PBL Blok 9

22
Tinjauan Pustaka Sistem Digestivus Gaster Manusia Maria Donata Keli 102011198 dracomarkel @yahoo.com Fakultas Kedokteran Ukrida Jalan Arjuna Utara, No.6, Jakarta Barat 11510 Pendahuluan Sistem pencernaan terdiri dari saluran pencernaan (alimentar), yaitu tuba muscular panjang yang merentang dari mulut sampai anus, dan organ-organ aksesoris, seperti gigi, lidah, kelenjar saliva, hati, kantung empedu, dan pankreas. Saluran pencernaan yang terletak di bawah area diafragma disebut saluran gastrointestinal. Fungsi utama sistem ini adalah untuk menyediakan makanan, air, dan elektrolit bagi tubuh dari nutrient yang dicerna sehingga siap diabsorpsi. 1 Berdasarkan kasus pada skenario, makalah ini akan membahas khusus organ pencernaan (digestivus) lambung atau gaster. Lambung merupakan bagian yang paling lebar dari saluran pencernaan mulai dari esophagus sampai duodenum dan berfungsi sebagai tempat penampungan makanan untuk dicerna dan mengatur pengaliran hasil cerna itu ke usus kecil. 2 Selain mengenai fungsi lambung tersebut, pembahasan dalam makalah ini meliputi struktur anatomi makroskopik dan mikroskopik dari lambung, mekanisme sistem pencernaan pada lambung, serta enzim-enzim yang berperan dalam sistem pencernaan pada lambung. Tujuannya agar mahasiswa mampu memahami organ pencernaan terkhusususnya 1

description

tets

Transcript of PBL Blok 9

Page 1: PBL Blok 9

Tinjauan Pustaka

Sistem Digestivus Gaster Manusia

Maria Donata Keli

102011198

dracomarkel @yahoo.com

Fakultas Kedokteran Ukrida

Jalan Arjuna Utara, No.6, Jakarta Barat 11510

Pendahuluan

Sistem pencernaan terdiri dari saluran pencernaan (alimentar), yaitu tuba muscular panjang

yang merentang dari mulut sampai anus, dan organ-organ aksesoris, seperti gigi, lidah,

kelenjar saliva, hati, kantung empedu, dan pankreas. Saluran pencernaan yang terletak di

bawah area diafragma disebut saluran gastrointestinal. Fungsi utama sistem ini adalah untuk

menyediakan makanan, air, dan elektrolit bagi tubuh dari nutrient yang dicerna sehingga siap

diabsorpsi.1 Berdasarkan kasus pada skenario, makalah ini akan membahas khusus organ

pencernaan (digestivus) lambung atau gaster.

Lambung merupakan bagian yang paling lebar dari saluran pencernaan mulai dari esophagus

sampai duodenum dan berfungsi sebagai tempat penampungan makanan untuk dicerna dan

mengatur pengaliran hasil cerna itu ke usus kecil.2 Selain mengenai fungsi lambung tersebut,

pembahasan dalam makalah ini meliputi struktur anatomi makroskopik dan mikroskopik dari

lambung, mekanisme sistem pencernaan pada lambung, serta enzim-enzim yang berperan

dalam sistem pencernaan pada lambung. Tujuannya agar mahasiswa mampu memahami

organ pencernaan terkhusususnya lambung serta faktor-faktor yang berkaitan dengan

lambung seperti yang disebutkan di atas.

Skenario 4

Mahasiswa B usia 19 tahun, merasa mual, kembung, dan nyeri ulu hati. Dia tidak pernah

sarapan pagi dan selalu minum kopi. Oleh dokter ia didiagnosa menderita penyakit lambung.

1

Page 2: PBL Blok 9

Tinjauan Pustaka

Struktur Anatomi Lambung / Gaster

Lambung merupakan bagian yang paling lebar dari saluran pencernaan mulai dari esophagus

sampai duodenum dan berfungsi sebagai tempat penampungan makanan untuk dicerna dan

mengatur pengaliran hasil cerna itu ke usus kecil. Kapasitas lambung kurang lebih 1,5 liter –

2 atau 3 liter. Jika dilihat dari region abdomen dan pada posisi berbaring, lambung terletak di

region hipokondriaka kiri, epigastrika, dan umbilikalis. Letak lambung dan bentuknya

bergantung pada berbagai keaadaan, seperti isi dan tingkat pencernaan, keadaan alat-alat

sekitarnya, bentuk tipe morfologi individu, serta pernapasan dal letak tubuh. Bentuk

umumnya adalah bentuk huruf J dengan pars pilorik sedukit naik ke atas pylorus. Bentuk

tegak eperti hurf L terbalik terdapat pada lambung yang mempunyai tonus otot yang lebih

kuat.2

Gambar 1 dan 2. Struktur Anatomi Lambung3

2

Page 3: PBL Blok 9

Tinjauan Pustaka

Letak Lambung

Ostium kardiakum terletak kurang lebih 3 cm di sebelah kiri garis tengah, setinggi vertebra

torakalis 11, dan 10 cm di sebelah dalam dari tulang rawan iga 7 kiri. Lubang ini merupakan

tempat yang paling tetap dari lambung. Pylorus letaknya relatif tetap, yaitu pada posisi

berbaring terletak di atau sedikit kanan dari linea mediana setinggi vertebra lumbalis 2 atau 3

pada posisi berdiri, atau bahkan dapat bergeser 5 cm ke kanan pada lambung yang penuh

yang penuh. Fundus letaknya paling superior di belakang iga ke-5 kiri di linea

midklavikularis. Fiksasi paling kuat dari lambung terdapat pada cardia kerena hubungannya

dengan esophagus yang terfiksasi pada diafragma. Omentum minus juga dapat membantu

fiksasi lambung pada tempatnya.2

Bagian-bagian Lambung

Lambung mempunyai dua lambung (ostium cardiakum dan pylorus). Dua lengkungan

(kurvatura mayor dan minor) dan dua permukaaan (facies anterior dan posterior). Lambung

terdiri dari lima bagian, yaitu cardia, fundus, corpus, pars pilorika, dan pylorus. Cardia

merupakan daerah tempat masuknya esophagus ke dalam lambung. Fundus gastrikus yang

berbentuk kubah merupakan bagian lambung yang berada di atas kiri dari ostium kardiakum.

Pada fundus ini biasanya berkumpul gas. Di antara fundus dan pars abdominalis esofagei

terdapat sudut yang tajam, disebut incisura kardiaka. Corpus gastrikum yang merupaka

bagian utama, terletak kurang lebih vertical (sedikit ke arah depan kanan) antara fundus dan

incisura angularis beralih menjadi pars pilorika. Kurvatura minor yang merupakan batas

kanan lambung terbentang dari kardia sampai pylorus. Kurvatura mayor yang lebih besar

terbentang dari incisura kardiaka terus ke fundus dan pinggir kiri lambung sampai piloruss.

Pada kurvatura minor di batas antara korpus dengan pars pilorika terbentuk sudut yang

disebut incisura angularis. Pars pilorika terdiri dari antrum pilorikum yang lebar di sebelah

proximalis dan kanalis pilorikus yang lebih sempit di sebelah distal yang berakhir pada

pylorus. Pada batas antara kedua bagian ini kadang-kadang terdapat suatu sulkus dangkal.

Pylorus merupakan daerah terdapatnya penyempitan berupa spinchter yang umumnya berada

dalam keadaan kontraksi tonik. Sphincter pilori mempunyai otot sirkularis tebal yang

mengatur aliran lambung ke duodenum.2

3

Page 4: PBL Blok 9

Tinjauan Pustaka

Hubungan Lambung dengan Sekitarnya

Facies anterior gaster bagian kanan berbatasan dengan lobus sinister hepatis dan lobus

quadrates hepatis. Sedangkan pylorus berbatasan dengan lobus quadrates hepatis. Sebagian

facies anterior lambung juga berbatasan dengan dinding perut yang sesuai dengan lapang

lambung. Sedangkan curvatura major berbatasan dengan colon transversum dan ligamentum

gastrocolokum. Facies posterior gaster pada fundus ventriculinya berbatasan dengan

diaphragma. Corpus ventrikuli berbatasan dengan bagian diapragma yang menurun.

Curvatura major berbatasan dengan ren sinister, gandula suprarenalis sinister, dan lien.

Bagian caudal dari gaster berbatasan dengan bagian superior pancreas. Kurvatura minor

bagian kiri atas berbatasan dengan tuber omentale pancreatis. Sedangkan ventrikuli bagian

distalnya berbatasan dengan colon transversum dan mesencolon.2,4

Pendarahan

Arteri

1. A. Gastrica Sinistra, merupakan cabang dari A. Coeliaca (tripus Halleri). A. Gastrica

Sinistra beranastomose dengan A. Gastrica dextra yang merupakan cabang dari A.

Hepatica Propia di curvature minor dan A. Oesophagea yang merupakan cabang dari

Aorta Thoracalic.

2. Aa. Gastrica Breves, merupakan cabang dari A. Lienale di fundus ventriculi dan

memperdarahi fundus ventriculi.

3. A. Gastroepiploica (gastro omentalis) sinistra, merupakan cabang dari A. Lienale.

Arteri ini beranastomose dengan A. Gastroepiploica dextra yang merupakan cabang

dari A. Gastroduodenale di curvatura major. A. Gastroepiploica sinistra

memperdarahi curvatura major dan omentum majus.4

Vena

Pembuluh balik vena mengikuti jalannya arteri.

1. Darah dari V. Gastrica dextra dan sinistra dialirkan ke dalam V. Porta.

2. Darah dari V. Gastrica Breves dan V. Gastroepiploica sinistra dialirkan ke dalam V.

Lienalis yang bergabung dengan V. Mesenterica superior menuju V. Porta.4

4

Page 5: PBL Blok 9

Tinjauan Pustaka

Getah Bening

Pembuluh getah bening berasal dari Nnll. Gasromentalis yang terdapat pada pembuluh

nadi sepanjang curvatura major dan minor akan dialirkan ke dalam nnll. Coeliaca.4

Persarafan

Persarafan gaster berasal dari sistem saraf otonom. Saraf parasimpatis berasal dari N. X

anterior dan posterior. Saraf simpatis dari nervi spinals T6-T9 melalui plexus coeliacus

dan mendistribusikan melalui anyaman saraf di sekitar A. Gastrica dan A.

Gastroepiploica.4

Struktur Histologi Lambung

Urutan lapisan pada saluran cerna secara umum sebagai berikut:

1. Tunika Mukosa, yang terdiri dari epitel, lamina propria, dan lapis otot tunika

muskularis mukosa.

2. Tunika Submukosa.

3. Tunika Muskularis, yang terdiri dari lapis otot lingkar tunika muskularis sirkular dan

lapis otot memanjang tunika muskularis longitudinal.

4. Tunika Adventisia atau lapisan serosa.5

Gambar 3. Histologi Lambung3

5

Page 6: PBL Blok 9

Tinjauan Pustaka

Peralihan Esofagus Menjadi Kardia

Pada peralihan organ esophagus menjadi kardia lambung, epitel berlapis gepeng tanpa

lapisan tanduk beralih menjadi epitel selapis torak. Mukosa kardia tampak berlipat-lipat

yang sebenarnya adalah sumur-sumur lambung atau fofeola gastrika. Pada lamina

propria kardia yang umumnya terpotong melintang karena kelenjar ini merupakan

kelenjar tubulosa yang bergelung-gelung. Lapisan otot mukosa di sini merupakan

penerusan dari esophagus ke kardia, di dalam kardia berjalan agak berkelok-kelok karena

adanya kelenjar kardia. Limfonoduli biasanya terdapat pada lapisan ini yang sering

meluas ke dalam lapisan submukosa. Tunika submukosa sendiri setelah mencapai kardia

tidak lagi terdapat pada esophagus. Lapisan otot lingkar atau tunika muskularis sirkular

pada peralihan di sini menebal membentuk sfingter sedangkan lapisan otot

memanjangnya bersambung di antara kedua organ ini. Lapisan terakhir yang merupakan

tunika adventisia berupa jaringan ikat jarang.5

Gaster Fundus

Fundus atau kubah lambung dilapisi epitel selapis torak pada lapis mukosanya. Sumur-

sumur lambung atau fofeola gastrika juga terdapat di sini yang berupa celah di antara dua

tonjolan mukosa. Di dasar sumur terdapat muara kelenjar muara kelenjar kubah atau

kelenjar fundus yang biasanya merupakan kelenjar tubulosa simpleks dan lurus-lurus. Di

sini terlihat sumur dangkal, hanya meliputi 1/3 bagian ketebalan mukosa sedangkan

kelenjar mencapai 2/3 bagian. Kelenjar fundus ini memenuhi lamina propria.

Dalam kelenjar kubah / fundus ini dibedakan 4 macam sel, yaitu:

1. Sel Mukus Leher (neck cell), merupakan sel berbentuk torak, mirip sel epitel mukosa

yang terdapat pada leher kelenjar. Inti lonjong terletak di dasar sel. Sitoplasma yang

terdapat pada bagian puncak kadang-kadang mengandung granula.

2. Sel HCl (parietal cell), bentuknya mirip segitiga atau bulat. Sitoplasmanya merah

dengan inti bulat, biri di tengah, dengan kromatin padat. Terdapat terutama pada

bagian sempit (isthimus) kelenjar.

3. Sel Zimogen (chief cell), yang bentuknya mirip sel HCl yang sering tidak teratur.

Sitoplasmanya agak basofil, sering sulit dibedakan dengan sel HCl. Intinya bulat dan

terletak mengarah ke basal dan sel ini banyak terdapat di bagian basal kelenjar.

6

Page 7: PBL Blok 9

Tinjauan Pustaka

4. Sel Argentafin, sulit dikenali.

Lapis otot mukosa pada preparat ini terdapat di bawah lamina propria yang kadang

terdesak oleh kelenjar fundus tadi. Lapis submukosa merupakan jaringan ikat jarang,

kadang di sini dapat ditemukan pleksus Meissner. Lapis otot yang melingkar lebih tebal

daripada yang memanjang. Lapis serosa merupakan jaringan ikat jarang yang di luarnya

dilapisi oleh epitel selapis gepeng (peritoneum).5

Pilorus

Lapis mukosa pada pylorus dilapisi oleh epitel selais torak. Berbeda dengan fundus,

pylorus mempunyai sumur-sumur lambung yang dalam yang meliputi 2/3 ketebalan

mukosa. Selebihnya 1/3 ditempati oleh kelenjar pylorus. Kelenjar pylorus tampak

homogeny karena hamper semuanya sel di sini adalah sel mukus yang sering tampak

berkelok-kelok. Dalam lamina propria terdapat nodulus limfatikus yang terkadang

meluas sampai ke dalam lapisan submukosa. Lapis otot mukosa di sini sama dengan

yang ada pada fundus. Lapis submukosanya juga sama dengan yang ada pada fundus.

Lapisan otot yang melingkar amat tebal karena membentuk otot lingkar yakni sfingter

pylorus, yang longitudinal tampak biasa saja. Lapisan serosanya pun sama dengan pada

fundus lambung.5

Pencernaan pada Lambung

Fungsi utama sistem pencernaan adalah untuk menyediakan makanan, air, dan elektrolit bagi

tubuh dari nutrient yang dicerna sehingga siap diabsorpsi. Pencernaan berlangsung secara

mekanik dan kimia, dan meliputi proses-proses berikut:

1. Ingesti, adalah masuknya makanan ke dalam mulut.

2. Pemotongan dan penggilingan makanan dilakukan secara mekanik oleh gigi.

Makanan kemudian bercampur dengan saliva sebelum ditelan.

3. Peristaltis adalah gelombang kontraksi otot polos involunter yang menggerakkan

makanan tertelan melalui saluran pencernaan.

4. Digesti adalah hidrolisis kimia (penguraian) molekul besar menjadi molekul kecil

sehingga absorpsi dapat berlangsung.

5. Absorpsi adalah pergerakan produk akhir pencernaan dari lumen saluran pencernaan

ke dalam sirkulasi darah dan limfatik sehingga dapat digunakan oleh sel tubuh.

7

Page 8: PBL Blok 9

Tinjauan Pustaka

6. Egesti (defekasi) adalah proses eliminasi zat-zat sisa yang tidak tercerna, juga

bakteri, dala bentuk feses dari saluran pencernaan.1

Lambung merupakan bagian yang paling lebar dari saluran pencernaan mulai dari esophagus

sampai duodenum dan berfungsi sebagai tempat penampungan makanan untuk dicerna dan

mengatur pengaliran hasil cerna itu ke usus kecil. Kapasitas lambung kurang lebih 1,5 liter –

2 atau 3 liter.2

Motilitas Lambung

Ketika makanan masuk kea lam lambung, lambung juga berespons terhadap gelombang

peristaltik. Pada saat gelombang kontraksi mencapai ujung bawah lambung (antrum),

kontraksi semakin cepat yang efektif untuk mencampur makanan. Gelombang kontraksi ini

juga menyebabkan penutupan taut antara ujung distal di lambung dan bagian atas duodenum

(sfingter pilorik). Sfingter pilorik adah sfingter sejati dan normalnya berelaksasi saat

makanan tidak masuk ke lambung.

Gelombang peristaltik terjadi sebagai akibat dari depolarisasi sel otot polos. Sel pemacu di

otot polos lambung berdepolarisasi secara berkesinambungan pada laju inheren; yang disebut

dengan irama elektrik dasar lambung. Secara normal, depolarisasi dikaitkan dengan irama

elektrik dasar yang terlalu rendah untuk menyebabakan otot lambung mencapai ambang dan

oleh karenanya tidak menyebabkan kontraksi.6

Gambar 4. Proses Pencernaan pada Lambung3

8

Page 9: PBL Blok 9

Tinjauan Pustaka

Empat Aspek Motilitas Lambung

1. Pengisian Lambung

Dalam keaadaan kosong, volume di lambung adalah 50 ml namun ketika makan bisa

mencapai 1 liter. Adapun factor-faktor yang berpengaruh dalam pengisian lambung

yaitu plastisitas otot polos lambung, kemampuan otot polos mempertahankan

ketegangan konstan dalam rentang panjang, serta relaksasi reseptif lambung pada

saat terisi. Lipatan-lipatan pada lambung yang disebut rugae akan mengecil saat

makan dan mendatar pada saat lambung terisi.

2. Penyimpanan Lambung

Proses penyimpanan makanan pada lambung berawal ketika timbulnya reflex

vasovagal dari lambung ke batang otak akibat terisinya lambung. Setelah mencapai

batang otak, refleks vasovagal tersebut kembali ke lambung yang mengakibatkan

penurunan tonus dinding korpus. Hal ini berlanjut pada penonjolan dinding keluar

secara progresif. Makanan masuk makin banyak dan terus ditampung sampai batas

lambung relaksasi sempurna.

3. Pencampuran Lambung

Terjadinya kontraksi peristaltic yang kuat di lambung menyebabkan makanan

bercampur dengan sekresi lambung menjadi kimus. Pada proses pencampuran ini,

sfingter pylorus awalnya tertutup untuk memberi jalan bagi air dan cairan, sementara

untuk lewatnya kimus dibutuhkan peristaltik yang kuat. Kimus yang sudah di depan

sfingter pylorus akan kembali ke antrum, lalu pada peristaltik yang berikutnya, kimus

kembali di dorong ke depan sehingga kimus tercampur merata (retropulsi).

4. Pengosongan Lambung

Pengosongan lambung diawali dengan kontraksi peristaltik antrum yang merupakan

gaya pendorong untuk mengosongkan lambung. Jumlah kimus yang masuk ke

duodenum tergantung pada kekuatan peristaltis. Pengosongan lambung dipengaruhi

oleh jumlah dan keenceran kimus, semakin encer dan semakin banyak jumlah kimus,

pengosongan lambung akan semakin cepat. Faktor-faktor yang di duodenum seperti

lemak, asam (kemoreseptor), hipertonisitas (osmoreseptor), dan peregangan

(mekanoresptor) juga turut berperan dalam pengosongan lambung, di sini sebagai

penghambat pengosongan lambung. Selain itu adapun faktor-faktor di luar sistem

pencernaan seperrti emosi dan nyeri hebat juga turut berpengaruh dalam

pengosongan lambung.6

9

Page 10: PBL Blok 9

Tinjauan Pustaka

Pencernaan Karbohidrat dan Protein

Pencernaaan protein dimulai lambung oleh enzim pepsin dan diselesaikan di usus halus

dengan kerja enzim tripsin dan kimotripsin pankreatik. Pencernaan karbohidrat dimulai di

mulut oleh aktivitas enzim amiase saliva dan diselesaikan di usus halus oleh enzim

pankreatik. Pencernaan lemak terjadi di usus halus dicerna melalui aktivitas enzim lipase

pankreatik.6

Penyerapan hampir tidak terjadi di dalam mulut, tenggorokan, dan lambung. Lambung

merupakan daerah saluran pencernaan yang dindingnya mempunyai daya serap jelek.

Meskipun demikian, zat-zat yang larut dengan baik dalam lemak, seperti alkohol dan obat-

obatan tertentu, dapat diserap di lambung dalam jumlah sedikit.7

Pencernaan karbohidrat berlanjut dikorpus lambung, sedangkan pencernaan protein dimulai

di antrum. Di dalam lambung berlangsung dua pencernaan yang terpisah. Makanan di korpus

lambung berada dalam bentuk semi padat, karena kontraksi peristaltik didaerah tersebut

terlalu lemak untuk mencampur makanan. Karena makanan tidak bercampur dengan sekresi

lambung di korpus lambung, di sini pencernaan protein minimal. Asam dan pepsin hanya

mampu menyerap permukaan massa makanan. Namun, pencernaan karbohidrat berlanjut

dibagian interior massa makanan dibawah pengaruh amilase liur. Pencernaan oleh getah

lambung itu sendiri dilaksanakan di antrum lambung, tempat makanan dicampur secara

merata dengan HCl dan pepsin, sehingga pencernaan protein dapat dimulai.

Pencernaan protein dimulai di dalam lambung, di situ pepsin menguraikan beberapa oktan

peptida. Seperti banyak enzim lainnya yang berperan pada pencernaan protein, pepsin

disekresi dalam bentuk precursor inaktif (proenzim) dan diaktifkan di dalam saluran cerna.

Prekursor pepsin dinamakan pepsinogen dan diaktifkan oleh asam hidroklorida lambung.

Mukosa lambung manusia mengandung sejumlah pepsinogen yang saling berhubungan,

yang dapat dibagi menjadi 2 kelompok yang berbeda secara histoimunokimia, pepsinogen I

dan pepsinogen II. Pepsinogen I hanya ditemukan di daerah yang menyekresi asam,

sedangkan pepsinogen II juga ditemukan di daerah pylorus.Sekresi asam maksimal

adahubungannya dengan kadar pepsinogen I.

Pepsin menghidrolisis ikatan-ikatan antara asam amino aromatik seperti fenilalanin atau

tirosin dan asam amino kedua, sehingga hasil pencernaan peptin adalah berbagai polipeptida

dengan ukuran yang sangat berbeda. Gelatinase yang mencairkan gelatin juga ditemukan

10

Page 11: PBL Blok 9

Tinjauan Pustaka

didalam lambung. Kimosin, enzim didalam lambung penggumpal susu juga dikenal sebagai

rennin, ditemukan dalam lambung hewan muda tetapi tidak mungkin pada manusia.6

Walaupun tidak ada makanan yang diserap dari lambung, terdapat dua bahan non-nutrien

yang diserap secara langsung oleh lambung (etil alkohol dan aspirin). Alkohol bersifat larut

lemak sampai pada tingkat tertentu, sehingga zat ini dapat berdifusi menembus membran

lipid sel-sel epitel yang melapisi lambung dan memasuki darah melalui kapiler submukosa.

Kategori lain bahan-bahan yang diserap oleh mukosa lambung adalah asam-asam lemah,

terutama asam asetilsalisilat (aspirin).

Organ yang terlibat dalam pencernaan di lambung salah satunya adalah pankreas. Seperti

pepsinogen, enzim pankreas disintesis oleh retikulum endoplasma dan kompleks golgi sel

asinus. Enzim-enzim pankreas tersebut penting karena mereka mampu mencernakan hampir

semua makanan secara sempurna tanpa bantuan sekresi pencernaan lain. Ketiga jenis enzim

pankreas itu adalah enzim-enzim proteolitik (tripsinogen, kemotripsinogen,

prokarboksipeptidase) yang berperan dalam pencernaan protein; amilase pankreas yang

berperan dalam pencernaan karbohidrat dengan cara serupa dengan amilase liur; lipase

pankreas satu-satunya ezim yang penting dalam pencernaan lemak.7

Produksi HCl

Mukosa pada lambung berganti setiap kurang lebih 3 hari. Pada korpus dan fundus lambung

dihasilkan HCl, pepsinogen, mukus, dan faktor intrinsik yang semuanya akan di sekresikan

ke dalam lumen lambung. Daerah kelenjar pylorus akan menghasilkan hormon gastrin yang

akan dialirkan bersama darah. Gastrin berperan dalam merangsang sekresi HCl. Jika dalam

prosesnya HCl diproduksi berlebihan akan menimbulkan asam lambung meningkat. Selain

gastrin, hormon lain yang diproduksi dalam lambung adalah pepsin yang berfungsi dalam

mencerna protein.

Produksi HCl yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya gesekan pada dinding lambung

dan usus halus, sehingga timbul rasa nyeri yang disebut tukak lambung. Gesekan akan lebih

parah kalau lambung dalam keadaan kosong akibat makan tidak teratur yang pada akhirnya

akan mengakibatkan pendarahan pada lambung.6

11

Page 12: PBL Blok 9

Tinjauan Pustaka

Enzim

Enzim adalah protein yang berfungsi sebagai katalisator, senyawa yang meningkatkan

kecepatan reaksi kimia. Enzim katalisator berikatan dengan reaktan, yang disebut substrat,

mengubah reaktan menjadi produk, lalu melepaskan produk. Walaupun enzim dapat

mengalami modifikasi selama urutan ini, pada akhir reaksi enzim kembali ke bentuk asalnya.

Selain meningkatkan kecepatan reaksi, enzim mengadakan cara untuk mengatur kecepatan

reaksi dalam jalur metabolik tubuh. Enzim sebagai katalisator. Suatu enzim berikatan dengan

substrat reaksi dan mengubah substrat menjadi produk. Substrat berikatan dengan tempat

pengikatan substrat spesifik yang terdapat di enzim melalui interaksi dengan residu asam

amino enzim. Geometri ruang yang diperlukan untuk semua interaksi antara substrat dan

enzim menyebabkan setiap enzim selektif bagi substratnya, dan memastikan bahwa yang

dihasilkan hanyalah produk yang spesifik.

Tempat pengikatan substrat bertumpang-tindih dengan tempat katalitik enzim, daerah pada

enzim di mana reaksi berlangsung. Dalam tempat aktif, gugus fungsional residu asam amino

enzim, senyawa yang disebut koenzim, dan logam yang melekat erat berpartisipasi dalam

reaksi. Gugus fungsional di tempat aktif enzim mengaktifkan substrat dan menurunkan

energi yang dibutuhkan untuk membentuk stadium antara reaksi yang berenergi tinggi

(stadium transisi). Sebagian strategi katalitik yang digunakan enzim, misalnya katalisis

asam-basa umum, pembentukan zat antara kovalen, dan stabilisasi stadium transisi,

digambarkan oleh kimotripsin. Efektifitas berbagai obat dan toksin bergantung pada

kemampuannya menghambat suatu enzim. Inhibitor paling kuat membentuk ikatan kovalen

dengan gugus reaktif di tempat aktif enzim, atau merupakan analog dari stadium antara

reaksi, misalnya stadium transisi.8

Pengaturan enzim.

Kecepatan suatu enzim dipengaruhi oleh konsentrasi substrat, produk, aktifator, dan

inhibitor. Bagi banyak enzim, hubungan antara kecepatan reaksi dan konsentrasi substrat

dijelaskan oleh persamaan Michaelis Menten. Produk dan inhibitor fisiologis reversible

lainnya dapat berkompetisi dengan substrat untuk berikatan pada tempat aktif, sehingga

reaksi menjai lebih lambat. Pengaturan fisiologis jalur metabolik bergantung pada

kemampuan mengubah fluks melalui suatu jalur dengan mengaktifkan enzim yang

mengkatalisis langkah paling lambat dalam jalur tersebut. Enzim ini sering memiliki

12

Page 13: PBL Blok 9

Tinjauan Pustaka

inhibitor atau aktifator alosterik, senyawa yang berikatan dengan tempat di luar tempat

katalitik aktif dan mengatur enzim melalui perubahan konformasi enzim. Aktifitas enzim

juga dapat diatur oleh fosforilasi atau oleh protein modulator. Sebagian enzim disintesis

sebagai suatu prekusor yang tidak ktif, yang disebut zimogen. Zimogen ini diaktifkan oleh

penguraian proteolitik (misalnya, protein bekuan darah. Enzim yang memiliki urutan asam

amino yang berbeda tetapi mengkatalisis reaksi yang sama disebut sebagai isoenzim.

Isoenzim spesifik-jaringan sering memiliki sifat yang konsisten dengan peran yang berbeda

di jaringan yang berbeda (misalnya, glukokinase dan heksokinase).8

Tabel 1. Klasifikasi Enzim Berdasarkan Jenis Reaksi yang Dikatalisis8

Enzim Jenis Reaksi yang Dikatalisis

Oksideruktase Pemindahan elektron dari suatu senyawa ke suatu akseptor

Transferase Pemindahan sebuah gugus fungsional, mis:gugus asil, amino, metil, fosfat

Hidrolase Pemisahan ikatan C-O, C-N, atau C-S dengan penambahan H20 pada ikatan

Liase Penambahan gugus ke ikatan rangkap atau pembentukan ikatan rangkap

Isomerase Pemindahan gugus pada molekul untuk menghasilkan bentuk isometrik

Ligase Pembentukan ikatan C-C, C-S, C-O, C-N, penguraian ikatan berenergi tinggi

Enzim pada Lambung

Pada lumen lambung terisi getah lambung yang terdiri dari 99,4 %. Sisanya tersusun atas

musin, garam-garam anorganik, dan enzim-enzim pencernaan, yaitu pepsin, rennin, dan

lipase lambung. Asam klorida lambung yang diproduksi oleh sel-sel parietal berperan

sebagai aktivator pepsinogen menjadi pepsin dan membunuh kuman-kuman atau bakteri-

bakteri yang masuk ke dalam lambung bersama-sama makanan atau minuman.

Pada lumen lambung, kerja enzim ptyalin yang masuk bersama-sama makanan dari mulut

dihentikan dengan adanya klorida (HCl) yang disekresi oleh sel-sel parietal. Jadi,

polisakarida, oligosakarida, dan disakarida dalam lambung tidak mengalami perubahan;

protein yang kontak dengan asam klorida lambung akan mengalami denaturasi sehingga

lebih mudah dicerna. Protein yang berada di dalam lambung akan diubah oleh pepsin

menjadi fraksi-fraksi yang lebih kecil, yaitu oligipeptida, proteosa, dan pepton. Protein susu

dalam bentuk kalsium para kaseinat (protein susu yang berikatan dengan kalsium yang

13

Page 14: PBL Blok 9

Tinjauan Pustaka

membentuk gumpalan sehingga muda / lebih lama dipengaruhi pepsin) juga akan dicerna

oleh pepsin. Berbeda dengan amylase dan enzim lainnya, pepsin bekerja dalam suasana

sangan asam (pH 1 - 2,5) sesuai dengan kondisi asam cairan lambung. Hasil semua digesti

makanan dalam lambung ini bersama-sama makanan lain masuk ke dalam intestine.7

Pada korpus dan fundus lambung dihasilkan HCl, pepsinogen, mukus, dan faktor intrinsik

yang semuanya akan di sekresikan ke dalam lumen lambung. Daerah kelenjar pylorus akan

menghasilkan hormon gastrin yang akan dialirkan bersama darah. Gastrin berperan dalam

merangsang sekresi HCl. Jika dalam prosesnya HCl diproduksi berlebihan akan

menimbulkan asam lambung meningkat. Selain gastrin, hormon lain yang diproduksi dalam

lambung adalah pepsin yang berfungsi dalam mencerna protein.6

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa faktor-faktor yang

berhubungan dengan lambung dari segi struktur, mekanisme pencernaan, dan enzim pada

lambung berperan dalam terganggunya lambung, penyebabnya antara lain karena kandungan

kopi yang sering dikonsumsi juga karena akibat tidak pernah sarapan.

Daftar Pustaka

1. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2003. h.281-95

2. Widjaja H. Anatomi abdomen. Jakarta: EGC; 2008. h.53-4.

3. Gerry A. Kumpulan gambar-gambar sistem pencernaan. Diunduh dari:

http://rapidog.com/kumpulan-gambar-gambar- sistem-pencernaan -rapidshare.html , 5

Juli 2012.

4. Winami W, Kindangen K, Inggriani Y. Buku ajar traktus digestivus. Jakarta: Bagian

Anatomi FK Ukrida; 2010. h.57-62.

5. Fawcett, DW. Tambayon J, ahli bahasa. Buku ajar histologi. Edisi 12. Jakarta: EGC;

2002. h. 536-40.

6. Corwin EJ. Patofisiologi: buku saku. Edisi 3. Jakarta: EGC; 2009. h. 587-90.

7. Sumardji D. Pengantar kimia: panduan kuliah mahasiswa kedokteran dan program

strata I fakultas bioeksata. Jakarta: EGC; 2008. h. 20-6.

8. Marks DB, Marks AD, Smith CM. Biokimia kedokteran dasar: sebuah pendekatan

klinis. Jakarta: EGC; 2000. h.96.

14

Page 15: PBL Blok 9

Tinjauan Pustaka

15