PBL Komunikasi & Empati - Copy
-
Upload
andrew-logan-juanda -
Category
Documents
-
view
25 -
download
0
description
Transcript of PBL Komunikasi & Empati - Copy
-
5/26/2018 PBL Komunikasi & Empati - Copy
1/12
Komunikasi dan Empati Dokter terhadap Pasien
Andrew Logan
F1102012289
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Semester 1
Alamat : Jalan Perunggu No.44, Cempaka Putih, Jakarta Pusat 10640
Email :[email protected]
Jakarta 2012
mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected] -
5/26/2018 PBL Komunikasi & Empati - Copy
2/12
1
Pendahuluan
Dewasa ini, globalisasi dan perkembangan teknologi berkembang cepat dalam setiap
bidang, termasuk di bidang kedokteran. Namun dengan berkembangnya globalisasi tersebut,
seringkali dalam hubungan dokter-pasien, komunikasi dan empati sering terabaikan. Padahal
dalam hubungan antara dokter dengan pasien, diperlukan adanya komunikasi dan empati
yang mendalam. Dokter tidak bisa memberikan pengobatan yang maksimal kepada pasien
ataupun membuatnya nyaman, tanpa berkomunikasi dengan cara yang benar. Misalnya, tanpa
melakukan anamnesis, dokter tidak dapat mendiagnosis pasien, memberikan prognosis,
ataupun menentukan terapi pengobatannya. Oleh karena hal itulah, pada kesempatan kali ini
penulis akan mencoba membahas komunikasi dan empati dokter terhadap pasien.
Pembahasan
Analisa transaksional
Analisa transaksional diperkenalkan oleh Eric Berne, seorang psikiater dan psiko-
analisis, pada tahun 1961. Analisa transaksional menurut Eric Berne adalah suatu pendekatan
untuk menganalisis dan mengubah hubungan pengaruh antar individu, yang menekankan
interaksi kedua pihak dan kesadaran diri sendiri melalui pengaturan dan pengekspresian diri.1
Analisa transaksional menganalisa pasien melalui lima tahap, yaitu analisis struktural,
analisis transaksional yang pantas, analisis permainan, analisis tulisan, dan kontrol sosial.2
Analisa transaksional menentukan ego dominan yang sedang berlangsung dalam diri
seseorang. Di dalam diri manusia, terdapat tiga ego atau oknum, yaitu :
1. Orangtua, yaitu tahap menyerupai figur orangtua.2 Pada oknum ego ini, individuberperasaan dan bertindak seperti yang dilakukan oleh orangtua. Di dalam oknum ini
terdapat proteksi, kritik, bimbingan, dan arahan bagaimana melakukan sesuatu. Jika
oknum ini terlalu dominan, maka seseorang akan menjadi sangat kritikal, sok tahu,
mau menang sendiri, dan tidak mau dikritik oleh orang lain.
2. Dewasa, yaitu masa kedewasaan dan kematangan dimana seseorang menghadapi danmenghargai otonomi, serta menghadapi dunia apa adanya.2 Seseorang yang
menampilkan oknum dewasa, akan mengolah suatu persoalan berdasarkan data,
analisa, dan logika. Di dalam oknum ini juga terdapat pengambilan keputusan dan
-
5/26/2018 PBL Komunikasi & Empati - Copy
3/12
2
bio-komputer. Oknum ini berorientasi pada realita / kenyataan, memberi keterangan
yang diperlukan, menganalisa situasi, membandingkan berbagai alternatif
penyelesaian, dan percaya diri sendiri. Namun jika seseorang menampilkan oknum ini
terlalu dominan, maka ia akan terlalu rasional, dimana dalam pergaulan menjadi
seseorang yang tidak menyenangkan. Ia tidak mempunyai banyak teman, tidak bisa
bergembira karena selalu menggunakan otaknya.
3. Kanak-kanak, yaitu masa menyerupai seorang anak, dimana terdapat perilakukekanakan di dalam diri seseorang. Oknum kanak-kanak ini terdapat berbagai aspek
yang menonjol, yaitu perasaan, emosi, intuisi-fantasi, dan merespons sesuai petunjuk
yang diberikan oleh orang lain. Namun, jika oknum ini yang paling dominan, maka
seseorang akan bermain-main saja dan tidak bisa serius.
Analisa transaksional dipandang sangat baik dan cocok dalam pertemuan sosial
(transaksional), yaitu pertemuan dua atau lebih individu.2 Individu pertama memberikan
stimulus transaksional, dan individu yang menjadi lawan bicara merespon dengan respon
transaksional.2Transaksi terbagi menjadi 3 jenis, yaitu complementary transaction, crossed
transaction, dan ulterior transaction.
Complementary transaction merupakan komunikasi yang paling sehat dimana ada
pesan yang dikirim dari suatu oknum ego, dan respon yang diberikan sesuai dengan yang
diharapkan.
Crossed transaction terjadi ketika respon transaksi tidak sesuai dengan yang
diharapkan agen pembicara, sehingga akan terjadi perselisihan, terdapat kemarahan, rasa
bersalah, keributan, menghindar, dll.
Ulterior transaction adalah komunikasi yang terdapat makna tersembunyi di dalam
komunikasi yang diberikan dan orang lain dapat menerima dan mengerti apa yang
disampaikan. Transaksi ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan
memberikan isyarat ketika berbicara sehingga lawan bicara dapat mengerti makna
tersembunyi yang dimaksudkan.
Analisa transaksional sebaiknya diterapkan dan digunakan dalam kehidupan setiap
orang. Dengan analisa transaksional, maka seseorang dapat belajar mempercayai, berpikir
matang, mengambil keputusan sendiri secara mandiri, dan mengekspresikan perasaannya
dengan baik. Tujuan diterapkannya analisa transaksional adalah untuk memperkaya
-
5/26/2018 PBL Komunikasi & Empati - Copy
4/12
3
kemampuan menghadapi dan mengatur situasi yang terdalam dalam interaksi di kehidupan
nyata.1
Unsur komunikasi dokter-pasien
Di dalam komunikasi antara dokter dengan pasien, terdapat unsur-unsur yang esensial,
yaitu manusiawi, empati, simpati, dan antipati.
Manusiawi. Di dalam era kemajuan teknologi kedokteran yang berlangsung dengan
cepat ini, timbul sebuah masalah dimana hubungan dokter-pasien sering tidak terjalin dengan
baik. Dokter sering memperlakukan pasien secara tidak manusiawi. Hal ini dapat terjadi
mungkin karena dokter tersebut telah kecapaian, mengalami suatu masalah, terdesak waktu,
atau hal lainnya yang membuat dokter tersebut memperlakukan pasien secara tidak
manusiawi. Jika dokter tidak memperlakukan pasien secara manusiawi, maka hal ini akan
merusak hubungan dokter-pasien. Seorang dokter harus memiliki sikap atau unsur manusiawi.
Di dalam unsur manusiawi ini, seorang dokter harus bertingkah laku atau bersikap sebagai
berikut.
Menerima orang lain sebagaimana adanya. Seorang dokter tidak boleh menolakkeberadaan pasien karena tidak sesuai dengan harapan dokter. Dokter harus menerimakelebihan dan kekurangan setiap pasien.
Memandang pasien sama rata atau secara adil, tanpa memandang identitas, statussosial, ataupun materi yang dimiliki pasien.
Menghargai perbedaan pendapat pasien. Jika pasien memiliki pendapat berbeda yangia pegang kukuh, maka dokter harus menghargainya dan tidak memaksakan
kehendaknya. Namun dokter boleh melakukan persuasi terhadap pasien dengan cara
yang halus.
Tidak berprasangka / bersikap apriori terhadap pasien. Tidak menghakimi pasien. Sebagai seorang dokter tidak boleh sok tahu akan diri
pasien, apalagi menghakiminya.
Empati.Empati adalah suatu respon yang menyadari dan memahami perasaan pasien,
serta tidak mencelanya.3Namun empati adalah sebuah pengertian, berbeda dengan simpati
emosional.3Penerapan empati dapat memperkuat dan mempererat hubungan dokter dengan
pasien, serta menjadikan anamnesis atau wawancara berjalan dengan lancar.3 Jika dokter
-
5/26/2018 PBL Komunikasi & Empati - Copy
5/12
4
melakukan anamnesis secara benar dan lengkap, maka dokter akan timbul rasa empati
terhadap penderitaan pasien.4Seorang dokter harus memiliki sifat empati ini, dimana dokter
harus memahami, menghayati, dan mampu menempatkan diri di tempat orang lain sesuai
dengan identitas, pikiran, perasaan, keinginan, perilaku, kondisi mental, dan kondisi fisiknya.
Di dalam melakukan empati, diperlukan tiga kemampuan sebagai berikut.
1. Kemampuan kognitif, yaitu dimana dokter mampu mengerti akan kebutuhan pasien.2. Kemampuan afektif, yaitu dimana dokter memiliki kepekaan akan perasaan pasien.3. Kemampuan perilaku, yaitu dimana dokter mampu mengungkapkan / memperlihatkan
empatinya kepada pasien.
Keterampilan seorang dokter untuk berempati bukanlah hanya bermanis mulut kepada
pasien, melainkan harus mendengarkan secara aktif, responsif terhadap kebutuhan dan
kepentingan pasien, serta berusaha memberikan pertolongan sebisa mungkin pada pasien.
Empati haruslah dimulai dari diri sendiri.
Dengan empati, maka kita dapat meningkatkan pertumbuhan kerohanian pasien, dan
menolong pasien untuk menjadi lebih kuat, mandiri, dan mampu melihat realitas yang
dihadapi. Dengan empati pasien juga mendapat kepastian bahwa masalah yang ia hadapi
adalah masalah umum dan sudah diketahui penyebabnya, dimana gejalanya tidak berbahaya
bila cepat diterapi, metode perawatannya pun sudah tersedia, masalahnya bisa dipecahkan,
dan hal-hal yang buruk dapat terjadi jika tidak mengikuti terapi yang diberikan.
Simpati. Simpati berbeda dengan empati. Simpati berasal dari bahasa Yunani, yaitu
syn, yang artinya bersama, dan pathos, yang artinya perasaan. Jadi, simpati artinya adalah
ikut larut dalam perasaan orang lain sehingga memiliki emosi dan perasaan yang sama
dengan orang lain. Simpati biasanya didahului oleh empati yang dilanjutkan dengan terlarut
di dalam perasaan atau penderitaan orang lain, sedangkan empati hanya terbatas pada
pengertian dan pemahaman saja. Di sinilah letak perbedaannya. Misalnya ketika pasien
menceritakan penyelewengan suaminya sambil menangis. Jika dokter berempati, maka dokter
memahami dan mengerti akan keadaan pasien dengan baik, dan mendukungnya dengan
memberi solusi. Namun jika dokter bersimpati, maka dokter akan terlarut dalam perasaan
pasien, ikut menangis, tidak dapat berpikir jernih, atau bahkan bisa menghakimi dan
membenci suami dari pasien tersebut.
-
5/26/2018 PBL Komunikasi & Empati - Copy
6/12
5
Dokter dalam menghadapi pasien harus memiliki empati, bukan simpati. Jika dokter
bersimpati terhadap pasien, maka dokter akan terlarut dalam perasaan dan penderitaan pasien,
terpengaruh pikiran dan emosinya, tidak berpikir jernih, menambah beban pikiran dokter, dll.
Oleh karena itu, sikap simpati ini harus dihindarkan oleh dokter dalam menghadapi pasien.
Antipati.Antipati berasal dari bahasa Yunani, yaitu anti,yang artinya berlawanan atau
bertentangan, dan pathos, yang artinya perasaan. Jadi antipati adalah lawannya simpati.
Antipati merupakan penolakan terhadap suatu pandangan tertentu. Ketika pasien
mengemukakan perasaannya, pendapatnya, ataupun pandangannya, dokter menolak
pandangan pasien tersebut dengan alasan tertentu. Misalnya ketika pasien berkata bahwa
penyelasaian masalahnya adalah bunuh diri, maka dokter dengan tegas menolak pandangan
pasien dan memberikan pendapatnya sendiri.
Informasi efektif
Dokter dalam menghadapi pasien harus dapat menyampaikan informasi secara efektif
dan benar, karena komunikasi adalah masalah hidup mati pasien. Jika informasi yang
diberikan tidak diterima oleh pasien dengan benar, maka akan terjadi permasalahan yang
gawat. Selalu terdapat kemungkinan bahwa pasien akan tidak mendengar, mengerti, ataupun
setuju dengan pesan yang disampaikan oleh dokter. Oleh karena itu, dokter harus mampu
berkomunikasi efektif untuk dapat menyampaikan informasi efektif. Informasi efektif ini
terdapat faktor-faktor yang mempengaruhinya, antara lain sebagai berikut.
Kredibilitas. Kredibilitas terdiri dari dua unsur, yaitu expertise (ahli/pakar) dantrushworthiness. Expertise, yaitu dimana komunikate meyakini bahwa komunikator
memang seorang ahli atau pakar di dalam bidang atau topik yang sedang dibicarakan.
Trushworthiness, yaitu dimana komunikate memiliki kesan mengenai watak
komunikator. Komunikator tersebut dinilai jujur, tulus, bermoral, atau malah
sebaliknya. Selain dua unsur tadi, Koehler, Annatol, dan Appelbaum menambahkan 4
lagi komponen kredibilitas: 5
1. Dinamisme, yaitu berkaitan dengan cara seseorang berkomunikasi, apakah iategas, berani, bergairah, dan aktif 5
2. Sosiabilitas, yaitu dimana komunikate mendapat kesan bahwa komunikatoradalah orang yang suka bergaul dan menyenangkan 5
-
5/26/2018 PBL Komunikasi & Empati - Copy
7/12
6
3. Koorientasi, yaitu dimana komunikate mendapat kesan bahwa komunikatormewakili kelompok orang yang disenangi komunikate, yang mewakili nilai-nilai
pasien 5
4. Karisma, yaitu dimana komunikator memiliki kemampuan untuk menarik danmengendalikan komunikate dengan karisma atau pesona yang dimilikinya.5
Atraksi. Atraksi dipengaruhi oleh daya tarik fisik dan kesamaan. Komunikatormemiliki daya atraksi jika memiliki daya tarik fisik yang mempesona, dan kesamaan
dalam situasi dan keadaan, atau yang diinginkan oleh komunikate.
Kekuasaan. Menurut Raven (1974) terdapat lima jenis sumber kekuasaan, yaitu: 61. Kekuasaan ganjaran. Target taat kepada agen karena ia yakin bahwa ia akan
mendapatkan ganjaran atau akibat yang diperoleh jika tidak menuruti agen. 6
2. Kekuasaan koersif. Target taat kepada agen agar ia terhindar dari hukuman yangdiyakini akan didapatnya, dan karena adanya tuntutan. 6
3. Kekuasaan resmi. Target taat kepada agen karena target meyakini bahwa agenmempunyai hak kekuasaan untuk membuat suatu ketentuan atau peraturan dan
target wajib melakukannya. 6
4. Kekuasaan keahlian. Target taat kepada agen karena ia percaya bahwa agenmemiliki keahlian atau adalah seorang pakar di bidang yang sedang dibicarakan. 6
5. Kekuasaan rujukan. Target taat kepada agen karena ia mengidentifikasikandirinya dengan agen dan mengharapkan persetujuan dari agen. 6
Sebagai dokter yang profesional, maka dokter harus mampu berkomunikasi efektif.
Dokter dalam berbicara harus bersifat terapeutis dan menyejukkan, bersifat membangun, dan
bersikap positif. Dalam komunikasi yang efektif terdapat dua kegiatan utama, yaitu
mendengarkan dan berbicara. Dokter mendengarkan pasien, sehingga pasien akan
memberikan informasi mengenai dirinya (mendengarkan efektif), dan setelah itu dokter jugaakan berbicara kepada pasien sehingga pasien dapat mendengar dan menerima pesan dengan
benar (informasi efektif).
Namun, pesan yang diterima oleh pasien dapat disengaja atau tidak disengaja, secara
sadar atau tidak sadar, dan secara benar atau menyimpang. Oleh karena itu, ada beberapa hal
yang harus dilakukan dokter:
-
5/26/2018 PBL Komunikasi & Empati - Copy
8/12
7
Metode KISS, yaitu keep it short and simple. Ketika dokter menyampaikan pesan,gaya bicara dokter harus singkat (tidak bertele-tele), sederhana (memakai bahasa yang
dimengerti pasien), dan praktis (mudah dilakukan pasien).
Ketika berbicara, suara dokter harus jelas dan tegas. Pasien harus dapat mendengardokter dengan jelas dan benar sehingga tidak terjadi kesalahpahaman. Ekspresi wajah
dokter juga harus simpatik, tidak boleh mencela pasien, atau membuat pasien merasa
kecewa, terganggu, sedih, kesal, dll. Dokter juga harus menatap mata pasien ketika
berbicara ataupun ketika mendengar pasien berbicara. Emosi dokter juga harus
dikendalikan dengan baik, tidak boleh membentak pasien.
Mampu memperhatikan dan memahami perilaku non-verbal dirinya dan pasien.Perilaku non-verbal memegang porsi yang besar dalam mengungkapkan perasaan diri
seseorang yang sebenarnya.
Ketika memberikan pesan, dokter harus memberikan pesan aku, tidak memberikanpesan kamu. Pesan kamu bersifat kontra produktif dimana tampak bahwa dokter
menilai pasien, melukai harga dirinya, dan dapat menimbulkan pertentangan.
Sebaliknya, pesan aku sangat efektif karena mengungkapkan perasaan dokter, dapat
menunjukkan alasan dokter dan membuat pasien mengerti, serta tidak melukai
perasaan pasien.
Oleh karena itu, keterampilan memberikan informasi efektif perlu dilakukan.
Komunikasi efektif bisa dipelajari dan keterampilan komunikasi dokter harus terus
ditingkatkan.
Hak dan kewajiban
Dokter memiliki hak dan kewajiban yang harus dipenuhi. Menurut UU No. 29 Tahun
2004 tentang Praktik Kedokteran Pasal 50 dan 51, hak dan kewajiban dokter adalah sebagai
berikut.
Hak dokter :
1. Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai standarprofesi dan standar operasional prosedur.
2. Memberikan pelayanan medis sesuai standar profesi dan standar operasional prosedur.3.
Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya.
4. Menerima imbalan jasa.
-
5/26/2018 PBL Komunikasi & Empati - Copy
9/12
8
Kewajiban dokter :
1. Memberikan pelayanan medis sesuai standar profesi dan standar operasional prosedurserta kebutuhan medis.
2. Apabila tidak tersedia alat kesehatan atau tidak mampu melakukan suatupemeriksaan/pengobatan, bisa merujuk pasien ke dokter/sarana kesehatan lain yang
mempunyai kemampuan lebih baik.
3. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan setelah pasienitu meninggal dunia.
4. Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin adaorang lain yang mampu melakukannya.
5. Mengikuti perkembangan ilmu kedokteran.Selain dokter, pasien juga memiliki hak dan kewajibannya sebagai seorang pasien
yang berobat di rumah sakit ataupun lembaga penyedia kesehatan lainnya. Menurut UU No.
29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran Pasal 52 dan 53, hak dan kewajiban pasien adalah
sebagai berikut.
Hak pasien :
1. Mendapatkan penjelasan lengkap tentang rencana tindakan medis yang akandilakukan dokter.
2. Bisa meminta pendapat dokter lain (second opinion).3. Mendapat pelayanan medis sesuai dengan kebutuhan.4. Bisa menolak tindakan medis yang akan dilakukan dokter bila ada keraguan.5. Bisa mendapat informasi rekam medis.
Kewajiban pasien :
1. Memberikan informasi yang lengkap, jujur dan dipahami tentang masalahkesehatannya.
2. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter.3. Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan.4. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.
Dalam menjalankan praktik kedokteran, dokter dan pasien harus saling menjalankan
dan memenuhi hak dan kewajibannya. Dokter dan pasien harus saling mengerti dan
-
5/26/2018 PBL Komunikasi & Empati - Copy
10/12
9
memahami keadaan orang lain. Dokter dan pasien tidak boleh hanya mementingkan haknya
dan tidak mau melakukan kewajibannya, ataupun tidak mempedulikan hak orang lain. Jika
dokter dan pasien menjalankan hak dan kewajibannya dengan benar, maka hubungan dokter
dengan pasien dapat terjalin dengan baik dan kedua pihak tidak ada yang merasa dirugikan.
Jenis komunikasi
Menurut teori ilmu komunikasi, metode penyampaian informasi atau komunikasi
dibagi menjadi dua, yaitu : 7
1. One way communication ataukomunikasi satu arah.7Pada jenis komunikasi ini, pesanatau informasi disampaikan kepada orang lain melalui satu media dan tidak ada
komunikasi pembicaraan.7
Dalam komunikasi satu arah, tidak terdapat pembicaraan
yang bersifat timbal balik atau dialog interaktif, dimana salah satu individu tidak
mendapat kesempatan untuk berbicara. Jika jenis komunikasi ini dipakai oleh seorang
dokter ketika berhadapan dengan pasien, maka tidak terbentuk komunikasi yang
efektif dan dokter tidak dapat mengobati pasien dengan benar.
2. Two ways communication atau komunikasi dua arah.7 Pada jenis komunikasi ini,pesan atau informasi yang disampaikan dapat langsung diterima oleh orang lain dan
terjadi dialog interaktif antara pemberi dan penerima pesan.
7
Di dalam praktikkedokteran, dokter harus memakai jenis komunikasi dua arah. Dengan terjadinya
dialog interaktif antara dokter dengan pasien, maka kedua pihak akan merasa
diuntungkan. Dokter dapat melakukan anamnesis dengan baik, melakukan diagnosis
dan memberikan prognosis dengan baik, serta menentukan cara pengobatan yang
paling tepat sesuai dengan kondisi kesehatan pasien.
Kesimpulan
Pada skenario yang dibahas, dokter tidak melakukan komunikasi dan empati yang
baik. Menurut analisa transaksional, dokter tersebut menampilkan oknum orangtua yang
sangat dominan dimana dokter tampak sok tahu akan penyakit yang diderita pasien. Di
skenario dikatakan bahwa dokter belum banyak bertanya sudah bisa memastikan diagnosis,
prognosis, dan terapi penyakitnya. Pasien di dalam skenario ini juga menampilkan oknum
kanak-kanak dimana pasien mudah sekali percaya kepada dokter. Dokter juga tidakmenunjukkan sikap empati terhadap pasien karena dokter tidak melakukan anamnesis dengan
-
5/26/2018 PBL Komunikasi & Empati - Copy
11/12
10
benar. Jika dokter tidak melakukan anamnesis, dokter tidak dapat mengerti kebutuhan pasien,
keluhan yang diderita pasien, dan apa yang diinginkan pasien. Jika dokter tidak dapat
mengerti hal-hal tersebut, maka dokter tidak dapat menaruh sifat empati, ataupun simpati.
Pada saat dokter menyampaikan informasi mengenai diagnosis, prognosis, dan terapi
penyakit kepada pasien, pasien langsung mempercayai dan mengagumi dokter. Hal itu dapat
terjadi karena dokter tersebut memiliki kredibilitas, dimana dokter diyakini oleh pasien
sebagai seorang yang ahli atau pakar di dalam bidang penyakit yang dideritanya. Pasien juga
percaya karena dokter mengatakan bahwa dokter telah banyak menangani kasus yang serupa
dengan pasien. Dokter tersebut juga dipercayai dan dikagumi oleh karena karisma yang
dimiliki oleh dokter tersebut.
Di skenario ini, dokter juga tidak melakukan kewajibannya untuk memberikan
pelayanan medis sesuai standar profesi dan standar operasional prosedur serta kebutuhan
medis. Dokter belum melakukan anamnesis dna diagnosis dengan benar, namun sudah dapat
memberikan prognosis dan terapi penyakit pasien karena menganggap kasus pasien sama
dengan kasus pasien lainnya. Padahal kasus setiap pasien adalah unik, tidak dapat disamakan
dengan pasien yang lain. Selain itu, pasien juga tidak mendapat haknya untuk mendapatkan
pelayanan medis sesuai dengan yang dibutuhkan. Belum tentu terapi yang diberikan oleh
dokter sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien.
Dan yang terakhir, dokter tidak melakukan komunikasi dua arah. Pasien tidak
diberikan kesempatan untuk memberikan informasi mengenai kondisi kesehatannya, keluhan
penyakitnya, atau hal yang diinginkan pasien. Jelas terlihat bahwa dokter melakukan
komunikasi satu arah. Dokter merasa sok tahu akan penyakit pasien.
-
5/26/2018 PBL Komunikasi & Empati - Copy
12/12
11
Daftar pustaka
1 Roberts, A.R., & Greene, G.J. (2008). Buku Pintar Pekerja Sosial Jilid 1 (hlm. 264).
Jakarta: BPK Gunung Mulia
2 Naisaban, L. (2004).Para Psikolog Terkemuka Dunia(hlm. 46-47). Jakarta: Grasindo
3 Swartz, M.H. (1995). Buku Ajar Diagnostik Fisik (hlm. 12). Jakarta: Penerbit buku
kedokteran EGC
4 Hardjodisastro, D. (2006). Menuju Seni Ilmu Kedokteran : Bagaimana Dokter Berpikir
dan Bekerja(hlm. 66). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
5 Riswandi.Modul 7 : Psikologi Komunikasi(Fakultas ilmu komunikasi Universitas Mercu
Buana). Diunduh pada 9 Oktober, 2012 dari World Wide Web :
http://pksm.mercubuana.ac.id/new/elearning/files_modul/61018-7-690379165158.doc
6 Sarwono, S.W. (2005).Psikologi sosial: psikologi kelompok dan psikologi terapan(hlm.
45). Jakarta: Balai Pustaka
7 Chandra, B. (2009). Ilmu Kedokteran Pencegahan & Komunitas (hlm. 221). Jakarta:
Penerbit buku kedokteran EGC
http://pksm.mercubuana.ac.id/new/elearning/files_modul/61018-7-690379165158.dochttp://pksm.mercubuana.ac.id/new/elearning/files_modul/61018-7-690379165158.dochttp://pksm.mercubuana.ac.id/new/elearning/files_modul/61018-7-690379165158.doc