Pbl Blok 23 Gloria
-
Upload
priscilia-lewerissa -
Category
Documents
-
view
221 -
download
6
description
Transcript of Pbl Blok 23 Gloria
Penyakit Kalazion pada Mata KananGloria Benthamy Siamiloy
102011160
Mahasiswa Fakultas Kedokteran UKRIDA
*Alamat Korespendensi:
Gloria Benthamy Siamiloy
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510
No. Telp (021) 5694-2061
e-mail: [email protected]
PENDAHULUAN
Palpebra adalah lipatan tipis kulit, otot dan jaringan fibrosa yang berfungsi melindungi
struktur-struktur jaringan mata yang rentan. Palpebra sangat mudah digerakan karena kulit disini
paling tipis diantara kulit di bagian tubuh lain. Di palpebral terdapat rambut halus, yang hanya
tampak dengan pembesaran. Dibawah kulit terdapa jaringan areolar longgar yang dapat meluas
pada edem massif. Muskulus orbicularis oculi melekat pada kulit. Permukaan dalamnya
dipersarafi Nerus facialis (VII), dan fungsinya untuk menutup palpebral.di dalam palpebral ada
tarsus, yaitu jaringan ikat padat bersama jaringan elastis. Bagian belakang palpebral diutupi oleh
konjungiva. Konjungtiva yang menutupi permukaan belakang kelopak ini disebut konjungtiva
palpebral dan merupakan lajutan konjungiva bulbi, yaitu konjungtiva yang menutupi bagian
depan sclera.1
Tepi kelopak mata terdapat bulu mata yang berjumlah kira-kira 200 buah untuk tiap mata.
Pada folikel tiap bulu mata terdapat saraf dengan akhiran sebagai mekanoreseptor, sehingga
apabiila terdaapat benda-benda asing yang mengenai kelopak mata, akan terjadi reflex
mengedip.2
1
Di atas palpebral terdapat alis mata yang mempunyai fungsi : (1) menahan keringat dari
dahi agar tidak mengalir ke mata. (2) memberi keteduhan mata terhadap cahaya matahari yang
langsung ke mata. Pada palpebra terdapat empat macam kelenjar, yaitu : (a) kelenjar meibom
(kelenjar tarsalis), terdapat di dalam tarsus, bermuara pada tepi kelopak. Pada palpebral atas
terdapat 25 buah kelenjar dan pada palpebral bawah terdapat 20 buah kelenjar. Kelenjar meibom
menghasilkan sebum (minyak) yang merupakan lapisan luar air mata (b) kelenjar zeiss
berhubungan dengan folikel rambut, juga menghasilkan sebum (c) kelenjar Moll merupakan
kelenjar keringat. (d) kelenjar lakrimalis assesoria (kelenjar tambahan), yaitu kelenjar Krause
dan kelenjar wolfring, keduanya terdapat di bawah konjungtiva.2
Skenario 6: Seorang laki-laki 25 tahun datang ke poli umum, dengan keluhan benjolan pada
kelopak mata kanan atas sejak 3 minggu yang lalu. Tidak ada rasa nyeri, tidak ada kotoran mata
yang keluar dari mata serta kelopak mata tidak merah. Pada pemeriksaan fisik: compos mentis,
tanda vital dalam batas normal. Status oftalmologis:visus ODS 20/30 PH 20/20, pada palpebra
superior OD teraba massa 10mm x 5mm, kenyal, tidak nyeri, OS dalam batas normal.
Hipotesis: Laki-laki 25 tahun tersebut menderita penyakit kalazion pada mata kanannya.
ANAMNESIS
Anamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter dengan cara
melakukan serangkaian wawancara dengan pasien (autoanamnesis) atau dengan keluarga pasien
atau dalam keadaan tertentu dengan penolong pasien (aloanamnesis). Berbeda dengan
wawancara biasa, anamnesis dilakukan dengan cara yang khas, berdasarkan pengetahuan tentang
penyakit dan dasar-dasar pengetahuan yang ada di balik terjadinya suatu penyakit serta bertolak
dari masalah yang dikeluhkan oleh pasien.3
Berdasarkan anamnesis yang baik dokter akan menentukan beberapa hal mengenai hal-hal
berikut :3
1. Penyakit atau kondisi yang paling mungkin mendasari keluhan pasien (kemungkinan
diagnosis)
2. Penyakit atau kondisi lain yang menjadi kemungkinan lain penyebab munculnya keluhan
pasien (diagnosis banding)
2
3. Faktor-faktor yang meningkatkan kemungkinan terjadinya penyakit tersebut (faktor
predisposisi dan faktor risiko)
4. Kemungkinan penyebab penyakit (kausa/etiologi)
5. Faktor-faktor yang dapat memperbaiki dan yang memperburuk keluhan pasien (faktor
prognostik, termasuk upaya pengobatan)
6. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang medis yang diperlukan untuk menentukan
diagnosisnya
Selain pengetahuan kedokterannya, seorang dokter diharapkan juga mempunyai kemampuan
untuk menciptakan dan membina komunikasi dengan pasien dan keluarganya untuk
mendapatkan data yang lengkap dan akurat dalam anamnesis. Lengkap artinya mencakup semua
data yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis, sedangkan akurat berhubungan dengan
ketepatan atau tingkat kebenaran informasi yang diperoleh.3
Dalam Anamnesis yang harus ditanya oleh dokter ke pasien kalazion adalah:
1. Ada keluhan apa Bapak?
2. Keluhan tersebut sudah sejak kapan?
3. Apakah benjolan tersebut semakin hari semakin besar ukurannya?
4. Apakah ada timbul nyeri dan kemerahan pada kelopak mata kanan atas?
5. apakah disertai dengan rasa mengganjal, panas, gatal serta mata yang berair?
6. Apakah benjolan tersebut disertai dengan penurunan pengelihatan?
7. Apakah pada mata bapak sering ditemukan kotoran mata?
8. Apakah sudah pernah berobat sebelumnya?
9. Apakah dulu Bapak pernah menderita keluhan yang sama?
10. Apakah ada riwayat alergi, trauma mata, kencing manis?
11. Apakah di keluarga ada yang menderita penyakit yang sama atau tidak?
PEMERIKSAAN FISIK
Setelah kita melakukan anamnesis selanjutnya kita melakukan pemeriksaan fisik dari
pasien untuk memperkuat diagnosis yang kita lakukan. Pemeriksaan fisik merupakan jenis
pemeriksaan yang dilakukan untuk memperoleh status kesehatan pasien secara objektif,
sekaligus memperkuat data yang telah kita peroleh saat melakukan anamnesis demi terciptanya
3
diagnosis yang akurat. Berdasarkan kasus hasil pemeriksaan fisik ditemukan pasien dalam
keadaan kompos mentis dan pemeriksaan tanda-tanda vital dalam batas normal.
Tujuan dari dilakukannya pemeriksaan fisik mata adalah untuk menilai fungsi maupun
anatomi dari kedua mata. Tahap-tahap pemeriksaan fungsi penglihatan dari mata terutama
ketajaman penglihatan (visus), yang diteruskan dengan pemeriksaan mata eksternal, selanjutnya
melakukan pemeriksaan gerak bola mata, dan tahapan terakhir dilanjutkan dengan melakukan
pemeriksaan lapang pandang.1,4
Tahap pertama pemeriksaan mata adalah dengan memeriksa ketajaman (visus) mata
dengan menggunakan snellen chart, dimana syarat jarak normal antara pasien dengan snellen
chart yaitu 6 meter atau 20 kaki. Bila pasien tidak ada gangguan pada refraksi atau media
refraksi maka hasil pemeriksaan visus normal yaitu 6/6 atau 20/20 seperti pada kasus. Namun
bila pasien tidak dapat melihat dengan snellen chart maka pasien bisa dibantu dengan
menggunakan pinhole untuk mempertajam penglihatan, dan jika pinhole tidak dapat membantu
ketajaman penglihatan pasien maka pasien dapat menggunakan pemeriksaan hitung jari, hand
movement, atau light perception.1,4
Pada kasus, setelah deilakukan pemeriksaan visus ternyata pasien memiliki visus ODS
20/30 dan setelah dipinhole ternyata visus ODS pasien menjadi 20/20. Hal ini menunjukan
bahwa pasien mengalami gangguan pada bagian refraksi.
Tahap selanjutnya adalah memeriksa bagian eksternal dari mata, dimulai dengan
mengamati bagian alis mata yang tumbuh di bagian atas palpebra. Dalam keadaan normal alis
mata akan tumbuh dengan lambat, bila sepertiga lateral alis mata mengalami kerontokan yang
disertai dengan miksedema maka kemungkinan pasien sedang mengalami hipotiroid.
Kemudian dilanjutkan dengan memeriksa bola mata, organ ini dibatasi oleh tulang-
tulang orbita dengan bagian sisi yang berbatasan dengan otot ekstraokular, bagian depan dengan
konjungtiva dan bagian belakang dengan bantalan lemak dan nervus optikus. Bila terjadi
eksopthalmus maka bila diukur dengan penggaris dari sisi lateral maka mata akan memiliki
ukuran lebih panjang 16 mm dari normal. Selanjutnya pemeriksaan juga dilakukan terhadap
palpebra, pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai posisi kelopak mata apakah dalam keadaan
normal atau mengalami ptosis atau lagoftalmus. Berdasarkan kasus ditemukan hasil pemeriksaan
adanya pesudoptosis dan palpasi palpebral superior OD teraba massa 10 mm x 5 m, kenyal,
tidak nyeri, sedangkan palpebral superior OS dalam batas normal.Untuk mengamati bagian
4
konjungtiva dapat dilakukan dengan mengangkat kelopak mata ke atas, hal ini bertujuan untuk
mengetahui apakah ada gangguan pada konjungtiva atau tidak contohnya seperti konjungtiva
anemis dan konjungtivitis. Selain itu palpasi tepian tulang orbita dan jaringan lunak periokular
harus selalu dilakukan bila dicurigai adanya trauma, infeksi, atau neoplasia.4
Tahap pemeriksaan berikutnya yang dapat dilakukan adalah oftalmoskopi/funduskopi.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai bagian dalam mata atau fundus okuli dan dilakukan
dalam ruangan gelap untuk melihat bagian terang dari fundus okuli. Pemeriksaan ini dapat
dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Pada pemeriksaan oftalmologi lansung daerah
yang tampak yaitu bagian perifer sampai ekuator, tidak stereoskopik, berdiri tegak atau tidak
terbalik, dan pembesaran 15 kali. Sedangkan pada pemeriksaan tidak langsung akan terlihat
daerah fundus okuli 8 kali diameter papil serta dapat dilihat sampai daerah ora serata, karena
dilihat dengan dua mata maka dapat terlihat efek stereoskopik dengan pembesaran 2-4 kali.1,4
Tahapan berikutnya adalah pemeriksaan gerak bola mata, pemeriksaan ini bertujuan
apakah mata pasien dalam keadaan normal atau mengalami nistagmus dan strabismus. Tanda
bagi pasien dengan pergerakan bola mata yang baik adalah limbus mata yang menyentuh bagian
lateral dari mata sehingga bagian pupil menjadi tidak tampak.4
Dan tahapan terakhir dalam pemeriksaan mata adalah pemeriksaan lapang pandang,
pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui lebar lapang padang yang dapat dilakukan oleh
mata pasien, teknik pemeriksaannya adalah meminta pandangan pasien mengarah ke pemeriksa
kemudian pasien diminta untuk menebak jumlah angka yang ditempatkan pada 4 kuadran yang
berbeda-beda. Bila pasien tidak dapat melakukannya maka kemungkinan pasien mengalami
gangguan pada chiasma opticum atau nervus opticus.4
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Histopatologik. Secara histopatologik kelainan ini tampak sebagai reaksi
granulomatosa yang ditujukan terhadap lemak di dalam kelenjar. Terdapat kapsul jaringan ikat
disekitar lesi. Gambaran yang utama dari pemeriksaan ini adalah pembentukan granuloma fokal
dan abses di sekitar lemak yang dikeluarkan dari jaringan sebasea. Selain itu dapat juga
ditemukan sel-sel raksasa, sel epitel, sel limfosit, dan sel plasma, bahkan dapat ditemukan
kristaloid, asteroid dan badan Schauman.5 Dapat juga dilakukan pemeriksaan Biopsi yang di
5
indikasikan pada kalazion yang berulang karena tampilan pada karsinoma kelenjar meibom dapat
mirip dengan tampilan kalazion.
WORKING DIAGNOSIS
Kalazion merupakan inflamasi granulomatous steril pada glandula meibom yang
tersumbat. Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar Meibom dengan infeksi ringan yang
mengakibatkan peradangan kronis pada kelenjar tersebut. Dan keadaan ini berlangsung beberapa
minggu. Kalazion akan memberikan gejala adanya benjolan pada kelopak mata, tidak hiperemis,
tidak ada nyeri tekan dan adanya pseudoptosis serta kelenjar preurikel tidak membesar. Bila
bentuknya besar bisa menekan bola mata dan menyebabkan astigmatisme.kadang-kadang
kalazion sembuh. 1,6
Kalazion dibedakan dari hordeoulum karena pada kalazion tidak ditemukan tanda-tanda
radang akut, selain itu perbedaan kalazion dengan hordeolum dilihat dari rasa nyeri yang timbul,
dimana pada kalazion tidak ada nyeri tekan sedangkan hordeolum ada, selain dari rasa nyeri
perbedaannya juga dapat dilihat dari segi ukurannya dimana kalazion ukurannya lebih besar
dibanding hordeolum.1,6
DIFERENT DIAGNOSIS
Hordeoulum merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata. Penyebab
hordeoulum biasanya karena infeksi Stafilococus aureus. Hordeoulum ada 2 bentuk yaitu
hordeolum interna dan hordeolum eksterna. Hordeolum interna mengenai kelenjar meibom di
dalam tarsus, memberikan gejala edema / pembengkakan kearah dalam / kearah bola mata.
Sedangkan hordeolum eksterna mengenai kelenjar zeiss atau moll, memberikan gejala edem ke
arah luar. Keluhan yang dirasakan oleh pasien ini adalah kelopak yang bengkak dengan rasa
sakit, kemerahan, dan nyeri bila ditekan. Hordeolum eksternum atau radang kelenjar zeiss atau
moll akan menunjukan penonjolan terutama di daerah kulit kelopak . pada hordeolum eksternum
ini nanah dapat keluar dari pangkal rambut.1,6
Pada hordeolum internum atau radang kelenjar meibom memberikan penonjolan terutama
ke daerah konjungtiva tarsal. Hordeolum internum biasanya berukuran lebih besar disbanding
hordeolum eksternum. Adanya pseudoptosis atau ptosis terjadi akibat bertambah beratnya
6
kelopak sehingga sukar diangkat. Pada pasien dengan hordeolum, kelenjar preaurikuler biasanya
turut membesar. Sering hordeolum ini membentuk abses dan pecah dengan sendirinya.1,6
Pengobatan hordeolum :dapat diberikan kompres hangat 3 kali sehari dalam 10 menit
sehingga nanahnya keluar , pengangkatan bulu mata sehingga dapat memberikan jalan untuk
drainase nanah. Diberi antibiotic local terutama bila resiko untuk rekuren tejadinya pembesaran
kelenjar preaurikel. Selain itu antibiotic sistemik dapat juga diberikan misalnya pemberian
eritromisin 250 mg atau 125-250 mg dikloksasilin 4 kali sehari, dapat juga diberikan tetrasiklin .
bila terdapat infeksi stafilococus di bagian tubuh lain maka sebaiknya diobati juga bersama-
sama. 1,6
Bila dengan pengobatan di atas keadaan pasien masih belum membaik dapat dilakukan
insisi. Sebelum dilakukan insisi hordeolum terlebih dahulu dapat diberikan anastesia topical
dengan paokain tetes mata. Atau juga dapat dilakukan anastesia filtrasi dengan prokain atau
lidokain di daerah hordeolum baru kemudian dilakukan insisi. Hendaknya dilakukan insisi
veritikal pada permukaan konjungtiva untuk menghindari terpotongnya kelenjar meibom. Jika
hordeolum mengarah ke luar, dibuat sayatan horizontal pada kulit untuk mengurangi luka parut.
Setelah dilakukan insisi dilakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh isi jaringan yang meradang
di dalam kantongnya dan kemudian diberi salep antibiotic. Penyulit hordeolum dapat berupa
selulitis palpebral sehingga untuk penanganan hal ini dapat diberikan antibiotic sistemik. 1,6
ETIOLOGI
Kalazion dapat mengenai semua umur dan semua golongan. Penyebab terjadinya
kalazion belum diketahui pasti tetapi diduga kalazion disebabkan oleh gangguan sekresi kelenjar
meibom. Hal ini menyebabkan penyumbatan dan menimbulkan reaksi jaringan sekitarnya
terhadap bahan-bahan yang tertahan. Faktor tambahan pada kelainan ini adalah : (1). Sumbatan
mekanis, pembedahan yang merusak saluran kelenjar meibom. (2) infeksi bakteri yang ringan
pada kelenjar meibom. (3) blefaritis.5
EPIDEMIOLOGI
Kalazion terjadi pada semua umur, sementara pada umur yang ekstrim sangat jarang
kasus pediatric mungkin dapat dijumpai. Pengaruh hormonal terhadap sekresi sebaseus dan
7
visikositas mungkin menjelaskan terjadinya penumpukan pada masa pubertas dan selama
kehamilan.
PATOFISIOLOGI
Kalazion disebabkan terutama karena gangguan atau kerusakan sekresi dari kelenjar
meibom. Kelenjar meibom sendiri terdapat di dalam tarsus dan bermuara pada tepi palpebral.
Pada palpebral atas terdapat 25 buah kelenjar dan pada palpebral bawah terdapat 20 buah
kelenjar.sehingga kebanyakan kasus kalazion sering dijumpai pada palpebral bagian superior.
Kelenjar meibom ini menghasilkan sebum atau minyak yang merupakan lapisan terluar air mata
yang berfungsi untuk melicinkan permukaan mata. Akibat gangguan tersebut menyebabkan
sekresi dari kelenjar meibom mengalami penyumbatan, selain itu juga menyebabkan permukaan
mata menjadi tidak licin, hal ini mempermudah untuk terjadinya infeksi bakteri sehingga
membentuk jaringan granulasi dan mengakibatkan inflamasi. Proses granulomatous inilah yang
membedakan antara kalazion dengan hordeolum interna maupun eksterna.
GEJALA KLINIS
Pasien biasanya datang dengan riwayat singkat adanya keluhan pada palpebra baru-baru
ini, diikuti dengan peradangan akut (misalnya ada merah, pembengkakan, perlunakan).
Seringkali terdapat riwayat keluhan yang sama pada waktu yang lampau, karena kalazion
memiliki kecenderungan kambuh pada individu-individu tertentu. Kalazion lebih sering timbul
pada palpebra superior, di mana jumlah kelenjar meibom terdapat lebih banyak daripada di
palpebra inferior. Penebalan dari saluran kelenjar meibom juga dapat menimbulkan disfungsi
dari kelenjar meibom. Kondisi ini tampak dengan penekanan pada kelopak mata yang akan
menyebabkan keluarnya cairan putih seperti pasta gigi, yang seharusnya hanya sejumlah kecil
cairan jernih yang berminyak.1
Kalazion dihubungkan dengan disfungsi kelenjar sebasea dan obstruksi di kulit (seperti
komedo, wajah berminyak). Juga mungkin terdapat akne rosasea berupa kemerahan pada wajah
(facial erythema), teleangiektasis dan spider nevi pada pipi, hidung, dan kulit palpebra.4
PENATALAKSANAAN
8
1. Pengobatan pada kalazion adalah dengan memberikan kompres hangat 15 menit 4xsehari dan antibiotik tetes mata atau salep mata setempat dan sistemik jika terdapat infeksi yang diperkirakan sebagai penyebabnya.1,6
2. Untuk mengurangkan gejala dilakukan ekskokleasi isi abses dari dalamnya atau
dilakukan ekstirpasi kalazion. Insisi dilakukan seperti insisi pada hordeolum internum.
Dimana dilakukan insisi secara vertical pada permukaan konjungtiva untuk menghindari
terpotongnya kelenjar meibom. Jika kalazion mengarah keluar, dapat dibuat sayatan
horizontal pada kulit untuk mengurangi luka parut.selain itu dapat dilakukan penyuntikan
steroid untuk mengurangi inflamasi. Bila terjadi kalazion yang berulang beberapa kali
sebaiknya dilakukan pemeriksaan histopatologik untuk menghindarkan kesalahan
diagnosis dengan kemungkinan adanya suatu keganasan.1,5
Ekskokleasi Kalazion
Terlebih dahulu mata ditetes dengan anestesi topical pantokain. Kemudian obat
anesthesia infiltrative disuntikan dibawah kulit di depan kalazion. Selanjutnya kalazion dijepit
dengan klem kalazion dan kemudian klem dibalik sehingga konjungtiva tarsal dan kalazion
terlihat. Setelah itu dilakukan insisi tegak lurus margo palpebral dan isi dari kalazion pun dikuret
sampai bersih, setelah bersih klem kalazion dilepas dan diberi salep mata.6
Catatan6
- Dalam menangani hordeolum dan kalazion, kemungkinan keganasan jangan dilupakan
- Apabila peradangannya tidak mereda perlu dilakukan pemeriksaan uji resistensi dan
dicari underlying cause.
- Kalau hordeolum belum ada supurasi (baru) dapat dilakukan kompres hangat.
KOMPLIKASI
Kalazion kalau tidak ditangani secara tepat dapat menimbulkan komplikasi berupa
astigmatisma apabila kalazion ini membesar menekan bola mata. Selain itu kalazion dapat juga
menyebabkan trichiasis yang merupakan suatu keadaan dimana bulu mata yang seharusnya
tumbuh keluar dan melindungi mata malah tumbuh ke dalam dan berpotensi melukai bola mata.
9
Dan apabila kelainan ini terjadi secara berulang pada lokasi yang sama harus diduga adanya
suatu keganasan.6
PROGNOSIS
Pasien yang memperoleh perawatan biasanya memperoleh hasil yang baik. Sering kali
timbul lesi baru dan rekuren dapat terjadi pada lokasi yang sama akibat drainase yang kurang
baik . sedangkan pasien kalazion yang tidak memperoleh perawatan dapat mongering dengan
sendirinya, namun sering terjadi peradangan akut intermiten.1,3
KESIMPULAN
Kalazion merupakan inflamasi granulomatous steril pada glandula meibom yang
tersumbat. Gejala yang timbul dari penyakit ini adalah adanya benjolan pada kelopak mata, tidak
hiperemis, tidak ada nyeri tekan dan adanya pseudoptosis serta kelenjar preurikel tidak
membesar. Kalazion dapat didiferential diagnosis dengan hordeoloum yang merupakan
peradangan supuratif pada kelenjar kelopak mata. Penyebab terjadinya kalazion karena gangguan
sekresi kelenjar meibom. Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada penderita kalazion yaitu
pertama-tama melakukan pemeriksaan visus, pemeriksaan eksternal mata, pemeriksan
oftalmoskopi atau fundoskopi, pemeriksaan gerak bola mata, dan pemeriksaaan lapang pandang.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu pemeriksaan histopatologi. Dan
penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk kasus ini yaitu memberikan kompres hangat,
antibiotic setempat dan sistemik, untuk mengurangi gejala dapat dilakukan ekskokleasi isi abses,
serta dapat dilakukan penyuntikan steroid untuk reaksi inflamasi yang timbul. Komplikasi yang
dapat terjadi pada kasus ini diantaranya astigmatisma, dan trichiasis.6
10
DAFTAR PUSTAKA
1. Daniel GV, Taylor A, Paul RE. Palpebra. Dalam: Oftalmologi Umum. Edisi ke-14. Jakarta:
Widya Medika; 2000. h.81-82
2. Morosidi AS, Paliyama FM. Ilmu penyakit mata. Jakarta: Fakultas Kedokteran
UKRIDA;2011.h.13
3. Gleadle, Jonathan. Pengambilan anamnesis. Dalam: At a Glance Anamnesis dan
Pemeriksaan Fisik. Jakarta : Penerbit Erlangga; 1999. h.7-8.
4. Henny L. Pemeriksaan mata. Dalam: Adams Diagnosis Fisik. Edisi ke-17. Jakarta: EGC;
2009. h. 117-24.
5. Sidarta I, Muzakkir T, Salamun, Zainal A. Kalazion. Dalam: Sari Ilmu Penyakit Mata.
Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 2008. h. 16-7.
6. Sidarta I, Sri RY. Kalazion dan Hordeolum. Dalam: Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-4.
Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2013.92-5.
11