pbl 28

14
Penglihatan Kabur akibat Pekerjaan Problem Based Learning Blok 28 Oleh: Richard Antonius 102010035 C1 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta Oktober, 2013

description

pbl 28

Transcript of pbl 28

Penglihatan Kabur akibat PekerjaanProblem Based Learning Blok 28

Oleh:

Richard Antonius102010035C1Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta

Oktober, 2013Penglihatan Kabur akibat PekerjaanRichard AntoniusMahasiswa Angkatan 2010

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail: [email protected]___________________________________________________________________________Pendahuluan

Bekerja untuk mencari nafkah merupakan kewajiban setiap manusia untuk bertahan hidup. Kegiatan bekerja setiap hari sebagai rutinitas mengakibatkan paparan tertentu yang sama terekspos berulang-ulang ke tubuh manusia. Hal ini dapat mengakibatkan gangguan pada kesehatan. Jika hanya terapapar sedikit atau jarang, mungkin faktor-faktor tidak menimbulkan gejala dan masalah. Tetapi karena setiap hari terpapar sehingga menumpuk dan menimbulkan kelainan.

Pada kasus kali ini, Ny CT yang merupakan seorang penjual mie ayam memiliki keluhan penglihatan yang berkurang pada matanya yang sebelah kiri. Untuk itu, kita perlu menyelidiki faktor penyebab dan hal-hal yang memungkinkan menimbulkan kelainan ini dan menetapkan diagnosa kerja nya.

Setelah menetapkan diagnosa, kita sebagai dokter seharusnya tidak berhenti sampai situ saja. Apalagi jika terjadi riwayat rekurensi penyakit yang sama. Untuk itu, penyelidikan harus dilakukan untuk tahu apakah itu penyakit akibat kerja, genetik atau yang lainnya.

Pada makalah kali ini, akan dibahas faktor-faktor pajanan apa saja dan hubungannya antara pekerjaan, faktor-faktor yang terpapar dan kondisi individu terhadap penyakit pasien yaitu Ny CT.

AnamnesisAda 2 jenis anamnesis yang umum dilakukan, yakni Autoanamnesis dan Alloanamnesis. Meskipun demikian dalam prakteknya tidak selalu autoanamnesis dapat dilakukan. Pada pasien yang tidak sadar, pasien sangat lemah atau sangat sakit untuk menjawab pertanyaan maka perlu orang lain untuk menceritakan permasalahnnya. Anamnesis yang didapat dari informasi orang lain ini disebut Alloanamnesis. Anamnesis merupakan bagian yang penting dalam menentukan diagnosis penyakit pada pasien. Dalam kasus ini, seorang pasien bernama NY. CT yang berumur 41 tahun datang karena penglihatan mata kanan kabur. Ini merupakan keluhan utama pasien datang ke dokter. Untuk dapat mengetahui diagnosis pasti dari pasien tersebut, seorang dokter harus memperoleh informasi yang lengkap dan akurat pada saat anamnesis.

Hal-hal yang perlu diketahui adalah identitas lengkap pasien, riwayat penyakit sekarang pasien, riwayat penyakit dahulu pasien dan riwayat penyakit keluarga. Dari sini kita mendapatkan informasi bahwa Ny. CT tinggal di cakung dan beliau adalah seorang pedagang mie ayam. Ny CT berdagang di dekat rumahnya dan sudah 15 tahun berdagang. Dalam sehari Ny CT bekerja selama 10 jam.

Untuk riwayat penyakitnya didapatkan informasi yaitu keluhan penglihatan kabur pada mata kanan Ny CT sudah dialami sejak 3 bulan yang lalu. Sebelumnya Ny CT merasakan seperti ada tumbuh daging di mata kanannya. Dahulu belum pernah terjadi seperti ini tetapi Ny CT sering mengalami iritasi pada mata. Daerah tempat Ny CT bekerja terpapar langsung pada debu karena terletak di pinggir jalan dan juga terkena sinar matahari langsung. Ny CT juga mengaku sering kelilipan dan saat itu beliau akan mengucek matanya. Ny CT juga mengatakan bahwa beliau belum memakai obat mata atau menkomsumsi obat oral sebelumnya.

Ketika ditanya tentang riwayat keluarga, pasien mengatakan di keluarganya tidak ada yang mengalami riwayat penyakit seperti ini sebelumnya. Pasien juga tidak memiliki keluhan lain selain di mata kanan nya tersebut.

Pemeriksaan Fisik

Setelah melakukan anamnesis, langkah selanjutnya adalah pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik dilakukan saat pasien datang berobat. Pemeriksaan fisik harus dilakukan secara teliti untuk mendapatkan hasil yang akurat dan optimal.

Pada pemeriksaan fisik yang dilakukan pada Ny CT, didapatkan konjungtiva sebelah kanan keruh sebagian. Pada mata sebelah kanan juga tampak lipatan segitiga fibrosa vaskuler berbentuk segitiga pada sisi nasal dari konjungtiva bulbi yang ujungnya meluas ke kornea sampai ke pupil.

Didapatkan pula kornea mata sebelah kanan sebagian tertutup segitiga dari arah konjungtiva bulbi. Namun, pada pemeriksaan kali ini, iris dan pupil mata sebelah kanan sulti untuk dinilai.

Pada pemeriksaan visus, didapatkan visus mata sebelah kanan 6/9 dan visus untuk mata sebelah kiri 6/6.

Pemeriksaan fisik lainnya yang dilakukan didapatkan hasil dalam batas yang normal.

Working Diagnosis

Pterigium adalah penebalan dan lipatan konjuntiva bulbi yang berbentuk segitiga dengan banyak pembuluh darah atau fibrovaskular. Pterigium merupakan suatu pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang bersifat degeneratif dan invasif. Pertumbuhan ini biasanya terletak pada celah kelopak bagian nasal ataupun temporal konjungtiva yang meluas ke daerah kornea. Pterygium berbentuk segitiga dengan puncak di bagian sentral atau di daerah kornea. Pterigium mudah meradang dan bila terjadi iritasi, maka bagian pterygium akan berwarna merah.1

Keadaan ini sering timbul mengikuti suatu pinguekula atau mungkin pula disebabkan oleh rangsangan debu, cahaya matahari dan angin pada konjuntiva bulbi. Pterigium dapat mengenai kedua mata dengan derajat pertumbuhannya yang berbeda. Bila terdapat pada kedua mata berbagai kombinasi dapat terjadi, yang lebih sering nasal_nasal daripada temporal-temporal. Pterigium dapat menutupi seluruh kornea atau bola mata

Secara histopatologik ditemukan, epitel konjungtiva ireguler, kadang-kadang berubah menjadi epitel berlapis gepeng. Pada puncak pterigium, epitel kornea menaik pada daerah ini membran bowman menghilang. Terdapat degenerasi stroma yang berproliferasi sebagai jaringan granulasi yang penuh pembuluh darah. Degenerasi ini menyebuk ke dalam kornea serta merusak membran Bowman dan stroma kornea bagian atas.

Gejala subyektif dari pterigium yaitu terjadinya kemunduran tajam penglihatan akibat astigmat kornea atau karena pterigium yang telah meluas melewati zona optik. Kriteria diagnosis yaitu pada anamnesis didapatkan riwayat pajanan, gejala dan faktor resiko. Pemeriksaan fisik terdapat masa fibrovaskular berwarna kekuningan sampai merah muda yang berbentuk segitiga pada konjungtiva bulbi di daerah fisura interpalpebralis pada jam 3 atau 9 dengan apek atau kepala melekat pada kornea.Berdasarkan gradasinya, pterigium dibagi menjadi 4 tingkat sebagai berikut:

Grade 1 : Apek pada kornea kurang dari 1,5 mm

Grade 1b: Sama dengan tingkat 1 namun apek lebih lebar

Grade 2: Apek pada kornea berada di antara limbus dan pertengahan jarak limbus ke tepi pupil

Grade 2b: Sama dengan tingkat 2 namun apek lebih lebar

Grade 3: Apek pada kornea berada diantara pertengan jarak limbus ke tepi pupil

Grade 3b: Sama dengan tingkat 3 namun apek lebih lebar

Grade 4: Apek telah melewati tepi pupil Grade 4b: sama dengan tingkat 4 namun apek lebih lebar.2Faktor Pajanan

Untuk menentukan pajanan apa daja yang berpengaruh, kita harus menanyakan atau men survei langsung tempat kerja pasien. Pada kasus kali ini, tempat kerja Ny CT dekat dengan rumahnya sehingga faktor pajanan selama perjalanan dari rumah ke tempat kerja sangat kecil kemungkinannya untuk mempengaruhi kesehatan Ny CT.

Jadi, pada kasus ini akan lebih dibahas pajanan apa saja yang terpapar pada Ny CT pada saat beliau berkerja yaitu pada saat jualan mie ayam.

Yang pertama berpengaruh adalah faktor pajanan fisik. Pada saat jualan di pinggir jalan, ada beberapan faktor fisik yang terpapar pada Ny CT yang dapat menyebabkan penyakit mata yang diderita Ny CT. Pajanan-pajanan fisik tersebut adalah sinar matahari yang menyinari Ny CT secara langsung, lalu angin yang bertiup, dan juga tentunya asap dari kuah panas yang mendidih.

Selanjutnya dari pajanan kimia yaitu debu. Di pinggir jalan, banyak sekali partikel debu yang beterbangan akibat hembusan angin. Partikel debu yang sangat halus ini akan mudah masuk ke dalam mata dan terhirup lewat hidung saat bernafas. Penumpukan debu yang berlebihan dapat menimbulkan berbagai macam penyakit.

Lalu dari faktor biologi yang dapat dianggap pajanan pada kasus kali ini adalah virus dan bakteri. Virus dapat dengan sangat mudah menginfeksi pasien karena lingkungan sekitar tempat Ny CT berdagang merupakan jalan raya sehingga banyak virus yang bersebaran. Sedangkan bakteri, dapat menginfeksi dari air yang kotor seperti air cucian mangkuk yang telah dipakai, dari tangan yang telah memegang uang dari pelanggan, dan beberapa faktor kegiatan lain yang menggunakan tangan.Dari faktor ergonomi, yang dapat mempengaruhi kinerja kesehatan Ny CT adalah keadaan yang memerlukakan Ny CT untuk berdiri lama saat berjualan dan juga melakukan gerakan yang sama berulang-ulang setiap hari seperti merebus mie dan menyiapkan untuk dihidangkan serta mencuci mangkuk-mangkuk setelah dipakai.Kemudian faktor pajanan yang mempengaruhi juga adalah dari psikososial yaitu faktor kelelahan. Kelelahan yang terus menerus terakumulasi dapat membuat seseorang jatuh sakit karena sistem pertahanan tubuh yang menurun saat lelah.

Dari semua faktor pajanan yang telah diketahui, beberapa gangguan kesehatan yang mungkin terjadi dapat diperkirakan. Gangguan kesehatan yang dapat timbul adalah infeksi saluran pernafasan akut, iritasi pada mata seperti conjungtivitis dan pterigium, low back pain, heat stress dan heat exhaustion.

Hubungan Pajanan dengan Penyakit

Menentukan apakah ada hubungan pajanan dengan diagnosisi klinis. Pajanan yang dialami Ny CT yang mungkin menjadi penyebab kelainan matanya seperti iritasi kronik pajanan debu, angin, sinar UVA dan UVB, bahan kimia, kelembaban yang kurang, suhu panas di tempat kerja yang dapat mengakibatkan pterigium.Jumlah Pajanan

Menentukan frekuensi pajanan setiap hari, lama terpajan, masa kerja mempengaruhi jumlah/besar pajanan yang dapat menimbulkan pterigium. Pada kasus Ny CT, pasien terpapar oleh pajanan-pajanan tersebut setiap hari. Sehingga sangat mungkin untuk terjadinya gangguan pada matanya yaitu pterigium.

Peranan Faktor Individu

Faktor individu sedikit banyak mempengaruhi kondisi penyakit seseorang. Untu pterigium umumnya banyak muncul pada usia 20 30 tahun. Namun, faktor individu lainnya yang berperan yaitu riwayat alergi pada mata, infeksi kronik pada mata dan keturunan atau genetic bisa menyebabkan kelainan tersebut. Terlebih lagi peranan dari faktor habitual Ny CT yang sering mengucek matanya bisa menimbulkan kerusakan pada organ penglihatannya.Faktor Lain Diluar Pekerjaan

Pemicu pterygium tidak hanya dari etiologinya saja tetapi terdapat faktor risiko yang mempengaruhinya antara lain faktor usia, jenis kelamin, jenis pterygium, jenis pekerjaan (outdoor atau indoor ). Hobi yang berhubungan dengan iritasi pada mata seperti mengendarai motor, memancing di laut dan sebagainya.Menentukan Diagnosis PAK

Dari 6 langkah diagnosis diatas, maka diagnosis penyakit diatas adalah penyakit akibat hubungan kerja pada mata pterigium.Dimana etiologinya tidak diketahui dengan jelas dan diduga suatu neoplasma radang ataupun degenerasi. Diduga disebabkan iritasi yang terus menerus dari angin, sinar matahari, udara yang panas dan debu.

Ada beberapa teori penyebab terjadinya pterigium diantaranya yaitu, teori bahwa mikrotrauma oleh pasir, debu, angin, inflamasi, bahan iritan lainnya atau kekeringan juga berfungsi sebagai faktor resiko pterygium. Orang yang banyak menghabiskan waktunya dengan melakukan aktivitas di luar ruangan lebih sering mengalami pterygium dan pinguekula dibandingkan dengan orang yang melakukan aktivitas di dalam ruangan. Kelompok masyarakat yang sering terkena pterygium adalah petani, nelayan atau olahragawan (golf) dan tukang kebun dan teori penyinaran sinar ultraviolet. Di mana sinar ultraviolet dapat menyebabkan perubahan histologis sel epitel, jaringan konjungtiva sub mukosa dan destruksi sel stem pada limbus, akibatnya fungsi barier limbus tidak ada sehingga konjungtiva yang mengalami inflamasi dan degenerasi dapat dengan mudah menjalar melewati limbus menuju kornea dan membentuk jaringan pterigium di daerah interpalpebra (celah kelopak) biasanya bagian nasal.3Manfisetasi klinisnya berupa :

Terdapat penebalan selaput bola mata di daerah nasal/temporal melewati limbus Terasa seperti ada benda di kelopak mata Rasa silau bila terkena cahaya dari depan Mata lebih mudah merah bila terkena angin Rasa gatal dan panas Pada stadium lanjut terjadi astigmatism, gangguan tajam penglihatan, diplopia dan mengecilnya lapangan pandang. Pterigium akibat kerja biasanya terjadi pada 1 mata.4Untuk menetapkan diagnosis, pembandingan studi dengan diagnosis banding juga diperlukan. Secara klinis pterigium dapat dibedakan dengan dua keadaan yang sama yaitu pinguecula dan pseudopterigium. Pinguecula sangat umum pada orang dewasa. Keadaanini tampak sebagai nodu kuning pada kedua sisi kornea terutama sisi nasal di daerah aperture palpebrae. Noduli terdiri atas jaringan elastic hialin dan kuning, jarang bertumbuh besar namun sering meradang.

Pseudopterigium merupakan perlekatan konjungtiva dengan kornea yang cacat. Kelainan ini selalu diawali dengan kelainan kornea sebelumnya. Seringnya pseudopterigium terjadi pada proses penyembuhan tukak kornea sehingga konjungtiva menutupi kornea. Letaknya biasanya dekat dengan proses kornea sebelumnya. Pseudopterigium tidak harus terletak pada celah kelopak atau fisura palpebrae, tapi biasanya keadaan ini dapat diselipkan sonde di bawahnya.5Jadi setelah melakukan studi yang lengkap dan bukti-bukti yang akurat, diagnosis pentakit akibat kerja ini dapat ditegakkan. Pada kasus kali ini yaitu pterigium.

Penatalaksanaan

Pengobatan pterigium tergantung keadaan pterigiumnya sendiri. Pada keadaan dini tidak perlu dilakukan pengobatan. Pada keadaan inflamasi, diberikan pengobatan untuk menekan peradangannya, yang umumnya dipakai steroid topikal. Apabila keadaan pterigium sudah lanjut, sehingga mulai mengganggu, maka dilakukan pembedahan. Pterigium dikatakan mengganggu dengan alasan kosmetik atau menimbulkan keluhan-keluhan baik retraktif, maupun sering merah.1-5Setelah pembedahan ada kemungkinan residif, yaitu pterigium tumbuh lagi. Untuk mencegah rsidif dapat dilakukan penyinaran dengan Strontium yang mengeluarkan sinar beta. Apabila residif, pembedahan dapat diulang dengan memperhatikan kornea yang mungkin sudah lebiih tipis.5Pencegahannya

Suatu penelitian case control yang dilakukan di Australia mengungkapkan risikonya 9 kali lebih tinggi bila tidak menggunakan kacamata pelindung dan 2 kali lebih tinggi bila tidak memakai topi. Mengatur suhu ruangan kerja yang optimal, secara rutin meneteskan artificial tears bila diperlukan serta menghilangkan kebiasaan menggosok mata adalah tindakan pencegahan lainnya yang tidak kalah penting.4Kesimpulan

Penyakit yang diderita oleh Ny CT merupakan akibat dari kegiatan sehari-hari nya yaitu berdagang mie ayam di pinggir jalan. Saat berdagang banyak pajanan yang terpapar pada Ny CT yaitu debu, angin dan sinar matahari yang dapat menyebebakan pterigium. Untuk itu, pemakaian alat pelindung diri oleh Ny CT akan sangat membantu untuk mengurangi rekurensi terjadinya penyakit tersebut.Daftar Pustaka1. Ilyas S. Ilmu penyakit mata. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2010.h.116-7.

2. Erry, Mulyani UA, Susilowati D. Distribusi dan karakteristik pterigium di Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan; 2007.h.85-9.3. Erry, Mulyani UA, Susilowati D. Distribusi dan karakteristik pterigium di Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan; 2007.h.85-9.4. Laszuarni. Prevalensi pterigium. Medan: FK USU; 2010.h.5-155. Utama H. Sari ilmu penyakit mata. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 2008. h.62-3