Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Editan 23215

72
Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Garung 2014 PEDOMAN MUTU PELAYANAN UNIT KERJA PUSKESMAS GARUNG TAHUN 2014 0

description

pedoman mutu pelayanan unit kerja puskesmas

Transcript of Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Editan 23215

Page 1: Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Editan 23215

Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Garung 2014

PEDOMAN MUTU PELAYANAN UNIT KERJA PUSKESMAS GARUNG

TAHUN 2014

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBODINAS KESEHATAN

UPTD PUSKESMAS GARUNG

0

Page 2: Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Editan 23215

Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Garung 2014

Jln. Dieng Km 09 Garung Kab. Wonosobo. Telp(0286) 3325805. Kode Pos 56353

1

Page 3: Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Editan 23215

Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Garung 2014

PEDOMAN MUTU PELAYANAN UNIT KERJA PUSKESMAS GARUNG

TAHUN 2014

Puskesmas

Garung

PUSKESMAS GARUNG

PedomanMutu

Pelayanan Unit

Kerja

Puskesmas

No. Kode : Ditetapkan Oleh Kepala

Puskesmas Garung

Dr. Isni Nur Harjanto

NIP 19710607 200212 1

003

Terbitan : 01

No. Revisi : 00

Tgl. Mulai Berlaku : 01-01-2014

Halaman : 1-41

2

Page 4: Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Editan 23215

Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Garung 2014

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar belakang ..................................................................................... ....... 1

B. Tujuan Pedoman .......................................................................................... 1

C. Ruang Lingkup Pelayanan ........................................................................... 2

D. Batasan Operasional ..................................................................................... 2

E. Landasan Hukum ......................................................................................... 5

BAB II STANDAR KETENAGAAN ............................................................... 6

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia ............................................................... 6

B. Distribusi Ketenagaan ................................................................................... 7

C. Jadual Kegiatan ............................................................................................. 8

BAB III STANDAR FASILITAS ....................................................................... 9

A. Denah Ruang ................................................................................................. 9

B. Standar Fasilitas ............................................................................................ 9

BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN ..................................................... 12

BAB V LOGISTIK .......................................................................................... 13

BAB VI KESELAMATAN PASIEN ............................................................... 17

BAB VII KESELAMATAN KERJA ................................................................. 20

BAB VIII PENGENDALIAN MUTU ................................................................. 22

BAB IX PENUTUP ........................................................................................... 25

3

Page 5: Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Editan 23215

Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Garung 2014

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Puskesmas adalah sarana pelayanan kesehatan dasar yang amat penting di

Indonesia. Puskesmas merupakan unit yang strategis dalam mendukung terwujudnya

perubahan status kesehatan masyarakat menuju peningkatan derajat kesehatan yang

optimal. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal tentu diperlukan upaya

pembangunan sistem pelayanan kesehatan dasar yang mampu memenuhi kebutuhan

mayarakat.

Pelayanan kesehatan bermutu yang berorientasi pada kepuasan pelanggan

atau pasien menjadi strategi utama bagi organisasi kesehatan di Indonesia, agar tetap

eksis ditengah persaingan global yang semakin kuat. Salah satu strategi yang paling

tepat dalam mengantisipasi adanya persaingan terbuka melalui pendekatan mutu

paripurna yang berorientasi pada proses pelayanan bermutu, dan hasil pelayanan

kesehatan yang sesuai dengan keinginan pelanggan atau pasien. Dimensi mutu

tersebut menyangkut mutu bagi pemakai jasa pelayanan kesehatan, maupun

penyelenggara pelayanan kesehatan.

Kepuasan pasien merupakan salah satu indikator kualitas pelayanan. Dan

banyaknya pengunjung pasien ke Puskesmas tidak lepas dari kebutuhan akan

pelayanan kesehatan dan kepuasan pelanggan yang diperoleh berdasar pengalaman

sebelumnya.

Penilaian keberhasilan Puskesmas dapat dilakukan oleh internal organisasi

Puskesmas yaitu berupa penilaian Kinerja Puskesmas mencakup Managemen Sumber

Daya Tenaga, alat, obat, keuangan dan sistem informasi managemen Puskesmas.

4

Page 6: Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Editan 23215

Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Garung 2014

B. Tujuan Pedoman

Tersedianya pedoman bagi Kepala Puskesmas, penanggung jawab dan

pelaksana pelayanan Puskesmas, dalam melakukan pelayanan di Puskesmas.

Sehingga pelayanan dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana serta memperolah

hasil sesuai dengan yang diharapkan.

C. Definisi

Mutu disebutkan sebagai kepatuhan terhadap standar yang sudah ditetapkan

atau yang memenuhi persyaratan yang diinginkan pelanggan, serta stake holder

dan provider. Mutu juga berarti kesesuaian terhadap persyaratan yang

ditetapkan.

D. Dimensi mutu

Dimensi mutu meliputi :

a. Akses

b. Efektifitas

c. Efisiensi

d. Keselamatan dan Keamanan

e. Kenyamanan

f. Kesinambungan Pelayanan

g. Kopetensi petugas

h. Informasi dan Dokumentasi,

E. Ruang Lingkup Pelayanan

Peningkatan mutu pelayanan merupakan upaya terus menerus untuk

mencapai target baik standar maupun indikator yang lebih baik. Puskesmas adalah

suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat

pengembangan kesehatan masyarakat, untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan

5

Page 7: Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Editan 23215

Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Garung 2014

dasar, menyeluruh, dan terpadu bagi seluruh masyarakat di wilayah kerjanya dalam

bentuk kegiatan pokok dan membina peran serta masyarakat.

Pengertian dari pelayanan kesehatan dasar, menyeluruh, dan terpadu disini,

adalah upaya pengobatan penyakit (kuratif), upaya pencegahan (preventif), upaya

peningkatan kesehatan (promotif), dan upaya pemulihan kesehatan (rehabilitatif),

yang ditujukan kepada semua penduduk.

Ruang lingkup peningkatan mutu Puskesmas meliputi :

1. Penyelenggaraan Puskesmas

2. Pengorganisasian

3. Sarana Prasarana

4. Sumber Daya Manusia

5. Proses Pelayanan baik UKP maupun UKM

6. Pelaksanaan Audit dan Evaluasi serta Pencegahaan Kejadian Tidak di

inginkan

7. Upaya perbaikan berkesinambunngan.

F. Landasan Hukum

1. Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan,2. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1277/Menkes/SK/XI/2001 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan,3. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 374/Menkes/SK/V/2009 tentang Sistem

Kesehatan Nasional,

4. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 128/ Menkes/SK/11/2004 tentang

Kebijakan Dasar Puskesmas.

5. Peraturan Mentri Kesehatan RI No. 75 Tahun 2014

6

Page 8: Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Editan 23215

Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Garung 2014

BAB II

INDIKATOR, STANDART DAN KRITERIA

Mutu pelayanan sangat terkait dengan ketersediaan INPUT, PROSES YANG

BAIK DAN BENAR, serta OUTPUT sesuai yang diharapkan. Untuk itulah harus

disusun suatu standar input, standar proses dan standar output yang selanjutnya

dilakukan monitoring , audit dan evaluasi terus menerus dalam suatu rangkaian

PDCA. Tersusunnya standar, indikator, prosedur dan daftar tilik harus dijadikan

prioritas, sebagai intrumen untuk meningkatkan mutu pelayanan. Standar

menekankan pada pemenuhan persyaratan. Prosedur merupakan penjabaran dari

standar proses yang menekankan pada tahapan yang benar dan daftar tilik

merupakan perangkat yang digunakan untuk menilai kepatuhan serta pencapaian

kegiatan.

A. INDIKATOR

Indikator adalah suatu ukuran yang menjadi rujukan suatu hasil.

Menyusun indikator menggunakan rumusan sebagai batasan dan sifatnya.

Umumnya indikator harus SMART yang merupakan singkatan dari

Spesific yaitu ukuran yang tidak bias untuk satu fenomena atau kegiatan

Measurable yaitu dapat diukur dengan kuantitas bukan kualitas

Accecible yaitu dapat dicapai

Reasonable yaitu ukuran itu masuk akal untuk dicapai

Time bound yaitu ada batasan waktu untuk pencapaian.

Penetapan indikator dapat diperoleh dari Dimensi Mutu yaitu segi Akses,

Efektifitas, Efisiensi, Kenyamanan, Kepuasan serta keselamatan

pelanggan.

7

Page 9: Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Editan 23215

Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Garung 2014

Dari aspek Input indikator bisa berupa INDIKATOR

PERSYARATAN MINIMAL,, aspek output berupa INDIKATOR

PENAMPILAN atau CAPAIAN MINIMAL.

B. STANDAR

Standar adalah pernyataan yang dapat diterima untuk suatu ukuran

terhadap bahan, proses dan suatu produk barang atau jasa.

Secara umum standar dibedakan atas 3 standar yaitu :

a. Standar Input meliputi 5 M (man, money, material, machine, methode )

b. Standar Proses, tahapan yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.

c. Standar Output yaitu penetapan hasil atau keluaran yang dikriteriakan

dapat diterima sebagai hasil yang menjadi tujuan produk.

C. KRITERIA

Kriteria adalah spesifik dari suatu indikator, atau variabel yang ditentukan

sebagai spesifik yang diindikatorkan. Misalkan suatu indikator “waktu

tunggu pasien” kriterianya adalah waktu pasien menunggu antri

pendaftaran sampai diperiksa. Standarnya 5 menit.

BAB III

PENYELENGGARAAN

A. Penyelenggaraan

Penyelenggaraan Puskesmas merupakan kewajiban pemerintah dalam sistem

kesehatan nasional, yang berkaitan dengan tata ruang geografi dan demografi

dalam wilayah hukum kecamatan, yang mencakup ketersediaan sarana fisik

gedung yang memenuhi standar dan kemudahan akses bagi masyarakat sehingga

8

Page 10: Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Editan 23215

Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Garung 2014

menghasilkan fungsional yang maksimal, untuk tercapainya visi pembangunan

kesehatan melalui puskesmas, yakni terwujudnya Kecamatan Sehat Menuju

Indonesia Sehat. Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan upaya

kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat. Yang dimaksud dengan

Pelayanan kesehatan perseorangan adalah pelayanan yang ditujukan untuk

menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan dan keluarga.

Sedangkan Pelayanan kesehatan masyarakat ditujukan untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit suatu kelompok dan

masyarakat.

B. Organisasi

Organisasi Puskesmas harus memenuhi kebutuhan sebuah unit pelayanan

kesehatan dasar di puskesmas yang melaksanakan baik upaya kesehatan

perorangan maupun upaya kesehatan masyarakat. Unit kerja ini merupakan

organisasi yang dipimpin oleh seorang kepala Puskesmas dan unit struktur

ketatausahaan serta unit unit fungsional pelayanan UKP dam UKM serta

jejaring pelayanan kesehatan di tingkat desa dan pelayanan pelayanan

penunjang.

C. VISI MISI

VISI

Visi Puskesmas Garung adalah :

Mewujudkan masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan menuju

kecamatan Garung yang lebih maju dan sejahtera.

MISI

9

Page 11: Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Editan 23215

Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Garung 2014

Untuk mencapai masyarakat Kecamatan Garung sehat yang mandiri dan

berkeadilan, maka ditetapkan 4 ( empat ) misi sebagai berikut :

1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui

pemberdayaan masyarakat.

2. Melakukan Pelayanan Kesehatan Masyarakat yang

paripurna, merata dan bermutu.

3. Merumuskan kebijakan dan memantapkan manajemen

untuk meningkatkan kinerja pelayanan kesehatan di

puskesmas

4. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan ,dan

memenfaatkan tekhnologi kesehatan yang tepat guna

D. KEBIJAKAN MUTU

PUSKESMAS GARUNG BERTEKAD :

1. Meningkatkan mutu pelayanan dengan Menerapkan sistem menegemen

mutu di semua tingkatan penyelenggaraan kegiatan puskesmas.

2. Memberi pelayanan yang merata dan sebaik mungkin untuk mencapai

kepuasan dan keselamatan untuk pasien serta pegawai dan terus

melakukan upaya perbaikan untuk mencapai hasil yang lebih optimal

3. Mencapai Kecamatan Garung yang sehat dengan meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat Garung yang optimal

10

Page 12: Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Editan 23215

Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Garung 2014

E. PENETAPAN INDIKATOR

1) INDIKATOR KINERJA UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT (UKM) 2015

2)U

Indikator Kinerja Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)Puskesmas Garung Kabupaten Wonosobo

Tahun2015

Kesehatan MasyarakatKIA KB

1. Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000KH 02. Cakupan Kunjungan ibu hamil K1 95%3. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-4 90%4. Cakupan Komplikasi Kebidanan Yang Ditangani 100%

5. Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Yang Memiliki Kompetensi Kebidanan

99%

6. Cakupan Pelayanan Nifas 99%7. Cakupan Peserta KB Aktif 85,%8. Angka Kematian Bayi (AKB) per 1.000 KH 15,09. Cakupan Kunjungan Bayi 91%10. Cakupan Neonatus dengan Komplikasi yang ditangani 80%11. Angka Kematian Balita (AKABA) per 1.000 KH 11,85

GIZI

1. Persentase Balita Gizi Buruk 0,20%

2. Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat perawatan 100 %

3. Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita 85%4. Balita yang ditimbang BB 85%5. Balita 6-59 bln mendapat Vit. A 100%6. Bayi 0-6 bln mendapat ASI Eklusif 89%7. Ibu Hamil mendapat FE 90 Tab 95%8. Rumah tangga yang menggunakan garam beryodium 97%9. Cakupan Pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24

bulan keluarga miskin

100 %

Penanganan Penyakit Menular

Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit 1. Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC BTA

(+) 70 %

2. Angka kesembuhan penyakit TB Paru 85 %3. RFT Rate 90 %4. Cakupan balita dengan pneumonia yang ditangani 100 %

5. Cakupan penderita diare yang ditangani 100 %

6. Angka Kesakitan (IR) DBD per 100.000 penduduk 127. Angka Kematian DBD (CFR) 08. Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) 100%9. Cakupan penemuan (AFP) rate per 100.000 penduduk < 15 tahun > 2

10. Cakupan Desa/Kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan epidemiologi < 24 jam

100 %

KES LING 1. Cakupan TTU 73,5%

11

Page 13: Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Editan 23215

Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Garung 2014

2. Cakupan Akses air bersih 95%Cakupan Jamban 52%

3. Cakupan TPM 65%

4. Cakupan Rumah Sehat 66,5%

Pengendalian Penyakit Tidak Menular

1. Cakupan Penanganan diabetes mellitus Membuat dan melaksanakan

2. Cakupan penanganan hipertensi Membuat dan melaksanakan

Promosi kesehatan dan pemberdayaan

1. Cakupan Posyandu Purnama dan Mandiri 62 %

2. Cakupan Penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat 100%3. Cakupan Rumah Tangga Sehat 70%4. Cakupan Kelurahan Siaga Aktif 100%

Pelayanan Kesehatan

1. Cakupan pelayanan kesehatan dasar pasien masyarakat miskin 100%2. Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin 100%

12

Page 14: Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Editan 23215

Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Garung 2014

2. INDIKATOR KINERJA PELAYANAN UPAYA KESEHATAN PERORANGAN (UKP) DAN ADMINISTRASI MANAJEMEN TAHUN 2015

NoJenis

Pelayanan

IndikatorStandar Target 2015

Jenis Uraian

1 Pelayanan Rawat Jalan (poliklinik)

Input 1. Pemberi Pelayanan di Poliklinik 100 % dokter 75%

2. Pemberi pelayanan di KIA 100 % bidan terlatih

100%

Proses 1. Jam buka pelayanan sesuai dengan ketentuan

08.00 s/d 13.00

Setiap hari kerja Jum’at : 08.00 –

11.00

100%

2. Kepatuhan hand hygiene 100 % 100%

Output 1. Peresepan obat sesuai formularium Nasional

100 %100%

Outcome 1. Kepuasan pasien ≥ 75 % 82%

2 Persalinan Input 1. Pemberi pelayanan persalinan normal

Empat tangan 100%

Proses 1. Kepatuhan hand hygiene 100% 100%

Output 1. Kematian ibu karena persalinan 0 % 0%

Outcome 2. Kepuasan pasien ≥ 80 % 85%

3 Pelayanan Laboratorium Sederhana

Input 1. Kelengkapan Peralatan Laboratorium

≥ 80 % ≥80%

Proses 1. Waktu tunggu hasil pelayanan laboratorium

2. Tidak adanya kejadian tertukar specimen

3. Pemeriksaan Kimia darah terlayani

≤ 120 menit 100%

100 % 100%

100 % 100%

100 % 100%

13

Page 15: Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Editan 23215

Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Garung 2014

4. Pemeriksaan Darah lengkap terlayani

Output 1. Tidak adanya kesalahan pemberian hasil pemeriksaan laboratorium

100 % 100%

Outcome 1. Kepuasan pelanggan ≥ 80 % ≥ 80

4 Pelayanan Farmasi/obat

Input 1. Pengelola pelayanan farmasi Sesuai standar 100%

2. Fasilitas dan peralatan pelayanan farmasi

Sesuai standar 100%

3. Ketersediaan formularium Tersedia dan updated paling lama 3 thn

100%

Proses 1. Waktu tunggu pelayanan obat jadi ≤ 30 menit ≤ 30 menit

2. Waktu tunggu pelayanan obat racikan

≤ 60 menit ≤ 60 menit

Output 1. Tidak adanya kejadian salah pemberian obat

100 % 100%

Outcome 1. Kepuasan pelanggan ≥ 80 % ≥80%

5 Pelayanan gizi

Input 1. Pemberi pelayanan gizi2. Ketersediaan pelayanan konsultasi

gizi

Sesuai standart

Tersedia

100%

100%

Outcome 1. Kepuasan pelanggan ≥ 80 % ≥80%

7

Pelayanan rekam medik

Proses 1. Waktu penyediaan dokumen rekam medis rawat jalan

≤ 10 menit 100%

Output 1. Kelengkapan pengisian rekam medik 24 jam setelah selesai pelayanan

100 % 100%

2. Kelengkapan Informed Concent setelah mendapatkan informasi

100 % 100%

14

Page 16: Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Editan 23215

Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Garung 2014

yang jelas

Outcome 1. Kepuasan pelanggan ≥ 80 % ≥80%

8 Pengelolaan limbah

Input 1. Adanya penanggung jawab pengelola limbah Puskesmas

Ada Ada

2. Ketersediaan fasilitas dan peralatan pengelolaan limbah Puskesmas: padat, cair

Sesuai peraturan perundangan 100%

Proses 1. Pengelolaan limbah cair Sesuai peraturan perundangan

100%

2. Pengelolaan limbah padat Sesuai peraturan perundangan

100%

Output 1. Baku mutu limbah cair a.BOD < 30 mg/l

b.COD < 80 mg/l

c.TSS < 30 mg/l

d.PH 6-9

100%

100%

100%

9 Administrasi dan manajemen

Input 1. Adanya dokumen mutu yang terkendali

Ada100%

2. Pola Ketenagaan terpenuhi 100% 100%

3. Adanya daftar urutan kepangkatan karyawan

Ada Ada

Proses 1. Ada Audit Ada Ada

2. Semua penanggung jawab dan pelaksana upaya melakukan self assesmen

100% 100%

3. Ketepatan waktu pengusulan kenaikan pangkat

100 % 100%

15

Page 17: Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Editan 23215

Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Garung 2014

4. Ketepatan waktu pengurusan gaji berkala

100%100%

5. Ketepatan waktu penyusunan laporan keuangan

100 % 100%

Output 1. Kelengkapan pelaporan akuntabilitas kinerja

100 % 100%

10 Pelayanan Mobil Puskesas Keliling Sebagai “ambulans”

Input 1. Ketersediaan pelayanan mobil Puskesmas keliling

24 jam 100%

Proses 1. Standart K3 terpenuhi 100 % 100%

2. Semua alat transportasi berfungsi 100 % 100%

3. Waktu tanggap pelayanan ambulan kepada masyarakat yang membutuhkan

< 30 mt 100%

Output 1. Tidak terjadinya kecelakaan ambulans

100 % 100%

Outcome 1. Kepuasan pelanggan ≥ 80 % ≥80%

11 Pemeliharaan Sarana

Input 1. Adanya Penanggung Jawab sarana pelayanan

SK Kapus 100%

Output 1. Alat ukur dan alat laboratorium yang dikalibrasi tepat waktu

100 % 100%

12 Pencegahan dan pengendalian infeksi

Input 1. Ketersediaan APD ≥60 % ≥60%

Proses 1. Penggunaan APD saat melaksanakan tugas 100 % 100%

16

Page 18: Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Editan 23215

Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Garung 2014

F. PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN

Pimpinan Puskesmas menetapkan sasaran mutu pada semua unit

(UKM,UKM dan Manajemen). Dalam mencapai Sasaran Mutu tersebut

seluruh kegiatan Puskesmas Garung dibuat dalam bentuk rencana kerja

yang berupa Rencana Kerja, Waktu Pelaksanaan, dan Anggarannya, yang

ditetapkan secara tahunan yang bersifat dinamis dan senantiasa

dikembangkan untuk mempercepat pencapaian sasaran mutu

Rencana Kerja tersebut dilaksanakan dengan Kerangka Acuan yang jelas,

dimonitor, dianalisa dan dilakukan tindakan penyesuaian yang diperlukan

untuk menjamin bahwa kinerja proses sesuai dengan Rencana yang telah

ditetapkan.

Dalam hal terjadi perubahan terhadap sistem manajemen mutu yang telah

ditetapkan maka integritas sistem manajemen mutu dalam pencapaian

Kebijakan dan Sasaran Mutu harus makin efektif.

G. Produk Pelayanan

Upaya Kesehatan Wajib

Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan

komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya ungkit

tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan

wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah

Indonesia.

1. Upaya kesehatan wajib tersebut adalah:

a. Upaya Promosi Kesehatan

b. Upaya Kesehatan Lingkungan

c. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana

d. Upaya Perbaikan Gizi

17

Page 19: Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Editan 23215

Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Garung 2014

e. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

f. Upaya Pengobatan.

2. Upaya Kesehatan Pengembangan

Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan

berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta

yang disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan

pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang

telah ada, yakni :

a. Upaya Kesehatan Sekolah

b. Upaya Kesehatan Olah Raga

c. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat

d. Upaya Kesehatan Kerja

e. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut

f. Upaya Kesehatan Jiwa

g. Upaya Kesehatan Mata

h. Upaya Kesehatan Usia Lanjut

i. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional

1. Pendaftaran Pasien

Pendaftaran pasien adalah pelayanan rutin untuk menertibkan urutan

pelayanan dan memudahkan mendapatkan informasi rekam medis bagi seluruh

fasilitas pelayanan yang tersedia di Puskesmas. Yang dimulai dari persiapan,

kedatangan pasien sampai dengan pengiriman kartu rekam medis ke masing2

unit pemeriksaan, kemudian mengembalikan lagi kartu rekam medis kedalam

tempat semula.

18

Page 20: Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Editan 23215

Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Garung 2014

2. Upaya Pengobatan

Layanan klinis adalah pelayanan klinis yang dilakukan untuk pasien

dengan melibatkan seluruh tim kesehatan sesuai dengan masalah kesehatan klien.

Dimulai dari anamnesa sampai dengan tindakan dan pengobatan yang sesuai

dengan diagnosanya.

Upaya Pengobatan, meliputi kegiatan di :

a. Pelayanan Umum,

b. Pelayanan Gigi,

c. Pelayanan KIA,

d. Pelayanan MTBS, dan

e. Pelayanan KB.

3. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laborat adalah salah satu sarana kesehatan yang melakukan

kegiatan pemeriksaan guna menunjang diagnose suatu penyakit, berdasarkan

rujukan dari unit pemeriksaan .yang dimulai dari kedatangan pasien atas rujukan

dari init pelayanan sampai dengan diperoleh hasil laboratorium pasien.

4. Kefarmasian

Kefarmasian adalah proses kegiatan yang dilakukan dalam rangka

memenuhi kebutuhan obat yang meliputi aspek teknis dan non teknis mulai dari

perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan, distribusi, pelayanan,

pengendalian obat, pencatatan dan pelaporan.

19

Page 21: Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Editan 23215

Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Garung 2014

H. Pelayanan Kesehatan Masyarakat

Adalah pelayanan kesehatan yg dilaksanakan diluar gedung berupa

pendekatan promotif, preventif. Kegiatan upaya meliputi :

1. Upaya KIA

Upaya KIA adalah upaya dibidang   kesehatan yang menyangkut

pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu meneteki, bayi dan anak

balita serta anak prasekolah.

Upaya kesehatan ibu ditujukan untuk menjaga kesehatan ibu sehingga

mampu melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas serta mengurangi angka

kematian ibu.

2. Upaya P2P

Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menular dan tidak menular yaitu 

upaya pelayanan kesehatan Puskesmas untuk mencegah dan mengendalikan

penular penyakit menular/infeksi. untuk melindungi masyarakat dari tertularnya

penyakit, menurunkan jumlah yang sakit, cacat dan/atau meninggal dunia, serta

untuk mengurangi dampak sosial dan ekonomi akibat penyakit menular.

Prioritas penyakit menular yang akan ditanggulangi adalah Malaria,

demam berdarah dengue, diare, polio, filaria, kusta tuberkulosis paru, HIV/AIDS,

pneumonia, dan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

Prioritas penyakit tidak menular yang ditanggulangi adalah penyakit

jantung dan gangguan sirkulasi, diabetes mellitus, dan kanker.

3. Upaya Kesling

Kesehatan lingkungan yaitu upaya pelayanan kesehatan lingkungan

puskesmas untuk meningkatkan kesehatan lingkungan pemukiman melalui upaya

sanitasi dasar, pengawasan mutu lingkungan dan tempat umum termasuk

pengendalian pencemaran lingkungan dengan peningkatan peran serta

20

Page 22: Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Editan 23215

Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Garung 2014

masyarakat. Untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik,

kimia, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat

kesehatan yang setinggi-tingginya.

4. Upaya Promkes (Promosi Kesehatan)

Promosi kesehatan adalah salah satu program puskesmas yang berfokus

pada pelayanan preventif dan promotif kepada masyarakat. Kegiatannya meliputi

penyuluhan kesehatan dan pembinaan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

Diantara kegiatannya juga meliputi pembinaan desa siaga kesehatan, kerjasama

lintas sektor dan upaya dalam merumuskan kebijakan bersama dalam

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

5. Upaya Perbaikan Gizi

Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat  adalah salah satu upaya pokok

Puskesmas  yaitu kegiatan yang meliputi peningkatan pendidikan gizi,

penanggulangan Kurang Energi Protein, Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat

Kekurangan Yaodium (GAKY), Kurang Vitamin A, Keadaan zat gizi lebih,

Peningkatan Survailans Gizi, dan Perberdayaan Usaha Perbaikan Gizi

Keluarga/Masyarakat.

Upaya perbaikan gizi masyarakat ditujukan untuk peningkatan mutu gizi

perseorangan dan masyarakat.

Kegiatan Upaya dilaksanakan mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi (Plan: rencana; Do: Melaksanakan; Chek/Study: Analisa hasil; Action:

Perubahan/perbaikan).

21

Page 23: Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Editan 23215

Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Garung 2014

BAB IV

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia kesehatan (SDM Kesehatan) merupakan tatanan yang

menghimpun berbagai upaya perencanaan. pendidikan, dan pelatihan, serta

pendayagunaan tenaga kesehatan secara terpadu dan saling mendukung guna

mencapai derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya. Yang dimaksud dengan

kualifikasi SDM, sama halnya dengan job spesifikasi, yaitu minimal

golongan/jabatan, masa kerja minimal, pendidikan minimal, pengalaman kerja, nilai

performance (kinerjanya), dan standar kompetensi.

Secara umum kebijakan tentang tenaga kesehatan, khususnya yang berkaitan

dengan kualitas atau mutu, antara lain dapat dilihat pada Peraturan Pemerintah (PP)

No.32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan. Dalam PP ini antara lain dinyatakan :

1) Tenaga kesehatan wajib memiliki pengetahuan dan ketrampilan di bidang

kesehatan yang dinyatakan dengan ijazah dari lembaga pendidikan (Pasal 3);

dan

2) Setiap tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk

mematuhi standar profesi tenaga kesehatan (Pasal 21).

Kualitas pelayanan publik sangat ditentukan oleh sistem dan tenaga

pelayanan. Ketenagaan pelayanan seringkali menghadapi kendala dalam hal jumlah,

sebaran, mutu dan kualifikasi Sumber Daya Manusianya.

Untuk Puskesmas Garung, Kualifikasi Sumber Daya Manusia sudah sesuai,

walaupun masih ada beberapa tenaga yg belum melanjutkan ke jenjang yang

diharapkan. Namun masih akan terus diupayakan agar semua tenaga mencapai

kualitas seperti yg diharapkan.

Standar Ketenagaan Puskesmas terlampir, sesuai Permenkes no 75 tahun 2014

22

Page 24: Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Editan 23215

Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Garung 2014

B. Jadual Kegiatan Puskesmas Garung

Puskesmas Garung buka pelayanan setiap hari kerja, yaitu Senin sampai Sabtu.

No. Jenis pelayanan Waktu Keterangan

1. Pelayanan Umum dan Pelayanan Tindakan

07.30 - 11.30 WIB

Jadwal pelayanan rawat jalan khusus hari

Jumat sampai jam 10.30 WIB dan hari Sabtu sampai jam

11.00 WIB

2. Pelayanan Gigi 07.30 - 11.30 WIB

3. Pelayanan MTBS dan Tumbuh Kembang

07.30 - 11.30 WIB

4. Pelayanan KIA / KB 07.30 - 11.30 WIB

5. Pelayanan Konsultasi (Gizi, Kesehatan Lingkungan, Berhenti Merokok, Lansia)

07.30 - 11.30 WIB

6. Pelayanan Laboratorium 07.30 - 11.30 WIB

7. Pelayanan Obat 07.30 - 11.30 WIB

8. Pelayanan Persalinan 24 Jam

23

Page 25: Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Editan 23215

Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Garung 2014

BAB V

STANDAR SARANA PRASARANA

A. Denah Gedung dan Ruang

24

Page 26: Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Editan 23215

Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Garung 2014

Denah Gedung dan Ruang

25

Page 27: Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Editan 23215

Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Garung 2014

B. Standar Alat dan Fasilitas

Surat keputusan Menkes Nomor Nomor 128/2004 tentang Kebijakan Dasar

Pusat Kesehatan Masyarakat, menyatakan bahwa Puskesmas adalah unit pelaksana

teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan

pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas memiliki fungsi sebagai

pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan

masyarakat, pusat pelayanan kesehatan strata pertama meliputi pelayanan kesehatan

perorangan (private goods) dan pelayanan kesehatan masyarakat (public goods).

Standar alat dan fasilitas terlampir. Sesuai lampiran SK Permenkes no. 75

2014

BAB IV

TATALAKSANA PELAYANAN

Tata laksana pelayanan merupakan proses dalam sistem menegemen. Dalam upaya

peningkatan mutu maka harus ditetapkan standar proses yang merupakan jawaban

dari dimensi mutu meliputi akses, efisiensi, kenyamanan dan keselamatan pelanggan

baik

1. Pendaftaran Pasien

Pendaftaran pasien adalah pelayanan rutin untuk menertibkan urutan

pelayanan dan memudahkan mendapatkan informasi rekam medis bagi seluruh

fasilitas pelayanan yang tersedia di Puskesmas. Yang dimulai dari persiapan,

kedatangan pasien sampai dengan pengiriman kartu rekam medis ke masing2

unit pemeriksaan, kemudian mengembalikan lagi kartu rekam medis kedalam

tempat semula.

26

Page 28: Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Editan 23215

Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Garung 2014

2. Upaya Pengobatan

Layanan klinis adalah pelayanan klinis yang dilakukan untuk pasien

dengan melibatkan seluruh tim kesehatan sesuai dengan masalah kesehatan klien.

Dimulai dari anamnesa sampai dengan tindakan dan pengobatan yang sesuai

dengan diagnosanya.

Upaya Pengobatan, meliputi kegiatan di :

f. Pelayanan Umum,

g. Pelayanan Gigi,

h. Pelayanan KIA,

i. Pelayanan MTBS, dan

j. Pelayanan KB.

3. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laborat adalah salah satu sarana kesehatan yang melakukan

kegiatan pemeriksaan guna menunjang diagnose suatu penyakit, berdasarkan

rujukan dari unit pemeriksaan .yang dimulai dari kedatangan pasien atas rujukan

dari init pelayanan sampai dengan diperoleh hasil laboratorium pasien.

4. Kefarmasian

Kefarmasian adalah proses kegiatan yang dilakukan dalam rangka

memenuhi kebutuhan obat yang meliputi aspek teknis dan non teknis mulai dari

perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan, distribusi, pelayanan,

pengendalian obat, pencatatan dan pelaporan.

27

Page 29: Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Editan 23215

Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Garung 2014

I. Pelayanan Kesehatan Masyarakat

Adalah pelayanan kesehatan yg dilaksanakan diluar gedung berupa

pendekatan promotif, preventif. Kegiatan upaya meliputi :

6. Upaya KIA

Upaya KIA adalah upaya dibidang   kesehatan yang menyangkut

pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu meneteki, bayi dan anak

balita serta anak prasekolah.

Upaya kesehatan ibu ditujukan untuk menjaga kesehatan ibu sehingga

mampu melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas serta mengurangi angka

kematian ibu.

7. Upaya P2P

Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menular dan tidak menular yaitu 

upaya pelayanan kesehatan Puskesmas untuk mencegah dan mengendalikan

penular penyakit menular/infeksi. untuk melindungi masyarakat dari tertularnya

penyakit, menurunkan jumlah yang sakit, cacat dan/atau meninggal dunia, serta

untuk mengurangi dampak sosial dan ekonomi akibat penyakit menular.

Prioritas penyakit menular yang akan ditanggulangi adalah Malaria,

demam berdarah dengue, diare, polio, filaria, kusta tuberkulosis paru, HIV/AIDS,

pneumonia, dan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

Prioritas penyakit tidak menular yang ditanggulangi adalah penyakit

jantung dan gangguan sirkulasi, diabetes mellitus, dan kanker.

8. Upaya Kesling

Kesehatan lingkungan yaitu upaya pelayanan kesehatan lingkungan

puskesmas untuk meningkatkan kesehatan lingkungan pemukiman melalui upaya

sanitasi dasar, pengawasan mutu lingkungan dan tempat umum termasuk

pengendalian pencemaran lingkungan dengan peningkatan peran serta

masyarakat. Untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik,

28

Page 30: Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Editan 23215

Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Garung 2014

kimia, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat

kesehatan yang setinggi-tingginya.

9. Upaya Promkes (Promosi Kesehatan)

Promosi kesehatan adalah salah satu program puskesmas yang berfokus

pada pelayanan preventif dan promotif kepada masyarakat. Kegiatannya meliputi

penyuluhan kesehatan dan pembinaan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

Diantara kegiatannya juga meliputi pembinaan desa siaga kesehatan, kerjasama

lintas sektor dan upaya dalam merumuskan kebijakan bersama dalam

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

10. Upaya Perbaikan Gizi

Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat  adalah salah satu upaya pokok

Puskesmas  yaitu kegiatan yang meliputi peningkatan pendidikan gizi,

penanggulangan Kurang Energi Protein, Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat

Kekurangan Yaodium (GAKY), Kurang Vitamin A, Keadaan zat gizi lebih,

Peningkatan Survailans Gizi, dan Perberdayaan Usaha Perbaikan Gizi

Keluarga/Masyarakat.

Upaya perbaikan gizi masyarakat ditujukan untuk peningkatan mutu gizi

perseorangan dan masyarakat.

Kegiatan Upaya dilaksanakan mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi (Plan: rencana; Do: Melaksanakan; Chek/Study: Analisa hasil; Action:

Perubahan/perbaikan).

Tata laksana pelayanan di Puskesmas Garung diawali di loket pendaftaran,

dimana pasien mengambil nomor urut pendaftaran.

Bagi pasien lama (pasien yang sudah pernah berobat ke Puskesmas),

pendaftaran dilakukan dengan menunjukkan Kartu berobat Puskesmas

Garung.

29

Page 31: Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Editan 23215

Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Garung 2014

Bagi pasien baru (pasien yang belum pernah berobat ke Puskesmas)

pendaftaran dilakukan dengan menunjukkan kartu Jaminan Kesehatan

Nasional (JKN) atau kartu identitas lainnya (KTP/SIM).

Bagi pasien dengan kasus kegawatdaruratan langsung dibawa ke ruang

tindakan untuk mendapatkan penanganan. Salah satu anggota keluarga atau

yang mengantarkan pasien dapat mengurus pendaftaran.

Bagi pasien JKN harus menunjukkan kartu JKN sebagai bukti kepesertaan.

Petugas pendaftaran mengambil Rekam medis berdasarkan identitas pasien.

Bagi pasien umum (tidak memiliki kartu JKN) setelah mendapatkan Rekam medis,

pasien diminta untuk membayar retribusi. Kemudian pasien diminta menunggu di

depan ruang pelayanan yang dituju (BP Umum, BP Gigi, KIA/KB, MTBS, Imunisasi,

Klinik IMS, Pemeriksaan IVA). Bagi pasien umum dengan tindakan, maka wajib

membayar retribusi tindakan sesuai Perda.

Pemeriksaan kesehatan pasien dilakukan di unit pelayanan masing-masing.

» Bila dari pemeriksaan awal diperlukan pemeriksaan penunjang diagnostik,

maka pasien diberikan rujukan internal ke Laboratorium. Setelah dilakukan

pemeriksaan penunjang, pasien kembali ke unit pelayanan sebelumnya untuk

mendapatkan resep sesuai dengan diagnosis penyakit.

» Bila diperlukan konsultasi ke unit pelayanan terkait, maka pasien diberikan

rujukan internal ke unit pelayanan terkait ( missal: pasien dari BP Gigi dengan

Hipertensi, maka dikonsultasikan ke BP Umum).

» Bila dari pemeriksaan awal diperlukan untuk pemeriksaan lanjutan ke Rumah

Sakit, maka pasien diberikan rujukan eksternal ke Rumah Sakit yang dituju.

» Bila pasien tidak mendapatkan rujukan internal maupun eksternal, maka

pasien mendapatkan resep untuk mengambil obat di ruang obat.

30

Page 32: Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Editan 23215

Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Garung 2014

BAB V

LOGISTIK

Manajemen Logistik alat kesehatan adalah suatu pengetahuanatau seni serta

proses mengenai perencanaan, penentuan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan,

pemeliharaan serta penghapusan material atau alat-alat kesehatan. Tujuan dari

manajemen logistik adalah tersedianya bahan setiap saat dibutuhkan, baik mengenai

jenis, jumlah maupun kualitas yang dibutuhkan secara efisien. Dengan demikian

manajemen logistik dapat dipahami sebagai proses penggerakkan dan pemberdayaan

semua sumber daya yang dimiliki dan atau potensial untuk dimanfaatkan,untuk

operasional, secara efektif dan efisien. Oleh karena itu untuk menilai apakah

pengelolaan logistik sudah memadai adalah dengan menilai apakah sering terjadi

keterlambatan dan atau bahan yang dibutuhkan tidak tersedia, berapa kali

frekuensinya, berapa banyak persediaan yang menganggur (idle stock) dan berapa

lama hal itu terjadi. Berapa banyak bahan yang kadaluarsa atau rusak atau tidak dapat

dipakai lagi.

Manajemen logistik sebagai suatu fungsi mempunyai kegiatan-kegiatan :

A. Perencanaan Kebutuhan

Fungsi perencanaan ini pada dasarnya adalah menghitung berapa besar

kebutuhan bahan logistik yang diperlukan untuk periode waktu tertentu, biasanya

untuk satu tahun. Ada dua cara pendekatan yang digunakan dalam perencanaan

kebutuhan obat, yaitu :

1. Dengan mengetahui atau menghitung kebutuhan yang telah dengan nyata

dipergunakan dalam periode waktu yang lalu :

a. Jumlah sisa/persediaan pada awal periode

b. jumlah pembelian pada periode waktu

31

Page 33: Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Editan 23215

Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Garung 2014

c. jumlah bahan logistik yang terpakai selama periode

d. membuat analisis efisiensi penggunaan bahan logistik, dikaitkan dengan

kinerja yang dicapai

e. membuat analisis kelancaran penyediaan bahan logistik, misalnya

frekuensi barang yang diminta ‘habis’ atau tidak ada persediaan,jumlah

barang yang menumpuk, serta penyebab terjadinya keadaan tersebut.

2. Dengan melihat program kerja yang akan datang:

a. membuat analisa kebutuhan untuk dapat menunjang pelaksana kegiatan

pada periode waktu yang akan datang, yang berorientasi kepada program

pelayanan, pola penyakit, target kinerja pelayanan

b. memperhatikan kebijakan pimpinan mengenai standarisai bahan, ataupun

kebijakan dalam pengadaan. (Untuk obat misalnya ada Formularium,

untuk pengadaan di Puskesmas)

c. menyesuaikan perhitungan dengan memperhatikan persediaan awal, baik

meliputi jenis, jumlah maupun spesifikasi logistic

d. memperhatikan kemampuan gudang tempat penyimpanan barang.

B. Penganggaran

Fungsi berikutnya adalah menghitung kebutuhan diatas dengan harga satuan

(dapat berdasarkan harga pembeli waktu yang lalu atau menurut informasi yang

terbaru), sehingga akan diketahui kebutuhan anggaran untuk pengadaaan bahan

logistik tersebut.

C. Pengadaan

Fungsi berikutnya adalah pengadaan, yaitu semua kegiatan yang dilakukan

untuk mengadakan bahan logistik yang telah direncanakan, baik melalui prosedur :

1. Pembelian

32

Page 34: Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Editan 23215

Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Garung 2014

2. Produksi sendiri, maupun dengan

3. Sumbangan dari pihak lain yang tidak mengikat

Untuk pengadaan obat di Puskesmas dilakukan oleh Gudang Farmasi

Kabupaten berdasarkan usulan kebutuhan obat dari Puskesmas.

D. Penyimpanan

Fungsi penyimpanan ini sebenarnya termasuk juga fungsi penerimaan

barang, yang sebenarnya juga mempunyai peran strategi. Secara garis besar yang

harus dicek kebenarannya adalah :

1. Kesesuaian dengan jenis, jumlah dan spesifikasi bahan serta waktu

penyerahan barang terhadap surat pesan (SP), surat perintah kerja

(SPK)atau purchase order (PO).

2. Kondisi fisik bahan, apakah tidak ada perubahan warna, kemasan, bau,

noda dan sebagainya yang menindikasikan tingkat kualitas bahan.

3. Kesesuian waktu penerimaan bahan terhadap batas waktu SP/PO

Barang yang diterima tersebut kemudian dibuatkan berita acara penerimaan

(BAP) barang. Berdasarkan sifat dan kepentingan barang/bahan logistik ada

beberapajenis barang logistik, yang biasanya tidak langsung disimpan digudang, akan

tetapi diterimakan langsung kepada pengguna. Yang penting adalah bahwa

mekanisme ini harus diatur sedemikian rupa sehingga tercipta internal check (saling

uji secara otomatis) yang memadai, yang ditetapkan oleh yang berwenang

(Pimpinan).

Fungsi penyimpanan ini sangat menentukan kelancaran distribusi.Beberapa

keuntungan melakukan fungsi penyimpanan ini adalah :

1. Untuk mengantisipasi keadaan yang fluktuatif, karena sering terjadi

kesulitan memperkirakan kebutuhan secara akurat

2. Untuk menghindari kekosongan bahan (out of stock)

33

Page 35: Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Editan 23215

Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Garung 2014

3. Untuk menghemat biaya, serta mengantisipasi fluktuasi kenaikan harga

bahan

4. Untuk menjaga agar kualitas bahan dalam keadaan siap dipakai

5. Untuk mempercepat pendistribusian

Ada beberapa teori tentang pengendalian persediaan logistik, namun dalam

penerapannya harus hati-hati. Misalnya saja untuk menerapkan teori pengendalian

persediaan ada beberapa syarat, antara lain :

1. Kebutuhan bahan dapat diperkirakan dan dihitung dengan pasti.

2. Kesinambungan pemasok dapat dijamin

3. System informasi logistik yang terintegrasi dalam system informasi

manajemen , memadai

4. Pengawasan internal (internal auditor) berjalan dengan baik dan konsekuen

5. Membudayakan pelaksanaan kerja yang tertib dan sehat

6. Reward dan punishment system yang konsisten dan konsekuen

7. Tersedia gudang dan pengelolaan yang memadai

8. Anggaran yang cukup.

Metode yang sering digunakan dalam pengendalian persediaan di Puskesmas

adalah dengan memperhatikan sifat barang/obat, apakah termasuk barang vital,

esensial atau normal (VEN system), digabungkan dengan apakah barang tersebut

termasuk fast atau slow moving. Kombinasi kedua metode ini selama periode tertentu

kemudian dihitung kebutuhan atau penggunaannya akan diketahui rata-rata

penggunaan perbulan, dan juga fluktuasi permintaannya. Dari perhitungan itu secara

empiris, dapat ditentukan berapa besar jumlah :

1. Persediaan minimal/jenis barang per bulan

2. Persediaan maksimal/jenis barang per bulan

3. Persediaan pengaman (iron stock/idle stock)

34

Page 36: Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Editan 23215

Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Garung 2014

Untuk menghitung ini, yang perlu diperhatikan adalah berapa lama (durasi)

waktu penyediaan sejak pesanan diterima rekanan/supplier sampai barang diterima

oleh Puskesmas (ini disebut Lead Time) dan berapa kebutuhan barang selama periode

tersebut.

Dalam penyimpanan dikenal ada system FIFO (first in first out). Khusus di

puskesmas seharusnya FIFO juga dibaca sebagai first expired first out (FEFO),

manan yang mempunyai mempunyai masa kadaluarsa pendek/singkat harus

dikeluarkan terlebih dahulu, tidak tergantung kapan diterimanya digudang.

E. Pendistribusian

Efisiensi pelaksanaan fungsi pendistribusian ini juga secara tidak langsung

akan mempengaruhi kecermatan dan kecepatan penyediaan oleh karena itu harus

ditetapkan prosedur yang baku pendistribusian bahan logistik, meliputi :

1. Siapa yang berwenang dan bertanggungjawab mengenai kebenaran dan

kewajaran permintaan bahan, baik mengenai jumlah, spesifikasi maupun

penyerahannya. Hal ini sangat penting agar tidak terjadi pemborosan atau

pengeluaran yang tidak perlu.

2. Siapa yang berwenang dan bertanggungjawab menyetujui permintaan dan

pengeluaran barang dari gudang.

F. Penghapusan

Penghapusan adalah proses penghapusan tanggungjawab bendahara barang

atas bahan atau barang tertentu sekaligus mengeluarkan dari catatan/pembukuan yang

berlaku, penghapusan barang diperlukan karena :

1. Bahan/barang rusak tidak dapat dipakai kembali

35

Page 37: Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Editan 23215

Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Garung 2014

2. Bahan/barang tidak dapat didaur ulang atau tidak ekonomis untuk didaur

ulang.

3. Bahan/barang sudah melewati masa kadaluarsa (expired date)

4. Bahan/barang hilang karena pencurian atau sebab lain

Penghapusan barang dapat dilakukan dengan :

1. Pemusnahan, yaitu dibakar atau dipendam/ditanam

2. Dijual/dilelang. Untuk instansi pemerintah, hasil penjualan dan pelelangan

harus disetor ke kas Negara.

Setelah penghapusan dilaksanakan, maka dibuat berita acara Penghapusan,

yang tembusannya dikirim ke instansi yang berkompeten.

36

Page 38: Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Editan 23215

Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Garung 2014

BAB VI

KESELAMATAN PASIEN

Keselamatan pasien (patient safety) adalah reduksi dan meminimalkan

tindakan yang tidak aman dalam sistem pelayanan kesehatan sebisa mungkin melalui

pratik yang terbaik untuk mencapai luaran klinis yang optimum. (The Canadian

Patient Safety Dictionary, October 2003). Keselamatan pasien menghindarkan pasien

dari cedera/cedera potensial dalam pelayanan yang bertujuan untuk membantu pasien.

Tujuan Patient Safety terciptanya budaya keselamatan pasien di Puskesmas.,

meningkatnya akuntabilitas (tanggung jawab) Puskesmas terhadap pasien dan

masyarakat,menurunnya KTD (kejadian tidak diharapkan) di Puskesmas,

terlaksananya program - program pencegahan, sehingga tidak terjadi pengulangan

KTD (kejadian tidak diharapkan).

 Sistem Patient Safety

Assesment Resiko 

Identifikasi dan Pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien 

Pelaporan dan analisa insiden 

Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya 

Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko

Solusi: Mencegah terjadinya CEDERA akibat kesalahan suatu tindakan atau tidak

melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.

Adverse Event /KTD (Kejadian Tidak Diharapkan) 

Suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada

pasien karena suatu tindakan (commission) atau karena tidak bertindak (ommission)

37

Page 39: Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Editan 23215

Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Garung 2014

ketimbang daripada “underlying dessease” atau kondisi pasien (KPP-RS). KTD yang

tidak dapat dicegah (unprevetable adverse event) yaitu suatu KTD akibat komplikasi

yang tidak dapat dicegah dengan pengetahuan yang mutakhir. 

 Near miss/ KNC (Kejadian Nyaris Cedera) 

Suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau

tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (ommission), yang dpt

mencederai pasien tetapi cedera serius tidak terjadi karena keberuntungan*), karena

pencegahan**), atau karena peringanan***).

Misal :

*)   Pasien menerima obat yang sebenarnya kontra indikasi tetapi tdk timbul reakasi.

**) Obat dengan lethal overdosis akan diberikan tetapi diketahui staf lain

dan membatalkannya sebelum obat dikonsumsi pasien.

***) Obat dengan lethal overdosis diberikan tetapi diketahui secara dini dan

diberikan  antidotum-nya

Tujuh standar keselamatan pasien

1. Hak pasien:Pasien dan keluarga mempunyai hak untuk mendapat informasi ttg

rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan KTD,

2. Mendidik pasien dan keluarga:Puskesmas harus mendidik pasien dan

keluarganya tentang kewajiban dan tangung jawab pasien dalam asuhan

pasien,

3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan:Puskesmas menjamin

keseinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga dan antar

unit pelayanan,

38

Page 40: Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Editan 23215

Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Garung 2014

4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi

dan program peningkatan keselamatan pasien:Puskesmas harus mendisain

proses baru atau memperbaiki prosed yang ada, memonitor dan mengevaluasi

kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif KTD, dan

melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien,

5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien:Pimpinan

mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan pasien secara

terintegrasi melalui penerapan tujuh langkah menuju KPRS. Pimpinan

menjamim berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi risiko

keselatan pasien dan program menekan atau mengurangi KTD. Pimpinan

mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit dan

individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang keselamatan

pasien. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk

mengukur, mengkaji dan meningkatkan kinerja Puskesmas serta

meningkatkan keselamatan pasien. Pimpinan mengukur dan mengkaji

efektifitas kontribusinya dalam meningkatkan kinerja Puskesmas dan

keselamatan pasien,

6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien Puskesmas memiliki proses

pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk setiap jabatan mencakup keterkaitan

jabatan dengan keselamatan pasien secara jelasPuskesmas menyelenggarakan

pendidikan dan pelatihan berkelanjutan untuk meningkatkan dan ememlihara

kompetensi staf serta mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan

pasien,

7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan

pasien:Puskesmas merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi

keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan

eksternal. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.

39

Page 41: Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Editan 23215

Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Garung 2014

Tujuh langkah menuju kesematan pasien

1. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien:Ciptakan kepemimpinan

dan budaya yang terbuka dan adil,

2. Pimpin dan dukung staf anda:Bangun komitmen dan fokus yang kuat dan

jelas tentang keselamatan pasien,

3. Integrasikan aktivitas pengelolaan risiko:Kembangkan sistem dan proses

pengelolaan risiko serta lakukan identifikasi dan kajian hal yang potensial

bermasalah,

4. Kembangkan sistem pelaporan:Pastikan staf agar dengan mudah dapat

melaporkan kejadian/insiden, serta Puskesmas mengatur pelaoran kepada

KKPRS,

5. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien:Kembangkan cara-cara

komunikasi yang terbuka dengan pasien,

6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien: dorong staf

untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana dan

mengapa kejadian itu timbul,

7. Cegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien:Gunakan

infromasi yang ada tentang kejadian/masalah untuk melakukan perubahan

sistem pelayanan.

40

Page 42: Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Editan 23215

Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Garung 2014

BAB VII

KESELAMATAN KERJA

Dalam undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, Pasal 23

dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus dilaksanakan

di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya

kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan sedikitnya 10 orang.

Jika memperhatikan dari isi pasal diatas, maka jelaslah bahwa Puskesmas termasuk

dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat

menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya terhadap para pelaku langsung yang

bekerja di Puskesmas, tetapi juga terhadap pasien maupun pengunjung Puskesmas.

Potensi bahaya di Puskesmas, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada

potensi bahaya-bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di Puskesmas,

yaitu kecelakaan (peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan

instalasi listrik, dan sumber-sumber cidera lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia yang

berbahaya, gangguan psikososial dan ergonomi. Semua potensi bahaya tersebut di

atas, jelas mengancam jiwa dan kehidupan bagi para karyawan diPuskesmas, para

pasien maupun para pengunjung yang ada di lingkungan Puskesmas.

Dalam pekerjaan sehari-hari petugas keshatan selalu dihadapkan pada

bahaya-bahaya tertentu, misalnya bahaya infeksius, reagensia yang toksik , peralatan

listrik maupun peralatan kesehatan. Secara garis besar bahaya yang dihadapi dalam

Puskesmas atau instansi kesehatan dapat digolongkan dalam :

1. Bahaya kebakaran dan ledakan dari zat/bahan yang mudah terbakar atau

meledak (obat– obatan);

2. Bahan beracun, korosif dan kaustik;

3. Bahaya radiasi;

4. Luka bakar;

41

Page 43: Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Editan 23215

Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Garung 2014

5. Syok akibat aliran listrik;

6. Luka sayat akibat alat gelas yang pecah dan benda tajam;

7. Bahaya infeksi dari kuman, virus atau parasit. Pada umumnya bahaya tersebut

dapat dihindari dengan usaha-usaha pengamanan, antara lain dengan

penjelasan, peraturan serta penerapan disiplin kerja. Pada kesempatan ini akan

dikemukakan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja di Puskesmas /

instansi kesehatan.

Dari berbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu upaya untuk

mengendalikan, meminimalisasi dan bila mungkin meniadakannya, oleh karena itu

K3 Puskesmas perlu dikelola dengan baik. Agar penyelenggaraan K3 Puskesmas

lebih efektif, efisien dan terpadu, diperlukan sebuah pedoman manajemen K3 di

Puskesmas, baik bagi pengelola maupun karyawan Puskesmas.

Manajemen adalah pencapaian tujuan yang sudah ditentukan sebelumnya,

dengan mempergunakan bantuan orang lain. Hal tersebut diharapkan dapat

mengurangi dampak kelalaian atau kesalahan ( malpraktek) serta mengurangi

penyebaran langsung dampak dari kesalahan kerja. Proses manajemen keselamatan

dan kesehatan kerja laboratorium seperti proses manajemen umumnya adalah

penerapan berbagai fungsi manajemen, yaitu perencanaan, organisasi, pelaksanaan

dan pengawasan. Fungsi perencanaan meliputi perkiraan / peramalan, dilanjutkan

dengan penetapan tujuan dan sasaran yang akan dicapai, menganalisa data, fakta dan

informasi, merumuskan masalah serta menyusun program. Fungsi berikutnya adalah

fungsi pelaksanaan yang mencakup pengorganisasian penempatan staf, pendanaan

serta implemen- tasi program. Fungsi terakhir ialah fungsi pengawasan yang meliputi

penataan dan evaluasi hasil kegiatan serta pengendalian.

42

Page 44: Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Editan 23215

Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Garung 2014

BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu   (quality control) dalam manajemen mutu merupakan

suatu sistem kegiatan  teknis yang bersifat rutin yang dirancang  untuk mengukur dan

menilai mutu produk atau jasa yang diberikan kepada pelanggan.  Pengendalian mutu

pada pelayanan kesehatan diperlukan agar produk layanan kesehatan terjaga

kualitasnya sehingga memuaskan masyarakat sebagai pelanggan. Penjaminan mutu

pelayanan kesehatan dapat diselenggarakan melalui pelbagai model manajemen

kendali mutu. Salah satu model manajemen yang dapat digunakan adalah model

PDCA (Plan, Do, Check, Action) yang akan menghasilkan pengembangan

berkelanjutan (continuous improvement) atau kaizen mutu pelayanan kesehatan.

Yoseph M. Juran terkenal dengan konsep "Trilogy" mutu dan

mengidentifikasikannya dalam tiga kegiatan:

1. Perencanaan mutu meliputi: siapa pelanggan, apa kebutuhannya, meningkatkan

produk sesuai kebutuhan, dan merencanakan proses untuk suatu produksi,

2. Pengendalian mutu: mengevaluasi kinerja untuk mengidentifikasi perbedaan

antara kinerja aktual dan tujuan,

3. Peningkatan mutu: membentuk infrastruktur dan team untuk melaksanakan

peningkatan mutu.

Setiap kegiatan dijabarkan dalam langkah-Iangkah yang semuanya mengacu

pada upaya peningkatan mutu.

Peluang untuk memecahkan masalah harus digunakan pada saat yang tepat

oleh mereka yang bertanggungjawab melalui langkah-langkah sebagai berikut:

Langkah 1 : Mengidentifikasi, memilih, dan mendefinisikan masalah. Kenali hal-hal

yang berpotensi menjadi masalah dan kaji situasi dimana staf mungkin

dapat mempebaikinya.

43

Page 45: Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Editan 23215

Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Garung 2014

Tentukan kriteria untuk memilih masalah yang paling penting.

Definisikan secara operasional masalah yang dipilih,

misalnya,bagaimana staf mengetahui bahwa hal yang diidentifikasi

merupakan masalah?Bagaimana staf mengetahui bahwa masalah sudah

terpecahkan, dengan cara menentukan kriteria keberhasilan pemecahan

masalah.

Langkah 2 : Pelajari dengan seksama proses yang terjadi dari segala aspek.

Tentukan di mana dan kapan masalah muncul. Pahami proses terjadinya

masalah.

Langkah 3 : Tentukan sebab masalah yang pokok

Tentukan faktor-faktor yang menimbulkan masalah dan keterkaitannya

dengan masalah. Gunakan metode untuk mengetes hipotesis tentang

sebab-sebab yang mungkin menimbulkan masalah tersebut. Kumpulkan

data untuk mengetes hipotesis dan untuk menentukan faktor penyebab

yang paling dominan.

Langkah 4 : Identifikasi semua solusi yang mungkin. Berfikirlah secara kreatif untuk

menangani sebab-sebab masalah yang mungkin dapat diatasi.

Langkah 5 : Pilih solusi yang dapat dilaksanakan.

Analisalah cara-cara pemecahan masalah yang mungkin dilaksanakan,

dikaji dari aspek kriteria keberhasilan memecahkan masalah, biaya yang

diperlukan, kemungkinan solusi dapat dilaksanakannya, atau kriteria

lainnya.

Langkah 6 : Melaksanakan pemecahan masalah yang berkualitas dengan PDCA

Ada empat langkah menuju pelaksanaan solusi yang efektif, yaitu:

a. Merencanakan (PLANN) : Sebelum dilaksanakan solusi, perlu ditentukan

tujuan dan apa kriteria keberhasilan. Pimpinan harus memutuskan “siapa, apa,

44

Page 46: Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Editan 23215

Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Garung 2014

dimana, dan bagaimana” solusi akan dilaksanakan. Pada tahap ini, diperlukan

penjelasan tentang berbagai asumsi, dan dipikirkan tentang kemungkinan

adanya penolakan dari pihak yang dijadikan sasaran. Di sini harus sudah

diputuskan tentang data yang harus dikumulkan untuk memantau keberhasilan

pelaksanaan solusi masalah.

b. Pelaksanaan (DO) : Melaksanakan solusi sering melibatkan pelatihan,

termasuk proses pengumpulan data/informasi untuk memantau perubahan

yang terjadi, dan mengamati tingkat kemudahan atau kesulitan pelaksanaan

solusi. Amati bagamana solusi tersebut dilaksanakan. Buat catatan tentang

segala sesuatu yang dianggap menyimpang dari kesepakatan. Setiap masalah

atau kesalahan yang muncul dalamproses ini harus diartikan sebagai

kesempatan untuk membuat perbaikan.

c. Cek (CHECK) : Amati efek pelaksanaan solusi dan simpulkan pelajaran apa

yang diperoleh dari tindakan yang sudah dilakukan.

d. Bertindak (ACTION) : Ambil langkah-langkah praktis sesuai dengan

pelajaran yang diperoleh dari tindakan yang sudah diambil : ”Lanjutkan

proses solusi, atau hentikan, atau ulang kembali tindakan dari awal dengan

tujuan melakukan modifikasi”.

Di Puskesmas Garung kegiatan akreditasi dimulai dari penyusunan dokumen

berupa Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Kebijakan, implemenasi dokumen

sampai dilaksanakan audit internal, audit eksternal, tinjauan manajemen dan self

assessment untuk pengendalian mutu pelayanan. Adapun jadwal terlampir :

45

Page 47: Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Editan 23215

Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Garung 2014

JADWAL KEGIATAN PUSKESMAS GARUNG

NO. KEGIATAN WAKTU KETERANGAN

1. Audit Internal I Maret – April 2014Dilaksanakan bergantian

2.Pembahasan hasil Audit Internal

Mei 2014Seluruh karyawan puskesmas

3. RTL dari Audit Internal Mei – Juli 2014Seluruh karyawan puskesmas

4. Cek dokumen yang kurang Mei – Juli 2014 Semua Tim Akreditasi

5. Tinjauan Manajemen Agustus 2014Seluruh karyawan puskesmas

6. Self Assesment September 2014 Semua Tim Akreditasi

7. Audit Eksternal

46

Page 48: Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Editan 23215

Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas Garung 2014

BAB IX

PENUTUP

Pelayanan kesehatan bermutu berorientasi pada kepuasan pelanggan atau

pasien. Dimensi mutu tersebut menyangkut mutu bagi pemakai  jasa pelayanan

kesehatan,maupun penyelenggara pelayanan kesehatan.

Kepuasan pasien merupakan salah satu indiktor kualitas pelayanan. Dan

banyaknya kunjungan pasien ke Puskesmas tidak lepas dari kebutuhan akan pelayanan

kesehatan.

Kualitas pelayanan publik sangat ditentukan oleh sistem dan tenaga

pelayanan. Namun ketenagaan pelayanan seringkali menghadapi kendala dalam hal

jumlah, sebaran, mutu dan kualifikasi, sistem pengembangan karir, dan kesejahteraan

tenaga pelaksana pelayanan. Permasalahan yang muncul menimbulkan persepsi

rendahnya kualitas pelayanan, yang berawal dari kesenjangan antara aturan dan

standar yang ada dengan pelaksanaan pelayanan yg tidak bisa menyesuaikan.

Masyarakat menghendaki pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu,

managemen resiko dan keselamatan pasien perlu diterapkan dalam pengelolaan

Puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan.

Pedoman ini menyampaikan hasil kajian ketenagaan sarana dan

pengendalian mutu pelayanan puskesmas, agar Puskesmas dapat menjalankan

fungsinya secara optimal perlu dikelola dengan baik, baik kinerja pelayanan proses

pelayanan maupun sumberdaya yg digunakan.

47