Makalah Pbl 28 Cvs

24
Computer Vision Syndrome Priscila Ratna Suprapto* NIM : 102010262 9 Oktober 2013 Mahasiswa Fakultas kedokteran UKRIDA Pendahuluan Computer vision syndrome atau yang lebih sering dikenal dengan CVS merupakan suatu gejala yang terjadi karena terlalu memfokuskan mata pada layar komputer. Dewasa ini pemakaian komputer semakin meningkat dikarenakan bertambah majunya dunia elektronik yang memudahkan seseorang melakukan pekerjaanya. Sehingga hampir seluruh pekerjaan membutuhkan komputer untuk memenuhi tuntutan kerjanya. Hal inilah yang memicu terjadinya CVS dikalangan pekerja baik kantor,perusahaan maupun pekerja swasta. Pada masalah kali ini yaitu seorang wanita 28th dengan keluhan kedua mata berair yang menghabiskan waktu kerjanya setiap hari di depan komputer merupakan salah satu gejala dari CVS. Dengan adanya makalah ini, pembaca diharapkan mengerti mengenai penanganan masalah CVS serta faktor faktor yang mempengaruhi terjadinya CVS.

Transcript of Makalah Pbl 28 Cvs

Page 1: Makalah Pbl 28 Cvs

Computer Vision Syndrome

Priscila Ratna Suprapto*

NIM : 102010262

9 Oktober 2013Mahasiswa Fakultas kedokteran UKRIDA

Pendahuluan

Computer vision syndrome atau yang lebih sering dikenal dengan CVS merupakan

suatu gejala yang terjadi karena terlalu memfokuskan mata pada layar komputer. Dewasa ini

pemakaian komputer semakin meningkat dikarenakan bertambah majunya dunia elektronik

yang memudahkan seseorang melakukan pekerjaanya. Sehingga hampir seluruh pekerjaan

membutuhkan komputer untuk memenuhi tuntutan kerjanya. Hal inilah yang memicu

terjadinya CVS dikalangan pekerja baik kantor,perusahaan maupun pekerja swasta.

Pada masalah kali ini yaitu seorang wanita 28th dengan keluhan kedua mata berair

yang menghabiskan waktu kerjanya setiap hari di depan komputer merupakan salah satu

gejala dari CVS. Dengan adanya makalah ini, pembaca diharapkan mengerti mengenai

penanganan masalah CVS serta faktor faktor yang mempengaruhi terjadinya CVS.

*Alamat Korespodensi

Priscila Ratna Suprapto

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510.

No. Telp (021-8476756) email: [email protected]

Page 2: Makalah Pbl 28 Cvs

Anamnesis

Hal paling utama yang harus dilakukan oleh seorang dokter adalah anamnesis. Yaitu

menyanyakan keadaan pasien sebelum datang ke rumah sakit (RS). Apa saja keluhan yang

dirasakannya dan dapat menempatkan rasa empati dengan benar, serta mendapatkan

kepercayaan pasien sehingga pasien dapat menceritakan semua yang dirasakannya tanpa

menutup-nutupi apa yang dia alami.

Apabila keadaan pasien tidak memungkinkan untuk diajak berbicara mengenai penyakitnya,

maka anamnesis ini dapat dilakukan oleh orang terdekat atau orang yang mengantarkan

pasien ke tempat praktek atau unit gawat darurat (UGD) yang disebut dengan allo anamnesis.

Sangat penting untuk mendapatkan anamnesis yang akurat, karena dari anamnesis, dokter

dapat mengetahui gejala-gejala yang dialami pasien sehingga dapat mengenali lebih lagi

penyakit apa yang dialami oleh pasien.

Jika kita mencurigai adanya gejala dan keluhan CVS hendaklah kita lakukan anamnesis

dengan baik. Diantaranya kita dapat melakukan anamnesis sebagai berikut.1 Didahului

dengan pencatatan identitas penderita secara lengkap. Wanita 28th yang sebagai pegawai

keuangan atau audit yang menghabiskan waktu selama 8jam di depan layar komputer setiap

harinya selama 5th terakhir. Keluhan utama penderita berupa kedua mata berair, mata pegal

dan penglihatan buram. Saat terjadi keluhan wanita 28th ini menggunakan tetes mata tetapi

gejala yang dirasakan tidak membaik. Wanita ini juga mengaku telah menderita miopia

sebelumnya. Demikian dengan ibu dari wanita tersebut.

Pemeriksaan

1. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan tajam penglihatan1 :

         Lakukan uji penglihatan dalam ruangan yang cukup tenang, tetapi anda dapat

mengendalikan jumlah cahaya.

         Gantungkan kartu Snellen atau kartu E yang sejajar mata responden dengan jarak 6 meter

         Pemeriksaan dimulai dengan mata kanan

         Mata kiri responden ditutup dengan penutup mata atau telapak tangan tanpa menekan

bolamata

Page 3: Makalah Pbl 28 Cvs

         Responden disarankan membaca huruf dari kiri ke kanan setiap baris kartu Snellen atau

memperagakan posisi huruf E pada kartu E  dimulai baris teratas atau huruf yang paling

besar sampai huruf terkecil (baris yang tertera angka 20/20) 

         Penglihatan normal bila responden dapat membaca sampai huruf terkecil 20/20 (tulis

020/020)

         Bila dalam baris tersebut responden dapat membaca atau memperagakan posisi huruf E

kurang dari setengah baris maka yang dicatat ialah baris yang tertera angka di atasnya.

         Bila dalam baris tersebut responden dapat membaca atau memperagakan posisi huruf E

LEBIH dari setengah baris maka yang dicatat ialah baris yang tertera angka tersebut.

Pemeriksaan uji penglihatan dengan hitung jari :

         Bila responden belum dapat melihat huruf teratas atau terbesar dari kartu   Snellen atau

kartu E maka mulai hitung jari pada jarak 3 meter (tulis 03/060).

         Hitung jari 3 meter belum bisa terlihat maka maju 2 meter (tulis 02/060), bila belum

terlihat maju 1 meter (tulis 01/060). Bila belum juga terlihat maka lakukan goyangan

tangan pada jarak 1 meter (tulis 01/300)

         Goyangan tangan belum terlihat maka senter mata responden dan tanyakan apakah

responden dapat melihat sinar senter (jika ya tulis 01/888)

         Bila tidak dapat melihat sinar senter disebut buta total (tulis 00/000)

Selanjutnya, uji fungsi visual, termasuk ketajaman penglihatan jarak dekat dan jarak jauh,

persepsi warna dan penglihatan perifer.

Inspeksi mata1

Setelah melakukan uji penglihatan, lakukan teknik pengkajian inspeksi kelopak mata,

bulu mata, bola mata, dan apartus lakrimal. Inspeksi juga konjungitva, sklera, kornea,

ruang anterior, iris dan pupil.

Inspeksi kelopak mata, bulu mata, dan apartus lakrimal

Kelopak mata harus konsisten dengan corak klien, dengan tanpa oedema atau lesi.

Lipatan palpebra harus simetris dengan tidak ada kelambatan kelopak

Bulu mata harus terdistribusi rata di sepanjang kelopak

Bola mata harus cerah dan jernih

Apartus lakrimal harus tidak mengalami inflamasi, pembengkakan atau air

mata yang berlebihan

Page 4: Makalah Pbl 28 Cvs

Inspeksi konjungtiva1

Periksa konjungtiva palpebra hanya jika anda mencurigai adanya benda asing atau jika

klien mengeluh nyeri kelopak mata. Untuk memeriksa bagian dari konjungtiva ini, minta

klien untuk melihat ke bawah sementara anda menarik dengan perlahan bulu mata tengah

ke depan dan ke atas dengan ibu jari dan jari telunjuk anda.

Sambil memegang bulu mata, tekan tepi tarsal dengan lidi kapas untuk membalikkan

kelopak mata keluar. Teknik ini membutuhkan keterampilan untuk mencegah klien merasa

tidak nyaman. Tahan bulu mata ke arah alis dan periksa konjungtiva, yang seharusnya

berwarna merah muda dan bebas dari pembengkakan.

Untuk mengembalikan kelopak mata ke posisi normalnya, lepaskan bulu mata dan minta

klien untuk melihat ke atas. Jika hal ini tidak membalikan kelopak mata, pegang bulu mata

dan tarik dengan perlhan ke arah depan.

Untuk menginspeksi konjungtiva bulbar, buka kelopak mata dengan perlahang dengan ibu

jari atau jari telunjuk anda. Minta klien untuk melihat ke atas, ke bawah, ke kiri, dan ke

kanan, sementara anda memeriksa keseluruhan kelopak mata bagian bawah.

Inspeksi kornea, ruang anterior, dan iris

Untuk menginspeksi kornea dan ruang anterior, arahkan cahaya senter ke dalam mata

klien dari beberapa sudut sisi. Normalnya, kornea dan ruang anterior bersih dan

transparan. Hitung kedalaman ruang anterior dari samping dengan menggambarkan jarak

antara kornea dengan iris. Iris harus teriluminasi dengan cahay dari samping. Permukaan

kornea normalnya tampak bercahaya dan terang tanpa adanya jaringan parut atau

ketidakteraturan. Pada klien lansia, arkus senilis (cincin abu-abu putih di sekeliling tepi

kornea) merupakan hal yang normal.

Uji sensitivitas korneal, yang menunjukkan keutuhan fungsi saraf kranial V (saraf

trigemeinus) dengan sedikit mengusapkan kapas di permukaan kornea. Kelopak di kedua

mata harus menutup ketika anda menyentuh kornea. Gunakan kapas yang berbeda untuk

setiap mata untuk menghindari kontaminasi silang.

Inspeksi bentuk iris, yang harus tampak datar jika dipandang dari samping, dan juga

warnanya.

Inspeksi pupil

Page 5: Makalah Pbl 28 Cvs

Periksa kesamaan ukuran, bentuk, reaksi terhadap cahaya, dan akomodasi pada pupil

masing-masing mata. Untuk menguji reaksi pupil terhadap cahay, gelapkan ruangan dan

dengan klien menatap lurus ke arah titik yang sudah ditentukan, sorotkan senter dari

samping mata kiri ke tengah pupilnya. Kedua pupil harus berespons; pupil yang menerima

cahaya langsung berkonstriksi secara langsung, sementara pupil yang lain berkonstriksi

secara bersamaan dan secara penuh.

Sekarang uji pupil mata kanan. Pupil harus bereaksi segera, seimbang, dan cepat (dalam 1

sampai 2 detik). Jika hasilnya tidak meyakinkan, tunggu 15 sampai 30 detik dan coba lagi.

Pupil harus bundar dan sama sebelum dan sesudah kelihatan cahaya.

Untuk menguji akomodasi, minta klien menatap objek di seberang ruangan. Normalnya

pupil akan dilatasi. Kemudian minta klien untuk menatap jari telunjuk anda atau pada

pensil yang berjarak 60 cm. Pupil harus berkonstriksi dan mengumpul seimbang pada

objek. Ingat bahwa pada klien lansia, akomodasi dapat berkurang.

Palpasi Mata

Palpasi dengan perlahan adanya pembengkakan dan nyeri tekan pada kelopak mata.

Kemudian, palpasi bola mata dengan menempatkan kedua ujung jari telunjuk di kelopak

mata di atas sklera sementara klien melihat ke bawah. Bola mata harus teras sama keras.

Kemudian, palpasi kantong lakrinal dengan menekankan jari telunjuk pada lingkar orbital

bawah pada sisi yang paling dekat dengan hidung klien. Sambil menekan, observasi

adanya regurgitasi abnormal materi purulen atau air mata yang berlebihan pada punctum,

yang dapat mengindikasikan adanya sumbatan dalam duktus nasolakrimal.

Berdasarkan skenario didapatkan:

Visus OD = 6/21, OS = 6/21 tanpa koreksi

2. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan dengan Oftalmoskopi1

    Untuk melakukan pemeriksaan dengan oftalmoskop, tempatkan klien di ruang yang

digelapkan atau setengah gelap, anda dan klien tidak boleh memakai kacamata

kecuali jika anda sangan miop atau astigmatis. Lensa kontak boleh dipakai oleh

anda atau klien.

Page 6: Makalah Pbl 28 Cvs

    Duduk atau berdiri di depan klien dengan kepala anda berada sekitar 45 cm di

depan dan sekitar 15 derajat ke arah kanan garis penglihatan mata kanan klien.

Pegang oftalmoskop dengan tangan kanan anda dengan apertura penglihat sedekat

mungkin dengan mata kanan anda. Letakkan ibu jari kiri anda di mata kanan klien

untuk mencegah memukul klien dengan oftalmoskop pada saat anda bergerak

mendekat. Jaga agar telunjuk kanan anda tetap berada di selektor lensa untuk

menyesuaikan lensa seperlunya seperti yang ditunjukkan di sini.

    Instruksikan klien untuk melihat lurus pada titik sejajar mata yang sudah ditentukan

di dinding. Instruksikan juga pada klien, bahwa meskipun berkedip selama

pemeriksaan diperbolehkan, mata harus tetap diam. Kemudian, mendekat dari

sudut oblik sekitar 38 cm dan dengan diopter pada angka 0, berfokuslah pada

lingkaran kecil cahaya pada pupil. Cari cahaya oranye kemerahan dari refleks

merah, yang harus tajam dan jelas melewati pupil. Refleks merah menunjukkan

bahwa lensa bebas dari opasitas dan kabut.

     Bergerak mendekat pada klien, ubah lensa dengan jari telunjuk untuk menjaga agar

struktur retinal tetap dalam fokus.

     Ubah diopter positif untuk melihat viterous humor, mengobservasi adanya opasitas.

     Kemudian, lihat retina, menggunakan lensa negatif yang kuat. Cari pembuluh

darah retina dan ikuti pembuluh darah tersebut ke arah hidung klien, rotasi selektor

lensa untuk menjaga agar pembuluh darah tetap dalam fokus. Karena fokus

tergantung pada anda dan status refraktif klien maka diopter lensa berbeda-beda

untuk sebagian besar klien. Periksa dengan cermat seluruh struktur retina, termasuk

pembuluh darah retina, diskus optikus, latar belakang retina, makula dan fovea.

    Periksa pembuluh darah dan struktur retina untuk warna, perbandingan ukuran

arteri dan vena, refleks cahaya arteriol, dan persilangan arteriovenosa. Mangkuk

fisiologis normalnya berwarna kuning-putih dan dapat terlihat.

     Periksa makula pada bagian akhir karena sangat sensitis terhadap cahaya.

2. Pemeriksaan Kelengkungan Kornea1

Keratometer (manual atau computerized) adalah alat terkalibrasi yang mengukur

radius kelengkungan kornea dalam dua meridian yang terpisah 90 derajat. Digunakan

untuk lensa kontak atau operasi kornea dengan laser. Jika kornea tidak bulat

sempurna, maka kedua radius tersebut akan berbeda yang disebut Astigmatisme (juga

bisa dilihat dengan alat yang disebut Placido)

Page 7: Makalah Pbl 28 Cvs

3. Foto Fundus dan Fluorescen Fundus Angiopgrafi (FFA).1

Kembalinya bahan flurescen akan terlambat pada tes ini.Merekam rincian fundus

okuli bagi kepentingan studi dan perbandingan dikemudian hari. Jika terjadi

kebocoran pembuluh darah

Pemeriksaan khusus lainnya :

1. Elektroretinogram (ERG) kekeringan bola mata

2. Tes Schirmer ablasio retina, gangguan badan kaca, bengkak bola mata.

3. Ultrasonografi (USG)

4. Oftalmodinamometri Menghasilkan perkiraan tekanan relatif dalam arteri

sentralis retina. Hal ini berguna untuk evaluasi neurologik pada pasien yang

mengeluh “kebutaan” (amaurosis fugak) pada satu mata.

5. CT Scan dan MRI  Pemeriksaan khusus dimana kelainan mata juga disebabkan

kelainan ditempat lain.

Penegakan diagnosis PAK

Penegakan diagnosis PAK dilakukan berdasar kan 7 langkah yang akan membawa kita

menentukan apakah penyakit yang diderita merupakan penyakit akibat kerja atau penyakit

yang diperberat oleh pekerjaan.

1. DIAGNOSIS KLINIS

Computer Vision Syndrom

CVS merupakan keluhan-keluhan atau gejala pada mata,kepala,dan tulang punggung

yang disebabkan oleh efek penyinaran pada aktivitas komputer,televisi,playstation, dan

videogame. Selain gejala-gejala tersebut, gejala lain yang sering muncul adalah penglihatan

buram,sering merasa ngantuk,adanya sensitivitas karena silau, mata menjadi sangat

berair,rasa tidak nyaman dengan komputer,sakit punggung, sakit leher,kekakuan pada otot-

otot bahu atas dan lengan atas, serta kehilangan keseimbangan. Hal ini dikarenakan

pemakaian komputer empat sampai enam jam setiap harinya. Bahkan bila keadaan ekstrim

Page 8: Makalah Pbl 28 Cvs

akan disertai rasa lesu pada keadaan umum, mual, dan kelelahan. Seiring dengan

perkembangan teknologi dan masuk dalam era komputerisasi, tak dapat dipungkiri bahwa

semua itu juga menimbulkan dampak yang buruk. Contohnya saja CVS, yang merupakan

istilah baru bagi masyarakat, gejala ini sudah lama ada tapi banyak masyarakat yang tidak

menyadari kalau itu merupakan gejala CVS.

Computer Vision Syndrome merupakan suatu masalah kesehatan kerja terbesar saat ini.

Menurut American Optometric Association , hampir 90 persen orang yang menggunakan

komputer selama lebih dari tiga jam sehari mengalami masalah pada matanya. 2

Dirumah atau dikantor, komputer merupakan bagian integral dalam kehidupan sehari-

hari. Pada umumnya digunakan untuk mengerjakan tugas-tugas pribadi dan berkaitan dengan

pekerjaan. Seringkali kita menghabiskan banyak waktu di depan komputer untuk bermain

games dan lain-lain. 2

Saat menggunakan komputer rata-rata orang akan berkedip sekitar empat sampai enam

kali per menit, secara signifikan kurang dari tingkat normal 22 kali berkedip per menit

membuat mata mengeluarkan air mata secara alami. Apabila proses berkedip ini kurang

dapat menyebabkan kondisi “mata kering” (Dry eyes) yang disebabkan oleh penguapan

kelembaban alami mata yang dapat mengakibatkan mata gatal, terasa panas, penglihatan

kabur, kelopak mata berat dan kelelahan serta penglihatan ganda.2

Saat mata kering, kebanyakan orang mengerutkan keningnya atau dahi mereka agar

dapat melihat dengan jelas, sehingga dapat mengakibatkan sakit kepala. Apabila mata kering

disertai sakit kepala maka secara tidak sadar posisi tubuh saat duduk menjadi tidak baik atau

tidak nyaman di depan komputer sehingga dapat mengakibatkan adanya nyeri punggung,

kekakuan leher dan bahu sakit.2

Mata kering adalah hasil dari penurunan kualitas atau kuantitas air mata alami. Produksi air

mata yang tidak cukup dapat menyebabkan iritasi, nyeri dan jaringan parut kornea. Air mata

sangat berperan penting untuk kesehatan mata dimana ia berfungsi untuk melembabkan,

melumasi, memelihara dan membersihkan mata. Kelembaban mencegah kornea dari

pengeringan, sedangkan pelumasan membuat berkedip halus dan nyaman. Air mata juga

memberikan nutrisi untuk mata dengan menyediakan oksigen dan mengeluarkan karbon

dioksida. Air mata melindungi mata dari partikel asing dan mencegah terjadinya infeksi.

Page 9: Makalah Pbl 28 Cvs

Tanpa air mata yang memadai, kornea dapat menyebabkan nyeri, penglihatan kabur, dan

bahkan kebutaan.1,3

PAJANAN YANG DIALAMI

Pajanan yang dialami dapat berupa pajanan pada saat sakit atau timbul keluhan atau pajanan

selama beberapa waktu sebelumnya.

Penyebab penyakit akibat kerja dapat berua faktor-faktor sebagi berikut:

a. Faktor fisis, seperti:

- Kebisingan

- Radiasi sinar rontgen atau sinar radioaktif

- Suhu

- Tekanan udara

- Penerangan lampu yang buruk

b. Faktor kimia

- Debu

- Uap

- Gas

- Larutan kimia

- Awan atau kabut

c. Faktor biologis

- Bakteri, virus, parasit, dll.

d. Faktor fisiologis/ergonomis

- Kesalahan konstruksi mesin

- Sikap badan yang tidak benar ketika melakukan pekerjaan

- Ukuran tempat duduk atau meja yang tidak sesuai

e. Faktor mental-psikologis

Pada skenario diidentifikasi bahwa terdapat faktor fisiologis dan ergonomis yang

menyebabkan keluhan pada pasien, mulai dari posisi duduk, jam kerja (yang

seringkali tanpa istirahat).

Page 10: Makalah Pbl 28 Cvs

Hubungan Pajanan dengan Penyakit

Computer vision syndrome yang dialami pasien disebabkan karena terlalu lama bekerja di

depan komputer. Gejala-gejala yang dilaporkan adalah mata lelah, mata tegang dan mata

kering.4 Sindrom penglihatan komputer didefinisikan oleh American Optometris Association

sebagai kombinasi dari masalah mata dan penglihatan yang dikaitkan dengan penggunaan

komputer.5

Gejala-gejala CVS antara lain:

1. Mata tegang (Astenophia)

Istilah yang dipakai untuk mata tegang oleh spesialis mata adalah asthenopia.

Asthenopia didefinisikan sebagai keluhan subjektif yang penglihatan berupa

penglihatan yang tidak nyaman, sakit dan kepekaan yang berlebihan.

Asthenophia dapat disebabkan oleh masalah seperti otot mata kejang ketika

memfokus, ada perbedaan penglihatan di kedua mata, astigmat, hipermetrop (rabun

jauh), miopia (rabun dekat), cahaya berlebihan, kesulitan koordinasi mata dan lain-

lain.3 Astenopia didapatkan pada kelainan refraksi yang tidak dikoreksi dengan betul,

presbiopia, anisometropia yang berat, insufisiensi konvergen, paresis otot penggerak

mata, dan penerangan waktu baca yang tidak baik.1

2. Penglihatan kabur

Tajam penglihatan adalah kemampuan untuk membedakan antar 2 tititk yang

berbeda pada jarak tertentu. Kemampuan mata untuk mengubah daya fokusnya

disebut daya akomosasi, yang berubah tergantung usia. Suatu bayangan juka tdak

tepat terfokus diretina akan terlihat kabur.

Keluhan mata kabur disebebkan karena adanya kelainan refraksi seperti miopia,

hipermetropi dan astigmat. Mata kabur jga dapat disebabkan karena koreksi dengan

kacamata yang tidak tepat. Faktor lingkung yang dapat meyebabkan penglihatan

kabur adalah layar monitor yang kotor, sudut penglihatan monitor yang kurang baik,

adanya refleksi cahaya yang menyilaukan atau monitor yang dipakai ternyata

berkualitas buruk atau rusak.

3. Mata kering dan Iritasi

Page 11: Makalah Pbl 28 Cvs

Kecepatan berkedip setiap orang berbeda-neda tergantung pada aktivitasnya.

Berkedip lebih cepat bila sedang aktif dan lebih lambat bila sedang mengantuk dan

sedang berkonsentrasi. Penelitian telah menunjukan bahwa kecepatan berkedip para

pengguna komputer turun secara bermakna pada saat bekerja didepan komputer

dibandingkan dengan sebelum atau sesudah bekerja.4

4. Kepekaan terhadap cahaya

Perlu diperhatikan bahwa layar monitor mempunyai cahaya sendiri bukan cahaya

yang dipantulkan, sehingga dapat diartikan bahwa kita melihat ke sumber cahaya

secara langsung.

Cahaya yang dipantulkan dari sumber cahaya lain juga dapat mempengaruhi

kepekaanmata terhadap cahaya yang menyebabkan ketidaknyamanan, seperti silau

karena lampu, atau cahaya matahari yang dipantulkan olehmonitor maupun meja

kerja.

5. Sakit kepala

Gejala sakit kepala dapat dipicu oleh berbagai bentuk stress, termasuk kecemasan

dan depresi, dan dipicu oleh berbagai kondisi mata yang termasuk astigmat dan

hipermetrop, juga oleh kondisi tempat kerja yang tidak layak, termasuk adanya silau,

cahaya yang kurang, dan penyusunan letak komputer yang tidak layak.

6. Sakit leher dan punggung

Jika penglihatan pekerja terhalang atau kabur pada saat bekerja maka pekerja

tersebut akan merubah posisi tubuh untuk mengurangi beban pada penglihatannya.

Contoh: jika seorang pekerja memakai kacamata yang dirancang untuk melihat

dengan jarak penglihatan 40 cm, sedangkan jarak mata (tubuh) dengan komputer

adalah 60 cm, maka sebagai kompensasi tubuh akan dicondongkan ke depan agar

dapat melihat monitor dengan jelas. Situasi ini jelas akan menimbulkan masalah fisik

dan dapat diatasi dengan penggunaan kacamata yang tepat.

Besar Pajanan yang Dialami

Kurangnya istirahat dan Jarak penglihatan saat bekerja di depan komputer

(ergonomi), menyebabkan mata pasien seringkali berair.

Page 12: Makalah Pbl 28 Cvs

Posisi duduk pasien saat bekerja kurang baik (ergonomi), sehingga leher dan pundak

terasa nyeri saat bekerja.

Pencahayaan ruangan serta suhu ruangan (faktor fisik) dapat memperparah keadaan

mata pasien.

Pada skenario didapatkan bahwa pasien bekerja 8 jam sehari menggunakan komputer

dan seringkali tanpa istirahat.

Faktor Individu

Faktor individu meliputi kesehatan fisik dari pasien itu sendiri seperti riwayat atopi/alergi,

riwayat penyakit dalam keluarga, kebiasaan berolahraga, status kesehatan mental, higiene

perorangan. Pada skenario didapatkan riwayat alergi (-), miopia pada ibu pasien dan pasien

sendiri (+), pasien juga tidak rutin periksa mata.

Faktor Lain

Faktor lain diluar pekerjaan meliputi hobi, kebiasaan merokok, pajanan di rumah dan

pekerjaan sambilan. Pasien tidak merokok, tidak mengkonsumsi alkohol, dan tidak pernah terpajan

selain di tempat kerja.

Diagnosis Okupasi

Working Diagnosis

Keluhan yang dialami oleh pasien, yakni kedua mata sering berair merupakan penyakit akibat

kerja. Hal ini dikarenakan tuntutan pekerjaan yang mengharuskan pasien bekerja di depan

komputer dari pagi hingga sore hari. Pasien ini menderita Computer Vision Syndrome yang

terjadi akibat kerja. Terus menerus berada di depan layar komputer lebih dari 3 jam dalam

sehari merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan CVS ini. Posisi duduk dan

pencahayan menjadi faktor lain yang mempengaruhi terjadinya CVS. Pasien juga menderita

mipopia yang tidak dikontrol.

Penatalaksanaan

Secara okupasi penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah:

Page 13: Makalah Pbl 28 Cvs

1. Edukasi

Edukasi bertujuan untuk menginformasikan pasien/pekerja mengenai

masalah/penyakit akibat kerja yang dialaminya dan bagimana upaya-upaya

pencegahannya. Selain itu, diharapkan lewat tindakan ini akan timbul kesadaran oleh

pasien untuk turut berpartisipasi menjaga/meningkatkan kesehatannya secara pribadi

ketika bekerja. Seperti mengontrol mata secara rutin agar dapat menggunakan

kacamata yang tepat, melakukan relaksasi otot-otot mata pada saat bekerja, dll.

2. Tindakan relaksasi otot mata ketika bekerja

Tindakan yang dilakukan adalah apabila telah bekerja dengan menggunakan

komputer selama 20 menit, maka dilakukan istirahat selama 20 detik dengan melihat

sejauh 20 kaki (6 meter) dan berkedip sebanyak 20 kali.

3. Pindah bagian

Apabila keluhan pekerja sangat berat maka pekerja harus dipindahkan atau tidak

diperbolehkan lagi bekerja pada bagian itu.

4. Shift

Penggunaan sistem shift bertujuan untuk perbaikan waktu kerja. Dapat dibagi menjadi

berbagai macam pola, pola yang paling umum digunakan adalah dengan membagi

waktu kerja menjadi 2 kelompok yaitu kelompok pagi (dari jam 8 pagi sampai jam 12

siang) kemudian kelompok siang (dari jam 12 sampai jam 4 sore). Akan tetapi sistem

ini memiliki keterbatasan yaitu kesulitan digunakan apabila perusahaan tersebut

hanya memiliki sedikit karyawan/pekerja. Hal ini akan “memaksa/mengharuskan”

pekerja untuk bekerja selama 8 jam sehari.

5. Rehabilitasi

Rehabilitasi bertujuan untuk memulihkan keadaan pasien. Apabila pekerja sakit maka

harus diberikan pengobatan/penanganan agar dapat kembali seperti keadaan semula

(sehat) atau minimal tidak mengalami gangguan yang lebih parah.

6. Penggantian alat/komputer

- Apabila ternyata komputer yang digunakan layarnya rusak maka harus

diperbaiki.

- Jika kotor maka harus dibersihkan.

- Menggunakan antisilau pada layar komputer.

- Menggunakan komputer dengan layar yang tidak terlalu kecil agar pekerja

dapat melihat dengan nyaman.

Page 14: Makalah Pbl 28 Cvs

- Menggunakan ukuran huruf (font) yang tidak terlalu kecil sehingga lebih

nyaman untuk dilihat.

7. Pengaturan ruangan

Pengaturan ruangan bertujuan agar menghindari silau pada layar monitor. Pengaturan

disini adalah pengaturan letak komputer terhadap sumber cahaya.

8. Alat kerja yang ergonomis

Memperbaiki posisi pekerja ketika sedang bekerja dilakukan dengan mengatur atau

menyediakan peralatan kerja (seperti meja, kursi, mesin, dll) yang sesuai dengan

kebutuhan fisiologis pekerja.

- Ukuran meja untuk pekerjaan mengetik yang lebih rendah 5 – 10 cm dari pada

meja tulis untuk pekerja menulis.

- Arah penglihatan untuk pekerjaan duduk adalah 33º-44 º ke bawah, sedangkan

untuk pekerjaan berdiri 23 º-37 º ke bawah.

- Kemampuan seseorang bekerja seharian adalah 8-10 jam. Apabila lebih dari

itu maka kualitas, keselamatan dan kesehatan kerja sangat menurun.

- Untuk posisi duduk, dari segi otot lebih baik sedikit membungkuk, sedangkan

dari segi tulang, lebih baik tegak. Oleh karena itu, dianjurkan agar

menggunakan posisi duduk yang tegak dan diselingi istirahat dalam posisi

sedikit membungkuk.

Pencegahan

Gambar 2. Posisi ergonomis saat bekerja

Page 15: Makalah Pbl 28 Cvs

Istirahat yang cukup selama penggunaan komputer yang terlalu lama untuk mengurangi

ketegangan mata atau melakukan stretching saat istirahat.

1. Primer

Pencegahan primer meliputi penyuluhan, olahraga, perubahan perilaku

2. Sekunder

Pencegahan sekunder yaitu melalui:

a. Manajerial

Manajemen perusahaan mempunyai kebijakan yang tegas dan jelas dalam upaya

mencegah terjadinya gangguan kepada kesehatan dan daya kerja; atas dasar

kebijakan tersebut disusun program yang rinci tentang identifikasi, evaluasi dan

pengendalian faktor-faktor yang menjadi penyebab gangguan tersebut lengkap

dengan rencana kerja, sumber daya manusia, pembiayaan, dan sebaginya; dan

program tersebut dilaksanakan dengan dilakukan penilaian mengenai hasil kerja

yang dicapai untuk kemudian dipergunakan untuk perencanaan program

selanjutnya.6

b. Teknis (subtitusi, eliminasi/pengurangan, ventilasi) dan penggunaan alat

pelindung diri. Pemeriksaan lingkungan kerja dilakukan untuk menilai apakah ada

hal-hal yang berpotensi sebagai pajanan.

3. Tertier

Pencegahan tertier meliputi Medical Check Up (awal, berkala, dan khusus).

Pemeriksaan kesehatan harus dilakukan pada saat awal yaitu ketika seseorang akan

memulai/melamar pekerjaan di sebuah perusahaan. Hal ini memiliki banyak manfaat,

diantaranya:

- Mengetahui bagian/bidang apa yang tepat untuk seorang pekerja tersebut

dalam perusahaannya.

- Sebagai data dasar jika dikemudian hari terjadi penyakit dapat digunakan

sebagai penilaian apakah penyakit tersebut merupakan penyakit akibat kerja

atau bukan.

Kesimpulan

Page 16: Makalah Pbl 28 Cvs

Dari hasil pembahasan Nn.A mengalami Computer Vision Syndrome. Hal ini dikarenakan

bekerja terlalu lama di depan komputer. Dalam hal ini diperlukan penyuluhan mengenai

ergonomi agar posisi saat bekerja nyaman serta tata letak ruangan yang nyaman bagi para

pekerja. Di samping itu, pemeriksaan berkala sangat diperlukan untuk pasien yang menderita

miopia dengan Computer Vision Syndrome.

Daftar Pustaka

1. Sidarta Ilyas, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata. Ed.4. Jakarta: FKUI, 2012.h. 24-

1;61;107

2. Jurnal..

http://search.proquest.com/docview/213676690/fulltext/140F7AC7FE973AA73FF/5?

accountid=50673

3. James B, Chris C. Lecture notes: Oftalmologi. Ed.9. Jakarta: Erlangga, 2005.h.55-1.

4. Jeyaratnam. Buku ajar praktik kedokteran kerja. Jakarta: EGC; 2009.h.263.

5. Rosenfield M, Gurevich R, Wickware E, Lay M. Computer vision syndrome:

accomodative and vergence facility. Journal of Behavioral Optometry.21(5),119

(2010).

6. Suma’mur. Higiene prusahaan dan kesehatan kerja (hiperkes). Jakarta: Sagung Seto;

2009.h.333