editan lpr

24
Anatomi faringFaring adalah suatu kantong fibromuskuler yang berbentuk seperti corongdengan bagian atas yang besar dan bagian bawah yang sempit. Faring merupakanruang utama traktus resporatorius dan traktus digestivus. Kantong fibromuskuler ini mulai dari dasar tengkorak dan terus menyambung ke e s o p h a g u s h i n g g a setinggi vertebra servikalis ke-6.3,4,5,6 Panjang dinding posterior faring pada orang dewasa ±14 cm dan bagianini merupakan bagian dinding faring yang terpanjang. Dinding faring dibentuk oleh selaput lendir, fasia faringobasiler, pembungkus otot dan sebagian fasia bukofaringeal. 3,4,5,6 2 Otot-otot faring tersusun dalam lapisan melingkar (sirkular) danmemanjang (longitudinal). Otot-otot yang sirkular terdiri dari M.Konstriktor faring superior, media dan inferior. Otot- otot ini terletak ini terletak di sebelahluar dan berbentuk seperti kipas dengan tiap bagian bawahnya menutupi sebagianotot bagian atasnya dari belakang. Di sebelah depan, otot-otot ini bertemu satusama lain dan di belakang bertemu pada jaringan ikat. Kerja otot konstriktor iniadalah untuk mengecilkan lumen faring dan otot-otot ini dipersarafi oleh NervusVagus. 3,4,5,6

description

read yhis

Transcript of editan lpr

Anatomi faringFaring adalah suatu kantong fibromuskuler yang berbentuk seperti corongdengan

bagian atas yang besar dan bagian bawah yang sempit. Faring merupakanruang utama traktus

resporatorius dan traktus digestivus. Kantong fibromuskuler i n i mu la i da r i da sa r

t engko rak dan t e ru s menyambung ke e sophagus h ingga setinggi vertebra

servikalis ke-6.3,4,5,6

Panjang dinding posterior faring pada orang dewasa ±14 cm dan bagianini

merupakan bagian dinding faring yang terpanjang. Dinding faring dibentuk  o l eh

s e l apu t l end i r , f a s i a f a r i ngobas i l e r , pembungkus o to t dan s ebag i an

f a s i a  bukofaringeal.

3,4,5,6

2

 

O t o t - o t o t f a r i n g t e r s u s u n d a l a m l a p i s a n m e l i n g k a r ( s i r k u l a r )

d a n meman jang ( l ong i t ud ina l ) . O to t -o to t yang s i rku l a r t e rd i r i da r i

M.Kons t r i k to r   faring superior, media dan inferior. Otot-otot ini terletak ini

terletak di sebelahluar dan berbentuk seperti kipas dengan tiap bagian bawahnya menutupi

sebagianotot bagian atasnya dari belakang. Di sebelah depan, otot-otot ini bertemu

satusama lain dan di belakang bertemu pada jaringan ikat. Kerja otot konstriktor

iniadalah untuk mengecilkan lumen faring dan otot-otot ini dipersarafi oleh

NervusVagus.

3,4,5,6

Otot-otot faring yang tersusun longitudinal terdiri dari M.Stilofaring

danM.Palatofaring. letak otot-otot ini di sebelah dalam. M.Stilofaring gunanya

untuk m e l e b a r k a n f a r i n g d a n m e n a r i k l a r i n g ,

s e d a n g k a n M . P a l a t o f a r i n g mempertemukan ismus orofaring dan

menaikkan bagian bawah faring dan laring.Kedua otot ini bekerja sebagai elevator, kerja

kedua otot ini penting pada waktum e n e l a n . M . S t i l o f a r i n g d i p e r s a r a f i

o l e h N e r v u s G l o s s o p h a r y n g e u s d a n M.Palatofaring dipersarafi oleh

Nervus Vagus. Pada Palatum mole terdapat lima pa sang o to t yang d i j ad ikan s a tu

da l am sa tu s a rung f a s i a da r i mukosa ya i t u M.Levator veli palatini,

M.Tensor veli palatine, M.Palatoglosus, M.Palatofaringdan M.Azigos uvula. M.Levator

vela palatine membentuk sebagian besar palatummole dan kerjanya untuk menyempitkan

ismus faring dan memperlebar ostiumtuba Eustachius dan otot ini dipersarafi oleh Nervus

Vagus. M.Tensor veli palatinimemben tuk t enda pa l a tum mole dan ke r j anya un tuk

mengencangkan bag i an anterior palatum mole dan membuka tuba Eustachius dan otot ini

dipersarafi oleh Nervus Vagus. M.Palatoglosus membentuk arkus anterior faring dab

kerjanyamenyempitkan ismus faring. M.Palatofaring membentuk arkus posterior

faring.M.Azigos uvula merupakan otot yang kecil dan kerjanya adalah

memperpendek dan menaikkan uvula ke belakang atas.

3,4,5,6

Faring mendapat darah dari beberapa sumber dan kadang-kadang tidak   beraturan.

Yang utama berasal dari cabang arteri karotis eksterna (cabang faring asendens dan

cabang fausial) serta dari cabang arteri maksila interna yakni cabang palatine superior.

3,4,5,6

 

Persarafan motorik dan sensorik daerah faring berasal dari pleksus faring yang

eks t ens i f . P l eksus i n i d iben tuk o l eh cabang f a r i ng da r i Ne rvus

Vagus , cabang dari Nervus Glossopharyngeus dan serabut simpatis. Cabang faring

dari Nervus Vagus berisi serabut motorik. Dari pleksus faring yang ekstensif ini

keluar c abang -cabang un tuk o to t -o to t f a r i ng kecua l i M.S t i l o f a r i ng yang

d ipe r sa r a f i langsung oleh cabang Nervus Glossopharyngeus.

3,4,5,6

Aliran limfa dari dinding faring dapat melalui 3 saluran, yakni superior,media dan

inferior. Saluran limfa superior mengaalir ke kelenjar getah beningretrofaring dan

kelenjar getah bening servikal dalam atas. Saluran limfa mediamengalir ke kelenjar

getah bening jugulo-digastrik dan kelenjar servikal dalam atas, sedangkan saluran limfa

inferior mengalir ke kelenjar getah bening servikaldalam bawah.

3,4,5,6

Be rdasa rkan l e t aknya maka f a r i ng dapa t d ibag i men j ad i

Naso fa r i ng , Orofaring dan Laringofaring (Hipofaring).

3,4,5,6

 

 Nasofaring merupakan bagian tertinggi dari faring, adapun batas-batas darina so fa r i ng i n i

an t a r a l a i n : ba t a s a t a s ba s i s k r an i i , ba t a s bawah pa l a tum mole ,  batas depan

rongga hidung, dan batas belakang vertebra servikal. Nasofaring yang relatif kecil mengandung

serta berhubungan erat dengan beberapa struktur penting seperti adenoid, jaringan

limfoid pada dinding lateralfaring dengan resesus faring yang disebut fossa

Rosenmuller, kantong ranthke,yang merupakan invaginasi struktur embrional

hipofisis serebri, torus tubarius,suatu refleksi mukosa faring di atas penonjolan kartilago

tuba Eustachius, koana,foramen jugulare, yang dilalui oleh Nervus Glossopharyngeus, Nervus

Vags dan Nervus Asesorius spinal saraf cranial dan vena jugularis interna, bagian petrosusos

temporalis dan foramen laserum dan muara tuba Eustachius.

3,5,6

Orofaring disebut juga mesofaring, karena terletak diantara nasofaring danlaringofaring.

Dengan batas-batas dari orofaring ini antara lain, yaitu : batas atas   pa l a tum mole ,

ba t a s bawah t ep i a t a s ep ig lo t i s , ba t a s depan rongga mu lu t , dan abatas

belakang vertebra servikalis.

 

Struktur yang terdapat di rongga orofaring adalah dinding posterior faring,tonsil palatine, fosa

tonsil serta arkus faring anterior dan posterior, uvula, tonsil lingual dan foramen sekum.

3,5,6

La r ingo fa r i ng (h ipo fa r i ng ) me rupakan bag i an t e rbawah da r i f a r i ng . Dengan

batas-batas dari laringofaring antara lain, yaitu : batas atas epiglotis,  batas bawah

kartilago krikodea, batas depan laring, dan batas belakang vertebra servikalis.A d a

d u a r u a n g y a n g b e r h u b u n g a n d e n g a n f a r i n g y a n g s e c a r a

k l i n i k   mempunyai arti penting yaitu ruang retrofaring dan ruang parafaring.

Dindingan t e r i o r Ruang r e t ro f a r i ng (

retropharyngeal space

) ada l ah d ind ing be l akang faring yang terdiri dari mukosa faring, fasia faringobasilaris

dan otot-otot faring.Ruang ini berisi jaringan ikat jarang dan fasia prevetebralis. Ruang ini mulai

daridasar tengkorak di bagian atas sampai batas paling bawah dari fasia

servikalis.Serat-serat jaringan ikat di garis tengah mengikatnya pada vertebra. Di

sebelahlateral ruang ini berbatasan dengan fosa faringomaksila.

3,5,6

 Ruang pa ra f a r i ng ( fo sa f a r i ngomaks i l a ) me rupakan ruang

be rben tuk  kerucut dengan dasarnya terletak pada dasar tengkorak dekat foramen

jugularisdan puncaknya ada kornu mayus os hyoid. Ruang ini dibatasi di bagian

dalamo l e h M . K o n s t r i k t o r f a r i n g s u p e r i o r , b a t a s l u a r n y a a d a l a h

r a m u s a s e n d e n s mandibula yang melekat dengan M.Pterigoid interna dan bagian posterior

kelenjar   pa ro t i s . Fosa i n i d ibag i men j ad i dua bag i an yang t i dak s ama

be sa rnya o l eh o s stiloid dengan otot yang melekat padanya. Bagian anterior

(presteloid) adalah bagian yang lebih luas dan dapat mengalami proses supuratif. Bagian yang

lebihsempit di bagian posterior (

 post stiloid 

) berisi arteri karotis interna, vena jugularisinterna, Nervus vagus yang dibungkus dalam suatu

sarung yang disebut selubungkarotis (

carotid sheat 

). Bagian ini dipisahkan dari ruang retrofaring oleh suatu lapisan fasia yang tipis.

3,5,6

2. Fisiologi faringFungs i f a r i ng yang t e ru t ama ada l ah i a l ah un tuk r e sp i r a s i ,

pada wak tu menelan, resonansi suara dan artikulasi.

3,4,5,6

 

3. Anatomi laringBentuk laring menyerupai limas segitiga terpancung dengan bagianatas lebih

terpancung dan bagian atas lebih besar daripada bagian bawah. Batas atas laring adalah

aditus laring sedangkan batas kaudal kartilago krikoid. Struktur kerangka laring terdiri dari satu

tulang (os hioid) dan beberapa tulang rawan, baik yang berpasangan ataupun tidak.

Komponen utama pada struktur laring adalahkartilago tiroid yang berbentuk seperti

perisai dan kartilago krikoid. Os hioidterletak disebelah superior dengan bentuk huruf U

dan dapat dipalapsi pada leher depan serta lewat mulut pada dinding faring lateral.

Dibagian bawah os hioid ini  bergantung ligamentum tirohioid yang terdiri dari dua sayap /

alae kartilago tiroid.Sementara itu kartilago krikoidea mudah teraba dibawah kulit yang melekat

padakartilago tiroidea lewat kartilago krikotiroid yang berbentuk bulat penuh.

Pada permukaan superior lamina terletak pasangan kartilago aritinoid yang

berbentuk  piramid bersisi tiga. Pada masing-masing kartilago aritinoid ini

mempunyai dua  b u a h p r o s e s u s y a k n i p r o s e s s u s v o k a l i s a n t e r i o r d a n

p r o s e s s u s m u s k u l a r i s lateralis.

4,5

Pada prossesus vokalis akan membentuk 2/5 bagian belakang dari kordavokalis

sedangakan ligamentum vokalis membentuk bagian membranosa atau  bagian pita suara

yang dapat bergetar. Ujung bebas dan permukaan superior kordavokalis suara membentuk

glotis. Untuk lebih jelas dapat dilihat gambar struktur  ana tomi l a r i ng pada

gamba r 2 . Ka r t i l ago ep ig lo t i ka me rupakan s t ruk tu r ga r i s tengah tunggal yang

berbentuk seperti bola pimpong yang berfungsi mendorongmakanan yang ditelan

kesamping jalan nafas laring. Selain itu juga teradpat dua  pasang kartilago kecil

didalam laring yang mana tidak mempunyai fungsi yaknikartilago kornikulata dan

kuneiformis.

4,5,6

Gerakan laring dilakukan oleh kelompok otot-otot ekstrinsik dan intrisik.O to t ek s t i n s ik

beke r j a pada l a r i ng s eca r a ke se lu ruhan yang t e rd i r i da r i o to t ekstrinsik

suprahioid (m.digastrikus, m.geniohioid, m.stilohioid dan m.milohioid)yang berfungsi

menarik laring ke atas. otot ekstinsik infrahioid (m.sternihioid,m .omoh io id ,

m . t i r oh io id ) . O to t i n t r i s i k l a r i ng menyebabkan ge rakan an t a r a   be rbaga i

s t r uk tu r l a r i ng s end i r i , s epe r t i o t o t voka l i s dan t i r oa r i t eno id yang 6

 

m e m b e n t u k t o n j o l a n p a d a k o r d a v o k a l i s d a n b e r p e r a n d a l a m

m e m b e n t u k   t eganagan ko rda voka l i s , o t o t k r i ko t i ro id be r fungs i mena r ik

ka r t i l ago t i r o id kedepan, meregang dan menegangkan korda vokalis.

5

Laring disarafi oleh cabang-cabang nervus vagus yakni nervus laringeussuperior dan

nervus laringeus inferior (n.laringeus rekurens). Kedua saraf inimerupakan

campuran saraf motorik dan sensorik. Perdarahan pada laring terdiridari dua cabang

yakni arteri laringeus superior dan ateri laringeus inferior yang kemudian akan

bergabung dengan vena tiroid superior dan inferior.

3,4,5

4. Fisiologi laringLaring berfungsi sebagai proteksi, batuk, respirasi, sirkulasi,

respirasi,sirkulasi, menelan, emosi dan fonasi. Fungsi laring untuk proteksi adalah

untuk mencegah agar makanan dan benda asing masuk kedalam trakea dengan

jalanmenutup aditus laring dan rima glotis yang secara bersamaan. Benda asing

yangt e l a h m a s u k k e d a l a m t r a k e a d a n s e k r e t y a n g b e r a s a l d a r i p a r u

j u g a d a p a t dikeluarkan lewat reflek batuk. Fungsi respirasi laring dengan mengatur

mengatur   be sa r kec i l nya r ima g lo t i s . Dengan t e r j ad inya pe rubahan t ekanan

uda ra maka didalam traktus trakeo-bronkial akan dapat mempengaruhi sirkulasi darah

tubuh.O leh ka rena i t u l a r i ng j uga mempunya i f ungs i s ebaga i a l a t penga tu r

s i r ku l a s i darah. Fungsi laring dalam proses menelan mempunyai tiga mekanisme

yaitugerakan laring bagian bawah keatas, menutup aditus laringeus, serta

mendorong bolus makanan turun ke hipofaring dan tidak mungkin masuk kedalam laring.

5

Laring mempunyai fungsi untuk mengekspresikan emosi seperti berteriak,mengeluh, menangis

dan lain-lain yang berkaitan dengan fungsinya untuk fonasidengan membuat suara serta

mementukan tinggi rendahnya nada.

5,6

2.3. Epidemiologi

Refluks laringofaring diderita oleh 50 juta warga amerika. Sekitar 4-10%  juga

memiliki penyakit refluks gastroesofagus dan sekitar 20-70% orang yangmenderita

RLF juga memiliki gejala-gejala PRGE. RLF kebanyakkan dialami oleh wanita dengan

usia onset rata-rata 57 tahun

5

.7

 

2.4. Patofisiologi

RLF merupakan aliran balik isi lambung yang menuju ke laring, faring,dan saluran

erodigestif atas. Pada individu yang normal, spingter esofagus atas dan spingter

esofagus bawah bekerja secara bersama-sama untuk mencegah aliran balik ke arah esofagus.

Proses patologis utama pada RLF terjadi akibat disfungsida r i s f i ng t e r e so fagus a t a s .

S f i ng t e r e so fagus a t a s t e rd i r i a t a s c r i co fa r i ngeus , tirofaringeus, dan servikal

esofagus proximal. Sfingter esofagus atas menempel   pada c r i co id dan t i r o id , dan

memben tuk ben tuk -C yang me l ingka r i e so fagus dengan inervasi dari plexus

faringeal berupa jaringan syaraf yang dibentuk darinervus laringeal superior, nervus

glossofaringeus, dan syaraf-syaraf simpatis yang berasal dari ganglion servikal superior. Ketika

sfingter esofagus atas membiarkana l i r a n b a l i k m e n u j u s e g m e n l a r i n g o f a r i n g ,

a s a m l a m b u n g d a n p e p s i n y a n g t e r a k t i v a s i m e n y e b a b k a n k e r u s a k a n

l a n g s u n g p a d a m u k o s a l a r i n g . H a l i n i menyebabkan kelemahan mukosiliari

clearance yang mengarah ke stasis mukusyang nantinya akan memperparah

eksaserbasi iritasi mukosa dan menyebabkantimbulnya gejala-gejala pada pasien

seperti postnasal drip, throat clearing, dansensasi globus.

1

Disfungsi sfingter esofagus atas bukanlah penyebab tunggal etiologi LFR.Beberapa studi telah

mengungkapkan aspek biokemikal berupa hubungan antaraLFR dengan deplesi karbonik

anhidrase isoenzim-III (CA-III) sebagai penyebabterdapatnya pepsin pada hasil

analisis histologis jaringan laring pada penderitaLFR. Penurunan level CA-III, yang

mungkin berhubungan dengan peningkatankonsen t r a s i peps in , pen t i ng s ebaga i

pe r t imbangan kond i s i ak iba t penu runan  jumlah anion bikarbonat sebagai

penetralisir asam lambung dan juga terdapatsedikit penyangga kimia sebagai pelindung

mukosa laring.

1

Terdapat 4 pelindung fisiologis yang melindungi traktus aerodigestif atasdari luka akibat refluks,

yaitu sfingter esofagus bawah, fungsi motorik esofagealdengan acid clearance, resistensi jaringan

mukosa esofagus, dan sfingter esofagusatas. Epitel respiratori siliata dari laring posterior

yang secara normal berfungsimembersihkan mukus dari trakeobronkial diubah

ketika pelindung ini gagal dandisfungsi siliari resultan menyebabkan stasis mukus.

Akumulasi yang terjadi8

 

 berikutnya dari mukus adalah sensasi post nasal drip dan menimbulkan

throatc l e a r i n g . I r i t a s i r e f l u k s s e c a r a l a n g s u n g d a p a t

m e n y e b a b k a n b a t u k d a n laringospasme akibat sensitifitas dasar sensoris

laring yang diregulasikan olehinflamasi lokal. Kombinasi dari berbagai faktor ini

dapat mengakibatkan edema pita suara, kontak ulser, dan granuloma yang dapat

menyebabkan gejala-gejalaLFR lain seperti suara serak, globus faringeus, dan sakit

tenggorokan.

5

H a s i l i n v e s t i g a s i t e r k i n i m e n u n j u k k a n j a r i n g a n l a r i n g y a n g

r e n t a n d i l i n d u n g i d a r i k e h a n c u r a n a k i b a t r e f l u k s o l e h e f e k r e g u l a s i

p H k a r b o n i k   anhidrase di mukosa laring posterior. Karbonik anhidrasi

mengkatalisasi hidrasikarbon dioksida untuk menghasilkan bikarbonat, yang nantinya akan

melindungi jaringan dari asam akibat refluks. Di esofagus terdapat produksi aktif

bikarbonatdi rongga ekstraseluler yang berfungsi menetralisasi refluks asam lambung.

Tidak terdapat pompa aktif bikarbonat di epitel laring dan CA-III.

5

2. 5 Etiologi

Penyebab Reflux Laryngopharyngeal Pada kedua ujung kerongkongan terdapat cincin

otot (sfingter). Biasanya, sfingter ini menjaga isi perut tetap berada- da l am pe ru t . Tap i

pada r e f l uks l a ryngopha ryngea l , sph inc t e r s t i dak beke r j adengan ba ik .

Asam l ambung kemba l i ke bag i an be l akang t enggo rokan anda (faring) atau

kotak suara (laring), atau bahkan ke bagian belakang saluran napas h idung Anda .

Ha l i n i dapa t menyebabkan pe radangan d i dae r ah yang t i dak  dilindungi

terhadap paparan asam lambung. Silent reflux adalah umum pada bayikarena sfingter mereka

berkembang, mereka memiliki kerongkongan pendek, danmereka berbaring banyak waktu.

Penyebab pada orang dewasa mungkin tidak diketahui.

11

2.6. Manifestasi Klinik dan Gejala

Pasien dengan LFR sering datang dengan keluhan yang tidak spesifik, tetapi ada

beberpa kelompok gejala yang biasa ditemukan pada kelompok pasiendengan LFR. Gejala

tersebut adalah disfagia servikal, globus pharingeus,

throat clearing,

 batuk kronik, suara serak, disfoni, nyeri tenggorokan, dan refluks yangsering terjadi pada

siang hari. Gejala-gejala tersebut bisa bermanifestasi dengangejala lain seperti

eksaserbasi asma, otalgia, mucus tenggorokan yang berlebih,9

 

halitosis, nyeri leher, odinofagi,

 post nasal drip

, dan ke luhan gangguan pada suara. Salah satu aspek yang paling penting untuk

membedakan etiologi pasienyang memilki keluhan dengan LFR adalah keluhan

klasik yang dibedakan darikeluhan PRGE. PRGE secara tipikal memiliki manifestasi

seperti

heartburn

,regurgitasi, dan reluks yang terjadi saat berbaring

1

.G e j a l a - g e j a l a t e r s e b u t b i a s a n y a i n t e r m i t e n a t a u k r o n i k

i n t e r m i t e n . Man i f e s t a s i k l i n ik yang j uga b i a sa t e r j ad i pada RFL ada l ah

r e f l uks l a r i ng i t i s dengan atau tanpa granulasi atau formasi granuloma. Keluhan

tambahan yangd i l apo rkan ya i t u r e f l uks be rhubungan dengan s t enos i s

subg lo t i s , ka r s i noma laringeal, degenerasi polipoid, laringospasme, gerakan pita suara yang

paradoks,dan nodul fokal. Manifestasi lain pada kepala dan leher yang telah

dilaporkanmeliputi asma, sinusitis, dan otitis media. Diduga, hampir sebagian besar

pasiendengan gangguan laring dan gangguan pada suara mengalami refluks

10

.Pasien dengan RFL biasanya tidak memiliki rasa terbakar pada epigastrik  pada substernal

dan gejalanya biasanya tidak memburuk setelah makan dan saat  berbaring. Pada

suatu studi didapatkan rasa terbakar, tetapi hampir 75% pada  pasien LFR menderita

esofagitis

5

Diagnosis

Diagnosis refluks laringofaring dibuat berdasarkan:1 . A n a m n e s i s Pasien anamnesis,

gejala yang berhubungan dengan laringitis non spesifik adalah suara serak. Laringitis non

spesifik berhubungan dengan inflamasilaringeal yang disebabkan oleh LFR. Kebanyakan gejala

ringan dan dapatsembuh secara spontan tetapi saat gejala persisten, laringitis harus

secaralebih jauh dijelaskan sebagai faktor etiologi yang mungkin mempengaruhiseperti

infeksi virus atau bakteri, alergi, trauma vokal, sekret post nasal,atau LFR. LFR

harus dicurigai ketika ada riwayat klinis. Berdasarkan laporan kasus terhadap 899 pasien,

throat clearing dikeluhkan oloeh 70% pasien LFR, rasa terbakar pada ulu hati dikeluhkan oleh

20% pasien

5

.10

 

2 . P e m e r i k s a a n F i s i k   Pada pemeriksaan laringoskopi dapat ditemukan tanda-

tanda inflamasi pada laring dan faring sebagai berikut

1,4,5,10

:a .La r ing i t i s pos t e r i o r , d i t emukan adanya edema ak iba t

pen ingka t an vaskularisasi dan eritema.  b . P e r u b a h a n j a r i n g a n p a d a l a r i n g d a n

p s e u d o s u l k u s v o k a l i s a t a u dapat juga terjadi edema yang difus.c . H i p e r t r o f i

p a d a m u k o s a l a r i n g . d.Laryngeal pachydermia (dapat bergranul maupun

cobblestone).e.Ulserasi, granuloma, terbentuk jaringan parut, maupun

stenosis.3 . P e m e r i k s a a n P e n u n j a n g Diagnosis pada LFR dapat dipastikan melalui

5

:a . S t u d i i m u n o h i s t o c h e m i c a l S tud i imunoh i s t ochemica l da r i ha s i l b iops i

spe s imen l a r i ng yang menunjukkan konsentrasi dari pepsin dan deplesi karbonik

anhidraseisoenzin III pada kasus-kasus LFR. b.

 Ambulatory 24 hours double probe pH monitoring 

Baku emas pada diagnosis LFR ditegakkan berdasarkan

 Ambulatory24 hours double probe pH monitoring 

yang dilakukan dengan caramengukur pH pada p roks ima l dan d i s t a l e so fagus .

Has i l pos i t i f   didapatkan bila pH sangat rendah pada daerah proksimal

esofagusy a n g d i i k u t i d e n g a n p e n u r u n a n p H s e c a r a s i m u l t a n p a d a

d i s t a l esofagus.

Untuk membuat agar diagnosis menjadi lebih sederhana, Belafsky dkk (2001)mengembangkan

suatu alat diagnostik yang disebut Reflux Finding Score (RFS).RFS terdiri atas skor

yang terdiri atas delapan penemuan spesifik dari pemeriksaan fisik yang dapat

menunjang ke arah RLF. RFS berkisar antara 0 sampai 26. Apabilaskor lebih dari 7 maka

mengindikasikan 95% kemungkinan untuk memberikan hasil positif pada tes

 Ambulatory 24 hours double probe pH monitoring.

 

11

 

U n t u k m e m p e r k u a t d i a g n o s t i k d e n g a n R F S , B e l a f s k y d k k

( 2 0 0 2 ) mengembangkan suatu kuesioner yang disebut Reflux Symptom Index

(RSI). RSIt e r d i r i d a r i s e m b i l a n p e r t a n y a a n y a n g d i t u j u k a n u n t u k

p a s i e n y a n g d i c u r i g a i menderita RLF dengan skala 0-5. Seperti halnya pada

RFS, skor RSI yang lebih be sa r da r i 13 kemungk inan akan menun jukkan ha s i l

pos i t i f pada pemer ik saan

 Ambulatory 24 hours double probe pH monitoring 

5

.

Skor RSI secara lebih jelasdapat dilihat pada gambar 5.

 

m e m b e n t u k t o n j o l a n p a d a k o r d a v o k a l i s d a n b e r p e r a n d a l a m

m e m b e n t u k   t eganagan ko rda voka l i s , o t o t k r i ko t i ro id be r fungs i mena r ik

ka r t i l ago t i r o id kedepan, meregang dan menegangkan korda vokalis.

5

Laring disarafi oleh cabang-cabang nervus vagus yakni nervus laringeussuperior dan

nervus laringeus inferior (n.laringeus rekurens). Kedua saraf inimerupakan

campuran saraf motorik dan sensorik. Perdarahan pada laring terdiridari dua cabang

yakni arteri laringeus superior dan ateri laringeus inferior yang kemudian akan

bergabung dengan vena tiroid superior dan inferior.

3,4,5

4. Fisiologi laringLaring berfungsi sebagai proteksi, batuk, respirasi, sirkulasi,

respirasi,sirkulasi, menelan, emosi dan fonasi. Fungsi laring untuk proteksi adalah

untuk mencegah agar makanan dan benda asing masuk kedalam trakea dengan

jalanmenutup aditus laring dan rima glotis yang secara bersamaan. Benda asing

yangt e l a h m a s u k k e d a l a m t r a k e a d a n s e k r e t y a n g b e r a s a l d a r i p a r u

j u g a d a p a t dikeluarkan lewat reflek batuk. Fungsi respirasi laring dengan mengatur

mengatur   be sa r kec i l nya r ima g lo t i s . Dengan t e r j ad inya pe rubahan t ekanan

uda ra maka didalam traktus trakeo-bronkial akan dapat mempengaruhi sirkulasi darah

tubuh.O leh ka rena i t u l a r i ng j uga mempunya i f ungs i s ebaga i a l a t penga tu r

s i r ku l a s i darah. Fungsi laring dalam proses menelan mempunyai tiga mekanisme

yaitugerakan laring bagian bawah keatas, menutup aditus laringeus, serta

mendorong bolus makanan turun ke hipofaring dan tidak mungkin masuk kedalam laring.

5

Laring mempunyai fungsi untuk mengekspresikan emosi seperti berteriak,mengeluh, menangis

dan lain-lain yang berkaitan dengan fungsinya untuk fonasidengan membuat suara serta

mementukan tinggi rendahnya nada.

5,6

2.3. Epidemiologi

Refluks laringofaring diderita oleh 50 juta warga amerika. Sekitar 4-10%  juga

memiliki penyakit refluks gastroesofagus dan sekitar 20-70% orang yangmenderita

RLF juga memiliki gejala-gejala PRGE. RLF kebanyakkan dialami oleh wanita dengan

usia onset rata-rata 57 tahun

5

.7

 

2.4. Patofisiologi

RLF merupakan aliran balik isi lambung yang menuju ke laring, faring,dan saluran

erodigestif atas. Pada individu yang normal, spingter esofagus atas dan spingter

esofagus bawah bekerja secara bersama-sama untuk mencegah aliran balik ke arah esofagus.

Proses patologis utama pada RLF terjadi akibat disfungsida r i s f i ng t e r e so fagus a t a s .

S f i ng t e r e so fagus a t a s t e rd i r i a t a s c r i co fa r i ngeus , tirofaringeus, dan servikal

esofagus proximal. Sfingter esofagus atas menempel   pada c r i co id dan t i r o id , dan

memben tuk ben tuk -C yang me l ingka r i e so fagus dengan inervasi dari plexus

faringeal berupa jaringan syaraf yang dibentuk darinervus laringeal superior, nervus

glossofaringeus, dan syaraf-syaraf simpatis yang berasal dari ganglion servikal superior. Ketika

sfingter esofagus atas membiarkana l i r a n b a l i k m e n u j u s e g m e n l a r i n g o f a r i n g ,

a s a m l a m b u n g d a n p e p s i n y a n g t e r a k t i v a s i m e n y e b a b k a n k e r u s a k a n

l a n g s u n g p a d a m u k o s a l a r i n g . H a l i n i menyebabkan kelemahan mukosiliari

clearance yang mengarah ke stasis mukusyang nantinya akan memperparah

eksaserbasi iritasi mukosa dan menyebabkantimbulnya gejala-gejala pada pasien

seperti postnasal drip, throat clearing, dansensasi globus.

1

Disfungsi sfingter esofagus atas bukanlah penyebab tunggal etiologi LFR.Beberapa studi telah

mengungkapkan aspek biokemikal berupa hubungan antaraLFR dengan deplesi karbonik

anhidrase isoenzim-III (CA-III) sebagai penyebabterdapatnya pepsin pada hasil

analisis histologis jaringan laring pada penderitaLFR. Penurunan level CA-III, yang

mungkin berhubungan dengan peningkatankonsen t r a s i peps in , pen t i ng s ebaga i

pe r t imbangan kond i s i ak iba t penu runan  jumlah anion bikarbonat sebagai

penetralisir asam lambung dan juga terdapatsedikit penyangga kimia sebagai pelindung

mukosa laring.

1

Terdapat 4 pelindung fisiologis yang melindungi traktus aerodigestif atasdari luka akibat refluks,

yaitu sfingter esofagus bawah, fungsi motorik esofagealdengan acid clearance, resistensi jaringan

mukosa esofagus, dan sfingter esofagusatas. Epitel respiratori siliata dari laring posterior

yang secara normal berfungsimembersihkan mukus dari trakeobronkial diubah

ketika pelindung ini gagal dandisfungsi siliari resultan menyebabkan stasis mukus.

Akumulasi yang terjadi8

 

 

3.Gangguan pada pelindung fisiologis di traktus aerodigestif atas akibat perlukaan ANALISIS

III. 1.Apakah penyebab refluks laringofaringeal?Etiologi LFR:1.Disfungsi sfingter esofagus

atas2.Deplesi karbonik anhidrase isoenzim-III13

3.Gangguan pada pelindung fisiologis di traktus aerodigestif atas akibat perlukaan

refluks4.Idiopatik refluks4.Idiopatik 

III. 2.Apakah gejala klinis dan komplikasi refluks laringofaringeal?Pasien dengan LFR sering

datang dengan keluhan yang tidak spesifik,tetapi ada beberpa kelompok gejala yang biasa

ditemukan pada kelompok pasiendengan LFR. Gejala tersebut adalah disfagia servikal, globus

pharingeus,

throat clearing,

 batuk kronik, suara serak, disfoni, nyeri tenggorokan, dan refluks yangsering terjadi pada siang

hari. Gejala-gejala tersebut bisa bermanifestasi dengangejala lain seperti eksaserbasi asma,

otalgia, mucus tenggorokan yang berlebih,halitosis, nyeri leher, odinofagi,

 post nasal drip

, dan keluhan gangguan padasuara. Salah satu aspek yang paling penting untuk membedakan

etiologi pasienyang memilki keluhan dengan LFR adalah keluhan klasik yang dibedakan

darikeluhan PRGE. PRGE secara tipikal memiliki manifestasi seperti

heartburn

,regurgitasi, dan reluks yang terjadi saat berbaring.Gejala-gejala tersebut biasanya intermiten

atau kronik intermiten.Manifestasi klinik yang juga biasa terjadi pada RFL adalah refluks

laringitisdengan atau tanpa granulasi atau formasi granuloma. Keluhan tambahan yangdilaporkan

yaitu refluks berhubungan dengan stenosis subglotis, karsinomalaringeal, degenerasi polipoid,

laringospasme, gerakan pita suara yang paradoks,dan nodul fokal. Manifestasi lain pada kepala

dan leher yang telah dilaporkanmeliputi asma, sinusitis, dan otitis media. Diduga, hampir

sebagian besar pasiendengan gangguan laring dan gangguan pada suara mengalami

refluks.Pasien dengan RFL biasanya tidak memiliki rasa terbakar pada epigastrik  pada

substernal dan gejalanya biasanya tidak memburuk setelah makan dan saat berbaring. Pada suatu

studi didapatkan rasa terbakar, tetapi hampir 75% pada pasien LFR menderita esofagitis.Asam

lambung yang mengenai tenggorokan dan laring dapatmenyebabkan iritasi jangka panjang dan

kehancuran dinding laring. Komplikasiyang biasa terjadi pada LFR adalah:14

 

6.Mempersempit daerah dibawah pita suara7.Ulser kontak 8.Infeksi telinga yang berulang akibat

gangguan pada fungsi tuba9.Meningkatkan resiko kangker pada area yang terkena

refluks10.Menimbulkan gejala-gejala iritasi pada sistem pernapasan sepertiasma, emfisema, dan

bronkitisIII.3.Bagaimana tatalaksana refluks laringofaringeal?Penatalaksanaan refluks

laringofaring dapat dilakukan melalui beberapacara:4.Modifikasi gaya hidupBeberapa modifikasi

gaya hidup yang dilakukan pada pasien RLF antaralain :g.Menghindari makan makanan berat,

merokok, alkohol, danterlambat makan.h.Kurangi berat badan apabila BMI > 35.i.Mengurangi

makanan seperti coklat, makanan pedas, jeruk nipis,minuman berkarbonasi, makanan berlemak,

mint, dan kafein. j.Tidur dengan bantal atau tempat tidur yang ditinggikan.k.Menghindari

pakaian yang ketat pada bagian pinggang.l.Menghindari berbaring ke arah

kanan.5.Farmakologia.Obat-obatan yang mengurangi asam lambung antara lain

antagonisreseptor H2 dan Proton Pump Inhibitor (PPI) dengan dosis duakali per

hari. b.Prokinetik, seperti metoclorpramide, bethanacol, domperidone,dan bromopride digunakan

untuk meningkatkan tekanan spingter esofagus bawah dan mempercepat pengosongan

lambung.c.Sukralfat, digunakan sebagai proteksi mukosa lambung.15

 

Gambar 6. Algoritma Tatalaksana Refluks Laringofaring6.Operasi (fundoplikasi) Nissen

fundoplikasi dilakukan bila penderita tidak berespon lagi terhadapterapi farmakologi. Operasi ini

dilakukan dengan membuat agar funduslambung menyelimuti bagian bawah dari esofagus.

Operasi ini memilikiangka kesuksesan sebesar lebih dari 90% untuk mengobati PRGE dansekitar

73-86% keberhasilan dalam menatalaksana refluks laringofaring.III. 4.Apa komplikasi refluks

laringofaringeal ?Asam lambung yang mengenai tenggorokan dan laring dapatmenyebabkan

iritasi jangka panjang dan kehancuran dinding laring. Komplikasiyang biasa terjadi pada LFR

adalah:1)Mempersempit daerah dibawah pita suara2)Ulser kontak 3)Infeksi telinga yang

berulang akibat gangguan pada fungsi tuba4)Meningkatkan resiko kangker pada area yang

terkena refluks5)Menimbulkan gejala-gejala iritasi pada sistem pernapasan sepertiasma,

emfisema, dan bronkitis