Pembahasan Aseton Urine

4
Pembahasan Pada praktikum kali ini dilakukan pemeriksaan aseton urine, pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti : legal, rothera, Gerhardt, dan carik celup. Pada praktikum kali ini pemeriksaan aseton urine dilakukan dengan cara legal, dimana reagen yang digunakan pada metode legal ini yaitu Na-nitroferri , ammonium sulfat dan ammonia. Namun pada praktikum kali ini pada reagen Na-nitrofeeri digantikan dengan Na-nitropursida yang memiliki kegunaan yang sama. Percobaan ini berdasar pada reaksi antara nitroprussida dan asam asetoasetat atau aseton yang menyusun zat berwarna ungu. Pada praktikum dilakukan pemeriksaan aseton urine pada urine A dan urin B, dimana urine A yang diberikan oleh dosen pembimbing dan urin B didapat dari urine mahasiswa dengan data sebagai berikut : nama : kadek mardana umur : 19 th jenis kelamin : laki-laki Pada percobaan, Hal yang dilakukan pertama kali yaitu memipet sampel urin A dan urin B ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan sedikit bubuk ammonium sulfat, penambahan ini bertujuan untuk mengasamkan sampel. Kemudian dihomogenkan sampel dengan cara mengocok sampel sampai bubuk larut sempurna. Setelah itu ditambahkan larutan natrium nitroprusside sebanyak 2 tetes. Sampel dihomogenkan kembali dengan cara mengocok. Kemudian ditambahkan ammonia pekat lewat dinding tabung , sehingga nantinya akan terbentuk satu lapisan

Transcript of Pembahasan Aseton Urine

PembahasanPada praktikum kali ini dilakukan pemeriksaan aseton urine, pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti : legal, rothera, Gerhardt, dan carik celup. Pada praktikum kali ini pemeriksaan aseton urine dilakukan dengan cara legal, dimana reagen yang digunakan pada metode legal ini yaitu Na-nitroferri , ammonium sulfat dan ammonia. Namun pada praktikum kali ini pada reagen Na-nitrofeeri digantikan dengan Na-nitropursida yang memiliki kegunaan yang sama. Percobaan ini berdasar pada reaksi antara nitroprussida dan asam asetoasetat atau aseton yang menyusun zat berwarna ungu. Pada praktikum dilakukan pemeriksaan aseton urine pada urine A dan urin B, dimana urine A yang diberikan oleh dosen pembimbing dan urin B didapat dari urine mahasiswa dengan data sebagai berikut :nama: kadek mardanaumur: 19 thjenis kelamin: laki-lakiPada percobaan, Hal yang dilakukan pertama kali yaitu memipet sampel urin A dan urin B ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan sedikit bubuk ammonium sulfat, penambahan ini bertujuan untuk mengasamkan sampel. Kemudian dihomogenkan sampel dengan cara mengocok sampel sampai bubuk larut sempurna. Setelah itu ditambahkan larutan natrium nitroprusside sebanyak 2 tetes. Sampel dihomogenkan kembali dengan cara mengocok. Kemudian ditambahkan ammonia pekat lewat dinding tabung , sehingga nantinya akan terbentuk satu lapisan dengan campuran isi tabung sebelumnya. Setelah itu dibiarkan selama 5 menit. Pada sampel A terjadi perubahan yaitu terbentuknya cincin berwarna ungu yang menunjukkan hasil positif. Sedangkan pada sampel B terjadi perubahan dengan terbentuknya cincin berwarna coklat yang menunjukkan hasil negative. Pada hasil positif menunjukkan bahwa sampel urin tersebut mengandung aseton karena terbentuknya cincin berwarna ungu.

Adanya benda keton dalam urin dikarenakan metabolisme lemak dan asam lemak secara berlebihan, Benda keton diproduksi ketika karbohidrat tidak dapat digunakan untuk maenghasilkan energi yang disebabkan oleh : gangguan metabolisme karbohirat (misalnya Diabetes Mellitus), kurangnya asupan karbohidrat (kelaparan , diet tidak seimbang : tinggi lemak rendah karbohidrat), gangguan absorbsi karbohidrat, gangguan mobilisasi glukoma, sehingga tubuh mengambil simpanan asam lemak untuk dibakar.Peningkatn kadar keton dalam darah akan menimbulkan ketosis sehingga dapat menghabiskan cadangan basa (misal bikarbonat, HCO3) dalam tubuh dan menyebabkan asidosis. Pada ketoasidosis diabetik keton serum meningkat hingga mencapai lebih dari 50 mg/dL. Keton memiliki struktur kecil dan dapat diekskresikan kedalam urin. Namun kenaikan kadarnya pertama kali tampak pada plasma atau serum, kemudian baru urin.

Jika pemeriksaan benda keton menggunakan urin lama maka asam beta hidroksi butirat akan segera berubah menjadi asam aseto asetat dan asam aseto asetat akan segera berubah menjadi aseton. Aseton akan segera menguap, menyebabkan hasil (-) palsu. Saat melakukan pembacaan hasil , tabung reaksi tetap ditutup dengan penyumbat tabung, supaya aseton tidak cepat menguap dan menyebabkan (-) palsu. Penyebab (+) palsu : phenol,salisilat,antipirin,Na carbonat. Penyebab (-) palsu : phenil alanin yang memberikan warna hijauSelain factor diatas, ada beberapa factor yang dapat mempengaruhi hasil uji badan keton, yaitu : a. Diet rendah karbohidrat atau tinggi lemak dapat menyebabkan temuan positif palsu.b. Urin disimpan pada temperature ruangan dalm waktu yang lama dapatmenyebabkan hasil uji negative palsu.c. Adanya bakteri dalam urin dapat menyebabkan kehilangan asam aseto asetat.d. Anak penderita Diabetes cenderung mengalami ketonuria daari pada dewasa.Kadar senyawa keton yang tinggi dalam urin dikenal sebagai KETONURIA, sedangkan penderitanya dikenal mengalami gejala KETOSISGejala-gejala adanya senyawa keton dengan pemeriksaan urin: Ketika pengujian gula darah lebih tinggi dari 250 mg / dL (ketika tes lebih dari sekali). Bila Anda merasakan penyakit atau tekanan. Ketika rasa gangguan di perut Anda. Jika Anda menderita infeksi Jika seseorang menderita diabetes (tipe I). Jika seseorang menderita diabetes (Type II) dan dokter memintanya untuk melakukan tes badan keton.

http://chaterinaryan.blogspot.com/2011/04/pemeriksaan-benda-keton-metode-rothera.htmlhttp://saninovia.blogspot.com/2012/09/pemeriksaan-benda-keton.html