PBL blok 9 digestive 1

download PBL blok 9 digestive 1

of 35

description

mekanisme pencernaan yang fisiologis

Transcript of PBL blok 9 digestive 1

Mekanisme Kerja dan Fungsional Organ serta Saluran PencernaanTinjauan Pustaka

AbstrakIndonesia merupakan negara yang mempunyai prevalensi yang cukup besar, untuk terpapar penyakit pencernaan. Penyakit pencernaan yang paling sering menyerang adalah diare, dimana penyakit pencernaan jenis ini memiliki prevalensi 10-18% di seluruh Indonesia dimana dari semua itu 10-11% diantaranya disebabkan sanitasi yang kurang baik dan kebersihan yang kurang ditata rapi. Pencernaan merupakan kata yang selalu digambarkan kebanyakan orang mengenai penyakit yang menyerang lambung, tetapi sebenarnya penyakit pencernaan bisa saja menyerang baik itu organ pencernaan maupun saluran pencernaan. Penyakit pencernaan tidak hanya disebabkan karena adanya bakteri, akan tetapi bisa saja disebabkan oleh kandungan dari makanan itu sendiri, dan juga rangsang dari luar tubuh. Seperti yang kita ketahui nutrisi dan mineral bagi tubuh dipasok dan diambil dari saluran pencernaan, oleh karena itu sangat penting bagi seseorang untuk memperhatikan kesehatan dari sistem pencernaan.Kata kunci : Kesehatan, Pencernaan, Mineral, Nutrisi

AbstractIndonesia is a country that has a big chance to get a digestive desease, diarrhea is the most digestive desease in Indonesia. Where this digestive desease has 10-18% prevalences in Indonesia. Where in the prevalences 10-11% is caused by bad sanitation and wrong health arrangement. Digestive is a word that always be pictured as a desease that attack stomach, but actually digestive desease can attack digestive organ and alimentary tract. Digestive is not only caused by bacterium, but that can be caused by the food compotition and trigger from body outside. That we know nutrition and mineral for the body is supplied and taken from food. Because that, really important for the humans to give attention for their health from digestive desease.Keyword: Health, Digestive, Mineral, Nutrition1. PendahuluanPencernaan adalah suatu alur proses pemecahan dan pemanfaatan hal-hal yang berguna bagi tubuh, memecahkan makanan menjadi bentuk-bentuk yang sangat sederhana, dimana semua bahan itu dapat diserap langsung oleh tubuh di dalam usus, dan disebarkan ke seluruh tubuh melalui peredaran darah.Proses pencernaan sudah terjadi sejak makanan masuk ke dalam mulut, dan proses pencernaan berakhir ketika makanan tersebut telah menjadi feses yang kemudian diekskresikan melalui anus.Seperti yang kita ketahui bahwa manusia memerlukan energi dalam proses kehidupan, manusia dapat bergerak dan beraktifitas dikarenakan adanya pasokan nutrisi dan mineral, yang kemudian dipecah menuju bentuk paling sederhana yang kemudian diolah menjadi sumber energi.Tujuan dari pembuatan tinjauan pustaka ini ialah untuk mengedukasi khalayak umum mengenai tingginya prevalensi kejadian penyakit pencernaan yang ada dengan mengenal lebih dalam kaitan fisiologis yang akan dibahas baik Struktur Makro/Mikroskopis Saluran Pencernaan dan Organ Pencernaan, Saluran Pencernaan Tambahan, Sistem dan Mekanisme Kerja pencernaan yang berlangsung di dalam tubuh.

2. 7 Jumps2.1. Identifikasi Istilah yang Tidak Diketahui Tidak ada2.2. Rumusan Masalah Nyeri ulu hati yang disertai dengan mual.

2.3. Analisis Masalah

Pengaturan Fungsi Pencernaan

Letak dan Batas Organ PencernaanMakroskopisPencernaan Karborhidrat, Protein dan LemakMikroskopisHormon yang Berperan

Fungsi

Struktur Organ PencernaanEnzim yang Berperan

Mekanisme PencernaanRumusan Masalah

2.4. Hipotesis Keluhan timbul dikarenakan adanya gangguan encernaan2.5. Tujuan Pembelajaran Dapat memahami, mengerti dan menjelaskan kembali mengenai anatomi, mekanisme organ jantung, vaskularisasi jantung dan enzim jantung

3. Pembahasan

Struktur MikroskopisEsophagus

Gambar 15. Esofagus bagian atas.5Esofagus adalah tabung berongga panjang yang dindingnya terdiri atas lapisan mukosa, submukosa, muskularis eksterna dan adventisia.5Mukosa terdiri atas epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk; di bawahnya terdapat selapis tipis jaringan ikat, yaitu lamina propria; dan selapis serat-serat otot polos memanjang, yaitu muskularis mukosa yang terpotong melintang atau oblik. Papila jaringan ikat di dalam lamina propria melekukkan permukaan bawah epitel.5Submukosa adalah lapisan luas jaringan ikat tak teratur, padat, sering mengandung sel-sel lemak. Kelenjar esofageal propria terdapat di submukosa dengan interval di sepanjang esofagus. Kelenjar ini adalah kelenjar mukosa tubuloasinar dan duktus ekskretorius yang berjalan menembus muskularis mukosa dan lamina propria dan bermuara ke dalam lumen esofagus.5Di bawah submukosa terdapat muskularis eksterna, terdiri atas dua lapisan otot yang terlihat jelas. Lapisan dalam sirkular dan pada sediaan potongan melintang esofagus ini terpotong memanjang. Lapisan luar berjalan longitudinal dan serat-seratnya terutama terpotong melintang.5Muskularis eksterna esofagus sangat bervariasi pada spesies berbeda. Pada manusia, sepertiga bagian atas esofagus terutama terdiri atas otot rangka. Sepertiga bagian tengah terdiri atas otot polos dan otot rangka; sepertiga bagian bawah hanya dibentuk oleh otot polos.5Adventisia esofagus terdiri atas jaringan ikat longgar yang menyatu dengan adventisia trakea dan struktur sekitarnya. Jaringan lemak, pembuluh darah besar dan saraf membentuk berkas neurovaskular yang terdapat di adventisia.5\

Gaster

Gambar 16. Gaster bagian fundus dan korpus.5Gaster manusia dibagi dalam tiga bagian: kardia, fundus dan korpus, dan pilorus. Fundus dan korpus adalah bagian lambung yang terluas.5Mukosa gaster terdiri atas tiga lapisan: epitel, lamina propria, dan mukosa muskularis. Permukaan lumen mukosa ditutupi epitel selapis silindris. Epitel ini juga meluas ke dalam dan melapisi foveola gastrika yang merupakan invaginasi epitel permukaan. Di daerah fundus gaster, foveola ini tidak dalam dan masuk ke dalam mukosa sampai kedalaman seperempat tebalnya. Di bawah epitel permukaan terdapat lapisan jaringan ikat longgar, yaitu lamina propria, yang mengisi celah-celah di antara kelenjar gastrika.5Kelenjar gaster berhimpitan di dalam lamina propria dan menempati seluruh tebal mukosa. Kelenjar-kelenjar ini bermuara ke dalam dasar foveola gastrika. Epitel permukaan mukosa gaster mengandung jenis sel yang sama, dari daerah kardia sampai ke pilorus; namun terdapat perbedaan-regional pada jenis sel yang menyusun kelenjar gastrika. Dengan pembesaran yang lebih lemah, dua jenis sel dapat dikenali di kelenjar gaster pada fundus gaster. Sel parietal asidoflik terlihat pada bagian atas kelenjar; sel zimogen (chief cell) yang lebih basofilik menempati bagian lebih ke bawah.5Lapisan tebal tepat di bawah mukosa muskularis adalah submukosa. Pada lambung kosong, lapisan ini meluas sampai ke dalam ruge. Submukosa mengandung jaringan ikat tidak teratur yang lebih padat dengan lebih banyak serat kolagen dibandingkan dengan lamina propria. Selain unsur normal sel-sel jaringan ikat, submukosa mengandung banyak pembuluh limf, kapiler, arteriol besar, dan venul.5Pada gaster, muskularis eksterna terdiri atas tiga lapis otot polos, masing-masing terorientasi dalam bidang berbeda: lapisan oblik di dalam, sirkular di tengah, dan longitudinal, di luar. Di antara lapisan otot polos sirkular dan longitudinal, terdapat pleksus saraf mienterikus (Auerbach) ganglia parasimpatis dan serat saraf.5Lapisan paling luar dinding gaster adalah serosa. Lapisan ini adalah lapisan tipis jaringan ikat yang menutupi muskularis eksternal. Di luarnya, lapisan ini ditutupi selapis mesotel gepeng peritoneum viseral. Jaringan ikat yang ditutupi peritoneum viseral dapat mengandung banyak sel lemak.5Duodenum

Gambar 17. Duodenum.5Dinding duodenum terdiri atas empat lapisan: mukosa dengan epitel pelapisnya, lamina propria, dan mukosa muskularis; jaringan ikat submukosa di bawahnya dengan kelenjar duodenal (Brunner) mukosa; kedua lapisan otot polos muskularis eksterna; dan serosa (peritoneum viseral). Lapisan-lapisan ini menyatu dengan lapisan yang serupa pada gaster, usus halus, dan usus besar.5Usus halus ditandai banyak tonjolan mirip jari yang disebut vili; epitel pelapis berupa selapis sel silindris dengan mikrovili yang membentuk striated borders; sel-sel goblet yang terpulas pucat; dan kelenjar intestinal tubular pendek (kripti Lieberkuhn) di dalam lamina propria. Kelenjar duodenal di dalam submukosa menjadi ciri duodenum bagian awal. Kelenjar ini tidak terdapat pada bagian lain usus halus maupun usus besar.5Vili merupakan modifikasi permukaan mukosa. Ruang antarvili terlihat di antara vili. Epitel pelapis menutupi setiap vilus dan berlanjut ke dalam kelenjar intestinal. Setiap vilus berpusatkan lamina propria, berkas serat otot polos yang berasal dari muskularis mukosa dan sebuah pembuluh limf sentral disebut lakteal.5Lamina propria mengandung kelenjar intestinal; kelenjar ini bermuara ke dalam ruang antarvili. Pada irisan tertentu suatu duodenum, kelenjar submukosa duodenal terlihat meluas sampai ke dalam lamina propria. Lamina propria juga mengandung serat-serat jaringan ikat halus dengan sel retikulum, jaringan limfoid difus.5Di duodenum, hampir seluruh submukosanya diisi oleh kelenjar duodenal tubular yang sangat bercabang. Kelenjar duodenal mencurahkan isinya ke bagian dasar kelenjar intestinal.5Pada potongan melintang sediaan duodenum biasa, muskularis eksterna terdiri atas lapisan sirkular dalam dan lapisan longitudinal luar otot polos. Juga tampak sarang sel-sel ganglion parasimpatis pleksus saraf mienterikus (Auerbach) di dalam jaringan ikat di antara kedua lapisan otot muskularis eksterna. Pleksus saraf di antara kedua lapisan otot ini ditemukan di seluruh usus halus dan besar. Sarang sel ganglion serupa, namun dalam jumlah lebih kecil, ditemukan di submukosa di usus halus dan besar.5Serosa (peritoneum viseral) mengandung sel-sel jaringan ikat, pembuluh darah, dan sel-sel lemak) serosa adalah lapisan terluar duodenum.5

Jejunum-Ileum

Gambar 18. Jejunum-Ileum potongan melintang.5Jejunum dan ileum serupa dengan duodenum bagian atas. Perkecualiannya adalah tidak ada kelenjar duodenal (Brunner) yang hanya terbatas pada bagian atas duodenum. Vili memiliki ukuran dan bentuk yang bervariasi pada bagian-bagian usus halus berbeda, namun hal ini tidak selalu jelas pada sediaan histologik. Di bagian akhir ileum, terdapat kumpulan limfonoduli (plak Peyer) dengan interval tertentu.5Banyak vili yang membentuk sebuah lipatan permanen besar usus halus, yaitu plika sirkularis. Baik mukosa maupun submukosa ikut membentuk plika sirkularis. Di dalam lumen, setiap vilus memiliki struktur khas: epitel pelapis silindris dengan mikrovili dan sel goblet, pusat lamina propria dengan jaringan limfoid difus, dan berkas-berkas serat otot polos mukosa muskularis. Di dalam vili juga terdapat sebuah lakteal sentral dan pembuluh darah kecil. Kelenjar intestinal (kripti Lieberkuhn) meluas ke dalam lamina propria. Kelenjar ini berhimpitan, dan pada gambar terlihat terpotong memanjang dan melintang. Kelenjar intestinal bermuara ke dalam ruang antarvili. Tampak sebuah limfonodulus meluas dari lamina propria mukosa ke dalam submukosa, menerobos mukosa muskularis di sekitarnya.5

Usus Besar

Gambar 19. Dinding kolon.5Keempat lapisan dindingnya adalah mukosa, submukosa, muskularis eksterna, dan serosa. Lapisan-lapisan ini berlanjut dengan lapisan yang terdapat di usus halus. Sediaan ini menampakkan sebuah lipatan temporer mukosa dan submukosa.5Tak ada vili pada kolon. Mukosanya berlekuk-lekuk oleh kelenjar intestinal tubular panjang (kripti Lieberkuhn) yang menerobos lamina propria sampai muskularis mukosa.5Lamina propria, seperti pada usus halus, mengandung banyak jaringan limfoid difus. Sebuah limfonodus terlihat di lamina propria bagian dalam. Limfonodus yang lebih besar dapat menembus mukosa muskularis, masuk ke dalam submukosa.5Tampilan dan distribusi mukosa muskularis, submukosa, dan serosa sesuai untuk saluran cerna. Lapisan memanjang muskularis eksterna disusun berupa untaian serat otot polos yang disebut taenia koli.5Serosa menutupi kolon transversum dan kolon sigmoid; tetapi kolon asendens dan desendens letaknya retroperitoneal dan lapisan luar permukaan posteriornya adalah adventisia.5Hati

Gambar 20. Hati primata.5Pada hati primata atau manusia, septa jaringan ikat di antara lobuli hati tidak jelas. Akibatnya, sinusoid hati lobulus satu dapat berhubungan langsung dengan sinusoid lobulus lain. Selain perbedaan ini, daerah porta tetap mengandung cabang-cabang vena porta, arteria hepatika, dan duktus biliaris.5Di pusat setiap lobulus hati, terdapat vena sentral. Sinusoid hati terlihat di antara lempeng-lempeng sel hati yang memancar dari vena sentral ke arah tepi lobulus hati. Banyak cabang pembuluh interlobular dan duktus biliaris terlihat di daerah porta lobulus hati.5

Pankreas

Gambar 22. Pankreas.5Pankreas memiliki unsur eksokrin maupun endokrin yang menempati sebagian besar kelenjar. Pankreas eksokrin yang merupakan bagian terbesar dari kelenjar, terdiri atas asini serosa yang berhimpitan, tersusun dalam banyak lobulus kecil. Lobuli dikelilingi septa intra dan interlobular, dengan pembuluh darah, duktus, saraf, dan kadang-kadang badan Pacini.5Sebuah asinus pankreas terdiri atas sel-sel zimogen penghasil-protein berbentuk piramid mengelilingi sebuah lumen sentral yang kecil. Duktus ekskretorius meluas ke dalam setiap asinus dan tampak sebagai sel sentroasinar yang terpulas pucat di dalam lumennya. Produk sekresi asini dikeluarkan melalui duktus interkalaris (intralobular) yang sempit. Sel sentroasinar berlanjut sebagai epitel duktus interkalaris. Duktus interkalaris kemudian berlanjut sebagai duktus interlobular yang terdapat di dalam septa jaringan ikat yang terdapat di antara lobuli. Duktus interlobular dilapisi epitel selapis kuboid yang makin tinggi dan menjadi berlapis pada duktus yang lebih besar.5

Struktur MakroskopisOesophagusOesophagus merupakan sebuah tabung otot yang dapat kolaps, panjangnya sekitar 25 cm, yang menghubungkan pharynx dengan gaster. Sebagian besar oesophagus terletak di dalam thorax. Oesophagus masuk ke abdomen melalui lubang yang terdapat pada crus dextrum diaphragma. Setelah berjalan sekitar 1,25 cm, oesophagus masuk ke lambung di sebelah kanan garis tengah. Di anterior oesophagus berhubungan dengan facies posterior lobus hepatis sinister dan di posterior dengan crus sinistrum diaphragma. Nervus vagus sinistra dan dextra masing-masing terletak pada permukaan anterior dan posterior oesophagus.4Pendarahan oesophagus adalah cabang-cabang Dari arteria gastrica sinistra. Venae dialirkan ke vena gastrica sinistra, cabang vena porta. Persarafannya adalah nervus gastrica anterior dan posterior (nervus vagus) dan cabang-cabang simpatis pars thoracalis truncus symphaticus.4 Secara anatomi tidak terdapat sphincter pada ujung bawah oesophagus. Namun, lapisan sirkular otot polos pada daerah ini berperan secara fisiologis sebagai sebuah sphincter. Sewaktu makanan berjalan turun melalui oesophagus, terjadi relaksasi otot yang terdapat pada ujung bawah oesophagus lebih dahulu dari gelombang peristaltik sehingga makanan masuk ke gaster. Kontraksi tonik sphincter ini mencegah isi lambung mengalami regurgitasi ke dalam oesophagus.4

Gaster

Gambar 2. Gaster bagian luar.4

Gambar 3. Gaster bagian dalam.4Gaster merupakan bagian saluran pencernaan yang melebar dan mempunyai tiga fungsi: menyimpan makananpada orang dewasa gaster mempunyai kapasitas sekitar 1500 ml; mencampur makanan dengan getah lambung untuk membentuk chymus yang setengah cair; dan mengatur kecepatan pengiriman chymus ke usus halus sehingga pencernaan dan absorpsi yang efisien dapat berlangsung.4Gaster terletak di bagian atas abdomen, terbentang dari permukaan bawah arcus costalis sinistra sampai regio epigastrica dan umbilicalis. Sebagian besar gaster terletak di bawah costae bagian bawah. Secara kasar gaster berbentuk huruf J dan mempunyai dua lubang, ostium cardiacum dan ostium pyloricum; dua curvatura, curvatura major dan curvatura minor; dan dua dinding, paries anterior dan paries posterior.4Gaster relatif terfiksasi pada kedua ujungnya, tetapi di antara ujung-ujung tersebut gaster sangat mudah bergerak. Gaster cenderung terletak tinggi dan transversal pada orang pendek dan gemuk dan memanjang vertikal pada orang yang tinggi dan kurus (gaster berbentuk huruf J). Bentuk gaster sangat berbeda-beda pada orang yang sama dan tergantung pada isi, posisi tubuh, dan fase pernapasan.4Gaster dibagi menjadi bagian-bagian berikut: Fundus gastricum berbentuk kubah, menonjol ke atas dan terletak di sebelah kiri ostium cardiacum. Biasanya fundus berisi penuh udara. Corpus gastricum terbentang dari ostium cardiacum sampai incisura angularis, suatu lekukan yang selalu ada pada bagian bawah curvatura minor. Anthrum pyloricum terbentang dari incisura angularis sampai pylorus. Pylorus merupakan bagian gaster yang berbentuk tubular. Dinding otot pylorus yang tebal membentuk musculus sphincter pyloricus. Rongga pylorus dinamakan canalis pyloricus.4Curvatura minor membentuk pinggir kanan gaster dan terbentang dari ostium cardiacum sampai pylorus. Curvatura minor digantung pada hepar oleh omentum minus. Curvatura major jauh lebih panjang dibandingkan curvatura minor dan terbentang dari sisi kiri ostium cardiacum, melalui kubah fundus, dan sepanjang pinggir kiri gaster sampai ke pylorus. Ligamentum gastrolienale terbentang dari bagian atas curvatura major sampai ke lien, dan omentum majus terbentang dari bagian bawah curvatura major sampai ke colon transversum.4Ostium pyloricum dibentuk oleh canalis pyloricus yang panjangnya sekitar 2,5 cm. Tunica muscularis stratum circulare yang meliputi gaster jauh lebih tebal di daerah ini dan membentuk musculus sphincter pyloricus secara anatomis dan fisiologis. Pylorus terletak pada planum transpyloricum, dan posisinya dapat dikenali dengan adanya sedikit kontriksi pada permukaan lambung. Musculus sphincter pyloricus mengatur kecepatan pengeluaran isi gaster ke duodenum.4Intestinum TenueDuodenum

Gambar 4. Bagian-bagian duodenum.4Duodenum merupakan saluran berbentuk huruf C dengan panjang sekitar 25 cm yang merupakan organ penghubung gaster dengan jejunum. Duodenum adalah organ penting karena merupakan tempat muara dari ductus choledochus dan ductus pancreaticus. Dudoneum melengkung di sekitar caput pancreatis. Satu inci (2,5 cm) pertama duodenum menyerupai gaster, yang permukaan anterior dan posteriornya diliputi oleh peritoneum dan mempunyai omentum minus yang melekat pada pinggir atasnya dan omentum majus yang melekat pada pinggir bawahnya. Bursa omentalis terletak di belakang segmen yang pendek ini. Sisa duodenum yang lain terletak retroperitoneal, hanya sebagian saja yang diliputi oleh peritoneum.4Duodenum terletak pada regio epigstrica dan umbilicalis dan untuk tujuan deskripsi dibagi menjadi empat bagian.4Pars Superior Duodenum panjangnya 5 cm, mulai dari pylorus dan berjalan ke atas dan belakang pada sisi kanan vertebra lumbalis l. Jadi bagian ini terletak pada planum transpyloricum.4Pars Descendens Duodenum, bagian kedua duodenum panjangnya 8 cm dan berjalan vertikal ke bawah di depan hilum renale dextra, di sebelah kanan vertebrae lumbales II dan III. Kira-kira pertengahan arah ke bawah, pada margo medialis, ductus choledochus dan ductus pancreaticus menembus dinding duodenum.4Pars Horizontalis Duodenum panjangnya 8 cm dan berjalan horizontal ke kiri pada planum subcostale, berjalan di depan columna vertebralis dan mengikuti pinggir bawah caput pancreatis.4Pars Ascendens Duodenum panjangnya 5 cm dan berjalan ke atas dan ke kiri ke flexura duodenojejunalis. Flexura ini difiksasi oleh lipatan peritoneum, ligamentum Treitz, yang melekat pada crus dextrum diaphragma.4

Jejunum dan IleumJejunum dan ileum panjangnya 6 meter, dua per lima bagian atas merupakan jejunum. Masing- masing bagian mempunyai gambaran yang berbeda, tetapi dapat perubahan yang bertahap dari bagian yang satu ke bagian yang lain. Jejunum dimulai pada duodenojejunalis dan ileum berakhir pada junctura ileocaecalis.4Lengkung-lengkung jejunum dan ileum dapat bergerak dengan bebas dan melekat pada dinding posterior abdomen dengan perantaraan lipatan peritoneum yang berbentuk kipas dan dikenal sebagai mesenterium. Pinggir bebas lipatan yang panjang meliputi usus halus yang bebas bergerak. Pangkal lipatan yang pendek melanjutkan diri sebagai peritoneum parietale pada dinding posterior abdomen sepanjang garis yang berjalan ke bawah dan ke kanan dari sisi kiri vertebra lumbalis II ke daerah articulatio sarcoiliaca dextra. Radix mesenterii ini memungkinkan keluar dan masuknya cabang-cabang arteria dan vena mesenterica superior, pembuluh limf, serta saraf-saraf ke dalam ruangan di antara kedua lapisan peritoneum yang membentuk mesenterium.4

Gambar 5. Beberapa Perbedaan Eksternal dan Internal antara Jejunum dan Ileum.4Pada orang hidup, jejunum dapat dibedakan dari ileum berdasarkan gambaran berikut ini:41. Lengkung-lengkung jejunum terletak pada bagian atas cavitas peritonealis di bawah sisi kiri mesocolon transversum; ileum terletak pada bagian bawah cavitas peritonealis dan di dalam pelvis.2. Jejunum lebih lebar, berdinding lebih tebal, dan lebih merah dibandingkan ileum. Dinding jejunum terasa lebih tebal; karena lipatan yang lebih permanen pada tunica mucosa, plicae circulares lebih besar, lebih banyak, dan tersusun lebih rapat pada jejunum; sedangkan pada bagian atas ileum plica circulares lebih kecil dan lebih jarang; dan di bagian bawah ileum tidak ada plicae circulares.3. Mesenterium jejunum melekat pada dinding posterior abdomen di atas dan kiri aorta, sedangkan mesenterium ileum melekat di bawah dan kanan aorta.4. Pembuluh darah mesenterium jejunum hanya membentuk satu atau dua arcade dengan cabang- cabang panjang dan jarang yang berjalan ke dinding intestinum tenue. Ileum menerima banyak pembuluh darah pendek yang berasal dari tiga atau empat atau lebih arcade.5. Pada ujung mesenterium jejunum, lemak disimpan dekat radix dan jarang ditemukan di dekat dinding jejunum. Pada ujung mesenterium ileum, lemak disimpan di seluruh bagian sehingga lemak ditemukan mulai dari radix sampai dinding ileum.6. Kelompok jaringan limfoid (lempeng Peyer) terdapat pada tunica mucosa ileum bagian bawah sepanjang pinggir antimesenterica. Pada orang hidup, lempeng Peyer dapat dilihat dari luar pada dinding ileum.Hepar

Gambar 8. Hepar tampak depan.4

Gambar 9. Hepar tampak belakang.4Hepar merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh dan mempunyai banyak fungsi. Hepar bertekstur lunak, lentur, dan terletak di bagian atas cavitas abdominalis tepat di bawah diaphragma. Sebagian besar hepar terletak di profunda arcus costalis dextra, dan hemidiaphragma dextra memisahkan hepar dari pleura, pulmo, pericardium, dan cor. Hepar terbentang ke sebelah kiri untuk mencapai hemidiaphragma sinistra. Permukaan atas hepar yang cembung melengkung di bawah kubah diaphragma. Facies visceralis, atau posteroinferior, membentuk cetakan visera yang letaknya berdekatan sehingga bentuknya menjadi tidak beraturan. Permukaan ini berhubungan dengan pars abdominalis oesophagus, gaster, duodenum, flexura coli dextra, ren dextra dan glandula suprarenalis dextra, serta vesica biliaris.4Hepar dapat dibagi menjadi lobus hepatis dexter yang besar dan lobus hepatis sinister yang kecil oleh periekatan ligamentum peritoneale, ligamentum falciforme. Lobus hepatis dexter terbagi lagi nenjadi lobus quadratus dan lobus caudatus oleh adanya vesica biliaris, fissura ligamenti teretis, vena cava inferior, dan fissura ligamenti venosi.4Ligamentum faiciforme, yang merupakan lipatan ganda peritoneum, berjalan ke atas dari umbilicus ke hepar. Ligamentum ini mempunyai piggir bebas berbentuk bulan sabit dan mengandung ligamentum teres hepatis yang merupakan sisa vena umbilicalis. Ligamentum faiciforme berjalan ke permulaan anterior dan kemudian ke permukaan superior hepar dan akhirnya membelah menjadi dua lapis. Lapisan kanan membentuk lapisan atas ligamentum coronarium; lapisan kiri membentuk lapisan atas ligamentum triangulare sinistrum. Bagian kanan ligamentum coronarium dikenal sebagai ligamentum triangulare dextrum. Perlu diketahui bahwa lapisan peritoneum yang membentuk ligamentum coronarium terpisah satu dengan yang lain, meninggalkan sebuah daerah yang tidak diliputi peritoneum. Daerah ini disebut area nuda.4Pembuluh-pembuluh darah yang mengalirkan darah ke hepar adalah arteria hepatica propria (30%) dan vena portae hepatis (70%). Arteria hepatica propria membawa darah yang kaya oksigen ke hepar, dan vena porta membawa darah yang kaya akan hasil metabolisme pencernaan yang diabsorbsi dari tractus gastrointestinalis. Darah arteria dan vena dialirkan ke vena centralis masing-masing lobuli hepatis melalui sinusoid hepar. Venae centrales mengalirkan darah ke vena hepatica dextra dan sinistra, dan vena- vena ini meninggalkan pars posterior hepar dan bermuara langsung ke dalam vena cava inferior.4

Vesica Vellea

Gambar 10. Vesica biliaris.4Vesica vellea adalah sebuah kantong berbentuk buah pir yang terletak pada permukaan bawah (facies visceralis) hepar. Vesica vellea dibagi menjadi fundus, corpus, dan collum. Fundus vesicae biliaris berbentuk bulat dan biasanya menonjol di bawah margo inferior hepar, penonjolan ini merupakan tempat fundus bersentuhan dengan dinding anterior abdomen setinggi ujung cartilago costalis IX dextra. Corpus vesicae biliaris terletak dan berhubungan dengan facies visceralis hepar dan arahnya ke atas, belakang, dan kiri. Collum vesicae biliaris melanjutkan diri sebagai ductus cysticus, yang berbelok ke dalam omentum minus dan bergabung dengan sisi kanan ductus hepaticus communis untuk membentuk ductus choledochus.4

Pancreas

Gambar 11. Berbagai bagian pancreas.4Pancreas merupakan kelenjar eksokrin dan endokrin. Bagian eksokrin kelenjar menghasilkan sekret yang mengandung enzim-enzim yang dapat menghidrolisis protein, lemak, dan karbohidrat.4Pancreas merupakan organ yang memanjang dan terletak pada epigastrium dan kuadran kiri atas. Strukturnya lunak, berlobulus, dan terletak pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum. Pancreas menyilang planum transpyloricum. Pancreas dapat dibagi dalam caput, collum, corpus, dan cauda.4Caput pancreatis berbentuk seperti cakram dan terletak di dalam bagian cekung duodenum. Sebagian caput meluas ke kiri di belakang arteria dan vena mesenterica superior serta dinamakan processus uncinatus. Collum pancreatis merupakan bagian pancreas yang mengecil dan menghubungkan caput dan corpus pancreatis. Collum pancreatis terletak di depan pangkal vena portae hepatis dan tempat dipercabangkannya arteria mesenterica superior dari aorta. Corpus pancreatis berjalan ke atas dan kiri, menyilang garis tengah. Pada potongan melintang sedikit berbentuk segitiga. Cauda pancreatis berjalan ke depan menuju ligamentum lienorenale dan mengadakan hubungan dengan hilum lienale.4

Mekanisme Sistem PencernaanFaring dan EsofagusMotilitas yang berkaitan dengan faring dan esofagus adalah menelan. Sebagian besar dari kita berpikir bahwa menelan adalah tindakan terbatas memindahkan makanan keluar mulut menuju esofagus. Namun, menelan sebenarnya adalah keseluruhan proses memindahkan makanan dari mulut melalui esofagus hingga ke lambung.2Menelan dimulai ketika suatu bolus, atau gumpalan makanan yang telah dikunyah atau encer, secara sengaja didorong oleh lidah ke belakang mulut menuju faring. Tekanan bolus merangsang reseptor-reseptor tekanan faring, yang mengirim impuls aferen ke pusat menelan yang terletak di medula batang otak. Pusat menelan kemudian secara refleks mengaktifkan dalam urutan yang sesuai otot-otot yang terlibat dalam proses menelan. Menelan adalah refleks yang paling rumit di tubuh. Menelan dimulai secara volunter, tetapi sekali dimulai maka gerakan ini tidak bisa dihentikan.2

Gambar 23. Tahap orofaring waktu menelan.6LambungLambung melakukan tiga fungsi utama:21. Fungsi terpenting lambung adalah menyimpan makanan yang masuk sampai makanan dapat disalurkan ke usus halus dengan kecepatan yang sesuai untuk pencernaan dan penyerapan yang optimal. Usus halus adalah tempat utama pencernaan dan penyerapan, maka lambung perlu menyimpan makanan dan menyalurkannya secara mencicil ke duodenum dengan kecepatan yang tidak melebihi kapasitas usus halus.2. Lambung mengeluarkan asam hidroklorida (HC1) dan enzim yang memulai pencernaan protein.3. Melalui gerakan mencampur lambung, makanan yang tertelan dihaluskan dan dicampur dengan sekresi lambung untuk menghasilkan campuran cairan kental yang dikenal sebagai kimus. Isi lambung harus diubah menjadi kimus sebelum dapat dialirkan ke duodenum.Dimulai dari motilitas, lambung memiliki motilitas yang kompleks dan berada di bawah banyak sinyal regulatorik. Empat aspek motilitas lambung adalah pengisian, penyimpanan, pencampuran, dan pengosongan.2Ketika kosong, lambung memiliki volume sekitar 50 ml, tetapi volume lambung dapat bertambah hingga sekitar 1 liter saat makan. Sewaktu makan, lipatan lambung menjadi lebih kecil dan nyaris mendatar sewaktu lambung sedikit melemas setiap kali makanan masuk, seperti ekspansi bertahap kantung es yang sedang diisi. Relaksasi refleks lambung sewaktu menerima makanan ini disebut relaksasi reseptif. Relaksasi ini meningkatkan kemampuan lambung menampung tambahan volume makanan dengan hanya menyebabkan sedikit peningkatan tekanan lambung.2Sekelompok sel pemacu yang terletak di regio fundus bagian atas lambung menghasilkan potensial gelombang lambat yang menyapu ke bawah sepanjang lambung menuju sfingter pilorus dengan frekuensi tiga kali per menit. Pola ritmik depolarisasi spontan ini (irama listrik dasar atau BER lambung) terjadi terus-menerus dan mungkin disertai oleh kontraksi lapisan otot polos sirkular. Lapisan otot polos ini dapat mencapai ambang oleh aliran arus dan mengalami potensial aksi, bergantung pada tingkat eksitabilitas lapisan tersebut, yang pada gilirannya memulai gelombang peristaltik yang menyapu ke seluruh lambung seiring BER dengan frekuensi tiga kali per menit.2Sekali dimulai, gelombang peristaltik menyebar melalui fundus dan korpus ke antrum dan sfingter pilorus. Karena lapisan otot di fundus dan korpus tipis maka kontraksi di bagian ini lemah. Ketika mencapai antrum, gelombang kontraksi menjadi jauh lebih kuat karena otot di sini lebih tebal.2Karena di fundus dan korpus gerakan mencampur berlangsung lemah maka makanan yang disalurkan ke lambung dari esofagus disimpan di bagian korpus yang relatif tenang tanpa mengalami pencampuran. Daerah fundus biasanya tidak menyimpan makanan tetapi hanya mengandung kantung gas. Makanan secara bertahap disalurkan dari korpus ke antrum, tempat berlangsungnya pencampuran.2Kontraksi peristaltik antrum yang kuat mencampur makanan dengan sekresi lambung untuk menghasilkan kimus. Setiap gelombang peristaltik antrum mendorong kimus maju menuju sfingter pilorus. Kontraksi tonik sfingter pilorus normalnya menyebabkan sfingter ini nyaris tertutup. Lubang yang terbentuk cukup besar untuk dilalui oleh air dan cairan lain tetapi terlalu kecil untuk kimus kental kecuali jika kimus didorong oleh kontraksi peristaltik antrum yang kuat. Bahkan demikianpun dari 30 ml kimus yang dapat ditampung oleh antrum, biasanya hanya beberapa mililiter isi antrum yang terdorong ke duodenum pada setiap gelombang peristaltik. Sebelum lebih banyak kimus yang terperas keluar, gelombang peristaltik mencapai sfingter pilorus dan menyebabkan sfingter ini berkontraksi lebih kuat, menutup pintu keluar dan mencegah mengalirnya kimus lebih lanjut ke duodenum. Massa kimus antrum yang sedang terdorong maju tetapi tidak dapat masuk ke duodenum tertahan mendadak di sfingter yang tertutup dan memantul balik ke dalam antrum, hanya untuk didorong kembali ke sfingter dan memantul balik oleh gelombang peristaltik baru. Gerakan maju mundur ini mencampur kimus secara merata di antrum.2

Gambar 24. Gerak mencampur dan mengosongkan lambung.6Hal yang menyebabkan mengapa berbagai rangsang di duodenum ini perlu menunda pengosongan lambung:21. Lemak. Lemak dicerna dan diserap lebih lambat daripada nutrien lain. Selain itu, pencernaan dan penyerapan lemak berlangsung hanya di dalam lumen usus halus. Karena itu, ketika lemak sudah ada di duodenum, pengosongan lambung lebih lanjut ke dalam duodenum terhenti sampai usus halus selesai memproses lemak yang ada di dalamnya. Lemak adalah perangsang paling kuat untuk menghambat motiiitas lambung. 2. Asam. Karena lambung mengeluarkan asam hidroklorida (HC1), maka kimus yang masuk ke duodenum sangat asam. Kimus ini dinetralkan oleh natrium bikarbonat yang disekresikan ke dalam lumen duodenum terutama dari pankreas. Asam yang belum ternetralkan akan mengiritasi mukosa duodenum dan menginaktifkan enzim-enzim pencernaan pankreas yang disekresikan ke dalam lumen duodenum. Karena itu, jika asam yang belum ternetralkan di duodenum akan menghambat pengosongan lebih lanjut isi lambung yang asam sampai netralisasi selesai.3. Hipertonisitas. Sewaktu molekul-molekul protein dan tepung dicerna di lumen duodenum terjadi pembebasan sejumlah besar molekul asam amino dan glukosa. Jika penyerapan molekul asam amino dan glukosa ini tidak mengimbangi kecepatan pencernaan protein dan karbohidrat maka sejumlah besar molekul akan tetap berada di kimus dan meningkatkan osmolaritas isi duodenum. Osmolaritas bergantung pada jumlah molekul yang ada, bukan ukurannya, dan satu molekul protein dapat diuraikan menjadi beberapa ratus molekul asam amino, yang masing-masing memiliki aktivitas osmotik setara dengan molekul protein semula. Hal yang sama berlaku untuk satu molekul besar tepung, yang menghasilkan banyak molekul glukosa berukuran kecil namun dengan aktivitas osmotik setara. Karena dapat berdifusi bebas menembus dinding duodenum maka air masuk ke lumen duodenum dari plasma jika osmolaritas duodenum meningkat. Air dalam jumlah besar yang masuk ke usus dari plasma akan menyebabkan peregangan usus dan gangguan sirkulasi karena berkurangnya volume plasma. Untuk mencegah efek-efek ini, pengosongan lambung secara refleks dihambat jika osmolaritas isi duodenum mulai meningkat. Karena itu, jumlah makanan yang masuk ke duodenum untuk dicerna lebih lanjut menjadi partikel- partikel yang lebih kecil dan aktif osmotis berkurang sampai proses penyerapan memiliki kesempatan untuk menyusul.4. Peregangan. Kimus yang terlalu banyak di duodenum akan menghambat pengosongan isi lambung lebih lanjut agar duodenum memiliki waktu untuk memproses kelebihan volume kimus yang sedang ditampungnya sebelum duodenum menerima kimus tambahan.Sel-sel yang mengeluarkan getah lambung berada di lapisan dalam lambung, mukosa lambung, yang dibagi menjadi dua daerah berbeda: mukosa oksintik, yang melapisi korpus dan fundus; dan daerah kelenjar pilorus (pyloric gland area, PGA), yang melapisi antrum. Permukaan luminal lambung berisi lubang-lubang kecil (foveola) dengan kantung dalam yang terbentuk oleh pelipatan masuk mukosa lambung. Bagian pertama dari invaginasi ini disebut foveola gastrica, yang di dasarnya terletak kelenjar lambung. Berbagai sel sekretorik melapisi bagian dalam invaginasi ini, sebagian eksokrin dan sebagian endokrin atau parakrin.2Di dinding foveola gastrica dan kelenjar mukosa oksintik ditemukan tiga jenis sel sekretorik eksokrin lambung:2 Sel mukus melapisi foveola gastrica dan pintu masuk kelenjar. Sel-sel ini mengeluarkan mukus encer. Bagian lebih dalam di kelenjar lambung dilapisi oleh chief cell dan sel parietal. Chief cell yang jumlahnya lebih banyak menghasilkan prekursor enzim pepsinogen. Sel parietal (atau oksintik) mengeluarkan HCl dan faktor intrinsik.Sekresi eksokrin ini semuanya dibebaskan ke dalam lumen lambung. Secara kolektif, berbagai sekresi ini membentuk getah lambung.2Meskipun HCl sebenarnya tidak mencerna apapun, namun zat ini melakukan fungsi-fungsi spesifik yang membantu pencernaan:21. Mengaktifkan prekursor enzim pepsinogen menjadi enzim aktif, pepsin, dan membentuk medium asam yang optimal bagi aktivitas pepsin.2. Membantu memecahkan jaringan ikat dan serat otot, mengurangi ukuran partikel makanan besar menjadi lebih kecil.3. Menyebabkan denaturasi protein; yaitu, menguraikan bentuk final protein yang berupa gulungan (pelipatan) sehingga ikatan peptida lebih terpajan ke enzim.4. Bersama lisozim liur, mematikan sebagian besar mikroorganisme yang tertelan bersama makanan, meskipun sebagian tetap lolos dan terus tumbuh dan berkembang di usus besarPermukaan mukosa lambung ditutupi oleh suatu lapisan mukus yang berasal dari sel epitel permukaan dan sel mukus. Mukus ini berfungsi sebagai sawar protektif terhadap beberapa bentuk cedera yang dapat mengenai mukosa lambung:2 Berkat sifat pelumasannya, mukus melindungi mukosa lambung dari cedera mekanis. Mukus membantu mencegah dinding lambung mencerna dirinya sendiri, karena pepsin terhambat jika berkontak dengan lapisan mukus yang menutupi bagian dalam lambung. Karena bersifat basa, mukus membantu melindungi lambung dari cedera asam karena menetralkan HCl di dekat lapisan dalam lambung, tetapi tidak mengganggu fungsi HCl di lumen. Lapisan mukus di permukaan sel mukosa memiliki pH sekitar 7.Laju sekresi lambung dibagi menjadi tiga fase-fase: sefalik, lambung, dan usus.2Fase sefalik sekresi lambung merujuk kepada peningkatan sekresi HC1 dan pepsinogen yang terjadi melalui mekanisme umpan sebagai respons terhadap rangsangan yang bekerja di kepala bahkan sebelum makanan mencapai lambung. Memikirkan, mencicipi, mencium, mengunyah, dan menelan makanan meningkatkan sekresi lambung oleh aktivitas vagus melalui dua cara. Pertama, stimulasi vagus terhadap pleksus intrinsik mendorong peningkatan sekresi ACh, yang pada gilirannya menyebabkan peningkatan sekresi HC1 dan pepsinogen oleh sel sekretorik. Kedua, stimulasi vagus pada sel G di dalam PGA menyebabkan pembebasan gastrin, yang pada gilirannya semakin meningkatkan sekresi HC1 dan pepsinogen, dengan efek HC1 mengalami potensiasi oleh pelepasan histamin yang dipicu gastrin.2Fase lambung sekresi lambung berawal ketika makanan benar-benar mencapai lambung. Rangsangan yang bekerja di lambung meningkatkan sekresi lambung melalui jalur-jalur eferen yang tumpang tindih. Sebagai contoh, protein di lambung, perangsang paling kuat, merangsang kemoreseptor yang mengaktifkan pleksus saraf intrinsik, yang selanjutnya merangsang sel sekretorik. Selain itu, protein menyebabkan pengaktifan serat vagus ekstrinsik ke lambung. Aktivitas vagus semakin meningkatkan stimulasi saraf intrinsik pada sel sekretorik dan memicu pelepasan gastrin. Protein juga secara langsung merangsang pengeluaran gastrin. Gastrin adalah perangsang kuat bagi sekresi HC1 dan pepsinogen lebih lanjut serta juga menyebabkan pengeluaran histamin, yang semakin meningkatkan sekresi HC1. Melalui jalur-jalur ini, protein menginduksi sekresi getah lambung yang sangat asam dan kaya pepsin, melanjutkan pencernaan protein yang menjadi pemicu proses ini.2Fase sekresi usus mencakup faktor-faktor yang berasal dari usus halus yang mempengaruhi sekresi lambung. Sementara fase-fase lain bersifat eksitatorik, fase ini inhibitorik. Fase usus penting untuk menghentikan aliran getah lambung sewaktu kimus mulai mengalir ke dalam usus halus.2

Pankreas dan EmpeduPankreas adalah sebuah kelenjar memanjang yang terletak di belakang dan di bawah lambung, di atas lengkung pertama duodenum. Kelenjar campuran ini mengandung jaringan eksokrin dan endokrin. Bagian eksokrin yang predominan terdiri dari kelompok-kelompok sel sekretorik mirip anggur yang membentuk kantung yang dikenal sebagai asinus, yang berhubungan dengan duktus yang akhirnya bermuara di duodenum.2Pankreas eksokrin mengeluarkan getah pankreas yang terdiri dari dua komponen: enzim pankreas yang secara aktif disekresikan oleh sel asinus yang membentuk asinus dan larutan cair basa yang secara aktif disekresikan oleh sel duktus yang melapisi duktus pankreatikus. Komponen encer alkalis banyak mengandung natrium bikarbonat.2Seperti pepsinogen, enzim-enzim pankreas disimpan di dalam granula zimogen setelah diproduksi, kemudian dilepaskan dengan eksositosis sesuai kebutuhan. Enzim-enzim pankreas ini penting karena hampir mencerna makanan secara sempurna tanpa adanya sekresi pencernaan lain. Sel-sel asinus mengeluarkan tiga jenis enzim pankreas yang mampu mencerna ketiga kategori makanan: enzim proteolitik untuk pencernaan protein, amilase pankreas untuk pencernaan karbohidrat, dan lipase pankreas untuk mencerna lemak.2Tiga enzim proteolitik utama pankreas adalah tripsinogen, motripsinogen, dan prokarboksipeptidase, yang masing-masing disekresikan dalam bentuk inaktif. Setelah tripsinogen disekresikan ke dalam lumen duodenum, bahan ini diaktifkan menjadi bentuk aktifnya yaitu tripsin oleh enterokinase, suatu enzim yang terbenam di membran luminal sel-sel yang melapisi mukosa duodenum. Tripsin kemudian secara otokatalisis mengaktifkan lebih banyak tripsinogen. Seperti pepsinogen, tripsinol gen harus tetap inaktif di dalam pankreas untuk mencegah enzim proteolitik ini mencerna protein sel tempat ia terbentuk. Karena itu, tripsinogen tetap inaktif sampai zat ini mencapai lumen duodenum, di mana enterokinase memicu proses pengaktifan, yang kemudian berlanjut secara otokatalitik.2Kimotripsinogen dan prokarboksipeptidase, enzim proteolitik pankreas lainnya, diubah oleh tripsin menjadi bentuk aktif, masing-masing adalah kimotripsin dan karboksipeptidase, di dalam lumen duodenum. Karena itu, jika enterokinase telah mengaktifkan sebagian dari tripsin maka tripsin kemudian melaksanakan proses pengaktifan selanjutnya.2Masing-masing dari enzim proteolitik ini menyerang ikatan peptida yang berbeda. Produk akhir yang terbentuk dari proses ini adalah campuran rantai peptida pendek dan asam amino. Mukus yang disekresikan oleh sel usus melindungi dinding usus halus dari pencernaan oleh enzim-enzim proteolitik yang aktif tersebut.2Seperti amilase liur, amilase pankreas berperan dalam pencernaan karbohidrat dengan mengubah polisakarida menjadi maltosa. Amilase disekresikan dalam getah pankreas dalam bentuk aktif, karena amilase aktif tidak membahayakan sel sekretorik. Sel-sel ini tidak mengandung polisakarida.2Lipase pankreas sangat penting karena merupakan satu-satunya enzim di seluruh saluran cerna yang dapat mencerna lemak. Lipase pankreas menghidrolisis trigliserida makanan menjadi monogliserida dan asam lemak bebas, yaitu satuan lemak yang dapat diserap. Seperti amilase, lipase disekresikan dalam bentuk aktif karena tidak ada risiko pencernaan diri oleh lipase. Trigliserida bukan komponen struktural sel pankreas.2

HatiHati adalah organ metabolik terbesar dan terpenting di tubuh; organ ini dapat dipandang sebagai pabrik biokimia utama tubuh. Perannya dalam sistem pencernaan adalah sekresi garam empedu, yang membantu pencernaan dan penyerapan lemak. Hati juga melakukan berbagai fungsi yang tidak berkaitan dengan pencernaan, termasuk yang berikut:21. Memproses secara metabolis ketiga kategori utama nutrien (karbohidrat, protein, dan lemak) setelah zat-zat ini diserap dari saluran cerna.2. Mendetoksifikasi zat sisa tubuh dan hormon serta obat dan senyawa asing lain.3. Membentuk protein plasma.4. Menyimpan glikogen, lemak, besi, tembaga, dan banyak vitamin.5. Mengaktifkan vitamin D, yang dilakukan hati bersama dengan ginjal.6. Mengeluarkan bakteri dan sel darah merah tua, berkat adanya makrofag residennya.7. Mengekskresikan kolesterol dan bilirubin, bilirubin adalah produk penguraian yang berasal dari destruksi sel darah merah tua.Meskipun memiliki beragam fungsi kompleks ini namun tidak banyak spesialisasi ditemukan di antara sel-sel hati. Setiap hepatosit melakukan beragam tugas metabolik dan sekretorik yang sama. Spesialisasi ditimbulkan oleh organel-organel yang berkembang maju di dalam setiap hepatosit. Satu-satunya fungsi hari yang tidak dilakukan oleh hepatosit adalah aktivitas fagosit yang dilaksanakan oleh makrofag residen yang dikenal sebagai sel Kupffer.2Lubang duktus biliaris ke dalam duodenum dijaga oleh sfingter Oddi, yang mencegah empedu masuk ke duodenum kecuali sewaktu pencernaan makanan. Ketika sfingter ini tertutup, sebagian besar empedu yang disekresikan oleh hati dialihkan balik ke dalam kandung empedu, suatu struktur kecil berbentuk kantung yang terselip di bawah tetapi tidak langsung berhubungan dengan hati. Karena itu, empedu tidak diangkut langsung dari hati ke kandung empedu. Empedu disimpan dan dipekatkan di kandung empedu di antara waktu makan. Setelah makan, empedu masuk ke duodenum akibat efek kombinasi pengosongan kandung empedu dan peningkatan sekresi empedu oleh hati.2Empedu mengandung beberapa konstituen organik, yaitu garam empedu, kolesterol, lesitin, dan bilirubin dalam suatu cairan encer alkalis serupa dengan sekresi NaHCO3 pankreas. Meskipun empedu tidak mengandung enzim pencernaan apapun namun bahan ini penting dalam pencernaan dan penyerapan lemak, terutama melalui aktivitas garam empedu.2Garam empedu secara aktif disekresikan ke dalam empedu dan akhirnya masuk ke duodenum bersama dengan konstituen empedu lainnya. Setelah ikut serta dalam pencernaan dan penyerapan lemak, sebagian besar garam empedu diserap kembali ke dalam darah oleh mekanisme transpor aktif khusus yang terletak di ileum terminal. Dari sini garam empedu dikembalikan ke sistem porta hati, yang meresekresikannya ke dalam empedu. Daur ulang garam empedu ini antara usus halus dan hati disebut sirkulasi enterohepatik.2Istilah efek deterjen merujuk kepada kemampuan garam empedu untuk mengubah globulus (gumpalan) lemak besar menjadi emulsi lemak yang terdiri dari banyak butiran lemak dengan garis tengah masing-masing 1 mm yang membentuk suspensi di dalam kimus cair sehingga luas permukaan yang tersedia untuk tempat lipase pankreas bekerja bertambah. Gumpalan lemak terdiri dari molekul trigliserida yang belum tercerna. Untuk mencerna lemak, lipase harus berkontak langsung dengan molekul trigliserida. Karena tidak larut dalam air maka trigliserida cenderung menggumpal menjadi butir-butir besar dalam lingkungan usus halus yang banyak mengandung air. Jika garam empedu tidak mengemulsifikasi gumpalan besar lemak ini, maka lipase dapat bekerja hanya pada permukaan gumpalan besar tersebut dan pencernaan lemak akan sangat lama.2Garam empedu memiliki efek deterjen serupa dengan deterjen yang anda gunakan untuk membersihkan lemak ketika mencuci piring. Molekul garam empedu mengandung bagian yang larut lemak plus bagian larut air yang bermuatan negatif. Garam empedu terserap di permukaan butiran lemak yaitu, bagian larut lemak garam empedu larut dalam butiran lemak, meninggalkan bagian larut air yang bermuatan menonjol dari permukaan butiran lemak tersebut. Gerakan mencampur oleh usus memecah-mecah butiran lemak besar menjadi butiran-butiran yang lebih kecil. Butiran-butiran kecil ini akan cepat bergabung kembali jika tidak ada garam empedu yang terserap di permukaannya dan menciptakan selubung muatan negatif larut air di permukaan setiap butiran kecil. Karena muatan yang sama saling tolak-menolak, maka gugus-gugus bermuatan negatif di permukaan butiran lemak menyebabkan butiran tersebut saling menjauh. Daya tolak listrik ini mencegah butir-butir kecil kembali bergabung membentuk gumpalan lemak besar sehingga menghasilkan emulsi lemak yang meningkatkan permukaan yang tersedia untuk kerja lipase.2Garam empedu bersama dengan kolesterol dan lesitin berperan penting dalam mempermudah penyerapan lemak melalui pembentukan misel. Seperti garam empedu, lesitin memiliki bagian yang larut lemak dan bagian yang larut air, sementara kolesterol hampir sama sekali tak larut dalam air. Dalam suatu misel, garam empedu dan lesitin bergumpal dalam kelompok-kelompok kecil dengan bagian larut lemak menyatu di bagian tengah membentuk inti hidrofobik, sementara bagian larut air membentuk selubung hidrofllik di sebelah luar. Misel, karena larut dalam air berkat selubung hidrofiliknya, dapat melarutkan bahan tak larut air di bagian tengahnya. Karena itu misel merupakan wadah yang dapat digunakan untuk mengangkut bahan-bahan tak larut air melalui isi lumen yang cair. Bahan larut lemak terpenting yang diangkut di dalam misel adalah produk-produk pencernaan lemak serta vitamin larut lemak, yang semuanya diangkut ke tempat penyerapannya dengan cara ini. Jika tidak menumpang di dalam misel yang larut air ini, berbagai nutrien ini akan mengapung di permukaan kimus, dan tidak pernah mencapai permukaan absorptif usus halus.2Bilirubin adalah pigmen kuning yang menyebabkan empedu berwarna kuning. Di dalam saluran cerna, pigmen ini dimodifikasi oleh enzim-enzim bakteri, menghasilkan warna tinja yang coklat khas. Jika tidak terjadi sekresi bilirubin, seperti ketika duktus biliaris tersumbat total oleh batu empedu, tinja berwarna putih keabuan. Dalam keadaan normal sejumlah kecil bilirubin direabsorpsi oleh usus kembali ke darah, dan ketika akhirnya diekskresikan di urin, bilirubin ini berperan besar menyebabkan warna urin kuning. Ginjal tidak dapat mengekskresikan bilirubin sampai bahan ini telah dimodifikasi ketika mengalir melewati hati dan usus.2

Usus HalusSegmentasi, metode motilitas utama usus halus sewaktu pencernaan makanan, mencampur dan mendorong kimus secara perlahan. Segmentasi terdiri dari kontraksi otot polos sirkular yang berulang dan berbentuk cincin di sepanjang usus halus; di antara segmen-segmen yang berkontraksi terdapat daerah-daerah rileks yang mengandung sedikit bolus kimus. Cincin kontraktil terbentuk setiap beberapa sentimeter, membagi usus halus menjadi segmen-segmen seperti rangkaian sosis. Cincin kontraktil ini tidak menyapu di sepanjang usus seperti halnya gelombang peristaltik. Setelah suatu periode singkat, segmen-segmen yang berkontraksi melemas, dan kontraksi berbentuk cincin ini muncul di bagian-bagian yang sebelumnya melemas. Kontraksi baru mendorong kimus di bagian yang semula rileks untuk bergerak ke kedua arah ke bagian-bagian yang kini melemas di sampingnya. Karena itu, segmen yang baru melemas menerima kimus dari kedua segmen yang berkontraksi tepat di belakang dan depannya. Segera setelah itu, bagian-bagian yang berkontraksi dan melemas kembali berganti. Dengan cara ini, kimus dipotong, digiling, dan dicampur secara merata.2Pencampuran yang dilakukan oleh segmentasi memiliki fungsi rangkap yaitu mencampur kimus dengan getah pencernaan yang disekresikan ke dalam lumen usus halus dan memajankan semua kimus ke permukaan absorptif mukosa usus halus.2Segmentasi tidak saja melakukan pencampuran tetapi juga secara perlahan menggerakkan kimus menelusuri usus halus. Bagaimana hal ini dapat terjadi, ketika setiap kontraksi segmental mendorong kimus ke kedua arah. Kimus secara perlahan bergerak maju karena frekuensi segmentasi menurun di sepanjang usus halus. Sel-sel pemacu di duodenum secara spontan mengalami depolarisasi lebih cepat daripada sel-sel serupa yang ada di bagian hilir usus, dengan kontraksi segmentasi terjadi di duodenum pada kecepatan 12 kali per menit dibandingkan dengan hanya 9 kali per menit di ileum terminal. Karena segmentasi terjadi lebih sering di bagian atas usus halus daripada di bagian bawah, maka secara rerata, lebih banyak kimus yang terdorong maju daripada yang terdorong mundur. Karenanya, kimus secara perlahan bergerak dari bagian atas ke bagian bawah usus halus, dengan terdorong maju-mundur selama perjalanannya agar terjadi pencampuran yang merata dan penyerapan Mekanisme propulsif yang lambat ini menguntungkan karenag menyediakan cukup waktu bagi berlangsungnya proses pencernaan dan penyerapan. Isi usus halus biasanya memerlukan 3 sampai 5 jam untuk melintasi usus halus.2Di permukaan luminal sel-sel epitel usus halus terdapat tonjolan-tonjolan khusus seperti rambut, mikrovilus, yang membentuk brush border. Membran plasma brush border mengandung tiga kategori enzim yang melekat ke membran:21. Enterokinase, yang mengaktifkan enzim pankreas tripsinogen.2. Disakaridase (maltase, sukrase, dan laktase), yang menuntaskan pencernaan karbohidrat dengan menghidrolisis disakarida yang tersisa (masing-masing maltosa, sukrosa, dan laktosa) menjadi monosakarida konstituennya.3. Aminopeptidase, yang menghidrolisis fragmen-fragmen peptida kecil menjadi komponen-komponen asam aminonya sehingga pencernaan protein selesai.Karena itu, pencernaan karbohidrat dan protein dituntaskan di brush border.2Semua produk pencernaan karbohidrat, lemak, dan protein, serta sebagian besar elektrolit, vitamin, dan air, normalnya diserap oleh usus halus. Hanya penyerapan kalsium dan besi yang biasanya disesuaikan dengan kebutuhan tubuh. Karena itu, semakin banyak makanan yang dikonsumsi, semakin banyak yang akan dicerna dan diserap, seperti yang telah dirasakan oleh orang-orang yang berupaya keras mengontrol berat badan mereka.2Sebagian besar penyerapan terjadi di duodenum dan jejunum, hanya sedikit yang terjadi di ileum, bukan karena ileum tidak memiliki kemampuan menyerap tetapi karena sebagian besar penyerapan telah diselesaikan sebelum isi usus mencapai ileum. Usus halus memiliki kapasitas absorptif cadangan yang besar. Jika ileum terminal diangkat maka penyerapan vitamin B12 dan garam empedu akan terganggu, karena mekanisme transpor khusus untuk kedua bahan ini hanya terdapat di bagian ini.2Terdapat invaginasi dangkal, yang dikenal sebagai kriptus Lieberkuhn, melekuk masuk ke dalam permukaan mukosa di antara vilus. Tidak seperti feveola gastrica, kriptus-kriptus internal ini tidak mengeluarkan enzim pencernaan, tetapi mengeluarkan air dan elektrolit, yang bersama dengan mukus yang dikeluarkan oleh sel-sel di permukaan vilus, membentuk sukus enterikus.2Selain itu, kriptus berfungi sebagai tempat pembibitan. Sel-sel epitel yang melapisi usus halus terlepas dan diganti dengan kecepatan tinggi akibat tingginya aktivitas mitotik sel punca di kriptus. Sel-sel baru yang secara terus-menerus diproduksi di kriptus bermigrasi naik ke vilus dan mendorong sel-sel tua di ujung vilus ke dalam lumen. Dengan cara ini, lebih dari 100 juta sel usus dilepaskan setiap menit. Perjalanan keseluruhan dari kriptus ke puncak adalah sekitar tiga hari, sehingga lapisan epitel usus halus diganti setiap sekitar tiga hari.2Sel-sel baru mengalami beberapa perubahan sewaktu bermigrasi ke atas vilus. Konsentrasi enzim-enzim brush border meningkat dan kapasitas untuk menyerap membaik, sehingga sel-sel di ujung vilus memiliki kemampuan mencerna dan menyerap tertinggi. Tepat setelah berada di puncak, sel-sel ini kemudian didorong oleh sel-sel baru yang bermigrasi. Karena itu, isi lumen terus-menerus terpajan ke sel-sel yang berperangkat optimal untuk menuntaskan proses. Pencernaan dan penyerapan secara efisien. Selain itu, seperti di lambung, pertukaran cepat sel-sel di usus halus adalah hal yang esensial karena kondisi lingkungan lumen usus yang keras. Sel-sel yang terpajan ke isi lumen yang abrasif dan korosif mudah rusak dan tidak berumur panjang sehingga mereka harus terus-menerus diganti oleh sel baru yang masih segar.2Selain sel punca, sel Paneth juga ditemukan di kriptus. Sel Paneth memiliki fungsi pertahanan yaitu menjaga sel punca. Sel-sel ini menghasilkan dua bahan kimia yang mengusir bakteri: lisozim, enzim pelisis bakteri yang juga terdapat di liur; dan defensin, protein kecil dengan kemampuan antibakteri.2

Penyerapan Karbohidrat

Gambar 25. Penyerapan karbohidrat.6Karbohidrat makanan dicerna di usus halus untuk diserap terutama dalam bentuk disakarida maltosa, sukrosa, dan laktosa. Disakaridase yang terletak di membran brush border sel epitel usus meneruskan penguraian disakarida ini menjadi unit-unit monosakarida yang dapat diserap yaitu glukosa, galaktosa, dan fruktosa.2Glukosa dan galaktosa diserap oleh transpor aktif sekunder, di mana pembawa kotranspor di membran luminal memindahkan monosakarida dan Na+ dari lumen ke dalam interior sel usus. Bekerjanya pembawa kotranspor ini, yang tidak secara langsung menggunakan energi, bergantung pada gradien konsentrasi Na+ yang tercipta oleh pompa Na+-K+ basolateral yang menggunakan energi. Glukosa setelah dipekatkan di sel oleh pembawa kotranspor, meninggalkan sel menuruni gradien konsentrasi melalui pembawa pasif di membran basolateral untuk masuk ke darah di dalam vilus. Selain terjadi penyerapan glukosa melalui sel oleh pembawa kotranspor, terdapat bukti bahwa cukup banyak glukosa melintasi sawar epitel melalui taut erat yang bocor di antara sel-sel epitel. Fruktosa diserap ke dalam darah hanya dengan difusi terfasilitasi.2

Penyerapan Protein

Gambar 26. Penyerapan protein.6Baik protein yang dicerna (dari makanan) maupun protein endogen (di dalam tubuh) yang masuk ke lumen saluran cerna dari tiga sumber berikut dicerna dan diserap:21. Enzim pencernaan, yang semuanya adalah protein, yang disekresikan ke dalam lumen.2. Protein di dalam sel yang terdorong hingga lepas dari vilus ke dalam lumen selama proses pertukaran mukosa.3. Sejumlah kecil protein plasma yang normalnya bocor dari kapiler ke dalam lumen saluran cerna.Sekitar 20 sampai 40 g protein endogen masuk ke lumen setiap hari dari ketiga sumber ini. Jumlah ini dapat berjumlah lebih dari jumlah protein yang berasal dari makanan. Semua protein endogen harus dicerna dan diserap bersama dengan protein makanan untuk mencegah terkurasnya simpanan protein tubuh. Asam-asam amino yang diserap dari protein makanan dan endogen terutama digunakan untuk membentuk protein baru di tubuh.2Protein yang disajikan ke usus halus untuk diserap terutama berada dalam bentuk asam amino dan beberapa potongan kecil peptida. Asam amino diserap menembus sel usus oleh transpor aktif sekunder, serupa dengan penyerapan glukosa dan galaktosa. Karena itu, glukosa, galaktosa, dan asam amino semuanya mendapat tumpangan gratis untuk masuk dari transpor Na+ yang membutuhkan energi. Peptida kecil memperoleh jalan masuk melalui pembawa yang berbeda dan diuraikan menjadi asam-asam amino konstituennya oleh aminopeptidase di membran brush border atau oleh peptidase intrasel. Seperti monosakarida, asam amino masuk ke anyaman kapiler di dalam vilus.2

Penyerapan Lemak

Gambar 27. Penyerapan lemak.6Misel adalah partikel larut air yang dapat mengangkut produk-produk akhir pencernaan lemak di dalam interiornya yang larut lemak. Setelah misel mencapai membran luminal sel epitel, monogliserida dan asam lemak bebas secara pasif berdifusi dari misel menembus komponen lemak membran sel epitel untuk masuk ke interior sel ini. Setelah produk-produk lemak meninggalkan misel dan diserap menembus membran sel epitel, misel dapat menyerap monogliserida dan asam lemak bebas lain, yang telah dihasilkan dari pencernaan molekul molekul trigliserida lain dalam emulsi lemak.2Garam-garam empedu secara terus-menerus mengulangi fungsi melarutkan lemak di sepanjang usus halus sampai sel mua lemak terserap. Kemudian garam-garam empedu itu sendiri direabsorpsi di ileum terminal oleh transpor aktif khusus. Ini adalah suatu proses yang efisien, karena garam empedu dalam jumlah relatif sedikit sudah dapat mempermudah pencernaan dan penyerapan lemak dalam jumlah besar, dengan setiap garam empedu melakukan fungsi pengangkutannya berulang-ulang sebelum akhirnya direabsorbsi.2Setelah berada di interior sel epitel, monogliserida dan asam lemak bebas diresintesis menjadi trigliserida. Trigliserida-trigliserida ini menyatu menjadi butiran-butiran lalu dibungkus oleh suatu lapisan lipoprotein, yang menyebabkan butiran lemak tersebut larut air. Butiran lemak besar yang telah dibungkus ini, dikenal dengan kilomikron, dikeluarkan oleh eksositosis dari sel epitel ke dalam cairan interstisium di dalam vilus. Kilomikron kemudian masuk ke lakteal sentral dan bukan ke kapiler karena perbedaan struktural antara kedua pembuluh ini. Kapiler memiliki membran basal yang mencegah kilomikron masuk, tetapi pembuluh limfe tidak memiliki penghalang ini. Karena itu, lemak dapat diserap ke dalam pembuluh limfe tetapi tidak dapat langsung ke dalam darah.2

Usus BesarKolon normalnya menerima sekitar 500 ml kimus dari usus halus per hari. Karena sebagian besar pencernaan dan penyerapan telah diselesaikan di usus halus maka isi yang disalurkan ke kolon terdiri dari residu makanan yang tak tercerna, komponen empedu yang tidak diserap, dan cairan. Kolon mengekstraksi H2O dan garam dari isi lumennya. Apa yang tertinggal dan akan dikeluarkan disebut feses. Fungsi utama usus besar adalah untuk menyimpan tinja sebelum defekasi. Selulosa dan bahan lain yang tak tercerna di dalam diet membentuk sebagian besar massa dan karenanya membantu mempertahankan keteraturan buang air.2Lapisan otot polos longitudinal luar tidak mengelilingi usus par secara penuh. Lapisan ini terdiri dari tiga pita otot longitudinal yang terpisah, taeniae coli, yang berjalan di sepanjang usus besar. Taeniae coli ini lebih pendek daripada otot polos sirkular dan lapisan mukosa di bawahnya jika kedua lapisan ini dibentangkan datar. Karena itu, lapisan- lapisan di bawahnya disatukan membentuk kantung atau haustra, seperti rok panjang mengembang yang diikat di bagian pinggang yang menyempit. Haustra bukanlah sekedar kumpulan permanen yang pasif; haustra secara aktif berganti lokasi akibat kontraksi lapisan otot polos sirkular.2Sebagian penyerapan berlangsung di dalam kolon, tetapi 3 dengan tingkatan yang lebih rendah daripada di usus halus. Karena permukaan lumen kolon cukup halus maka luas permukaan absorptifnya jauh lebih kecil daripada usus halus. Selain itu kolon tidak dilengkapi oleh mekanisme transpor khusus seperti yang dimiliki oleh usus halus. Jika motilitas usus halus yang tinggi menyebabkan isi usus cepat masuk ke kolon sebelum absorpsi nutrien tuntas maka kolon tidak dapat menyerap sebagian besar bahan ini dan bahan akan keluar sebagai diare.2Kolon dalam keadaan normal menyerap garam dan H2O. Natrium diserap secara aktif, Cl- mengikuti secara pasif menuruni gradien listrik, dan H2O mengikuti secara osmosis. Kolon menyerap sejumlah elektrolit lain serta vitamin K yang disintesis oleh bakteri kolon.2Melalui absorpsi garam dan H2O terbentuk massa 1 tinja yang padat. Dari 500 g bahan yang masuk ke kolon setiap hari dari usus halus, kolon normalnya menyerap sekitar 350 ml, meninggalkan 150 g feses untuk dikeluarkan dari tubuh setiap hari. Bahan feses ini biasanya terdiri dari 100 g H2O dan 50 g bahan padat, termasuk selulosa yang tidak tercerna, bilirubin, bakteri, dan sejumlah kecil garam.2

KesimpulanRasa nyeri ulu hati dan disertai rasa mual yang dialami oleh karyawati tersebut. sesuai skenario berindikasi besar pada gangguan fungsional saluran dan organ pencernaan. Hal ini dapat dibutikan dengan menapak langsung sisi fisiologis yang dapat di gali seperti diterangkan diatas mengenai kondisi anatomi saluran dan organ pencernaan, kondisi fisiologisnya dan kaitan yang ada dengan baik. Dengan demikian kondisi dengan kasus yang sama di dunia dapat dipahami dengan dalam dan dengan cermat mengambil keputusan mengambil penanganan medis lebih lanjut. Daftar Pustaka1. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2003.h.281.2. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2011.h.641-923. Kamus saku kedokteran dorlan. Edisi ke-28. Jakarta: EGC; 2011. dysphagia; h. 356.4. Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Jakarta: EGC; 2006.5. Eroschenko VP. Atlas histologi di fiore dengan korelasi fungsional. Edisi ke-9. Jakarta: EGC; 2003.h.148-.6. Sherwood L. Human physiology from cell to system. Eight Editon. Belmont: Brooks/Cole; 2012.

Page 7 of 35