PEMBAHASAN crossmatcing

download PEMBAHASAN crossmatcing

of 3

description

kkk

Transcript of PEMBAHASAN crossmatcing

PEMBAHASAN

Pemeriksaan uji silang serasi bertujuan untuk menentukan cocok tidaknya darah donor dengan darah penerima untuk persiapantransfusi darah. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk memastikan bahwa transfusi darah tidak menimbulkan reaksi apapun pada resipien serta sel-sel darah merah bisa mencapai masa hidup maksimum setelah diberikan. Uji silang serasi dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada antibodi pada darah pasien yang akan bereaksi dengan darah donor atau sebaliknya sehingga dapat terjadi hemolisis atau aglutinasi saat dicampur. Bahkan walaupun golongan darah ABO dan Rh pasien dan donor telah diketahui, adalah hal mutlak untuk melakukan uji silang serasi. Reaksi silang serasi dapat dilakukan untuk satu orang donor dan dapat juga dilakukan untuk beberapa orang donor. Namun dalam pemeriksaan ini hanya dilakukan reaksi silang untuk satu orang donor saja.Uji silang serasi ini diawali dengan persiapan sampel darah, baik sampel dari pasien (resipien) dan sampel darah donor. Bagian darah pasien yang digunakan dalam uji ini adalah bagian serum dan sel darah merah suspense 5% sedangkan bagian yang digunakan untuk sampel darah donor adalah bagian plasma dan sel darah merah suspense 5%. Dalam pemeriksaan yang dilakukan, sampel darah baik sampel serum dan sel darah pasien serta sampel plasma dan sel darah donor telah disediakan sehingga tidak dilakukan persiapan sampel darah. Pada praktikum sapel darah pasien yang digunakan atas nama Beni dan sampel donor dengan kode 05.Sampel darah yang telah dipersiapkan kemudian siap dilakukan pemeriksaan. Pemerikasaan silang serasi dilakukan dengan menyediakan tiga tabung. Tabung satu untuk reaksi Silang Mayor, tabung II untuk reaksi silang minor dan tabung yang ke III dibuat sebagai autocontrol.Pemeriksaan uji silang serasi ini dilakukan untuk satu donor menggunakan metode aglutinasi dengan tabung. Pada reaksi silang Mayor akan direaksikan serum dari resipien dengan sel darah merah supensi 5% dari donor. Sehingga akan terjadi interaksi antara eritrosit (sel) donor dengan serum pasien. Dalam reaksi ini ingin diketahui apakah terdapat antibody di dalam serum pasien yang dapat menghancurkan eritrosit donor. Bagian test mayor ini sangat penting karena antibody dalam tubuh pasien dapat dan siap menghancurkan eritrosit donor yang mengandung antigen lawannya.Sedangkan rekasi silang minor adalah kebalikan dari reaksi silang Mayor, dimana pada reaksi ini akan direaksikan plasma donor dengan sel darah merah sespensi 5% resipien. Dimana ingin diketahui adanya interaksi antara antibody di dalam plasma donor yang melawan antigen yang ada pada eritrosit resipien. Bagian test minor ini sebenarnya kurang penting dibandingkan reaksi silang Mayor karena antibody dalam plasma donor yang ditransfusikan akan mengalami pengenceran di dalam peredaran darah resipien sehingga, walaupun ia bereaksi di dalam tubuh biasanya reaksinya akan ringan dan lambat.Untuk tabung autocontrol yang direaksikan adalah serum dari resipien dan sel darah merah suspense 5% yang juga dari resepien. Autocontrol ini dilakukan untuk memastikan pemeriksaan telah dilakukan secara baik dan benar. Dimana autocontrol akan selalu memberikan hasil negative, karena tidak akan terjadi reaksi apabila sel darah pasien direksikan dengan serumnya sendiri.Ketiga reaksi atau test ini, baik Mayor, minor dan autocontrol kemudian akan dilakukan pengujian kedalam tiga phase berdasarkan medium yang dipakai, antara lain, Phase I (Phase dalam medium saline pada suhu kamar), Phase II (Phase dalam mediam high protein dengan inkubasi) dan Phase III (Phase dalam medium Coombs Serum atau Antihuman Globulin).Phase I merupakan reaksi silang dalam medium salin (NaCl 0,9%) pada suhu kamar. Reaksi ini digunakan untuk mengetahui inkompatibilitas darah donor dengan darah pasien (resepien) yang disebabkan oleh Ab (antibody) alami seperti pada system AB0. Dalam phase I ini campuran darah dalam tabung dihomogenkan dan kemudian dilanjutkan dengan pemusingan dalam kecepatan 3000 rpm selama 15 detik yang bertujuan mempercepat proses tumbukan partikel. Dilanjutkan dengan pembacaan apakah terjadi hemolisis pada sampel, biasanya ditandai dengan perubahan warna menjadi merah pada sampel seperti warna darah setelah ditetesi aquades. Bila tidak terjadi hemolisis bisa dilanjutkan dengan pengamatan aglutinasi secara makroskopis. Bila hasil uji tidak terjadi aglutinasi maka dilanjutkan pada fase ke 2.Fase 2 yaitu fase inkubasi pada 370 C dalam medium bovine albumin 22 % dengan cara menambahkan ke masing- masing tabung tadi sebanyak 2 tetes bovine albumin 22 %, kemudian di inkubasi dalam inkubator pada suhu 370 C selama 15 menit. Diputar lagi pada sentrifugasi pada kecepatan 3000 rpm selama 15 detik kemudian diamati hemolisis dan aglutinasinya. Bila hasilnya tetap negatif maka dilanjutkan pada fase 3 (Indirect coombs tes).Pada Fase III, mula-mula campuran yang memberikan hasil negative pada fase II dicuci terlebih dahulu dengan menggunkan saline sebanyak tiga kali pencucian tetapi pada saat praktikum hanya dilakukan 2 kali pencucian. Pencucian ini dilakukan untuk menghilangkan sisa-sisa plasma/serum serta bahan-bahan lain yang dapat mengganggu sehingga diperoleh sel darah merah saja. Sel-sel darah ini akan direaksikan dengan Coombs serum. Setelah dicuci kemudian ditambahkan dengan 2 tetes coombs serum, lalu dicentrifugasi 3000 rpm selama 15 detik. Kemudian dibaca terjadinya hemolisis dan agutinasinya. Bila masih menunjukkan hasil negatif aglutinasi perlu dites kevalidan hasilnya sebelum hasilnya dikeluarkan. Dengan cara menambahkan CCC ( Coombs Control Cell) sebanyak 1 tetes. Bila hasil uji validasi ini terjadi aglutinasi maka hasil uji tersebut valid bila tidak terjadi agutinasi maka hasil dinyatakan tidak valid (tidak boleh dikeluarkan). Hasil yang didapatkan dalam praktikum tidak terjadi aglutinasi pada fase 1, 2 dan 3. Interpretasi hasil reaksi silang yang diperoleh dari donor 05 dan resepien Beni adalah compatible. Kemudian hasil validasi menunjukkan hasil yang valid dimana terjadi aglutinasi setelah penambahan coombs control cell (CCC). Maka hasil cross matching ini boleh dikeluarkan dan diketahui darah donor dengan OS cocok.