PBL Blok 9
description
Transcript of PBL Blok 9
Tinjauan Pustaka
Sistem Digestivus Gaster Manusia
Maria Donata Keli
102011198
dracomarkel @yahoo.com
Fakultas Kedokteran Ukrida
Jalan Arjuna Utara, No.6, Jakarta Barat 11510
Pendahuluan
Sistem pencernaan terdiri dari saluran pencernaan (alimentar), yaitu tuba muscular panjang
yang merentang dari mulut sampai anus, dan organ-organ aksesoris, seperti gigi, lidah,
kelenjar saliva, hati, kantung empedu, dan pankreas. Saluran pencernaan yang terletak di
bawah area diafragma disebut saluran gastrointestinal. Fungsi utama sistem ini adalah untuk
menyediakan makanan, air, dan elektrolit bagi tubuh dari nutrient yang dicerna sehingga siap
diabsorpsi.1 Berdasarkan kasus pada skenario, makalah ini akan membahas khusus organ
pencernaan (digestivus) lambung atau gaster.
Lambung merupakan bagian yang paling lebar dari saluran pencernaan mulai dari esophagus
sampai duodenum dan berfungsi sebagai tempat penampungan makanan untuk dicerna dan
mengatur pengaliran hasil cerna itu ke usus kecil.2 Selain mengenai fungsi lambung tersebut,
pembahasan dalam makalah ini meliputi struktur anatomi makroskopik dan mikroskopik dari
lambung, mekanisme sistem pencernaan pada lambung, serta enzim-enzim yang berperan
dalam sistem pencernaan pada lambung. Tujuannya agar mahasiswa mampu memahami
organ pencernaan terkhusususnya lambung serta faktor-faktor yang berkaitan dengan
lambung seperti yang disebutkan di atas.
Skenario 4
Mahasiswa B usia 19 tahun, merasa mual, kembung, dan nyeri ulu hati. Dia tidak pernah
sarapan pagi dan selalu minum kopi. Oleh dokter ia didiagnosa menderita penyakit lambung.
1
Tinjauan Pustaka
Struktur Anatomi Lambung / Gaster
Lambung merupakan bagian yang paling lebar dari saluran pencernaan mulai dari esophagus
sampai duodenum dan berfungsi sebagai tempat penampungan makanan untuk dicerna dan
mengatur pengaliran hasil cerna itu ke usus kecil. Kapasitas lambung kurang lebih 1,5 liter –
2 atau 3 liter. Jika dilihat dari region abdomen dan pada posisi berbaring, lambung terletak di
region hipokondriaka kiri, epigastrika, dan umbilikalis. Letak lambung dan bentuknya
bergantung pada berbagai keaadaan, seperti isi dan tingkat pencernaan, keadaan alat-alat
sekitarnya, bentuk tipe morfologi individu, serta pernapasan dal letak tubuh. Bentuk
umumnya adalah bentuk huruf J dengan pars pilorik sedukit naik ke atas pylorus. Bentuk
tegak eperti hurf L terbalik terdapat pada lambung yang mempunyai tonus otot yang lebih
kuat.2
Gambar 1 dan 2. Struktur Anatomi Lambung3
2
Tinjauan Pustaka
Letak Lambung
Ostium kardiakum terletak kurang lebih 3 cm di sebelah kiri garis tengah, setinggi vertebra
torakalis 11, dan 10 cm di sebelah dalam dari tulang rawan iga 7 kiri. Lubang ini merupakan
tempat yang paling tetap dari lambung. Pylorus letaknya relatif tetap, yaitu pada posisi
berbaring terletak di atau sedikit kanan dari linea mediana setinggi vertebra lumbalis 2 atau 3
pada posisi berdiri, atau bahkan dapat bergeser 5 cm ke kanan pada lambung yang penuh
yang penuh. Fundus letaknya paling superior di belakang iga ke-5 kiri di linea
midklavikularis. Fiksasi paling kuat dari lambung terdapat pada cardia kerena hubungannya
dengan esophagus yang terfiksasi pada diafragma. Omentum minus juga dapat membantu
fiksasi lambung pada tempatnya.2
Bagian-bagian Lambung
Lambung mempunyai dua lambung (ostium cardiakum dan pylorus). Dua lengkungan
(kurvatura mayor dan minor) dan dua permukaaan (facies anterior dan posterior). Lambung
terdiri dari lima bagian, yaitu cardia, fundus, corpus, pars pilorika, dan pylorus. Cardia
merupakan daerah tempat masuknya esophagus ke dalam lambung. Fundus gastrikus yang
berbentuk kubah merupakan bagian lambung yang berada di atas kiri dari ostium kardiakum.
Pada fundus ini biasanya berkumpul gas. Di antara fundus dan pars abdominalis esofagei
terdapat sudut yang tajam, disebut incisura kardiaka. Corpus gastrikum yang merupaka
bagian utama, terletak kurang lebih vertical (sedikit ke arah depan kanan) antara fundus dan
incisura angularis beralih menjadi pars pilorika. Kurvatura minor yang merupakan batas
kanan lambung terbentang dari kardia sampai pylorus. Kurvatura mayor yang lebih besar
terbentang dari incisura kardiaka terus ke fundus dan pinggir kiri lambung sampai piloruss.
Pada kurvatura minor di batas antara korpus dengan pars pilorika terbentuk sudut yang
disebut incisura angularis. Pars pilorika terdiri dari antrum pilorikum yang lebar di sebelah
proximalis dan kanalis pilorikus yang lebih sempit di sebelah distal yang berakhir pada
pylorus. Pada batas antara kedua bagian ini kadang-kadang terdapat suatu sulkus dangkal.
Pylorus merupakan daerah terdapatnya penyempitan berupa spinchter yang umumnya berada
dalam keadaan kontraksi tonik. Sphincter pilori mempunyai otot sirkularis tebal yang
mengatur aliran lambung ke duodenum.2
3
Tinjauan Pustaka
Hubungan Lambung dengan Sekitarnya
Facies anterior gaster bagian kanan berbatasan dengan lobus sinister hepatis dan lobus
quadrates hepatis. Sedangkan pylorus berbatasan dengan lobus quadrates hepatis. Sebagian
facies anterior lambung juga berbatasan dengan dinding perut yang sesuai dengan lapang
lambung. Sedangkan curvatura major berbatasan dengan colon transversum dan ligamentum
gastrocolokum. Facies posterior gaster pada fundus ventriculinya berbatasan dengan
diaphragma. Corpus ventrikuli berbatasan dengan bagian diapragma yang menurun.
Curvatura major berbatasan dengan ren sinister, gandula suprarenalis sinister, dan lien.
Bagian caudal dari gaster berbatasan dengan bagian superior pancreas. Kurvatura minor
bagian kiri atas berbatasan dengan tuber omentale pancreatis. Sedangkan ventrikuli bagian
distalnya berbatasan dengan colon transversum dan mesencolon.2,4
Pendarahan
Arteri
1. A. Gastrica Sinistra, merupakan cabang dari A. Coeliaca (tripus Halleri). A. Gastrica
Sinistra beranastomose dengan A. Gastrica dextra yang merupakan cabang dari A.
Hepatica Propia di curvature minor dan A. Oesophagea yang merupakan cabang dari
Aorta Thoracalic.
2. Aa. Gastrica Breves, merupakan cabang dari A. Lienale di fundus ventriculi dan
memperdarahi fundus ventriculi.
3. A. Gastroepiploica (gastro omentalis) sinistra, merupakan cabang dari A. Lienale.
Arteri ini beranastomose dengan A. Gastroepiploica dextra yang merupakan cabang
dari A. Gastroduodenale di curvatura major. A. Gastroepiploica sinistra
memperdarahi curvatura major dan omentum majus.4
Vena
Pembuluh balik vena mengikuti jalannya arteri.
1. Darah dari V. Gastrica dextra dan sinistra dialirkan ke dalam V. Porta.
2. Darah dari V. Gastrica Breves dan V. Gastroepiploica sinistra dialirkan ke dalam V.
Lienalis yang bergabung dengan V. Mesenterica superior menuju V. Porta.4
4
Tinjauan Pustaka
Getah Bening
Pembuluh getah bening berasal dari Nnll. Gasromentalis yang terdapat pada pembuluh
nadi sepanjang curvatura major dan minor akan dialirkan ke dalam nnll. Coeliaca.4
Persarafan
Persarafan gaster berasal dari sistem saraf otonom. Saraf parasimpatis berasal dari N. X
anterior dan posterior. Saraf simpatis dari nervi spinals T6-T9 melalui plexus coeliacus
dan mendistribusikan melalui anyaman saraf di sekitar A. Gastrica dan A.
Gastroepiploica.4
Struktur Histologi Lambung
Urutan lapisan pada saluran cerna secara umum sebagai berikut:
1. Tunika Mukosa, yang terdiri dari epitel, lamina propria, dan lapis otot tunika
muskularis mukosa.
2. Tunika Submukosa.
3. Tunika Muskularis, yang terdiri dari lapis otot lingkar tunika muskularis sirkular dan
lapis otot memanjang tunika muskularis longitudinal.
4. Tunika Adventisia atau lapisan serosa.5
Gambar 3. Histologi Lambung3
5
Tinjauan Pustaka
Peralihan Esofagus Menjadi Kardia
Pada peralihan organ esophagus menjadi kardia lambung, epitel berlapis gepeng tanpa
lapisan tanduk beralih menjadi epitel selapis torak. Mukosa kardia tampak berlipat-lipat
yang sebenarnya adalah sumur-sumur lambung atau fofeola gastrika. Pada lamina
propria kardia yang umumnya terpotong melintang karena kelenjar ini merupakan
kelenjar tubulosa yang bergelung-gelung. Lapisan otot mukosa di sini merupakan
penerusan dari esophagus ke kardia, di dalam kardia berjalan agak berkelok-kelok karena
adanya kelenjar kardia. Limfonoduli biasanya terdapat pada lapisan ini yang sering
meluas ke dalam lapisan submukosa. Tunika submukosa sendiri setelah mencapai kardia
tidak lagi terdapat pada esophagus. Lapisan otot lingkar atau tunika muskularis sirkular
pada peralihan di sini menebal membentuk sfingter sedangkan lapisan otot
memanjangnya bersambung di antara kedua organ ini. Lapisan terakhir yang merupakan
tunika adventisia berupa jaringan ikat jarang.5
Gaster Fundus
Fundus atau kubah lambung dilapisi epitel selapis torak pada lapis mukosanya. Sumur-
sumur lambung atau fofeola gastrika juga terdapat di sini yang berupa celah di antara dua
tonjolan mukosa. Di dasar sumur terdapat muara kelenjar muara kelenjar kubah atau
kelenjar fundus yang biasanya merupakan kelenjar tubulosa simpleks dan lurus-lurus. Di
sini terlihat sumur dangkal, hanya meliputi 1/3 bagian ketebalan mukosa sedangkan
kelenjar mencapai 2/3 bagian. Kelenjar fundus ini memenuhi lamina propria.
Dalam kelenjar kubah / fundus ini dibedakan 4 macam sel, yaitu:
1. Sel Mukus Leher (neck cell), merupakan sel berbentuk torak, mirip sel epitel mukosa
yang terdapat pada leher kelenjar. Inti lonjong terletak di dasar sel. Sitoplasma yang
terdapat pada bagian puncak kadang-kadang mengandung granula.
2. Sel HCl (parietal cell), bentuknya mirip segitiga atau bulat. Sitoplasmanya merah
dengan inti bulat, biri di tengah, dengan kromatin padat. Terdapat terutama pada
bagian sempit (isthimus) kelenjar.
3. Sel Zimogen (chief cell), yang bentuknya mirip sel HCl yang sering tidak teratur.
Sitoplasmanya agak basofil, sering sulit dibedakan dengan sel HCl. Intinya bulat dan
terletak mengarah ke basal dan sel ini banyak terdapat di bagian basal kelenjar.
6
Tinjauan Pustaka
4. Sel Argentafin, sulit dikenali.
Lapis otot mukosa pada preparat ini terdapat di bawah lamina propria yang kadang
terdesak oleh kelenjar fundus tadi. Lapis submukosa merupakan jaringan ikat jarang,
kadang di sini dapat ditemukan pleksus Meissner. Lapis otot yang melingkar lebih tebal
daripada yang memanjang. Lapis serosa merupakan jaringan ikat jarang yang di luarnya
dilapisi oleh epitel selapis gepeng (peritoneum).5
Pilorus
Lapis mukosa pada pylorus dilapisi oleh epitel selais torak. Berbeda dengan fundus,
pylorus mempunyai sumur-sumur lambung yang dalam yang meliputi 2/3 ketebalan
mukosa. Selebihnya 1/3 ditempati oleh kelenjar pylorus. Kelenjar pylorus tampak
homogeny karena hamper semuanya sel di sini adalah sel mukus yang sering tampak
berkelok-kelok. Dalam lamina propria terdapat nodulus limfatikus yang terkadang
meluas sampai ke dalam lapisan submukosa. Lapis otot mukosa di sini sama dengan
yang ada pada fundus. Lapis submukosanya juga sama dengan yang ada pada fundus.
Lapisan otot yang melingkar amat tebal karena membentuk otot lingkar yakni sfingter
pylorus, yang longitudinal tampak biasa saja. Lapisan serosanya pun sama dengan pada
fundus lambung.5
Pencernaan pada Lambung
Fungsi utama sistem pencernaan adalah untuk menyediakan makanan, air, dan elektrolit bagi
tubuh dari nutrient yang dicerna sehingga siap diabsorpsi. Pencernaan berlangsung secara
mekanik dan kimia, dan meliputi proses-proses berikut:
1. Ingesti, adalah masuknya makanan ke dalam mulut.
2. Pemotongan dan penggilingan makanan dilakukan secara mekanik oleh gigi.
Makanan kemudian bercampur dengan saliva sebelum ditelan.
3. Peristaltis adalah gelombang kontraksi otot polos involunter yang menggerakkan
makanan tertelan melalui saluran pencernaan.
4. Digesti adalah hidrolisis kimia (penguraian) molekul besar menjadi molekul kecil
sehingga absorpsi dapat berlangsung.
5. Absorpsi adalah pergerakan produk akhir pencernaan dari lumen saluran pencernaan
ke dalam sirkulasi darah dan limfatik sehingga dapat digunakan oleh sel tubuh.
7
Tinjauan Pustaka
6. Egesti (defekasi) adalah proses eliminasi zat-zat sisa yang tidak tercerna, juga
bakteri, dala bentuk feses dari saluran pencernaan.1
Lambung merupakan bagian yang paling lebar dari saluran pencernaan mulai dari esophagus
sampai duodenum dan berfungsi sebagai tempat penampungan makanan untuk dicerna dan
mengatur pengaliran hasil cerna itu ke usus kecil. Kapasitas lambung kurang lebih 1,5 liter –
2 atau 3 liter.2
Motilitas Lambung
Ketika makanan masuk kea lam lambung, lambung juga berespons terhadap gelombang
peristaltik. Pada saat gelombang kontraksi mencapai ujung bawah lambung (antrum),
kontraksi semakin cepat yang efektif untuk mencampur makanan. Gelombang kontraksi ini
juga menyebabkan penutupan taut antara ujung distal di lambung dan bagian atas duodenum
(sfingter pilorik). Sfingter pilorik adah sfingter sejati dan normalnya berelaksasi saat
makanan tidak masuk ke lambung.
Gelombang peristaltik terjadi sebagai akibat dari depolarisasi sel otot polos. Sel pemacu di
otot polos lambung berdepolarisasi secara berkesinambungan pada laju inheren; yang disebut
dengan irama elektrik dasar lambung. Secara normal, depolarisasi dikaitkan dengan irama
elektrik dasar yang terlalu rendah untuk menyebabakan otot lambung mencapai ambang dan
oleh karenanya tidak menyebabkan kontraksi.6
Gambar 4. Proses Pencernaan pada Lambung3
8
Tinjauan Pustaka
Empat Aspek Motilitas Lambung
1. Pengisian Lambung
Dalam keaadaan kosong, volume di lambung adalah 50 ml namun ketika makan bisa
mencapai 1 liter. Adapun factor-faktor yang berpengaruh dalam pengisian lambung
yaitu plastisitas otot polos lambung, kemampuan otot polos mempertahankan
ketegangan konstan dalam rentang panjang, serta relaksasi reseptif lambung pada
saat terisi. Lipatan-lipatan pada lambung yang disebut rugae akan mengecil saat
makan dan mendatar pada saat lambung terisi.
2. Penyimpanan Lambung
Proses penyimpanan makanan pada lambung berawal ketika timbulnya reflex
vasovagal dari lambung ke batang otak akibat terisinya lambung. Setelah mencapai
batang otak, refleks vasovagal tersebut kembali ke lambung yang mengakibatkan
penurunan tonus dinding korpus. Hal ini berlanjut pada penonjolan dinding keluar
secara progresif. Makanan masuk makin banyak dan terus ditampung sampai batas
lambung relaksasi sempurna.
3. Pencampuran Lambung
Terjadinya kontraksi peristaltic yang kuat di lambung menyebabkan makanan
bercampur dengan sekresi lambung menjadi kimus. Pada proses pencampuran ini,
sfingter pylorus awalnya tertutup untuk memberi jalan bagi air dan cairan, sementara
untuk lewatnya kimus dibutuhkan peristaltik yang kuat. Kimus yang sudah di depan
sfingter pylorus akan kembali ke antrum, lalu pada peristaltik yang berikutnya, kimus
kembali di dorong ke depan sehingga kimus tercampur merata (retropulsi).
4. Pengosongan Lambung
Pengosongan lambung diawali dengan kontraksi peristaltik antrum yang merupakan
gaya pendorong untuk mengosongkan lambung. Jumlah kimus yang masuk ke
duodenum tergantung pada kekuatan peristaltis. Pengosongan lambung dipengaruhi
oleh jumlah dan keenceran kimus, semakin encer dan semakin banyak jumlah kimus,
pengosongan lambung akan semakin cepat. Faktor-faktor yang di duodenum seperti
lemak, asam (kemoreseptor), hipertonisitas (osmoreseptor), dan peregangan
(mekanoresptor) juga turut berperan dalam pengosongan lambung, di sini sebagai
penghambat pengosongan lambung. Selain itu adapun faktor-faktor di luar sistem
pencernaan seperrti emosi dan nyeri hebat juga turut berpengaruh dalam
pengosongan lambung.6
9
Tinjauan Pustaka
Pencernaan Karbohidrat dan Protein
Pencernaaan protein dimulai lambung oleh enzim pepsin dan diselesaikan di usus halus
dengan kerja enzim tripsin dan kimotripsin pankreatik. Pencernaan karbohidrat dimulai di
mulut oleh aktivitas enzim amiase saliva dan diselesaikan di usus halus oleh enzim
pankreatik. Pencernaan lemak terjadi di usus halus dicerna melalui aktivitas enzim lipase
pankreatik.6
Penyerapan hampir tidak terjadi di dalam mulut, tenggorokan, dan lambung. Lambung
merupakan daerah saluran pencernaan yang dindingnya mempunyai daya serap jelek.
Meskipun demikian, zat-zat yang larut dengan baik dalam lemak, seperti alkohol dan obat-
obatan tertentu, dapat diserap di lambung dalam jumlah sedikit.7
Pencernaan karbohidrat berlanjut dikorpus lambung, sedangkan pencernaan protein dimulai
di antrum. Di dalam lambung berlangsung dua pencernaan yang terpisah. Makanan di korpus
lambung berada dalam bentuk semi padat, karena kontraksi peristaltik didaerah tersebut
terlalu lemak untuk mencampur makanan. Karena makanan tidak bercampur dengan sekresi
lambung di korpus lambung, di sini pencernaan protein minimal. Asam dan pepsin hanya
mampu menyerap permukaan massa makanan. Namun, pencernaan karbohidrat berlanjut
dibagian interior massa makanan dibawah pengaruh amilase liur. Pencernaan oleh getah
lambung itu sendiri dilaksanakan di antrum lambung, tempat makanan dicampur secara
merata dengan HCl dan pepsin, sehingga pencernaan protein dapat dimulai.
Pencernaan protein dimulai di dalam lambung, di situ pepsin menguraikan beberapa oktan
peptida. Seperti banyak enzim lainnya yang berperan pada pencernaan protein, pepsin
disekresi dalam bentuk precursor inaktif (proenzim) dan diaktifkan di dalam saluran cerna.
Prekursor pepsin dinamakan pepsinogen dan diaktifkan oleh asam hidroklorida lambung.
Mukosa lambung manusia mengandung sejumlah pepsinogen yang saling berhubungan,
yang dapat dibagi menjadi 2 kelompok yang berbeda secara histoimunokimia, pepsinogen I
dan pepsinogen II. Pepsinogen I hanya ditemukan di daerah yang menyekresi asam,
sedangkan pepsinogen II juga ditemukan di daerah pylorus.Sekresi asam maksimal
adahubungannya dengan kadar pepsinogen I.
Pepsin menghidrolisis ikatan-ikatan antara asam amino aromatik seperti fenilalanin atau
tirosin dan asam amino kedua, sehingga hasil pencernaan peptin adalah berbagai polipeptida
dengan ukuran yang sangat berbeda. Gelatinase yang mencairkan gelatin juga ditemukan
10
Tinjauan Pustaka
didalam lambung. Kimosin, enzim didalam lambung penggumpal susu juga dikenal sebagai
rennin, ditemukan dalam lambung hewan muda tetapi tidak mungkin pada manusia.6
Walaupun tidak ada makanan yang diserap dari lambung, terdapat dua bahan non-nutrien
yang diserap secara langsung oleh lambung (etil alkohol dan aspirin). Alkohol bersifat larut
lemak sampai pada tingkat tertentu, sehingga zat ini dapat berdifusi menembus membran
lipid sel-sel epitel yang melapisi lambung dan memasuki darah melalui kapiler submukosa.
Kategori lain bahan-bahan yang diserap oleh mukosa lambung adalah asam-asam lemah,
terutama asam asetilsalisilat (aspirin).
Organ yang terlibat dalam pencernaan di lambung salah satunya adalah pankreas. Seperti
pepsinogen, enzim pankreas disintesis oleh retikulum endoplasma dan kompleks golgi sel
asinus. Enzim-enzim pankreas tersebut penting karena mereka mampu mencernakan hampir
semua makanan secara sempurna tanpa bantuan sekresi pencernaan lain. Ketiga jenis enzim
pankreas itu adalah enzim-enzim proteolitik (tripsinogen, kemotripsinogen,
prokarboksipeptidase) yang berperan dalam pencernaan protein; amilase pankreas yang
berperan dalam pencernaan karbohidrat dengan cara serupa dengan amilase liur; lipase
pankreas satu-satunya ezim yang penting dalam pencernaan lemak.7
Produksi HCl
Mukosa pada lambung berganti setiap kurang lebih 3 hari. Pada korpus dan fundus lambung
dihasilkan HCl, pepsinogen, mukus, dan faktor intrinsik yang semuanya akan di sekresikan
ke dalam lumen lambung. Daerah kelenjar pylorus akan menghasilkan hormon gastrin yang
akan dialirkan bersama darah. Gastrin berperan dalam merangsang sekresi HCl. Jika dalam
prosesnya HCl diproduksi berlebihan akan menimbulkan asam lambung meningkat. Selain
gastrin, hormon lain yang diproduksi dalam lambung adalah pepsin yang berfungsi dalam
mencerna protein.
Produksi HCl yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya gesekan pada dinding lambung
dan usus halus, sehingga timbul rasa nyeri yang disebut tukak lambung. Gesekan akan lebih
parah kalau lambung dalam keadaan kosong akibat makan tidak teratur yang pada akhirnya
akan mengakibatkan pendarahan pada lambung.6
11
Tinjauan Pustaka
Enzim
Enzim adalah protein yang berfungsi sebagai katalisator, senyawa yang meningkatkan
kecepatan reaksi kimia. Enzim katalisator berikatan dengan reaktan, yang disebut substrat,
mengubah reaktan menjadi produk, lalu melepaskan produk. Walaupun enzim dapat
mengalami modifikasi selama urutan ini, pada akhir reaksi enzim kembali ke bentuk asalnya.
Selain meningkatkan kecepatan reaksi, enzim mengadakan cara untuk mengatur kecepatan
reaksi dalam jalur metabolik tubuh. Enzim sebagai katalisator. Suatu enzim berikatan dengan
substrat reaksi dan mengubah substrat menjadi produk. Substrat berikatan dengan tempat
pengikatan substrat spesifik yang terdapat di enzim melalui interaksi dengan residu asam
amino enzim. Geometri ruang yang diperlukan untuk semua interaksi antara substrat dan
enzim menyebabkan setiap enzim selektif bagi substratnya, dan memastikan bahwa yang
dihasilkan hanyalah produk yang spesifik.
Tempat pengikatan substrat bertumpang-tindih dengan tempat katalitik enzim, daerah pada
enzim di mana reaksi berlangsung. Dalam tempat aktif, gugus fungsional residu asam amino
enzim, senyawa yang disebut koenzim, dan logam yang melekat erat berpartisipasi dalam
reaksi. Gugus fungsional di tempat aktif enzim mengaktifkan substrat dan menurunkan
energi yang dibutuhkan untuk membentuk stadium antara reaksi yang berenergi tinggi
(stadium transisi). Sebagian strategi katalitik yang digunakan enzim, misalnya katalisis
asam-basa umum, pembentukan zat antara kovalen, dan stabilisasi stadium transisi,
digambarkan oleh kimotripsin. Efektifitas berbagai obat dan toksin bergantung pada
kemampuannya menghambat suatu enzim. Inhibitor paling kuat membentuk ikatan kovalen
dengan gugus reaktif di tempat aktif enzim, atau merupakan analog dari stadium antara
reaksi, misalnya stadium transisi.8
Pengaturan enzim.
Kecepatan suatu enzim dipengaruhi oleh konsentrasi substrat, produk, aktifator, dan
inhibitor. Bagi banyak enzim, hubungan antara kecepatan reaksi dan konsentrasi substrat
dijelaskan oleh persamaan Michaelis Menten. Produk dan inhibitor fisiologis reversible
lainnya dapat berkompetisi dengan substrat untuk berikatan pada tempat aktif, sehingga
reaksi menjai lebih lambat. Pengaturan fisiologis jalur metabolik bergantung pada
kemampuan mengubah fluks melalui suatu jalur dengan mengaktifkan enzim yang
mengkatalisis langkah paling lambat dalam jalur tersebut. Enzim ini sering memiliki
12
Tinjauan Pustaka
inhibitor atau aktifator alosterik, senyawa yang berikatan dengan tempat di luar tempat
katalitik aktif dan mengatur enzim melalui perubahan konformasi enzim. Aktifitas enzim
juga dapat diatur oleh fosforilasi atau oleh protein modulator. Sebagian enzim disintesis
sebagai suatu prekusor yang tidak ktif, yang disebut zimogen. Zimogen ini diaktifkan oleh
penguraian proteolitik (misalnya, protein bekuan darah. Enzim yang memiliki urutan asam
amino yang berbeda tetapi mengkatalisis reaksi yang sama disebut sebagai isoenzim.
Isoenzim spesifik-jaringan sering memiliki sifat yang konsisten dengan peran yang berbeda
di jaringan yang berbeda (misalnya, glukokinase dan heksokinase).8
Tabel 1. Klasifikasi Enzim Berdasarkan Jenis Reaksi yang Dikatalisis8
Enzim Jenis Reaksi yang Dikatalisis
Oksideruktase Pemindahan elektron dari suatu senyawa ke suatu akseptor
Transferase Pemindahan sebuah gugus fungsional, mis:gugus asil, amino, metil, fosfat
Hidrolase Pemisahan ikatan C-O, C-N, atau C-S dengan penambahan H20 pada ikatan
Liase Penambahan gugus ke ikatan rangkap atau pembentukan ikatan rangkap
Isomerase Pemindahan gugus pada molekul untuk menghasilkan bentuk isometrik
Ligase Pembentukan ikatan C-C, C-S, C-O, C-N, penguraian ikatan berenergi tinggi
Enzim pada Lambung
Pada lumen lambung terisi getah lambung yang terdiri dari 99,4 %. Sisanya tersusun atas
musin, garam-garam anorganik, dan enzim-enzim pencernaan, yaitu pepsin, rennin, dan
lipase lambung. Asam klorida lambung yang diproduksi oleh sel-sel parietal berperan
sebagai aktivator pepsinogen menjadi pepsin dan membunuh kuman-kuman atau bakteri-
bakteri yang masuk ke dalam lambung bersama-sama makanan atau minuman.
Pada lumen lambung, kerja enzim ptyalin yang masuk bersama-sama makanan dari mulut
dihentikan dengan adanya klorida (HCl) yang disekresi oleh sel-sel parietal. Jadi,
polisakarida, oligosakarida, dan disakarida dalam lambung tidak mengalami perubahan;
protein yang kontak dengan asam klorida lambung akan mengalami denaturasi sehingga
lebih mudah dicerna. Protein yang berada di dalam lambung akan diubah oleh pepsin
menjadi fraksi-fraksi yang lebih kecil, yaitu oligipeptida, proteosa, dan pepton. Protein susu
dalam bentuk kalsium para kaseinat (protein susu yang berikatan dengan kalsium yang
13
Tinjauan Pustaka
membentuk gumpalan sehingga muda / lebih lama dipengaruhi pepsin) juga akan dicerna
oleh pepsin. Berbeda dengan amylase dan enzim lainnya, pepsin bekerja dalam suasana
sangan asam (pH 1 - 2,5) sesuai dengan kondisi asam cairan lambung. Hasil semua digesti
makanan dalam lambung ini bersama-sama makanan lain masuk ke dalam intestine.7
Pada korpus dan fundus lambung dihasilkan HCl, pepsinogen, mukus, dan faktor intrinsik
yang semuanya akan di sekresikan ke dalam lumen lambung. Daerah kelenjar pylorus akan
menghasilkan hormon gastrin yang akan dialirkan bersama darah. Gastrin berperan dalam
merangsang sekresi HCl. Jika dalam prosesnya HCl diproduksi berlebihan akan
menimbulkan asam lambung meningkat. Selain gastrin, hormon lain yang diproduksi dalam
lambung adalah pepsin yang berfungsi dalam mencerna protein.6
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa faktor-faktor yang
berhubungan dengan lambung dari segi struktur, mekanisme pencernaan, dan enzim pada
lambung berperan dalam terganggunya lambung, penyebabnya antara lain karena kandungan
kopi yang sering dikonsumsi juga karena akibat tidak pernah sarapan.
Daftar Pustaka
1. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2003. h.281-95
2. Widjaja H. Anatomi abdomen. Jakarta: EGC; 2008. h.53-4.
3. Gerry A. Kumpulan gambar-gambar sistem pencernaan. Diunduh dari:
http://rapidog.com/kumpulan-gambar-gambar- sistem-pencernaan -rapidshare.html , 5
Juli 2012.
4. Winami W, Kindangen K, Inggriani Y. Buku ajar traktus digestivus. Jakarta: Bagian
Anatomi FK Ukrida; 2010. h.57-62.
5. Fawcett, DW. Tambayon J, ahli bahasa. Buku ajar histologi. Edisi 12. Jakarta: EGC;
2002. h. 536-40.
6. Corwin EJ. Patofisiologi: buku saku. Edisi 3. Jakarta: EGC; 2009. h. 587-90.
7. Sumardji D. Pengantar kimia: panduan kuliah mahasiswa kedokteran dan program
strata I fakultas bioeksata. Jakarta: EGC; 2008. h. 20-6.
8. Marks DB, Marks AD, Smith CM. Biokimia kedokteran dasar: sebuah pendekatan
klinis. Jakarta: EGC; 2000. h.96.
14
Tinjauan Pustaka
15