Pembahasan FR-SKB

145
Pembahasan FR-SKB dr. Rizki Nur Rachman Putra Gofur

Transcript of Pembahasan FR-SKB

Page 1: Pembahasan FR-SKB

Pembahasan FR-SKB

dr. Rizki Nur Rachman Putra Gofur

Page 2: Pembahasan FR-SKB

DISCLAIMER

• Jawaban saya tentu subyektif, tapi sebisa mungkin saya dasarkan pada literatur yang valid

• Tidak perlu memperdebatkan sebagian besar soal, karena soal tidak lengkap/tidak jelas

• Lebih baik fokus ke CARA menjawab soal dan bukan JAWABAN masing2 soal karena soal bisa berubah2

Page 3: Pembahasan FR-SKB

• Seorang dokter ingin melakukan penelitian mengenai warga sakit dengan makanan berformalin dalam waktu yang singkat, metode yang tepat untuk penelitian tersebut adalah

• A. Deskripsional

• B. Cohort

• C. Cross Sectional

• D. Case control

Page 4: Pembahasan FR-SKB
Page 5: Pembahasan FR-SKB
Page 6: Pembahasan FR-SKB

• Kecelakaan kerja dapat terjadi akibat adanya kelalain pada hal berikut, kecuali

• A. Kondisi tempat kerja

• B. Kondisi pengusaha

• C. Kondisi di lapangan

• D. Komisi lingkungan

• E. Masyarakat di sekitar perusahaan

Page 7: Pembahasan FR-SKB

• Faktor yang menyebabkan kecelakaan kerja

– Perilaku karyawan (tidak hati2, dsbg)

– Tidak adanya pelatihan keselamatan

– Kondisi lingkungan kerja

– Bekerja tanpa peralatan keselamatan

– Bahan pekerjaan (tergantung jenis pekerjaan)

Page 8: Pembahasan FR-SKB

• Seorang anak susah diam, tidak mau duduk, teriak-teriak, hiperaktif, suka menganggu teman di sekolah, suka memanat jendela, tidak bisa mengikut pelajaran, tidak bisa fokus. Diagnosis kasus tersebut adalah

• A. ADHD/Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif

• B. Autisme

Page 9: Pembahasan FR-SKB

ADHD

• Diagnosis ADHD Attention Deficit Hyperactivity Disorder ditegakkan dari 6 poin dari beberapa kriteria yang ada – Sering gagal memberikan perhatian di sekolah – Sering sulit mempertahankan perhatian – Sering tidak mendengar apa yang dikatakan – Sering tidak bisa mengikuti perintah dan gagal dalam tugas – Tampak tidak rapi dan tidak terorganisasi – Menghindari pekerjaan yang sulit – Sering menghilangkan barang-barang penting – Sering terdistraksi – Pelupa

Sumber : https://emedicine.medscape.com/article/289350-overview#a4

Page 10: Pembahasan FR-SKB

• Wanita post partum dengan riwayat bayi meninggal. Pasien tersebut sering menangis karena sedih. Diagnosis pada kasus tersebut adalah

• A. Depresi

• B. Gangguan cemas

• C. Skizofrenia

Page 11: Pembahasan FR-SKB

• Baby blues syndrome : < 10 hari setelah melahirkan. Umumnya tidak berat, sembuh sendiri. Gejalanya berupa depresi, cemas, hipokondriasis ringan.

• Depresi post partum : terjadi minggu ketiga setelah melahirkan. Murung, sedih, lelah, fobia. 90% pasien sembuh sendiri. Jika tidak bisa dengan antidepresan eperti mecolbemide

Sumber : Buku Teks Psikiatri Puri

Page 12: Pembahasan FR-SKB

• Ciri-ciri pelajar siswa yang dicurigai menggunakan narkoba

• A. Prestasi belajar menurun drastis

• B. Sering bolos

Page 13: Pembahasan FR-SKB

• Tanda-tanda siswa yang memakai narkoba

– Menutup diri dan mengsiolasi diri

– Prestasi yang memburuk

– Mudah tersulut emosinya

– Tidak memiliki motivasi lagi dalam kegiatan sekolah/akademik

https://cegahnarkoba.bnn.go.id/khusus/remaja/mengenal-ciri-ciri-anak-yang-memakai-narkoba/

Page 14: Pembahasan FR-SKB

• Pencegahan sekunder narkoba adalah

• A. Memberikan obat dan intervensi agar jangan sampai menggunakan lagi

• B. Identifikasi kelompok yang berisiko tinggi menggunakan narkoba dan intervensi

Page 15: Pembahasan FR-SKB

• Pecegahan primer : upaya untuk menghindari/menunda munculnya penyakit contoh stop merokok, turunkan kolesterol, obati tekanan darah tinggi (pada PJK)

• Pencegahan sekunder : upaya untuk deteksi dini adanya penyakit atau gangguan kesehatan, contoh pap smear pada ca cervix

• Pencegahan tersier : Pengelolaan penyakit, usaha mengembalikan fungsi yang sudah rusak/terganggu

http://www.idionline.org/berita/pencegahan-penyakit-dan-kiat-tetap-sehat-pada-usia-lanjut/#:~:text=Pencegahan%20sekunder%20adalah%20berbagai%20upaya,dilakukan%20tatalaksana%20sedini%20mungkin%20pula.

Page 16: Pembahasan FR-SKB

• Pasien tidak sadar, pupil miosis, RR 6x/menit. Sudah resusitasi. Tindakan selanjutnya?

• A. Injeksi Naloxon

• B. Injeksi diazepam

• C. Pemasangan ETT

Page 17: Pembahasan FR-SKB

• Intoksikasi opioid

• Manifestasi klinis : – penurunan RR

– miosis

– stupor

• Tatalaksana – Amankan jalan napas

– Jika RR rendah bantu breathing dengan bag valve mask

– Injeksi naloxone dosis awal 0,04 mg, jika belum ada respon naikkan setiap 2 menit hingga dosis maksimal 15 mg

Boyer EW. Management of opioid analgesic overdose. N Engl J Med. 2012;367(2):146-155. doi:10.1056/NEJMra1202561

Page 18: Pembahasan FR-SKB

• Pasien nyeri punggung. Pada pemeriksaan fisik ditemukan spasme otot. Tindakan pada kasus tersebut adalah

• A. Kompres air hangat + Analgetik

• B. Latihan fleksibilitas otot + analgetik

Page 19: Pembahasan FR-SKB

• Beberapa tatalaksana mandiri non farmakolgois untuk spasme otot

– Stretching perlahan-lahan

– Pijat secara perlahan-lahan dan lembut

– Berikan bahan dingin/es untuk otot yang bengkak dan panas untuk otot yang kaku

https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/15466-muscle-spasms/management-and-treatment

Page 20: Pembahasan FR-SKB

• Anak dengan cerebral palsy. Tatalaksana yang tepat adalah

• A. Terapi Wicara

• B. Terapi gerakan ROM

• C. Terapi gerakan motorik halus

• D. Terapi gerakan motorik kasar

Page 21: Pembahasan FR-SKB

• Beberapa tatalaksana untuk cerebral palsy

– Terapi fisik terumasuk motorik kasar/halus

– Terapi okupasi yaitu untuk membantu anak-anak dalam aktivitas sehari-hari dan turin

– Terapi wicara

– Terapi rekreasi yaitu berupa terapi bersifat rekreasi seperti olahraga, berkuda, atau bersepeda

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/cerebral-palsy/diagnosis-treatment/drc-20354005

Page 22: Pembahasan FR-SKB

• Pasien datang dengan penurunan kesadaran. Kaku kuduk + demam + tidak bisa membuka mulut. Riwayat gigi geraham berlubang 3 hari yang lalu. Diagnosis pada kasus di atas adalah

• A. Meningitis

• B. Ensefalitis

• C. Tetanus

• D. Ensefalopati

Page 23: Pembahasan FR-SKB

• Tidak bisa membuka mulut (trismus) adalah salah satu gejala tetanus

• Tetanus dapat muncul dan telah banyak diasosiasikan dengan karies gigi, pencabutan gigi, abses periodontal, dan perawatan gigi

• Jangan terjebak dengan kaku kuduk yang +, karena sebelum melakukan pemeriksaan kaku kuduk perlu dilakukan pemeriksaan kaku leher terlebih dahulu, jika kaku leher + maka pemeriksaan kaku kuduk juga akan + sehingga kurang bermakna

Page 24: Pembahasan FR-SKB

• Pasien post stroke sejak 2 minggu. Kelamahan anggota tubuh sebelah kanan. Pasien masih bisa menggerakan 4 anggota tubuh. Bicara lancar. Tatalaksana rehab medik

• A. Mobilisasi aktif

• B. Mobiliasi pasif

• C. Latihan gerak sendi pasif

• D. Latihan gerak sendi aktif

• E. Terapi wicara

Page 25: Pembahasan FR-SKB

• Terapi rehabilitasi medik stroke

• Fase awal dilakukan mobilisasi pasif, kemudian lanjut latihan gerak sendi pasif

• Jika sudah lancar maka lakukan latihan gerak sendi aktif, baru kemudian mobilisasi aktif

• Mobilisasi pasif = pasien miring kanan miring kiri

• Mobilisasi aktif = ambulansi, duduk di bed, berdiri, latihan jallan

Page 26: Pembahasan FR-SKB

• Kasus kejang Grand mal. Tatalaksana pada kasus tersebut adalah

A. Fenitoin

B. Fenobarbital

C. Asam valproat

D. Diazepam

Page 27: Pembahasan FR-SKB

• Tatalaksana umum pada kejang – Panggil bantuan jika perlu, amankan pasien dari

barang-barang berbahaya di sekitar pasien

– Amankan jalan napas

– Jika saturasi menurun berikan oksigenasi

– Jika belum ada akses intravena dapat diberikan diazepam rektal 10 mg (dosis 0,3-0,5 mg/kgbb), atau pada anak < 10 kg diberikan 5 mg

– Jika masih kejang setelah 2x pemberian diazepam berikan fenitoin IV dengan dosis awal 20 mg/kgbb diencerkan dalam NaCl 0,9% dengan 10 mg fenitoin dalam 1 ml NaCl dengan kecepatan 1 ml NaCl 0,9%

Page 28: Pembahasan FR-SKB

• Pasien kejang. Profilaksis kejang terus menerus

A. Asam valproat 15-40 mg/kgbb 2-3x/hari

B. Fenobarbital 3-4 mg/kgBB 2x sehari

Page 29: Pembahasan FR-SKB

• Sangat tergantung pada etiologi pasien

• Cari dulu apakah memang pasiennya epilepsi/kejang demam/cedera otak/efek masa/stroke

• Penanganan utama adalah sesuai dengan etiologi pasien, dan berbeda-beda tergantung etiologi

• Contohnya pada post stroke seizure, profilaksis kejang hanya diberikan setelah kejang yang kedua

• Pada cedera otak, pasien risiko tinggi kejang dapat diberikan profilaksis dengan fenitoin loading dose 20 mg/kgBB

Page 30: Pembahasan FR-SKB

Usia 5 tahun kejang demam kompleks. Sebelumnya otitis media akut), kejang 2x, 1x sebelum ke rumah sakit selama 15 menit, 1 kali di rumah sakit. Edukasi post perawatan di RS pada kasus tersebut

A. Terapi intermitten asam valrpoat + Fenobarbital

hingga 1 tahun bebas kejang B. Terapi kontinyu asamvalrpoat + fenobarbital

hingga 2,5 tahun – 3 tahun bebas kejang C. Terapi asam valproat + diazepam + parasetamol

bila kejang D. . Asam valrproat + fenobarbital bila kejang E. Terapi kontinyu diazepam

Page 31: Pembahasan FR-SKB

• Terapi utama dari kejang demam (yang tidak sedang kejang) adalah atasi demam dengan antipiretik dan terapi sesuai etiologi demam

• Profilaksis kejang hanya diberikan pada kasus tertentu seperti status epileptikus atau terdapat defisit neurologis yang nyata

• Profilaksis diberikan 1 tahun

• Profilaksis kejang diberikan dengan fenobarbital 4-6 mg/kgbb/dibagi 2 dosis ATAU asam valproat dengan dosis 15-40 mg/kgbb/hari dibagi 2-3 dosis

PPK IDI

Page 32: Pembahasan FR-SKB

• Anak 6 bulan. Datang dengan keluhan kejang. Sebelumnya demam, BAB cair, turgor kulit berkurang. Diagnosis pada kasus tersebut

A. Kejang demam dengan diare akut

B. Diare akut dehirdrasi berat

C. Diare akut dehidrasi ringan

D. Diare akut dehidrasi sedang

Page 33: Pembahasan FR-SKB

• Anak 6bulan-6 tahun, kejang setelah terdapat demam, dx Kejang demam

Page 34: Pembahasan FR-SKB

• Seorang pasien datang dengan keluhan penurunan pendengaran di telnga kanan. Gejalanya mengarah ke tuli sensorineural. Hasil pemeriksaan tes garpu tala adalah

A. Tes rinne kanan +

B. Tes rinne kiri –

C. Swabach kanan memanjang

D. Swabach kiri memanjang

Page 35: Pembahasan FR-SKB
Page 36: Pembahasan FR-SKB

• 21. Sakit kepala berputar-putar. Pemeriksaan tes yang paling tepat pada kasus tersebut adalah

A. Tes Kalori

B. Tes lasgue

Page 37: Pembahasan FR-SKB
Page 38: Pembahasan FR-SKB

• 22. Anak nyeri telinga. Demam +. Anak sudah diberi antibiotik. Terapi tambahan pada kasus tersebut adalah

A. Steroid

B. Pseudoefedrin

C. CTM

D. Dhpenhidramin

E. Parasetamol

Page 39: Pembahasan FR-SKB

• Dekongestan pada pediatri

• Tidak ada hasil penelitian yang mendukung efektivitas dekongestan oral dan topikal pada anak dengan dengan gejala common cold

• Begitu juga untuk otitis media, hasil penelitian menunjukkan bahwa dekongetan dapat bermanfaat untuk kasus pediatrik

• Bonney AG, Goldman RD. Antihistamines for children with otitis media. Can Fam Physician. 2014;60(1):43-46.

• https://pedsinreview.aappublications.org/content/32/2/47

Page 40: Pembahasan FR-SKB

• KLL, open fraktur cruris terbuka. Pasien tenang, terdengar gargle. Pulsasi arteri radialis kurang. Akral dingin. Tatalksana awal pada kasus tersebut adalah

A. Pemasangan bidai

B. Reposisi kepala

C. Resusitasi cairan

Page 41: Pembahasan FR-SKB

• Tatalaksana primary survey pada ATLS

• Airway, bebaskan jalan napas. Asumsikan ada trauma servikal, lakukan jaw thrust, jika ada cairan, suction

• Breathing, cek saturasi oksigen, laju napas, gerak dada, oksigenasi jika saturasi menurun

• Circulation, periksa tensi, nadi akral, pasang IV line, jika ada shock lakukan rehidrasi cairan

• Disability, periksa glasgow coma scale, pupil, neurologis singkat, cek apakah ada fraktur dan disabilitas lain

Page 42: Pembahasan FR-SKB

• Pasien KLL. Fraktur femur. Pasien kemudian syok. Syok jenis apa yang terjadi

A. Anafilaktik

B. Kardiogenik

C. Sepsis

D. Pendarahan

Page 43: Pembahasan FR-SKB
Page 44: Pembahasan FR-SKB

• Pasien datang dengan pemeriksaan GDS 30. Tatalaksana yang dilakukan adalah

A. NaCl

B. RL

C. D40

Page 45: Pembahasan FR-SKB

• Tatalaksana hipoglikemia pada pasien tidak sadar

• Berikan lauran dextrose 40%

• Berikan cairan dekstrose 10% per infus 6 jam per kolf

• Periksa GDS 1 jam paska koreksi, jika masih hipoglikemik bisa dikoreksi ulang dengan D 40. D40 satu kolf menaikkan gula darah sekitar 25 mg/dL

Page 46: Pembahasan FR-SKB

Pasien tenggelam. Tidak sadar. Nadi kuat. Pemeriksaan fisik pada pasien tersebut

A. Cek Nadi teraba cepat

B. Leukosit : 7000

C. Hb 7,0

D. Cek respons

Page 47: Pembahasan FR-SKB

• Pemeriksaan fisik pada pasien tenggelam

– Tanda hipoksia, sesak, ronkhi, wheezing, atau tanda-tanda edema paru

– Edema serebral dan peningkatan tekanan intrakranial dapat menyebabkan penurunan kesadaran

– Aritmia, sinus takikardia, sinus bradikardia, fibrilasi atrial

– Tanda-tanda gagal ginjal seperti anuria

Page 48: Pembahasan FR-SKB

• Seorang wanita hamil 6 minggu. Keluar gumpalan darah dari jalan lahir. Inspekulo : uterus sebesar telur, ostium uteri eksternum terbuka. Darah +, jaringan +, endometrial line +. Diagnosis pada pasien tersebut adalah

A. Abortus inkomplit

B. Abortus imminens

C. Abortus insipiens

D. Abortus komplit

Page 49: Pembahasan FR-SKB
Page 50: Pembahasan FR-SKB

• Tatalaksana prekelampsia berat • Rujukan ke faskes sekunder • Stabilisasi pasien, suportif simptomatis • MgSO4 4g dosis awal dengan syarat

– Tersedia Ca glukonas 10% – Ada refleks patella – Jumlah urin minimal 0,5 ml/kgBB/jam

• Pemberian MgSO4 – Ambil 4g larutan MgSO4, (10 ml larutan MgSO4 40%)

larutkan dalam 10 ml akuades, – Berikan secara IV pelan selama 20 menit

– Jika akses intravena sulit, berikan 5 gr MgSO4 (12,5

larutan MgSO4 dalam 40%) IM masing-masing bokong kanan dan bokong kiri

Page 51: Pembahasan FR-SKB

• Ibu hamil 16 minggu. Edema. Proteinuria. Hipertensi. Edukasi pada kasus tersebut

A. Menurunkan berat badan

B. Tidak perlu pengawasan khusus

Page 52: Pembahasan FR-SKB

• Jika hipertensi < 20 minggu mengarahkan diagnosis pada pre existing hypertension, tetap perlu perujukan ke faskes sekunder

• Edukasi diberikan seperti edukasi pada pasien hipertensi pada umumnya yaitu

– Diet rendah garam

– Olahraga teratur

– Kontrol secara rutin

– Pengkuran tekanan darah mandiri

Page 53: Pembahasan FR-SKB

• Pasien PEB 37 minggu. Pemeriksaan penunjang pada pasien tersebut adalah

A. USG

B. CTG

C. EKG

Page 54: Pembahasan FR-SKB

• Pemeriksaan penunjang pada pasien preeklampsia

A. Ultrasonografi : dilakukan transabdominal untuk menilai status dari fetus dan mengevaluasi apakah ada restriksi pertumbuhan, USG doppler untuk menentukan blood flow

B. Cardiotocography : untuk monitoring janin dan melihat keadaan janin secara umum

https://emedicine.medscape.com/article/1476919-overview#a1

Page 55: Pembahasan FR-SKB

Wanita hamil dengan posisi bayi melintang. Edukasi pada pasien tersebut

A. Observasi

B. Istirahat

C. Posisi nungging

Page 56: Pembahasan FR-SKB

• Menurut FIGO, janin yang berada pada letak lintang membutuhkan sectio caesaria sebagai cara lahir tanpa melihat usia gestasi.

• Pada pasien yang tidak sedang impartu dapat dilakukan sebuah metode yang disebut External Cephalic Version, walau tindakan ini memiliki indikasi dan kontraindikasi tertentu

• Sebagai dokter umum edukasi yang harus diberikan adalah mengenai keadaa pasien dan kemudian dilakukan perujukan ke spesialis kandungan

https://www.glowm.com/section_view/heading/abnormal-fetal-lie-and-presentation/item/135

Page 57: Pembahasan FR-SKB

• Pasien primgravida, aterm, posisi bayi lintang, presentasi bokong. HIS kuat. Tatalaksana?

A. Observasi

B. Rujuk ke rumah sakit

C. Lahiran di puskesmas

Page 58: Pembahasan FR-SKB

• Menolong persalinan dengan breech presentation atau persalinan bokong merupakan kompetensi 3, sehingga harus dilakukan perujukan ke rumah sakit

https://emedicine.medscape.com/article/262159-overview#a2

Page 59: Pembahasan FR-SKB

• Pasien atoni uteri. Belum diinfus. Tatalaksana

A. Pasang IV line

B. Injeksi uterotonika

C. Masase uterus

Page 60: Pembahasan FR-SKB

• Jika ada kegawatan, tentu harus dikerjakan menurut prinsip primary survey

• Setelah jalan napas aman dan pernapasan aman, lakukan pemasangan IV line, jika terdapat shock lakukan rehidrasi.

• Tatalaksana e.c. Atonia uteria – Manajemen aktif kala III

– Misoprosotol 2-3 tab (400-600 µ g) setelah bayi lahir

– Manajemen syok

– Masase fundus uteri dan rangsang putting

– Pemberian oksitosin secara IM, IV, atau SC

Page 61: Pembahasan FR-SKB

• Prolaps uteri. Tatalaksana non farmakologis

A. Reposisi

B. Injeksi uterotonika

C. Infus cairan

Page 62: Pembahasan FR-SKB
Page 63: Pembahasan FR-SKB

• Ibu hamil 34 minggu, keluar darah segar dari jalan lahir. Kontraksi -. DJJ bayi normal. TD 80/60, HR 120x/menit. Tatalaksana awal adalah

A. USG

B. Pemeriksaan dalam

C. Resusitasi cairan

D. SC

E. Induski persalinan

Page 64: Pembahasan FR-SKB

• Sudah terdapat tanda shock yang dicirikan dengan takikardi dan hipotensi

• Kemungkinan etiologi disebabkan abrupsio plasenta, walau bisa diagnosis lain karena DJJ normal

• Tatalaksana pertama setelah amankan jalan napas dan pernapasan adalah rehidrasi cairan sambil siapkan perujukan ke faskes sekunder untuk evaluasi dan tatalaksana

https://emedicine.medscape.com/article/252810-overview#a1

Page 65: Pembahasan FR-SKB

• Kasus KET. Anemis. Nyeri perut. Pendarahan aktif. Cavum dougals menonjol. Hemodinamik tidak stabil. Tindakan pada kasus tersebut

A. USG

B. Kuretase

C. Laparotomi eksplorasi

D. Histerektomi

Page 66: Pembahasan FR-SKB

• Pada pasien dengan KET dan tanda hemodinamik tidak stabil lakukan stabilisasi dengan rehidrasi cairan kemudian rujuk

• Edukasi pada pasien dan keluarga kalau tatalaksana yang akan dilakukan adalah laparotomi eksplorasi karena implantasi embryo bisa terjadi di berbagai tempat

• Jika sudah terdapat gangguan hemodinamik, tatalaksana pembedahan adalah satu2nya opsi

Page 67: Pembahasan FR-SKB

Demam tifoid pada wanita hamil. Tatalaksana farmakologis

A. Amoxicillin

B. Cefalosporin

Page 68: Pembahasan FR-SKB

• Tatalaksana demam tifoid pada ibu hamil

• Amoksisilin/ampisilin 1,5-2 gr/hari selama 7-10 hari

• Suportif simptomatis

• Antipiretika parasetamol 3x 500 mg

• Tirah baring

• Diet gizi seimbang konsistensi lunak

Page 69: Pembahasan FR-SKB

• Primigravida. Uterus 2 jari di atas simfisis pubis. Perkiraan usia kehamilan

A. 7 Minggu

B. 10 minggu

Page 70: Pembahasan FR-SKB
Page 71: Pembahasan FR-SKB

• Nyeri perut kiri bawah. Gejala mengarah ke PID. PP test +. Tatalaksana pada kasus tersebut

A. Klindamisin

B. Eritromisin

C. Metronidazole

D. Cefixim

E. Kloramfenikol

Page 72: Pembahasan FR-SKB

• Tatalaksana PID pada wanita hamil

• Ampicillin/sulbactam 3g IV setiap 6 jam

• DAN

• Doksisiklin 100 mg IV /PO setiap 12 jam

• Ampicillin/sulbactam memiliki kategori FDA B, sehingga aman

• Doksisikilin secara historis tidak digunakan karena termasuk golongan tetrasiklin, namun bukti terbaru menurut FDA, tidak menyebabkan risiko teratogen berbahaya. Walau belum ada data yang konklusif

Page 73: Pembahasan FR-SKB

• Ibu hamil 34 minggu. HbsAG +. Tatalaksana

• Ibu hamil HBsAg +, periksa VHB DNA. Jika lebih dari 1 juta kopi, berikan terapi antiviral pada UK 28-32 minggu, terapi dengan telbivudin 600 mg/hari efektif untuk mencegah transimi pada anak

• Sedangkan bayi berikan 0, 5 ml HbIG dan 5 mcg vaksin hepatitis B setelah lahir

http://www.cdkjournal.com/index.php/CDK/article/download/598/375

Page 74: Pembahasan FR-SKB

42. Pasien telat haid 1 minggu. PP test negatif. Edukasi yang diberikan

A. PP test diulang 1 minggu

B. Tidak perlu kontrol lagi

Page 75: Pembahasan FR-SKB

• PP test umumnya positif sekitar 2 minggu setelah konsepsi

• Paling cepat, hasil PP test positif 8 hari setelah konsepsi

• Jika hasil tes masih negatif sebaiknya dilakukan pemeriksaan ulang 1 minggu kemudian

https://www.nhs.uk/common-health-questions/pregnancy/how-soon-can-i-do-a-pregnancy-test/#:~:text=If%20you%20get%20a%20positive,around%208%20days%20after%20conception.

Page 76: Pembahasan FR-SKB

• 43. Kencing berwarna putih dan berdarah. Bengkak pada skrotum dan kaki. Tindakan rehabilitatif yang dapat dilakukan

A. Letakkan bagian tubuh yang bengkak lebih tinggi daripada bagian tubuh lain.

B. Bersihkan bagian yang bengkak

Page 77: Pembahasan FR-SKB

• Komponen perawatan kasus limfadema filariasis

• (1) Pencucian

• (2) Pengobatan luka dan lesi di kulit

• (3) Latihan (exercise)

• (4) Meninggikan tungkai atau lengan yang sakit

• (5) Pemakaian alas kaki yang cocok

• (6) Pemakaian verban elastik

• (7) Pemakaian salep antibiotika dan salep anti jamur

• (8) Antibiotika sistemik

• (9) Bedah kosmetik

PMK no 94 tahun 2014

Page 78: Pembahasan FR-SKB

• 44. Gatal di daerah kepala dan leher. Riwayat semir rambut setahun terakhir. Diagnosis pada kasus tersebut adalah

A. DKI

B. DKA

C. D. Seboroik

Page 79: Pembahasan FR-SKB

• Membedakan dermatitis kontak iritan/alergik,

• Pada dermatitis kontak iritan, bahan yang menyebabkan dermatitis adalah za iritan seperti deterjen, pelarut, minyak pelumas, asam, alkali

• Dermatitis kontak alergi akibat rekasi hipersensitivitas, didahuli oleh fase sensitisasi yang muncul 2-3 minggu.

• Dipengaruhi oleh adanya sensitiasi alergen, derajat pajanan, dan luasnya penetrasi di kulit

Page 80: Pembahasan FR-SKB

45. Bayi 3 hari. Dibawa ibunya dengan keluhan malas menetek dari biasanya, refleks hisap menurun. Kondisi badan kuning dan perut kembung. Jarang minum ASI. ASI Ibu sedikit. Tanda vital DBN. Suhu 35,6. Edukasi pada pasien tersebut adalah A. Perbanyak minum ASI B. Pasien perlu dibawa ke rumah sakit C. Menjemur bayi • Diagnosis : breast milk jaundice. Darimana?

– < 7 hari – ASI tidak lancar – Ikterus – Bayi tidak mau minum ASI

• Tatalaksana ? Lanjutkan pemberian ASI, bantu ibu mengatasi problem menyusui

Page 81: Pembahasan FR-SKB

• Rujuk/tidak? Ada tanda yang mengkhawatirkan?

– Refleks hisap menurun

– Perut kembung

– Hipotermi

– Rujuk untuk periksa tingkat bilirubin

• Kesimpulan : Tergantung soal dan keputusan klinis masing-masing dokter. Baca soal baik2

https://www.cdc.gov/breastfeeding/breastfeeding-special-circumstances/maternal-or-infant-illnesses/jaundice.html

Page 82: Pembahasan FR-SKB

• 46. Bayi 3 minggu. Mata terdapat dselaput putih. Katarak bilateral. Pada saat hamil ibu sempat demam dan terinfeksi virus. Penyebab pada kasus tersebut adalah

A. CMV

B. Toxoplasma

C. Rubella

D. Herpes

Page 83: Pembahasan FR-SKB

• Rubella dapat ditularkan dari ibu ke bayi melalui kehamilan, manifestasinya :

• Tuli sensorineural muncul pada 58% pasien, 40% pasei mengalami ektulian

• Manifestasi pada mata seperti katarak, glaukoama infatil, dan retinopathy pigmentary

• Penyakit jantung bawan seperti patent ductus arteriosus dan stenosis arteri pulmonal

https://emedicine.medscape.com/article/968523-clinical#b5

Page 84: Pembahasan FR-SKB

• 47. Bayi baru lahir. Berat normal. Ekstremitas biru. HR 95. Ekstremitsa fleksi. Setelah suction bayi menangis. Skor apgar?

A. 4

B. 5

C. 6

D. 7

Page 85: Pembahasan FR-SKB
Page 86: Pembahasan FR-SKB

• 48. Seorang bayi menderita pertusis. Riwayat diditipkan ke TPA. Tindakan yang tepat

A. Vaksin ulang semua anak di TPA

B. Tidak lapor ke dinkes

C. Memberikan antibiotik pada semua anak di TPA

D. Melapor ke kades agar anak di TPA diisolasi

Page 87: Pembahasan FR-SKB

• Anak yang kontak harus dites jika memunculkan gejala yang konsisten dengan pertusis, yang asimptomatis tidak perlu

• Vaksinasi diberikan pada yang belum vaksinasi pertusis secara penuh.

• Terapi dengan eritromisin dapat diberikan pada anak < 6 bulan yang mengalami gejala ISPA, namun dapat diberikan juga pada anak tanpa gejala di beberapa negara

https://www.who.int/immunization/monitoring_surveillance/burden/vpd/WHO_SurveillanceVaccinePreventable_16_Pertussis_R1.pdf?ua=1

Page 88: Pembahasan FR-SKB

• Bayi lahir prematur. Setelah resusitasi saturasi oksgien 90%, RR 50 x per menit. HR 140 x per menit. Tindakan selanjutnya

A. Memberikan infus D10

B. Memasang CPAP

C. IMD

D. Bayi diletakkan pada infant warmer, bila ibu siap, diberikan pada ibu

E. Metode kanguru

Page 89: Pembahasan FR-SKB

• Pada neonatus prematur yang saturasi oksigen turun (< 90%) berikan CPAP dan oksignasi, pertahankan saturasi antara 90-95%

• Termoregulasi, letakkan neonatus di infant warmer atau dapat dibungkus dengan food grade plastic.

• Berikan cairan glukosa pada neonatus preterm, dapat ditambahkan kalsium

https://emedicine.medscape.com/article/975909-treatment#d7

Page 90: Pembahasan FR-SKB

Bayi datang dengan mikrocephali, makroglosi, epichantal fold. Diagnosis pada pasien tersebut adalah

A. Down syndrome

B. CP

C. Ensefalopati

D. Retardasi mental

Page 91: Pembahasan FR-SKB

• Down syndrome adalah sebuah penyakit genetik akibat terdapat kromosom tambahan di kromosom 21

• Beberapa tampilan dari pasien down syndrome adalah kepala kecil, lidah menjulur (tapi bukan makroglosia), epicanthal fold, leher pendek, badan pendek, dan garis tangan tunggal

https://www.ndss.org/about-down-syndrome/down-syndrome/#:~:text=A%20few%20of%20the%20common,degrees%2C%20or%20not%20at%20all.

Page 92: Pembahasan FR-SKB

• 51. Bayi mengalami gangguan pendengaran (ototoksik) sang ibu memiliki riwayat minum obat tertentu. Obat tersebut adalah

A. Tetrasiklin

B. Kloramfenikol

C. Gentamisin

D. Ciprofloxacin

E. Amoxicillin

Page 93: Pembahasan FR-SKB

• Sempat ada yg berargumen, obatnya kan diminum sementara gentamisin kan tidak diminum? Kan belum tentu soalnya benar juga.

• Efek ototoksik gentamisin sudah diteliti luas, dapat menyebabkan kerusakan vestibular pada 11% pasien yang mengkonsumsi regimen berulang.

• Kloramfenikol tidak ototoksik saat digunakan untuk terapi sistemik, hanya pada terapi topikal pada telinga

• Ciprofloxacin, Tetrasiklin, dan Amoxicillin tidak bersifat ototoksik

• Sekali lagi kembali ke soal, baca baik2, dan jawab sesuai keyakinan klinis masing2 dokter.

East JE, Foweraker JE, Murgatroyd FD. Gentamicin induced ototoxicity during treatment of enterococcal endocarditis: resolution with substitution by netilmicin. Heart. 2005;91(5):e32. doi:10.1136/hrt.2003.028308

Beaugard ME, Asakuma S, Snow JB. Comparative Ototoxicity of Chloramphenicol and Kanamycin With Ethacrynic Acid. Arch Otolaryngol. 1981;107(2):104–109. doi:10.1001/archotol.1981.00790380034008

Page 94: Pembahasan FR-SKB

• 52. Bayi satu bulan. Sudah pernah hep B. Imunsiasi selanjutnya?

A. MMR

B. HIB

C. Polio

D. BCG

Page 95: Pembahasan FR-SKB
Page 96: Pembahasan FR-SKB

• Bayi 9 bulan. Belum dapat duduk. Sudah bisa bilang mama dada papa, Diagnosis

A. Gangguan perkembangan motorik halus

B. Gangguan perkembangan motorik kasar

C. Gangguan global

D. Gangguan bicara

E. Perkebangan sesuai usia

Page 97: Pembahasan FR-SKB
Page 98: Pembahasan FR-SKB

55. Anak 2 tahun, belum bisa jalan. Merangkak. Kepala mikrocephal. Tidak ada gangguan tonus otot, tidak ada kelemahan otot. Diagnosis?

• Diagnosis CP berdasarkan pemeriksaan klinis. Definisinya “suatu gangguan permanen dari gerakan dan postur, menyebabkan limitasi aktivitas yang disebabkan oleh gangguan tumbuh kembang pada saat janin atau bayi”

Page 99: Pembahasan FR-SKB

• Secara klinis, diagnosisnya sehari-hari tergantung milestones dari bayi seperti duduk, berjalan, berdiri, postur, refleks tendon, dan tonus otot.

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3051278/#:~:text=In%20clinical%20practice%2C%20the%20diagnosis,tendon%20reflexes%2C%20and%20muscle%20tone.

Page 100: Pembahasan FR-SKB

• 56.Anak berusia 2 tahun, tersedak permen. Anak sadar, sesak napas, RR 45x/menit. Tindakan pada kasus tersebut

• Untuk anak usia < 1 tahun tatalaksanana adalah back blows 5x dan chest trust 4x. Tidak boleh heimlich karena dapat merusak liver.

• Untuk anak usia > 1 tahun, lakukan manuver heimlich.

Dodson H, Cook J. Foreign Body Airway Obstruction (FBAO) [Updated 2020 Apr 16]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK553186/

Page 101: Pembahasan FR-SKB

• 57. Anak 5 tahun. Demam batuk pilek. Timbul bercak merah di seluruh tubuh. Diagnosis pada kasus tersebut

A. Roseola

B. Eksantema subitum

C. Morbili

D. ITP

Page 102: Pembahasan FR-SKB

• ITP : trombositopenia setelah infeksi virus, biasanya sekitar 2-3 minggu. Bercak berupa petchieae, terdapat trombositopenia

• Roseola = eksantema subitum : demam tinggi, nyeri tenggorokan, batuk pilek, ketika demam turun dapat muncul ruah kecil berwarna pink, mulai dara dada, perut, kemudian menyebar

• Morbili (rubeola). Panas batuk pilek, ada komplik spot, ruam kemerahan muncul di wajah kemudian menyebar

Page 103: Pembahasan FR-SKB

• 58. Anak tidak BAB 2 hari. Defans muskular. Gerakan peristaltik menurun. Distensi. Pada colok dubur nyeri. Tatalaksana yang diambil agar terhindar dari sepsis

A. NGT

B. Laparotomi

C. Antibiotik adekuat

Page 104: Pembahasan FR-SKB

• 59. Anak dengan serangan derajat ringan. Tatalaksana

A. Nebul salbutamol + steroid high dose

B. Nebul salbu + steroid dosis standar

C. Nebul salbu + steroid oral 3-5 hari

Page 105: Pembahasan FR-SKB
Page 106: Pembahasan FR-SKB

• 60. Asma pada anak. Sudah minum salbutamol, tapi tidak ada perubahan. Terapi inhalasi

A. Salbutamol + antikolinergik

B. Kortiksteroid dosis kuat

C. Kortikosteroid dosis rendah

D. SABA

E. LABA

Page 107: Pembahasan FR-SKB
Page 108: Pembahasan FR-SKB

• 61. Anak diare sejak 5-7 hari. Lendir -, darah -. Dehirdasi sedang. Etiologi pada kasus tersebut adalah

Mekanisme Primer Defek Pemeriksaan tinja Contoh

Sekretorik Terjadi penurunan absorbsi, peningkatan sekresi : transport elektroit

Cair, osmoalalitas normal

Koler, E. Coli, Clostridium deficille

Osmotik Maldigesti, gangguan transport, knosumsi cairan yang tidak dapat diserap

Cair, asam Defisiensi laktase, malabsorbsi glukosa, laktulosa, pemberian laksatif yang berlebihan

Peningkatan motilitas

Penurunwan waktu transit

Tinja dengan bentuk normal sampai lembek,

Irritable bowel syndrome, tirotoksikosis

Page 109: Pembahasan FR-SKB

Mekanisme Primer Defek Pemeriksaan tinja Contoh

Penurunan motilitas

Gangguan sistem neuromuskular, terjadinya stasis dan bakteri tumbuh lampau

Bentuk tinja yang normal sampai tidak berbentuk (lembek)

Pseudoobstruksi, blind loop

Invasi mukosa Inflamasi, penurunan luas permukaan mukosa dan/atau reabsorbsi oleh kolon, peningkatan motilitas usus

Terdapat darah dan peningkatan leukosit di dalam tinja

Penyakir Celiac, infeksi salmonella, shigellosis, amebiasis, yersinosis, rotavirus, enteritis

Page 110: Pembahasan FR-SKB

• 62. Anak 9 bulan. Diare tanpa dehidrasi. Tatalaksana pada kasus tersebut

A. Oralit sebanyak yang dia mau

B. Oralit 50 cc tiap diare

Page 111: Pembahasan FR-SKB
Page 112: Pembahasan FR-SKB

• 63. Anak usia 12 bulan. Belum imunisasi sama sekali. Imunisasi preventif yang anda lakukan

A. Suntik vaksin MMR

B. Skrining campak

C. Tidak perlu imunisasi karena sudah telat

• Jika sudah imunisasi campak pada usia 9 bulan, berikan vaksin MMR pada usia 15 bulan

• Jika belum imunisasi campak, berikan vaksin MMR pada usia 12 bulan

Page 113: Pembahasan FR-SKB

• 64. Imunisasi MMR untuk mencegah penyakit

• Measles

• Rubella (campak jerman)

• Mumps

Page 114: Pembahasan FR-SKB

• Pasien luka bakar bagian wajah. Hr 118, RR 32 x per menit. Tatalaksana pada kasus tersebut

A. Bebaskan jalan napas

B. Debridement

C. Bersihkan luka bakar dengan antibiotik

Page 115: Pembahasan FR-SKB

• Curiga trauma inhalasi : luka bakar di wajah, jejas asap/api di rongga mulut, pasien sesak setelah luka bakar

• Pemeriksaan fisik : suara parau/stridor, ronkhi, wheezing, edema paru

• Bebaskan jalan napas

• High flow oxygen

• Monitoring jalan napas secara berkelanjutan, perhatikan tanda hipoksia

• Pasang jalur intravena untuk persiapan medikasi

• Rujuk ke faskes lanjutan

Page 116: Pembahasan FR-SKB

• Hasil urinalisis pada ISK

• Dapat ditemukan

– Leukositoria > 5/LPB

– Hematuria > 5/LPB

– Uji nitrit positif

– Bakteriuria

Page 117: Pembahasan FR-SKB

• 69. DOC pada kasus ISK

• Sistitis akut non komplikata

– Kotrimoksazol 2x 960 mg selama 3 hari

– Ciprofloksasin 2x250 mg selama 3 hari

– Nitrofurantonin 2x 100 mg selama 7 hai

– Co-amoxiclav 6x 625 mg selama 7 hari

Page 118: Pembahasan FR-SKB

• Laki2 80 tahun. BAK berdarah sejak 3 bulan, BAK tidak lanar, BAK tidak nyeri, BAK tidak lampias. Diagnosis?

• DD nya ada beberapa, namun yang paling mendekati adalah keganasan prostat. Untuk amannya perlu periksa colok dubur dan urinalisis.

• Jika benar keganasan prostat akan ditemukan prostat yang berdungkul dan rapuh

Page 119: Pembahasan FR-SKB

• Pasien datang dengan mata minus. Visus 6/20. Sudah diberikan resep kacamata. Edukasi pada pasien untuk mengurangi terjadinya komplikasi

A. Memakai kaca mata terus menerus

B. Membatasi menonton TV

Page 120: Pembahasan FR-SKB

• Istirahatkan mata 20 menit tiap beraktivitas dengan gawai/laptop dengan cara melihat benda sejauh 20 kaki (6 meter) selama 20 detik

• Hindari melihat laptop, gawai, dan televisi dalam jangka waktu yang lama

• Atur kecerahan dan kontras pada layar gawai serta telvisi

• Posisikan tubuh dengan ergonomis, jaga jarak antara mata dan gawai minimal 40 cm-60 cm

Page 121: Pembahasan FR-SKB

• Pasien datang ddengan keluhan selaput pada tepi mata. Pandangan mulai kabur. Diagnosis pada kasus tersebut adalah

A. Pterigium derajat 1

B. Pterigium derajat 2

C. Pterigium derajat 3

Page 122: Pembahasan FR-SKB

• Grade I : menutupi sklera tapi tidak melewati libus

• Grade II: Menutup kornea sebagian tapi tidak mencapai pupil

• Grade III : Jaringan fibrovaskular menutupi pupil dan menganggu aksis penglihatan

Page 123: Pembahasan FR-SKB

• Dasar hukum SJSN adalah

A. UU no 40 tahun 2004

B. Perpres no 12 tahun 2013

Page 124: Pembahasan FR-SKB

• . Landasan penyelenggaran JKN menurut UUD 45

A. Pasal 20 ayat 1

B. Pasal 4 ayat 1

C. Pasal 6 ayat 1

D. Pasal 24 ayat 1

E. Pasal 5 ayat 1

Page 126: Pembahasan FR-SKB

• Tindakan pelayanan promotif preventif yang ditanggung BPJS kesehatan di puskesmas adalah

A. KB Implan

B. Imunisasi dasar

C. Transfusi darah

D. Rehab medik

Page 127: Pembahasan FR-SKB

Tindakan yang ditanggung BPJS

• Rawat Jalan dan Inap Tingkat Pertama

– Penyuluhan Kesehatan Perorangan

– Imunisasi Dasar

– Keluarga berencana

– Skrining Kesehatan (DM, HT, Ca Cervix, CA Payudara)

– Pemeriksaan ibu hamil, nifas, menyusui

– Pelayanan gigi

– Pelayanan gawat darurat

Sumber : BPJS Kesehatan

Page 128: Pembahasan FR-SKB

• PT Askes adalah

A. Penyelenggara jaminan sosial

B. Penyelenggara jaminan kesehatan

C. Penyelenggara jaminan sosial kesehatan

Page 129: Pembahasan FR-SKB

• Penyelengaraan BPJS kesehatan dijalankan oleh

A. PT Askes

B. PT Jamsostek

C. Taspen

Page 130: Pembahasan FR-SKB

• PT ASKES sekarang berubah menjadi

A. Badan penyelengggara jaminan kesehatan

B. Badan penyelenggara jaminan sosial

C. Badan penyelenggara jaminan sosial kesehatan

Page 131: Pembahasan FR-SKB

Pengelola Jaminan Kesehatan di Indonesia

• 1968 Badan Penyelenggara Dana Pemerliharaan Kesehatan (bagi pegawai negara)

• 1984 BPPDK berubah menjadi Perum Husada Bhakti

• 1992 PHB berubah menjadi PT Askes

• 2011 PT Askes berubah menjadi BPJS Kesehatan

Sumber : https://bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/index.php/pages/detail/2013/4

Page 132: Pembahasan FR-SKB

• Pelayanan rujukan pada faskes tingkat pertama yang ditanggu BPJS kesehatna adalah

A. Tindakan spesialistik sesuai indikasi medis

B. Pemeriksaan dan pengobatan oleh dokter spesialis

C. Transfusi darah

Page 133: Pembahasan FR-SKB

14. Tindakan yang ditanggung BPJS

• Rawat Jalan Tingkat Lanjutan

– Pelayanan spesialistik (pemeriksaan, tindakan, obat)

– Rehabilitasi medis

– Pelayanan darah

– Alkes lain (kacamata, alat bantu dengar, prostesa, dst)

– Pelayanan Gawat Darurat

Sumber : BPJS Kesehatan

Page 134: Pembahasan FR-SKB

• Visi SDGs

Page 135: Pembahasan FR-SKB

Jenis KB untuk Perempuan

• Pil KB : Konsumsi pil hampir setiap hari, KB hormonal, tidak untuk usia di atas 35 dan perokok, ES : mood wing, nausea, nyeri kepala, bekerja dengan mencegah ovulasi

• Implan : ditanam di lengan, untuk pasien dengan kepatuhan buruk, dapat terjadi amenoreha, melepaskan hormon progesteron sehingga menghambat ovulasi

Sumber : https://www.nhs.uk/conditions/contraception/contraceptive-injection/

Page 136: Pembahasan FR-SKB

Jenis KB untuk Perempuan

• Suntik : Suntik periodik, umumnya 3 bulan, kesuburan baru kembali setelah kurang lebih 1 tahun, berisi progesteron, menghambat ovulasi

• IUD : Alat berbentuk T dimasukkan ke rahim, ES menstruasi berat, tidak boleh digunakan pada pasien riwayat infeksi pelvis, bekerja dengan mengalterasi mukus serviks, menghambat implantasi

Sumber : https://www.nhs.uk/conditions/contraception/contraceptive-injection/

Page 137: Pembahasan FR-SKB

• 82. Indikator keberhasilan SDGs

Page 138: Pembahasan FR-SKB

Goal SDGs

Page 139: Pembahasan FR-SKB

Goal SDGs

Page 140: Pembahasan FR-SKB

Goal SDGs

Page 141: Pembahasan FR-SKB

• 83. Tatalaksana pada demam berdarah dengue

Page 142: Pembahasan FR-SKB

Tatalaksana DBD

tanpa shock

Sumber :

Page 143: Pembahasan FR-SKB

Tatalaksana DBD dengan

syok

Sumber : Tatalaksana Dengue WHO

Page 144: Pembahasan FR-SKB

• 85. Pemilihan metode promosi kesehatan • 1. Untuk meningkatkan kesadaran akan kesehatan :

ceramah, kerja kelompok, mass media, seminar, kampanye. • 2. Menambah pengetahuan. Menyediakan informasi: One-

to-one teaching (mengajar per-seorangan / private), seminar, media massa, kampanye, group teaching.

• 3. Self-empowering Meningkatkan kemampuan diri, mengambil keputusan Kerja kelompok, latihan (training), simulasi, metode pemecahan masalah, peer teaching method.

• 4. Mengubah kebiasaan : :Mengubah gaya hidup individu Kerja kelompok, latihan keterampilan, training, metode debat.

• 5. Mengubah lingkungan, Bekerja sama dengan pemerintah untuk membuat kebijakan berkaitan dengan kesehatan.

Page 145: Pembahasan FR-SKB

• 85. Pemilihan metode promosi kesehatan

A. Individu :Bimbingan dan penyuluhan, interview

B. Kelompok besar (> 15 orang) : ceramah, seminar

C. Kelompok kecil : diskusi kelompok, curah pendapat, bola salju, kelompok kecil, role play

D. Massa : ceramah, pidato, simulasi, tulisan di media masa, billboard