Pelatihan Microsoft Word Tingkat Lanjut

13
PELATIHAN MICROSOFT WORD TINGKAT LANJUT HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT RUMAH TANGGA DENGAN PENYAKIT DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYUNG SEKAKI KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU PROPOSAL RISET KEPERAWATAN OLEH SAMUEL CLINTON NIM. P071201 10 671 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN RIAU JURUSAN KEPERAWATAN PEKANBARU 2014

description

pelatihan lanjut

Transcript of Pelatihan Microsoft Word Tingkat Lanjut

Page 1: Pelatihan Microsoft Word Tingkat Lanjut

PELATIHAN MICROSOFT WORD TINGKAT LANJUT

HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT RUMAH TANGGA

DENGAN PENYAKIT DIARE PADA BALITA

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYUNG SEKAKI

KECAMATAN PAYUNG SEKAKI

KOTA PEKANBARU

PROPOSAL RISET KEPERAWATAN

OLEH

SAMUEL CLINTON NIM. P071201 10 671

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN RIAU

JURUSAN KEPERAWATAN

PEKANBARU

2014

Page 2: Pelatihan Microsoft Word Tingkat Lanjut

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang yang senantiasa memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Hubungan Pemberian ASI Eksklusif

Terhadap Kejadian ISPA pada Bayi Usia 6-12 Bulan di Poliklinik Anak Puskesmas

Rumbai Kota Pekanbaru Tahun 2013”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi

salah satu syarat dalam menyelesaikan tugas akhir pendidikan di Jurusan Keperawatan

Poltekkes Kemenkes Riau tahun 2013.

Selama proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis mendapat banyak

kesulitan. Tetapi berkat bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak maka Karya

Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya, oleh karena itu, pada kesempatan ini

perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak R. Sakhnan, SKM, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Riau.

2. Ibu Hj. Masnun, SST, S.Kep, M.Biomed selaku Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes

Kemenkes Riau.

3. Ibu dr. Wahrida Walie selaku Kepala Puskesmas Rumbai yang telah memberikan izin

kepada penulis untuk melakukan penelitian di Poliklinik Anak Puskesmas Rumbai yang

telah berkontribusi dalam penelitian ini.

4. Ibu Magdalena, SST, M.Kes selaku dosen pembimbing Karya Tulis Ilmiah yang telah

memberikan pengarahan, masukan dan bimbingan kepada penulis, sehingga penulis

dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Ibu Ns. Yulvi Erlina, S.Kep, selaku pembimbing pendamping yang telah memberikan

masukan dan bimbingan kepada peneliti, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah ini.

Page 3: Pelatihan Microsoft Word Tingkat Lanjut

iii

6. Ibu Hj. Masnun, SST, S.Kep, M.Biomed dan Ibu Helda Hasan S.Pd, S.Kep atas

kesediannya sebagai penguji Karya Tulis Ilmiah dan memberi masukan yang sangat

bermanfaat bagi penulis.

7. Seluruh Dosen Poltekkes Kemenkes Riau Khususnya Jurusan Keperawatan yang telah

banyak memberikan berbagai ilmu selama masa perkuliahan untuk bekal penulis.

8. Teristimewa rasa hormat dan terima kasih yang tak terhingga kepada Ayahanda Osman

Batubara, S.E, Ibunda Sastri Murni Simorangkir, serta kepada Kakak Azaria Theodora

Batubara, S.E, dan seluruh keluarga yang telah memberikan bantuan moril, materil, doa

dan motivasi yang tiada henti-hentinya kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah ini.

9. Rekan-rekan seperjuangan Mahasiswa Keperawatan Angkatan 2010 Poltekkes

Kemenkes Riau yang telah memberikan motivasi, masukan dan kebersamaannya selama

ini.

Penulis menyadari dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari

kesalahan dan kekurangan. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang

sifatnya membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini serta perbaikan di masa

mendatang.

Page 4: Pelatihan Microsoft Word Tingkat Lanjut

iv

Daftar Isi

PELATIHAN MICROSOFT WORD TINGKAT LANJUT .......................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ ii

Daftar Isi ................................................................................................................................................ iv

Daftar Gambar ........................................................................................................................................ v

Bab 1 Pendahuluan ................................................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 5

1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................................................... 6

1.3.1 Tujuan Umum ........................................................................................................................ 6

1.3.2 Tujuan Khusus ...................................................................................................................... 6

1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................................................... 6

1.4.1 Bagi Puskesmas .................................................................................................................... 6

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan ..................................................................................................... 7

1.4.3 Bagi Peneliti ......................................................................................................................... 7

1. 5 Ruang Lingkup ............................................................................................................................ 7

Page 5: Pelatihan Microsoft Word Tingkat Lanjut

v

Daftar Gambar

Gambar 1. 1 conver hardisk ember to EGP ............................................................................................ 1

Gambar 1. 2 ............................................................................................................................................. 5

Page 6: Pelatihan Microsoft Word Tingkat Lanjut

1

Bab 1

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Gambar 1. 1 conver hardisk ember to EGP

Pembangunan Milenium merupakan program Milenium Development Goal’s

(MDG’s) yang harus dicapai pada tahun 2015 yang diarahkan pada upaya untuk

memenuhi hak-hak dasar kebutuhan manusia di mana terdapat 8 tujuan pembangunan

yang salah satunya menurunkan angka kematian bayi dan anak. Pada tahun 2008 angka

kematian bayi atau Infant Mortality Rate (IMR) di Indonesia yaitu 31,04/1000 kelahiran

hidup. Diharapkan tahun 2015 Indonesia harus mampu menurunkan angka kematian bayi

hingga 17/1000 kelahiran hidup (Maryunani, 2010:2).

Page 7: Pelatihan Microsoft Word Tingkat Lanjut

2

Data WHO (World Health Organization) tahun 2003, ISPA merupakan 10

penyakit utama dan salah satu penyebab kematian tersering pada anak di negara yang

sedang berkembang. Infeksi saluran pernafasan akut ini menyebabkan 4 dari 15 juta

perkiraan kematian pada anak berusia di bawah 5 tahun setiap tahunnya dan sebanyak

dua pertiga dari kematian tersebut terjadi pada bayi. Penyakit ISPA masih merupakan

salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama. Hal ini disebabkan masih

tingginya angka kematian karena ISPA, terutama pada bayi dan anak balita. Proporsi

kematian di negara berkembang mencapai 20-30% (WHO, 2004:5).

Di Indonesia, ISPA merupakan penyakit yang sering kali dilaporkan sebagai 10

penyakit utama di negara berkembang. Gejala yang sering terjadi adalah batuk, pilek dan

kesukaran bernafas. Episode atau serangan batuk pada anak khususnya bayi adalah 6

sampai 8 kali per tahun. Kematian akibat ISPA pada anak, khususnya bayi, terutama

disebabkan oleh pneumonia pada bayi adalah sekitar 10-20% per tahun. Angka kematian

ISPA pada bayi di Indonesia adalah 6 per 1000 bayi. Ini berarti dari setiap 1000 bayi

dalam setahun ada 6 orang diantaranya yang meninggal akibat ISPA yang disebabkan

oleh pneumonia. Jika dihitung, jumlah bayi yang meninggal akibat ISPA di Indonesia

dapat mencapai 150.000 orang per tahun, 12.500 per bulan, 415 per hari, 17 orang per

jam atau 1 bayi tiap menit (Maryunani, 2010:4).

Kematian pada penderita ISPA terjadi jika penyakit telah mencapai derajat ISPA

yang berat. Paling sering kematian terjadi karena infeksi telah mencapai paru-paru.

Keadaan ini disebut sebagai radang paru mendadak atau pneumonia. Sebagian besar

keadaan ini terjadi karena penyakit ringan (ISPA ringan) yang diabaikan. Sering kali

penyakit dimulai dengan batuk pilek biasa, tetapi karena daya tahan tubuh anak lemah

maka penyakit dengan cepat menjalar ke paru-paru. Jika penyakitnya telah menjalar ke

Page 8: Pelatihan Microsoft Word Tingkat Lanjut

3

paru-paru dan bayi tidak mendapat pengobatan serta perawatan yang tepat, bayi dapat

meninggal (Depkes, 2003:6).

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan proses inflamasi yang

disebabkan oleh virus, bakteri, mikroplasma atau aspirasi substansi asing yang

melibatkan saluran pernafasan atas atau saluran pernafasan bawah dengan tanda dan

gejala adanya flu, kadang-kadang batuk, demam, anoreksia dan kelemahan (Maryunani,

2010).

ISPA termasuk salah satu penyakit menular yang merupakan hasil perpaduan

berbagai faktor yang saling mempengaruhi. Faktor yang dimaksud adalah faktor

lingkungan (environment), agen penyebab penyakit (agent), dan pejamu (host). Ketiga

faktor penting ini disebut segi tiga epidemiologi (epidemiological triangle) penyakit

menular temasuk penyakit ISPA (Widoyono, 2005:156).

Salah satu cara pencegahan ISPA adalah dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI)

Eksklusif yaitu pemberian (ASI) pada bayi baru lahir sampai usia enam bulan. ASI

mengandung zat protektif atau zat kekebalan, zat gizi dan cairan yang dibutuhkan untuk

memenuhi seluruh kebutuhan gizi dan cairan pada enam bulan pertama kehidupan

(Sulistiyoningsih, 2011:26). Zat kekebalan pada ASI dapat melindungi bayi dari penyakit

mencret atau diare, penyakit infeksi, telinga, batuk, pilek, dan penyakit alergi (Depkes

RI, 2003:23).

Menurut Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru tahun 2012, pada tahun 2011 jumlah

bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif di Pekanbaru yaitu 5.734 orang (34,3%) terjadi

penurunan dibanding tahun 2010 yaitu 5153 orang (47,9%) (Dinas Kesehatan Kota

Pekanbaru, 2012:31). Di dalam Air Susu Ibu mengandung imunoglobulin M, A, D, G,

dan E, namun yang paling banyak adalah sIgA. Sekretori IgA pada ASI merupakan

sumber utama imunitas didapat secara pasif selama beberapa minggu sebelum produksi

Page 9: Pelatihan Microsoft Word Tingkat Lanjut

4

endogen sIgA, konsentrasi paling tinggi pada beberapa hari pertama post partum. Selama

masa pasca lahir, bayi rentan terhadap infeksi patogen yang masuk, oleh sebab itu sIgA

adalah faktor protektif penting terhadap infeksi (Saleha, 2009:18).

Sistem imunologi neonatus belum terbentuk sempurna, hingga pemberian ASI

Eksklusif memegang peranan penting untuk mencegah infeksi. Air susu ibu juga

mengandung faktor non imunologik yang berperan sebagai faktor protektif serta

menunjang pertumbuhan dan pematangan sistem imun dan metabolik. ASI Eksklusif

juga mengandung berbagai komponen anti inflamasi, hormon (insulin, tiroksin, dan

faktor pertumbuhan saraf) yang tidak terdapat dalam susu formula. Bayi yang telah

mendapat ASI Eksklusif ternyata akan lebih sehat dan jarang sakit dibandingkan dengan

bayi yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif sewaktu masa pemberian 0-6 bulan. Bayi

yang sehat tentu akan lebih berkembang kepandaiannya dibandingkan dengan bayi yang

diberikan susu formula. Manfaat lain pemberian ASI Eksklusif salah satunya untuk

meningkatkan daya tahan tubuh kerena mengandung berbagai zat anti kekebalan

terutama selama minggu pertama (4-6 hari) pada kolostrum sehingga akan lebih jarang

sakit. ASI Eksklusif juga akan mengurangi terjadinya diare, sakit telinga dan infeksi

saluran pernapasan (Chumbley, 2010:10).

Hal tersebut sependapat dengan Hausniati (2007), penelitian menunjukan bahwa

ASI Eksklusif memberikan kekebalan maksimal dan paling baik tidak hanya tahun-

tahun awal kehidupan seorang. ASI Eksklusif juga memiliki banyak manfaat yang dapat

menunjang kesehatan bayi. Manfaat tersebut antara lain terbukti bahwa pemberian ASI

Eksklusif menurunkan resiko berbagai penyakit salah satunya adalah ISPA.

Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru Tahun 2012, angka

kejadian penyakit ISPA pada anak masih tergolong tinggi. Pada tahun 2011 ada

sebanyak 1.913 kasus, yang tersebar pada berbagai puskesmas yang ada di Kota

Page 10: Pelatihan Microsoft Word Tingkat Lanjut

5

Pekanbaru. Puskesmas Rumbai merupakan salah satu persentase tertinggi angka kejadian

ISPA pada tahun 2012 yaitu sebanyak 596 orang.

Berdasarkan survey awal yang dilakukan di Poliklinik Anak Puskesmas Rumbai,

dimana rata-rata kunjungan pasien perbulannya adalah 70 orang anak yang berobat, dan

sekitar 50 anak yang menderita ISPA, yang terdiri dari 40 orang balita, dan 10 orang lagi

adalah bayi. Berdasarkan data diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang “ Hubungan Pemberian ASI Eksklusif Terhadap Kejadian ISPA pada Bayi

usia 6-12 Bulan di Poliklinik Anak Puskesmas Rumbai Kota Pekanbaru Tahun

2013 ”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka peneliti ingin mengetahui ” Apakah ada

Hubungan Pemberian ASI Eksklusif Terhadap Kejadian ISPA pada Bayi Usia 6-12

Bulan di Poliklinik Anak Puskesmas Rumbai Kota Pekanbaru Tahun 2013 ? ”

Gambar 1. 2

Page 11: Pelatihan Microsoft Word Tingkat Lanjut

6

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui adanya hubungan pemberian ASI Eksklusif terhadap kejadian

ISPA pada bayi usia 6-12 bulan di Poliklinik Anak Puskesmas Rumbai Kota Pekanbaru.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui rentang usia pada bayi usia 6-12 bulan yang pernah

mendapat ASI Eksklusif yang mengalami ISPA di Poliklinik Anak Puskesmas

Rumbai Kota Pekanbaru.

2. Untuk mengetahui jenis kelamin bayi usia 6-12 bulan yang pernah mendapat

ASI Eksklusif yang mengalami ISPA di Poliklinik Anak Puskesmas Rumbai

Kota Pekanbaru.

3. Untuk mengetahui penyakit ISPA yang dialami pada bayi usia 6-12 bulan yang

pernah mendapat ASI Eksklusif yang mengalami ISPA sewaktu usia 0-6 bulan

di Poliklinik Anak Puskesmas Rumbai Kota Pekanbaru.

4. Untuk mengetahui frekuensi ISPA pada bayi usia 6-12 bulan yang pernah

mendapat ASI Eksklusif dan mengalami ISPA sewaktu usia 0-6 bulan di

Poliklinik Anak Puskesmas Rumbai Kota Pekanbaru.

5. Untuk mengetahui hubungan antara bayi yang pernah diberikan ASI Eksklusif

terhadap terjadinya penurunan angka kejadian ISPA pada bayi usia 6-12 bulan

di Poliklinik Anak Puskesmas Rumbai Kota Pekanbaru.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Puskesmas

Sebagai bahan tambahan dan informasi bagi petugas dalam upaya pemberian

pendidikan kesehatan khususnya dalam mengetahui hubungan pemberian ASI Eksklusif

terhadap kejadian ISPA pada bayi usia 6-12 bulan di Poliklinik Anak Puskesmas Rumbai

Kota Pekanbaru.

Page 12: Pelatihan Microsoft Word Tingkat Lanjut

7

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dan sumber

bacaan bagi peneliti selanjutnya mengenai ISPA dengan variabel yang berbeda.

1.4.3 Bagi Peneliti

Menambah ilmu pengetahuan dan informasi kepada peneliti khususnya dalam

penelitian hubungan pemberian ASI Eksklusif terhadap kejadian ISPA pada bayi usia 6-

12 bulan.

1. 5 Ruang Lingkup

Berhubung dengan keterbatasan waktu dan biaya dalam penelitian ini, penulis

membatasi penelitian hanya pada Hubungan Pemberian ASI Eksklusif Terhadap

Kejadian ISPA pada Bayi Usia 6-12 Bulan di Poliklinik Anak Puskesmas Rumbai Kota

Pekanbaru Tahun 2013.

Page 13: Pelatihan Microsoft Word Tingkat Lanjut

8