Pembahasan
-
Upload
cita-kresnanda -
Category
Documents
-
view
33 -
download
6
description
Transcript of Pembahasan
![Page 1: Pembahasan](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022071702/563db9cb550346aa9a9ffdc0/html5/thumbnails/1.jpg)
PEMBAHASAN
Seorang laki-laki usia 45 tahun datang ke RSDK dengan keluhan sesak nafas. Sesak
sudah dirasakan sejak ± 2 bulan SMRS. Sesak dirasakan terus-menerus sepanjang hari dan
semakin lama semakin memberat. Sesak tidak dipengaruhi cuaca, debu, asap dan emosi. Sesak
tidak berbunyi mengi. Sesak membuat pasien tidak dapat melakukan aktivitas dan hanya mempu
berbaring di tempat tidur. Sesak membaik jika pasien beristirahat dengan posisi duduk atau
tiduran dengan menggunakan bantal yang tinggi dan jika berbaring ke kanan. Sesak memberat
jika beraktivitas dan tiduran datar. Nafsu makan pasien menurun, berat badan turun 4kg sejak
sakit.Nyeri dada sebelah kanan depan dan belakang juga dirasakan hilang timbul secara tiba-
tiba , tidak berdebar-debar dan terbangun pada malam hari karena sesak dan sesak timbul saat
pasien mengejan. 1 bulan SMRS pasien mengeluhkan sesak napas semakin lama semakin
memberat kemudian dibawa ke RS Banyumanik dan dikatakan terdapat cairan pada paru kanan
dan telah dilakukan pengambilan cairan paru sebanyak 2 kali dan keluar cairan berwarna kuning
tua. 2 minggu SMRS pasien masih mengeluh sesak napas dan nyeri dada sebelah kanan depan
dan belakang yang tidak dijalarkan dan tidak berdebar-debar. Kemudian pasien dirujuk ke RSDK
dari RS Banyumanik. Pasien juga mempunyai riwayat merokok kurang lebih 30 tahun (3
bungkus rokok per hari).
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan hemithorax dextra lebih cembung saat statis,
hemithorax dextra lebih tertinggal saat dinamis, sela iga sinistra melebar. Stem fremitus kanan
melemah setinggi SIC IV sampai basal paru dan perkusi pada hemithorax kanan hipersonor
setinggi SIC III-V, redup dari SIC VI sampai ke basal paru, pada hemithorax kiri sonor seluruh
lapangan paru. Pada auskultasi suara dasar vesikuler melemah pada hemothorax kanan setinggi
SIC I-II, dan menghilang setinggi SIC IV ke basal paru, tidak ada suara tambahan. Hasil X-
foto thorax didapatkan gambaran hidropneumothoraks kanan. Pada pemeriksaan FNAB
didapatkan kesan radang kronik non spesifik. Pada pasien dilakukan pula analisa lab PA
didapatkan kesan radang non spesifik. Pemeriksaan bronkoskopi ditemukan peradangan pada
LMKA dan LBKA. Berdasarkan data-data diatas, disusun problem pada pasien ini yang
terdiri dari: efusi pleura dekstra, infiltrat paru dextra, massa paru dextra,
hidropneumothoraks, leukositosis, dan underweight. Pasien ini diajukan sebagai kasus dengan
tujuan untuk penegakan diagnosis dan penatalaksanaan.
![Page 2: Pembahasan](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022071702/563db9cb550346aa9a9ffdc0/html5/thumbnails/2.jpg)
Efusi pleura merupakan akumulasi cairan pleura berlebih1,2,3. Pembentukan cairan
pleura dapat berasal dari kapiler pleura, jaringan interstitial, dan cavum peritoneum. Akumulasi
cairan pleura yang berlebih dapat disebabkan karena meningktnya tekanan hidrostatik,
meningkatnya tekanan negative cavum pleura, permeabilitas sirkulasi karena inflamasi, tekanan
onkotik yang menurun, gangguan drainase limfatik, dan peritoneal dialysis2.
Pada pasien ini dicurigai sebagai efusi pleura dengan dasar diagnosis menurut hasil
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis didapatkan sesak
nafas yang berkurang jika posisi tiduran miring kearah lesi, dari hasil pemeriksaan fisik pada
inspeksi didapatkan pada keadaan statis dada kanan lebih cembung dan tertinggal saat keadaan
dinamis,. Pada palpasi ditemukan stem fremitus kanan melemah, pada perkusi ditemukan
hemithorax kanan redup. Serta pada auskultasi ditemukan suara dasar hemithorax kanan
vesikuler melemah tanpa adanya suara tambahan2,3,4,5. Pemeriksaan penunjang yang sudah
dilakukan adalah X-Foto thorax. Setelah mengetahui adanya efusi pleura digunakan algoritma
penentuan etiologi dari efusi pleura untuk menunjang diagnosis dan juga terapi.
![Page 3: Pembahasan](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022071702/563db9cb550346aa9a9ffdc0/html5/thumbnails/3.jpg)
Gambar. Algoritma diagnosis efusi pleura2
Untuk mengetahui jenis efusi pleura pasien transudate atau eksudat diperlukan
pemeriksaan transudate eksudat. Berdasarkan kriteria light dikatakan efusi pleura eksudat
apabila ditemukan hasil protein cairan pleura: protein serum>0,5 ; LDH cairan pleura: LDH
serum >0,6; LDH pleura> ⅔ diatas serum LDH normal. Dari hasil pemeriksaan, pasien ini
memiliki protein cairan pleura: protein serum=0,59 ; LDH cairan pleura: LDH serum =1,5;
LDH pleura> ⅔ diatas serum LDH normal sehingga dapat disimpulkan pasien ini adalah efusi
pleura jenis eksudat2,3,4.
![Page 4: Pembahasan](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022071702/563db9cb550346aa9a9ffdc0/html5/thumbnails/4.jpg)
Selanjutnya dicari etiologi dari efusi pleura eksudat dan infiltrate paru pada pasien ini.
Penyakit yang dapat menyebabkan efusi pleura eksudat adalah pleuritis TBC dan keganasan.
Kemudian dilakukan pemeriksaan penunjang yang lainnya yaitu MSCT Thorax dengan kontras
dan FNAB. Dari hasil pemeriksaan MSCT Scan didapatkan massa di paru kanan, Infiltrat,
ateletaksis, limfadenopati kanan, dan hidropneumothorax. Analisa PA bilasan pleura pada
pasien ini didapatkan hasil proses radang non spesifik.. Pemeriksaan bronkoskopi pasien juga
menunjukan adanya peradangan pada LMKA dan LBKA. Dari hasil pemeriksaan FNAB
ditemukan radang non spesifik yang terdiri dari sebaran sel radang limfosit, histiosit, leukosit
PMN, dan sel plasma dengan latar belakang berupa sebaran difus eritrosit dan tak tampak sel
ganas pada sediaan ini.
Dari pemeriksaan ini menunjukan bahwa etiologi efusi pleura Tn. A bisa disebabkan
karena TBC. Pasien dengan pleuritis TB biasanya mengalami demam, penurunan berat badan,
sesak, dan atau nyeri pleuritik. Pada pemeriksaan cairan pleura, akan ditemukan predominan
limfosit. Serta untuk marker diagnosis yaitu ADA test dan interferon gama akan didapatkan nilai
ADA Test >40 IU/L atau IF gama >140pg/ml. Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik pada
pasien ini didapatkan demam, penurunan berat badan, sesak, dan nyeri pleuritik. Pada
pemeriksaan FNAB ditemukan radang non spesifik yang terdiri dari sebaran sel radang limfosit.
Meskipun demikian, sampai sejauh ini belum dapat diketahui secara pasti apakah benar etiologi
efusi pleura berasal dari TB karena hasil marker TB yaitu ADA test dan IF gama belum
diketahui. Oleh karena itu disarankan untuk melakukaan pemeriksaan lebih lanjut yaitu ADA
test, IF gama, dan pengecatan sputum BTA 3X(jika dahak keluar)2,3.
Selain karena pleuritis TB, etiologi efusi pleura pasien ini bisa disebabkan karena
Keganasan. Tumor paru, tumor payudara, dan lymphoma merupakan 3 tumor yang paling
banyak menyebabkan efusi pleura malignancy. Kebanyakan pasien mengalami sesak, penurunan
kadar glukosa cairan pleura (<60mg/dl). Diagnosis etiologi efusi pleura karena keganasan
biasanya diperoleh dari pemeriksaan sitologi. Apabila pemeriksaan sitologi negatif maka
dilakukan pemeriksaan lanjutan berupa thoracoscopy, MSCT Scan, dan USG guided needle
biopsy. Pada pasien ini sudah dilakukan pemeriksaan glukosa cairan pleura dengan hasil 27
mg/dl (<60 mg/dl). Dalam pemeriksaan MSCT Scan Thorax dengan kontras ditemukan adanya
curiga massa di paru kanan. Pada pemeriksaan FNAB dan PA bilasan pleura hanya ditemukan
radang non spesifik. Oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan tambahan berupa
![Page 5: Pembahasan](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022071702/563db9cb550346aa9a9ffdc0/html5/thumbnails/5.jpg)
Thoracoscopy untuk memastikan etiologi efusi pleura2,4. Pungsi terapeutik dipikirkan sebagai
rencana terapi, dengan alternatif pemasangan WSD jika efusi masif kembali berulang6.
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, foto rontgen thorax, dan MSCT Scan Thorax
pasien juga diproblemkan adanya infiltrate paru. Akan dilakukan pemeriksaan lanjutan berupa
pengecatan sputum gram, jamur, kultur sputum ,pengecatan sputum BTA 3X, ADA test, dan
Interferon gama. Pasien juga diberi antibiotik yaitu Inj Cefriaxon 1x2 gr secara intravena sebagai
antibiotik profilaksis sampai diketahui etiologi penyakit yang pasti. Dilakukan monitoring
keadaan umum, tanda vital pasien, tanda-tanda kesesakan, dan diberikan edukasi kepada pasien
dan keluarga pasien mengenai pemeriksaan lanjutan yang akan dilakukan pada pasien, selain itu
mengedukasi pasien untuk menampung dahak, edukasi cara menutup mulut dan batuk yang
benar dan efektif.
Pada pemeriksaan antropometri, didapatkan BMI 18,3 kg/m2. kesan underweight, sehingga pasien diberikan asupan diet biasa 1700 kkal dengan monitoring terhadap acceptabillitas makanan, kenaikan BB per minggu, dan status gizi