PBL BLOK KARVAS
-
Upload
eirene-megahwati-paembonan -
Category
Documents
-
view
44 -
download
2
description
Transcript of PBL BLOK KARVAS
Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Sistem kardiovaskuler merupakan sistem transportasi dalam tubuh yang berfungsi
menghantarkan berbagai nutrisi, oksigen, air dan elektrolit menuju jaringan tubuh dan
membawa berbagai sisa metabolisme jaringan ke alat ekskresi. Sistem kardiovaskular juga
sebagai sistem transpor tertutup yang terdiri atas: jantung sebagai organ pemompa, pembuluh
darah sebagai saluran pompa yang mengalirkan komponen darah dan darah sebagai media
transport yang membawa oksigen dan nutrisi.. Ketiga komponen tersebut harus berfungsi
dengan baik agar seluruh jaringan dan organ tubuh menerima suplai oksigen dan nutrisi yang
adekuat.
Jantung memiliki suatu sistem yang sel-selnya mampu untuk membangkitkan dan
menghantarkan impuls listrik secara spontan. Kegiatan listrik jantung sering dihubungkan
dengan perjalanan impuls dari jantung yang dihantaran menuju jaringan tubuh dan diukur
pada permukaan tubuh menggunakan alat yang diebut galvanometer. Galvanometer yang
khusus digunakan untuk mendeteksi dan meningkatkan aktivitas listrik yang lebih kecil dari
jantung dan dapat digambarkan pada kertas yang berjalan disebut elektrokardiogram (EKG).
EKG dapat mencatat aktivitas listrik miokardium dari 12 posisi yang berbeda yaitu 3 posisi
standar, 3 posisi unipolar ektremitas, dan 6 posisi unipolar precordial. Tidak hanya itu saja di
dalam tubuh kita terdapa berbagai enzim dan jantung memiliki beberapa enzim yang berperan
mengaktifasi otot jantung dan mengkatalis reaksi biokimia jantung.
1.2 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah agar pembaca dan penulis mengetahui struktur
yang menyusun jantung dan bagaimana mekanisme kerja jantung sehingga disebut organ
yang sangat penting bagi kehidupan.
1
Bab II
Pembahasan
2.1 Struktur makro jantung
Jantung adalah organ berongga dan memiliki empat ruang yang terletak antara kedua
paru-paru dibagian tengah rongga toraks. Dua pertiga jantung terletak di sebelah kiri garis
midsternalis dan dilindungi oleh mediastinum.1
2.1.1 Permukaan jantung
Permukaan anterior jantung (sternokostalis) terdiri dari atrium dextra, sulcus
atrioventricular, ventrikel dextra, segaris tipis ventrikel sinistra, dan auricula atrium sinistra.
Permukaan inferior (diafragmaticha) terdiri dari atrium dextra, sulcus atrioventricular dan
kedua ventrikel yang dipisahkan oleh sulcus interventricular. Permukaan posterior (basalis)
terdiri dari atrium sinistra yang menerima keempat vv. Pulmonalis.2
2.1.2 Dinding jantung
Dinding jantung terdiri dari 3 lapis, yaitu epicardium yang merupakan lapis terluar
dinding jantung. Lapisan dalam epicardium disebut mebrana serosa (pericardium visceral),
merupakan selapis sel squamosa yang bersandar pada lamina propria jaringan ikat halus,
myocardium merupakan lapisan tengah dinding jantung dan merupakan lapisan paling tebal
serta endocardium yang merupakan lapisan terdalam dinding jantung.3
Pericardium terdiri dari komponen fibrosa dan serosa. Pericardium fibrosa adalah
lapisan kuat yang menyelimuti jantung. Lapisan ini bergabung dengan pangkal pembuluh
besar diatasnya dan dengan tendon sentral diafragma dibawahnya. Pericardium serosa
melapisi pericardium fibrosa (lapisan parietalis) dan pada pangkal pembuluh darah membalik
untuk menutupi permukaan jantung (lapisan viseralis). Dua sinus penting yang terletak
diantara lapisan parietal dan visceral yaitu sinus transverses yang terletak antara vena cava
superior dan atrium sinistra di posterior serta truncus pulmonalis dan aorta di anterior serta
sinus obliqus dibelakang atrium sinistra, sinus dibatasi oleh vena cava inferior dan
vv.pulmonalis
Pasokan darah untuk oerikardium berasal dari cabang-cabang pericardiofrenikus dari
arteri torakalis interna dan persarafan pericardium fibrosa dan lapisan parietalis dari
pericardium serosa dipersarafi oleh N. prenichus.
2
2.1.3 Bagian – bagian jantung
Jantung mempunyai 4 ruang yaitu:2
Atrium dextra
Menerima darah deoksigenasi dari vena cava inferior di bagian bawah dan vena cava
superior di bagian atas. Selain itu menerima darah dari sinus coronaries di bagian bawah.
Ujung atas atrium menonjol ke bagian kiri vena cava superior menjadi auricular dextra.
Sulcus terminalis adalah sulcus vertical dipermukaan luar atrium. Sulkus ini berhubungan
internal dengan krista terminalis yang adalah suatu tonjolan otot yang memisahkan lapisan
otot polos atrium (berasal dari sinus venosus) dari bagian lain atrium (bagian dari atrium fetus
sejati). Pada bagian lain atrium terdapat tonjolan otot horizontal yaitu muskuli pectinatus.
Diatas sinus coronaries, septum interatrial membentuk dinding posterior. Depresi septum
(fossa ovalis) tadinya merupakan foramen ovale. Dasarnya adalah septum primum fetal.
Tonjolan atas fossa ovalis disebut limbus yang mewakili septum sekundum menyebabkan
menetapnya foramen ovale namun selama kedua septa saling bertindihan tidak akan terjadi
disabilitas fungsional. Katup pulmonal terletak di bagian bawah puncak infundibulum.
Ventrikel dextra
Menerima darah dari atrium kanan melalui katup tricuspid. Bagian tepi daun katup
melekat pada corda tendinae yang akhirnya melekat pada muskulus papilaris. Dinding
ventrikel kanan lebih tebal dari dinding ventrikel kiri. Dinding ini mengandung kelompok
massa otot yang disebut trabekula kornea. Suatu kelompok menonjol ke depan dari septum
interventricular ke dinding anterior. Infundibulum adalah traktus aliran keluar yang
berdinding halus di ventrikel kanan. Katup pulmonal terletak dibagian puncak infundibulum.
Katup ini terdiri dari tiga daun katup semilunaris. Darah mengalir melalui katup dan menuju
arteri pulmonalis melalui truncus pulmonalis dan mengalami oksigenisasi di paru-paru.
Atrium sinistra
Menerima darah teroksigenasi dari keempat vv. Pulmonalis yang mengalir ke
posterior. Rongga ini berdinding halus kecuali pada tempat adanya anggota badan atrial. Pada
permukaan septal terdapat lekukan yang menandai fossa ovalis. Katup mitral (bicuspid)
menjaga aliran darah dari atrium sinistra ke ventrikel sinistra.
3
Ventrikel sinistra
Dinding ventrikel sinistra jauh lebih tebal dibandingkan dengan ventrikel dextra
namun strukturnya sama. Dinding yang tebal diperlukan untuk memompa darah teroksigenasi
dengan tekanan tinggi melalui sirkulasi sistemik. Proyeksi trabekula karnea dari dinding
dengan m. papilaris melekat ke tepi daun katup mitral melalui korda tendinae. Vestibulum
adalah bagian berdinding halus dari ventrikel sinistra yang terletak dibawah katup aorta dan
terdiri dari saluran keluar.
2.1.4 Katup-katup jantung
Fungsi katup jantung adalah untuk mempertahankan aliran satu arah. Katup mitral dan
tricuspid letaknya mendatar dan ketika sistolik ventrikel tepi daun katup yang bebas saling
menyentuh dan adanya tarikan corda tendinae mencegah terjadinya eversi dan katup aorta
dan pulmonal terdiri dari tiga daun katup semilunaris yang berbentuk cangkir. Selama
diastolic, ventrikel tekanan darah yang ada di atas katup menyebabkan terjadinya pengisian
dan kemudian penutupan katup.2
2.1.5 Vaskularisasi jantung
Jantung mendapat pendarahan dari arteri coronaria cordis yang merupakan cabang
dari aorta ascendens. Arteri coronaria cordis terbagi dua yaitu bagian dextra dan sinistra.
Arteri coronaria dextra bercabang-cabang menjadi ramus interventricularis posterior dan
ramus marginalis sedangkan yang sinistra bercabang-cabang menjadi ramus interventricularis
anterior dan ramus circumflexa. Kebanyakan vena dari jantung akan bermuara ke dalam sinus
coronaries yang terletak di bagian posterior sulcus coronarius serta berkahir di atrium dextra.3
2.1.6 Persarafan jantung
Jantung menerima persarafan simpatis dan parasimpatis sehingga denyut jantung bias
dikendalikan. Sesuai kebutuhan. Persarafan simpatis berasal dari ganglia simpatis cervicalis
dan dan toracal atas melalui plexus kordis superficialis dan profunda sedangkan persarafan
parasimpatis berasal dari N. Vagus.2,3
4
Gambar 1. Jantung tampak anterior (sumber: athoenk46.wordpress.com)
2.2 Struktur mikro jantung dan pembuluh darah
2.2.1 Mikroskopik jantung
Jantung dindingnya mempunyai 3 lapisan utama yaitu endokardium, yang sesuai dengan
tunika intima; miokardium, yang sesuai dengan tunika media dan epikardium yang sesuai
dengan tunika adventisia. Endokardium bersifat homolog dengan intima pembuluh darah.
Endokardium terdiri atas selapis sel endotel gepeng, yang berada diatas selapis tipis
subendotel jaringan ikat longgar yang mengandung serat elastin dan kolagen, selain sel otot
polos.4
Yang menghubungkan miokardium pada lapisan subendotel adalah selapis jaringan ikat
yang mengandung vena, saraf dan cabang-cabang dari sistem penghantar impuls jantung.
Miokardium adalah tunika yang paling tebal dari jantung dan terdiri atas sel-sel otot jantung
yang tersusun dengan lapisan yang mengelilingi bilik-bilik jantung dalam bentuk pilinan
yang rumit. Bagian luar jantung dilapisi oleh epitel selapis gepeng yang ditopang oleh selapis
tipis jaringan ikat yang membentuk epikardium.4
Ciri khas dinding atrium yaitu mempunyai endokardium yang tebal. Dibawah
endokardium terdapat lapisan subendokardium yang memisahkan endokardium dengan
miokardium. Valvula atrioventrikular mempunyai kerangka jaringan ikat padat fibrosa, dapat
dikenali dengan mudah pada pembesaran kecil. Permukaan katup yang mengahadap atrium
dilapisi oleh endokardium yang tebal sedangkan yang menghadap atrium dilapisi oleh
endokardium ventrikel yang tipis.
5
Pada pangkal katup dan menyatu dengan katup itu terdapat jaringan ikat fibrosa yang
membentuk annulus fibrosus yaitu cincin jaringan ikat fibrosa yang melingkari pintu
penghubung atrium dan ventrikel tempat melekat katup jantung tadi. Pada beberapa sajian
dapat dilihat korda tendinae yang menghubungkan katub dengan muskulus papilaris. Dalam
sajian ventrikel jantung diperhatikan beberapa ciri histologinya. Dinding ventrikel jelas
terlihat lebih tebal dibandingkan dinding atrium, miokardium ventrikel sangat tebal. Tetapi
endokardium ventrikel lebih tipis daripada endokardium atrium, hanya terdiri dari atas selapis
endotel dengan jaringan ikat subendotel dibawahnya.4
Jantung selalu berhubungan dengan pembuluh darah. Secara umum terdapat tiga
macam pembuluh darah yang dikenal di tubuh manusia yaitu, arteri, kapiler dan vena.
Masing-masing memiliki pembagian secara khusus. Lapisan yang mneyususn pembuluh
darah di urutkan dari yang terdalam
1. Tunika intima, lapisan terdalam yang memiliki endotel (sel selapis pipih atau
skuamosa) yang langsung menghadap ke lumen disertai dengan jaringan ikat
subendotel yang cenderung jarang.1
2. Tunika media, yang memungkinkan besar tersusun atas sel otot polos secara
konsentris mengelilingi lumen, disertai dengan serat kolagen, elastin, proteoglikan
serta zat amorf intraseluler. Lapis ini merupakan lapis yang paling tebal. 1
3. Tunika adventisia, tersusun atas jaringan pengikat fibroelasti tak bermesotel. Kolagen
tipe I juga sering ditemukan. Dilapisan ini terdapat vasa vaserum yang merupakan
arteri kecil yang masuk ke pembulug darah. 1
Vasa vasorum, pada pembuluh besar vasa vaserom (pembuluh darah kcil yang masuk
ke pembuluh darah) bercabang secara luas ke tunika adventisia media bagian luar.
Vasa vaserum menyampaikan metabolit kepada adventisia dan dia pada pembuluh
yang lebih besar, karena lapisan itu terlalu tebal untuk dicapai oleh nutrien secara
difusi dari lumen. Pembuluh-pembuluh ini lebih banyak dijumpai pada vena daripada
arteri. Jumlah vasa vaserom yang lebih banyak ini disebabkan kurangnya oksigen
dan substansi nutrien dalam darah vena. Vasa vaserom dapat timbul dari cabang-
cabang arteri yang dipasok atau dari arteri berdekatan.5
Batasan antara tunika intima dengan tunika media disebut lamina elastika interna, sedangkan
batasan antara tunika media dengan tunika adventisia disebut lamina elastika eksterna.
6
Gambar 3. Arteri besar dan arteri sedang potongan melintang (sumber: geneser, atlas berwarna histologi )
Arteri, struktur ini mengangkut darah ke jaringan. Arteri tahanan terhadap perubahan
tekanan darah pada bagian awal dan mengatur aliran darah pada bagian terminal. Arteri
digolongkan berdasarkan ukurannya menjadi erteriol, arteri muskular tau arteri sedang dan
arteri elastis atau arteri besar. Umumnya dinding arteri lebih tebal daripada dinding vena bila
pembuluh dengan garis tengah sama dibandingkan. 5
Arteriol biasanya bergaris tengah kurang dari 0,5 nm dan memiliki lumen yang relatif
sempit. Lumen dilapisi oleh sel endotel. Pada erteriol juga terdapat granul berbentuk batang .
merekan ini adalah granul weible palade yang hanya terdapar dalam sel endotel pembuluh
darah yang lebih besar dari kapiler. Granul ini mengandung sebuah protein dari mekanisme
koagulasi daerah yang dikenal sebagai faktor non willebrand.
Lapisan subendotel yang sangat tipis dan tidak terdapat lamina elastika kecuali pada
arteriol yang lebih besar. Medianya muskular dan umumnya terdiri dari lapisan sel otot polos
yang tersusun sirkular. Sdan terdapat adventisia yang tipis. 5
Gambar 4. Arteriol (sumber : nadya-mynewworld.blogspot.com)
Arteri sedang/ arteri muskular. Intimanya serupa dengan arteriol kecuali lapisan
subendotel yang lebih tebal dan mungkin terdapat otot polos. Lamina elastika interna tampak
mencolok. Tuniuka media dapat mengandung 40 lapis sel otot polos meskipun jumlah lapisan
7
ini berangsur-angsur berkurang dengan maikn kecilnya ukuran arteri tersebut. Sel-sel ini
bercampur dengan lamel elastis dalam jumlah bervariasi, selain serrat retikulin dan
proteoglikans. Pada arteri sedang yang lebih besar trdapat lamina elatika eksterna, dan
adventisia terdiri atas serat-serat kolagen dan elastin, sedikit fibroblas dan sedikit sel lemak.
Juga terdapat pembuluh limfe, vasa vaserom,dan saraf dalam adventisia dan struktur ini dapat
menerobos sampai bagian luar media.5
Arteri besar atau arteri elastis. Arteri ini mencangkup aorta sertta cabang-cabang
besarnya. Warnanya kekuningan kerena kumpulan elastin dimedianya. Intima lebioh besar
dari lapisan muskular. Dilapisi oleh sel endotel. Lapisan subendotel yang tebal, terdapat serat
jaringan ikat dari lapisan subendotel menampakan pola bergurat memanjangdsn berperan
penting dalam distrosi lapis sel endotel selama kontraksi berirama dan melebarnya pembukuh
darah. Sebuah lamina elastika interna meskipun ada mungkin tidak jelas.5
Tunika media terdiri dari satu lamina elastika perforata yang jumlahnya bertambah
sesuai usia. Strukturnya elastis lamina ini yang secara progresif akan menebal karena
pelekatan elastis. Diantara lamiina elastis terdapat sel oto polos serta serat retikulin dan
substansi dasar terutama terdiri dari kondroitin sulfat. Tunika adventisia yang memiliki
lamina elastika eksterna relatif kurang berkembang dan mengangdung serat elastin dan serat
kolagen.5
Vena, struktur ini mengembalikan darah kejantung, dibantu dengan aktivitas otot
polos dan katup khusus. Semua vena dapat digolongkan sebagai pembuluh penampung
karena lebih dari 70% volume darah total dari sistemm kardiovaskular erada dala bagian ini
pada sembanrang waktu. Seperti halnya arteri, vena umumnya digolngkan berdasrkan
ukurannya menjadi venula, vena kecil, vena sedang dan vena besar.5
Venula. Memiliki didning yang sangat tipis, tunika adventisia relatif lebih tebal.
Tunika media pada venula kecil biasanya hanya mengandung perisit kontraktil, dengan
sedikit sel-sel otot polos. Venula dengan luimen bergaris tengah memiliki struktur dan ciri
biologis lain dari sebuah kapiler.misalnya berperan serta dalam proses radang dan pertukaran
metabolit antara darah dan jaringan.5
Vena sedang. Dinding pembuluh darah mengandung jaringan elastis dalam jumlah
tertentu agar dapat mengembang dan berkerut. Pada vena sedang teradapt tiga lapisan yaitu
8
tunika intima, tunika media dan tunika adventisia. Namun, ketiga lapisan ini jauh lebih tipis
daripada arteri . didalam lumen pemuluh terdapat banyak eritrosit dan leukosit.5
Gambar 5. Vena sedang (sumber: dyahchimu.wordpress.com)
Vena besar. Memiliki tunika intima yang berkembang baik. Lapisan medianya jauh
lebih tipis, dengan beberapa lapis sel otot polos dan banyak jaringan ikat. Lapisan adventisia
adalah yang paling tebal dan lapis yang paling berkembang pada vena. Otot jantung terdapat
dalam adventisia vena cava dan vena pulmoneruntuk jarak pendek sebelum mereka
mencurahkan isinya ke dalam janttung.5
2.3 Aktivitas Listrik jantung
Kontraksi sel otot jantung untuk mendorong darah dicetuskan oleh potensial aksi yang
menyebar melalui membran sel-sel otot, jantung berkontraksi atau berdenyut secara berirama
akibat potensial aksi yang ditimbulkan sendiri, suatu sifat yang dikenal sebagai otoritmisitas.
Terdapat 2 jenis khusus sel otot jantung:6
1. 99% otot jantung adalah sel kontraktil, yang melakukan kerja mekanis, yaitu memompa.
Sel-sel pekerja ini dalam keadaan normal tidak menghasilkan sendiri potensial aksi.
2. 1% sel otoritmik, tidak berkontraksi tetapi mengkhususkan diri mencetuskan dan
menghantarkan potensial aksi yang bertanggung jawab untuk kontraksi sel-sel pekerja.
Berbeda dengan sel saraf dan sel otot rangka, yang membrannya tetap berada pada
potensial istirahat yang konstan, kecuali apabila sel dirangsang, sel-sel otoritmik jantung
tidak memiliki potensial istirahat. Sel-sel tersebut memperlihatkan aktivitas pemicu
(pacemarker activity), yaitu membran mereka secara perlahan mengalami depolarisasi, atau
bergeser; antara potensial-potensial aksi sampai ambang tercapai, pada saat membran
mengalami potensial aksi. Melalui siklus pergeseran dan pembentukan potensial aksi yang
berulang-ulang tersebut, sel-sel otoritmis ini secara siklik mencetuskan potensial aksi, yang
9
kemudian menyebar ke seluruh jantung untuk mencetuskan denyut secara berirama tanpa
perangsangan saraf apapun.6
Penyebab pergeseran potensial membran ke ambang masih belum diketahui. Secara
umum diperkirakan bahwa hal tersebut terjadi karena penurunan siklik fluks pasif K⁺ ke luar
yang berlangsung bersamaan dengan kebocoran lamban Na⁺ ke dalam. Di sel-sel otoritmik
jantung, antara potensial-potensial aksi permeabilitas K⁺ tidak menetap seperti di sel saraf
dan sel otot rangka. Permeabilitas membran terhadap K⁺ menurun antara potensial-potensial
aksi, karena saluran K⁺ diinaktifkan, yang mengurangi aliran ke luar ion kalium positif
mengikuti penurunan gradien konsentrasi mereka. Karena influks pasif Na⁺ dalam jumlah
kecil tidak berubah, bagian dalam secara bertahap menjadi kurang negatif; yaitu membran
secara bertahap mengalami depolarisasi dan bergeser ke arah ambang. Setelah ambang
dicapai, terjadi fase naik dari potensial aksi sebagai respon terhadap pengaktifan saluran Ca⁺⁺
dan influks Ca⁺⁺ kemudian; fase ini berbeda dari otot rangka, dengan influks Na⁺ (bukan
ifluks Ca⁺⁺) yang mengubah potensial aksi ke arah positif. Fase turun disebabkan, seperti
biasanya, oleh efluks K⁺ yang terjadi karena peningkatan permeabilitas K⁺ akibat pengaktifan
saluran K⁺. Setelah potensial aksi usai, inaktivasi saluran-saluran K⁺ ini mengawali
depolarisasi berikutnya.6
Sel-sel jantung yang mampu mengalami otoritmisitas ditemukan di lokasi-lokasi berikut:
1. Nodus sinoatrium (SA), daerah kecil khusus di dinding atrium kanan dekat lubang
(muara) vena kava superior.
2. Nodus atrioventrikel (AV), sebuah berkas kecil sel-sel otot jantung khusus di dasar
atrium kanan dekat septum, tepat di atas pertautan atrium dan ventrikel.
3. Berkas his (berkas atrioventrikel), suatu jaras sel-sel khusus yang bersal dari nodus AV
dan masuk ke septum antarventrikel, tempat berkas tersebut bercabang membentuk
berkas kanan dan kiri yang berjalan ke bawah melalui septum, melingkari ujung bilik
ventrikel, dan kembali ke atrium di sepanjang dinding luar.
10
4. Serat purkinje, serat-serat terminal halus yang berjalan dari berkas his dan menyebar ke
seluruh miokardium ventrikel seperti ranting-ranting pohon.
Kecepatan normal pembentukan potensial aksi di jaringan otoritmik jantung
Jaringan Potensial aksi per menit
Nodus SA (pemacu normal) 80-100
Nodus AV 40-60
Berkas His dan serat-serat purkinje 20-40
Sel-sel jantung yang memiliki kecepatan pembentukan potensial aksi tertinggi terletak
di nodus SA. Sekali potensial aksi timbul di salah satu otot jantung, potensial aksi tersebut
akan menyeber ke seluruh miokardium melalui gap junction dan sistem penghantar khusus.
Oleh karena itu, nodus SA, yang dalam keadaan normal memperlihatkan kecepatan
otoritmisitas tertinggi, yaitu 70-80 potensial aksi/menit, menjalankan bagian jantung sisanya
dengan kecepatan ini dan dikenal sebagai pemacu (pacemaker, penentu irama) jantung.
Jaringan otoritmik lain tidak mampu menjalankan kecepatan mereka yang rendah, karena
mereka sudah diaktifkan oleh potensial aksi yang berasal dari nodus SA sebelum mereka
mencapai ambang dengan irama mereka yang lebih lambat.6
Analogi berikut memperlihatkan bagaimana nodus SA mendorong bagian jantung lain
dengan kecepatan pemacunya. Misalkan sebuah kereta terdiri dari seratus gerbong, tiga
diantaranya adalah lokomotif yang mampu berjalan sendiri; sembilan puluh tujuh gerbong
lainnya harus ditarik agar dapat bergerak. Salah satu lokomotif (nodus SA) dapat berjalan
sendiri 70 mil/jam, lokomotif lain (nodus AV) 50 mil/jam, dan lokomotif terakhir (serat
purkinje) 30 mil/jam. Apabila seluruh gerbong tersebut disatuhkan, lokomotif yang mampu
berjalan dengan kecepatan 70 mil/jam akan menarik gerbong lainnya dengan kecepatan
tersebut. Lokomotif yang bergerak lebih lambat akan tertarik dengan kecepatan yang lebih
tinggi oleh lokomotif tercepat dan dengan demikian, tidak mampu berjalan dengan kecepatan
mereka sendiri yang lebih lambat selama mereka ditarik oleh lokomotif tercepat. Kesembilan
puluh tujuh gerbong lainnya (sel-sel pekerja kontraktil, nonotoritmik), yang tidak mampu
berjalan sendiri, akan berjalan dengan kecepatan apapun yang ditentukan oleh lokomotif
tercepat yang menarik mereka.
Apabila karena suatu hal lokomotif tercepat rusak (kerusakan pada nodus SA),
lokomotif tercepat kedua (nodua AV) akan mengabil alih dan kereta akan berjalan dengan
11
kecepatan 50 mil/jam; yaitu, apabila nodus SA nonfungsional, nodus AV akan menjalankan
aktivitas adalah pemacu laten yang dapat mengambil alih, walaupun dengan kecepatan yang
lebih rendah, apabila pemacu normal tidak bekerja. Apabila hantaran impuls antara atrium
dan ventrikel terhambat, atrium akan terus berdenyut dengan kecepatan 70 kali/menit, dan
jaringan ventrikel, yang tidak dijalankan oleh kecepatan nodus SA yang lebih tinggi,
berdenyut dengan kecepatan 30 kali/menit yang dimulai oleh sel otoritmik ventrikel (serat-
serat purkinje). Situasi ini dapat diperbandingkan dengan rusaknya lokomotif kedua (nodus
AV) terputus dari lokomotif ketiga (serat purkinje) dengan gerbong lainnya. Lokomotif
utama terus melaju dengan kecepatan 70 mil/jam sementara bagian kereta sementara bagian
kereta lainnya berjalan dengan kecepatan 30 mil/jam. Fenomena seperti itu , yang dikenal
sebagai blok jantung total (complete heart block), timbul apabila jaringan penghantar antara
atrium dan ventrikel rusak dan tidak berfungsi.6
Kadang-kadang suatu bagian jantung, misalnya serat purkinje, menjadi sangat
tereksitasi dan mengalami depolarisasi lebih cepat daripada nodus SA. (lokomotif yang
lambat mendadak memiliki kapasitas untuk melaju dengan cepat daripada lokomotif utama;).
Daerah yang mengalami eksitasi abnormal, yakni fokus ektopik, mencetuskan potensial aksi
prematur yang menyebar ke seluruh bagian jantung lainnya sebelum nodus SA dapat
menghasilkan potensial aksi. Impuls abnormal yang kadang-kadang datang dari suatu fokus
ektopik menghasilkan denyut prematur atau suatu ekstrasistol. Jika fokus ektopik terus
menghasilkan potensial aksi dengan kecepatan yang lebih tinggi, aktivitas pemacu bergeser
dari nodus SA ke fokus ektopik. Kecepatan denyut jantung secara mendadak meningkat
selama beberapa waktu sampai fokus ektopik kembali ke normal.6
Penyebaran eksistasi jantung dikoordinasi untuk memastikan agar pemompaan
efisien. Setelah dimulai di nodus SA, potensial aksi menyebar ke seluruh jantung . agar
jantung berfungsi secara efisien, penyebaran eksitasi harus memenuhi tiga kriteria:
1. Eksitasi dan kontraksi atrium harus selesai sebelum kontraksi ventrikel dimulai.
2. Eksitasi serat-serat otot jantung harus dikoordinasi untuk memastikan bahwa setiap bilik
jantung berkontraksi sebagai suatu kesatuan untuk menghasilkan daya pompa yang
efisien.
3. Pasangan atrium dan pasangan ventrikel harus secara fungsional terkoordinasi, sehingga
kedua anggota pasangan tersebut bekrontraksi secara simultan.
Eksitasi atrium suatu potensial aksi yang berasal dari nodus SA pertama kali
menyebar ke kedua atrium, terutama dari sel ke sel melalui gap junction. Selain itu, beberapa
12
jalur penghantar khusus yang batasnya tidak jelas mempercepat penghantaran impuls melalui
atrium:6
Jalur antaratrium berjalan dari nodus SA di dalam atrium kanan ke atrium kiri. Karena
adanya jalur ini, gelombang eksitasi dapat menyebar melintasi gap junction di seluruh
atrium kiri pada saat yang sama dengan penyebaran eksitasi di atrium kanan. Hal ini
memastikan bahwa kedua atrium mengalami depolarisasi untuk berkontaksi sedikit
banyak secara siumultan.
Jalur antarnodus berjalan dari nodus SA ke nodus AV. Nodus AV adalah satu-satunya
titik kontak listrik antara atrium dan ventrikel; dengan kata lain, karena atrium dan
ventrikel secara struktural dihubungkan oleh jaringan ikat yang tidak menghantarkan
listrik, satu-satunya cara agar potensial aksi dapat menyebar ke ventrikel adalah dengan
melewati nodus AV. Jalur penghantar antarnodus mengarahkan penyebaran potensial
aksi yang berasal dari nodus SA ke nodus AV untuk memastikan kontaksi sekuensial
ventrikel setelah kontraksi atrium.
Eksitasi ventrikel setelah perlambatan tersebut, impuls dengan cepat berjalan melalui
berkas His dan ke seluruh miokardium ventrikel melalui serat-serat purkinje. Jaringan serat di
sistem penghantar ventrikel ini mengkhususkan diri untuk menghantarkan potensial aksi
secara cepat. Keberadaan serat-serat tersebut mempercepat dan mengkoordinasikan
penyebaran eksitasi ventrikel untuk memastikan bahwa ventrikel berkontaksi sebagai sutu
kesatuan. Walaupun membawa potensial aksi dengan cepat ke sejumlah besar sel otot, sistem
ini tidak berakhir di setiap sel. Impuls dengan cepat menyebar dari sel-sel yang tereksitasi ke
sel-sel otot ventrikel lainnya melalui gap junction.
Potensial aksi di sel otot jantung kontraktil memperlihatkan fase datar yang khas.
Potensial aksi di sel otot jantung kontraktil, walaupun dimulai oleh sel-sel pemacu di nodus,
cukup bervariasi dalam mekanisme ionik dan bentuknya dibandingkan dengan potensial
nodus SA. Tidak seperti sel-sel otoritmik, membran sel kontaktil pada dasarnya tetap berada
dalam keadaan istirahat sebesar -90 mV sampai tereksitasi oleh aktivitas listrik yang merabat
dari pemacu. Setelah membran sel kontraktil miokardium ventrikel tereksitasi, timbul
potensial aksi melalui hubungan rumit antara perubahan permeabilitas dan perubahan
potensial membran sebagai berikut:6
1. Selama fase naik potensial aksi, potensial membran dengan cepat berbalik ke nilai positif
sebesar +30 mV akibat peningkatan mendadak permeabilitas membran terhadap Na⁺
13
yang diikuti oleh influks pasif Na⁺. Permeabilitas Na⁺ kemudian dengan cepat berkurang
ke nilai istirahatnya yang rendah, tetapi, khas untuk sel otot jantung, membran potensial
dipertahankan di tingkat positif ini selama beberapa ratus milidetik dan menghasikan
fase datar (plateau phase) potensial aksi.
2. Perubahan voltase mendadak yang terjadi selama fase naik potensial aksi menimbulkan 2
perubahan permeabilitas bergantung-voltase yang bertanggung jawab mempertahankan
fase datar tersebut: pengaktifan saluran Ca⁺⁺ “lambat” dan penurunan mencolok
permeabilitas K⁺. Pembukaan saluran Ca⁺⁺ menyebabkan difusi lambat Ca⁺⁺ masuk ke
dalam sel karena konsentrasi Ca⁺⁺ di CES lebih besar. Influks Ca⁺⁺ yang bermuatan
positif ini memperlama kepositivan di bagian dalam sel dan merupakan penyebab utama
fase datar. Efek ini diperkuat oleh penurunan permeabilitas K⁺ yang terjadi bersamaan.
Penurunan aliran ke luar K⁺ yang bermuatan positif mencegah repolarisasi cepat
membran dan dengan demikian ikut berperan memperlama fase datar.
3. Fase turun potensial aksi yang berlangsung cepat terjadi akibat inaktivasi saluran Ca⁺⁺
dan pengaktifan saluran K⁺. Penurunan permeabilitas Ca⁺⁺ tidak lagi masuk ke dalam sel,
sedangkan peningkatan mendadak permeabilitas K⁺ yang terjadi bersamaan
menyebabkan difusi cepat K⁺ yang positif ke luar sel. Dengan demikian, repolarisasi
cepat yang terjadi pada akhir fase datar terutama disebabkan oleh efluks K⁺, yang
kembali membuat bagian dalam sel lebih negatif daripada bagian luar dan memulihkan
potensial membran ke tingkat istirahat.
Mekanisme bagaimana suatu potensial aksi di serat otot jantung menimbulkan
kontraksi di serat tesebut cukup mirip dengan proses penggabungan eksitasikontraksi di otot
rangka. Adanya potensial aksi lokal di dalam tubulus T menyebabkan Ca⁺⁺ dikelurkan ke
dalam sitosol dari simpanan intrasel di retikulum sarkoplasma. Berbeda dengan sel otot
rangka, selama potensial aksi Ca⁺⁺ juga berdifusi dari CES ke dalam sitosol melintasi
membran plasma. Pemasukan Ca⁺⁺ ini semakin memicu pengeluaran Ca⁺⁺ dari retikulum
sarkoplasma. Pasokan tambahan Ca⁺⁺ tidak saja merupakan faktor utama memanjangnya
potensial aksi jantung, tetapi juga menyebabkan pemanjangan periode kontraksi jantung,
yang berlangsung sekitar 3 kali lebih lama daripada kontraksi serat otot rangka. Peningkatan
waktu kontraktil ini memastikan bahwa tersedia cukup waktu bagi jantung untuk memompa
darah.
14
Peran Ca⁺⁺ di dalam sitosol, seperti di otot rangka, adalah berikatan dengan kompleks
troponin-tropomiosin dan secara fisik menggeser kompleks tersebut, sehingga dapat terjadi
siklus jembatan silang dan kontraksi. Namun, tidak seperti otot rangka, jumla Ca⁺⁺ yang
dibebaskan cukup untuk mengaktifkan semua jembatan silang, di otot jantung tingkat
aktivitas jembatan silang bervariasi sesuai dengan jumlah Ca⁺⁺ sitosol. Pengeluaran Ca⁺⁺ dari
sitosol oleh pompa aktif di membran plasma dan retikulum sarkoplasma menyebabkan
troponin dan tropomiosin kembali dapat menghambat jembatan silang, sehingga kontraksi
berhenti dan jantung melemas.6
Gambar 9. Aktivitas pemacu sel otoritmik jantung
2.4 Proses mekanis siklus jantung
Siklus jantung terdiri dari sistol (kontraksi pengosongan) dan diatol (relaksasi
pengisian) yang bergantian. Kontraksi terjadi karena penyebaran eksitasi ke sluruh jantung
sementara relaksasi mengikuti repolarisasi otot jantung. Atrium dan ventrikel melakukan
siklus sistol dan diastole secara terpisah kecuali di ventrikel.
a. Middiastol ventrikel
Selama sebagian besar diastole ventrikel, atrium juga masih berada dalam diastole.
Tahap ini berkorespondensi dengan interval TP pada EKG-interval setelah repolarisasi
ventrikel dan sebelum depolarisasi atrium berikutnya. Karena darah dari system vena terus
mengalir ke dalam atrium maka tekanan atrium sedikit melebihi tekanan ventrikel meskipun
kedua rongga ini berada dalam keadaan relaksasi. Karena perbedaan tekanan ini, maka katup
AV (tricuspid dan katup mitral) terbuka sedangkan katup aorta dan pulmonal tertutup dan
darah mengalir langsung dari atrium ke dalam ventrikel sepanjang diastolic ventrikel.4 Akibat
pengisian pasif ini (sekitar 70% darah yang dialirkan secara pasif), volume ventrikel secara
perlahan meningkat bahkan sebelum atrium mulai berkontraksi.6,7
15
b. Menjelang akhir diastole ventrikel
Menjelang akhir diastole ventrikel, nodus SA mencapai ambang dan melepaskan
muatan. Impuls menyebar ke seluruh atrium yang tampak di EKG sebagai gelombang P.
Depolarisasi atrium menyebabkan kontraksi atrium (sistolik atrium), meningkatkan kurva
tekanan atrium dan memeras lebih banyak darah ke dalam ventrikel. Proses penggabungan
eksitasi-kontraksi berlangsung selama jeda singkat antara gelombang P dan peningkatan
tekanan atrium. Peningkatan tekanan ventrikel yang terjadi secara bersamaan dengan
peningkatan tekanan atrium disebabkan oleh tambahan volume darah yang dimasukkan ke
ventrikel oleh kontraksi atrium. Sepanjang kontraksi atrium, tekanan atrium sedikit lebih
tinggi daripada tekanan ventrikel sehingga katup AV (tricuspid dan katup mitral) tetap
terbuka.
c. Akhir diastole ventrikel
Diastole ventrikel berakhir pada saat ventrikel akan kontraksi (awitan ventrikel/
sistolik ventrikel). Pada saat ini, kontraksi atrium dan pengisian ventrikel telah tuntas.
Volume darah di ventrikel pada akhir diastole dikenal dengan volume diastolic akhir (VDA),
rata-rata 135 ml. Tidak ada lagi darah yang ditambahkan ke ventrikel selama siklus ini.
Karena itu volume diastolic akhir adalah jumlah maksimal darah yang dikandung oleh
ventrikel selama siklus ini.
d. Awal sistolik ventrikel
Pada permulaan sistolik ventrikel, katup mitral dan trucuspidalis (AV) menutup. Otot
ventrikel pada mulanya hanya sedikit memendek, tetapi tekanan intraventrikel meningkat
secara tajam sewaktu miokardium menekan darah di dalam ventrikel. Periode kontraksi
ventrikel isovolumetrik (tidak ada darah yang keluar masuk ventrikel) ini berlangsung selama
0,05 detik sampai tekanan di ventrikel kanan dan kiri melebihi tekanan di aorta (80 mmHg)
dan arteri pulmonalis (10 mmHg) dan katup aorta dan pulmonalis terbuka.
Selama konraksi isovolumertrik, katup AV menonjol ke dalam atrium menyebabkan
peningkatan tekanan atrium kecil tetapi tajam. Saat katup aorta dan pulmonalis terbuka,
dimulailah fase penyemprotan ventrikel (ejeksi ventrikel). Penyemprotan darah mula-mula
berlangsung cepat, kemudian melambat seiring dengan kemajuan sistolik. Tekanan
interventrikel meningkat sampai maksimum dan kemudian sedikit menurun sebelum sistolik
16
ventrikel berakhir. Tekanan vnetrikel kiri puncak adalah sekitar 120 mmHg dan tekanan
ventrikel kanan puncak adalah 25 mmHg atau lebih kecil.6
e. Akhir sistolik ventrikel
Pada akhir sistolik, tekanan aorta sebenarnya melebihi tekanan ventrikel, tetapi untuk
jangka waktu yang singkat momentum tetap mendorong darah. Katup AV tertarik ke bawah
oleh kontraksi otot ventrikel dan tekanan atrium turun. Saat istirahat jumlah darah yang
disemprotkan oleh ventrikel per denyut adalah 70-90ml. Volume ventrikel diastolic akhir
adalah sekitar 130 ml. dengan demikian, sekitar 50 ml darah tetap berada di setiap ventrikel
pada akhir sistolik (volume ventrikel sistolik akhir).7
Besarnya volume darah yang teringgal di ventrikel setelah sistolik yaitu 50-65 ml. ini
adalah jumlah darah yang paling sedikit yang terkadung dalam ventrikel selama siklus ini.
Perbedaan antara volume darah di ventrikel sebelum dan sesudah kontraksi adalah jumlah
darah yang diejeksikan selama kontraksi yaitu VDA-VSA=IS kira-kira 70 ml.6
f. Repolarisasi ventrikel dan awitan diatol ventrikel
Gelombang T menandakan repolarisasi ventrikel pada akhir sistolik ventrikel. Sewaktu
ventrikel mulai melemas pada repolarisasi, tekanan ventrikel turun dibawah tekanan aorta dan
katup aorta menutup. Penutupan katup aorta menyebabkan gangguan atau takik pada kurva
tekanan aorta (takik dikrotik). Tidak ada lagi darah yang keluar dari ventrikel selama siklus
ini, karena katup aorta telah tertutup.6
g. Relaksasi ventrikel isovolumetrik
Saat katup aorta menutup, katup AV belum terbuka karena tekanan ventrikel masih melebihi
tekanan atrium sehingga tidak ada darah yang masuk ke ventrikel dari atrium. Karena itu,
semua katup kembali tertutup untuk waktu yang singkat dikenal sebagai relaksasi ventrikel
isovolumetrik. Tidak ada darah yang meninggalkan atau masuk sewaktu ventrikel terus
melemas dan tekanan terus turun.5 Relaksasi isovolumetrik berakhir di saat tekanan ventrikel
turun dibawah tekana atrium dan katup AV membuka dan ventrikel terisi.7
2.5 Mekanisme pompa jantung
17
Secara umum sistem sirkulasi darah dalam tubuh manusia dapat dibagi menjadi 2
bagian:7
1. Sistem sirkulasi umum (sistemik): sirkulasi darah yang mengalir dari jantung kiri
keseluruh tubuh dan kembali ke jantung kanan.
2. Sistem sirkulasi paru-paru (pulmoner): sirkulasi darah yang mengalir dari jantung kanan ke
paru-paru lalu kembali ke jantung kiri.
Pada orang dewasa, jumlah volume darah yang mengalir di dalam sistemsirkulasi
mencapai 5-6 liter (4,7 - 5,7 liter). Darah terus berputar mengalir didalam sistem sirkulasi
sistemik dan paru-paru tanpa henti.7
2.5.1 Sistem Sirkulasi Sistemik
Sistem sirkulasi sistemik dimulai ketika darah bersih (darah yang mengandung
banyak oksigen yang berasal dari paru) dipompa keluar oleh jantung melalui bilik (ventrikel)
kiri ke pembuluh darah Aorta lalu keseluruh bagian tubuh melalui arteri-arteri hingga
mencapai pembuluh darah yang diameternya paling kecil yang dinamakan kapilaria.7
Kapilaria melakukan gerakan kontraksi dan relaksasi secara bergantian yang disebut
dengan vasomotion sehingga darah didalamnya mengalir secara terputur-putus (intermittent).
Vasomotion terjadi secara periodik dengan interval 15 detik- 3 menit sekali. Darah mengalir
secara sangat lambat di dalam kapilaria dengan kecepatan rata-rata 0,7 mm/detik. Dengan
aliran yang lambat ini memungkinkan terjadinya pertukaran zat melalui dinding kapilaria.
Pertukaran zat ini terjadi melalui proses difusi, pinositosis dan transpor vesikuler, serta
filtrasidan reabsorpsi. Ujung kapilaria yang membawa darah bersih dinamakan arteriole
sedangkan ujung kapilaria yang membawa darah kotor dinamakan venule, terdapat hubungan
18
antara arteriole dengan venule melalui 'capillary bed ' yang berbentuk seperti anyaman,
ada juga hubungan langsung (bypass) dari arteriole ke venule melalui ‘ Arteria-Vena
Anastomose ( A-V Anastomosis)’.7
Darah dari arteriole mengalir kedalam venule kemudian melalui pembuluh darah balik
(vena terbesar yang menuju jantung kanan yaitu Vena Cava Inferior dan Vena Cava Superior)
kembali ke jantung kanan (serambi/atrium kanan). Darah dari atrium kananmemasuki
ventrikel kanan melalui Katup Trikuspid (katup berdaun 3).7
Sistem sirkulasi sistemik: jantung ventrikel kiri aorta arteri arteriole
capillary bed atau A-V anastomose venule vena vena cava (vena cava inferior
dan vena cava superior) –> jantung (atrium kanan)6.
2.5.2 Sistem Sirkulasi Paru (Pulmonal)
Sistem sirkulasi paru dimulai ketika darah kotor (darah yang tidak mengandung
Oksigen (O2) tetapi mengandung banyak CO2, yang berasal dari Vena Cava Inferior
dan Vena Cava Superior) mengalir meninggalkan jantung kanan (Ventrikel/bilik kanan)
melalui Arteri Pulmonalis menuju paru-paru (paru kanan dan kiri). Kecepatan aliran darah di
dalam Arteri Pulmonalis sebesar 18 cm/detik, kecepatan ini lebih lambat daripada aliran
darah di dalam Aorta. Di dalam paru kiri dan kanan, darah mengalirke kapilaria paru-paru
dimana terjadi pertukaran zat dan cairan melalui proses filtrasi dan reabsorbsi serta difusi. Di
kapilaria paru-paru terjadi pertukaran gas O2 dan CO2 sehingga menghasilkan darah bersih
(darahyang mengandung banyak Oksigen). Darah bersih selanjutnya keluar parumelalui Vena
Pulmonalis (Vena Pulmonalis kanan dan kiri) memasuki jantung kiri (atrium/serambi kiri).
Kecepatan aliran darah di dalam kapilaria paru-paru sangat lambat, setelah mencapai Vena
Pulmonalis, kecepatan aliran darah bertambah kembali. Seperti halnya Aorta, Arteri
Pulmonalis hingga kapilaria juga mengalami pulsasi (berdenyut).7
Selanjutnya darah mengalir dari dari atrium kiri melalui katup Mitral (katup berdaun
2) memasuki Ventrikel kiri lalu keluar jantung melalui Aorta, maka dimulailah sistem
sirkulasi sistemik (umum), dan seterusnya secara berkesinambungan7
Sistem sirkulasi paru-paru : jantung (ventrikel kanan) arteri pulmonalis paru
kapilaria paru vena pulmonalis jantung (atrium kiri).7
2.6 Curah Jantung
19
Curah jantung adalah volume darah yang dipompa oleh masing-masing ventrikel per
menit. Selama satu periode waktu, volume darah yang mengalir melalui sirkulasi paru sama
dengan volume yang mengalir melalui sirkulasi sistemik. Karena itu, curah jantung dari
masing-masing ventrikel normalnya sama meskipun dari denyut per denyut dapat terjadi
variasi ringan.4
Curah jantung dapat berubah-ubah oleh perubahan pada kecepatan denyut jantung
atau isi sekuncup. Karena denyut jantung terutama dikontrol oleh persarafan jantung,
stimulasi simpatis meningkatkan kecepatan dan stimulasi parasimpatis menurunkannya. Isi
sekuncup sebagian juga ditentukan oleh input saraf, rangsang simpatis menyebabkan serat-
serat otot miokardium berkontraksi lebih kuat untuk setip panjang sedangkan rangsang
parasimpatis menimbulkan efek sebaliknya. Apabila kekuatan kontraksi meningkat tanpa
peningkatan panjang serat, lebih banyak darah (yang dalam keadaan normal tetap ada dalam
ventrikel) yang disemprotkan keluar yaitu fraksi ejeksi meningkat dan volume darah ventrikel
akhit sistolik berkurang. Efek katekolamin yang dikeluarkan oleh stimulasi simpatis pada
akselerasi jantung disebut efek kronotropik, sedangkan efeknya pada kekuatan kontraksi
jantung disebut efek inotropik. Factor-faktor yang meningkatkan kekuatan kontraksi jantung
dikatakan inotropik positif, factor yang menurunkannya disebut inotropik negative. Kekuatan
kontraksi otot jantung bergantung pada preload (seberkas otot diregangkan oleh suatu beban)
dan afterloodnya (tegangan dengan beban yang terangkat).
Fase awal kontraksi bersifat isometric; komponen elastic yang terangkai dengan
komponen kontraktil diregangkan dan tegangan meningkat sampai cukup untuk mengangkat
beban. Otot kemudian berkontraksi secara isotonis tanpa menambah tegangan lebih lanjut. In
vivo, preload adalah derajat peregangan miokardium sebelum miokardium berkontraksi dan
afterload adalah resistensi yang dihadapi darah sewaktu dikeluarkan.7
2.6 Enzim kardiovaskular
Enzim yang ditemukan di seluruh tubuh dan dilepaskan untuk mengaktifasi reaksi
kimia dengan tanggapan untuk mengambil tempat ini. Cardia zat kimia enzim terdiri dari
protein yang penting untuk mengaktifkan fungsi dari otot jantung. Enzim merupakan molekul
protein besar yang terbuat dari asam amino yang diperlukan untuk struktur tubuh, fungsi, dan
peraturan-peraturan yang membantu reaksi kimia terjadi. Enzim jantung ditemukan di dalam
jaringan berfungsi sebagai katalis untuk berbagai rekasi biokimia jantung. Enzim-enzim
tersebut selalu berada dalam darah, bahkan pada seseorang dengan kondisi sehat tetapi pada
20
orang sehat enzim tersebut dilepaskan untuk konsentrasi lebih tinggi ketika jaringan jantung
menjadi rusak atau harus bekerja keras.8
Enzim jantung utama yang ditemukan dalam jaringan jantung adalah Troponin T,
Troponin I, creatine kinase (CK) atau kreatin phosphokinase (CPK), aminnotransferase
aspartate (AST) dan laktat dehidrogenase (LDH) enzim ini semua bangkit dan puncak pada
waktu yang berbeda setelah cedera otot jantung dan peningkatan dapat tetap memuncak
selama beberapa hari, meskipun kali ini juga variabel dengan enzim yang berbeda. Dan
enzim jantung yang paling utama adalah troponin dan kreatin phosphokinase (CPK). 8
CK MB (creatinin kinase MB )
Enzim CK-MB dalam keadaan normal ditemukan didalam otot jantung dan
dilepaskan ke dalam darah jika terjadi kerusakan jantung. Peningkatan kadar enzim ini akan
tampak dalam waktu 6 jam setelah serangan jantung dan menetap selama 36-48 jam. Kadar
enzim ini biasanya diperiksa pada saat penderita masuk rumah sakit dan setiap 6-8 jam
selmaka 24 jam berikutnya. Enzim CPK (creatine phosphokinase) juga penting, karena
memeberikan energi yang dibutuhkan untuk gerakan oleh hati. Ketika otot jantung rusak
dalam kasus serangan jantung, konsentrasi tinggi enzim jantung yang dilepaskan ke dalam
aliran darah.8
Troponin (cTn = cardiac specific troponin)
Troponin adalah enzim jantung yang sangat penitng, karena memainkan peran sentral
dalam kontrak otot jantung. Troponin kontrol bagaimana otot jantung merespon sinyal yang
diterima untuk berkontraksi dan mengatur gaya yang kontraksi otot. 8
a. Troponin I
Troponin I merupakan enzim jantung yang memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang
sangat baik. Tingginya kadar troponin I merefleksikan efek kumulatif dari
pembedahan. Peningkatan kadar troponin I akan meningkatkan morbiditas dan
mortalitas pasca bedah.9
b. Troponin T
Troponin T merupakan protein jantung yang diketahui sebagai tanda paling spesifik
dan sensitif pada saat ini. Troponin T dalam darah terdapat dalam dua bentuk yaitu
bentuk bebas dan bentuk terikat. Karena berada dalam dua bentuk ini maka gambaran
kada troponin setelah serangan IMA menjadi bifasik yaitu terdapat dua puncak pada
21
grafik yang menggambarkan peningkatan kadar troponin T. Troponin T akan
mengikat di dalam darah apabila terjadinya kerusakan sel akibat terhentinya aliran
darah ke dalam sel, yang mengakibatkan selnya pecah.10
Lactic dehydrogenase (LDH)
LDH yang paling sering diukur unutk memeriksa kerusakan jaringan. LDH enzim
dalam jaringan tubuh terutama jantung, hati, ginjal, otot rangka, otak, sel-sel darah dan paru.
Laktat dehidrogenase (LDH) dan isoenzimnya juga perlu diperiksa pada pasien yang datang
terlambat berobat, karena kadarnya baru meningkat dan mencapai puncaknya pada 2-3 hari,
jauh lebih lambat dibandingkan CK. 8
Serum glutamicpyruvic transaminase (SGPT)
Aminotransferase alanin (ALT)/SGPT merupakan enzim utama yang banyak
ditemukan pada sel hati serta efektif dalam mendiagnosis dekstruksi hepatoseluler. Enzim ini
juga ditemukan dalam jumlah sedikit pada otot jantung, ginjal serta otot rangka, kadar
ALT/SGPT seringkali dibandingkan dengan AST/SGOT untuk tujuan diagnostik. ALT
meningkatkan lebih khas daripada AST pada kasus nekrosis hati dan hepatitis akut,
sedangkan AST meningkatkan kebih khas pada nekrosis miokardium (infrak miokardium
akut), sirosis, kanker hati, hepatitis kronis dan kongesti hati. AST (SGOT ) normalnya
ditemukan dalam suatu keanekaragaman dari jaringan termasuk hati, jantung, otot, ginjal, dan
otak.8
2.7 Pemerikasaan EKG
Oleh karena cairan tubuh adalah konduktor yang baik, fluktuasi potensial yang
menggambarkan jumlah aljabar potensial aksi serat miokardium dapat direkam secara
ekstrasel. Perekam fluktuasi potensial ini selama siklus jantung adalah elektrokardiogram
(EKG). EKG dapat direkam dengan menggunakan elektroda aktif atau elektroda eksplorasi
yang dihubungkan dengan elektroda indifferen pada potensial nol (rekaman unipolar) atau
dengan menggunakan dua elektroda aktif (rekaman bipolar). Dalam konduktor volume,
jumlah potensial pada titik segitiga sama sisi dengan sumber arus di pusat adalah nol pada
setiap waktu. Segitiga dengan jantung pada pusatnya disebut segitiga Einthoven dapat
dperkirakan dengan menempatkan elektroda pada kedua lengan atau tungkai kiri dan ini ialah
negative. Gelombang P dihasilkan oleh depolarisasi atrium, kompleks QRS oleh depolarisasi
ventrikel, dan segmen ST serta gelombang T oleh repolarisasi ventrikel. Manifestasi
repolarisasi atrium dalam keadaan normal tidak terlihat karena tertutup oleh kompleks QRS.
22
Gelombang U tidak selalu ditemukan dikatakan karena adanya repolarisasi lambat pada otot
papilaris.7
Ketika sebuah mesin elektrokardiograf dihubungkan antara elektroda-elektroda
perekam di dua titik di tubuh maka susunan spesifik masing-masing pasangan koneksi
disebut sadapan.6 sadapan bipolar dipergunakan sebelum dikembangkan sadapan unipolar.
Disebut juga sadapan ekstremitas standar hantaran I,II,III masing-masing merekam
perbedaan potensial antara dua ekstremitas. Oleh karena arus mengalir hanya dalam cairan
tubuh, rekaman yang diperoleh adalah yang akan diperoleh bila elektroda pada titik
perlekatan ekstremitas, tanpa memperdulikan elektroda ditempatkan pada ekstremitas. Pada
sadapan I, elektroda dihubungkan sedemikian rupa sehingga defleksi ke atas di catat ketika
lengan kiri menjadi relative positif terhadap kanan (positif lengan kiri). Pada sadapan II,
elektroda pada lengan kanan dan tungkai kiri dan tungkai positif dan pada sadapan III
elektroda pada lengan kiri dan tungkai kiri dengan tungkai positif.
Sadapan unipolar; tambahan 9 sadapan unipolar yaitu sadapan yang merekam
perbedaan potensial antara elektroda eksplorasi dan elektroda indiferen. Terdapat 6 sadapan
unipolar dada dan diberi nama V1-V6 dan tiga sadapan unipolar ekstremitas VR (lengan kiri),
VL (lengan kiri) dan VF (kaki kiri). Lazin dipergunakan tiga sadapan ekstremitas standar
yang dipergunakan pada elektrokardiografi. Bila semuaelektroda tersebut dihubungkan ke
ujung bersama, diperoleh elektroda indiferen berada dekat potensial nol. Depolarisasi yang
bergerak menuju elektroda katif dalam konduktor volume menghasilkan defleksi positif,
sedangkan depolarisasi yang bergerak kea rah berlawanan menghasilkan defleksi negative.
Menurut perjanjian, ke atas akan ditulis bila elektroda aktif menjadi relative positif
terhadap elektroda indiferen dan dfleksi ke bawah ditulis bila elektroda aktif menjadi
diperbesar diberi nama dengan huruf a (aVR,aVL, aVF). Sadapan ekstremitas yang
diperbesar merekam antara satu ekstremitas dengan dua ekstremitas lain. Ini meningkatkan
ukuran potensial 50% tanpa perubahan apapun pada konfigurasi dari rekaman yang tak
diperbesar. Sadapan unipolar dapat juga dutempatkan pada ujung kateter dan dimasukkan ke
esophagus atau jantung.6
Pada EKG normal, depolarisasi atrium, ventrikel, dan repolarisasi ventrikel bergerak
menjauhi elektroda eksplorasi, sehingga gelombang P, kompleks QRS dan gelombang T
semuanya defleksi negative (kearah bawah); aVL dan aVF melihat ke ventrikel, dan karena
itu defleksi dominan positif atau bifasik. Tidak ada gelombang Q pada V1 dan V2 dan bagian
23
awal kompleks QRS adalah defleksi ke atas kecil karena depolarisasi ventrikel mula-mula
bergerak melintasi bagian tengah septum dari kiri ke kanan menuju elektroda eksplorasi.
Gelombang eksitasi kemudian bergerak menuruni septum dan ke ventrikel kiri
menjauhi elektroda menghasilkan gelombang S besar. Akhirnya bergerak kembali sepanjang
dinding ventrikel menuju elektroda, menyebabkan kembali ke garis isoelektrik. Sebaliknya
pada sadapan ventrikel kiri (V4-6) mungkin terdapat awal gelombang Q kecil (depolarisasi
septum dari kiri ke kanan) dan terdapat gelombang R besar (depolarisasi septum dan
ventrikel kiri) dan diikuti gelombang S sedang pada V4 dan V5 (depolarisasi lambat dinding
ventrikel bergerak kembali menuju sambungan AV). Terdapat variasi dalam posisi jantung
normal dan posisi mempengaruhi konfigurasi kompleks elektrokardiografi pada berbagai
sadapan.7
Bab III
24
Penutup
3.1 Kesimpulan
Jantung merupakan organ muscular yang memiliki struktur dan mekanisme kerja yang
sangat penting bagi tubuh. Apabila terjadi gangguan baik pada struktur ataupun mekanisme
kerja jantung itu sendiri, maka jantung tidak akan bekerja maksimal lagi. Dengan itu, sakit
pada dada kiri dipengaruhi oleh struktur dan mekanisme kerja jantung yang dapat diketahui
dengan melakukan pemeriksaan EKG.
Daftar Pustaka
25
1. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta:EGC;2004.h.184-231.
2. Faiz O, Moffat D. At a glance series anatomi. Jakarta:Erlangga;2002.h.14-20.
3. Winami W, Kindangen K, Listiawaty E. Sistem kardiovaskular 1. Jakarta:Fakultas
Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana;2010.
4. Fawcett DW, Bloom. Buku ajar histologi. Edisi ke-12. Jakarta:EGC; 2002.h.629-49.
5. Junqueira L C. Histologi dasar. Edisi 10. Jakarta: EGC; 2007.h. 216-20.
6. Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Edisi ke-6. Jakarta:EGC;2011.h.327-
57.
7. Ganong W F. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-20. Jakarta: EGC; 2003.h.525-47.
8. Kuchel P, Ralston G.B. Biokimia. Jakarta: Erlangga; 2006.
9. Baradero M, Dayrit M W, Siswadi Y. Klien gangguan kardiovaskular. Jakarta:
EGC;2005.
10. Pemeriksaan troponin T. Maj Kedokt Andala. 2002; 1(26): 18-9.
26