PBL Blok 13 RA
-
Upload
fera-susanti -
Category
Documents
-
view
221 -
download
0
Transcript of PBL Blok 13 RA
-
7/28/2019 PBL Blok 13 RA
1/20
Penyakit Alzheimer terutama yang terjadi pada Pasien Geriatri
Fera Susanti*
1.1 Pendahuluan
Pembahasan tentang proses menua semakin sering muncul seiring dengan
semakin bertambahnya populasi usia lanjut di berbagai belahan dunia. Penelitian-
penelitian mengenai perubahan yang terkait usia merupakan area yang menarik dan
penting belakangan ini. Berbagai aspek mengenai proses menua banyak dibahas
seperti aspek social, psikologi, ekonomi, atau fisik.
Telah banyak dikemukakan bahwa proses menua amat dipengaruhi oleh
interaksi antara factor genetic dan lingkungan. Usia kronologi yang diukur dengan
tahun dan usia fisiologi yang diukur dengan kapasitas fungsional tidaklah seiring
sejalan.Seseorang dapat terlihat lebih muda atau lebih tua dari umurnya, dan mungkin
memiliki kapasitas fungsional yang lebih besar atau lebih kecil dari yang diperkirakan
dimilikinya pada umur tertentu.
Secara umum dapat dikatakan terdapat kecenderungan menurunnya kapasitas
fungsional baik pada tingkat seluler maupun pada tingkat organ sejalan dengan proses
menua. Akibatnya penurunan kapasitas fungsional tersebut, orang berusia lanjut
uumnya tidak berespon terhadap berbagai rangsangan interna atau eksternal, selektif
yang dapat dilakukan oleh orang tang lebih muda. Menurunnya kapasitas untuk
berespon terhadap lingkungan internal yang berubah cenderung membuat orang lanjut
usia sulit untuk memelihara kestabilan status fisikawi dan kimiawi di dalam tubuh,
atau memelihara homeostatis tubuh. Gangguan homeostatis tubuh menyebabkan
disfungsi berbagai system organ lebih mungkin terjadi dan juga toleransi terhadap
obat-obat menurun.
Pada scenario 2 diketahui bahwa pria berusia 67 tahun dibawa berobat
keluarganya karena pikunnya dirasa keluarga semakin parah, sering lupa nama anak-
anaknya saat diajak bicara, tidak tahu alamat tempat tinggalnya, jarang mau bergerak,
sering kali acuh-tak acuh dan mudah sekali lupa. Hal ini menurut keluarga pasien
dirasa semakin jelas setidaknya setengah tahun ini. Kegiatan pasien beberapa tahun
belakangan hanya dirumah, jarang bergaul karena teman-teman sebaya dan istrinya
sudah tiada.
- 1 -
-
7/28/2019 PBL Blok 13 RA
2/20
*102011310.A5.Fakultas Kedokteran Kristen Krida Wacana.Jalan Arjuna Utara No.6
Jakarta 11510. Telephone : (021) 5694-2061 Ext. 2217, 2204, 2205.
PF : kesadaran : kompos mentis, TB : 165 cm, BB 58 kg, N: 68x permenit.
TD:160/100 mmHg, T: 36C. RR: 18x/mnt. Diduga pasien ini mengidap penyakit
Alzheimer.
1.2 Anamnesis
Anamnesis yaitu tahap awal dari rangkaian pemeriksaan pemeriksaan pasien,
secara langsung pada pasien atau secara tidak langsung melalui kelurga atau relasi
terdekat. Tujuan anamnesis adalah untuk mendapatkan informasi menyeluruh dari
dari pasien yang bersangkutan.1
Hal- hal yang bersangkutan dengan anamnesis yaitu:
Identitas pasien
Meliputi nama,umur (lebih sering pada kelompok usia lanjut, 50% populasi berusialebih dari 85 tahun), jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku
bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register dan diagnosis medis.2
Keluhan utama
Sering menjadi alasan pasien dan keluarga untuk meminta bantuan kesehatan adalah
penurunan daya ingat, perubahan kognitif dan kelumpuhan gerak ekstremitas.2
Riwayat penyakit sekarang
Pada anamnesis pasien mengeluhkan sering lupa dan hilangnya ingatan yang baru.
Pada beberapa kasus, keluarga sering mengeluhkan bahwa klien sering mengalami
bertingkah laku aneh dan kacau serta sering keluar rumah sendiri tanpa mengatakan
pada keluarga yang lain sehingga dapat meresahkan anak-anaknya yang menjaga
klien. Pada tahap lanjut dari penyakit, keluarga sering mengeluhkan bahwa pasien
menjadi tidak dapat mengatur buang air, tidak dapat mengurus keperluan dasar sehari-
hari atau mengenali anggota keluarga.2
- 2 -
-
7/28/2019 PBL Blok 13 RA
3/20
Riwayat penyakit terdahulu
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat hipertensi, diabetes
melitus, penyakit jantung, penggunaan obat-obat antiansietas, penggunaan obat-obat
antikolinergik dalam jangka waktu yang lama dan mengalami sindrom down yang
pada suatu saat kemudian menderita penyakit Alzheimer pada saat usia 40 tahun.2
Riwayat penyakit keluarga
Penyakit Alzheimer ditemukan hubungan sebab genetik yang jelas. Diperkirakan
10%-30% dari pasien Alzheimer menunjukkan tipe yang diwariskan dan dinyatakan
sebagai penyakit Alzheimer familia. Pengkajian adanya anggota generasi terdahulu
yang menderita hipertensi dan diabetes melitus diperlukan untuk melihat adanya
komplikasi penyakit lain yang dapat mempercepat progresifnya penyakit.2
Pengkajian psikososiospiritual
Pengkajian mekanisme yang digunakan klien berfungsi untuk menilai respons emosi
pasien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran pasien dalam
keluarga dan masyarakat serta respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-
harinya, baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat. Adanya perubahan
hubungan dan peran karena klien mengalami kesulitan untuk berkomunikasi akibat
gangguan bicara. Pola persepsi dan konsep diri didapatkan pasien merasa tidak
berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, dan tidak kooperatif. Peribahan yang
terpenting pada pasien dengan penyakit Alzheimer adalah penuruan kognitif dan
penurunan ingatan.2
Anamnesis harus terfokus pada awitan (onset), lamanya, dan bagaimana laju
progresi penurunan fungsi kognitif yang terjadi. Kebingungan (confusion) yang
terjadi akut dan subakut mungkin merupakan manifestasi delirium dan harus dicari
kemungkinan penyebabnya seperti intoksikasi, infeksi, atau perubahan metabolik.
Seorang usia lanjut dengan kehilangan memori yang berlangsung lambat selama
beberapa tahun kemungkinan menderita penyakit Alzheimer. Hampir 75% pasien
penyakit Alzheimer dimulai dengan gejala memori, tetapi gejala awal juga dapat
meliputi kesulitan mengurus keuangan, berbelanja, mengikuti perintah, menemukan
kata, atau mengemudi. Perubahan kepribadian, disinhibisi, peningkatan berat badan,
- 3 -
-
7/28/2019 PBL Blok 13 RA
4/20
atau obsesi terhadap makanan mengarah pada fronto-temporal dementia (FTD), bukan
penyakit Alzheimer. FTD juga patut diduga bila ditemukan apati, hilangnya fungsi
eksekutif, abnormalitas progresif fungsi berbicara, atau keterbatasan kemampuan
memori atau spasial. Diagnosis demensia dengan Lewy body (DLB) dicurigai bila
terdapat adanya gejala awal berupa halusinasi visual, parkinsonisme, delirium,
ganguan tidur (rapid-eye movement) REM, atau sindrom Capgras, yaitu delusi bahwa
seseorang yang dikenal digantikan oleh penipu.2
Riwayat adanya strok dengan progresi bertahap dan tidak teratur mengarah pada
demensia multi-infark. Demensia multi-infark umumnya terjadi pada pasien-pasien
dengan faktor risiko hipertensi, fibrilasi atrium, penyakit vaskular perifer, dan
diabetes. Pada pasien yang menderita penyakit serebrovaskular dapat sulit ditentukan
apakah demensia yang teijadi adalah penyakit Alzheimer, demensia multi-infark, atau
campuran keduanya. Bila dikaitkan dengan berbagai penyebab demensia, maka
anamnesis harus diarahkan pula pada berbagai faktor risiko seperti trauma kepala
berulang, infeksi susunan saraf pusat akibat sifilis (neurosifilis), konsumsi alkohol
berlebihan, intoksikasi bahan kimia pada pekerja pabrik, serta penggunaan obat-obat
jangka panjang (sedatif dan tranquilizer). Riwayat keluarga juga harus selalu menjadi
bagian dari evaluasi, mengingat bahwa pada penyakit Alzeimer, FTD, dan penyakitHuntington (sebagai salah satu penyebab demensia) terdapat kecenderungan familial.
Gejala depresi seperti insomnia dan kehilangan berat badan sering tampak pada
pseudodemensia akibat depresi, yang dapat disebabkan oleh anggota keluarga yang
baru-baru ini meninggal. 2,5
1.3 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan antropometri: berat badan dan tinggi badan.
Tanda vital : suhu, denyut nadi, respirasi, tekanan darah, tingkat kesadaran.2
1.3 Pemeriksaan Kongnitif dan neuropsikiatrik
Pemeriksaan yang sering digunakan untuk evaluasi dan konfirmasi
penurunan fungsi kognitif adalah the mini mental status examination
(MMSE),yang dapat pula digunakan untuk memantau perjalanan penyakit. Pada
penyakit Alzheimer defisit yang terlibat berupa memori episodik, category
generation (menyebutkansebanyak-banyaknya binatang dalam satu menit),dan
- 4 -
-
7/28/2019 PBL Blok 13 RA
5/20
kemampuan visuokonstruktif. Defisit pada kemampuan verbal dan memori
episodik visual sering merupakan abnormalitas neuropsikologis awal yang
terlihat pada penyakit Alzheimer,dan tugas yang membutuhkan pasien untuk
menyebutkan ulang daftar panjang kata atau gambar setelah jeda waktu tertentu
akan menunjukkan defisit pada sebagian pasien penyakit Alzheimer.2,3
1.4 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang juga direkomendasikan adalah CT/MRI
kepala. Pemeriksaan ini dapat mengidentifikasi tumor primer atau sekunder,
lokasi area infark,hematoma subdural, dan memperkirakan adanya hidrosefalus
bertekanan normal atau penyakit white matter yang luas. MRI dan CT juga
dapat mendukung diagnosis penyakit Alzheimer,terutama bila terdapat atrofi
hipokampus selain adanya atrofi kortikal yang difus. Single Photon Emission
Computed Tomography (SPECT) dan Positron Emission Tomography (PET)
dapat menunjukkan hipoperfusi atau hipometabolisme temporal-parietal pada
penyakit Alzheimer.2,3
1.5 Diagnosis Kerja
Pasien diduga mengidap penyakit Alzheimer. Penyakit Alzheimer adalah salah
satu penyakit yang paling mematikan yang paling umum dan paling ditakuti oleh para
lansia. Penyakit ini menyerang sedikitnya 15 juta orang diseluruh dunia dan
merupakan penyebab kematian keenam pada lansia di Amerika. Penyakit ini secara
perlahan merampas kecerdasan, keawasan, dan bahkan kemampuan penderitanya
untuk mengontrol fungsi tubuh mereka dan akhirnya membunuh mereka. diperkirakan
sekitar 4,5 juta orang Amerika menderita Alzheimer dan pada tahun 2050
diproyeksikan sekitar 13,2 juta. Resikonya meningkat dengan pesat seiring dengan
usia; sehingga peningkatan usia hidup berarti orang akan bertahan hidup sampai usia
dimana resiko Alzheimer menjadi makin besar.
Kriteria diagnosis klinis untuk probable penyakit Alzheimer mencakup:
Demensia yang ditegakkan oleh pemeriksaan klinis dan tercatat dengan
pemeriksaan the mini-mental test, Blessed Demensia Scale atau
pemeriksaan sejenis dan dikonfirmasi oleh tes neuropsikologis.
Defisit pada dua atau lebih area kognitif
- 5 -
-
7/28/2019 PBL Blok 13 RA
6/20
Tidak ada gangguan kesadaran
Awitan antara umur 40 dan 90,umunya setelah umur 65 tahun
Tidak adanya kelainan sistemik atau penyakit otak lain yang dapat
menyebabkan defisit progresif pada memori dan kognitif
Diagnosis probable penyakit Alzheimer didukung oleh:
Penurunan progresif fungsi kognitif spesifik seperti afasia,apraksia,dan
agnosia.
Gangguan aktivitas hidup sehari-hari dan perubahan pola perilaku.
Riwayat keluarga dengan gangguan yang sama,terutama bila sudah
dikonfirmasi secara neuropatologi.
Hasil laboratorium yang menunjukkan.
Pungsi lumbal yang normal yang dievaluasi dengan teknik standar.
Pola normal atau perubahan yang nonspesifik pada EEG,seperti
peningkatan akivitas slow-wave.
Bukti adanya atrofi otak pada pemeriksaan CT yang progresif dan
terdokumentasi oleh pemeriksaan serial.
Gambaran klinis lain yang konsisten dengan diagnosis probable penyakit
Alzheimer,setelah mengeksklusi penyebab demensia selain penyakit Alzheimer:
Perjalanan penyakit yang progresif namun lambat (plateau).
Gejala-gejala yang berhubungan seperti depresi ,insomnia, inkontinensia,
delusi,halusinasi,verbal katastrofik,emosional,gangguan seksual,dan
penurunan berat badan.
Abnormalitas neurologis pada beberapa pasien,terutama pada penyakit
tahap lanjut,seperti peningkatan tonus otot,mioklunus,dan gangguan
melangkah.
Kejang pada penyakit yang lanjut.
Pemeriksaan CT normal untuk usianya.
Gambaran yang membuat diagnosis probable penyakit Alzheimer menjadi tidak
cocok adalah:
Onset yang mendadak dana polectic.
Terdapat defisit neurologis fokal seperti hemiparesis,gangguan sensorik,defisit lapang pandang, dan inkoordinasi pada tahap awal penyakit dan
- 6 -
-
7/28/2019 PBL Blok 13 RA
7/20
kehang atau gangguan melangkah pada saat awitan atau tahap awal
perjalanan penyakit.
Diagnosis possible penyakit Alzheimer:
Dibuat berdasarkan adanya sindrom demensia,tanpa adanya gangguan
demensia,dan neurologis psikiatrik,atau sistemik lain yang dapat
menyebabkan adannya variasi pada awitan,gejala klinis,atau perjalanan
penyakit.
Dibuat berdasarkan adanya gangguan otak atau sistemik sekunder yang
cukup untuk menyebabkan demensia,namun penyebab primernya bukan
merupakan penyebab demensia.
Kriteria untuk diagnosis definite penyakit Alzheimer adalah:
Kriteria klinis untuk probable penyakit Alzheimer.
Bukti histopatologi yang didapat dari biopsi atau atutopsi.
Klasifikasi penyakit Alzheimer untuk tujuan penelitian dilakukan bila terdapat
gambaran khusus yang mungkin merupakan subtipe penyakit Alzheimer,seperti:
Banyak anggota keluarga yang mengalami hal yang sama.
Awitan sebelum usia 65 tahun.
Adanya trisomi-21
Terjadi bersamaan dengan kondisi lain yang relevan seperti penyakit
Parkinson.2,4
1.5.1 Demensia
Demensia merupakan masalah besar dan serius yang dihadap oleh negara
negara maju, dan telah pula menjadi masalah kesehatan yang mulai muncul di negara
negara berkembang seperti Indonesia. Hal ini disebabkan oleh makin
mengemukannya penyakit penyaktit degeneratif (yang beberapa diantaranya
merupakan faktor resiko timbulnya demensia ) serta makin eningkatnya usia harapan
hdup hampir di seluruh belahan dunia. Studi prevalensi menunjukkan bahwa di
Amerika Serikat, pada populasi di atas umur 65 tahun, persentase orang dengan
penyakit alzheimer (penyebab terbesar demensia) meningkat dua kali lipat.
- 7 -
-
7/28/2019 PBL Blok 13 RA
8/20
Demensia Usia Lanjut. Hal yang menarik dari gejala penderita demensia adalah
adanya perubahan kepribadian dan tingkah laku sehingga mempengaruhi aktivitas
sehari-hari. Penderita yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah Lansia dengan usia
enam puluh lima tahun keatas. Lansia penderita demensia tidak memperlihatkan
gejala yang menonjol pada tahap awal, mereka sebagaimana Lansia pada umumnya
mengalami proses penuaan dan degeneratif. Kejanggalan awal dirasakan oleh
penderita itu sendiri, mereka sulit mengingat nama cucu mereka atau lupa meletakkan
suatu barang. Mereka sering kali menutup-nutupi hal tersebut dan meyakinkan diri
sendiri bahwa itu adalah hal yang biasa pada usia mereka. Kejanggalan berikutnya
mulai dirasakan oleh orang-orang terdekat yang tinggal bersama, mereka merasa
khawatir terhadap penurunan daya ingat yang semakin menjadi, namun sekali lagi
keluarga merasa bahwa mungkin Lansia kelelahan dan perlu lebih banyak istirahat.
Mereka belum mencurigai adanya sebuah masalah besar di balik penurunan daya
ingat yang dialami oleh orang tua mereka. 1,4
Gejala demensia berikutnya yang muncul biasanya berupa depresi pada
Lansia, mereka menjaga jarak dengan lingkungan dan lebih sensitif. Kondisi seperti
ini dapat saja diikuti oleh munculnya penyakit lain dan biasanya akan memperparah
kondisi Lansia. Pada saat ini mungkin saja Lansia menjadi sangat ketakutan bahkansampai berhalusinasi. Di sinilah keluarga membawa Lansia penderita demensia ke
rumah sakit di mana demensia bukanlah menjadi hal utama fokus pemeriksaan.
Seringkali demensia luput dari pemeriksaan dan tidak terkaji oleh tim kesehatan.
Tidak semua tenaga kesehatan memiliki kemampuan untuk dapat mengkaji dan
mengenali gejala demensia. Mengkaji dan mendiagnosa demensia bukanlah hal yang
mudah dan cepat, perlu waktu yang panjang sebelum memastikan seseorang positif
menderita demensia. Setidaknya ada lima jenis pemeriksaan penting yang harus
dilakukan, mulai dari pengkajian latar belakang individu, pemeriksaan fisik,
pengkajian syaraf, pengkajian status mental dan sebagai penunjang perlu dilakukan
juga tes laboratorium. 1,4
Pada tahap lanjut demensia memunculkan perubahan tingkah laku yang
semakin mengkhawatirkan, sehingga perlu sekali bagi keluarga memahami dengan
baik perubahan tingkah laku yang dialami oleh Lansia penderita demensia.
Pemahaman perubahan tingkah laku pada demensia dapat memunculkan sikap empati
yang sangat dibutuhkan oleh para anggota keluarga yang harus dengan sabar merawat
- 8 -
-
7/28/2019 PBL Blok 13 RA
9/20
mereka. Perubahan tingkah laku (Behavioral symptom) yang dapat terjadi pada
Lansia penderita demensia di antaranya adalah delusi, halusinasi, depresi, kerusakan
fungsi tubuh, cemas, disorientasi spasial, ketidakmampuan melakukan tindakan yang
berarti, tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri, melawan, marah,
agitasi, apatis, dan kabur dari tempat tinggal. 1,4
1.5.2 Penyakit Pick
Penyakit pick atau dimensia frontotemporal dapat mencapai 25% dari seluruh
demensia presinilis yang disebabkan oleh atrofi otak. Penyakit ini terutama timbul
antara usia 45 sampai 65 tahun. Setengahnya diturunkan(dominan autosomal,
kromosom 17, lengan panjang). Terdapat atrofi kortikal fokal disertai astrositosis dan
badan inklus intraneural (badan pick) pada sel-sel piramidalis yang masih
normal.disinhibisi (diantaranya kekeraan), apati dan sedikit berbicara dengan
keterampilan yang berhubungan ruang serta ingatan yang relatif normal bisa
membantu untuk membedakan secara klinis penyakit ini dengan demensia
Alzheimer.6
1.53 Penyakit Amnesis
Etiologi. Amnesia adalah suatu kondisi yang mengacu pada hilangnyamemori, seperti kejadian, informasi dan berbagai pengalaman. Sebenarnya para
penderita amnesia, atau kerap disebut amnestic syndrom, biasanya sulit menyerap
informasi baru dan membangun memori baru.amnesia bisa disebabkan rusaknya pada
area otakyang biasa digunakan untuk proses mengingat.6
1.6 Differential Diagnosis
Penurunan fungsi kognitif adalah menurun atau hilangnya daya mengingat,
daya menilai (intelektualitas), ketrampilan sosial (berbahasa, merawat diri, kecakapan
khusus dsb.), dan reaksi emosi. Penderita demensia memang tampak sehat namun
fungsi otak sebenarnya tidak lagi bekerja dengan baik. Sedang gangguan kognitif
ringan, menurut para ahli disebut Mild Cognitive Impairment (MCI). Gangguan
kognitif ini merupakan fase peralihan antara menua normal dengan demensia. Pada
fase ini, seseorang mempunyai keluhan penurunan fungsi memori yang mulai
mengganggu kehidupannya, namun aktivitas sehari-hari masih sanggup
dilaksanakannya. Secara umum fungsi kognitifnya masih baik, baik dari segi daya
- 9 -
-
7/28/2019 PBL Blok 13 RA
10/20
nalar, penilaian, ketrampilan sosial, maupun berbahasa, sehingga belum dapat
dikatakan menderita demensia (pikun). Jika pada pemeriksaan didapati penurunan
fungsi memori dari yang semestinya untuk usianya, maka kondisi MCI bukan
fenomena yang normal. Sebagian dapat berkembang menjadi demensia dan sebagian
lagi dapat menetap. Oleh karena itu, penyandang MCI sebaiknya dievaluasi fungsi
kognitifnya secara berkala. Dengan pemeriksaan berkala diharapkan dapat dipantau
perkembangannya sehingga dapat diketahui lebih dini bila ada tanda-tanda ke arah
demensia. Pada usia lanjut, dengan adanya penambahan usia keluhan mudah lupa
secara subyektif dianggap wajar. Tidak terjadi adanya gangguan kognitif yang
mengarah kepada demensia. Kondisi pra demensia ditandai dengan adanya gangguan
kognitif pada usia lanjut dengan ciri mudah lupa yang makin nyata dan mudah
dikenali, terutama oleh orang dekat. Mudah lupa masih dianggap sebagai unsur
subyektif dan obyektif meski ditemukan kinerja kognitif yang merendah, namun
belum ada tanda-tanda demensia. Jika terjadi berbagai jenis gangguan kognitif,
terutama pada lanjut usia seperti mudah lupa yang konsisten, maka tanda-tanda
demensia mulai muncul. Disorientasi terutama dalam hal waktu, gangguan pada
kemampuan memberi pendapat dan pemecahan masalah, gangguan dalam
bermasyarakat, gangguan aktivitas di rumah dan minat intelektual, serta gangguan
dalam pemeliharaan diri mulai muncul secara jelas. Pemberian obat anti demensia
pada fase demensia dini --dengan konsultasi pada dokter-- akan lebih jelas
manfaatnya dibandingkan demensia fase berat. 2,4
1.6.2 Sindrom delirium
Etiologi. Gangguan metabolime oksidatif otak yang dikaitkan dengan
hipoksia dan hipoglikemia. Faktor lain antara lain meningkatnya sitoksin otak
pada penyakit akut.
Gejala yang dapat dijumpai antara lain gangguan kongnitif global berupa
gangguan memori, gangguan persepsi atau gangguan proses pikir.
Yang membedakan dari demensia adalah perhatiannya sangat terganggu, pasien tidak
mampu mempertahankan konsentrasi maupun perhatiannya pada suatu topik
pembicaraan misalnya. Tanda yang dapat diamati antara lain terdapatnya gangguan
atensi( mengurutkan hari dalam seminggu, bulan dalam setahun atau mengeja balik
kata.2
1.7 Etiologi
- 10 -
-
7/28/2019 PBL Blok 13 RA
11/20
Faktor resikonya adalah :
Bertambahnya usia
Trauma kepala
Sindrom down
Kerentanan genetik
Riwayat keluarga bisa didapat pada 30%-50% kasus. Bentuk familial yang
jarang berupa Alzheimer dengan onset di usia muda diturunkan dengan pola dominan
autosomal yang terbukti berhubungan dengan kromosom 21 dan pada sebagian kasus,
dengan kromosom 14.4
Penyebab yang pasti belum diketahui. Beberapa alternatif penyebab yang telah
dihipotesa adalah intoksikasi logam, gangguan fungsi imunitas, infeksi virus, polusi
udara/industri, trauma, neurotransmiter, defisit formasi sel-sel filament, presdiposisi
heriditer. Dasar kelainan patologi penyakit alzheimer terdiri dari degenerasi neuronal,
kematian daerah spesifik jaringan otak yang mengakibatkan gangguan fungsi kognitif
dengan penurunan daya ingat secara progresif. Adanya defisiensi faktor pertumbuhan
atau asam amino dapat berperan dalam kematian selektif neuron. Kemungkinan sel-
sel tersebut mengalami degenerasi yang diakibatkan oleh adanya peningkatan calsium
intraseluler, kegagalan metabolisme energi, adanya formasi radikal bebas atauterdapatnya produksi protein abnormal yang non spesifik. Penyakit alzheimer adalah
penyakit genetika, tetapi beberapa penelitian telah membuktikan bahwa peran faktor
genetika, tetapi beberapa penelitian telah membuktikan bahwa peran faktor non-
genetika (lingkungan) juga ikut terlibat, dimana faktor lingkungan hanya sebagai
pencetus faktor genetika.4
1.8 Epidemiologi
Insidensi demensia meningkat secara bermakna seiring meningkatnya usia.
Setelah usia 65 tahun, prevalensi demensia meningkat dua kali lipat setiap
pertumbuhan usia lima tahun. Secara keseluruhan prevalensi demensia pada
populasi berusia lebih dari 60 tahun adalah 5,6%. Penyebab tersering demensia
di Amerika Serikat dan Eropa adalah penyakit Alzheimer,sedangkan di Asia
diperkirakan demensia vaskular.1 Dari seluruh penuduk sentenarian di
Jepang,70% mengalami demensia dengan 76%-nya menderita penyakit
Alzheimer. Berbagai penelitian menunjukkan laju insidensi penyakit Alzheimer
- 11 -
-
7/28/2019 PBL Blok 13 RA
12/20
meningkat secara eksponensial seiring bertambahnya umur,walaupun terjadi
penurunan insidensi pada usia 95 tahun yang diduga karena jumlah subyek di
atas usia 90 tahun.Proporsi perempuan yang mengalami penyakit Alzheimer
lebih tinggi dibandingkan laki-laki (sekitar 2/3 pasien adalah perempuan). Hal
ini disebabkan perempuan memiliki harapan hidup lebih baik dan bukan karena
perempuan lebih mudah menderita penyakit ini. Tingkat pendidikan yang rendah
juga disebutkan berhubungan dengan risiko terjadinya penyakit Alzheimer.
Faktor-faktor risiko lain yang dari berbagai penelitian diketahui berhubungan
dengan penyakit Alzheimer adalah hiperetensi,diabetes melitus, dislipidemia,
berbagai faktor risiko timbulnya aterosklerosis dan gangguan
sirkulasi pembuluh darah otak.Mutasi beberapa gen familial penyakit Alzheimer
pada kromosom 21,koromosim 14,dan kromosom 1 ditemukan pada kurang dari
5% pasien dengan penyakit Alzheimer. Sementara riwayat keluarga dan
munculnya alel e4 dari Apolipoprotein E pada lebih dari 30% pasien dengan
penyakit ini mengindikasikan adanya faktor genetik yang berperan pada
munculnya penyakit ini. Seseorang dengan riwayat keluarga pada anggota
keluarga tingkat pertama mempunyai risiko dua sampai tiga kali menderita
penyakit Alzheimer,walaupun sebagaian besar pasien tidak mempunyai riwayat
keluarga yang positif. Walaupun alel e4 Apo E bukan penyebab timbulnya
demensia namun munculnya alel ini merupakan faktor utama yang
mempermudah seseorang menderita penyakit Alzheimer.1
1.9 Patofisiologis
Komponen utama penyakit alzheimer adalah plak senilis dan neuritik,
neurofibrillary tangles, hilangnya neuron/ sinaps, degenerasi granulovakular, dan
Hirano bodies. Plak neuritik mengandung b-amyloid ekstraselular yang
dikelilingi neuritis distrofik, sementara olak difus adalah istilah yang kadang
digunakan untuk deposisi amyloid tanpa abnormalitas neuron. Deteksi adanya
Apo E di dalam plak b-amyloid dan studi mengenai ikatan high-avidity antara
Apo E dengan b-amylodi menunjukkan bukti hubungan antara amyloidogenesis
dan Apo E. Plak neuritik juga mengandung protein komplemen, mikroglia yang
teraktivasi,sitokin-sitokin, dan protein fase-akut,sehingga komponen inflamasi
juga diduga ter libat pada patogenesis penyakit Alzheimer. Gen yang mengkode
- 12 -
-
7/28/2019 PBL Blok 13 RA
13/20
kromosom 21, menunjukkan hubungan potensial patologi penyakit Alzheimer
dengan sindrom Down yang diderita oleh semua pasien penyakit Alzheimer
uang muncul pada usia 40 tahun. Pada gambar 1 dapat dilihat bagaimana
pembentukan amyloid merupakan pencetus berbagai proses sekunder yang
terlibat pada patogenesis penyakit Alzheimer (hipotesis kaskade amyloid)
Berbagai mekanisme yang terlibat pada patogenesis tersebut bila dapat
dimodifikasi dengan obat yang tepat diharapkan dapat mempengaruhi perjalanan
penyakit Alzheimer. Adanya dan jumlah plak senilis adalah satu gambaran
patologis utama yang penting untuk diagnosis penyakit Alzheimer. Sebenarnya
jumlah plak meningkat seiring usia dan plak ini juga muncul di jaringan otak
orang usia lanjut yang tidak demensia. Juga dilaporkan bahwa satu dari tiga
orang berusia 85 tahun yang tidak demensia mempunyai deposisi amyloid yang
cukup di korteks serebri untuk memenuhi kriteria diagnosis penyakit Alzheimer,
namun apakah ini mencerminkan fase preklinik dari penyakit masih belum
diketahui. Lewy body adalah cytoplasmic inclusion intraneuron yang terwarnai
dengan periodic acid-Schiff (PAS) dan ubiquitin, yang terdiri dari neurofilamen
lurus sepanjang 7 sampai 20nm yang dikelilingi material amorfik. Lewy body
dikenali melalui antigen terhadap protein neurofilamen yang terfosforilasi
maupun yang tidak terfosforilasi, ubiquitin, dan protein presinap yang disebut -
synuclein. Jika pada seorang demensia tidak ditemukan gambaran patologik
selain adanya Lewy body maka kondisi ini disebut diffuse Lewy body
disease,semntara bila ditemukan juga plak amyloid dan neurofibrillary tangles
maka disebut varian Lewy body dari penyakit Alzheimer. Defisit
neurotransmiter utama pada penyakit Alzheimer, juga pada demensia tipe lain,
adalah sistem kolinergik. Walaupun sistem noradrenergik dan serotonin,
somatostatin-like reactivity, dan corticotropin-releasing factor juga berpengaruh
pada penyakit Alzheimer, defisit asetilkolin tetap menjadi proses utama
penyakit dan menjadi target sebagian besar terapi yang tersedia saat ini untuk
penyakit Alzheimer.1
2.0 Gejala Klinis
- 13 -
-
7/28/2019 PBL Blok 13 RA
14/20
Penderita Alzheimer akan mengalami kesulitan untuk berkomunikasi, belajar,
berpikir dan memberikan pendapat, sehingga menggangg pekerjaan, aktivitas sosial
dan aktivitas dalam rumah tangganya. Gejala dari Alzheimer antara lain:
Kehilangan memori
Salah satu gejala awal demensia adalah mudah lupa pada informasi yang baru
saja. Dipelajari atau diperoleh. Makin lama penderita akan mengalami penurunan
daya ingat yang makin berat. Kesulitan untuk melakukan aktivitas sehari-hari
penderita akan mengalami kesulitan untuk merencanakan dan menyelesaikan aktivitas
sehari-hari. Kadang penderita dapat memulai suatu kegiatan, tetapi ia akan mengalami
kesulitan untuk menyelesaikan kegiatan tersebut.7
Kesulitan dengan bahasa
Penderita sering melupakan kata-kata, baik kata-kata subtitusi maupun kata-
kata yang sederhana, sehingga sulit untuk mengerti perkataan dan tulisan yang dibuat
oleh penderita.7
Disorientasi waktu dan tempat
Penderita Alzheimer sering ditemukan tersesat di lungkungan sekitar rumah, lupa
Bagaimana dan kapan mereka bisa ada di suatu tempat, dan tidak tahu jalan untuk
kembali ke rumah.7
Kesulitan dalam berpikir abstrak
Penderita akan mengalami kesulitan dalam melakukan tugas mental yang
kompleks, seperti mengerjakan tugas matematika yang sederhana.7
Perubahan mood dan perilaku
Penderita Alzheimer sering mengalami perubahan mood yang tiba-tiba tanpa
sebab yang jelas.7
Perubahan kepribadian
Perubahan kepribadian pada penderita terjadi dengan sangat dramatis. Penderita akan
sering merasa kebingungan, mudah curiga, sering merasa takut, dan sangat tergantung
pada anggota keluarga yang lain.7
Karakteristik dementia pada Alzheimer:
Predementia
- 14 -
-
7/28/2019 PBL Blok 13 RA
15/20
- Gangguan kognitif ringan -8 tahun sebelum diagnosis ditegakkan
- Defisit memori
- Apatis
Demensia onset awal
- gangguan learning & memori
- Gangguan bahasa, kosakata & kata, kemampuan bahasa oral & tulisan
- Gangguan persepsi (agnosia)
- Gangguan gerakan (apraxia)
- Terlihat bodoh
- Kurang inisiasi untuk melakukan aktivitas4
Dementia moderat
- Deteriorasi progresif
- Tidak mampu membaca & menulis
- Gangguan long-term memory
- Subtitusi penggunaan kata (parafasia)
- Misidentifikasi
- Labil
- Mudah marah
- Delusi
- Inkontinen system urinaria 4
Dementia tahap lanjut (advanced)
- Tidak dapat mengurus diri secara
- Kehilangan kemampuan verbal total
- Agresif
- Apatis ekstrim
- Deteriorasi massa otot & mobilitas
- Kehilangan kemampuan untuk makan. 4
Berdasarkan stadium:- Stadium I(lama penyakit 1-3 tahun)
- 15 -
-
7/28/2019 PBL Blok 13 RA
16/20
Memori : defek daya ingat baru (leaning), gangguan recall ringan
Kemampuan Visuospatial : disorientasi topografi, tidak mampu membentuk
komplex
Bahasa : sulit membentuk kata baru, anomia
Personalitas : indiferens,kadang-kadang mudah marah
Manifestasi psikiatri: sedih atau beberapa delusi
Sistem motorik : normal
EEG : normal
CT/MRI : normal
PET/SPECT : bilateral posterior hypometabolism/hyperfusion.4
-Stadium II (lama penyakit 3-10 tahun)
Memori : daya ingat baru (leaning) & gangguan recall berat
Kemampuan Visuospatial: disorientasi spasial, poor contructions
Bahasa : fluent aphasia
kalkulasi : akalkulation
Personality : indiferens & mudah marah
Manifestasi psikiatri: delusi
Sistem motorik: restlessness, pacing
EEG : slow background rhythm
CT/MRI : normal or ventricular and sulcal enlargeent
PET/SPECT : bilateral parietal and frontal hypometabolism/hyperfusion.4
- Stadium III (lama penyakit 8-12 tahun)
Intelectual function : severely deteriorated
Motor system : limb rigidity and flexion poeture
Sphincter control : urinary and fecal
EEG : diffusely slow
CT/MRI : ventricular and sulcal enlargeent
PET/SPECT : bilateral parietal and frontal hypometabolism/hyperfusion.4
2.1 Penatalaksaan
Penyakit Alzheimer tidak dapat disembuhkan dan belum ada obat yang
terbukti tinggiefektivitasnya. Selain mengatasi gejala perubahan tingkah laku
- 16 -
-
7/28/2019 PBL Blok 13 RA
17/20
dan membangun rapport dengan pasien,anggota keluarga,dan pramuwerdha,
saat ini fokus pengobatan adalah pada defisit sistem kolinergik. Kolinesterase
inhibitor. Tacrine (tetrahydroaminoacridine), donepezil, rivastigmin, dan
galantamin adalah kolinesterasi inhibitor yang telah disetujui U.S Food and
Drug Administration (FDA) untuk pengobatan penyakit Alzheimer. Efek
farmakologik obat-obatan ini adalah dengan menghambat enzim kolinesterase,
dengan meningkatnya kadar asetilkolin di jaringan otak. Dari keempat obat
tersebut, tacrine saat ini jarang digunakan karena efek sampingnya ke organ hati
(hepatotoksik).2
Donepezil dimulai pada dosis 5mg perhari,dan dosis dinaikkan menjadi
10 mg perhari setelah satu bulan pemakaian. Dosis rivastagmin dinaikkan dari
15 mg dua kali perhari menjadi 3mg dua kali perhari, kemudian 4,5 mg dua kali
perhari, sampai dosis maksimal 6mg dua kali sehari. Dosis dapat dinaikkan pada
interval antara satu sampai empat minggu; efek samping umumnya lebih
minimal bila peningkatan dosisnya dilakukan lebih lama. Sementara galantamin
diberikan dengan dosis awal 4 mg dua kali perhari,untuk dinaikkan menjadi 8
mg dua kali perhari dan kemudian 12 mg perhari. Seperti rivastigmin, interval
peningkatan dosis yang lebih lama akan meminimalkan efek samping yangterjadi. Dosis harian efektif untuk masing-masing obat adalah 5 sampai 10 mg
untuk donepezil, 6 sampai 12 mg untuk rivastigmin, dan 16 sampai 24 mg untuk
galantamin. Efek samping yang dapat timbul pada pemakaian obat-obatan
kolinesterase inhibitor ini antara lain adalah mual, muntah, dan diare dapat pula
timbul penurunan berat badan, insomnia, mimpi abnormal, kram otot,
bradikardia, sinkop, dan fatig. Efek-efek samping tersebut umumnya muncul
saat awal terapi dapat dikurangi bila interval peningkatan dosisnya diperpanjang
dan dosis rumatan diminimalkan. Efek samping pada gastrointestinal juga dapat
diminimalkan bila obat-obat tersebut diberikan bersamaan dengan makan.
Penggunaan bersama-sama lebih dari satu kolinesterase inhibitor pada saat yang
bersamaan belum pernah diteliti dan tidak dianjurkan. Kolinesterase inhibitor
umumnya digunakan bersama- sama dengan memantin dan vitamin E. 2
Antioksidan yang telah diteliti dan memberikan hasil yang cukup baik
adalah alfa tokoferol (vitamin E). Pemberian vitamin E pada satu penelitian
dapat memperlambat progresi penyakit Alzheimer menjadi lebih berat. Vitamin
- 17 -
-
7/28/2019 PBL Blok 13 RA
18/20
E telah banyak digunakan sebagai terapi tambahan pada pasien dengan penyakit
Alzheimer dan demensia tipe lain karena harganya murah dan dianggap aman.
Dengan mempertimbangkan stres oksidatif sebagai salah satu dasar proses
menua yang terlibat pada patofisiologi penyakit Alzheimer,ditambah hasil yang
didapat pada beberapa studi epidemiologis,vitamin E bahkan digunakan sebagai
pencegahan primer demensia pada individu dengan fungsi kognitif normal. 2
Namun suatu studi terakhir gagal membuktikan perbedaan efek terapi
antara vitamin E sebagai obat tunggal dan plasebo terhadap pencegahan
penurunan fungsi kognitif pada pasien-pasien dengan gangguan fungsi kognitif
ringan. Efek terapi vitamin E pada pasien demensia maupun gangguan kognitif
ringan tampaknya hanya bermanfaat bila dikombinasikan dengan kolinesterase
inhibitor.2
Memantin. Obat yang saat ini juga telah disetujui oleh FDA sebagai
terapi pada demensia sedang dan berat adalah memantin,suatu antagonis N-
metil-D - aspartat. Efek terapinya diduga adalah melalui pengaruhnya pada
glutaminergic excitotoxicity dan fungsi neuron di hipokampus. Bila memantin
ditambahkan pada pasien Alzheimer yang telah mendapat kolinesterase inhibitor
dosis tetap, didapatkan perbaikan fungsi kognitif,berkurangnya penurunan status
fungsional dan berkurangnya gejala perubahan perilaku baru bila dibandingkan
penambahan placebo. Dengan adanya bukti bahwa proses inflamasi pada
jaringan otak terlibat pada patogenesis timbulnya penyakit Alzheimer, maka
beberapa penelitian mencoba mendapatkan manfaat obat-obat antiinflamasi baik
dalam hal pencegahan maupun terapi demensia Alzheimer. Hasil negatif (tidak
berbeda dengan plasebo) ditunjukkan baik pada prednison,refocoxib,maupun
naproxen,sehingga sampai saat ini tidak ada data yang mendukung penggunaan
obat antiinflamasi dalam pengelolaan pasien demensia. Selain itu, walaupun
beberapa studi epidemiologik menduga bahwa terapi sulih-estrogen mungkin
dapat mengurangi insidensi demensia, namun penelitian klinis menunjukkan
ternyata tidak ada manfaatnya pada perempuan menopause. Beberapa obat lain
yang dari beberapa studi pendahuluan nampaknya punya potensi untuk dapat
digunakan sebagai pencegahan dan pengobatan demensia diantaranya ginko
biloba,huperzin A(kolinesterase inhibitor),imunisasi/vaksinas terhadap
penyakit ayloid,dan beberapa pendekatan yang bersifat neuroprotektif.2
- 18 -
-
7/28/2019 PBL Blok 13 RA
19/20
2.2 Komplikasi
Malnutrisi
Infeksi
Kematian.3
2.3 Pencegahan
Cara mencegah Alzheimer antara lain :
Makan makanan yang bergizi seperti mkakanan yang kaya dengan vitamin E,
asam lemak n-3, serta lemak tidak jenuh dan tidak terhidrogenisasi.
Sering melakukan latihan fisik dan berolahraga
Beberapa obat lain dapat digunakan sebagai pencegahan antara lain ginko
biloba, hipurzin A(suatu kolinesterase inhibitor), imunisasi/ vaksinasi terhadap
amyloid, dan beberapa pendekatan yang bersifat neuroprotektif.
Selalu berpikiran positif.
Menjaga pola hidup seperti tidak merokok.2,3
2.4 Prognosis
Dari pemeriksaan klinis penderita probable alzheimer menunjukkan bahwanilai prognostik tergantung pada 3 faktor yaitu:
1. Derajat beratnya penyakit
2. Variabilitas gambaran klinis
3. Perbedaan individual seperti usia, keluarga demensia dan jenis kelamin.
Ketiga faktor ini diuji secara statistik, ternyata faktor pertama yang paling
mempengaruhi prognostik penderita alzheimer. Pasien dengan penyakit alzheimer
mempunyai angka harapan hidup rata-rata 4-10 tahun sesudah diagnosis dan biasanya
meninggal dunia akibat infeksi sekunder.6
- 19 -
-
7/28/2019 PBL Blok 13 RA
20/20
2.5 Kesimpulan
Penyakit Alzheimer adalah salah satu penyebab terjadinya dimensia. Penyakit
Alzheimer ditegakkan melalui pemeriksaan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
teliti, serta didukung oleh pemeriksaan penunjang yang tepat karena sangat sukar di
diagnosa hanya berasarkan gejala gejala klinik tanpa dikonfirmasikan pemeriksaan
lainnya seperti neuropatologi, MRI. Sampai saat ini penyebab yang pasti belum
diketahui, tetapi faktor genetik sangat menentukan (riwayat keluarga), sedangkan
faktor lingkungan hanya sebagai pencetus ekspresi genetik Penyakit Alzheimer tidak
dapat disembuhkan dan belum ada obat yang terbukti tinggi efektivitasnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Abdurrahman N, et al. Penuntun anamnesis dan pemeriksaan fisis. Cetakan
ke-3. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2005. h. 45-7.
2. Sudoyo AW, et al. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid III. Ed 5. Jakarta:
Interna Publishing; 2009. h.837-44.
3. Rubenstein D, wayne D, bradley J.Kedokteran klinis. Ed 6. Jakarta:
Erlangga;2003. h. 95-8.
4. Sacher RA, Mcpherson RA. Tinjauan klinis hasil pemeriksaan laboratorium.
Ed 6. Jakarta: EGC; 2002.h. 451-53.
5. Fratiglioni L. Clinical diagnosis of alzheimer disease and other dementia in
population survey. Arc.Neurol; 2003.
6. Mansjoer A, et al. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid1. Ed 3. Jakarta: Fakultas
Kedokteran UI; 2002. h. 427-9.
7. Papalia DE, Olds SW, Feldman RD. Human Development. Jilid 2. Ed 10.
Jakarta;2009. h. 365-70.