Pbl Blok 18 Rene

8
DIFTERI Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Alamat Korespondensi : Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510 PENDAHULUAN Difteri adalah salah satu penyakit yang sangat menular (contangious disease). Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri corynebacterium diphtheria yaitu kuman yang menginfeksi saluran pernapasan terutama bagian tonsil, nasofaring (bagian antara hidung dan faring atau tenggorokan) dan laring. Penularan difteri dapat melalui hubungan dekat, udara yang tercemar oleh carrier atau penderita yang akan sembuh, juga melalui batuk dan bersin penderita. Penderita difteri umumnya anak-anak, usia dibawah 5 tahun. Dilaporkan 10% kasus difteri dapat berakibat fatal, yaitu sampai menimbulkan kematian. Selama permulaan pertama dari abad ke 20, difteri merupakan penyebab umum kematian bayi dan ana-anak muda. Penyakit ini juga ditemui di daerah padat penduduk denga tingkat sanitasi rendah. Oleh karena itu menjaga kebersihan tubuh sangatlah penting, karena berperan dalam menunjang kesehatan kita. Lingkungan buruk merupakan sumber dan penularan penyakit. Sejak diperkenalkan vaksin DPT ( Dyptheria, Pertusis, Tetanus) penyakit difteri jarang dijumpai. Vaksin imunisasi difteri diberikan pada anak-anak untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh agar tidak terserang penyakit tersebut. Anak-

description

makalah PBL blok 18

Transcript of Pbl Blok 18 Rene

DIFTERIFakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Alamat Korespondensi : Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510PENDAHULUAN

Difteri adalah salah satu penyakit yang sangat menular (contangious disease). Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri corynebacterium diphtheria yaitu kuman yang menginfeksi saluran pernapasan terutama bagian tonsil, nasofaring (bagian antara hidung dan faring atau tenggorokan) dan laring. Penularan difteri dapat melalui hubungan dekat, udara yang tercemar oleh carrier atau penderita yang akan sembuh, juga melalui batuk dan bersin penderita. Penderita difteri umumnya anak-anak, usia dibawah 5 tahun. Dilaporkan 10% kasus difteri dapat berakibat fatal, yaitu sampai menimbulkan kematian. Selama permulaan pertama dari abad ke 20, difteri merupakan penyebab umum kematian bayi dan ana-anak muda. Penyakit ini juga ditemui di daerah padat penduduk denga tingkat sanitasi rendah. Oleh karena itu menjaga kebersihan tubuh sangatlah penting, karena berperan dalam menunjang kesehatan kita. Lingkungan buruk merupakan sumber dan penularan penyakit.

Sejak diperkenalkan vaksin DPT ( Dyptheria, Pertusis, Tetanus) penyakit difteri jarang dijumpai. Vaksin imunisasi difteri diberikan pada anak-anak untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh agar tidak terserang penyakit tersebut. Anak-anak yang tidak mendapat vaksin difteri akan lebih rentan terhadap penyakit yang menyerang saluran napas ini.

ANAMNESISSecara umum untuk mendiagnosa suatu penyakit tentu diperlukan anamnesis terlebih dahulu. Anamnesis merupakan wawancara medis yang merupakan tahap awal dari rangkaian pemeriksaan pasien, baik secara langsung pada pasien atau secara tidak langsung. Tujuan dari anamnesis adalah mendapatkan informasi menyeluruh dari pasien yang bersangkutan. Informasi yang dimaksud adalah data medis organobiologis, psikososial, dan lingkungan pasien, selain itu tujuan yang tidak kalah penting adalah membina hubungan dokter pasien yang profesional dan optimal.1Anamnesis harus dilakukan dengan teliti, terara dan lengkap karena sebagian besar data yang diperlukan dari anamnesis sangat berguna untuk menegakkan diagnosis.

Pada kasus anak dengan sesak nafas, maka ha yang perlu ditanyakan adalah2:

1. Sejak kapan sesak nafas yang dialami?

2. Polanya: malam/siang/sepanjang hari

3. Keluhannya pertama kali atau sudah berulang-ulang?4. Faktor yang memperberat sesak?

5. Adakah gejala penyerta?

6. Riwayat tersedak

7. Riwayat atopi pada keluarga

8. Riwayat imunisasi pasienPEMERIKSAAN FISIK

Selain melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik juga diperlukan untuk lebih mendukung diagnosis. Pemeriksaan fisik merupakan suatu keterampilan dasar yang harus dikuasai seorang dokter.

Menilai status umum pasien : pada kasus kesadaran kompos mentis, pasien tampak sakit berat.

Memeriksa tanda-tanda vital pasien yaitu suhu , tekanan darah, nadi, dan frekuensi pernapasan. Pemeriksaan lokalis

Dari anamnesis pada orang tua pasien dimana terdapat kesulitan dalam menelan dan pasien tidak mau makan. Oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan pada rongga mulut dan leher pasien.3 Inspeksi cavum oris : melihat apakah terdapat tanda radang pada tonsil atau terdapat bercak-bercak. Pada inspeksi saluran nafas atas sering terdapat petekie pada palatum durum maupun palatum mole. Parhatiakn dinding posterior faring apakah terdapat hiperemi, edema, membran, eksudat, abses, atau post nasal drips. pada inspeksi saluran napas atas biasanya dinding faring ikut terkena sehingga berwarna kemerah-merahan. Edema faring biasanya ditandai oleh mukaosa yang pucat dan sembab. Pada infeksi difteri emberikan bercak putih abu-abu yang sulit diangkat dan bila dipaksa diangkat akan mudah berdarah.

Perhatikan juga tonsil. Apakah terjadi pembesaran dan apakah terdapat bercak-bercak

Inspeksi dan palpasi regio colli : Apakah terdapat tanda-tanda radang, apakah terdapat pembesaran kelenjar getah bening dan berapa ukurannya. Bila ukurannya lebih dari 1 cm bararti abnormal.

Inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi thoraks.3 Inspeksi: Bentuk, simetris/tidak simetris dalam keadaan statis dan dinamis, retraksi sela iga, penonjolan,

Auskultasi : Mendengarkan suara napas dasar dan suara napas tambahan. Suara napas pada bayi dan anak cenderung lebih keras dibandingkan orang dewasa karena tiisnya dinding dada.

Suara napas dasar : suara napas vesikular, suara napas bronkal

Suara napas tambahan : ronki basah dan ronki kering, krepitasi, pleural friction rub, wheezing, bronkofoni.

Palpasi : palpasi dilakukan dengan meletakkan tangan dan jari-jari pada seruluh dinding dada dan punggung. dengan palpasi dicari dan ditentukan hal-hal sebagai berikut: simetris/asimetris thoraksnya, nyeri, benjolan, fremitus suara. Pemeriksaan fremitus ini dapat dilakukan pada anak yang sedang menangis atau pada anak yang dapat diajak bicara. Noemalnyaakan teraba getaran yang sama pada kedua telapak tanganyang diletakkan pada kedua sisi dada. Fremitus ini meninggi bila ada konsolodasi, misalnya pada pneumonia. Fremitus akan mengurang apabila terdapat obstruksi jalan napas, atelektasis pleuritis, efusi pleura, serta tumor antara paru dan dinding dada.

Pemeriksaan abdomen : Pada kasus diketahui bahwa anak mengalami gannguan pada proses menelan dan tidak mau makan. Maka perlu diperiksaa apakah ada gannguan pada organ-organ dalam abdomen anak. misalnya kelainan pada gaster.Tabel 1: Laju jantung/ nadi normal pada bayi dan anak3UsiaLaju (denyut/menit)

Istirahat (bangun)Istirahat (tidur)Aktif/demam

Baru lahir100-8080-160Sampai 220

1 minggu-3 bulan100-22080-200Sampai 220

3 bulan sampai 2 tahun80-15070-120Sampai 200

2-10 tahun70-11060-90Sampai 200

>10 tahun22-9050-90Sampai 200

Tabel 2: laju pernapasan normal per menit3UmurRentang

Neonatus30-60

1 bulan -1 tahun30-60

1 tahun-2 tahun25-50

3 tahun-4 tahun20-30

5 tahun-9 tahun15-30

10 tahun atau lebih15-30

Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan di tiga temapat yaitu aksila, oral, dan rektum. suhu normal aksila adalah antara 360C samapi 370C. Suhu rektum menggambarkan suhu tubuh pasien yang lebih tinggi dari suhu aksila. Suhu rektum lebih tinggi 10C dibandingkan suhu aksila. Sedangkan suhu oral 0,5 lebih rendah dari suhu rektum.3Stridor adalah bunyi kasar saat inspirasi, karena penyempitan saluran udara pada orofaring, subglotis atau trakea. Jika sumbatan berat, stridor juga bisa terjadi saat ekspirasi. Penyebab utama stridor yang berat adalah viral croup, benda asing, abses etrofaringeal, difteri dan trauma laring.4Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik pada kasus diketahui bahwa : Seorang anak laki-laki yang berusia 3 tahun dibawa ke UGD dengan keluhan sesak nafas sejak 1 hari yang lalu. Keluhan didahului batuk pilek sejak minggu yang lalu dan demam tinggi serta nyeri menelan sejak 2 hari yang lalu. Pasien juga tidak mau makan. Riwayat imunisasi pasien ternyata tidak lengkap. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis, tampak sesak dan agitasi. Frekuensi napas 50kali/menit, denyut nado 130kali/menit, suhu 400C, stridor (+). Leher terlihat membesar, teraba keras, kedua tonsil membesar dengan ditutupi selaput putih keabu-abuan yang menyebar sampai kedinding faring.

DIAGNOSA BANDING

PEMERIKSAAN PENUNJANG

DIAGNOSIS KERJA

ETIOLOGI

PATOFISILOGI

EPIDEMIOLOGI

KOMPLIKASI

PROGNOSIS

PENATALAKSANAAN

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA