, kita setujui usul Pemerintah atau kita pindahkan ke Panja

Silahkan Pak.

ANGGOTAF-PD (BALKAN KAPLALE):

Saya usul dari Partai Demokrasi, silahkan dipanjakan saja

WAKIL KETUA (H. M. SOERATAL H. W./F-PDIP):

Saya dua kali duduk di dalam Undang-Undang Tenaga Kerja itu. Memang tenninologi yang sudah baku kepunyaan Pemerintah.

KETUARAPAT:

Kalau saya usulkan kalau terminologi dari Pemerintah ini dianggap lebih pas, kita bisa terima saja usul Pemerintah? Silahkan Pak.

WAKIL KETUA (PROF. DR. ANWAR ARIFIN/F-BR):

Sebentar Pak, ini diingatkan oleh Sekretariat bahwa draft yang dikirim ke DPR ini berbeda dengan DIM 22. Jadi saya usulkan supaya dibawa ke Panja saja supaya kita selesai. Bedanya tidak ada "atau atas dasar perjanjian kerja".

KETUARAPAT:

Jadi kita bawa ke Panja dengan beberapa perubahan tadi. Jadi DIM 22 kita Panjakan.

(RAPAT: SETUJU)

DIM 23, Gaji adalah imbalan atas pekerjaan sebagai guru dan dosen yang diterima dalam bentuk uang dalamjumlah tertentu dalamjumlah tertentu secara berkala. Ini usul dari DPR, kemudian oleh Pemerintah diusulkan adanya perubahan.

Kami persilahkan pihak Pemerintah.

PEMERINTAH :

Di sini kita menekankan gaji itu adalah hak yang diterima oleh guru dan dosen atas pekerjaannya dari penyelenggara satuan pendidikan atau satuan

583

pendidikan dalam bentuk uang secara berkala yang ditetapkan dengan Peraturan Perundang-Undangan.

KETUA RAPAT:

lni cukup berat,jadi lebih baik kita Panjakan? Setuju?

(RAPAT: SETUJU)

Silahkan Pak.

WAKIL KETUA (H. M. SOERATAL H. W./F-PDIP):

Kalau dari kita ada lea.ta imbalan, dalam hukum pengupahan maka gaji itu hak.

KETUA RAPAT:

Kemudian yang berikutnya adalah DIM 24 butir 10. Saya bacakan, kualifikasi akademik adalah ijazahjenjang pendidikan dan sertifikat kompetensi guru yang harus dimiliki guru dan dosen sesuai dengan jenis dan jenjang pendidikan formal yang ampuhnya. Jadi ini sama saya kira. Pemerintah mengusulkan "ampuhnya" dihilangkan.

Kami persilahkan.

PEMERINTAH:

Karena di sini disebut-sebut kualifikasi akademik. Dalam terminologi kita biasanya kalau kualifikasi akademik itu biasanya mencerminkan ijazah jenjang pendidikan akademik yang dimiliki dari seorang guru atau dosen sesuai dengan jenis danjenjang pendidikan fonnalnya. Di DPR disebutkan sertifikat kompetensi guru. karena biasanya kita membedakan kualifikasi akademik dan kompetensi profesional.

KETUARAPAT:

Ini ada sedikit salah kutip lagi, saya khawatir salah banyak salahnya nanti bisa repot kita. Yang tadi Bapak bacakan adalah sertifikat keprofesian guru, sementara yang di sini yang dikirimkan oleh DPR itu adalah sertifikat kompetensi. Jadi mungkin dikoreksi kembali, karena ini membutuhkan koreksi materi juga maka lebih baik kita Panjakan saja ya. Jadi mohon nanti dikoreksi semuanya dari Sekretariat, ini kurang correct is i dari sandingannya itu.

584

Berikutnya DIM 12 butir 11. Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dan dosen dalam melaksanakan tugas profesionalnya. Saya kira sama.

Setuju ya?

(RAPAT: SETUJU)

Kemudian DIM 26 butir 12, Sertifikasi adalah upaya pendidikan dan pelatihan baik prajabatan atau preservis maupun dalam jabatan atau inservis dan dibuktikan dengan sertifikat kompetensi yang diberikan oleh penyelenggara satuan pendidikan dan lembaga pelatihan yang terakreditasi. Ini ada usul perubahan.

Silahkan.

PEMERINTAH:

Di sini karena sertifikasi itu adalah satu proses pemberian sertifikat kompetensi yang dilakukan secara sistematis dan obyektif melalui uji kompetensi yang mengacu pada standar nasional pendidikan dan atau standar internasional. ltulah definisi kita mengenai sertifikasi.

KETUARAPAT:

Kalimatnya juga belum betul antara yang Bapak katakan dengan yang tertulis. Sertifikat standar internasional tidak ada Pak. J adi ada dua versi, satu versi sertifikasi menekankan pada proses pemberiannya, sedangkan yang dari DPR sertikat adalah upaya pendidikan dan pelatihan yang dilakukan. Kita roll atau kita Panjakan?

ANGGOTA F-PD (BALKAN KAPLALE):

Saya kira tidak perlu di Panjakan lagi. Dari usulan DPR ini sudahjelas bahkan sudah merangkum apa yang dikemukan oleh Pemerintah tadi. Kalau kita baca secara pelan-pelan, sertifikasi adalah upaya pendidikan dan pelatihan baik prajabatan dan seterusnya. Dan saya kira arahnya sudah betul. Jadi tidak perlu di Panjakan lagi.

KETUARAPAT:

Silahkan ada yang berpandangan lain? soalnya tadi ada usul yang di Panjakan. Silahkan Ibu Aan.

585

ANGGOTA F-PKS (AAN ROHANAH, M. Ag.):

Saya lebih setuj u kalau di Panjakan karena kalau diteliti lebih dalam mungkin di sini yang dari Pemerintah lebih bagus dan bisa lebih obyektif.

KETUA RAPAT :

Saya kira di Panjakan saja, saya melihat ada hal yang harus kita diskusikan lebih dalam. Setuju ya?

(RAPAT: SETUJU)

Dengan demikian sekarang kita masuk pada DIM 27 butirtambahan. Masuk Pemerintah adalah butir 11. Saya persilahkan Pemerintah untuk dibacakan.

PEMERINTAH :

Di kita itu ada dua sertifikat kompetensi dan sertifikat profesi. Sertifikat kompetensi ini banyak bermain di pendidikan kejuruan. Di mana seseorang lulus dari kejuruan, di samping ada ijazah diajuga hams melalui uji kompetensi dan dia dapat serti fikat kompetensi. Sedangkan untuk guru dalam konteks ini adalah sertifikat profesi. Karena itu kita ingin menambahkan dua hal ini.

Dalam konteks guru kej uruan tadi, gurunya yang mengajar di kejuruan se lain dia secara akademik juga menguasai tetapi juga harus kompeten di bi dang kejuruan yang diajar. Dan itu diberikan oleh industri atau asosiasi industri. Karena itu kita minta supaya dua hal ini masuk. Sehingga nanti berbagai program untuk guru kejuruan yang nanti berdasar juga kepada kompetensi dia di dalam ketrampilan kejuruannya itu, itu dimungkin diakomodir di sini.

KETUA RAPAT:

Mungkin ini ada yang lewat karena di nomor 12, sertifikat profesi itu tidak dikenal di dalam Undang-Undang Sisdiknas. Mungkin Pak Anwar bisa menjelaskan.

WAKIL KE TUA (PROF. DR. ANWAR ARIFIN/F-BR) :

Jadi DPR berpendapat bahwa di dalam Undang-Undang Sisdiknas yang hams serasi dengan RUU Guru dan Dosen ini, yang dikenal hanya sertifikat kompetensi. Sertifikat profesi itu tidak dikenal. Jadi supaya kita serasi dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional yang masuk dalam konsentrasi kita, maka sertifikat profesi sebaiknya tidak usah diadakan supaya satu saja.

Terima kasih.

586

KETUARAPAT:

Jadi tolong dipikirkan di dalam argumentasinya nanti.

Silahkan.

ANGGOTA F-PD (BALKAN KAPLALE):

Saya melihat sertifikat profesi ini di lapangan terjadi, dalam pendidikan kejuruan, justru ini ditonjolkan. Kalau ini masuk Undang-Undang, lebih bagus lagi. Karena kalau dia keluar itu dapat surat pelatihan dari K.adin dan masuk dalam pelatihan pendidikan di kejuruan, dia bangga sekali bisa dapat pekerjaan.

Terima kasih.

KETUARAPAT:

Sa ya bacakan saja supaya jelas, Pasal 61 ayat (I) : Sertifikat berbentuk ijazah dan sertifikat kompetensi. Jadi punya dua saja

Silahkan Pak.

PEMERINTAH :

Sa ya kira untuk guru ini dua-duanya memang diperlukan. Bayangkan seorang guru SMK, dia memerlukan ijazah akademik atau dia memerlukan sertifikat kompetensi di bi dang teknisnya itu. Misalnya di bidang teknis sipil atau mesin. Dia perlu sertifikasi itu tapi dia juga perlu sertifikat sebagai guru. Jadi bisa saja sertifikat profesi adalah sertifikat kompetensi sebagai guru, definisinya begitu. Jadi dengan demikian kita memperkenalkan istilah sertifikasi profesi. Terkait dengan kita mendefinisikan profesi untuk pertama kalinya. Untuk itu profesi juga harus ada sertifikatnya. Dan sekarang ini memang sudah ada untuk pelaku itu. Sebagai akuntan saya punya sertifikat akuntan yang beregister dengan nomor unik. Jadi saya kira dua-duanya perlu tapi kata sertifikat profesi ini definisinya sertifikat kompetensi untuk guru. Sehingga tidak akan Undang-Undang Sisdiknas.

KETUARAPAT:

Saya kira usul tadi yang paling baik ya Namun sebelum kita Panjakan, kita tugaskan pada pihak Pemerintah sebagai pengusul ini untuk memberikan rumusan yang lebih consits dan penjelasan yang lebih komprehensif. Sehingga rujukannya juga di Pasal 62 ayat (3) Sisdiknas, ini mungkin sebagai rujukan juga untuk dibacakan.

Silahkan.

587

WAKIL KETUA (PROF. DR. ANWAR ARIFIN/F-BR) :

Ketiga, sertifikasi kompetensi diberikan oleh penyelenggara pendidikan dan lembaga pelatihan kepada peserta didik dan warga masyarakat sebagai pengakuan terhadap kompetensi untuk melakukan pekerjaan tertentu setelah lulus uji kompetensi yang dilaksanakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi atau lembaga sertifikasi. Itu jelas sekali petunjuknya.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Memang itu benar sekali, dan itu statementnya berlaku untuk murid atau lulusan. Sementara di kita ini adalah sertifikat kompetensi yang harus dipunyai oleh guru di bidang keahliannya itu, bisa dia mendapat dari sekolah atau dari industri. Tapi wajib dia miliki di luar atau bersamaan dengan sertifikat profesi dia sebagai guru.

KETUARAPAT:

Usul saya tadi dibacakan itu sebagai rujukan untuk dibahas di dalam Panja.

Silahkan Pak.

ANGGOTA F-PD (BALKAN KAPLALE):

Sebelum di Panjakan, saya kasih gambaran. Kemarin di Baleg itu Undang­Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara persis seperti ini. Akhimya Undang-Undang itu dulu tidak ditandatangani oleh Presiden, padahal dia sudah berjalan tiga bulan maka terjadilah di lapangan sekarang ini yang disebutkan oleh Pak Menteri tadi. Oleh karena itu masalah-masalah yang tidak tertera pada Undang-Undang Nomor 20 kita munculkan sekarang, ini lebih canggih dan lebih arif kita.

Jadi kemarin terjadi di Baleg, kebetulan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 itu stafMenteri Keuangan sendiri bingung sebab tidakditandatangani oleh Presiden. Sedangkan itu inisiatif DPR saat itu. Jangan di belakang hari terjadi hal-hal demikian karena perkembangan teknologi dan ilmu pun makin berkembang.

Terima kasih.

588

PEMERINTAH :

Pimpinan, saya ingin tanya saja. Apakah kalau di dalam Undang-Undang Sisdiknas itu tidak ada. kemudian dengan perkembangan yang ada di masyarakat dimasukan dalam Undang-Undang ini, ini bertentangan atau tidak dari segi konstitusi? Kalau memang tidak, barangkali substansi yang diusulkan oleh Pemerintah itu sangat bagus sekali.

KETUARAPAT:

Tapikan begitu maksudnya, jadi yang tidak dilarang itu boleh. Tapi kalau sudah ada ketentuannya tidak usah ditulis ketentuan yang berlebihan. Maksudnya begitu, oleh karena itu diberikan sumber-sumbernya supaya Pemerintah menyusun konsepnya lebih consits dengan penjelasan yang lebih komprehensif. Saya kira sudah tepat sekali itu, tugasnya Panja memang begitu.

Setuju?

(RAPAT: SETUJU)

Terima kasih Bapak/Ibu sekalian.

Sekarang kita masuk dalam DIM 29, Organisasi profesi adalah organisasi berbadan hukum yang didirikan dan diurus oleh guru dan atau dosen sebagai wadah untuk mengembangkan profesionalisme memperjuangkan perlindungan hukum, menghimpun, serta menyalurkan aspirasi anggotanya.

Ada usulan perubahan redaksional oleh Pemerintah?

Kami persilahkan.

PEMERINTAH :

Jadi tambahan perlindungan keselamatan kerja, itu saja. Tetap senafas dengan yang DPR tapi kita ingin karena perlindungan keselamatan kerja ini menjadi penting bagi guru.

KETUA RAPAT:

Tambah perlindungan kerja, setuju ya?

(RAPAT: SETUJU)

Kemudian DIM 30, silahkan.

589

WAKIL KE TUA (PROF. DR. ANWAR ARIFIN/F-BR):

Yang diusulkan oleh DPR itu organisasi berbadan hukum, sedangkan di Pemerintah itu tidak ada. Sehingga yang diterima DPR itu plus keselamatan kerja, itu saja.

ANGGOTA F-KB (HAFIDZ MA'SOEM):

Mo hon maaf Pim pi nan, kalau yang berbadan hukum itu di dalam organisasi yang kita anut yang berbadan hukum pertama, itu perseroan terbatas, yayasan, dan partai politik. Apakah untuk organisasi-organisasi semacam ini, guru itu nanti-nantinya akan menjadi organisasi seperti tadi yaitu perseroan terbatas, koperasi, partai politik atau organisasi yang sementara ini seperti itu.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Memang saya kira Undang-Undang yang mengaturnya itu yang harus dilakukan di sini. Karena kemarin saya ketemu dengan salah satu anggota asosiasi seperti itu karena peraturan bias an ya juga tidak jelas akhimya harta dia hilang. Inikan masuknya semacam asosiasi, kalau tidak berbadan hukum dia tidak berhak untuk memiliki sesuatu. Pada akhirnya dia dilimpahkan pada orang per orang dan assetnya itu hilang. Asset yang kemarin hilang itu asset satu gedung karena ketentuan yang kacau sehingga diserahkan kepada seseorang yang dipercaya tapi temyata tidak sepenuhnya tidak bisa dipercaya. Saya kira berbadan hukum ini tetap penting apakah nantinya ormas atau apa, selama inikan sudah ada juga.

Silahkan Pak.

PEMERINTAH :

Saya setuju dengan kata berbadan hukum itu, pertimbangannya apa karena saya bayangkan organisasi profesi guru itu bisa banyak sekali. Saya kira untuk membatasijumlah organisasi profesi guru, karena kalau dia memangdiakui oleh Pemerintah maka Pemerintah harus mengakomodasi. Saya usul, barangkali bukan organisasi profesi tapi organisasi profesi guru, bukan sekedar organisasi profesi saja Tapi yang kita definisikan organisasi profesi guru dan dosen. Itu yang kita definisikan sebagai organisasi berbadan hukum. Khusus untuk guru dan dosen hams berbadan hukum.

590

KETUA RAPAT:

Saya kira substansinya sama, tetap berbadan hukum. Tambahan dari Pak Menteri tadi adalah organisasi profesi guru dan dosen. Saya kira bisa kita terima? Kalau tidak begitu bahaya sekali, tidak soal representasi tadi juga soal pemilikan harta, bagaimana proses hukumnya, dan lain-Iain.

Bapak/Ibu sekalian, Alhamdu/il/ah kita telah sampai pada DIM Nomor 30 dan saya kira ini awal dari pembukaan diskusi kita. Dengan demikian saya sesuai dengan kesepakatan tadi kita selanjutnya akan membahas pasal-pasal yang belum disetujui di dalam Pantia Kerja. Setuju?

(RAPAT: SETUJU)

Jadwal clan ketentuan-ketentuan lain mengenai Panitia Kerja akan kita tetapkan dalam tempo sesingkat-singkatnya. Dan kita akan mulai dalam awal akhir pekan ini, kita akan selesaikan rembug informalnya dengan pihak Pemerintah dan kita akan mulai jadwalkan mulai awal minggu depan. Jadi beberapa pekan ini beberapa hal itu kita sampaikan dan awal minggu depan kita akan mulai diskusikan. Apakah itu nanti dalam bentuk blok waktu dengan di Kopo atau di mana alcan kita bicarakan akhir minggu ini dengan pihak Pemerintah, Pimpinan, dan bersama. Dan setelah itu kita umumkan.

Demikianlah Bapak/Ibu sekalian, kita sudah sampai pada akhir dari Rapat Kerja ini. Sebelum kita akhiri Rapat Kerja ini maka kami persilahkan kepada wakil Pemerintah untuk memberikan sepatah kata penutup.

Kami persilahkan.

PEMERINTAH :

Terima kasih Saudara Pimpinan.

Kami atas nama Pemerintah merasa sangat senang karena titik awal ini sangat lancar. Dan kalau mengalami dead lock, adajalan keluamya dan serahkan kepada Panja. Jadi saya sangat berharap bahwa proses selanjutnya bisa seperti ini tidak bertegang otot sehingga semuanya bisa berlangsung dengan baik.

Demikian Saudara Pimpinan, terima kasih.

KETUARAPAT:

Terima kasih.

591

Bapak/Ibu sekalian, saya mengucapkan terima kasih kepada wakil-wakil dari Pemerintah Bapak Menteri Pendidikan Nasional beserta jajarannya dan Menteri Hukum dan HAM yang diwakili oleh Pak Tjipto dan kawan-kawan. Juga kami ucapkan terima kasih atas keseriusannya dalam membahas ini. Demikian juga kami ucapkan terima kasih kepada seluruh Anggota DPR dan Pimpinan Komisi X yang telah memberikan pandangan dan pemikirannya dalam rapat ini.

Kurang lebihnya saya mohon maaf, dan marilah bersama-sama kita tutup rapat ini dengan membaca Hamda/ah, Alhamdu/i//ah.

592

Wassalamu 'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

(DITUTUP PUKUL 16.00 WIB)

Jakarta, 14 September 2005

KABAGSET KOMISI X DPR RI

ttd

H. AGUS SALIM. SH

NIP. 21000 I 036