editan lpr
-
Upload
dhinie-noviani -
Category
Documents
-
view
90 -
download
8
description
Transcript of editan lpr
Anatomi faringFaring adalah suatu kantong fibromuskuler yang berbentuk seperti corongdengan
bagian atas yang besar dan bagian bawah yang sempit. Faring merupakanruang utama traktus
resporatorius dan traktus digestivus. Kantong fibromuskuler i n i mu la i da r i da sa r
t engko rak dan t e ru s menyambung ke e sophagus h ingga setinggi vertebra
servikalis ke-6.3,4,5,6
Panjang dinding posterior faring pada orang dewasa ±14 cm dan bagianini
merupakan bagian dinding faring yang terpanjang. Dinding faring dibentuk o l eh
s e l apu t l end i r , f a s i a f a r i ngobas i l e r , pembungkus o to t dan s ebag i an
f a s i a bukofaringeal.
3,4,5,6
2
O t o t - o t o t f a r i n g t e r s u s u n d a l a m l a p i s a n m e l i n g k a r ( s i r k u l a r )
d a n meman jang ( l ong i t ud ina l ) . O to t -o to t yang s i rku l a r t e rd i r i da r i
M.Kons t r i k to r faring superior, media dan inferior. Otot-otot ini terletak ini
terletak di sebelahluar dan berbentuk seperti kipas dengan tiap bagian bawahnya menutupi
sebagianotot bagian atasnya dari belakang. Di sebelah depan, otot-otot ini bertemu
satusama lain dan di belakang bertemu pada jaringan ikat. Kerja otot konstriktor
iniadalah untuk mengecilkan lumen faring dan otot-otot ini dipersarafi oleh
NervusVagus.
3,4,5,6
Otot-otot faring yang tersusun longitudinal terdiri dari M.Stilofaring
danM.Palatofaring. letak otot-otot ini di sebelah dalam. M.Stilofaring gunanya
untuk m e l e b a r k a n f a r i n g d a n m e n a r i k l a r i n g ,
s e d a n g k a n M . P a l a t o f a r i n g mempertemukan ismus orofaring dan
menaikkan bagian bawah faring dan laring.Kedua otot ini bekerja sebagai elevator, kerja
kedua otot ini penting pada waktum e n e l a n . M . S t i l o f a r i n g d i p e r s a r a f i
o l e h N e r v u s G l o s s o p h a r y n g e u s d a n M.Palatofaring dipersarafi oleh
Nervus Vagus. Pada Palatum mole terdapat lima pa sang o to t yang d i j ad ikan s a tu
da l am sa tu s a rung f a s i a da r i mukosa ya i t u M.Levator veli palatini,
M.Tensor veli palatine, M.Palatoglosus, M.Palatofaringdan M.Azigos uvula. M.Levator
vela palatine membentuk sebagian besar palatummole dan kerjanya untuk menyempitkan
ismus faring dan memperlebar ostiumtuba Eustachius dan otot ini dipersarafi oleh Nervus
Vagus. M.Tensor veli palatinimemben tuk t enda pa l a tum mole dan ke r j anya un tuk
mengencangkan bag i an anterior palatum mole dan membuka tuba Eustachius dan otot ini
dipersarafi oleh Nervus Vagus. M.Palatoglosus membentuk arkus anterior faring dab
kerjanyamenyempitkan ismus faring. M.Palatofaring membentuk arkus posterior
faring.M.Azigos uvula merupakan otot yang kecil dan kerjanya adalah
memperpendek dan menaikkan uvula ke belakang atas.
3,4,5,6
Faring mendapat darah dari beberapa sumber dan kadang-kadang tidak beraturan.
Yang utama berasal dari cabang arteri karotis eksterna (cabang faring asendens dan
cabang fausial) serta dari cabang arteri maksila interna yakni cabang palatine superior.
3,4,5,6
Persarafan motorik dan sensorik daerah faring berasal dari pleksus faring yang
eks t ens i f . P l eksus i n i d iben tuk o l eh cabang f a r i ng da r i Ne rvus
Vagus , cabang dari Nervus Glossopharyngeus dan serabut simpatis. Cabang faring
dari Nervus Vagus berisi serabut motorik. Dari pleksus faring yang ekstensif ini
keluar c abang -cabang un tuk o to t -o to t f a r i ng kecua l i M.S t i l o f a r i ng yang
d ipe r sa r a f i langsung oleh cabang Nervus Glossopharyngeus.
3,4,5,6
Aliran limfa dari dinding faring dapat melalui 3 saluran, yakni superior,media dan
inferior. Saluran limfa superior mengaalir ke kelenjar getah beningretrofaring dan
kelenjar getah bening servikal dalam atas. Saluran limfa mediamengalir ke kelenjar
getah bening jugulo-digastrik dan kelenjar servikal dalam atas, sedangkan saluran limfa
inferior mengalir ke kelenjar getah bening servikaldalam bawah.
3,4,5,6
Be rdasa rkan l e t aknya maka f a r i ng dapa t d ibag i men j ad i
Naso fa r i ng , Orofaring dan Laringofaring (Hipofaring).
3,4,5,6
Nasofaring merupakan bagian tertinggi dari faring, adapun batas-batas darina so fa r i ng i n i
an t a r a l a i n : ba t a s a t a s ba s i s k r an i i , ba t a s bawah pa l a tum mole , batas depan
rongga hidung, dan batas belakang vertebra servikal. Nasofaring yang relatif kecil mengandung
serta berhubungan erat dengan beberapa struktur penting seperti adenoid, jaringan
limfoid pada dinding lateralfaring dengan resesus faring yang disebut fossa
Rosenmuller, kantong ranthke,yang merupakan invaginasi struktur embrional
hipofisis serebri, torus tubarius,suatu refleksi mukosa faring di atas penonjolan kartilago
tuba Eustachius, koana,foramen jugulare, yang dilalui oleh Nervus Glossopharyngeus, Nervus
Vags dan Nervus Asesorius spinal saraf cranial dan vena jugularis interna, bagian petrosusos
temporalis dan foramen laserum dan muara tuba Eustachius.
3,5,6
Orofaring disebut juga mesofaring, karena terletak diantara nasofaring danlaringofaring.
Dengan batas-batas dari orofaring ini antara lain, yaitu : batas atas pa l a tum mole ,
ba t a s bawah t ep i a t a s ep ig lo t i s , ba t a s depan rongga mu lu t , dan abatas
belakang vertebra servikalis.
Struktur yang terdapat di rongga orofaring adalah dinding posterior faring,tonsil palatine, fosa
tonsil serta arkus faring anterior dan posterior, uvula, tonsil lingual dan foramen sekum.
3,5,6
La r ingo fa r i ng (h ipo fa r i ng ) me rupakan bag i an t e rbawah da r i f a r i ng . Dengan
batas-batas dari laringofaring antara lain, yaitu : batas atas epiglotis, batas bawah
kartilago krikodea, batas depan laring, dan batas belakang vertebra servikalis.A d a
d u a r u a n g y a n g b e r h u b u n g a n d e n g a n f a r i n g y a n g s e c a r a
k l i n i k mempunyai arti penting yaitu ruang retrofaring dan ruang parafaring.
Dindingan t e r i o r Ruang r e t ro f a r i ng (
retropharyngeal space
) ada l ah d ind ing be l akang faring yang terdiri dari mukosa faring, fasia faringobasilaris
dan otot-otot faring.Ruang ini berisi jaringan ikat jarang dan fasia prevetebralis. Ruang ini mulai
daridasar tengkorak di bagian atas sampai batas paling bawah dari fasia
servikalis.Serat-serat jaringan ikat di garis tengah mengikatnya pada vertebra. Di
sebelahlateral ruang ini berbatasan dengan fosa faringomaksila.
3,5,6
Ruang pa ra f a r i ng ( fo sa f a r i ngomaks i l a ) me rupakan ruang
be rben tuk kerucut dengan dasarnya terletak pada dasar tengkorak dekat foramen
jugularisdan puncaknya ada kornu mayus os hyoid. Ruang ini dibatasi di bagian
dalamo l e h M . K o n s t r i k t o r f a r i n g s u p e r i o r , b a t a s l u a r n y a a d a l a h
r a m u s a s e n d e n s mandibula yang melekat dengan M.Pterigoid interna dan bagian posterior
kelenjar pa ro t i s . Fosa i n i d ibag i men j ad i dua bag i an yang t i dak s ama
be sa rnya o l eh o s stiloid dengan otot yang melekat padanya. Bagian anterior
(presteloid) adalah bagian yang lebih luas dan dapat mengalami proses supuratif. Bagian yang
lebihsempit di bagian posterior (
post stiloid
) berisi arteri karotis interna, vena jugularisinterna, Nervus vagus yang dibungkus dalam suatu
sarung yang disebut selubungkarotis (
carotid sheat
). Bagian ini dipisahkan dari ruang retrofaring oleh suatu lapisan fasia yang tipis.
3,5,6
2. Fisiologi faringFungs i f a r i ng yang t e ru t ama ada l ah i a l ah un tuk r e sp i r a s i ,
pada wak tu menelan, resonansi suara dan artikulasi.
3,4,5,6
3. Anatomi laringBentuk laring menyerupai limas segitiga terpancung dengan bagianatas lebih
terpancung dan bagian atas lebih besar daripada bagian bawah. Batas atas laring adalah
aditus laring sedangkan batas kaudal kartilago krikoid. Struktur kerangka laring terdiri dari satu
tulang (os hioid) dan beberapa tulang rawan, baik yang berpasangan ataupun tidak.
Komponen utama pada struktur laring adalahkartilago tiroid yang berbentuk seperti
perisai dan kartilago krikoid. Os hioidterletak disebelah superior dengan bentuk huruf U
dan dapat dipalapsi pada leher depan serta lewat mulut pada dinding faring lateral.
Dibagian bawah os hioid ini bergantung ligamentum tirohioid yang terdiri dari dua sayap /
alae kartilago tiroid.Sementara itu kartilago krikoidea mudah teraba dibawah kulit yang melekat
padakartilago tiroidea lewat kartilago krikotiroid yang berbentuk bulat penuh.
Pada permukaan superior lamina terletak pasangan kartilago aritinoid yang
berbentuk piramid bersisi tiga. Pada masing-masing kartilago aritinoid ini
mempunyai dua b u a h p r o s e s u s y a k n i p r o s e s s u s v o k a l i s a n t e r i o r d a n
p r o s e s s u s m u s k u l a r i s lateralis.
4,5
Pada prossesus vokalis akan membentuk 2/5 bagian belakang dari kordavokalis
sedangakan ligamentum vokalis membentuk bagian membranosa atau bagian pita suara
yang dapat bergetar. Ujung bebas dan permukaan superior kordavokalis suara membentuk
glotis. Untuk lebih jelas dapat dilihat gambar struktur ana tomi l a r i ng pada
gamba r 2 . Ka r t i l ago ep ig lo t i ka me rupakan s t ruk tu r ga r i s tengah tunggal yang
berbentuk seperti bola pimpong yang berfungsi mendorongmakanan yang ditelan
kesamping jalan nafas laring. Selain itu juga teradpat dua pasang kartilago kecil
didalam laring yang mana tidak mempunyai fungsi yaknikartilago kornikulata dan
kuneiformis.
4,5,6
Gerakan laring dilakukan oleh kelompok otot-otot ekstrinsik dan intrisik.O to t ek s t i n s ik
beke r j a pada l a r i ng s eca r a ke se lu ruhan yang t e rd i r i da r i o to t ekstrinsik
suprahioid (m.digastrikus, m.geniohioid, m.stilohioid dan m.milohioid)yang berfungsi
menarik laring ke atas. otot ekstinsik infrahioid (m.sternihioid,m .omoh io id ,
m . t i r oh io id ) . O to t i n t r i s i k l a r i ng menyebabkan ge rakan an t a r a be rbaga i
s t r uk tu r l a r i ng s end i r i , s epe r t i o t o t voka l i s dan t i r oa r i t eno id yang 6
m e m b e n t u k t o n j o l a n p a d a k o r d a v o k a l i s d a n b e r p e r a n d a l a m
m e m b e n t u k t eganagan ko rda voka l i s , o t o t k r i ko t i ro id be r fungs i mena r ik
ka r t i l ago t i r o id kedepan, meregang dan menegangkan korda vokalis.
5
Laring disarafi oleh cabang-cabang nervus vagus yakni nervus laringeussuperior dan
nervus laringeus inferior (n.laringeus rekurens). Kedua saraf inimerupakan
campuran saraf motorik dan sensorik. Perdarahan pada laring terdiridari dua cabang
yakni arteri laringeus superior dan ateri laringeus inferior yang kemudian akan
bergabung dengan vena tiroid superior dan inferior.
3,4,5
4. Fisiologi laringLaring berfungsi sebagai proteksi, batuk, respirasi, sirkulasi,
respirasi,sirkulasi, menelan, emosi dan fonasi. Fungsi laring untuk proteksi adalah
untuk mencegah agar makanan dan benda asing masuk kedalam trakea dengan
jalanmenutup aditus laring dan rima glotis yang secara bersamaan. Benda asing
yangt e l a h m a s u k k e d a l a m t r a k e a d a n s e k r e t y a n g b e r a s a l d a r i p a r u
j u g a d a p a t dikeluarkan lewat reflek batuk. Fungsi respirasi laring dengan mengatur
mengatur be sa r kec i l nya r ima g lo t i s . Dengan t e r j ad inya pe rubahan t ekanan
uda ra maka didalam traktus trakeo-bronkial akan dapat mempengaruhi sirkulasi darah
tubuh.O leh ka rena i t u l a r i ng j uga mempunya i f ungs i s ebaga i a l a t penga tu r
s i r ku l a s i darah. Fungsi laring dalam proses menelan mempunyai tiga mekanisme
yaitugerakan laring bagian bawah keatas, menutup aditus laringeus, serta
mendorong bolus makanan turun ke hipofaring dan tidak mungkin masuk kedalam laring.
5
Laring mempunyai fungsi untuk mengekspresikan emosi seperti berteriak,mengeluh, menangis
dan lain-lain yang berkaitan dengan fungsinya untuk fonasidengan membuat suara serta
mementukan tinggi rendahnya nada.
5,6
2.3. Epidemiologi
Refluks laringofaring diderita oleh 50 juta warga amerika. Sekitar 4-10% juga
memiliki penyakit refluks gastroesofagus dan sekitar 20-70% orang yangmenderita
RLF juga memiliki gejala-gejala PRGE. RLF kebanyakkan dialami oleh wanita dengan
usia onset rata-rata 57 tahun
5
.7
2.4. Patofisiologi
RLF merupakan aliran balik isi lambung yang menuju ke laring, faring,dan saluran
erodigestif atas. Pada individu yang normal, spingter esofagus atas dan spingter
esofagus bawah bekerja secara bersama-sama untuk mencegah aliran balik ke arah esofagus.
Proses patologis utama pada RLF terjadi akibat disfungsida r i s f i ng t e r e so fagus a t a s .
S f i ng t e r e so fagus a t a s t e rd i r i a t a s c r i co fa r i ngeus , tirofaringeus, dan servikal
esofagus proximal. Sfingter esofagus atas menempel pada c r i co id dan t i r o id , dan
memben tuk ben tuk -C yang me l ingka r i e so fagus dengan inervasi dari plexus
faringeal berupa jaringan syaraf yang dibentuk darinervus laringeal superior, nervus
glossofaringeus, dan syaraf-syaraf simpatis yang berasal dari ganglion servikal superior. Ketika
sfingter esofagus atas membiarkana l i r a n b a l i k m e n u j u s e g m e n l a r i n g o f a r i n g ,
a s a m l a m b u n g d a n p e p s i n y a n g t e r a k t i v a s i m e n y e b a b k a n k e r u s a k a n
l a n g s u n g p a d a m u k o s a l a r i n g . H a l i n i menyebabkan kelemahan mukosiliari
clearance yang mengarah ke stasis mukusyang nantinya akan memperparah
eksaserbasi iritasi mukosa dan menyebabkantimbulnya gejala-gejala pada pasien
seperti postnasal drip, throat clearing, dansensasi globus.
1
Disfungsi sfingter esofagus atas bukanlah penyebab tunggal etiologi LFR.Beberapa studi telah
mengungkapkan aspek biokemikal berupa hubungan antaraLFR dengan deplesi karbonik
anhidrase isoenzim-III (CA-III) sebagai penyebabterdapatnya pepsin pada hasil
analisis histologis jaringan laring pada penderitaLFR. Penurunan level CA-III, yang
mungkin berhubungan dengan peningkatankonsen t r a s i peps in , pen t i ng s ebaga i
pe r t imbangan kond i s i ak iba t penu runan jumlah anion bikarbonat sebagai
penetralisir asam lambung dan juga terdapatsedikit penyangga kimia sebagai pelindung
mukosa laring.
1
Terdapat 4 pelindung fisiologis yang melindungi traktus aerodigestif atasdari luka akibat refluks,
yaitu sfingter esofagus bawah, fungsi motorik esofagealdengan acid clearance, resistensi jaringan
mukosa esofagus, dan sfingter esofagusatas. Epitel respiratori siliata dari laring posterior
yang secara normal berfungsimembersihkan mukus dari trakeobronkial diubah
ketika pelindung ini gagal dandisfungsi siliari resultan menyebabkan stasis mukus.
Akumulasi yang terjadi8
berikutnya dari mukus adalah sensasi post nasal drip dan menimbulkan
throatc l e a r i n g . I r i t a s i r e f l u k s s e c a r a l a n g s u n g d a p a t
m e n y e b a b k a n b a t u k d a n laringospasme akibat sensitifitas dasar sensoris
laring yang diregulasikan olehinflamasi lokal. Kombinasi dari berbagai faktor ini
dapat mengakibatkan edema pita suara, kontak ulser, dan granuloma yang dapat
menyebabkan gejala-gejalaLFR lain seperti suara serak, globus faringeus, dan sakit
tenggorokan.
5
H a s i l i n v e s t i g a s i t e r k i n i m e n u n j u k k a n j a r i n g a n l a r i n g y a n g
r e n t a n d i l i n d u n g i d a r i k e h a n c u r a n a k i b a t r e f l u k s o l e h e f e k r e g u l a s i
p H k a r b o n i k anhidrase di mukosa laring posterior. Karbonik anhidrasi
mengkatalisasi hidrasikarbon dioksida untuk menghasilkan bikarbonat, yang nantinya akan
melindungi jaringan dari asam akibat refluks. Di esofagus terdapat produksi aktif
bikarbonatdi rongga ekstraseluler yang berfungsi menetralisasi refluks asam lambung.
Tidak terdapat pompa aktif bikarbonat di epitel laring dan CA-III.
5
2. 5 Etiologi
Penyebab Reflux Laryngopharyngeal Pada kedua ujung kerongkongan terdapat cincin
otot (sfingter). Biasanya, sfingter ini menjaga isi perut tetap berada- da l am pe ru t . Tap i
pada r e f l uks l a ryngopha ryngea l , sph inc t e r s t i dak beke r j adengan ba ik .
Asam l ambung kemba l i ke bag i an be l akang t enggo rokan anda (faring) atau
kotak suara (laring), atau bahkan ke bagian belakang saluran napas h idung Anda .
Ha l i n i dapa t menyebabkan pe radangan d i dae r ah yang t i dak dilindungi
terhadap paparan asam lambung. Silent reflux adalah umum pada bayikarena sfingter mereka
berkembang, mereka memiliki kerongkongan pendek, danmereka berbaring banyak waktu.
Penyebab pada orang dewasa mungkin tidak diketahui.
11
2.6. Manifestasi Klinik dan Gejala
Pasien dengan LFR sering datang dengan keluhan yang tidak spesifik, tetapi ada
beberpa kelompok gejala yang biasa ditemukan pada kelompok pasiendengan LFR. Gejala
tersebut adalah disfagia servikal, globus pharingeus,
throat clearing,
batuk kronik, suara serak, disfoni, nyeri tenggorokan, dan refluks yangsering terjadi pada
siang hari. Gejala-gejala tersebut bisa bermanifestasi dengangejala lain seperti
eksaserbasi asma, otalgia, mucus tenggorokan yang berlebih,9
halitosis, nyeri leher, odinofagi,
post nasal drip
, dan ke luhan gangguan pada suara. Salah satu aspek yang paling penting untuk
membedakan etiologi pasienyang memilki keluhan dengan LFR adalah keluhan
klasik yang dibedakan darikeluhan PRGE. PRGE secara tipikal memiliki manifestasi
seperti
heartburn
,regurgitasi, dan reluks yang terjadi saat berbaring
1
.G e j a l a - g e j a l a t e r s e b u t b i a s a n y a i n t e r m i t e n a t a u k r o n i k
i n t e r m i t e n . Man i f e s t a s i k l i n ik yang j uga b i a sa t e r j ad i pada RFL ada l ah
r e f l uks l a r i ng i t i s dengan atau tanpa granulasi atau formasi granuloma. Keluhan
tambahan yangd i l apo rkan ya i t u r e f l uks be rhubungan dengan s t enos i s
subg lo t i s , ka r s i noma laringeal, degenerasi polipoid, laringospasme, gerakan pita suara yang
paradoks,dan nodul fokal. Manifestasi lain pada kepala dan leher yang telah
dilaporkanmeliputi asma, sinusitis, dan otitis media. Diduga, hampir sebagian besar
pasiendengan gangguan laring dan gangguan pada suara mengalami refluks
10
.Pasien dengan RFL biasanya tidak memiliki rasa terbakar pada epigastrik pada substernal
dan gejalanya biasanya tidak memburuk setelah makan dan saat berbaring. Pada
suatu studi didapatkan rasa terbakar, tetapi hampir 75% pada pasien LFR menderita
esofagitis
5
Diagnosis
Diagnosis refluks laringofaring dibuat berdasarkan:1 . A n a m n e s i s Pasien anamnesis,
gejala yang berhubungan dengan laringitis non spesifik adalah suara serak. Laringitis non
spesifik berhubungan dengan inflamasilaringeal yang disebabkan oleh LFR. Kebanyakan gejala
ringan dan dapatsembuh secara spontan tetapi saat gejala persisten, laringitis harus
secaralebih jauh dijelaskan sebagai faktor etiologi yang mungkin mempengaruhiseperti
infeksi virus atau bakteri, alergi, trauma vokal, sekret post nasal,atau LFR. LFR
harus dicurigai ketika ada riwayat klinis. Berdasarkan laporan kasus terhadap 899 pasien,
throat clearing dikeluhkan oloeh 70% pasien LFR, rasa terbakar pada ulu hati dikeluhkan oleh
20% pasien
5
.10
2 . P e m e r i k s a a n F i s i k Pada pemeriksaan laringoskopi dapat ditemukan tanda-
tanda inflamasi pada laring dan faring sebagai berikut
1,4,5,10
:a .La r ing i t i s pos t e r i o r , d i t emukan adanya edema ak iba t
pen ingka t an vaskularisasi dan eritema. b . P e r u b a h a n j a r i n g a n p a d a l a r i n g d a n
p s e u d o s u l k u s v o k a l i s a t a u dapat juga terjadi edema yang difus.c . H i p e r t r o f i
p a d a m u k o s a l a r i n g . d.Laryngeal pachydermia (dapat bergranul maupun
cobblestone).e.Ulserasi, granuloma, terbentuk jaringan parut, maupun
stenosis.3 . P e m e r i k s a a n P e n u n j a n g Diagnosis pada LFR dapat dipastikan melalui
5
:a . S t u d i i m u n o h i s t o c h e m i c a l S tud i imunoh i s t ochemica l da r i ha s i l b iops i
spe s imen l a r i ng yang menunjukkan konsentrasi dari pepsin dan deplesi karbonik
anhidraseisoenzin III pada kasus-kasus LFR. b.
Ambulatory 24 hours double probe pH monitoring
Baku emas pada diagnosis LFR ditegakkan berdasarkan
Ambulatory24 hours double probe pH monitoring
yang dilakukan dengan caramengukur pH pada p roks ima l dan d i s t a l e so fagus .
Has i l pos i t i f didapatkan bila pH sangat rendah pada daerah proksimal
esofagusy a n g d i i k u t i d e n g a n p e n u r u n a n p H s e c a r a s i m u l t a n p a d a
d i s t a l esofagus.
Untuk membuat agar diagnosis menjadi lebih sederhana, Belafsky dkk (2001)mengembangkan
suatu alat diagnostik yang disebut Reflux Finding Score (RFS).RFS terdiri atas skor
yang terdiri atas delapan penemuan spesifik dari pemeriksaan fisik yang dapat
menunjang ke arah RLF. RFS berkisar antara 0 sampai 26. Apabilaskor lebih dari 7 maka
mengindikasikan 95% kemungkinan untuk memberikan hasil positif pada tes
Ambulatory 24 hours double probe pH monitoring.
11
U n t u k m e m p e r k u a t d i a g n o s t i k d e n g a n R F S , B e l a f s k y d k k
( 2 0 0 2 ) mengembangkan suatu kuesioner yang disebut Reflux Symptom Index
(RSI). RSIt e r d i r i d a r i s e m b i l a n p e r t a n y a a n y a n g d i t u j u k a n u n t u k
p a s i e n y a n g d i c u r i g a i menderita RLF dengan skala 0-5. Seperti halnya pada
RFS, skor RSI yang lebih be sa r da r i 13 kemungk inan akan menun jukkan ha s i l
pos i t i f pada pemer ik saan
Ambulatory 24 hours double probe pH monitoring
5
.
Skor RSI secara lebih jelasdapat dilihat pada gambar 5.
m e m b e n t u k t o n j o l a n p a d a k o r d a v o k a l i s d a n b e r p e r a n d a l a m
m e m b e n t u k t eganagan ko rda voka l i s , o t o t k r i ko t i ro id be r fungs i mena r ik
ka r t i l ago t i r o id kedepan, meregang dan menegangkan korda vokalis.
5
Laring disarafi oleh cabang-cabang nervus vagus yakni nervus laringeussuperior dan
nervus laringeus inferior (n.laringeus rekurens). Kedua saraf inimerupakan
campuran saraf motorik dan sensorik. Perdarahan pada laring terdiridari dua cabang
yakni arteri laringeus superior dan ateri laringeus inferior yang kemudian akan
bergabung dengan vena tiroid superior dan inferior.
3,4,5
4. Fisiologi laringLaring berfungsi sebagai proteksi, batuk, respirasi, sirkulasi,
respirasi,sirkulasi, menelan, emosi dan fonasi. Fungsi laring untuk proteksi adalah
untuk mencegah agar makanan dan benda asing masuk kedalam trakea dengan
jalanmenutup aditus laring dan rima glotis yang secara bersamaan. Benda asing
yangt e l a h m a s u k k e d a l a m t r a k e a d a n s e k r e t y a n g b e r a s a l d a r i p a r u
j u g a d a p a t dikeluarkan lewat reflek batuk. Fungsi respirasi laring dengan mengatur
mengatur be sa r kec i l nya r ima g lo t i s . Dengan t e r j ad inya pe rubahan t ekanan
uda ra maka didalam traktus trakeo-bronkial akan dapat mempengaruhi sirkulasi darah
tubuh.O leh ka rena i t u l a r i ng j uga mempunya i f ungs i s ebaga i a l a t penga tu r
s i r ku l a s i darah. Fungsi laring dalam proses menelan mempunyai tiga mekanisme
yaitugerakan laring bagian bawah keatas, menutup aditus laringeus, serta
mendorong bolus makanan turun ke hipofaring dan tidak mungkin masuk kedalam laring.
5
Laring mempunyai fungsi untuk mengekspresikan emosi seperti berteriak,mengeluh, menangis
dan lain-lain yang berkaitan dengan fungsinya untuk fonasidengan membuat suara serta
mementukan tinggi rendahnya nada.
5,6
2.3. Epidemiologi
Refluks laringofaring diderita oleh 50 juta warga amerika. Sekitar 4-10% juga
memiliki penyakit refluks gastroesofagus dan sekitar 20-70% orang yangmenderita
RLF juga memiliki gejala-gejala PRGE. RLF kebanyakkan dialami oleh wanita dengan
usia onset rata-rata 57 tahun
5
.7
2.4. Patofisiologi
RLF merupakan aliran balik isi lambung yang menuju ke laring, faring,dan saluran
erodigestif atas. Pada individu yang normal, spingter esofagus atas dan spingter
esofagus bawah bekerja secara bersama-sama untuk mencegah aliran balik ke arah esofagus.
Proses patologis utama pada RLF terjadi akibat disfungsida r i s f i ng t e r e so fagus a t a s .
S f i ng t e r e so fagus a t a s t e rd i r i a t a s c r i co fa r i ngeus , tirofaringeus, dan servikal
esofagus proximal. Sfingter esofagus atas menempel pada c r i co id dan t i r o id , dan
memben tuk ben tuk -C yang me l ingka r i e so fagus dengan inervasi dari plexus
faringeal berupa jaringan syaraf yang dibentuk darinervus laringeal superior, nervus
glossofaringeus, dan syaraf-syaraf simpatis yang berasal dari ganglion servikal superior. Ketika
sfingter esofagus atas membiarkana l i r a n b a l i k m e n u j u s e g m e n l a r i n g o f a r i n g ,
a s a m l a m b u n g d a n p e p s i n y a n g t e r a k t i v a s i m e n y e b a b k a n k e r u s a k a n
l a n g s u n g p a d a m u k o s a l a r i n g . H a l i n i menyebabkan kelemahan mukosiliari
clearance yang mengarah ke stasis mukusyang nantinya akan memperparah
eksaserbasi iritasi mukosa dan menyebabkantimbulnya gejala-gejala pada pasien
seperti postnasal drip, throat clearing, dansensasi globus.
1
Disfungsi sfingter esofagus atas bukanlah penyebab tunggal etiologi LFR.Beberapa studi telah
mengungkapkan aspek biokemikal berupa hubungan antaraLFR dengan deplesi karbonik
anhidrase isoenzim-III (CA-III) sebagai penyebabterdapatnya pepsin pada hasil
analisis histologis jaringan laring pada penderitaLFR. Penurunan level CA-III, yang
mungkin berhubungan dengan peningkatankonsen t r a s i peps in , pen t i ng s ebaga i
pe r t imbangan kond i s i ak iba t penu runan jumlah anion bikarbonat sebagai
penetralisir asam lambung dan juga terdapatsedikit penyangga kimia sebagai pelindung
mukosa laring.
1
Terdapat 4 pelindung fisiologis yang melindungi traktus aerodigestif atasdari luka akibat refluks,
yaitu sfingter esofagus bawah, fungsi motorik esofagealdengan acid clearance, resistensi jaringan
mukosa esofagus, dan sfingter esofagusatas. Epitel respiratori siliata dari laring posterior
yang secara normal berfungsimembersihkan mukus dari trakeobronkial diubah
ketika pelindung ini gagal dandisfungsi siliari resultan menyebabkan stasis mukus.
Akumulasi yang terjadi8
3.Gangguan pada pelindung fisiologis di traktus aerodigestif atas akibat perlukaan ANALISIS
III. 1.Apakah penyebab refluks laringofaringeal?Etiologi LFR:1.Disfungsi sfingter esofagus
atas2.Deplesi karbonik anhidrase isoenzim-III13
3.Gangguan pada pelindung fisiologis di traktus aerodigestif atas akibat perlukaan
refluks4.Idiopatik refluks4.Idiopatik
III. 2.Apakah gejala klinis dan komplikasi refluks laringofaringeal?Pasien dengan LFR sering
datang dengan keluhan yang tidak spesifik,tetapi ada beberpa kelompok gejala yang biasa
ditemukan pada kelompok pasiendengan LFR. Gejala tersebut adalah disfagia servikal, globus
pharingeus,
throat clearing,
batuk kronik, suara serak, disfoni, nyeri tenggorokan, dan refluks yangsering terjadi pada siang
hari. Gejala-gejala tersebut bisa bermanifestasi dengangejala lain seperti eksaserbasi asma,
otalgia, mucus tenggorokan yang berlebih,halitosis, nyeri leher, odinofagi,
post nasal drip
, dan keluhan gangguan padasuara. Salah satu aspek yang paling penting untuk membedakan
etiologi pasienyang memilki keluhan dengan LFR adalah keluhan klasik yang dibedakan
darikeluhan PRGE. PRGE secara tipikal memiliki manifestasi seperti
heartburn
,regurgitasi, dan reluks yang terjadi saat berbaring.Gejala-gejala tersebut biasanya intermiten
atau kronik intermiten.Manifestasi klinik yang juga biasa terjadi pada RFL adalah refluks
laringitisdengan atau tanpa granulasi atau formasi granuloma. Keluhan tambahan yangdilaporkan
yaitu refluks berhubungan dengan stenosis subglotis, karsinomalaringeal, degenerasi polipoid,
laringospasme, gerakan pita suara yang paradoks,dan nodul fokal. Manifestasi lain pada kepala
dan leher yang telah dilaporkanmeliputi asma, sinusitis, dan otitis media. Diduga, hampir
sebagian besar pasiendengan gangguan laring dan gangguan pada suara mengalami
refluks.Pasien dengan RFL biasanya tidak memiliki rasa terbakar pada epigastrik pada
substernal dan gejalanya biasanya tidak memburuk setelah makan dan saat berbaring. Pada suatu
studi didapatkan rasa terbakar, tetapi hampir 75% pada pasien LFR menderita esofagitis.Asam
lambung yang mengenai tenggorokan dan laring dapatmenyebabkan iritasi jangka panjang dan
kehancuran dinding laring. Komplikasiyang biasa terjadi pada LFR adalah:14
6.Mempersempit daerah dibawah pita suara7.Ulser kontak 8.Infeksi telinga yang berulang akibat
gangguan pada fungsi tuba9.Meningkatkan resiko kangker pada area yang terkena
refluks10.Menimbulkan gejala-gejala iritasi pada sistem pernapasan sepertiasma, emfisema, dan
bronkitisIII.3.Bagaimana tatalaksana refluks laringofaringeal?Penatalaksanaan refluks
laringofaring dapat dilakukan melalui beberapacara:4.Modifikasi gaya hidupBeberapa modifikasi
gaya hidup yang dilakukan pada pasien RLF antaralain :g.Menghindari makan makanan berat,
merokok, alkohol, danterlambat makan.h.Kurangi berat badan apabila BMI > 35.i.Mengurangi
makanan seperti coklat, makanan pedas, jeruk nipis,minuman berkarbonasi, makanan berlemak,
mint, dan kafein. j.Tidur dengan bantal atau tempat tidur yang ditinggikan.k.Menghindari
pakaian yang ketat pada bagian pinggang.l.Menghindari berbaring ke arah
kanan.5.Farmakologia.Obat-obatan yang mengurangi asam lambung antara lain
antagonisreseptor H2 dan Proton Pump Inhibitor (PPI) dengan dosis duakali per
hari. b.Prokinetik, seperti metoclorpramide, bethanacol, domperidone,dan bromopride digunakan
untuk meningkatkan tekanan spingter esofagus bawah dan mempercepat pengosongan
lambung.c.Sukralfat, digunakan sebagai proteksi mukosa lambung.15
Gambar 6. Algoritma Tatalaksana Refluks Laringofaring6.Operasi (fundoplikasi) Nissen
fundoplikasi dilakukan bila penderita tidak berespon lagi terhadapterapi farmakologi. Operasi ini
dilakukan dengan membuat agar funduslambung menyelimuti bagian bawah dari esofagus.
Operasi ini memilikiangka kesuksesan sebesar lebih dari 90% untuk mengobati PRGE dansekitar
73-86% keberhasilan dalam menatalaksana refluks laringofaring.III. 4.Apa komplikasi refluks
laringofaringeal ?Asam lambung yang mengenai tenggorokan dan laring dapatmenyebabkan
iritasi jangka panjang dan kehancuran dinding laring. Komplikasiyang biasa terjadi pada LFR