PBL Blok 13 RA

download PBL Blok 13 RA

of 20

Transcript of PBL Blok 13 RA

  • 7/28/2019 PBL Blok 13 RA

    1/20

    Penyakit Alzheimer terutama yang terjadi pada Pasien Geriatri

    Fera Susanti*

    1.1 Pendahuluan

    Pembahasan tentang proses menua semakin sering muncul seiring dengan

    semakin bertambahnya populasi usia lanjut di berbagai belahan dunia. Penelitian-

    penelitian mengenai perubahan yang terkait usia merupakan area yang menarik dan

    penting belakangan ini. Berbagai aspek mengenai proses menua banyak dibahas

    seperti aspek social, psikologi, ekonomi, atau fisik.

    Telah banyak dikemukakan bahwa proses menua amat dipengaruhi oleh

    interaksi antara factor genetic dan lingkungan. Usia kronologi yang diukur dengan

    tahun dan usia fisiologi yang diukur dengan kapasitas fungsional tidaklah seiring

    sejalan.Seseorang dapat terlihat lebih muda atau lebih tua dari umurnya, dan mungkin

    memiliki kapasitas fungsional yang lebih besar atau lebih kecil dari yang diperkirakan

    dimilikinya pada umur tertentu.

    Secara umum dapat dikatakan terdapat kecenderungan menurunnya kapasitas

    fungsional baik pada tingkat seluler maupun pada tingkat organ sejalan dengan proses

    menua. Akibatnya penurunan kapasitas fungsional tersebut, orang berusia lanjut

    uumnya tidak berespon terhadap berbagai rangsangan interna atau eksternal, selektif

    yang dapat dilakukan oleh orang tang lebih muda. Menurunnya kapasitas untuk

    berespon terhadap lingkungan internal yang berubah cenderung membuat orang lanjut

    usia sulit untuk memelihara kestabilan status fisikawi dan kimiawi di dalam tubuh,

    atau memelihara homeostatis tubuh. Gangguan homeostatis tubuh menyebabkan

    disfungsi berbagai system organ lebih mungkin terjadi dan juga toleransi terhadap

    obat-obat menurun.

    Pada scenario 2 diketahui bahwa pria berusia 67 tahun dibawa berobat

    keluarganya karena pikunnya dirasa keluarga semakin parah, sering lupa nama anak-

    anaknya saat diajak bicara, tidak tahu alamat tempat tinggalnya, jarang mau bergerak,

    sering kali acuh-tak acuh dan mudah sekali lupa. Hal ini menurut keluarga pasien

    dirasa semakin jelas setidaknya setengah tahun ini. Kegiatan pasien beberapa tahun

    belakangan hanya dirumah, jarang bergaul karena teman-teman sebaya dan istrinya

    sudah tiada.

    - 1 -

  • 7/28/2019 PBL Blok 13 RA

    2/20

    *102011310.A5.Fakultas Kedokteran Kristen Krida Wacana.Jalan Arjuna Utara No.6

    Jakarta 11510. Telephone : (021) 5694-2061 Ext. 2217, 2204, 2205.

    [email protected]

    PF : kesadaran : kompos mentis, TB : 165 cm, BB 58 kg, N: 68x permenit.

    TD:160/100 mmHg, T: 36C. RR: 18x/mnt. Diduga pasien ini mengidap penyakit

    Alzheimer.

    1.2 Anamnesis

    Anamnesis yaitu tahap awal dari rangkaian pemeriksaan pemeriksaan pasien,

    secara langsung pada pasien atau secara tidak langsung melalui kelurga atau relasi

    terdekat. Tujuan anamnesis adalah untuk mendapatkan informasi menyeluruh dari

    dari pasien yang bersangkutan.1

    Hal- hal yang bersangkutan dengan anamnesis yaitu:

    Identitas pasien

    Meliputi nama,umur (lebih sering pada kelompok usia lanjut, 50% populasi berusialebih dari 85 tahun), jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku

    bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register dan diagnosis medis.2

    Keluhan utama

    Sering menjadi alasan pasien dan keluarga untuk meminta bantuan kesehatan adalah

    penurunan daya ingat, perubahan kognitif dan kelumpuhan gerak ekstremitas.2

    Riwayat penyakit sekarang

    Pada anamnesis pasien mengeluhkan sering lupa dan hilangnya ingatan yang baru.

    Pada beberapa kasus, keluarga sering mengeluhkan bahwa klien sering mengalami

    bertingkah laku aneh dan kacau serta sering keluar rumah sendiri tanpa mengatakan

    pada keluarga yang lain sehingga dapat meresahkan anak-anaknya yang menjaga

    klien. Pada tahap lanjut dari penyakit, keluarga sering mengeluhkan bahwa pasien

    menjadi tidak dapat mengatur buang air, tidak dapat mengurus keperluan dasar sehari-

    hari atau mengenali anggota keluarga.2

    - 2 -

  • 7/28/2019 PBL Blok 13 RA

    3/20

    Riwayat penyakit terdahulu

    Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat hipertensi, diabetes

    melitus, penyakit jantung, penggunaan obat-obat antiansietas, penggunaan obat-obat

    antikolinergik dalam jangka waktu yang lama dan mengalami sindrom down yang

    pada suatu saat kemudian menderita penyakit Alzheimer pada saat usia 40 tahun.2

    Riwayat penyakit keluarga

    Penyakit Alzheimer ditemukan hubungan sebab genetik yang jelas. Diperkirakan

    10%-30% dari pasien Alzheimer menunjukkan tipe yang diwariskan dan dinyatakan

    sebagai penyakit Alzheimer familia. Pengkajian adanya anggota generasi terdahulu

    yang menderita hipertensi dan diabetes melitus diperlukan untuk melihat adanya

    komplikasi penyakit lain yang dapat mempercepat progresifnya penyakit.2

    Pengkajian psikososiospiritual

    Pengkajian mekanisme yang digunakan klien berfungsi untuk menilai respons emosi

    pasien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran pasien dalam

    keluarga dan masyarakat serta respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-

    harinya, baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat. Adanya perubahan

    hubungan dan peran karena klien mengalami kesulitan untuk berkomunikasi akibat

    gangguan bicara. Pola persepsi dan konsep diri didapatkan pasien merasa tidak

    berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, dan tidak kooperatif. Peribahan yang

    terpenting pada pasien dengan penyakit Alzheimer adalah penuruan kognitif dan

    penurunan ingatan.2

    Anamnesis harus terfokus pada awitan (onset), lamanya, dan bagaimana laju

    progresi penurunan fungsi kognitif yang terjadi. Kebingungan (confusion) yang

    terjadi akut dan subakut mungkin merupakan manifestasi delirium dan harus dicari

    kemungkinan penyebabnya seperti intoksikasi, infeksi, atau perubahan metabolik.

    Seorang usia lanjut dengan kehilangan memori yang berlangsung lambat selama

    beberapa tahun kemungkinan menderita penyakit Alzheimer. Hampir 75% pasien

    penyakit Alzheimer dimulai dengan gejala memori, tetapi gejala awal juga dapat

    meliputi kesulitan mengurus keuangan, berbelanja, mengikuti perintah, menemukan

    kata, atau mengemudi. Perubahan kepribadian, disinhibisi, peningkatan berat badan,

    - 3 -

  • 7/28/2019 PBL Blok 13 RA

    4/20

    atau obsesi terhadap makanan mengarah pada fronto-temporal dementia (FTD), bukan

    penyakit Alzheimer. FTD juga patut diduga bila ditemukan apati, hilangnya fungsi

    eksekutif, abnormalitas progresif fungsi berbicara, atau keterbatasan kemampuan

    memori atau spasial. Diagnosis demensia dengan Lewy body (DLB) dicurigai bila

    terdapat adanya gejala awal berupa halusinasi visual, parkinsonisme, delirium,

    ganguan tidur (rapid-eye movement) REM, atau sindrom Capgras, yaitu delusi bahwa

    seseorang yang dikenal digantikan oleh penipu.2

    Riwayat adanya strok dengan progresi bertahap dan tidak teratur mengarah pada

    demensia multi-infark. Demensia multi-infark umumnya terjadi pada pasien-pasien

    dengan faktor risiko hipertensi, fibrilasi atrium, penyakit vaskular perifer, dan

    diabetes. Pada pasien yang menderita penyakit serebrovaskular dapat sulit ditentukan

    apakah demensia yang teijadi adalah penyakit Alzheimer, demensia multi-infark, atau

    campuran keduanya. Bila dikaitkan dengan berbagai penyebab demensia, maka

    anamnesis harus diarahkan pula pada berbagai faktor risiko seperti trauma kepala

    berulang, infeksi susunan saraf pusat akibat sifilis (neurosifilis), konsumsi alkohol

    berlebihan, intoksikasi bahan kimia pada pekerja pabrik, serta penggunaan obat-obat

    jangka panjang (sedatif dan tranquilizer). Riwayat keluarga juga harus selalu menjadi

    bagian dari evaluasi, mengingat bahwa pada penyakit Alzeimer, FTD, dan penyakitHuntington (sebagai salah satu penyebab demensia) terdapat kecenderungan familial.

    Gejala depresi seperti insomnia dan kehilangan berat badan sering tampak pada

    pseudodemensia akibat depresi, yang dapat disebabkan oleh anggota keluarga yang

    baru-baru ini meninggal. 2,5

    1.3 Pemeriksaan Fisik

    Pemeriksaan antropometri: berat badan dan tinggi badan.

    Tanda vital : suhu, denyut nadi, respirasi, tekanan darah, tingkat kesadaran.2

    1.3 Pemeriksaan Kongnitif dan neuropsikiatrik

    Pemeriksaan yang sering digunakan untuk evaluasi dan konfirmasi

    penurunan fungsi kognitif adalah the mini mental status examination

    (MMSE),yang dapat pula digunakan untuk memantau perjalanan penyakit. Pada

    penyakit Alzheimer defisit yang terlibat berupa memori episodik, category

    generation (menyebutkansebanyak-banyaknya binatang dalam satu menit),dan

    - 4 -

  • 7/28/2019 PBL Blok 13 RA

    5/20

    kemampuan visuokonstruktif. Defisit pada kemampuan verbal dan memori

    episodik visual sering merupakan abnormalitas neuropsikologis awal yang

    terlihat pada penyakit Alzheimer,dan tugas yang membutuhkan pasien untuk

    menyebutkan ulang daftar panjang kata atau gambar setelah jeda waktu tertentu

    akan menunjukkan defisit pada sebagian pasien penyakit Alzheimer.2,3

    1.4 Pemeriksaan Penunjang

    Pemeriksaan penunjang yang juga direkomendasikan adalah CT/MRI

    kepala. Pemeriksaan ini dapat mengidentifikasi tumor primer atau sekunder,

    lokasi area infark,hematoma subdural, dan memperkirakan adanya hidrosefalus

    bertekanan normal atau penyakit white matter yang luas. MRI dan CT juga

    dapat mendukung diagnosis penyakit Alzheimer,terutama bila terdapat atrofi

    hipokampus selain adanya atrofi kortikal yang difus. Single Photon Emission

    Computed Tomography (SPECT) dan Positron Emission Tomography (PET)

    dapat menunjukkan hipoperfusi atau hipometabolisme temporal-parietal pada

    penyakit Alzheimer.2,3

    1.5 Diagnosis Kerja

    Pasien diduga mengidap penyakit Alzheimer. Penyakit Alzheimer adalah salah

    satu penyakit yang paling mematikan yang paling umum dan paling ditakuti oleh para

    lansia. Penyakit ini menyerang sedikitnya 15 juta orang diseluruh dunia dan

    merupakan penyebab kematian keenam pada lansia di Amerika. Penyakit ini secara

    perlahan merampas kecerdasan, keawasan, dan bahkan kemampuan penderitanya

    untuk mengontrol fungsi tubuh mereka dan akhirnya membunuh mereka. diperkirakan

    sekitar 4,5 juta orang Amerika menderita Alzheimer dan pada tahun 2050

    diproyeksikan sekitar 13,2 juta. Resikonya meningkat dengan pesat seiring dengan

    usia; sehingga peningkatan usia hidup berarti orang akan bertahan hidup sampai usia

    dimana resiko Alzheimer menjadi makin besar.

    Kriteria diagnosis klinis untuk probable penyakit Alzheimer mencakup:

    Demensia yang ditegakkan oleh pemeriksaan klinis dan tercatat dengan

    pemeriksaan the mini-mental test, Blessed Demensia Scale atau

    pemeriksaan sejenis dan dikonfirmasi oleh tes neuropsikologis.

    Defisit pada dua atau lebih area kognitif

    - 5 -

  • 7/28/2019 PBL Blok 13 RA

    6/20

    Tidak ada gangguan kesadaran

    Awitan antara umur 40 dan 90,umunya setelah umur 65 tahun

    Tidak adanya kelainan sistemik atau penyakit otak lain yang dapat

    menyebabkan defisit progresif pada memori dan kognitif

    Diagnosis probable penyakit Alzheimer didukung oleh:

    Penurunan progresif fungsi kognitif spesifik seperti afasia,apraksia,dan

    agnosia.

    Gangguan aktivitas hidup sehari-hari dan perubahan pola perilaku.

    Riwayat keluarga dengan gangguan yang sama,terutama bila sudah

    dikonfirmasi secara neuropatologi.

    Hasil laboratorium yang menunjukkan.

    Pungsi lumbal yang normal yang dievaluasi dengan teknik standar.

    Pola normal atau perubahan yang nonspesifik pada EEG,seperti

    peningkatan akivitas slow-wave.

    Bukti adanya atrofi otak pada pemeriksaan CT yang progresif dan

    terdokumentasi oleh pemeriksaan serial.

    Gambaran klinis lain yang konsisten dengan diagnosis probable penyakit

    Alzheimer,setelah mengeksklusi penyebab demensia selain penyakit Alzheimer:

    Perjalanan penyakit yang progresif namun lambat (plateau).

    Gejala-gejala yang berhubungan seperti depresi ,insomnia, inkontinensia,

    delusi,halusinasi,verbal katastrofik,emosional,gangguan seksual,dan

    penurunan berat badan.

    Abnormalitas neurologis pada beberapa pasien,terutama pada penyakit

    tahap lanjut,seperti peningkatan tonus otot,mioklunus,dan gangguan

    melangkah.

    Kejang pada penyakit yang lanjut.

    Pemeriksaan CT normal untuk usianya.

    Gambaran yang membuat diagnosis probable penyakit Alzheimer menjadi tidak

    cocok adalah:

    Onset yang mendadak dana polectic.

    Terdapat defisit neurologis fokal seperti hemiparesis,gangguan sensorik,defisit lapang pandang, dan inkoordinasi pada tahap awal penyakit dan

    - 6 -

  • 7/28/2019 PBL Blok 13 RA

    7/20

    kehang atau gangguan melangkah pada saat awitan atau tahap awal

    perjalanan penyakit.

    Diagnosis possible penyakit Alzheimer:

    Dibuat berdasarkan adanya sindrom demensia,tanpa adanya gangguan

    demensia,dan neurologis psikiatrik,atau sistemik lain yang dapat

    menyebabkan adannya variasi pada awitan,gejala klinis,atau perjalanan

    penyakit.

    Dibuat berdasarkan adanya gangguan otak atau sistemik sekunder yang

    cukup untuk menyebabkan demensia,namun penyebab primernya bukan

    merupakan penyebab demensia.

    Kriteria untuk diagnosis definite penyakit Alzheimer adalah:

    Kriteria klinis untuk probable penyakit Alzheimer.

    Bukti histopatologi yang didapat dari biopsi atau atutopsi.

    Klasifikasi penyakit Alzheimer untuk tujuan penelitian dilakukan bila terdapat

    gambaran khusus yang mungkin merupakan subtipe penyakit Alzheimer,seperti:

    Banyak anggota keluarga yang mengalami hal yang sama.

    Awitan sebelum usia 65 tahun.

    Adanya trisomi-21

    Terjadi bersamaan dengan kondisi lain yang relevan seperti penyakit

    Parkinson.2,4

    1.5.1 Demensia

    Demensia merupakan masalah besar dan serius yang dihadap oleh negara

    negara maju, dan telah pula menjadi masalah kesehatan yang mulai muncul di negara

    negara berkembang seperti Indonesia. Hal ini disebabkan oleh makin

    mengemukannya penyakit penyaktit degeneratif (yang beberapa diantaranya

    merupakan faktor resiko timbulnya demensia ) serta makin eningkatnya usia harapan

    hdup hampir di seluruh belahan dunia. Studi prevalensi menunjukkan bahwa di

    Amerika Serikat, pada populasi di atas umur 65 tahun, persentase orang dengan

    penyakit alzheimer (penyebab terbesar demensia) meningkat dua kali lipat.

    - 7 -

  • 7/28/2019 PBL Blok 13 RA

    8/20

    Demensia Usia Lanjut. Hal yang menarik dari gejala penderita demensia adalah

    adanya perubahan kepribadian dan tingkah laku sehingga mempengaruhi aktivitas

    sehari-hari. Penderita yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah Lansia dengan usia

    enam puluh lima tahun keatas. Lansia penderita demensia tidak memperlihatkan

    gejala yang menonjol pada tahap awal, mereka sebagaimana Lansia pada umumnya

    mengalami proses penuaan dan degeneratif. Kejanggalan awal dirasakan oleh

    penderita itu sendiri, mereka sulit mengingat nama cucu mereka atau lupa meletakkan

    suatu barang. Mereka sering kali menutup-nutupi hal tersebut dan meyakinkan diri

    sendiri bahwa itu adalah hal yang biasa pada usia mereka. Kejanggalan berikutnya

    mulai dirasakan oleh orang-orang terdekat yang tinggal bersama, mereka merasa

    khawatir terhadap penurunan daya ingat yang semakin menjadi, namun sekali lagi

    keluarga merasa bahwa mungkin Lansia kelelahan dan perlu lebih banyak istirahat.

    Mereka belum mencurigai adanya sebuah masalah besar di balik penurunan daya

    ingat yang dialami oleh orang tua mereka. 1,4

    Gejala demensia berikutnya yang muncul biasanya berupa depresi pada

    Lansia, mereka menjaga jarak dengan lingkungan dan lebih sensitif. Kondisi seperti

    ini dapat saja diikuti oleh munculnya penyakit lain dan biasanya akan memperparah

    kondisi Lansia. Pada saat ini mungkin saja Lansia menjadi sangat ketakutan bahkansampai berhalusinasi. Di sinilah keluarga membawa Lansia penderita demensia ke

    rumah sakit di mana demensia bukanlah menjadi hal utama fokus pemeriksaan.

    Seringkali demensia luput dari pemeriksaan dan tidak terkaji oleh tim kesehatan.

    Tidak semua tenaga kesehatan memiliki kemampuan untuk dapat mengkaji dan

    mengenali gejala demensia. Mengkaji dan mendiagnosa demensia bukanlah hal yang

    mudah dan cepat, perlu waktu yang panjang sebelum memastikan seseorang positif

    menderita demensia. Setidaknya ada lima jenis pemeriksaan penting yang harus

    dilakukan, mulai dari pengkajian latar belakang individu, pemeriksaan fisik,

    pengkajian syaraf, pengkajian status mental dan sebagai penunjang perlu dilakukan

    juga tes laboratorium. 1,4

    Pada tahap lanjut demensia memunculkan perubahan tingkah laku yang

    semakin mengkhawatirkan, sehingga perlu sekali bagi keluarga memahami dengan

    baik perubahan tingkah laku yang dialami oleh Lansia penderita demensia.

    Pemahaman perubahan tingkah laku pada demensia dapat memunculkan sikap empati

    yang sangat dibutuhkan oleh para anggota keluarga yang harus dengan sabar merawat

    - 8 -

  • 7/28/2019 PBL Blok 13 RA

    9/20

    mereka. Perubahan tingkah laku (Behavioral symptom) yang dapat terjadi pada

    Lansia penderita demensia di antaranya adalah delusi, halusinasi, depresi, kerusakan

    fungsi tubuh, cemas, disorientasi spasial, ketidakmampuan melakukan tindakan yang

    berarti, tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri, melawan, marah,

    agitasi, apatis, dan kabur dari tempat tinggal. 1,4

    1.5.2 Penyakit Pick

    Penyakit pick atau dimensia frontotemporal dapat mencapai 25% dari seluruh

    demensia presinilis yang disebabkan oleh atrofi otak. Penyakit ini terutama timbul

    antara usia 45 sampai 65 tahun. Setengahnya diturunkan(dominan autosomal,

    kromosom 17, lengan panjang). Terdapat atrofi kortikal fokal disertai astrositosis dan

    badan inklus intraneural (badan pick) pada sel-sel piramidalis yang masih

    normal.disinhibisi (diantaranya kekeraan), apati dan sedikit berbicara dengan

    keterampilan yang berhubungan ruang serta ingatan yang relatif normal bisa

    membantu untuk membedakan secara klinis penyakit ini dengan demensia

    Alzheimer.6

    1.53 Penyakit Amnesis

    Etiologi. Amnesia adalah suatu kondisi yang mengacu pada hilangnyamemori, seperti kejadian, informasi dan berbagai pengalaman. Sebenarnya para

    penderita amnesia, atau kerap disebut amnestic syndrom, biasanya sulit menyerap

    informasi baru dan membangun memori baru.amnesia bisa disebabkan rusaknya pada

    area otakyang biasa digunakan untuk proses mengingat.6

    1.6 Differential Diagnosis

    Penurunan fungsi kognitif adalah menurun atau hilangnya daya mengingat,

    daya menilai (intelektualitas), ketrampilan sosial (berbahasa, merawat diri, kecakapan

    khusus dsb.), dan reaksi emosi. Penderita demensia memang tampak sehat namun

    fungsi otak sebenarnya tidak lagi bekerja dengan baik. Sedang gangguan kognitif

    ringan, menurut para ahli disebut Mild Cognitive Impairment (MCI). Gangguan

    kognitif ini merupakan fase peralihan antara menua normal dengan demensia. Pada

    fase ini, seseorang mempunyai keluhan penurunan fungsi memori yang mulai

    mengganggu kehidupannya, namun aktivitas sehari-hari masih sanggup

    dilaksanakannya. Secara umum fungsi kognitifnya masih baik, baik dari segi daya

    - 9 -

  • 7/28/2019 PBL Blok 13 RA

    10/20

    nalar, penilaian, ketrampilan sosial, maupun berbahasa, sehingga belum dapat

    dikatakan menderita demensia (pikun). Jika pada pemeriksaan didapati penurunan

    fungsi memori dari yang semestinya untuk usianya, maka kondisi MCI bukan

    fenomena yang normal. Sebagian dapat berkembang menjadi demensia dan sebagian

    lagi dapat menetap. Oleh karena itu, penyandang MCI sebaiknya dievaluasi fungsi

    kognitifnya secara berkala. Dengan pemeriksaan berkala diharapkan dapat dipantau

    perkembangannya sehingga dapat diketahui lebih dini bila ada tanda-tanda ke arah

    demensia. Pada usia lanjut, dengan adanya penambahan usia keluhan mudah lupa

    secara subyektif dianggap wajar. Tidak terjadi adanya gangguan kognitif yang

    mengarah kepada demensia. Kondisi pra demensia ditandai dengan adanya gangguan

    kognitif pada usia lanjut dengan ciri mudah lupa yang makin nyata dan mudah

    dikenali, terutama oleh orang dekat. Mudah lupa masih dianggap sebagai unsur

    subyektif dan obyektif meski ditemukan kinerja kognitif yang merendah, namun

    belum ada tanda-tanda demensia. Jika terjadi berbagai jenis gangguan kognitif,

    terutama pada lanjut usia seperti mudah lupa yang konsisten, maka tanda-tanda

    demensia mulai muncul. Disorientasi terutama dalam hal waktu, gangguan pada

    kemampuan memberi pendapat dan pemecahan masalah, gangguan dalam

    bermasyarakat, gangguan aktivitas di rumah dan minat intelektual, serta gangguan

    dalam pemeliharaan diri mulai muncul secara jelas. Pemberian obat anti demensia

    pada fase demensia dini --dengan konsultasi pada dokter-- akan lebih jelas

    manfaatnya dibandingkan demensia fase berat. 2,4

    1.6.2 Sindrom delirium

    Etiologi. Gangguan metabolime oksidatif otak yang dikaitkan dengan

    hipoksia dan hipoglikemia. Faktor lain antara lain meningkatnya sitoksin otak

    pada penyakit akut.

    Gejala yang dapat dijumpai antara lain gangguan kongnitif global berupa

    gangguan memori, gangguan persepsi atau gangguan proses pikir.

    Yang membedakan dari demensia adalah perhatiannya sangat terganggu, pasien tidak

    mampu mempertahankan konsentrasi maupun perhatiannya pada suatu topik

    pembicaraan misalnya. Tanda yang dapat diamati antara lain terdapatnya gangguan

    atensi( mengurutkan hari dalam seminggu, bulan dalam setahun atau mengeja balik

    kata.2

    1.7 Etiologi

    - 10 -

  • 7/28/2019 PBL Blok 13 RA

    11/20

    Faktor resikonya adalah :

    Bertambahnya usia

    Trauma kepala

    Sindrom down

    Kerentanan genetik

    Riwayat keluarga bisa didapat pada 30%-50% kasus. Bentuk familial yang

    jarang berupa Alzheimer dengan onset di usia muda diturunkan dengan pola dominan

    autosomal yang terbukti berhubungan dengan kromosom 21 dan pada sebagian kasus,

    dengan kromosom 14.4

    Penyebab yang pasti belum diketahui. Beberapa alternatif penyebab yang telah

    dihipotesa adalah intoksikasi logam, gangguan fungsi imunitas, infeksi virus, polusi

    udara/industri, trauma, neurotransmiter, defisit formasi sel-sel filament, presdiposisi

    heriditer. Dasar kelainan patologi penyakit alzheimer terdiri dari degenerasi neuronal,

    kematian daerah spesifik jaringan otak yang mengakibatkan gangguan fungsi kognitif

    dengan penurunan daya ingat secara progresif. Adanya defisiensi faktor pertumbuhan

    atau asam amino dapat berperan dalam kematian selektif neuron. Kemungkinan sel-

    sel tersebut mengalami degenerasi yang diakibatkan oleh adanya peningkatan calsium

    intraseluler, kegagalan metabolisme energi, adanya formasi radikal bebas atauterdapatnya produksi protein abnormal yang non spesifik. Penyakit alzheimer adalah

    penyakit genetika, tetapi beberapa penelitian telah membuktikan bahwa peran faktor

    genetika, tetapi beberapa penelitian telah membuktikan bahwa peran faktor non-

    genetika (lingkungan) juga ikut terlibat, dimana faktor lingkungan hanya sebagai

    pencetus faktor genetika.4

    1.8 Epidemiologi

    Insidensi demensia meningkat secara bermakna seiring meningkatnya usia.

    Setelah usia 65 tahun, prevalensi demensia meningkat dua kali lipat setiap

    pertumbuhan usia lima tahun. Secara keseluruhan prevalensi demensia pada

    populasi berusia lebih dari 60 tahun adalah 5,6%. Penyebab tersering demensia

    di Amerika Serikat dan Eropa adalah penyakit Alzheimer,sedangkan di Asia

    diperkirakan demensia vaskular.1 Dari seluruh penuduk sentenarian di

    Jepang,70% mengalami demensia dengan 76%-nya menderita penyakit

    Alzheimer. Berbagai penelitian menunjukkan laju insidensi penyakit Alzheimer

    - 11 -

  • 7/28/2019 PBL Blok 13 RA

    12/20

    meningkat secara eksponensial seiring bertambahnya umur,walaupun terjadi

    penurunan insidensi pada usia 95 tahun yang diduga karena jumlah subyek di

    atas usia 90 tahun.Proporsi perempuan yang mengalami penyakit Alzheimer

    lebih tinggi dibandingkan laki-laki (sekitar 2/3 pasien adalah perempuan). Hal

    ini disebabkan perempuan memiliki harapan hidup lebih baik dan bukan karena

    perempuan lebih mudah menderita penyakit ini. Tingkat pendidikan yang rendah

    juga disebutkan berhubungan dengan risiko terjadinya penyakit Alzheimer.

    Faktor-faktor risiko lain yang dari berbagai penelitian diketahui berhubungan

    dengan penyakit Alzheimer adalah hiperetensi,diabetes melitus, dislipidemia,

    berbagai faktor risiko timbulnya aterosklerosis dan gangguan

    sirkulasi pembuluh darah otak.Mutasi beberapa gen familial penyakit Alzheimer

    pada kromosom 21,koromosim 14,dan kromosom 1 ditemukan pada kurang dari

    5% pasien dengan penyakit Alzheimer. Sementara riwayat keluarga dan

    munculnya alel e4 dari Apolipoprotein E pada lebih dari 30% pasien dengan

    penyakit ini mengindikasikan adanya faktor genetik yang berperan pada

    munculnya penyakit ini. Seseorang dengan riwayat keluarga pada anggota

    keluarga tingkat pertama mempunyai risiko dua sampai tiga kali menderita

    penyakit Alzheimer,walaupun sebagaian besar pasien tidak mempunyai riwayat

    keluarga yang positif. Walaupun alel e4 Apo E bukan penyebab timbulnya

    demensia namun munculnya alel ini merupakan faktor utama yang

    mempermudah seseorang menderita penyakit Alzheimer.1

    1.9 Patofisiologis

    Komponen utama penyakit alzheimer adalah plak senilis dan neuritik,

    neurofibrillary tangles, hilangnya neuron/ sinaps, degenerasi granulovakular, dan

    Hirano bodies. Plak neuritik mengandung b-amyloid ekstraselular yang

    dikelilingi neuritis distrofik, sementara olak difus adalah istilah yang kadang

    digunakan untuk deposisi amyloid tanpa abnormalitas neuron. Deteksi adanya

    Apo E di dalam plak b-amyloid dan studi mengenai ikatan high-avidity antara

    Apo E dengan b-amylodi menunjukkan bukti hubungan antara amyloidogenesis

    dan Apo E. Plak neuritik juga mengandung protein komplemen, mikroglia yang

    teraktivasi,sitokin-sitokin, dan protein fase-akut,sehingga komponen inflamasi

    juga diduga ter libat pada patogenesis penyakit Alzheimer. Gen yang mengkode

    - 12 -

  • 7/28/2019 PBL Blok 13 RA

    13/20

    kromosom 21, menunjukkan hubungan potensial patologi penyakit Alzheimer

    dengan sindrom Down yang diderita oleh semua pasien penyakit Alzheimer

    uang muncul pada usia 40 tahun. Pada gambar 1 dapat dilihat bagaimana

    pembentukan amyloid merupakan pencetus berbagai proses sekunder yang

    terlibat pada patogenesis penyakit Alzheimer (hipotesis kaskade amyloid)

    Berbagai mekanisme yang terlibat pada patogenesis tersebut bila dapat

    dimodifikasi dengan obat yang tepat diharapkan dapat mempengaruhi perjalanan

    penyakit Alzheimer. Adanya dan jumlah plak senilis adalah satu gambaran

    patologis utama yang penting untuk diagnosis penyakit Alzheimer. Sebenarnya

    jumlah plak meningkat seiring usia dan plak ini juga muncul di jaringan otak

    orang usia lanjut yang tidak demensia. Juga dilaporkan bahwa satu dari tiga

    orang berusia 85 tahun yang tidak demensia mempunyai deposisi amyloid yang

    cukup di korteks serebri untuk memenuhi kriteria diagnosis penyakit Alzheimer,

    namun apakah ini mencerminkan fase preklinik dari penyakit masih belum

    diketahui. Lewy body adalah cytoplasmic inclusion intraneuron yang terwarnai

    dengan periodic acid-Schiff (PAS) dan ubiquitin, yang terdiri dari neurofilamen

    lurus sepanjang 7 sampai 20nm yang dikelilingi material amorfik. Lewy body

    dikenali melalui antigen terhadap protein neurofilamen yang terfosforilasi

    maupun yang tidak terfosforilasi, ubiquitin, dan protein presinap yang disebut -

    synuclein. Jika pada seorang demensia tidak ditemukan gambaran patologik

    selain adanya Lewy body maka kondisi ini disebut diffuse Lewy body

    disease,semntara bila ditemukan juga plak amyloid dan neurofibrillary tangles

    maka disebut varian Lewy body dari penyakit Alzheimer. Defisit

    neurotransmiter utama pada penyakit Alzheimer, juga pada demensia tipe lain,

    adalah sistem kolinergik. Walaupun sistem noradrenergik dan serotonin,

    somatostatin-like reactivity, dan corticotropin-releasing factor juga berpengaruh

    pada penyakit Alzheimer, defisit asetilkolin tetap menjadi proses utama

    penyakit dan menjadi target sebagian besar terapi yang tersedia saat ini untuk

    penyakit Alzheimer.1

    2.0 Gejala Klinis

    - 13 -

  • 7/28/2019 PBL Blok 13 RA

    14/20

    Penderita Alzheimer akan mengalami kesulitan untuk berkomunikasi, belajar,

    berpikir dan memberikan pendapat, sehingga menggangg pekerjaan, aktivitas sosial

    dan aktivitas dalam rumah tangganya. Gejala dari Alzheimer antara lain:

    Kehilangan memori

    Salah satu gejala awal demensia adalah mudah lupa pada informasi yang baru

    saja. Dipelajari atau diperoleh. Makin lama penderita akan mengalami penurunan

    daya ingat yang makin berat. Kesulitan untuk melakukan aktivitas sehari-hari

    penderita akan mengalami kesulitan untuk merencanakan dan menyelesaikan aktivitas

    sehari-hari. Kadang penderita dapat memulai suatu kegiatan, tetapi ia akan mengalami

    kesulitan untuk menyelesaikan kegiatan tersebut.7

    Kesulitan dengan bahasa

    Penderita sering melupakan kata-kata, baik kata-kata subtitusi maupun kata-

    kata yang sederhana, sehingga sulit untuk mengerti perkataan dan tulisan yang dibuat

    oleh penderita.7

    Disorientasi waktu dan tempat

    Penderita Alzheimer sering ditemukan tersesat di lungkungan sekitar rumah, lupa

    Bagaimana dan kapan mereka bisa ada di suatu tempat, dan tidak tahu jalan untuk

    kembali ke rumah.7

    Kesulitan dalam berpikir abstrak

    Penderita akan mengalami kesulitan dalam melakukan tugas mental yang

    kompleks, seperti mengerjakan tugas matematika yang sederhana.7

    Perubahan mood dan perilaku

    Penderita Alzheimer sering mengalami perubahan mood yang tiba-tiba tanpa

    sebab yang jelas.7

    Perubahan kepribadian

    Perubahan kepribadian pada penderita terjadi dengan sangat dramatis. Penderita akan

    sering merasa kebingungan, mudah curiga, sering merasa takut, dan sangat tergantung

    pada anggota keluarga yang lain.7

    Karakteristik dementia pada Alzheimer:

    Predementia

    - 14 -

  • 7/28/2019 PBL Blok 13 RA

    15/20

    - Gangguan kognitif ringan -8 tahun sebelum diagnosis ditegakkan

    - Defisit memori

    - Apatis

    Demensia onset awal

    - gangguan learning & memori

    - Gangguan bahasa, kosakata & kata, kemampuan bahasa oral & tulisan

    - Gangguan persepsi (agnosia)

    - Gangguan gerakan (apraxia)

    - Terlihat bodoh

    - Kurang inisiasi untuk melakukan aktivitas4

    Dementia moderat

    - Deteriorasi progresif

    - Tidak mampu membaca & menulis

    - Gangguan long-term memory

    - Subtitusi penggunaan kata (parafasia)

    - Misidentifikasi

    - Labil

    - Mudah marah

    - Delusi

    - Inkontinen system urinaria 4

    Dementia tahap lanjut (advanced)

    - Tidak dapat mengurus diri secara

    - Kehilangan kemampuan verbal total

    - Agresif

    - Apatis ekstrim

    - Deteriorasi massa otot & mobilitas

    - Kehilangan kemampuan untuk makan. 4

    Berdasarkan stadium:- Stadium I(lama penyakit 1-3 tahun)

    - 15 -

  • 7/28/2019 PBL Blok 13 RA

    16/20

    Memori : defek daya ingat baru (leaning), gangguan recall ringan

    Kemampuan Visuospatial : disorientasi topografi, tidak mampu membentuk

    komplex

    Bahasa : sulit membentuk kata baru, anomia

    Personalitas : indiferens,kadang-kadang mudah marah

    Manifestasi psikiatri: sedih atau beberapa delusi

    Sistem motorik : normal

    EEG : normal

    CT/MRI : normal

    PET/SPECT : bilateral posterior hypometabolism/hyperfusion.4

    -Stadium II (lama penyakit 3-10 tahun)

    Memori : daya ingat baru (leaning) & gangguan recall berat

    Kemampuan Visuospatial: disorientasi spasial, poor contructions

    Bahasa : fluent aphasia

    kalkulasi : akalkulation

    Personality : indiferens & mudah marah

    Manifestasi psikiatri: delusi

    Sistem motorik: restlessness, pacing

    EEG : slow background rhythm

    CT/MRI : normal or ventricular and sulcal enlargeent

    PET/SPECT : bilateral parietal and frontal hypometabolism/hyperfusion.4

    - Stadium III (lama penyakit 8-12 tahun)

    Intelectual function : severely deteriorated

    Motor system : limb rigidity and flexion poeture

    Sphincter control : urinary and fecal

    EEG : diffusely slow

    CT/MRI : ventricular and sulcal enlargeent

    PET/SPECT : bilateral parietal and frontal hypometabolism/hyperfusion.4

    2.1 Penatalaksaan

    Penyakit Alzheimer tidak dapat disembuhkan dan belum ada obat yang

    terbukti tinggiefektivitasnya. Selain mengatasi gejala perubahan tingkah laku

    - 16 -

  • 7/28/2019 PBL Blok 13 RA

    17/20

    dan membangun rapport dengan pasien,anggota keluarga,dan pramuwerdha,

    saat ini fokus pengobatan adalah pada defisit sistem kolinergik. Kolinesterase

    inhibitor. Tacrine (tetrahydroaminoacridine), donepezil, rivastigmin, dan

    galantamin adalah kolinesterasi inhibitor yang telah disetujui U.S Food and

    Drug Administration (FDA) untuk pengobatan penyakit Alzheimer. Efek

    farmakologik obat-obatan ini adalah dengan menghambat enzim kolinesterase,

    dengan meningkatnya kadar asetilkolin di jaringan otak. Dari keempat obat

    tersebut, tacrine saat ini jarang digunakan karena efek sampingnya ke organ hati

    (hepatotoksik).2

    Donepezil dimulai pada dosis 5mg perhari,dan dosis dinaikkan menjadi

    10 mg perhari setelah satu bulan pemakaian. Dosis rivastagmin dinaikkan dari

    15 mg dua kali perhari menjadi 3mg dua kali perhari, kemudian 4,5 mg dua kali

    perhari, sampai dosis maksimal 6mg dua kali sehari. Dosis dapat dinaikkan pada

    interval antara satu sampai empat minggu; efek samping umumnya lebih

    minimal bila peningkatan dosisnya dilakukan lebih lama. Sementara galantamin

    diberikan dengan dosis awal 4 mg dua kali perhari,untuk dinaikkan menjadi 8

    mg dua kali perhari dan kemudian 12 mg perhari. Seperti rivastigmin, interval

    peningkatan dosis yang lebih lama akan meminimalkan efek samping yangterjadi. Dosis harian efektif untuk masing-masing obat adalah 5 sampai 10 mg

    untuk donepezil, 6 sampai 12 mg untuk rivastigmin, dan 16 sampai 24 mg untuk

    galantamin. Efek samping yang dapat timbul pada pemakaian obat-obatan

    kolinesterase inhibitor ini antara lain adalah mual, muntah, dan diare dapat pula

    timbul penurunan berat badan, insomnia, mimpi abnormal, kram otot,

    bradikardia, sinkop, dan fatig. Efek-efek samping tersebut umumnya muncul

    saat awal terapi dapat dikurangi bila interval peningkatan dosisnya diperpanjang

    dan dosis rumatan diminimalkan. Efek samping pada gastrointestinal juga dapat

    diminimalkan bila obat-obat tersebut diberikan bersamaan dengan makan.

    Penggunaan bersama-sama lebih dari satu kolinesterase inhibitor pada saat yang

    bersamaan belum pernah diteliti dan tidak dianjurkan. Kolinesterase inhibitor

    umumnya digunakan bersama- sama dengan memantin dan vitamin E. 2

    Antioksidan yang telah diteliti dan memberikan hasil yang cukup baik

    adalah alfa tokoferol (vitamin E). Pemberian vitamin E pada satu penelitian

    dapat memperlambat progresi penyakit Alzheimer menjadi lebih berat. Vitamin

    - 17 -

  • 7/28/2019 PBL Blok 13 RA

    18/20

    E telah banyak digunakan sebagai terapi tambahan pada pasien dengan penyakit

    Alzheimer dan demensia tipe lain karena harganya murah dan dianggap aman.

    Dengan mempertimbangkan stres oksidatif sebagai salah satu dasar proses

    menua yang terlibat pada patofisiologi penyakit Alzheimer,ditambah hasil yang

    didapat pada beberapa studi epidemiologis,vitamin E bahkan digunakan sebagai

    pencegahan primer demensia pada individu dengan fungsi kognitif normal. 2

    Namun suatu studi terakhir gagal membuktikan perbedaan efek terapi

    antara vitamin E sebagai obat tunggal dan plasebo terhadap pencegahan

    penurunan fungsi kognitif pada pasien-pasien dengan gangguan fungsi kognitif

    ringan. Efek terapi vitamin E pada pasien demensia maupun gangguan kognitif

    ringan tampaknya hanya bermanfaat bila dikombinasikan dengan kolinesterase

    inhibitor.2

    Memantin. Obat yang saat ini juga telah disetujui oleh FDA sebagai

    terapi pada demensia sedang dan berat adalah memantin,suatu antagonis N-

    metil-D - aspartat. Efek terapinya diduga adalah melalui pengaruhnya pada

    glutaminergic excitotoxicity dan fungsi neuron di hipokampus. Bila memantin

    ditambahkan pada pasien Alzheimer yang telah mendapat kolinesterase inhibitor

    dosis tetap, didapatkan perbaikan fungsi kognitif,berkurangnya penurunan status

    fungsional dan berkurangnya gejala perubahan perilaku baru bila dibandingkan

    penambahan placebo. Dengan adanya bukti bahwa proses inflamasi pada

    jaringan otak terlibat pada patogenesis timbulnya penyakit Alzheimer, maka

    beberapa penelitian mencoba mendapatkan manfaat obat-obat antiinflamasi baik

    dalam hal pencegahan maupun terapi demensia Alzheimer. Hasil negatif (tidak

    berbeda dengan plasebo) ditunjukkan baik pada prednison,refocoxib,maupun

    naproxen,sehingga sampai saat ini tidak ada data yang mendukung penggunaan

    obat antiinflamasi dalam pengelolaan pasien demensia. Selain itu, walaupun

    beberapa studi epidemiologik menduga bahwa terapi sulih-estrogen mungkin

    dapat mengurangi insidensi demensia, namun penelitian klinis menunjukkan

    ternyata tidak ada manfaatnya pada perempuan menopause. Beberapa obat lain

    yang dari beberapa studi pendahuluan nampaknya punya potensi untuk dapat

    digunakan sebagai pencegahan dan pengobatan demensia diantaranya ginko

    biloba,huperzin A(kolinesterase inhibitor),imunisasi/vaksinas terhadap

    penyakit ayloid,dan beberapa pendekatan yang bersifat neuroprotektif.2

    - 18 -

  • 7/28/2019 PBL Blok 13 RA

    19/20

    2.2 Komplikasi

    Malnutrisi

    Infeksi

    Kematian.3

    2.3 Pencegahan

    Cara mencegah Alzheimer antara lain :

    Makan makanan yang bergizi seperti mkakanan yang kaya dengan vitamin E,

    asam lemak n-3, serta lemak tidak jenuh dan tidak terhidrogenisasi.

    Sering melakukan latihan fisik dan berolahraga

    Beberapa obat lain dapat digunakan sebagai pencegahan antara lain ginko

    biloba, hipurzin A(suatu kolinesterase inhibitor), imunisasi/ vaksinasi terhadap

    amyloid, dan beberapa pendekatan yang bersifat neuroprotektif.

    Selalu berpikiran positif.

    Menjaga pola hidup seperti tidak merokok.2,3

    2.4 Prognosis

    Dari pemeriksaan klinis penderita probable alzheimer menunjukkan bahwanilai prognostik tergantung pada 3 faktor yaitu:

    1. Derajat beratnya penyakit

    2. Variabilitas gambaran klinis

    3. Perbedaan individual seperti usia, keluarga demensia dan jenis kelamin.

    Ketiga faktor ini diuji secara statistik, ternyata faktor pertama yang paling

    mempengaruhi prognostik penderita alzheimer. Pasien dengan penyakit alzheimer

    mempunyai angka harapan hidup rata-rata 4-10 tahun sesudah diagnosis dan biasanya

    meninggal dunia akibat infeksi sekunder.6

    - 19 -

  • 7/28/2019 PBL Blok 13 RA

    20/20

    2.5 Kesimpulan

    Penyakit Alzheimer adalah salah satu penyebab terjadinya dimensia. Penyakit

    Alzheimer ditegakkan melalui pemeriksaan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang

    teliti, serta didukung oleh pemeriksaan penunjang yang tepat karena sangat sukar di

    diagnosa hanya berasarkan gejala gejala klinik tanpa dikonfirmasikan pemeriksaan

    lainnya seperti neuropatologi, MRI. Sampai saat ini penyebab yang pasti belum

    diketahui, tetapi faktor genetik sangat menentukan (riwayat keluarga), sedangkan

    faktor lingkungan hanya sebagai pencetus ekspresi genetik Penyakit Alzheimer tidak

    dapat disembuhkan dan belum ada obat yang terbukti tinggi efektivitasnya.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Abdurrahman N, et al. Penuntun anamnesis dan pemeriksaan fisis. Cetakan

    ke-3. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2005. h. 45-7.

    2. Sudoyo AW, et al. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid III. Ed 5. Jakarta:

    Interna Publishing; 2009. h.837-44.

    3. Rubenstein D, wayne D, bradley J.Kedokteran klinis. Ed 6. Jakarta:

    Erlangga;2003. h. 95-8.

    4. Sacher RA, Mcpherson RA. Tinjauan klinis hasil pemeriksaan laboratorium.

    Ed 6. Jakarta: EGC; 2002.h. 451-53.

    5. Fratiglioni L. Clinical diagnosis of alzheimer disease and other dementia in

    population survey. Arc.Neurol; 2003.

    6. Mansjoer A, et al. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid1. Ed 3. Jakarta: Fakultas

    Kedokteran UI; 2002. h. 427-9.

    7. Papalia DE, Olds SW, Feldman RD. Human Development. Jilid 2. Ed 10.

    Jakarta;2009. h. 365-70.