Kasus Ujian Fr Mandibula

23
PRESENTASI KASUS UJIAN BEDAH PLASTIK SEORANG ANAK LAKI-LAKI USIA 13 TAHUN DENGAN FRAKTUR MANDIBULA DEXTRA Periode : 26-31 Januari 2015 Oleh: Melissa Donda G99141125 Pembimbing: dr. Amru Sungkar.,SpB.,SpBP KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH

description

nknks knvnls kkjfnvls kndnld

Transcript of Kasus Ujian Fr Mandibula

Page 1: Kasus Ujian Fr Mandibula

PRESENTASI KASUS UJIAN BEDAH PLASTIK

SEORANG ANAK LAKI-LAKI USIA 13 TAHUN DENGAN FRAKTUR

MANDIBULA DEXTRA

Periode : 26-31 Januari 2015

Oleh:

Melissa Donda

G99141125

Pembimbing:

dr. Amru Sungkar.,SpB.,SpBP

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/ RSUD DR. MOEWARDI

SURAKARTA

2015

Page 2: Kasus Ujian Fr Mandibula

BAB I

STATUS PASIEN

A. ANAMNESIS

I. Identitas Pasien

Nama : An. Y

Umur : 13 Tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pekerjaan : Pelajar

Alamat : Sukoharjo

Tanggal Masuk : 26 Januari 2015

Tanggal Periksa : 28 Januari 2015

Status Pembayaran : BPJS

II. Keluhan Utama

Nyeri pada rahang setelah terjatuh

III. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan nyeri pada rahang setelah terjatu dari sepeda

ontel kurang lebih 7 jam sebelum masuk rumah sakit. Pasien sedang

mengendarai sepeda ontel pada saat jalan menurun lalu terjatuh dengan dagu

membentur aspal. Setelah kejadian, pasien mengalami luka dan perdarahan di

daerah wajah. Pingsan (-), muntah (-) kejang (-). Oleh penolong pasien dibawa

ke puskesmas di Wonogiri, dijahit pada dagu kemudian dirujuk ke RSUD

Wonogiri. Karena keterbatasan fasilitas, pasien dirujuk ke RSDM.

IV. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat alergi obat : disangkal

Riwayat hipertensi : disangkal

Riwayat Diabetes Mellitus : disangkal

Page 3: Kasus Ujian Fr Mandibula

Riwayat penyakit jantung : disangkal

Riwayat trauma sebelumnya : disangkal

Riwayat mondok sebelumnya : disangkal

V. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat alergi obat : disangkal

Riwayat hipertensi : disangkal

Riwayat Diabetes Mellitus : disangkal

Riwayat penyakit jantung : disangkal

B. PEMERIKSAAN FISIK

I. Primary Survey

a. Airway : bebas

b. Breathing : spontan, pernafasan 20 x/menit

c. Circulation : tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 88/menit, CRT<2 detik

d. Disability : GCS E4V5M6, reflek cahaya (+/+), pupil isokor

(2mm/2mm), lateralisasi (-/-)

e. Exposure : suhu 36,6ºC, Jejas (+) lihat status lokalis

II. Secondary Survey

a. Keadaan umum : composmentis, pasien tampak kesakitan, gizi kesan

baik.

b. Kepala : mesocephal, jejas (+) di region mandibular dextra

c. Mata : konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil

isokor (2mm/2mm), reflek cahaya (+/+), hematom

periorbita (+/+), diplopia (-/-).

d. Telinga : sekret (-/-), darah (-/-), nyeri tekan mastoid (-/-),

nyeri tragus (-/-).

e. Hidung : bloody rhinorrhea (-)

f. Mulut : gusi berdarah (-), lidah kotor (-), jejas (-), maloklusi

(-),gigi goyang (-), gigi tanggal (-)

Page 4: Kasus Ujian Fr Mandibula

g. Leher : pembesaran tiroid (-), pembesaran limfonodi (-),

nyeri tekan (-), JVP tidak meningkat.

h. Thorak : bentuk normochest, ketertinggalan gerak (-).

i. Jantung

Inspeksi : ictus cordis tidak tampak.

Palpasi : ictus cordis teraba, tidak kuat angkat.

Perkusi : batas jantung kesan tidak melebar.

Auskultasi : bunyi jantung I-II int. normal, regular, bising (-).

j. Pulmo

Inspeksi : pengembangan dada kanan = kiri

Palpasi : fremitus raba kanan = kiri

Perkusi : sonor/sonor.

Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-).

k. Abdomen

Inspeksi : distended (-)

Auskultasi : bising usus (+) normal

Perkusi : timpani

Palpasi : supel, nyeri tekan (-), defance muscular (-)

l. Genitourinaria : BAK normal, BAK darah (-), BAK nanah (-), nyeri

BAK (-).

m. Muskuloskletal : jejas (-), nyeri (-)

n. Ekstremitas

Akral dingin Oedema

III. Status Lokalis

a. Regio Mandibula Dextra

- _

- _- _

- _

Page 5: Kasus Ujian Fr Mandibula

Inspeksi : oedem R. Mandibula Dextra (+), tampak vulnus terhecting

dengan silk 2/0, 6 simpul, pendataran molar (-)

Palpasi : nyeri tekan (+), krepitasi (-)

C. ASSESMENT 1

Suspek fraktur Mandibula (D)

D. PLANNING 1

1. Pemeriksaan darah rutin.

2. Foto panoramic.

3. O2 3 lpm

4. Pasang infuse NaCl 0,9% 20tpm

5. Injeksi metamizole

6. Injeksi ceftriaxone 1 ampul/ 12 jam

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Hasil pemeriksaan laboratorium (Tanggal 26 Januari 2015)Hb : 12,0 g/dl

Hct : 36 %

AE : 4,55 juta/uL

AL : 14,8 ribu/uL

AT : 244 ribu/uL

Gol Darah : O

Tanggal 27 Januari 2015

PT : 17,3 detik

APTT : 30,3 detik

INR : 1.510

Na : 132 mmol/L

K : 4,0 mmo/L

Cl : 102 mmol/L

HbsAg : (-)

b. Hasil pemeriksaan

Page 6: Kasus Ujian Fr Mandibula

Radiologi: Foto Panoramik (26/01/2015)

Tampak fraktur corpus mandibular kanan

Trabekulasi tulang di luar lesi normal

Condylus, ramus, angulus, mandibular kanan kiri dan corpus

mandibular kiri tak tampak kelainan

Tampak benih gigi 1.3, 1.8, 2.3, 2.5, 2.8, 3.8, 4.8

Tak tampak unerupted, amalgam, missing

Tak tampak unerupted, impacted, amalgam, sisa akar, missing,

caries, cyste, granuloma

Kesimpulan: Fraktur corpus mandibular kanan

F. ASSESMENT II

Fraktur parasimpisis dextra mandibula

Fraktur condyle dextra mandibula

Multiple vulnus excoriasi

Vulnus terhecting region mandibular

G. PLANNING II

1. MRS

2. Repair vulnus dan medikasi luka

H. PROGNOSIS

a. Ad vitam : bonam

b. Ad sanam : bonam

c. Ad fungsionam : bonam

Page 7: Kasus Ujian Fr Mandibula

BAB II

JAWABAN UJIAN

1. ANAMNESIS

Anamnesis dapat dilakukan langsung dengan pasien (autoanamnesis) jika pasien

dalam keadaan sadar dan dapat diajak berkomunikasi atau dengan orang yang

melihat langsung kejadian yang dialami pasien. Dari anamnesis dapat ditanyakan

kronologis kejadian trauma/mechanism of injury, arah dan kekuatan dari trauma

terhadap pasien maupun saksi mata. Sifat, daya, dan arah hantaman cedera harus

dicari tahu dari pasien dan saksi-saksi yang ada. Dalam anamnesis pasien-pasien

yang mengalami trauma maksilofasial antara lain, yang harus ditanyakan antara

lain:

a. Apakah penyebab pasien mengalami trauma?

Kecelakaan lalu lintas.

Trauma tumpul.

Trauma benda keras.

Kecelakaan olahraga.

Perkelahian.

Terjatuh

b. Apabila terjatuh, bagaimana mekanisme injuri yang terjadi? Bagaimana posisi

pasien saat terjatuh ?

Dalam kasus ini, MOI pasien terjungkal ke depan dengan posisi dagu yang

pertama mendarat. Pasien mengeluhkan nyeri pada rahang bawah kanan.

c. Bila pasien sadar, apakah mempunyai keluhan mengenai gigitan? Bila baik,

kemungkinan besar tidak terjadi fraktur displaced. Apakah daerah bibir dan

dagu tidak terasa/kaku? Daerah yang tidak terasa/kaku dapat dikarenakan

fraktur displaced di daerah distal foramen mandibularis sesuai jaras nervus

alveolar inferior.

Page 8: Kasus Ujian Fr Mandibula

d. Apakah pasien dalam keadaan mabuk saat mengendarai kendaraan ? Apakah

pasien memakai pelindung kepala saat mengalami trauma tersebut ?

Pada kasus ini pasien tidak mengenakan pelindung kepala dan tidak dalam

kondisi mabuk

e. Dimana kejadiannya? Sudah berapa lama pasien mengalami kejadian tersebut?

Pasien terjatuh di jalanan menurun kemudian dibawa ke RSDM 7 jam

setelahnya

f. Apakah setelah mengalami kecelakaan pasien tidak sadar? Jika tidak sadar,

berapa lama pasien mengalami penurunan kesadaran?

Pasien kasus ini dalam keadaan sadar.

g. Apakah pasien muntah dan kejang setelah kejadian?

Mual, muntah, kejang disangkal

h. Pertolongan apa saja yang sudah diberikan kepada pasien?

Pasien datang dengan vulnus laceratum yang sudah terhecting pada region

mandibular dengan 6 simpul menggunakan benang silk 2.0.

2. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan status lokalis termasuk inspeksi dan palpasi. Inspeksi

dilakukan dari arah frontal, lateral, superior, dan inferior. Status lokalis yang

diperiksa dilakukan di regio mandibula

a. Inspeksi secara urut dari atas ke bawah, untuk mencari (Reginald et al,

2013):

Pemeriksaan extraoral:

a. Deformitas, memar, abrasi, laserasi, dan edema.

b. Luka tembus.

c. Daerah muka simetri atau tidak.

d. Adanya maloklusi atau trismus

e. Ekspresi wajah yang kesakitan atau cemas

Intraoral:

a. Laserasi gingival

b. Oklusi

Page 9: Kasus Ujian Fr Mandibula

c. Ekimosis dasar mulut

b. Palpasi untuk mengetahui kelainan pada tulang dan jaringan pada wajah.

Palpasi hidung untuk meraba adanya septum deviasi, pelebaran jembatan

hidung, meraba permukaan mukosa, dan krepitasi.

Perkusi didaerah tragus untuk mengetahui adakah tragus pain.

Periksa stabilitas wajah dengan menggenggam gigi dan palatum kemudian

mendorongnya maju mundur dan naik turun. Nilai apakah terdapat

floating maksila atau hanya maksila goyang.

Palpasi gigi untuk meraba adakah gigi yang goyang.

Palpasi rahang bawah untuk memeriksa nyeri dan bengkak.

Palpasi untuk memeriksa krepitasi, nyeri tekan

3. DIAGNOSIS DAN DIFFERENSIAL DIAGNOSIS

Diagnosis pada pasien di atas adalah suspect fraktur mandibular (D).

Diagnosis banding terdiri dari semua patah tulang wajah, lecet jaringan lunak,

memar, dan lecet. Pemeriksa harus berhati-hati untuk tidak berhenti pada evaluasi

hanya karena satu patah tulang atau cedera dicatat. Pada fraktur mandibular harus

diketahui asal fraktur, yang dapat berasal dari: condylus/subcondylus, ramus,

corpus, angulus, processus coronoideus, processus alveolus, atau lebih dari satu

tempat.

Menurut Morris C et al (2014), fraktur mandibular sebagian besar terjadi

karena tabrakan dengan kecepatan rendah (61.6%), yang dua kali lipat lebih

banyak dibandingkan tabrakan dengan kecepatan tinggi (30.9%). Ditambahkan

dalam penelitian, mekanisme injuri karena tabrakan dengan kecepatan tinggi

seperti pada kasus ini (dan pada kasus kecelakaan lalu lintas) menyebabkan

fraktur pada mandibular paling sering pada daerah condylar (25.4%), yang diikuti

fraktur symphisis (22.8%). Hal ini dapat terjadi karena arah energy pada

mandibular berasal dari anterior-posterior, berbeda dengan pada tabrakan

kecepatan rendah yang biasa dari posisi lateral/angulus mandibularis.

Page 10: Kasus Ujian Fr Mandibula

Pemeriksaan klinis pada fraktur mandibula dilakukan dalam dua

pemeriksaan yakni secara ekstra oral dan intra oral. Pada pemeriksaan ekstra oral,

pemeriksaan dilakukan dengan visualisasi dan palpasi. Secara visualisasi terlihat

adanya hematoma, pembengkakan pada bagian yang mengalami fraktur,

perdarahan pada rongga mulut. Sedangkan secara palpasi terdapat step deformity.

Pada pemeriksaan intra oral, pemeriksaan dilakukan secara visualisasi dan

palpasi. Secara visualisasi terlihat adanya gigi yang satu sama lain, gangguan

oklusi yang ringan hingga berat, terputusnya kontinuitas dataran oklusal pada

bagian yang mengalami fraktur. Sedangkan secara palpasi terdapat nyeri tekan,

rasa tidak enak pada garis fraktur serta pergeseran. Pada fraktur mandibula

dilakukan pemeriksaan foto roentgen proyeksi oklusal dan periapikal, panoramik

tomografi ( panorex ) dan helical CT.

Menurut Busuito MJ dalam Murray (2013) dinyatakan ketentuan kapan

diperlukan pemeriksaan radiografi pada suspek fraktur mandibular yaitu:

The Manchester Mandibular Fracture Decision Rule

1. Do the patient’s teeth meet abnormally?

2. Can the patient open the mouth normally?

3. Are there any broken teeth present?

4. Any report of pain with the mouth closed?

5. Is there a step off deformity?

Bila didapatkan hasil ya pada salah satu pertanyaan, pemeriksaan radiologi

diperlukan. Pasien kadang-kadang datang pada pagi hari setelah cedera terjadi,

dan menyadari bahwa adanya rasa sakit dan maloklusi. Pasien dengan fraktur

mandibula sering mengalami sakit sewaktu mengunyah, dan gejala lainnya

termasuk mati rasa dari divisi ketiga dari saraf trigeminal. Mobilitas segmen

mandibula merupakan kunci penemuan diagnostik fisik dalam menentukan

apakah si pasien mengalami fraktur mandibula atau tidak. Namun, mobilitas ini

bisa bervariasi dengan lokasi fraktur. Fraktur dapat terjadi pada bagian anterior

mandibula ( simpisis dan parasimpisis ), angulus mandibula, atau di ramus atau

daerah kondilar mandibula. Kebanyakan fraktur simfisis, badan mandibula dan

Page 11: Kasus Ujian Fr Mandibula

angulus mandibula merupakan fraktur terbuka yang akan menggambarkan

mobilitas sewaktu dipalpasi.

Gamba

r 4. Fraktur Mandibula

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG DAN PENILAIAN HASIL PEMERIKSAAN

PENUNJANG

a. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium adalah pemeriksaan laboratorium untuk

menganalisa jumlah sel darah (eritrosit, leukosit, trombosit, dan hemoglobin),

hematokrit, protrombin time, partial tromboplastin time, ion (natrium, klorida),

kreatinin, ureum, glukosa sewaktu, albumin, dan golongan darah.

Angka rujukan normal untuk hasil pemeriksaan di atas adalah:

Hb : 12-15 g/dL Natrium : 135-145 mEq/L

AE : 4,2-6,2. 103/µL Kalium : 3,1-4,3 mEq/L

AL : 4-11.103/µL Klorida : 95-105 mEq/L

AT : 150-350.103/µL Kreatinin : 0,5-1,5 mg/dL

Hct : 38-51% GDS : < 200 mg/dL

PT : 11-14 detik Albumin : 3-5,5 g/dL

APTT : 20-40 detik

b. Pemeriksaan Radiologi

1. Radiograf Biasa

Menurut Reginald et al (2013), radiograf paling bermanfaat untuk

mendiagnosa fraktur mandibular adalah panoramic yang dapat

Page 12: Kasus Ujian Fr Mandibula

menunjukkan seluruh mandibular. Keuntungannya: mudah, tersedia,

cost effective, paparan radiasi yang rendah dibanding CT atau CBCT,

dapat menvisualisasi seluruh mandibular dalam satu foto,

menyediakan detail. Kekuranganya adalah teknik digunakan dengan

pasien posisi tertentu, cukup salah pada pasien cedera berat,

merupakan foto 2 dimensi, sulit untuk menentukan bila ada displace

dari tulang lingual buccal, dan kurang detail pada region symphisis,

dan ketebalan dari tulangnya.

2. CT scan

Pasien dengan tanda dan gejala fraktur mandibular yang tidak

terlihat dari radiograf biasa dapat menggunakan CBCT atau CTscan, yang

mempunyai kelebihan: hasil lebih jelas, kualitas lebih baik, sensitivitas tinggi

untuk fraktur, interpretasi error rendah, mungkin pada pasien tidak sadar,

terdiri dari tiga dimensi. Untuk menentukan penggunaan dua atau tiga

dimensi yang lebih tepat harus dipertimbangkan: derajat berat cedera,

keterbatasan pasien, harga, ketersediaan, diperlukan/tidaknya foto soft tissue,

kebutuhan untuk tiga dimensi.

5. RENCANA PENATALAKSANAAN

Pada kegawatdaruratan trauma zygomaxillary complex dilakukan

penanganan pada airway, breathing, circulation, disability, dan exposure. Airway

dipertahankan dengan chin lift dan jaw trust, sebelum hal tersebut dilakukan

pasang cervical collar terlebih dahulu. Pastikan jalan nafas terbebas dari

hambatan. Tinjau kembali saluran nafas, jika intubasi dengan rute oral sulit

dilakukan maka lakukan cricotiroidektomi. Bila saluran nafas telah bebas lakukan

penilaian untuk breathing dilanjutkan dengan circulation jika breathing pasien

spontan. Pada circulation lakukan pemeriksaan nadi. Setelah survey primer

selesai dan pasien terbebas dari kegawatdaruratan maka dilakukan survey

sekunder. Evaluasi semua fraktur yang terdapat di maksilofasial, pada epistaksis

dapat dilakukan tampon anterior. Rujuk pasien ke bedah plastik, bedah THT jika

terdapat fraktur di daerah THT, dan bedah saraf jika dicurigai terdapat perdarahan

intracranial, subdural, maupun epidural. Berikan analgetik yang memadai, opioid,

Page 13: Kasus Ujian Fr Mandibula

NSAID, dan anestesi local. Jika pasien memiliki luka terbuka segera berikan anti

tetanus serum.

Pada fraktur mandibular ditentukan terlebih dahulu daerah yang terkena

fraktur (1/lebih tempat) kemudian melakukan reduksi. Pencabutan gigi pada

daerah fraktur diindikasikan bila: gigi membuat reduksi semakin sulit, akar patah,

compromised periodontium/mobile tooth, lesi terinfeksi. Bila ditemui multiple

fracture pada mandibular, reduksi dilakukan pertama pada daerah dengan

displaced paling minimal, kemudian penatalaksanaan pada gigi. Rencana

penatalaksanaan berupa pemeriksaan tempat fraktur, penatalaksanaan untuk gigi

di daerah fraktur, dan biomekanik. Penatalaksanaan dapat berupa closed

reduction: fixasi intermaxillary mandibular, IMF self tapping screw, fiksasi

external dan open reduction: operasi, internal fiksasi, lag screw, transosseous

wiring. Fixasi rigid mengurangi resiko infeksi. Pada fraktur mandibularis bagian

corpus atau dan symphisis, hasil operasi terbaik dapat dicapai dengan kombinasi

diagnosis yang baik, plan penanganan dan operasi yang tepat.

6. EDUKASI, PENYULUHAN, DAN PENCEGAHAN SEKUNDER

Edukasi, penyuluhan, dan pencegahan sekunder yang dapat dilakukan

adalah dengan menyarankan agar menghindari hal-hal yang dapat menyebabkan

fraktur zygomaxillary complex, yaitu :

a. Menggunakan pengaman selama mengendarai kendaraan seperti helm dan

seat belt.

b. Tidak mengendarai kendaraan dalam keadaan mabuk atau menggunakan

telepon.

Penjelasan mengenai rencana operasi ataupun prosedur yang akan

dilakukan kepada pasien baik yang bersifat invasif maupun konservatif juga perlu

dilakukan. Selain itu selama perawatan pasien juga perlu diedukasi untuk tetap

menjaga kebersihan oral/ oral higiene dan untuk sementara mengonsumsi diet

lunak. Komplikasi penatalaksanaan berupa infeksi, nonunion, dan perubahan

neurosensory juga harus disampaikan kepada pasien.

Page 14: Kasus Ujian Fr Mandibula

DAFTAR PUSTAKA

1. Philippe L, David R, Thierry D. Spontaneous Mandibular Fracture in a

Partially Edentulous Patient: Case Report. Journal of the Canadian Dental

Association August 2003, Vol. 69, No. 7

2. Reginald H. Management of fractures of the mandibular body and

symphysis. Oral Maxillofacial Surg Clin N Am 25 (2013) 601–616

3. John M Murray. Mandible fractures and dental trauma. Emerg Med Clin N

Am 31 (2013) 553–573

4. Christopher Morris et al. Mandibular Fractures: An analysis of the

epidemiology and patterns of injury in 4143 fractures. Journal of oral and

maxillofacial surgery(2014).

5. Trauma Surgery. American Association of Oral and Maxillofacial Surgeons.

J oral maxillofac surg 70: e162-203, 2012

6. Paolo Boffano et al. Fractures of the mandibular coronoid process: A two

centres study. Journal of cranio maxilla facial surgery 42 (2014) 1352-55

7. Ioannis et al. Internal fixation of mandibular angle fractures using one

miniplate in Greek children: A 5-year retrospective study. Journal of cranio

maxilla facial surgery 42 (2015) 53-56

8. Temporomandibular Joint Surgery. American Association of Oral and

Maxillofacial Surgeons. 2012. J Oral Maxillofac Surg 70:e204-e231, 2012,

Suppl 3

9. Imai et al. The osteogenic activity of human mandibular fracture

haematoma-derived progenitor cells is affected by bisphosphonate in vitro.

Int J oral maxillofac surg 2014

10. Erik at al. Management of Pediatric Mandible Fractures. Otolaryngol Clin N

Am 46 (2013) 791–806

Page 15: Kasus Ujian Fr Mandibula

11. Joseph O. Management of Bilateral Mandibular Angle Fractures With

Combined Rigid and Nonrigid Fixation. J Oral Maxillofac Surg (2014)

72:106-111,

12. Toride et al. Development plates for stable internal fixation: Study of

mechanical resistance in simulated fractures of the mandibular condyle.

Journal of Cranio-Maxillo-Facial Surgery (2015) 43.

13. Boffano et al. Fractures of the mandibular coronoid process: A two centres

study. Journal of Cranio-Maxillo-Facial Surgery 42 (2014)

14. Rasmane et al. Associated injuries in patients with facial fractures: a review

of 604 patients. The pan African medical journal (2013)

15. Mergime et al. Maxillofacial Fractures: Twenty Years of Study in the

Department of Maxillofacial Surgery in Kosovo. Mater Sociomed. 2013 Sep;

25(3): 187-191

16. Hosein. Comprehensive Management of Maxillofacial Projectile Injuries at

the First Operation. Trauma Mon. 2013;17(4):365-6.

17. Bruno et al. 1,454 mandibular fractures: A 3-year study in a hospital in Belo

Horizonte, Brazil. Journal of Cranio-Maxillo-Facial Surgery 40 (2012)

116e123

18. Jan et al. Biomechanical analysis of fractures in the mandibular neck (collum

mandibulae). Journal of Cranio-Maxillo-Facial Surgery 42 (2014)

19. Essam, A. What Method for Management of Unilateral Mandibular Angle

Fractures Has the Lowest Rate of Postoperative Complications? A

Systematic Review and Meta-Analysis. J Oral Maxillofac Surg 72:2197-

2211, 2014

20. CIllo, J. Management of Bilateral Mandibular Angle Fractures With

Combined Rigid and Nonrigid Fixation. J Oral Maxillofac Surg 72:106-111,

2014

21. Daniel, Omar. Management of Mandibular Angle Fracture. Oral

Maxillofacial Surg Clin N Am 25 (2013) 591–600

22. Adel et al. Mandibular fractures that have healed are not weakened

permanently: series of nine patients who sustained mandibular fractures at

Page 16: Kasus Ujian Fr Mandibula

different sites on two separate occasions. British Journal of Oral and

Maxillofacial Surgery 49 (2011) 209–212

23. Petkas et al. Effects of different mandibular fracture patterns on the stability

of miniplate screw fixation in angle mandibular fractures. Int. J. Oral

Maxillofac. Surg. 2012; 41: 339–343

24. Scott et al. Displacement of mandibular fractures: is there a correlation with

sensory loss and recovery? Int. J. Oral Maxillofac. Surg. 2014; 43: 555–558.

25. Shen et al. Mandibular coronoid fractures:Treatment options. Int. J. Oral

Maxillofac. Surg. 2013; 42: 721–726.

26. Hugues et al. Epidemiology and treatment outcome of surgically treated

mandibular condyle fractures. A five years retrospective study. Journal of

Cranio-Maxillo-Facial Surgery 42 (2014)

27. Danillo et al. Mechanical and photoelastic analysis of four different fixation

methods for mandibular body fractures. Journal of Cranio-Maxillo-Facial

Surgery xxx (2014)