PBL BLOK 28

22
Keracunan Karbon Tetraklorida dan Karbon Disulfida Sebagai PAK Erik Susanto 102011104 / A7 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana Jl. Terusan Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731 [email protected] Pendahuluan Keracunan adalah keadaan darurat yang diakibatkan masuknya suatu zat atau makanan kedalam tubuh melalui berbagai cara, seperti melalui saluran pencernaan, saluran pernafasan, atau melalui kulit dan mata . Di Indonesia sering terjadi kasus keracunan, mulai dari keracunan makanan, zat kimia hingga keracunan gas. Salah satu zat kimia yang berbahaya ialah Karbon Tetraklorida dan Karbon Disulfida. Ketidaktahuan masyarakat terhadap pertolongan pertama pada kasus keracunan juga menjadi salah satu penyebab kematian maka u ntuk mengatasi dan membatu korban yang keracunan kita harus mengetahui keracunan apakah yang dialami oleh korban dan gejala-gejala yang ditunjukan oleh korban serta penanganan pertamanya agar keracunan tersebut tidak berujung pada kematian. Maka diharapkan dengan adanya penulisan makalah tersebut, dapat membantu para pembaca dan penulis untuk mengetahui tanda – tanda atau gejala akut maupun kronis dari keracunan Karbon Tetraklorida dan Karbon Disulfida serta penatalaksanaan dan 1

description

blok 28

Transcript of PBL BLOK 28

Page 1: PBL BLOK 28

Keracunan Karbon Tetraklorida dan Karbon Disulfida Sebagai PAK

Erik Susanto

102011104 / A7

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana

Jl. Terusan Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731

[email protected]

Pendahuluan

Keracunan adalah keadaan darurat yang diakibatkan masuknya suatu zat atau

makanan kedalam tubuh melalui berbagai cara, seperti melalui saluran pencernaan, saluran

pernafasan, atau melalui kulit dan mata. Di Indonesia sering terjadi kasus keracunan, mulai

dari keracunan makanan, zat kimia hingga keracunan gas.

Salah satu zat kimia yang berbahaya ialah Karbon Tetraklorida dan Karbon Disulfida.

Ketidaktahuan masyarakat terhadap pertolongan pertama pada kasus keracunan juga menjadi

salah satu penyebab kematian maka untuk mengatasi dan membatu korban yang keracunan

kita harus mengetahui keracunan apakah yang dialami oleh korban dan gejala-gejala yang

ditunjukan oleh korban serta penanganan pertamanya agar keracunan tersebut tidak berujung

pada kematian.

Maka diharapkan dengan adanya penulisan makalah tersebut, dapat membantu para

pembaca dan penulis untuk mengetahui tanda – tanda atau gejala akut maupun kronis dari

keracunan Karbon Tetraklorida dan Karbon Disulfida serta penatalaksanaan dan

pencegahannya terutama untuk para pekerja yang bekerja dibidang pabrik yang menggunakan

zat kimia tersebut agar tidak terjadi keracunan yang disebabkan oleh pekerjaannya sehari-

hari.

1

Page 2: PBL BLOK 28

Pembahasan

Anamnesis

Hal – hal yang patut ditanyakan (menurut kasus:

1. Identitas

Tanyakan Nama, Umur, Alamat (keadaan tempat tinggal juga dapat menjadi patokan

berbagai jenis penyakit, dan Pekerjaan

2. Keluhan Utama

Keluhan yang membawa pasien untuk datang berobat. Dalam kasus, pasien datang

dengan keluhan kesemutan, susah tidur, sulit konsentrasi dan sering merasa gelisah..

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Merupakan penerusan atau gejala-gejala yang lebih spesifik terhadap perkembangan

dari keluhan utama.

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Tanyakan apakah pernah mengalami sakit serupa. Untuk mengetahui apakah terjadi

reinfeksi, akut atau kronik dari penyakit.

5. Riwayat Penyakit Keluarga

Ada tidaknya riwayat penyakit keluarga pada pasien dapat membantu diagnosis.

Riwayat penyakit keluarga meliputi, riwayat penyakit serupa, riwayat penyakit kronis

maupun riwayat rawat inap di rumah sakit karena penyakit berat

6. Riwayat Pengobatan

Tanyakan apakah pasien sudah pernah berobat sebelumnya dan apakah sudah mengkonsumsi obat.

Obat apa yang digunakan, karena obat dapat memicu terjadinya suatu penyakit terutama obat anti tbc

(INH, Rifampicin, dll).

7. Lingkungan Sosial dan Kebiasaan

Keadaan tempat tinggal juga dapat menjadi patokan berbagai jenis penyakit Dan

kebiasaan kegiatan sehari-harinya, seperti merokok, alkohol, kurang olahraga, drugs, dll.

2

Page 3: PBL BLOK 28

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan penunjang

Diagnosa Klinis

Laki – laki tersebut mengalami Keracunan Karbon Tetraklorida dan Karbon

Disulfida.

Diagnosa okupasi

1. Menetukan diagnosis klinis

Sebagai langkah pertama menegakkan diagnosis PAK adalah menegakkan diagnosis

klinis terlebih dahulu. Diagnosis PAK tidak dapat ditegakkan hanya berdasarkan gejala

yang dikeluhkan pasien, karena dasar dari penegakkan diagnosis PAK adalah evidence

based, di mana penelitian yang ada menunjukkan bahwa antara suatu pajanan dengan

suatu penyakit yang ada hubungan spesfik. Upaya diagnosis klinis mungkin memerlukan

pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan penunjang lainnya.

2. Menentukan pajanan yang dialami individu tersebut dalam pekerjaan

Suatu PAK, seringkali tidak hanya disebabkan oleh pajanan yang dialami di pekerjaan

yang saat ini dilakukan, tetapi dapat disebabkan oleh pajanan-pajanan pada pekerjaan

yang terdahulu. Selain itu, beberapa pajanan bisa saja menyebabkan satu penyakit,

sehingga dokter harus mendapatkan informasi mengenai semua pajanan yang dialami dan

pernah dialami oleh pasiennya. Untuk memperoleh informasi ini perlu dilakukan

anamnesis pekerjaan yang lengkap, yang mencakup:

a. Deskripsi semua pekerjaan secara kronologis

b. Periode waktu melakukan masing-masing pekerjaan

c. Apa yang diproduksi

d. Bahan yang digunakan

e. Cara bekerja

3. Menentukan apakah ada hubungan antara pajanan dengan penyakit

Melakukan identifikasi pajanan mana saja yang berhubungan dengan penyakit yang

dialami. Hubungan ini harus berdasarkan hasil-hasil penelitian epidemiologis yang pernah

dilakukan (evidence based). Identifikasi ada tidaknya hubungan antara pajanan dan

penyakit dapat dilakukan dengan mengkaji literatur atau referensi. Hubungan antara

pajanan dengan penyakit juga perlu dilihat dari waktu timbulnya gejala dan penyakit,

3

Page 4: PBL BLOK 28

misalnya orang tersebut terpajan oleh bahan tertentu terlebih dahulu, sebelum mulai

timbul gejala/penyakit.

4. Menetukan apakah pajanan yang dialami cukup besar

Untuk dapat menilai apakah suatu pajanan cukup besar untuk dapat menyebabkan

penyakit tertentu, perlu dimengerti patofisiologi dari penyakit tersebvut dan bukti

epidemiologis. Cukup besarnya suatu pajanan dapat dinilai secara kulaitatif, yaitu dengan

menanyakan kepada pasien cara kerja, proses kerja, dan bagaimana lingkungan kerja.

5. Menentukan apakah ada peranan faktor-faktor individu itu sendiri

Setiap penyakit selain disebabkan oleh faktor lingkungan dan /atau faktor pekerjaan ,

pasti juga ada faktor individu yang berperan. Perlu dinilai seberapa besar faktor individu

itu berperan, sehingga dimengerti mengapa yang terkena adalah individu tersebut dan

bukan seluruh pekerjadi tempat yang sama. Faktor individu yang berperan adalah riwayat

atopi/alergi, riwayat dalam keluarga, hygene perorangan (kebiasaan memakai alat

pelindung yang baik).

6. Menetukan apakah ada faktor lain diluar pekerjaan

Faktor lain di luar pekerjaan adalah pajanan lain yang juga dapat menyebabkan

penyakit yang sama, namun bukan merupakan faktor pekerjaan, misal merokok, pajanan

yang dialami dirumah, hobi, dsb.

7. Menentukan diagnosis penyakit akibat kerja

Kaji seluruh informasi yang telah dikumpulkan dari langkah-langkah terdahulu.

Berdasarkan bukti-bukti dan referensi yang ada, buat keputusan apakah penyakit yang

diderita adalah penyakit akibat kerja atau tidak. Diagnosis sebagai PAK dapat dibuat

bvila langkah-langkah di atas dapat disimpulkan, bahwa memang ada hubungan sebab

akibat antara pajanan yang dialami dengan penyakit dan faktor pekerjaan merupakan

faktor yang bermakna terhadap terjadinya penyakit dan tidak dapat diabaikan.

4

Page 5: PBL BLOK 28

Racun adalah zat kimia, tunggal atau campuran, yang dalam jumlah relatif sedikit

berbahaya bagi kesehatan, bahkan jiwa manusia. Toksis adalah sifat yang dimiliki oleh suatu

zat kimia untuk menyebabkan terjadinya keracunan. Pengertian tentang racun tersebut sudah

cukup memuaskan, walaupun masih harus ditambah pemahaman yang mendasar bahwa soal

racun atau toksis tidaknya suatu zat sangatlah tergantung kepada kuantitas zat tersebut.

Dalam toksikologi yang penting adalah informasi yang sifatnya kualitatif dan kuantitatif

tentang suatu zat yang dikaitkan dengan efeknya terhadap faktor manusia. Toksisitas

merupakan istilah yang menunjukkan kemampuan suatu zat menyebabkan terjadinya

keracunan. Efek racun suatu zat kimia tidak hanya dihubungkan dengan manusia saja,

melainkan juga dengan seluruh makhluk hidup baik hewan maupun tumbuhan. Toksikologi

sangat besar peranannya dalam kemajuan dan keberhasilan penyelenggaraan keselamatan dan

kesehatan kerja serta hiperkes.

LD50 oral atau kulit adalah kadar zat kimia beracun yang menyebabkan kematian

pada 50% binatang percobaan dan satuannya biasanya dinyatakan dalam mg zat kimia per kg

berat badan binatang percobaan.

Penyakit akibat kerja

Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan , proses maupun lingkungan

kerja.Dengan demikian penyakit akibat kerja merupakan penyakit yang artifisial atau man

made diseases. WHO membedakan empat kategori PAK:

a. Penyakit yang hanya disebabkan oleh pekerjaan, misalnya pneumokoniosis

b. Penyakit yang salah satu penyebabnya adalah pekerjaan, misalnya karsinoma

bronkogenik

c. Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab diantara faktor-faktor

penyebab lain, misalnya bronkitis kronik

d. Penyakit dimana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah ada sebelumnya,

misalnya asma.

Penyebab penyakit akibat kerja

Faktor penyebab akibat kerja sangat banyak, tergantung pada bahan yang digunakan

dalam proses kerja, lingkungan kerja ataupun cara kerja. Pada umumnya faktor penyebab

dapat dikelompokkan dalam 5 golongan:

5

Page 6: PBL BLOK 28

1. Golongan fisik: suara (bising), radiasi, suhu, tekanan yang sangat tinggi, vibrasi,

penerangan lampu yang kurang baik

2. Golongan kimiawi: bahan kimiawi yang digunakan dalam proses kerja, maupun yang

terdapat dalam lingkungan kerja, dapat bebentuk debu, uap, gas, larutan, awan atau kabut.

Ada kurang lebih 100.000 bahan kimia yang sudah digunakan dalam proses industri,

namun dalam daftar penyakit ILO, baru diidentifikasi 31 bahan kimia sebagai penyebab.

3. Golongan biologis: bakteri, virus, jamur, parasit

4. Golongan fisiologis: biasanya disebabkan oleh penataan tempat kerja dan cara kerja yang

kurang egonomi, tidak sesuai dengan fisiologi dan anatomi mannusia.

5. Golongan psikososial: lingkungan kerja yang mengakibatkan stress seperti beban kerja

terlallu berat, pekerjaan yang monoton, dll.

Karbon Disulfida

Karbon disulfida adalah cairan tidak berwarna mudah menguap dengan rumus CS2.

Senyawa ini sering digunakan sebagai sebuah blok bangunan dalam kimia organik serta non-

polar industri dan kimia pelarut. Senyawa ini memiliki bau yang menyenangkan, seperti bau

kloroform. Namun biasanya senyawa ini terdapat tidak dalam keadaan murni, sehingga

berbau busuk akibat senyawa sulfur lainnya, seperti karbonil sulfida (COS).

Karbon Disulfida

6

Page 7: PBL BLOK 28

Karbon Disulfida adalah bahan baku atau bahan kimia yang dibutuhkan dalam

pembuatan rayon, tekstil, selofan, karbon tetra klorida, aselerator,vulkanisasi karet, bahan

aktif, fungisida, viskos, produksi cat mobil, serta bahan aditif dalam produksi ban mobil.

Karbon disulfida stabil, sangat mudah terbakar. sangat mudah menguap, titik nyala

rendah dan batas ledakan yang sangat luas. Lindungi dari panas, friksi, goncangan,cahaya

matahari. Bereaksi cepat dengan fluorine, debu seng,

khlor cair.

Sejumlah kecil karbon

disulfida ditemukan pada gas letusan gunung

berapi. Dulunya CS2 diproduksi dengan mereaksikan

karbon (atau arang) dengan sulfur pada temperatur sangat tinggi. Sekarang CS2 dihasilkan

pada temperatur yang lebih rendah, 600 °C, melibatkan gas alam bersama katalis kieselgel

atau alumina.

CH4 +  S8 → CS2 + 2 H2S

Karbon disulfida sering disebut dengan ditiokarbonik anhidrat, NCl-C04591,

weeviltox, sulfokarbonik anhidrat. Karbon disulfida merupakan gas yang berasal dari proses

penambangan batu bara. Karbon disulfida memiliki sifat fisik sebagai berikut:

Sifat Fisik karbon Disulfida

7

Karbon Disulfida

Page 8: PBL BLOK 28

Manfaat Karbon Disulfida

Karbon disulfida penggunaan industri telah dalam pembuatan selulosa diregenerasi

dari rayon (proses oleh viscose) dan plastik. Lain penggunaan industri utama karbon

disulfida adalah sebagai bahan baku untuk produksi karbon tetraklorida. Ini juga telah

digunakan untuk melindungi buah segar dari serangga dan jamur selama pengiriman, dalam

perekat untuk kemasan makanan, dan dalam ekstraksi pelarut inhibitor pertumbuhan.

Dampak Karbon Disulfida

Karbon disulfida sangat bersifat toksik (sangat beracun), apabila masuk lewat kulit

dapat menyebabkan terjadinya iritasi, kerusakan pada alat reproduksi, kematian pada janin

dan mandul. Gejala kronik biasa menyebabkan kerusakan pada hati. Karbon disulfida yang

terurai menjadi zat kimia lain setelah itu masuk ke dalam tubuh.

Tanda Keracunan Akut

Pada tingkat yang sangat tinggi, karbon disulfida dapat mengancam nyawa karena

efek pada sistem saraf atau jantung. Exposure bisa melalui inhalasi, penyerapan melalui kulit,

pencernaan, atau kulit atau kontak mata. Pada keracunan akut, eksitasi awal sistem saraf

pusat menyerupai intoksikasi alkohol terjadi, diikuti dengan depresi, kematian stupor, gelisah,

pingsan, dan mungkin. Jika pemulihan terjadi, narkosis, mual, muntah, dan sakit kepala dapat

terjadi.

Tanda Keracunan Kronis

Pada keracunan kronis, ada perubahan sensorik seperti sensasi merangkak di kulit,

sensasi berat dan dingin dari objek sehingga mereka tampak tidak jelas.

Eksposur dapat menyebabkan perubahan dalam pernapasan, nyeri dada, nyeri otot,

kelemahan, hilangnya rasa di tangan atau kaki, masalah mata, lecet kulit, kelelahan kronis,

kehilangan memori, perubahan kepribadian, mudah tersinggung, pusing, anoreksia,

penurunan berat badan, psikosis , polineuropati, gastritis, ginjal dan kerusakan hati,

dermatitis, penurunan mental, kelumpuhan Parkinsonian, dan kegilaan.

8

Page 9: PBL BLOK 28

Karbon disulfida dapat merusak janin. Ini dapat menurunkan kesuburan pada pria dan

wanita, menyebabkan kelainan sperma dan aborsi spontan. CS2 adalah cairan yang mudah

terbakar dan dapat dipakai sebagai bahan pembuat CCl4, dengan reaksi:  CS2 + 3Cl2 →

CCl4 +S2Cl2.

Karbon TetraKlorida

Bentuk cair, tidak berwarna, berbau khas, tidak dapat menyala. Berat molekul 153,82;

Rumus molekul CCl4 ; Titik didih 77oC (171 F); Titik beku -23oC (-9 F); Gravitasi spesifik

(air=1): 1,5940; Kelarutan dalam air 0,08% @ 20oC; Dapat larut dalam alkohol, benzen,

kloroform, eter, karbon disulfida, petroleum eter, naphtha, aseton, fixed & volatile oils.

Manfaat Karbon Tetraklorida

Untuk pendingin; fumigasi atau pengasapan di pertanian; pemadam kebakaran; cairan

pembersih; penghilang noda; bahan pelarut untuk lemak, minyak, lilin, karet, dll; bahan awal

untuk pembuatan senyawa organik.

Risiko utama dan sasaran organ Karbon Tetraklorida

Bahaya utama terhadap kesehatan: Depresi sistem saraf pusat, dicurigai sebagai penyebab

kanker (pada hewan)

Organ sasaran: Sistem saraf pusat, hati, ginjal.

Paparan Jangka Pendek

Terhirup

Iritasi, gangguan pencernaan, sakit kepala, gejala mirip mabuk, kongesti paru, efek pada otak,

kejang, koma.

Kontak dengan kulit

Efek sama seperti pada paparan jangka pendek terhirup, ruam, gejala mirip mabuk.

Tertelan

Efek sama seperti pada paparan jangka pendek terhirup, gejala mirip mabuk, kongesti paru.

9

Page 10: PBL BLOK 28

Paparan Jangka Panjang

Terhirup

Efek sama seperti pada paparan jangka pendek terhirup, gangguan penglihatan, kerusakan

ginjal, kerusakan hati, efek reproduktif, kanker.

Kontak dengan kulit

Efek sama seperti pada paparan jangka pendek terhirup, kerusakan ginjal, kerusakan hati.

Tertelan

Kerusakan ginjal, kerusakan hati, kanker.

Tanda Keracunan Akut

Terhirup

Dapat menyebabkan iritasi. Terpapar 25-117 ppm bahan dapat menyebabkan mual, sakit

kepala, pusing, depresi, narkosis, dispepsia, penglihatan terbatas, dan kerusakan hati. Pada

paparan 1000-2000 ppm/60-90 menit dapat menyebabkan hilangnya kesadaran, koma, dan

kematian. Kematian dapat disebabkan oleh terganggunya pernafasan atau circulatory

collapse, atau kadang-kadang fibrilasi ventrikuler. Efek lain yang mungkin timbul adalah

nyeri perut, diare, muntah, hematemesis, kekacauan mental, hipotensi, dan konvulsi. Jika

kematian tidak terjadi dengan segera, periode simptomatik selama beberapa hari dapat diikuti

nekrosis ginjal dengan albuminuria, oliguria atau anuria, edema, edema paru, dan uremia.

Nekrosis hepatika dengan akumulasi lemak dapat terjadi dengan gejala berupa mual,

anoreksia, flatulance, muntah, sakit perut, kuning, dan perbesaran serta pelunakan hati. Gagal

hati dapat disertai dengan enselopati. Pada kasus yang tidak fatal, fungsi hati dan ginjal dapat

kembali normal. Organ lain yang mungkin terpengaruh adalah pankreas, adrenal, testis,

limpa, pituitari, dan tiroid. Nekrosis hepatika, nefrosis, dan kematian terjadi pada peminum

alkohol yang terpapar bahan 250 ppm/15 menit; sakit kepala ringan dilaporkan terjadi pada

non peminum alkohol.

Kontak dengan kulit

Kontak dengan cairan bahan dapat menimbulkan nyeri yang jelas disertai eritema, hiperemia,

dan weal formation yang diikuti vesikasi, erupsi kulit. Kemungkinan terserap melalui kulit

untuk menimbulkan efek seperti pada paparan akut terhirup.

Kontak dengan mata

Kontak dengan cairan bahan atau uapnya dapat menyebabkan iritasi ringan dan transien serta

luka konjungtival minor.

Tertelan

10

Page 11: PBL BLOK 28

Dapat menimbulkan efek seperti pada paparan akut terhirup. Aspirasi dapat menyebabkan

edema paru primer. Dosis 40-48 mg/kg menimbulkan luka hati pada hewan uji. Penelanan 1,5

mL bahan dapat menyebabkan kematian.

Tanda Keracunan Kronis

Terhirup

Paparan berulang atau panjang dapat menyebabkan efek seperti pada paparan akut terhirup.

Efek lain antara lain anemia dan berbagai gangguan penglihatan, seperti blind spots, spots

before eyes, pandangan berkabut, restriksi bidang warna yang dapat mengindikasikan neuritis

optik atau atrofi. Juga telah dilaporkan adanya tumor hati yang berhubungan dengan sirosis

hati pada orang yang terpapar bahan. Studi mortalitas pada pekerja laundry dan dry cleaning

yang terpapar karbon tertraklorida dan berbagai pelarut menunjukkan adanya kanker pada

sistem pernafasan, tumor hati, kanker serviks, dan leukemia. Pada tikus, paparan inhalasi

kronik menimbulkan tumor hati jinak dan ganas. Efek reproduktif pada hewan uji yang

dilaporkan antara lain fertilitas, embriotoksisitas, fetotoksisitas, dan degenerasi epitel

germinal testikuler sedang hingga kentara.

Kontak dengan kulit

Paparan berulang atau jangka panjang dapat menyebabkan iritasi dan dermatitis akibat aksi

defatting pada kulit. Bahan toksik dapat diserap melalui kulit sehingga menimbulkan efek

seperti pada paparan kronik terhirup.

Tertelan

Paparan berulang pada hewan uji menimbulkan perubahan hati dan ginjal, yaitu tumor hati,

termasuk karsinoma hepatoseluler pada beberapa strain mencit; dan tumor hati jinak dan

ganas pada tikus. Menurut hasil evaluasi RTECS, pemberian bahan pada mencit melalui oral

menimbulkan peningkatan insiden tumor kulit neoplastik yang signifikan secara statistik.

Pemberian bahan selama kehamilan dapat menimbulkan toksisitas maternal, resorpsi pada

fetus, tetapi bukan teratogenisitas atau efek berat lain.

Pertolongan Pertama

Terhirup

Bila aman memasuki area, segera pindahkan dari area pemaparan. Bila perlu gunakan

kantong masker berkatup atau pernafasan penyelamatan. Segera bawa ke rumah sakit atau

fasilitas kesehatan terdekat.

Kontak dengan kulit

11

Page 12: PBL BLOK 28

Segera tanggalkan pakaian, perhiasan, dan sepatu yang terkontaminasi. Cuci dengan sabun

atau detergen ringan dan air dalam jumlah yang banyak sampai dipastikan tidak ada bahan

kimia yang tertinggal (selama 15-20 menit). Bila perlu segera bawa ke rumah sakit atau

fasilitas kesehatan terdekat.

Kontak dengan mata

Segera cuci mata dengan air yang banyak atau dengan larutan garam normal (NaCl 0,9%),

selama 15-20 menit, atau sekurangnya satu liter untuk setiap mata dan dengan sesekali

membuka kelopak mata atas dan bawah sampai dipastikan tidak ada lagi bahan kimia yang

tertinggal. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.

Tertelan

Segera hubungi Sentra Informasi Keracunan atau dokter setempat. Jangan sekali-kali

merangsang muntah atau memberi minum bagi pasien yang tidak sadar/pingsan. Bila terjadi

muntah, jaga agar kepala lebih rendah daripada panggul untuk mencegah aspirasi. Bila

korban pingsan, miringkan kepala menghadap ke samping. Segera bawa ke rumah sakit atau

fasilitas kesehatan terdekat.

Penatalaksanaan

Stabilisasi

a) Penatalaksanaan jalan nafas, yaitu membebaskan jalan nafas untuk menjamin

pertukaran udara.

b) Penatalaksanaan fungsi pernafasan untuk memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara

memberikan pernafasan buatan untuk menjamin cukupnya kebutuhan oksigen dan

pengeluaran karbon dioksida.

c) Penatalaksanaan sirkulasi, bertujuan mengembalikan fungsi sirkulasi darah.

d) Jaga tekanan darah dengan memberikan larutan glukosa 5 % secara intravena

e) Obati koma dan aritmia jika terjadi. Perhatian: Hindari penggunaan epinefrin atau

amina simpatomimetik lainnya karena dapat menginduksi atau memperberat aritmia.

Takiaritmia yang disebabkan oleh peningkatan sensitivitas miokardial dapat diobati

dengan propanolol, 1-2 mg IV untuk orang dewasa, atau esmolol, 0,025-0,1

mg/kg/menit IV. Amati pasien sekurangnya selama 4-6 jam setelah terpapar dan lebih

lama lagi jika simptomatik.

f) Jika ada kejang, beri diazepam dengan dosis:

12

Page 13: PBL BLOK 28

Dewasa: 10-20 mg IV dengan kecepatan 2,5 mg/30 detik atau 0,5 mL/30 menit, jika

perlu dosis ini dapat diulang setelah 30-60 menit. Mungkin diperlukan infus kontinyu

sampai maksimal 3 mg/kg BB/24 jam.

Anak-anak: 200-300 μg/kg BB

Dekontaminasi

1) Dekontaminasi mata

Dilakukan sebelum membersihkan kulit:

Posisi pasien duduk atau berbaring dengan kepala tengadah dan miring ke sisi

mata yang terkena atau terburuk kondisinya.

Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan cuci dengan sejumlah

air bersih dingin atau larutan NaCl 0,9% diguyur perlahan selama 15-20 menit

atau sekurangnya satu liter untuk setiap mata.

Hindarkan bekas air cucian mengenai wajah atau mata lainnya.

Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit.

Jangan biarkan pasien menggosok matanya.

Tutuplah mata dengan kain kassa steril dan segera bawa ke rumah sakit atau

fasilitas kesehatan terdekat dan konsul ke dokter mata.

2) Dekontaminasi kulit (termasuk rambut dan kuku)

Bawa segera pasien ke air pancuran terdekat.

Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir yang dingin atau

hangat serta sabun minimal 10 menit.

Jika tidak ada air, sekalah kulit dan rambut pasien dengan kain atau kertas

secara lembut. Jangan digosok.

Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau muntahannya

dan buanglah dalam wadah/plastik tertutup.

Penolong perlu dilindungi dari percikan, misalnya dengan menggunakan

sarung tangan, masker hidung, dan apron. Hati-hati untuk tidak menghirupnya.

Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut.

3) Dekontaminasi saluran cerna

13

Page 14: PBL BLOK 28

Berikan arang aktif secara oral jika kondisinya memungkinkan.

Pertimbangkan kumbah lambung jika penelanan bahan terjadi masih dalam

jangka waktu 60 menit.

Pencegahan

1. Pengendalian pada sumber bahaya yaitu dengan:

- Pemasangan local exhauster pada sumber bahaya (terutama untuk debu-debu)

- Isolasi sumber bahaya (total enclosure)

2. Substitusi bahan kimia yang berbahaya dengan yang kurang berbahaya.

3. Modifikasi proses

Misal: proses menghaluskan permukaan logam (polishing) dengan mesin poles dimana

dihasilkan debu-debu, dapat diganti dengan bahan kimia (asam nitrat, fosfat dan

sulfat)

4. Pemakaian alat pelindung diri. Dipilih APD yang tepat dan sesuai

5. Pemeliharaan ketatarumahtanggaan perusahaan yang baik. Untuk tempat kerja yang

berdebu, pembersihan lantai tempat kerja mesin-mesin sebaiknya secara hisap atau secara

basah

6. Pengadaan fasilitas saniter untuk cuci dan mandi dan fasilitas untuk pertolongan pertama

pada kecelakaan

7. Penyelenggaraan ventilasi tempat kerja yang baik

8. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja dan berkala yang dilengkapi dengan pemeriksaan

laboratoris radiologi dan uji faal paru

9. Penyelenggaraan latihan kesehatan dan keselamatan kerja bagi semua tenaga kerja. Pada

latihan ini perlu dijelaskan tentang bahaya lingkungan kerja yang mungkin timbul di tempat

kerja. Manfaat pemakaian alat pelindung diri serta cara-cara pemakaian pemeliharaannya dan

pengenalan MSDS

10. Pengaturan waktu pemaparan (admisnistrative control). Yaitu penyesuaian waktu

pemaparan dengan konsestrasi zat

11. Pemeliharaan higiene perorangan yang baik (personal higiene)

14

Page 15: PBL BLOK 28

Kesimpulan

Karbon Tetraklorida dan Karbon Disulfide sangat bermanfaat bagi manusia. Disisi

lain zat kimia tersebut juga mempunyai dampak buruk terhadap manusia. Tetapi jika zat

kimia tersebut dipergunakan dengan sangat hati – hati maka kemungkinan besar dampak

buruknya tidak akan menonjol.

Daftar Pustaka

1. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiohadi B, Syam AF. Buku Ajar

Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-6. Jakarta : Interna Publishing; 2014. h. 1065-70.

2. Harrianto R. Kesehatan Kerja. Jakarta : EGC ;2008. h. 2,16-7..

3. Price SA. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Proses Penyakit. Jakarta : Penerbit Buku

Kedokteran EGC. 2007.

4. Harrington JM, Gill FS. Buku Saku Kesehatan Kerja. Edisi ke-3. Jakarta :

EGC;2005.h. 214-44.

15