Pembahasan

5
IV.2.1. Perbandingan Kadar Asam Asetat Terhadap Waktu Fermentasi 0 1 2 3 4 0 2 4 6 8 10 20% Starter 30% Starter 40% Starter 50% Starter 60% Starter Waktu Fermentasi (hari) Kadar Asam (%) Gambar 4.2.1 Kadar Asam Asetat Tomat Busuk vs Waktu Fermentasi Berdasarkan Gambar 4.2.1 dapat dilihat kadar asam asetat tomat busuk dengan variable starter yang berbeda setiap harinya. Kadar asam asetat paling tinggi terjadi pada variabel 20% starter pada hari kedua yakni dengan kadar asam sebesar 8,84 % atau sebesar 10,8 gram. Sedangkan yang kadar asam yang paling rendah pada starter 20% pada hari keempat dengan kadar 1,19% atau sebesar 1,308 gram. 0 1 2 3 4 0 2 4 6 8 10 20% Starter 30% Starter 40% Starter 50% Starter 60% Starter Waktu Fermentasi (hari) Kadar Asam (%) Gambar 4.2.2 Kadar Asam Asetat Tomat Segar vs Waktu Fermentasi

description

Pembahasan

Transcript of Pembahasan

IV.2.1. Perbandingan Kadar Asam Asetat Terhadap Waktu Fermentasi

Gambar 4.2.1 Kadar Asam Asetat Tomat Busuk vs Waktu Fermentasi

Berdasarkan Gambar 4.2.1 dapat dilihat kadar asam asetat tomat busuk dengan variable starter yang berbeda setiap harinya. Kadar asam asetat paling tinggi terjadi pada variabel 20% starter pada hari kedua yakni dengan kadar asam sebesar 8,84 % atau sebesar 10,8 gram. Sedangkan yang kadar asam yang paling rendah pada starter 20% pada hari keempat dengan kadar 1,19% atau sebesar 1,308 gram.

Gambar 4.2.2 Kadar Asam Asetat Tomat Segar vs Waktu Fermentasi

Berdasarkan gambar 4.2.2 dapat dilihat kadar asam asetat tomat busuk dengan variable starter yang berbeda setiap harinya. Kadar asam asetat paling tinggi terjadi pada variabel 20% starter pada hari pertama yakni dengan kadar asam sebesar 9,57 % atau sebesar 12 gram. Sedangkan yang kadar asam yang paling rendah pada starter 20% dan 30% pada hari keempat dengan kadar yang sama 2,37% atau masing-masing sebesar 2,68 gram dan 2,592 gram.

Dari keseluruhan grafik dapat dilihat terjadi fluktuasi antara kadar asam asetat yang diperoleh seiring berjalannya waktu. Fluktuasi ini diperkirakan terjadi karena beberapa hal. Pertama terjadinya kerusakan oleh mikroba aerobic dimana munculnya lapisan film yeast dari ragi yang digunakan. Dimana lapisan film ini dapat mengoksidasi alkohol dan asam-asam organik dapat tumbuh pada permukaan sampel asam asetat yakni sari tomat busuk dan sari tomat segar yang mengalami kontak dengan udars. Timbulnya film yeast ini dapat dihindari dengan cara mengaduk sampel secara periodik dan menjaga agar wine tidak kontak dengan udara. Dengan adanya udara, bakteri-bakteri asam asetat seperti Acetobacter aceti akan mengoksidasi alcohol dalam sampel menjadi asam asetat (Acetifikasi). Kemudian alasan lain yang menyebabkan fluktuasi ini adalah kerusakan mikroba fakultatif. Bakteri asam laktat merupakan penyebab utama kerusakan bakteri pada proses pembuatan asma asetat. Pendugaan jenis bakteri perusak wine sering meeamui kesulitan, karena jenis bakteri yang berbeda dapat menyebabkan jenis kerusakan yang sama, dan bakteri yang sama pada kondisi yang berbeda dapat menyebabkan jenis kerusakan yang berbeda. Jenis kerusakan oleh bakteri yang umumnya terjadi adalah terbentuknya asam dari gula, glukosa dan fruktosa dalam yang terutama disebabkan oleh species-species Lactobacillus heterofermentatif. Keasaman asam asetat dari sampel yang terbentuk dapat diturunkan oleh bakteri-bakteri perusak melalui oksidasi asam malat, asam tartarat oleh Acebacter. Fermentasi gula biasanya akan meningkatkan keasaman karena terbentuknya asam-asam organic yang tidak dapat menguap oleh bakteri laktat homofermentatif, atau terbentuknya asam-asam organik tidak menguap dan asam organik menguap (volatile) oleh laktat heterofermentatif. Oksidasi atau fermentative lebih lanjut terhadap asam-asam organic yang tidak menguap dapat menurunkan konsentrasi asam-asam organic tersebut dalam sampel. (Tekpan Unimus, 2013)

Dapusnya : Tekpan Unimus 2013, FRODUK FERMENTASI BUAH (ANGGUR, CIDER DAN VINEGAR)Kerusakan oleh Mikroba AerobikLapisan film khamir yang dapat mengoksidasi alcohol dan asam-asam organic dapat tumbuh pada permukaan musts dan wine yang kontak dengan udara dan akan memebntuk wine flowers. Timbulnya film khamir ini dapat dihindari dengan cara mengaduk musts secara periodic dan menjada agar wine tidak kontak dengan udara.Dengan adanya udara, bakteri-bakteri asam asetat seperti Acetobacter aceti dan A. oxydans, akan mengoksidasi alcohol dalam musts atau wine menjadi asam asetat (Acetifikasi). Bakteri ini juga dapat mengoksidaso glukosa menjadi asam glukonat yang menyebabkan rasa asam manis padan musts.Berbagai jenis kapsng terutama Mucor, Penicillium dan Asperigillus, dapat tumbuh pada berbagai alat yang digunakan dalam produksi wine seperti tangki fermentasi, pipa-pipa penghubung, penutup, alat pengukur dan alat-alat lain termasuk dinding-dinding pabrik. Karena itu diperlukan pencucian dan disinfektasi yang memadai terhadap alat-alat tersebut.Kerusakan oleh Mikroba FakultatifSel-sel khamir liar termasuk semua khamir kecuali khamir yang ditambahkan sebagai starter, dapat menyebabkan fermentasi berlangsung tidak normal sehingga menghasilkan wine dengan kandungan alkohol yang rendah, asam-asam volatile yang tinggi dan flavor yang tidak disenangi. Disamping itu sel-sel khamir liar tersebut akan menyebabkan kekeruhan pada wine yang dihasilkan. Sel-sel khamir liar ini yang terutama berasal dari buah anggur yang digunakan, dapat ditekan atau dihilangkan dengan cara menggunakan starter khamir wineyang aktif, sulfitisasi atau pasteurisasi musts belum fermentasi dan pengontrolan suhu yang ketat selama fermentasi berlangsung.Bakteri asam laktat merupakan penyebab utama kerusakan bakteri musts wine. Pendugaan jenis bakteri perusak wine sering menamui kesulitan, karena jenis bakteri yang berbeda dapat menyebabkan jenis kerusakan yang sama, dan bakteri yang sama pada kondisi yang berbeda dapat menyebabkan jenis kerusakan yang berbeda. Jenis kerusakan oleh bakteri yang umumnya terjadi adalah terbentuknya asam dari gula, glukosa dan fruktosa dalam wine yang terutama disebabkan oleh species-species Lactobacillus heterofermentatif. Timbulnya kekeruan dan kerusakan warna wine juga merupakan jenis-jenis kerusakan oleh bakteri.Jika fermentasi fruktosa menghasilkan mannitol, yaitu senyawa yang mempunyai rasa pahit, maka fermentasi ini disebut mannitic. Rasa pahit juga dapat disebabkan karena terjadi fermentasi gliserol dalam wine. Timbulnya gas dalam wine dapat disebabkan oleh beberapa penyebab antara lain pembentukan CO2 oleh bakteri asam laktat heterofermentatif yang disebut pousse.Keasaman wine dapat diturunkan oleh bakteri-bakteri perusak melalui oksidasi asam malat, asam tartarat oleh Acebacter, atau melalui fermentasi asam malat dan tartarat oleh species Lactobacillus, Leuconostoc atau Pediococcus.Setiap bakteri dan sel khamir yang tumbuh dalam wine akan menimbulkan kekeruha, dan setiao bakteri asetat atau laktat heterofermentatif akan meningkatkan asam-asam volatile dalam wine. Fermentasi gula biasanya akan meningkatkan keasaman karena terbentuknya asam-asam organic yang tidak dapat menguap oleh bakteri laktat homofermentatif, atau terbentuknya asam-asam organik tidak menguap dan asam organik menguap (volatile) oleh laktat heterofermentatif. Oksidasi atau fermentative lebih lanjut terhadap asam-asam organic yang tidak menguap dapat menurunkan konsentrasi asam-asam organic tersebut dalam musts atau wine.