pbl 1 blok 30 makalah

download pbl 1 blok 30 makalah

of 49

description

makalah forensik

Transcript of pbl 1 blok 30 makalah

  • 5/24/2018 pbl 1 blok 30 makalah

    1/49

    Kematian akibat Asfiksia Mekanik dan Luka

    Kekerasan Benda Tajam

    Winda Anastesya

    10.2009.246

    Email: [email protected]

    Universitas Kristen Krida Wacana

    Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510

    Skenario Pbl 1

    Seorang laki laki ditemukan disebuah sungai kering yang penuh batu- batuan dalam

    keadaan mati tertelungkup. Ia mengenakan kaos dalam (oblong )dan celana panjang yang di

    bagian bawahnya digulung hingga setengah tungkai bawahnya. Lehernya terikat lengan baju (

    yang kemudian diketahui sebagai baju milik nya sendiri ) dan ujung lengan baju lainnya

    terikat ke sebuah dahan pohon perdu setinggi 60 cm. Posisi tubuh relatif mendatar, namun

    leher memang terjerat oleh baju tersebut. Tubuh mayat tersebut telah membusuk, namun

    masih dijumpai adanya satu luka terbuka didaerah ketiak kiri yang memperlihatkan pembuluhdarah ketiak yang putus, dan beberapa luka terbuka di daerah tungkai bawah kanan dan kiri

    yang memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan akibat kekerasan tajam.

    Perlu diketahui bahwa rumah terdekat dari TKP adalah sekitar 2 km. TKP adalah suatu

    daerah perbukitan yang berhutan cukup berat.

    Pendahuluan

    Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang melalui

    pengamatan terhadap perubahan yang terjadi pada tubuh mayat. Perubahan itu akan tejadi

    dengan mulai terhentinya suplai oksigen. Manifestasinya akan dapat dilihat setelah beberapa

    menit atau beberapa jam. Dalam kasus tertentu, salah satu kewajiban dokter adalah

    membantu penyidik menegakan keadilan. Untuk itu dokter sedapat mungkin membantu

    menentukan beberapa hal seperti saat kematian dan penyebab kematian.

    Saat kematian seseorang belum dapat ditunjukan secara tepat karena tanda-tanda dan

    gejala setelah kematian sangat bervariasi karena dipengaruhi oleh beberapa hal diantarannya

  • 5/24/2018 pbl 1 blok 30 makalah

    2/49

    umur, kondisi fisik pasien, penyakit fisik sebelumnya maupun penyebab kematian itu

    sendiri.

    Salah satu penyebab kematian adalah terjadinya gangguan pertukaran udara pernafasan

    yang mengakibatkan suplai oksigen berkurang. Hal ini sering dikenal dengan istilah asfiksia,

    Korban kematian akibat asfiksia termasuk yang sering diperiksa oleh dokter, hal tersebut

    menempati urutan ketiga setelah kecelakaan lalu lintas dan traumatik mekanik.

    Pada berbagai kasus asfiksia, ditemukan tanda-tanda kematian yang berbeda. Hal ini

    sangat tergantung dari penyebab kematian. Untuk itu kita perlu memahami lebih lanjut

    tentang penyebab asfiksia tersebut.

    I. ASPEK HUKUM DAN MEDIKOLEGAL

    Proses penyidikan perkara pidana

    a. menerima laporan/informasi dan atau melihat langsung terjadinya perkara, masuk Berita

    Acara Pemeriksaan (BAP)

    b. mencari informasi/memeriksa TKP dan para saksi peristiwa serta pemeriksaan para saksi

    c. melakukan konsultasi terhadap para ahli untuk pemeriksaan barang bukti

    korban/terdakwa atas dasar legalitas hukum

    d.

    penyidikan lebih lanjut atas informasi/keterangan para ahlie. pemberian label terhadap barang bukti mati dan surat permintaan pemeriksaan/ konsultasi

    kepada yang lebih berwenang

    f. pengawalan langsung terhadap pengiriman/konsultasi Barang Bukti atau kasus

    korban/terdakwa untuk pemeriksaan tertentu

    g. pendekatan dan penjelasan kepada keluarga korban atau korban untuk macam

    pemeriksaan Kedokteran Forensik dan persetujuannya (Informed Consent)

    ada surat permintaan penyidik

    ada surat persetujuan keluarga/korban/terdakwa untuk pemeriksaan

  • 5/24/2018 pbl 1 blok 30 makalah

    3/49

    PROSEDUR MEDIKOLEGAL

    I. KEWAJIBAN DOKTER MEMBANTU PERADILAN

    Pasal 133 KUHAP

    1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik

    luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak

    pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran

    kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.

    2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara

    tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau

    pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.

    3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit

    harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut

    dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan cap jabatan yang

    dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat 1.

    Penjelasan Pasal 133 KUHAP

    2) Keterangan yang diberikan oleh ahli kedokteran kehakiman disebut keterangan ahli,

    sedangkan keterangan yang diberikan oleh dokter bukan ahli kedokteran kehakiman

    disebut keterangan1.

    Pasal 179 KUHAP

    1) Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau

    dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.

    2)

    Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang

    memberikan keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah

    atau janji akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan sebenanr-benarnya

    menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya1.

    II. BENTUK BANTUAN DOKTER BAGI PERADILAN DAN MANFAATNYA

    Pasal 183 KUHAP

  • 5/24/2018 pbl 1 blok 30 makalah

    4/49

    Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan

    sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa

    suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah

    melakukannnya1.

    Pasal 184 KUHAP

    1) Alat bukti yang sah adalah:

    - Keterangan saksi

    - Keterangan ahli

    - Surat

    - Pertunjuk

    - Keterangan terdakwa

    2) Hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu dibuktikan1.

    Pasal 186 KUHAP

    Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan.

    Pasal 180 KUHAP

    1) Dalam hal diperlukan untuk menjernihkan duduknya persoalan yang timbul di

    sidang pengadilan, Hakim ketua sidang dapat minta keterangan ahli dan dapat

    pula minta agar diajukan bahan baru oleh yang berkepentingan.

    2) Dalam hal timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa atau penasihat

    hukum terhadap hasil keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

    Hakim memerintahkan agar hal itu dilakukan penelitian ulang.

    3) Hakim karena jabatannya dapat memerintahkan untuk dilakukan penelitian

    ulang sebagaimana tersebut pada ayat (2)1

    III. SANGSI BAGI PELANGGAR KEWAJIBAN DOKTER

    Pasal 216 KUHP

    1) Barangsiapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan

    menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh

    pejabat berdasarkan tugasnya. Demikian pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau

    memeriksa tindak pidana; demikian pula barangsiapa dengan sengaja mencegah,

  • 5/24/2018 pbl 1 blok 30 makalah

    5/49

    menghalang-halangi atau menggagalkan tindakan guna menjalankan ketentuan,

    diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau denda

    paling banyak sembilan ribu rupiah.

    2) Disamakan dengan pejabat tersebut di atas, setiap orang yang menurut ketentuan

    undang-undang terus-menerus atau untuk sementara waktu diserahi tugas

    menjalankan jabatan umum.

    3) Jika pada waktu melakukan kejahatan belum lewat dua tahun sejak adanya

    pemidanaan yang menjadi tetap karena kejahatan semacam itu juga, maka pidanya

    dapat ditambah sepertiga1.

    Pasal 222 KUHP

    Barangsiapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan

    pemeriksaan mayat untuk pengadilan, diancam dengan pidana penjara paling lama

    sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah1.

    Pasal 224 KUHP

    Barangsiapa yang dipanggil menurut undang-undang untuk menjadi saksi, ahli atau

    jurubahasa, dengan sengaja tidak melakukan suatu kewajiban yang menurut undang-

    undang ia harus melakukannnya:

    1. Dalam perkara pidana dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 9

    bulan.

    2. Dalam perkara lain, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 6 bulan1.

    Pasal 522 KUHP

    Barangsiapa menurut undang-undang dipanggil sebagai saksi, ahli atau jurubahasa,

    tidak datang secara melawan hukum, diancam dengan pidana denda paling banyak

    sembilan ratus rupiah.

    IV. RAHASIA JABATAN DAN PEMBUATAN SKA/ V et R

    Peraturan Pemerintah No 26 tahun 1960 tentang lafaz sumpah dokter

    Saya bersumpah/ berjanji bahwa:

  • 5/24/2018 pbl 1 blok 30 makalah

    6/49

    Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perkemanusiaan

    Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara yang terhormat dan bersusila, sesuai

    dengan martabat pekerjaan saya.

    Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur jabatan

    kedokteran.

    Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya

    dan karena keilmuan saya sebagai dokter.dst.

    Peraturan Pemerintah no 10 tahun 1966 tentang wajib simpan rahasia Kedokteran.

    Pasal 1 PP No 10/1966

    Yang dimaksud dengan rahasia kedokteran ialah segala sesuatu yang diketahui oleh

    orang-orang tersebut dalam pasal 3 pada waktu atau selama melakukan pekerjaannya

    dalam lapangan kedokteran1.

    Pasal 2 PP No 10/1966

    Pengetahuan tersebut pasal 1 harus dirahasiakan oleh orang-orang yang tersebut

    dalam pasal 3, kecuali apabila suatu peraturan lain yang sederajat atau lebih tinggi

    daripada PP ini menentukan lain.

    Pasal 3 PP No 10/1966

    Yang diwajibkan menyimpan rahasia yang dimaksud dalam pasal 1 ialah:

    a.

    Tenaga kesehatan menurut pasal 2 UU tentang tenaga kesehatan.

    b. Mahasiswa kedokteran, murid yang bertugas dalam lapangan pemeriksaan,

    pengobatan dan atau perawatan, dan orang lain yang ditetapkan oleh menteri

    kesehatan1.

    Pasal 4 PP No 10/1966

    Terhadap pelanggaran ketentuan mengenai wajib simpan rahasia kedokteran yang

    tidak atau tidak dapat dipidana menurut pasal 322 atau pasal 112 KUHP, menteri

  • 5/24/2018 pbl 1 blok 30 makalah

    7/49

    kesehatan dapat melakukan tindakan administrative berdasarkan pasal UU tentang

    tenaga kesehatan.

    Pasal 5 PP No 10/1966

    Apabila pelanggaran yang dimaksud dalam pasal 4 dilakukan oleh mereka yang

    disebut dalam pasal 3 huruf b, maka menteri kesehatan dapat mengambil tindakan-

    tindakan berdasarkan wewenang dan kebijaksanaannya.

    Pasal 322 KUHP

    1) Barangsiapa dengan sengaja membuka rahasia yang wajib disimpannya karena

    jabatan atau pencariannya baik yang sekarang maupun yang dahulu, diancam dengan

    pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak sembilan

    ribu rupiah.

    2) Jika kejahatan dilakukan terhadap seorang tertentu, maka perbuatan itu hanya dapat

    dituntut atas pengaduan orang itu1.

    Pasal 48 KUHP

    Barangsiapa melakukan perbuatan karena pengaruh daya paksa tidak dipidana.

    V. BEDAH MAYAT KLINIS, ANATOMIS DAN TRANSPLANTASI

    Peraturan Pemerintah No 18 tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah

    Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat dan atau Jaringan Tubuh Manusia.

    Pasal 2 PP No 18/1981

    Bedah mayat klinis hanya boleh dilakukan dalam keadaan sebagai berikut:

    a. Dengan persetujuan tertulis penderita dan atau keluarganya yang terdekat setelah

    penderita meninggal dunia, apabila sebab kematiannya belum dapat ditentukan

    dengan pasti;

    b. Tanpa persetujuan penderita atau keluarganya yang terdekat, apabila diduga penderita

    menderita penyakit yang dapat membahayakan orang lain atau masyarakat sekitarnya.

  • 5/24/2018 pbl 1 blok 30 makalah

    8/49

    c. Tanpa persetujuan penderita atau keluarganya terdekat, apabila dalam jangka waktu 2

    x 24 jam tidak ada keluarga terdekat dari yang meninggal dunia dating ke rumah

    sakit1.

    Pasal 14 PP No 18/1981

    Pengambilan alat atau jaringan tubuh manusia untuk keperluan transplantasi atau bank

    mata dari korban kecelakaan yang meninggal dunia, dilakukan dengan persetujuan

    tertulis keluarga yang terdekat.

    Pasal 17 PP No 18/1981

    Dilarang memperjual belikan alat dan atau jaringan tubuh manusia.

    Pasal 18 PP No 18/1981

    Dilarang mengirim dan menerima alat dan atau jaringan tubuh manusia dalam semua

    bentuk ke dan dari luar negeri.

    Pasal 19 PP No 18/1981

    Larangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 dan pasal 18 tidak berlaku untuk

    keperluan penelitian ilmiah dan keperluan lain yang ditetapkan oleh Menteri

    Kesehatan.

    Pasal 70 UU Kesehatan

    (2) Bedah mayat hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai

    keahlian dan kewenangan untuk itu dan dengan memperhatikan norma yang berlaku

    dalam masyarakat1

    ASPEK HUKUM

    KEJAHATAN TERHADAP TUBUH DAN JIWA MANUSIA

    Pasal 89 KUHP

    Membuat orang pingsan atau tidak berdaya disamakan dengan menggunakankekerasan.

  • 5/24/2018 pbl 1 blok 30 makalah

    9/49

    Pasal 90 KUHP

    Luka berat berarti:

    -jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama

    sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut;

    - tidak mampu terus menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan

    pencarian;

    - kehilangan salah satu pancaindra;

    - mendapat cacat berat;

    - menderita sakit lumpuh;

    -terganggunya daya piker selama empat minggu lebih;

    -gugur atau matinya andungan seorang perempuan1.

    Pasal 338 KUHP

    Barangsiapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena

    pembunuhan, dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.

    Pasal 339 KUHP

    Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh suatu perbuatan pidana, yang

    dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah pelaksanaannya,

    atau untuk melepaskan diri sendiri maupun peserta lainnya dari pidana dalam hal

    tertangkap tangan, ataupun untuk memastikan penguasaan barang yang diperolehnya

    secara melawan hukum, diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau selama

    waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun1.

    Pasal 340 KUHP

    Barangsiapa dengan sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang

    lain, diancam, karena pembunuhan dengan rencana (moord), dengan pidana mati atau

    pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh lima

    tahun.

    Pasal 351 KUHP

    1)

    Penganiyaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan

    atau pidana denda paling banyak 4500 rupiah.

  • 5/24/2018 pbl 1 blok 30 makalah

    10/49

    2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana

    penjara paling lama 5 tahun.

    3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama7 tahun.

    4) Dengan penganiyaan disamakan sengaja merusak kesehatan.

    5) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.

    Pasal 353 KUHP

    (1)Penganiayaan dengan rencana terlebih dahulu, diancam dengan pidana penjara paling

    lama 4 tahun.

    (2)Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah dikenakan pidana

    penjara paling lama tujuh tahun.

    (3)Jika perbuatan mengakibatkan mati, dia dikenakan pidana penjara paling lama 9

    tahun.

    Pasal 354 KUHP

    (1)Barangsiapa dengan sengaja melukai berat orang lain, diancam, karena melakukan

    penganiayaan berat, dengan pidana penjara paling lama delapan tahun.

    (2)Jika perbuatan mengakibatkan mati, yang bersalah dikenakan pidana penjara paling

    lama sepuluh tahun.

    Pasal 355 KUHP

    (1)Penganiayaan berat yang dilakukan dengan rencana lebih dahulu, diancam dengan

    pidana penjara paling lama 12 tahun.

    (2)Jika perbuatan mengakibatkan mati, yang bersalah dikenakan pidana penjara paling

    lama 15tahun1.

    II. IDENTIFIKASI KORBAN

    Definisi :

    Identifikasi adalah penentuan atau pemastian identitas orang yang hidup maupun mati,

    berdasarkan ciri khas yang terdapat pada orang tersebut.

    Identifikasi forensik merupakan usaha untuk mengetahui identitas seseorang yang

    ditujukan untuk kepentingan forensik, yaitu kepentingan proses peradilan.2

  • 5/24/2018 pbl 1 blok 30 makalah

    11/49

    Tujuan Identifikasi forensik :

    1. Kebutuhan etis & kemanusiaan

    2. Pemastian kematian seseorang secara resmi & yuridis

    3.

    Pencatatan identitas untuk keperluan administratif & pemakaman

    4. Pengurusan klaim di bidang hukum publik dan perdata

    5. Pembuktian klaim asuransi, pensiun dll

    6. Upaya awal dalam suatu penyelidikan kriminal (bila ada)

    Peran Identifikasi :

    1.

    Pada Orang Hidup

    o semua kasus medikolegal

    o penjahat atau prajurit militer yang melarikan diri

    o orang yang didakwa pelaku pembunuhan

    o orang yang diakwa pelaku pemerkosaan

    o identitas bayi baru lahir yang tertukar, untuk menentukan siapa orang tuanya

    o anak hilang

    o

    orang dewasa yang karena sesuatu hal kehilangan uangnyao tuntutan hak milik

    o untuk kepentingan asuransi

    o tuntutan hak pensiun

    2. Pada jenazah, dilakukan pada keadaan;

    o kasus peledakan

    o kasus kebakaran

    o kecelakaan kereta api atau pesawat terbang

    o banjir

    o kasus kematian yang dicurigai melanggar hukum

    Ada dua metode, yaitu ;

    a. Identifikasi Komparatif

  • 5/24/2018 pbl 1 blok 30 makalah

    12/49

    - Dalam komunitas terbatas

    - Data antemortem & postmoterm tersedia

    b. Identifikasi Rekonstruktif

    -

    Komunitas korban tidak terbatas- Data antemortem tidak tersedia

    Cara Identifikasi yang biasa dilakukan :

    1. Secara visual keluarga/rekan memperhatikan korban (terutama wajah). Syarat :

    korban dalam keadaan utuh. Kelemahan : sangat dipengaruhi faktor sugesti dan emosi

    2. Pengamatan pakaian catat: model, bahan, ukuran, inisial nama & tulisan pada

    pakaian. Sebaiknya : simpan pakaian atau potongan pakaian (20x10 cm), foto pakaian

    3. Pengamatan perhiasan catat : jenis (anting, kalung, gelang, cincin dll), bahan

    (emas,perak, kuningan dll), inisial nama. Sebaiknya : simpan perhiasan dengan baik

    4. Dokumen : KTP, SIM, kartu golongan darah, dll

    5. Medis pemeriksaan fisik : tinggi & berat badan, warna tirai mata, adanya luka

    bekas operasi, tato

    6. Odontologi bentuk gigi & rahang : khas, sangat penting bila jenazah dalam keadaan

    rusak/membusuk, perlu diingat : dental record di Indonesia masih sangat terbatas

    7. Sidik jaritidak ada dua orang yang memiliki sidik jari yang sama mudah dan murah

    8. Serologimenentukan golongan darah (memeriksa darah dan cairan tubuh korban)

    Ada 2 tipe orang dalam menentukan golongan darah

    - Sekretor: gol.darah dapat ditentukan dari px. darah, air mani, dan cairan tubuh lain

    - Non sekretor: gol.darah hanya dapat ditentukan dari px. darah

    9.

    DNA

    sangat akurat,t tapi mahal10. Ekslusi biasanya digunakan pada korban kecelakaan masal, menggunakan

    data/daftar penumpang

    Metode pemeriksaan terbagi menjadi dua macam, yaitu :

    1. Identifikasi primer :

    Merupakan identifikasi yang dapat berdiri sendiri tanpa perlu dibantu oleh kriteria

    identifikasi lain.

  • 5/24/2018 pbl 1 blok 30 makalah

    13/49

    DNA : memerlukan keahlian dan kondisi khusus.

    Sidik Jari : sukar dilakukan pada kondisi jenazah yg membusuk.

    Odontologi : dental record di Indonesia masih terbatas.

    Pada jenazah yang rusak/busuk untuk menjamin keakuratan dilakukan 2-3 metodepemeriksaan dengan hasil (+).

    2. Identifikasi sekunder

    Tidak dapat berdiri sendiri, perlu didukung kriteria identifikasi yang lain.

    Cara sederhana : melihat langsung ciri seseorang dengan memperhatikan perhiasan,

    pakaian dan kartu identitas yang ditemukan.

    Cara Ilmiah : melalui teknik keilmuan tertentu seperti medis dll.

    Pada jenazah yang telah membusuk ditentukan :

    Ras

    Jenis Kelamin

    Perkiraan umur

    Tinggi badan

    Autopsi berasal dari kata auto = sendiri dan opsis= melihat. Autopsi adalah

    pemeriksaan terhadap tubuh mayat meliputi pemeriksaan terhadap bagian luar maupun

    bagian dalam dengan tujuan menemukan proses penyakit dan atau adanya cedera, melakukan

    interpretasi atas penemuan-penemuan tersebut, menerangkan penyebabnya serta mencari

    hubungan sebab akibat antara kelainan-kelainan yang ditemukan dengan penyebab kematian2.

    Bedasarkan tujuan, dikenal dua jenis autopsy yaitu Autopsi Klinik dan Autopsi

    Forensik/Medikolegal. Autopsi klinik dilakukan terhadap mayat seseorang yang menderita

    penyakit, dirawat di Rumah Sakit tetapi kemudian meninggal. Pemeriksaan ini mutlak

    memerlukan izin dari keluarga terdekat mayat.

    Autopsi forensik dilakukan terhadap mayat berdasarkan peraturan undang-undang dan

    diperlukan suatu Surat Permintaan Pemeriksaan/Pembuatan visum et repertum.dari pihak

    penyidik. Dalam autopsi forensik mutlak dilakukan pemeriksaan lengkap meliputi tubuh

    bagian luar dan pembukaan semua rongga tengkorak, dada dan perut/panggul. Pemeriksaan

    ini dilakukan dengan tujuan:

  • 5/24/2018 pbl 1 blok 30 makalah

    14/49

    a) Membantu dalam hal penetuan identitas mayat

    b) Menetukan sebab pasti kematian, cara kematian dan memperkirakan saat kematian.

    c) Mengumpulkan dan mengenali benda-benda bukti untuk penentuan identitas benda

    penyebab serta identitas pelaku kejahatan.

    d) Membuat laporan tertulis dalam bentuk visum et repertum.

    e) Melindungi orang yang tidak bersalah dan membantu penentuan serta penuntutan

    terhadap orang yang bersalah3.

    PEMERIKSAAN LUAR

    Pemeriksaan harus dilakukan dengan cermat, meliputi segala sesuatu yang terlihat,

    tercium maupun teraba. Diperiksa semua baik benda yang menyertai mayat, pakaian,

    perhiasan, sepatu dan lain-lain juga terhadap tubuh mayat itu sendiri. Pemeriksaan harus

    mengikuti suatu sistematika yang telah ditentukan.

    Semua bagian yang diperiksa harus dilakukan dengan teliti dengan memperhatikan

    jenis/bahan, warna, kotoran, dan lain-lain. Langkah-langkah yang dilakukan pada

    pemeriksaan luar jenazah adalah seperti berikut:

    a) Label mayat

    - Terdapat dua label pada mayat, satu dari pihak kepolisian yang perlu dicatat

    selengkapnya isi dari label tersebut. Disamping itu dapat ditemukan label

    identifikasi dari Instalasi Kamar Jenazah Rumah Sakit yang harus tetap ada pada

    tubuh mayat.4

    b) Tutup mayat

    c) Bungkus mayat

    - Sekiranya mayat dibungkus dan diikit dengan tali, catatkan secara rinci sifat tali

    dan bungkus mayat.

    d) Pakaian

    - Diperiksa pakaian dari bagian atas ke bagian bawah dan dari lapisan terluar

    sampai lapisan yang terdalam. Periksa saku pada pakaian dan catatkan temuan.

    e) Perhiasan

    f) Benda di samping mayat

    - Seperti tas atau bungkusan

  • 5/24/2018 pbl 1 blok 30 makalah

    15/49

    g) Tanda kematian (sangat penting untuk mencatat waktu dilakukan pemeriksaan

    terhadap tanda kematian ini)

    - Lebam mayat : letak, distribusi, warna dan intensitas lebam

    - Kaku mayat : derajat kekakuan pada sendi, spasme kadaverik

    - Suhu tubuh mayat : diambil dengan thermometer rectal dan suhu ruangan turut

    dicatat

    - Pembusukan : pertama sekali dilihat di daerah perut kanan bawah dengan

    perubahan warna kehijau-hijauan. Ditentukan derajat pembusukan.

    - Lain-lain : perubahan tanatologi lain seperti mummifikasi atau adipocera.

    h) Identifikasi umum

    - Dicatat jenis kelamin, bangsa/ras, umur, warna kulit, keadaan gizi, tinggi dan

    berat badan, keadaan zakar, adanyastriae albicanspada dinding perut.

    i) Identifikasi khusus

    - Rajah/tattoo : dilakukan dokumentasi foto

    - Jaringan parut

    - Kapalan (callus): dapat menentukan pekerjaan mayat semasa hidupnya

    - Kelainan kuli

    - Anomali dan cacat pada tubuh

    j) Pemeriksaan rambut

    - Dilakukan untuk membantu identifikasi. Sekiranya ditemukan rambut yang

    sifatnya berlainan dari rambut mayat, harus diambil, disimpan dan diberi label.

    k) Pemeriksaan mata

    - Dilihat kelopak mata, selaput lendir kelopak mata, bola mata, selaput lendir bola

    mata, kornea, iris dan pupil.

    l) Pemeriksaan daun telinga dan hidung

    -

    Lihat apakah ada kemungkinan trauma dan perdarahan

    m)Pemeriksaan mulut dan rongga mulut

    - Meliputi bibir, lidah, rongga mulut dan gigi geligi.

    n) Pemeriksaan alat kelamin dan lubang pelepasan

    - Pada mayat laki-laki diperiksa apakah telah disirkumsisi, pada wanita diperiksa

    selaput dara dan komisura posterior. Lubang pelepasan diperiksa untuk melihat

    ada atau tidak kekerasan.

    o)

    Lain-lain

  • 5/24/2018 pbl 1 blok 30 makalah

    16/49

    - Dilihat apakah ada tanda bendungan, ikterus, warna kebiru-biruan, edema/sembab,

    bekas pengobatan atau sebarang pengotoran.

    p) Pemeriksaan terhadap tanda-tanda kekerasan/luka

    - Letak luka dengan menggunakan koordinat terhadap garis/titik anatomi terdekat

    - Jenis luka : lecet, memar atau terbuka

    - Arah luka : melintang, membujur atau miring

    - Tepi luka : rata, teratur, atau tidak beraturan

    - Sudut luka : runcing, membulat atau bentuk lain

    - Dasar luka

    - Sekitar luka : pengotoran atau tanda kekerasan lain

    - Ukuran luka : pada luka terbuka dilakukan setelah luka dirapatkan

    - Saluran luka

    - Lain-lain : pola penumpukan kulit

    q) Pemeriksaan terhadap patah tulang5

    PEMBEDAHAN MAYAT

    Terdapat empat teknik autopsi dasar yaitu teknik Virchow, teknik Rokistansky, teknik

    Letulle dan teknik Ghon. Teknik Virchow merupakan teknik tertua dan kurang baik untuk

    autopsi forensik karena hubungan anatomik antar organ dapat hilang. Teknik Rokistansky

    dilakukan dengan membuat irisan organ in situ kemudian baru dikeluarkan. Teknik Letulle

    mengeluarkan organ leher, dada, diafrgama dan perut sekaligus (en masse) dan merugikan

    karena memerlukan pembantu untuk dilakukan. Teknik Ghon mengangkat organ sebagai tiga

    kumpulan yaitu organ leher dan dada, organ pencernaan bersama hati dan limpa, serta organ

    urogenital4.

    Pemeriksaan dalam bisa dilakukan dengan beberapa cara seperti insisi I, insisi Y dan insisimelalui lekukan suprasternal menuju simphisis pubis. Insisi I dimulai di bawah tulang rawan

    krikoid di garis tengah sampai prosesus xifoideus kemudian 2 jari paramedian kiri dari puat

    sampai simfisis, dengan demikian tidak perlu melingkari pusat. Insisi Y pula merupakan

    salah satu tehnik khusus otopsi. Pada pemeriksaan dalam, organ tubuh diambil satu persatu

    dengan hati-hati dan dicatat4:

    a) Ukuran

  • 5/24/2018 pbl 1 blok 30 makalah

    17/49

    - Pengukuran secara langsung adalah dengan menggunakan pita pengukur. Secara

    tidak langsung dilihat adanya penumpulan pada batas inferior organ. Organ hati

    yang mengeras juga menunjukkan adanya pembesaran.

    b)

    Bentuk

    c) Permukaan

    d) Konsistensi

    - Diperkirakan dengan cara menekan jari ke organ tubuh tersebut.

    e) Kohesi

    - Merupakan kekuatan daya regang antar jaringan pada organ.

    f) Potongan penampang melintang

    - Dicatat warna dan struktur permukaan penampang organ yang dipotong.

    Pemeriksaan khusus juga bisa dilakukan terhadap sistem organ tertentu,

    tergantung dari dugaan penyebab kematian.

    Pemeriksaan khusus bisa dilakukan terhadap sistem organ tertentu, tergantung dari dugaanpenyebab kematian. Insisi pada masing-masing bagian-bagian tubuh yaitu :

    a) Dada :

    - Dilakukan seksi jantung dan paru-paru

    b) Perut

    - Dilihat esofagus, lambung, duodenum dan hati yang dikeluarkan sebagai satu unit

    - Ginjal, ureter, rektum, dan kandung urine juga dilihat dan dikeluarkan sebagai

    satu unit. Pada perempuan kantung kemih dilepaskan dari uterus dan vagina.

    c) Leher :

    - Lidah, laring, trakea, esofagus, palatum molle, faring dan tonsil dikeluarkan

    sebagai satu unit. Perhatikan obstruksi di saluran nafas, kelenjar gondok dan

    tonsil. Pada kasus pencekikan tulang lidah harus dibersihkan dan diperiksa adanyapatah tulang.

  • 5/24/2018 pbl 1 blok 30 makalah

    18/49

    d) Kepala :

    - Pada trauma kepala perhatikan adanya edema, kontusio, laserasi serebri.

    AUTOPSI PADA KASUS DENGAN KELAINAN PADA LEHER

    Untuk melihat kelainan pada leher dengan baik, dipastikan agar daerah leher bersih

    dari kemungkinan genangan darah dengan diusahakan pembuluh darah leher dapat dialirkan

    ke tempat lain. Dengan mengalirkan darah dari pembuluh darah leher ke arah kepala dan

    dada, lapangan leher menjadi bersih sehingga kelainan berupa resapan darah yang kecil pun

    dapat dilihat. Setelah pemeriksaan leher selesai, alat leher diangkat dan diperiksa seperti

    autopsi biasa6.

    AUTOPSI PADA KASUS KEMATIAN AKIBAT KEKERASAN

    Pada kematian akibat kekerasan, pemeriksaan terhadap luka harus mengungkapkan

    hal-hal seperti:

    a) Penyebab luka

    - Memeperhatikan morfologi luka yang sringkali member petunjuk tentang benda

    yang mengenai tubuh

    b) Arah kekerasan

    - Luka lecet dan luka robek dapat menentukan arah kekerasan sehingga penting

    untuk rekonstruksi terjadinya perkara. Pada luka yang menembus kedalam tubuh,

    perlu ditentukan arah serta jalannya saluran luka dalam tubuh mayat.

    c) Cara terjadinya luka

    - Dilihat apakah luka akibat dari pembunuhan, kecelakaan atau bunuh diri. Luka

    akibat pembunuhan biasanya tersebar di seluruh tubuh sama ada daerah terbuka

    atau daerah tertutup seperti leher, ketiak, lipat siku dan sebagainya. Seringkali

    juga ditemukan luka tangkis pada korban pembunuhan. Pada kecelakaan luka

    lebih ditemukan di daerah yang terbuka disbanding daerah tertutup. Pada korban

    bunuh diri pula, luka menunjukkan sifat luka percobaan atau tentative wounds

    yang mengelompok dan berjalan kurang lebih sejajar.

  • 5/24/2018 pbl 1 blok 30 makalah

    19/49

    d) Hubungan antara luka yang ditemukan dengan sebab mati

    - Pada korban kekerasan harus dibuktikan bahwa kematian terjadi semata-mata

    akibat kekerasan yang menyebabkan luka. Harus juga dipastikan luka yang

    ditemukan adalah luka intravital yaitu yang terjadi sewaktu korban masih hidup.

    Tanda intravitalitas luka berupa reaksi jaringan terhadap luka seperti resapan

    darah, proses penyembuhan luka, sebukan sel radang dan lain-lain perlu

    diperhatikan4.

    Kematian akibat pembunuhan menggunakan kekerasan

    Pada kasus pembunuhan dengan menggunakan kekerasan tajam, luka harus dilukis

    dengan baik dan diperhatikan bentuk luka, tepi luka, sudut luka, keadaan sekitar luka dan

    lokasi luka. Dilihat juga kemungkinan terdapatnya luka tangkis di daerah ekstensor lengan

    bawah serta telapak tangan. Biasanya terdapat beberapa buah luka yang distribusinya tidak

    teratur pada kasus pembunuhan dengan kekerasan tajam.

    Pembunuhan dengan menggunakan kekerasan tumpul dapat menimbulkan luka

    berbentuk luka memar, luka lecet maupun luka robek. Perlu juga diperhatikan adanya atau

    luka tangkis. Pada pembunuhan dengan senjata api pula dapat ditemukan luka tembak masuk

    jarak dekat, sangat dekat atau luka tembak masuk jarak jauh dan luka tembak temple.

    Bunuh diri dengan kekerasan

    Seseorang yang bunuh diri dengan benda tajam seringkali ditemukan luka bunuh diri

    yang mengelompok pada tempat tertentu seperti pergelangan tangan, leher atau daerah

    prekordial. Luka-luka sering berupa beberapa buah luka percobaan dengan satu luka yang

    mematikan4,5.

    AUTOPSI KASUS KEMATIAN AKIBAT ASFIKSIA MEKANIS

    Asfiksia mekanik meliputi peristiwa pembekapan, penyumbatan, pencekikan,

    penjeratan dan gantung serta penekanan pada dinding dada. Pada pemeriksaan mayat sering

    ditemukan tanda kematian akibat asfiksi berupa lebam mayat yang gelap dan luas,

    perbendungan pada bola mata, busa halus pada lubang hidung, mulut dan saluran pernafasan,

    perbendungan pada alat-alat dalam serta bintik perdarahan Tardieu. Tanda-tanda asfiksi tidak

  • 5/24/2018 pbl 1 blok 30 makalah

    20/49

    akan ditemukan bila kematian terjadi melalui mekanisme non-asfiksi. Ciri khas bagi masing-

    masing peristiwa adalah seperti berikut4:

    a) Pembekapan

    - Tanda kekerasan sekitar lubang hidung dan mulut terutama bagain muka yang

    menonjol. Dilihat juga tanda kekerasan pada bagian belakang bibir, daerah

    belakang kepala atau tengkuk.

    b) Penyumbatan

    - Sering sekali benda asing masih terdapat dalam rongga mulut atau ditemukan sisa

    benda asing dan tanada bekas penekanan benda asing pada dinding rongga mulut.

    c) Pencekikan

    - Kulit daerah leher menunjukkan tanda kekerasa yang ditimbulkan ujung jari atau

    kuku berupa luka memar atau lecet jenis tekan. Pada pembedahan ditemukan

    resapan darah bawha kulit daerah leher serta alat leher dan tulang lidah boleh

    patah unilateral.

    d)

    Penjeratan

    - Jerat biasanya berjalan horisantal/mendatar dan letaknya rendah. Jerat

    meninggalkan jejas jeratberupa luka lecet jenis tekan yang melingkari leher. Jerat

    pada kasus pembunuhan sering kali disimpul mati.

    e) Tergantung

    - Jerat pada leher menunjukkan ciri khas berupa arah yang tidak mendatar tetapi

    membentuk sudut membuka ke arah bawah dan letak jerat lebih tinggi. Ditemukan

    resapan darah bawah kulit pada pembedahan sesuai letak jejas jerat pada kulit4,5.

    PEMERIKSAAN TRAUMATOLOGI

    Trauma atau kecelakaan merupakan hal yang biasa dijumpai dalam kasus forensik.

    Hasil dari trauma atau kecelakaan adalah luka, perdarahan dan atau skar atau hambatan dalam

    fungsi organ. Agen penyebab trauma diklasifikasikan dalam beberapa cara, antara lain

  • 5/24/2018 pbl 1 blok 30 makalah

    21/49

    kekuatan mekanik, aksi suhu, agen kimia, agen elektromagnet, asfiksia dan trauma emboli.

    Dalam prakteknya nanti seringkali terdapat kombinasi trauma yang disebabkan oleh satu

    jenis penyebab, sehingga klasifikasi trauma ditentukan oleh alat penyebab dan usaha yang

    menyebabkan trauma7.

    Luka akibat kekerasan tajam dapat disebabakan oleh benda-benda yang memiliki sisi

    tajam, baik berupa garis maupun runcing, yang bervariasi dari alat-alat seperti pisau, golok,

    keping kaca, pemecah es, kapak dan sebagainya. Terjadinya persentuhan dengan benda tajam

    akan berakibatkan luka yang membawa maksud putusnya atau rusaknya continuitas

    jaringan karena trauma akibat alat atau senjata yang bermata tajam dan atau berujung

    runcing. Ciri Luka Akibat Benda Tajam:

    Tepi luka rata

    Sudut luka tajam

    Rambut ikut terpotong

    Tiada jembatan jaringan

    Tiada memar atau lecet di sekitarnya

    Ciri-ciri luka akibat kasus bunuh diri, pembunuhan dan kekerasan akibat kekerasan

    benda tajam adalah seperti berikut7:

    Pembunuhan Bunuh diri Kecelakaan

    Lokasi luka Sembarang Terpilih Terpapar

    Jumlah luka Banyak Banyak Tunggal/ banyak

    Pakaian Terkena Tidak terkena Terkena

    Luka tangkis Ada Tidak ada Tidak ada

    Luka percobaan Tidak ada Ada Tidak ada

    Cedera sekunder Mungkin ada Tidak ada Mungkin ada

    Luka akibat kekerasan terbagi kepada tiga yaitu luka iris atau sayat, luka tusuk dan luka

    bacok2.

    Luka iris Luka tusuk Luka bacok

    Luka karena alat yang tepinya

    tajam dan timbulnya luka oleh

    karena alat ditekan pada kulit

    Luka akibat alat yang berujung

    runcing dan bermata tajam atau

    tumpul yang terjadi dengan

    Luka akibat benda atau alat

    yang berat dengan mata tajam

    atau agak tumpul yang terjadi

  • 5/24/2018 pbl 1 blok 30 makalah

    22/49

    dengan kekuatan relatif ringan

    kemudian digeserkan sepanjang

    kulit.

    suatu tekanan tegak lurus atau

    serong pada permukaan tubuh.

    Contohnya belati, bayonet,

    keris, clurit, kikir dan tanduk

    kerbau.

    dengan suatu ayunan disertai

    tenaga yang cukup besar

    Contohnya pedang, clurit,

    kapak, baling-baling kapal

    Ciri-ciri luka iris:

    o Pinggir luka rata

    o Sudut luka tajam

    o Rambut ikut terpotong

    o Jembatan jaringan

    o Biasanya mengenai

    kulit, otot, pembuluh

    darah, tidak sampai

    tulang

    Ciri-ciri luka tusuk (misalnya

    senjata pisau / bayonet):

    o Tepi luka rata

    o Dalam luka lebih besar

    dari panjang luka

    o Sudut luka tajam

    o Sisi tumpul pisau

    menyebabkan sudut

    luka kurang tajam

    o Sering ada memar atau

    echymosis disekitarnya

    Identifikasi Senjata pada

    luka tusuk:

    o Panjang luka: ukuran

    maksimal dari lebarsenjata

    o Dalam luka: ukuran

    minimal dari panjang

    senjata

    o Sudut luka lancip dan

    yang lain tumpul maka

    penyebabnya adalah

    benda tajam bermata

    satu.

    o Kedua sudut lancip,

    luka akibat benda tajam

    bermata dua.

    DADA (Stabil): Untuk luka

    tusuk di perut tidak dapat

    diambil kesimpulan panjang

    senjatanya karena perut sangat

    Ciri-ciri luka bacok:

    o Luka biasanya besar

    o Pinggir luka rata

    o Sudut luka tajam

    o Hampir selalu

    menimbulkan kerusakan

    pada tulang, dapat

    memutuskan bagian

    tubuh yang terkena

    bacokan

    o Kadang-kadang pada

    tepi luka terdapat

    memar, aberasi.

  • 5/24/2018 pbl 1 blok 30 makalah

    23/49

    elastis.

    Luka Iris pada BUNUH DIRI:

    o Lokalisasi luka pada

    daerah tubuh yang

    dapat dicapai korban

    sendiri yaitu leher,

    pergelangan tangan,

    lekuk siku, lekuk lutut

    dan pelipatan paha

    o Ditemukan Luka Iris

    Percobaan

    o Tidak ditemukan Luka

    Tangkisan

    o Pakaian disingkirkan

    dahulu/tidak ikut robek

    Luka Iris pada

    PEMBUNUHAN :

    o Pembunuh seseorang

    dengan irisan adalah

    sukar, kecuali kalaufisik korban jauh lebih

    lemah dari pelaku atau

    korban dalam keadaan

    atau dibuat tidak

    berdaya.

    o Luka di sembarang

    tempat, juga pada

    daerah tubuh yang tidak

    mungkin dicapai tangan

    korban sendiri

    o Ditemukan luka

    tangkisan atau tanda

    perlawanan.

    o Pakaian ikut koyak

    akibat senjata tajam

    tersebut.

    Luka Tusuk pada BUNUH

    DIRI:

    o Lokalisasi pada daerah

    tubuh yang mudah

    dicapai tubuh korban

    (dada, perut)

    o Jumlah luka yang

    mematikan biasanya

    satu

    o Ditemukan Luka

    Tusuk Percobaan

    o Tidak ditemukan Luka

    Tangkisan

    o Bila pada daerah yang

    ada pakaian, maka

    pakaian disingkirkan

    lebih dahulu, sehingga

    tidak ikut terkoyak

    o

    Kadang-kadang tanganmengalami

    CADAVERIC SPASM

    Luka Tusuk pada

    PEMBUNUHAN:

    o Lokalisasi di sembarang

    tempat, juga di daerah

    tubuh yang tak

    mungkin dicapai tangan

    korban

    o Jumlah luka dapat

    satu/lebih

    o Didapatkan tanda

    perlawanan dari korban

    yang menyebabkan luka

    tangkisan

    o

    Pakaian ikut terkoyak

    Cara kematian pada luka bacok:

    o Pembunuhan

    o Kecelakaan

  • 5/24/2018 pbl 1 blok 30 makalah

    24/49

    PEMERIKSAAN MEDIS PADA BIDANG TANATOLOGIIlmu yang mempelajari tentang kematian dan perubahan yang terjadi setelah kematian serta

    faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut adalah tanatologi.

    Tanatologi berasal dari kata thanatos (yang berhubungan dengan kematian) dan logos

    ilmu. Tanatologi adalah bagian dari ilmu kedokteran Forensik yang mempelajari kematian

    dan perubahan yang terjadi setelah kematian serta faktor yang mempengaruhi perubahan

    tersebut. Dalam tanatologi dikenal beberapa istilah tentang mati, yaitu mati somatis (mati

    klinis), mati suri, mati seluler, mati serebral dan mati otak (mati batang otak)6.

    1. Mati somatis (mati klinis)

    Terjadi akibat terhentinya fungsi ketiga sistem penunjang kehidupan, yaitu susunan

    saraf pusat, sistem kardiovaskular dan sistem pernapasan, yang menetap (irre-versible).

    Secara klinis tidak ditemukan refleksrefleks, EEG menda-tar, nadi tidak teraba, denyut

    jantung tidak terdengar, tidak ada gerak pernapasan dan suara nafas tidak terdengar pada

    auskultasi.

    2. Mati suri (suspended animation apparent death)

    Adalah terhentinya ketiga sistim kehidupan di atas yang ditentukan dengan alat

    kedokteran sederhana. Dengan peralatan kedokteran canggih masih dapat dibuktikan

    bahwa ketiga sistem tersebut masih berfungsi. Mati suri sering ditemukan pada kasus

    keracunan obat tidur, tersengat aliran listrik dan tenggelam.

    3. Mati seluler (mati molekuler)

    Adalah kematian organ atau ja-ringan tubuh yang timbul beberapa saat setelah kematian

    somatis. Daya tahan hidup masing-masing organ atau jaringan berbeda-beda, sehingga

    terjadinya kematian seluler pada tiap organ atau jaringan tidak bersamaan. Pengetahuan

    ini penting dalam transplantasi organ.

    4. Mati serebral adalah kerusakan kedua hemisfer otak yang ireversibel kecuali

    batang otak dan serebelum, sedangkan kedua sistem lainnya yaitu sistem pernapasan dan

    kardiovaskular masih berfungsi dengan bantuan alat.

    Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang berupa

    tanda kematian, yaitu perubahan yang terjadi pada tubuh mayat. Perubahan tersebut dapat

  • 5/24/2018 pbl 1 blok 30 makalah

    25/49

    timbul dini pada saat meninggal atau beberapa menit kemudian, misalnya kerja jantung dan

    peredaran darah berhenti, pernapasan berhenti, refleks cahaya dan refleks kornea mata hilang,

    kulit pucat dan relaksasi otot. Setelah beberapa waktu timbul perubahan pascamati yang jelas

    yang memungkinkan diagnosis kematian lebih pasti.

    Tanda Pasti Kematian

    Dahulu kematian ditandai dengan tidak berfungsinya lagi jantung. Konsep baru sekarang

    ini mengenai kematian mencakup berhentinya fungsi pernafasan, jantung dan otak. Dimana

    saat kematian ditentukan berdasarkan saat otak berhenti berfungsi. Pada saat itulah jika

    diperiksa dengan elektro-ensefalo-grafi (EEG) diperoleh garis yang datar. Berdasarkan

    waktunya tanda kematian dibagi menjadi 3, yaitu3:

    1. Tanda yang segera dikenali setelah kematian.

    Berhentinya sirkulasi darah.

    Berhentinya pernafasan.

    2. Tanda-tanda kematian setelah beberapa saat kemudian:

    A. Perubahan temperatur tubuh (algor mortis)

    B.

    Lebam mayat (livor mortis)

    C. Kaku mayat (rigor mortis)

    A. Penurunan Temperatur Tubuh (algor Mortis)

    Suhu tubuh pada orang yang sudah meninggal perlahan-lahan akan sama dengan suhu

    lingkungannya karena mayat tersebut akan melepaskan panas dan suhunya menurun.

    Kecepatan penurunan suhu pada mayat bergantung kepada suhu lingkungan dan suhu mayat

    tu sendiri. Pada iklim yang dingin maka penurunan suhu mayat berlangsung cepat

    2,3

    .

    FaktorFaktor yang Mempengaruhi Suhu Mayat

    1. Usia. Penurunan suhu lebih cepat pada anak-anak dan orang tua dibandingkan orang

    dewasa.

    2. Jenis kelamin. Wanita mengalami penurunan suhu tubuh yang lebih lambat dibandingkan

    pria karena jaringan lemaknya lebih banyak.

  • 5/24/2018 pbl 1 blok 30 makalah

    26/49

    3. Lingkungan sekitar mayat. Jika mayat berada pada ruangan kecil tertutup tanpa ventilasi,

    kecepatan penurunan suhu mayat akan lebih lambat dibandingkan jika mayat berada pada

    tempat terbuka dengan ventilasi yang cukup.

    4. Pakaian. Tergantung pakaian yang di pakai tebal atau nipis atau tidak berpakaian.

    5. Bentuk tubuh. Mayat yang berbadan kurus akan mengalami penurunan suhu badan yang

    lebih cepat.

    6. Posisi tubuh. Mayat dalam posisi terlentang mengalami penurunan suhu yang lebih cepat.

    B. Lebam Mayat (Livor Mortis)

    Lebam mayat terjadi akibat terkumpulnya darah pada jaringan kulit dan subkutan disertai

    pelebaran pembuluh kapiler pada bagian tubuh yang letaknya rendah atau bagian tubuh yang

    tergantung. Keadaan ini memberi gambaran berupa warna ungu kemerahan.

    Setelah seseorang meninggal, mayatnya menjadi suatu benda mati sehingga darah akan

    berkumpul sesuai dengan hukum gravitasi. Lebam mayat pada awalnya berupa barcak.

    Dalam waktu sekitar 6 jam, bercak ini semakin meluas yang pada akhirnya akan membuat

    warna kulit menjadi gelap.

    Pembekuan darah terjadi dalam waktu 6-10 jam setelah kematian. Lebam mayat ini bisa

    berubah baik ukuran maupun letaknya tergantung dari perubahan posisi mayat. Karena itu

    penting sekali untuk memastikan bahwa mayat belum disentuh oleh orang lain. Posisi mayat

    ini juga penting untuk menentukan apakah kematian disebabkan karena pembunuhan atau

    bunuh diri2,3.

    Ada 5 warna lebam mayat yang dapat kita gunakan untuk memperkirakan penyebab

    kematian :

    Merah kebiruan merupakan warna normal lebam

    Merah terang menandakan keracunan CO, keracunan CN atau suhu dingin

    Merah gelap menunjukkan asfiksia

    Biru menunjukkan keracunan nitrit

    Coklat menandakan keracunan aniline

    C. Kaku Mayat (Rigor Mortis)

    Perubahan otot yang terjadi setelah kematian bisa dibagi dalam 3 tahap :

    1. Periode relaksasi primer (flaksiditas primer)

    Hal ini terjadi segera setelah kematian. Biasanya berlangsung selama 2-3 jam. Seluruh

    otot tubuh mengalami relaksasi,dan bisa digerakkan ke segala arah. Iritabilitas otot masih

  • 5/24/2018 pbl 1 blok 30 makalah

    27/49

    ada tetapi tonus otot menghilang. Pada kasus di mana mayat letaknya berbaring rahang

    bawah akan jatuh dan kelopak mata juga akan turun dan lemas.

    2. Kaku Mayat

    Kaku mayat akan terjadi setelah tahap relaksasi primer. Keadaan ini berlangsung

    setelah terjadinya kematian tingkat sel, dimana aktivitas listrik otot tidak ada lagi. Otot

    menjadi kaku. Fenomena kaku mayat ini pertama sekali terjadi pada otot-otot mata,

    bagian belakang leher, rahang bawah, wajah, bagian depan leher, dada, abdomen bagian

    atas dan terakhir pada otot tungkai.

    Akibat kaku mayat ini seluruh mayat menjadi kaku, otot memendek dan persendian

    pada mayat akan terlihat dalam posisi sedikit fleksi.

    Keadaan ini berlangsung selama 24 - 48 jam pada musim dingin dan 18 - 36 jam pada

    musim panas.

    Penyebabnya adalah otot tetap dalam keadaan hidrasi oleh karena adanya ATP. Jika

    tidak ada oksigen, maka ATP akan terurai dan akhirnya habis, sehingga menyebabkan

    penumpukan asam laktat dan penggabungan aktinomiosin (protein otot).

    3. Periode Relaksasi Sekunder

    Otot menjadi relak (lemas) dan mudah digerakkan. Hal ini terjadi karena pemecahan

    protein, dan tidak mengalami reaksi secara fisik maupun kimia. Proses pembusukan juga

    mulai terjadi. Pada beberapa kasus, kaku mayat sangat cepat berlangsung sehingga sulit

    membedakan antara relaksasi primer dengan relaksasi sekunder2,3.

    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kaku Mayat

    1. Keadaan Lingkungan. Pada keadaan yang kering dan dingin, kaku mayat lebih lambat

    terjadi dan berlangsung lebih lama dibandingkan pada lingkungan yang panas dan

    lembab. Pada kasus di mana mayat dimasukkan ke dalam air dingin, kaku mayat akan

    cepat terjadi dan berlangsung lebih lama.

    2. Usia. Pada anak-anak dan orangtua, kaku mayat lebih cepat terjadi dan berlangsung tidak

    lama. Pada bayi prematur biasanya tidak ada kaku mayat. Kaku mayat baru tampat pada

    bayi yang lahir mati tetapi cukup usia (tidak prematur)

    3. Cara kematian. Pada pasien dengan penyakit kronis, dan sangat kurus, kaku mayat cepat

    terjadi dan berlangsung tidak lama. Pada pasien yang mati mendadak, kaku mayat lambat

    terjadi dan berlangsung lebih lama.

  • 5/24/2018 pbl 1 blok 30 makalah

    28/49

    4. Kondisi otot. Terjadi kaku mayat lebih lambat dan berlangsung lebih lama pada kasus di

    mana otot dalam keadaan sehat sebelum meninggal, dibandingkan jika sebelum

    meninggal keadaan otot sudah lemah.

    3. Tanda-tanda kematian setelah selang waktu yang lama:

    Proses Pembusukan

    Perubahan warna. Perubahan ini pertama kali tampat pada fossa iliaka kanan dan kiri

    berupa warna hijau kekuningan, disebabkan oleh perubahan hemoglobin menjadi

    sulfmethemoglobin.

    Perubahan warna ini juga tampak pada seluruh abdomen, bagian depan genitalia eksterna,

    dada, wajah dan leher. Dengan semakin berlalunya waktu maka warnanya menjadi semakin

    ungu.

    Jangka waktu mulai terjadinya perubahan warna ini adalah 6-12 jam pada musim panas

    dan 1-3 hari pada musin dingin. Perubahan warna tersebut juga diikuti dengan pembengkakan

    mayat. Otot sfingter mengalami relaksasi sehingga urin dan faeses keluar. Lidah juga terjulur.

    Bibir menebal, mulut membuka dan busa kemerahan bisa terlihat keluar dari rongga mulut.

    Mayat berbau tidak enak disebabkan oleh adanya gas pembusukan. Gas ini bisa

    terkumpul pada suatu rongga sehingga mayat menjadi tidak mirip dengan korban sewaktu

    masih hidup. Gas ini selanjutnya juga bisa membentuk lepuhan kulit2

    Lepuhan Kulit (blister)

    Mulai tampak 36 jam setelah meninggal. Kulit ari dapat dengan cukup mudah dikelupas.

    Di mana akan tampak cairan berwarna kemerahan yang sedikit mengandung albumin

    Jika pembusukan terus berlangsung, maka bau busuk yang timbul akan menarik lalat

    untuk hinggap pada mayat. Lalat menempatkan telurnya pada mayat, di mana dalam waktu 8-

    24 jam telur akan menetas menghasilkan larva-yang sering disebut belatung. Dalam waktu 4-

    5 hari, belatung ini lalu menjadi pupa, dimana setelah 4-5 hari kemudian akan menjadi lalat

    dewasa. Pada tahap ini bagian dari tulang tengkorak mulai tampak. Rektum dan uterus juga

    tampak dan uterus gravid juga bisa mengeluarkan isinya Rambut dan kuku dengan mudah

    dapat dicabut. Bagian perut dan dada bisa pecah berhubung besarnya tekanan gas yang di

    kandungnya. Jika pembusukan terus berlangsung, maka jaringan jaringan menjadi lunak,

    rapuh dan berwarna kecoklatan3.

    Organ Tubuh Bagian Dalam

  • 5/24/2018 pbl 1 blok 30 makalah

    29/49

    Organ tubuh bagian dalam juga mengalami perubahan. Bentuk perubahan sama seperti

    diatas, jaringan-jaringan menjadi berwarna kecoklatan. Ada yang cepat membusuk dan ada

    yang lambat.

    Jaringan yang cepat membusuk :

    Laring

    Trakea

    Otak terutama pada anak-anak

    Lambung

    Usus halus

    Hati

    LimpaJaringan yang lambat membusuk :

    Jantung

    Paru-paru

    Ginjal Prostat

    Uterus non gravid

    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Pembusukan.a) Temperatur. Temperatur yang paling cocok untuk proses pembusukan adalah antara 700F

    sampai 1000F. Pembusukan akan melambat diatas temperatur 1000F dan dibawah 700F,

    dan berhenti dibawah 320 F atau diatas 2120F .

    b) Udara. Udara yang mempercepat pembusukan. Kecepatan pembusukan lebih lambat

    didalam air dan dalam tanah dibandingkan di udara terbuka.

    c) Kelembaban. Keadaan lembab mempercepat proses pembusukan.

    d) Penyebab kematian. Bagian tubuh yang terluka biasanya lebih cepat membusuk.

    Beberapa jenis racun bisa memperlambat pembusukan, misalnya arsen, zinc (seng) dan

    golongan logam antimon. Mayat penderita yang meninggal karena penyakit kronis lebih

    cepat membusuk dibandingkan mayat orang sehat.

    Adiposera

    Fenomena ini terjadi pada mayat yang tidak mengalami proses pembusukan yang biasa.

    Melainkan mengalami pembentukan adiposera. Adiposera merupakan subtansi yang mirip

  • 5/24/2018 pbl 1 blok 30 makalah

    30/49

    seperti lilin yang lunak, licin dan warnanya bervariasi mulai dari putih keruh sampai coklat

    tua. Adiposera mengandung asam lemak bebas, yang dibentuk melalui proses hidrolisa dan

    hidrogenasi setelah kematian. Adanya enzim bakteri dan air sangat penting untuk

    berlangsungnya proses tersebut. Dengan demikian, maka adiposera biasanya terbentuk pada

    mayat yang terbenam dalam air atau rawa-rawa. Lama pembentukan adiposera ini juga

    bervariasi, mulai dari 1 minggu sampai 10 minggu. Kepentingan medikolegal dari adiposere

    adalah dapat menunjukkan tempat kematian (kering, panas atau tempat basah)2.

    Mummifikasi

    Mayat mengalami pengawetan akibat proses pengeringan dan penyusutan bagian-bagian

    tubuh. Kulit menjadi kering, keras dan menempel pada tulang kerangka. Mayat menjadi lebih

    tahan dari pembusukan sehingga masih jelas menunjukkan ciri-ciri

    seseorang.

    Fenomena ini terjadi pada daerah yang panas dan lembab, di mana mayat dikuburkan

    tidak begitu dalam dan angin yang panas selalu bertiup sehingga mempercepat penguapan

    cairan tubuh.

    Lama terjadinya mummifikasi adalah antara 4 bulan sampai beberapa tahun. Kepentingan

    medikolegal dari mummfikasi adalah dapat menunjukkan tempat kematian (kering, panas

    atau tempat basah)6.

    CARA DAN SEBAB KEMATIAN

    Penyebab kematian

    Dengan adanya perlukaan atau penyakit yang menimbulkan kekacauan fisik pada tubuh yang

    menghasilkan kematian pada seseorang. Berikut ini adalah penyebab kematian: luka tembakpada kepala, luka tusuk pada dada, adenokarsinoma pada paru-paru, dan aterosklerosis

    koronaria.2,3

    Mekanisme kematian

    Merupakan kekacauan fisik yang dihasilkan oleh penyebab kematian yang menghasilkan

    kematian. Contoh dari mekanisme kematian dapat berupa perdarahan, septikemia, dan aritmia

    jantung. Ada yang dipikirkan adalah bahwa suatu keterangan tentang mekanime kematian

    dapat diperoleh dari beberapa penyebab kematian dan sebaliknya. Jadi, jika seseorang

  • 5/24/2018 pbl 1 blok 30 makalah

    31/49

    meninggal karena perdarahan masif, itu dapat dihasilkan dari luka tembak, luka tusuk, tumor

    ganas dari paru yang masuk ke pembuluh darah dan seterusnya. Kebalikannya adalah bahwa

    penyebab kematian, sebagai contoh, luka tembak pada abdomen, dapat menghasilkan banyak

    kemungkinan mekanisme kematian yang terjadi, contohnya perdarahan atau peritonitis.

    Cara kematian

    Cara kematian secara umum dapat dikategorikan sebagai wajar, pembunuhan, bunuh diri,

    kecelakaan, dan yang tidak dapat dijelaskan (pada mekanisme kematian yang dapat memiliki

    banyak penyebab dan penyebab yang memiliki banyak mekanisme, penyebab kematian dapat

    memiliki banyak cara). Seseorang dapat meninggal karena perdarahan masif (mekanisme

    kematian) dikarenakan luka tembak pada jantung (penyebab kematian), dengan cara kematian

    secara pembunuhan (seseorang menembaknya), bunuh diri (menembak dirinya sendiri),

    kecelakaan (senjata jatuh), atau tidak dapat dijelaskan (tidak dapat diketahui apa yang

    terjadi).

    Berdasarkan sifat serta penyebabnya, kekerasan dapat dibedakan atas kekerasan yang

    bersifat:

    1. Mekanik

    Kekerasan oleh benda tajam Kekerasan oleh benda tumpul

    Tembakan senjata api2

    2. Fisika

    Suhu

    Listrik dan petir

    Perubahan tekanan udara

    Akustik

    Radiasi

    3. Kimia

    Asam atau basa kuat

    Pada kematian akibat kekerasan, pemeriksaan terhadap luka harus dapat mengungkapkan

    berbagai hal tersebut di bawah ini 2.

    1. Penyebab luka.

  • 5/24/2018 pbl 1 blok 30 makalah

    32/49

    Dengan memperhatikan morfologi luka, kekerasan penyebab luka dapat ditentukan. Pada

    kasus tertentu, gambaran luka seringkali dapat memberi petunjuk mengenai bentuk benda

    yang mengenai tubuh, misalnya luka yang disebabkan oleh benda tumpul berbentuk bulat

    panjang akan meninggalkannegative imprintoleh timbulnya marginal haemorrhage.

    Luka lecet jenis tekan memberikan gambaran bentuk benda penyebab luka.

    2. Arah kekerasan.

    Pada luka lecet jenis geser dan luka robek, arah kekerasan dapat ditentukan. Hal ini

    sangat

    membantu pihak yang berwajib dalam melakukan rekonstruksi terjadinya perkara.

    3. Cara terjadinya luka.

    Yang dimaksudkan dengan cara terjadinya luka adalah apakah luka yang ditemukan terjadi

    sebagai akibat kecelakaan, pembunuhan atau bunuh diri.

    Luka-luka akibat kecelakaan biasanya terdapat pada bagian tubuh yang terbuka. Bagian

    tubuh yang biasanya terlindung jarang mendapat luka pada suatu kecelakaan. Daerah

    terlindung ini misalnya adalah daerah sisi depan leher, daerah lipat siku, dan sebagainya.

    Luka akibat pembunuhan dapat ditemukan tersebar pada seluruh bagian tubuh. Pada

    korban pembunuhan yang sempat mengadakan perlawanan, dapat ditemukan luka tangkis

    yang biasanya terdapat pada daerah ekstensor lengan bawah atau telapak tangan.

    Pada korban bunuh diri, luka biasanya menunjukkan sifat luka percobaan ( tentative

    wounds) yang mengelompok dan berjalan kurang lebih sejajar.

    4. Hubungan antara luka yang ditemukan dengan sebab mati.

    Harus dapat dibuktikan bahwa terjadinya kematian semata-mata disebabkan oleh

    kekerasan yang menyebabkan luka. Untuk itu pertama-tama harus dapat dibuktikan bahwa

    luka yang ditemukan adalah benar-benar luka yang terjadi semasa korban masih hidup

    (luka intravital). Untuk ini, tanda intravitalitas luka berupa reaksi jaringan terhadap luka

    perlu mendapat perhatian. Tanda intravitalitas luka dapat bervariasi dari ditemukannya

    resapan darah, terdapatnya proses penyembuhan luka, sebukan sel radang, pemeriksaan

    histo-enzimatik, sampai pemeriksaan kadar histamin bebas dan serotonin jaringan2

  • 5/24/2018 pbl 1 blok 30 makalah

    33/49

    INTERPRETASI TEMUAN

    Interpretasi temuan meliputi aspek :

    PENJERATAN (STRANGULATION BY LIGATURE)A. Definisi

    Penjeratan adalah penekanan benda asing berupa tali, ikat pinggang, rantai, stagen,

    kawat, kabel, kaos kaki dan sebagainya, melingkari atau mengikat leher yang makin lama

    makin kuat, sehingga saluran nafas tertutup. Berbeda dengan gantung diri yang biasanya

    merupakan kasus bunuh diri, maka penjeratan biasanya adalah kasus pembunuhan.

    Pada peristiwa gantung, kekuatan jeratnya berasal dari berat tubuhnya, maka pada jeratan

    dengan tali kekuatan jeratnya berasal dari tarikan pada kedua ujungnya. Dengan kekuatan

    tersebut, pembuluh darah balik atau jalan nafas dapat tersumbat. Tali yang dipakai sering

    disilangkan dan sering dijumpai adanya simpul. Jeratan pada bagian depan leher hampir

    selalu melewati membran yang menghubungkan tulang rawan hyoid dan tulang rawan

    thyroid.

    B. Mekanisme kematian

    Ada 3 mekanisme kematian pada jerat , yaitu :1.Asfiksia

    Terjadi akibat terhambatnya aliran udara pernafasan. Merupakan penyebab kematian

    yang paling sering.

    2.Iskemia Serebral

    Iskemia serebral disebabkan oleh penekanan dan hambatan pembuluh darah arteri

    (oklusi arteri) yang menyebabkan terhambatnya aliran darah ke otak. Gambar dibawah

    menunjukkan gambaran rontgen pada wanita yang berupaya bunuh diri dengan gantung.

    3.Syok Vasovagal

    Perangsangan pada sinus caroticus menyebabkan refleks vagal yang menyebabkan henti

    jantung.

    C. Cara kematian pada kasus jerat

    Cara kematian pada kasus jerat diantaranya adalah:

    1. Pembunuhan (paling sering).

  • 5/24/2018 pbl 1 blok 30 makalah

    34/49

    Pembunuhan pada kasus jeratan (strangulation by ligature) dapat kita jumpai pada

    kejadianinfanticide dengan menggunakan tali pusat, psikopat yang saling menjerat,

    dan hukuman mati(zaman dahulu).

    2. Kecelakaan

    Kecelakaan pada kasus jeratan (strangulation by ligature) dapat kita temukan pada

    bayi yangterjerat oleh tali pakaian, orang yang bersenda gurau dan pemabuk. Vagal

    reflex menjadi penyebab kematian pada orang yang bersenda gurau

    3. Bunuh diri.

    Bunuh diri pada kasus jeratan (strangulation by ligature) mereka lakukan dengan cara

    melilitkan tali secara berulang dimana satu ujung difiksasi dan ujung lainnya ditarik.

    Antara jeratan dan leher mereka masukkan tongkat lalu mereka memutar tongkat

    tersebut

    D. Gambaran Post Mortem Penjeratan

    1. Pemeriksaan Luar Jenazah

    Pada pemeriksaan luar hasil gantung diri didapatkan:

    a. Tanda Penjeratan Pada Leher

    - Tanda penjeratan jelas dan dalamSemakin kecil tali maka tanda penjeratan

    semakin jelas dan dalam

    - Bentuk jeratan berjalan mendatar/horizontal

    Alur jeratan pada leher korban berbentuk lingkaran. Alur jerat biasa disertai luka

    lecet atau luka memar disekitar jejas yang terjadi karena korban berusaha

    membuka jeratan tersebut.

    - Tanda penjeratan berwarna coklat gelap dan kulit tampak kering, keras dan

    mengkilat

    -Pada tempat dimana terdapat simpul tali yaitu pada kulit bagian bawah

    telinga,tampak daerah segitiga pada kulit dibawah telingae.Pinggiran jejas jerat

    berbatas tegas dan tidak terdapat tanda-tanda abrasif.Jumlah tanda

    penjeratanTerkadang pada leher terlihat dua buah atau lebih bekas penjeratan.

    Hal ini menujukan bahwa tali dijeratkan ke leher sebanyak dua kali

    b. Tanda-tanda Asfiksia

    Tanda-tanda umum asfiksia diantaranya adalah sianosis, kongesti vena dan

    edema. Sering ditemukan adanya buih halus pada jalan nafas.

    c. Lebam Mayat

  • 5/24/2018 pbl 1 blok 30 makalah

    35/49

    Lokasi timbulnya lebam mayat tergantung dari posisi tubuh korban setelah mati.

    2. Pemeriksaan Dalam Jenazah

    Pada pemeriksaan dalam akibat peristiwa jerat didapatkan :

    a. Lapisan dalam dan bagian tengah pembuluh darah mengalami laserasi ataupun

    ruptur.

    b. Tanda-tanda Asfiksia

    Terdapat bintik perdarahan pada pelebaran pembuluh darah,

    Terdapat buih halus di mulut

    Didapatkan darah lebih gelap dan encer akibat kadar CO2 yang meninggi.

    c. Terdapat resapan darah pada jaringan dibawah kulit dan otot

    a. Terdapat memar atau ruptur pada beberapa keadaan. Kerusakan otot ini

    lebih sering dihubungkan dengan tindak kekerasan.

    d. Pada pemeriksaan paru-paru sering ditemui edema paru.

    e. Jarang terdapat patah tulang hyoid atau kartilago cricoid.

    E. Aspek Medikolegal

    Perbedaan kasus gantung dan kasus jerat

    Kasus Gantung

    (bunuh diri)

    Kasus Jerat

    (pembunuhan)

    Simpul

    Jumlah lilitan penjerat

    Arah

    Jarak titik tumpu-

    simpul

    Simpul hidup

    Simpul dapat dikeluarkan

    melalui kepala(tidak terikat

    kuat)

    Bisa lebih dari 1 lilitan

    Serong ke atas

    Jauh

    Berbentuk v (lingkaran

    terputus)

    Simpul mati

    Simpul sulit dikeluarkan melalui

    kepala (terikat kuat)

    Biasanya 1 buah lilitan

    Mendatar/horizontal

    Dekat

    Berbentuk lingkaran penuh

    Lokasi jejas

    Jejas jerat

    Luka perlawanan

    Luka lain-lain

    Lebih tinggi

    Meninggi ke arah simpul

    -

    Biasanya ada, mungkin

    Lebih rendah

    Mendatar

    +

    Ada, sering di daerah leher

  • 5/24/2018 pbl 1 blok 30 makalah

    36/49

    terdapat luka percobaan lain

    Karakteristik simpul Jejas simpul jarang terlihat

    Simpul hidup

    Simpul dapat dikeluarkanmelalui kepala(tidak terikat

    kuat)

    Terlihat jejas simpul

    Simpul

    Simpul sulit dikeluarkan melaluikepala (terikat kuat)

    Lebam mayat Pada bagian bawah tubuh Tergantung posisi tubuh korban

    Lokasi

    Kondisi

    Pakaian

    Ruangan

    Tersembunyi

    Teratur

    Rapi dan baik

    Terkunci dari dalam

    Bervariasi

    Tidak teratur

    Tidak teratur, robek

    Tidak teratur, terkunci dari luar

    GANTUNG (HANGING)A. Definisi

    Penggantungan adalah keadaan dimana leher dijerat dengan ikatan, daya jerat ikatan

    tersebut memanfaatkan berat badan tubuh atau kepala. Penggantungan merupakan suatu

    bentuk penjeratan (strangulasi) dengan tali ikat dimana tekanan dihasilkan dari seluruh atau

    sebagian berat tubuh. Seluruh atau sebagian tubuh seseorang ditahan di bagian lehernya oleh

    sesuatu benda dengan permukaan yang relatif sempit dan panjang (biasanya tali) sehingga

    daerah tersebut mengalami tekanan.2,3

    B. Klasifikasi Gantung

    2. Berdasarkan Titik Gantung:

    a.

    Penggantungan tipikal

    Terjadi bila titik gantung terletak di atas daerah oksiput dan tekanan pada arteri

    karotis paling besar.

    b. Penggantungan atipikal

    Bila titik penggantungan terdapat di samping, sehingga leher dalam posisi sangat

    miring (fleksi lateral) yang akan mengakibatkan hambatan.

    3.

    Berdasarkan Posisi Tubuh

  • 5/24/2018 pbl 1 blok 30 makalah

    37/49

    a. Penggantungan Lengkap

    Istilah penggantungan lengkap digunakan jika beban aktif adalah seluruh

    berat badan tubuh, yaitu terjadi pada orang yang menggantungkan diri dengan kaki

    mengambang dari lantai

    b. Penggantungan Parsial

    Istilah penggantungan parsial digunakan jika beban berat badan tubuh

    tidak sepenuhnya menjadi kekuatan daya jerat tali, misalnya pada korban yang

    tergantung dengan posisi berlutut atau berbaring. Pada kasus tersebut, berat badan

    tubuh tidak seluruhnya menjadi gaya berat sehingga disebut penggantungan parsial.

    C. Cara Kematian Pada Kasus Gantung:

    Cara kematian pada kasus gantung diantaranya adalah:

    1. Bunuh diri

    2. Pembunuhan

    3. Kecelakaan

    D. Mekanisme Kematian

    Mekanisme kematian yang disebabkan oleh gantung akibat penumpuan beban sebagian

    atau seluruh beban tubuh di leher diantaranya adalah

    1. Asfiksia

    Terjadi akibat terhambatnya aliran udara pernafasan. Merupakan penyebab kematian

    yang paling sering.

    2. Apopleksia

    Tekanan pada pembuluh darah vena menyebabkan kongesti pada pembuluh darahotak

    dan mengakibatkan kegagalan sirkulasi

    3.

    Iskemia Serebral

    Iskemia serebral disebabkan oleh penekanan dan hambatan pembuluh darah

    arteri (oklusi arteri) yang menyebabkan terhambatnya aliran darah ke otak. Gambar

    dibawah menunjukkan gambaran rontgen pada wanita yang berupaya bunuh diri

    dengan gantung.

    4. Syok Vasovagal

    Perangsangan pada sinus caroticus menyebabkan refleks vagal yang

    menyebabkan henti jantung.

    5. Fraktur atau Dislokasi vertebra servikalis.

  • 5/24/2018 pbl 1 blok 30 makalah

    38/49

    Fraktur vertebra servikalis sering terjadi pada hukuman gantung. Fraktur atau

    dislokasi terjadi pada keadaan dimana tali yang menjerat leher cukup panjang,

    kemudian korbannya secara tiba-tiba dijatuhkan dari ketinggian 1,5-2 meter maka

    akan mengakibatkan fraktur atau dislokasi vertebra servikalis yang akan menekan

    medulla oblongata dan mengakibatkan tehentinya pernafasan. Yang biasa terkena

    fraktur adalah vertebra servikalis ke-2 dan ke-3.2

    E. Gambaran Post Mortem Kasus Gantung

    1. Pemeriksaan Luar Pada Jenazah

    a. Tanda Penjeratan Pada Leher

    Tanda penjeratan jelas dan dalam. Semakin kecil tali maka tanda penjeratan

    semakin jelas dan dalam

    Bentuk jeratan berjalan miring.

    Bentuk jeratan pada kasus gantung diri cenderung berjalan kiring (oblique)

    pada bagian depan leher, dimulai pada leher bagian atas antara kartilago tiroid

    dengandagu, lalu berjalan miring sejajar dengan garis rahang bawah menuju

    belakang telinga Alur jeratan pada leher korban penggantungan (hanging)

    berbentuk lingkaran (V shape). Ciri-ciri jejas sebagai berikut :

    Alur jeratan pucat.

    Tepi alur jerat coklat kemerahan.

    Kulit sekitar alur jerat terdapat bendungan.

    Tanda penjeratan berwarna coklat gelap dan kulit tampak kering, keras dan

    mengkilat

    Pada tempat dimana terdapat simpul tali yaitu pada kulit bagian bawah

    telinga,tampak daerah segitiga pada kulit dibawah telingae.Pinggiran jejas jerat

    berbatas tegas dan tidak terdapat tanda-tanda abrasif.Jumlah tanda penjeratan.

    Terkadang pada leher terlihat dua buah atau lebih bekas penjeratan. Hal ini

    menujukan bahwa tali dijeratkan ke leher sebanyak dua kali

    b. Kedalaman Bekas Jeratan

    Kedalaman bekas jeratan menujukan lamanya tubuh tergantung.

    c. Tanda-tanda Asfiksia

    Tanda-tanda umum asfiksia diantaranya adalah sianosis, kongesti vena dan

    edema. Sering ditemukan adanya buih halus pada jalan nafas. Pada kasus

    penggantungan tanda-tanda asfiksia berupa mata menonjol keluar, perdarahan berupa

    petekia pada bagian wajah dan subkonjungtiva. Jika didapatkan lidah terjulur maka

  • 5/24/2018 pbl 1 blok 30 makalah

    39/49

    menunjukan adanya penekanan pada bagian bawah leher yaitu bagian bawah kartilago

    thyroida.

    d. Lebam Mayat

    Jika penggantungan setelah kematian berlangsung lama maka lebam mayat

    terlihat pada bagian tubuh bawah, anggota badan distal serta alat genitalia distal

    e. Sekresi Urin dan Feses

    Sekresi urin dan feses terjadi pada fase apneu pada kejadian asfiksia. Pada

    stadium apneu pusat pernapasan mengalami depresi sehingga gerak napas menjadi

    sangat lemah dan berhenti. Penderita menjadi tidak sadar dan karena kontrol spingter

    fungsieksresi hilang akibat kerusakan otak maka terjadi pengeluaran urin dan feses.

    2. Pemeriksaan Dalam Pada Jenazah

    a. Lapisan dalam dan bagian tengah pembuluh darah mengalami laserasi ataupun

    ruptur.

    b. Tanda-tanda Asfiksia

    Terdapat bintik perdarahan pada pelebaran pembuluh darah

    Kongesti pada bagian atas yaitu daerah kepala, leher dan otak

    Ditemukan darah lebih gelap dan encer akibat kadar CO2 yang meninggi.

    c. Terdapat resapan darah pada jaringan dibawah kulit dan otot

    d. Terdapat memar atau ruptur pada beberapa keadaan. Kerusakan otot ini lebih

    banyak terjadi pada kasus pengantungan yang disertai dengan tindak kekerasan.

    e. Pada pemeriksaan paru-paru serig ditemui edema paru.

    f. Mungkin terdapat patah tulang hyoid atau kartilago cricoid.

    g. Fraktur 2 buah tulang vertebra servikalis bagian atas

    Fraktur ini seringkali terjadi pada korban hukum gantung dimana korban tergantung

    secara penuh dan tertitis jauh dari lantai.

    F. Aspek Medikolegal

    Perbedaan Penggantungan Bunuh Diri Penggantungan Pembunuhan

    1.

    2.

    Usia

    Jejas Jerat

    Lebih sering terjadi pada remaja

    dan dewasa

    Bentuk miring berupa lingkaran

    Tidak mengenal batasan usia

    Lingkaran tidak terputus,

  • 5/24/2018 pbl 1 blok 30 makalah

    40/49

    3.

    4.

    5.

    6.

    7.

    8.

    9.

    10.

    Simpul Tali

    Riwayat

    Korban

    Cedera

    Racun

    Tangan

    Kemudahan

    Tempat

    kejadian

    Lingkar tali

    terputus

    Biasanya satu simpul pada bagian

    samping leher. Simpul biasanya

    simpul hidupKorban mempunyai riwayat

    bunuh diri dengan cara lain

    Tidak terdapat luka yang

    menyebabkan kematian dan tidak

    terdapat tanda-tanda perlawanan

    Dapat ditemukan racun dalam

    lambung korban, seperti arsen,

    sublimat, korosif. Rasa nyeri

    mendorong korban melakukan

    gantung diri

    Tidak dalam keadaan terikat

    Tempat kejadian mudah

    ditemukan

    Jika tempat kejadian merupakan

    tempat yang tertutup, atau

    didapatkan ruangan dengan pintu

    terkunci makan dugaan bunih diri

    adalah kuat

    Jika lingkar tali dapat keluar

    melewati kepala, maka dicurigain

    bunuh diri

    mendatar, letak di tengah leher

    Simpul tali lebih dari satu dan

    terikat kuat

    Korban tidak mempunyai riwayat

    upaya bunuh diri

    Terdapat luka-luka yang

    mengarah ke pembunuhan

    Dapat terdapat racun berupa

    opium, kalium sianida. Racun ini

    tidak menyebabkan efek kemauan

    bunuh diri

    Tangan terikat mengarah k kasus

    pembunuhan

    Korban biasa digantung di tempat

    yang sulit ditemukan

    Bila sebaliknya ditemukan

    terkunci dari luar maka

    penggantungan biasanya kasus

    pembunuhan

    Jika lingkar tali tidak dapat keluar

    melewati kepala, maka dicurigai

    peristiwa pembunuhan

    G. Perbedaan Penggantungan Antemortem dengan Postmortem

    No Penggantungan Antemortem Penggantungan Postmortem

    1.

    2.

    Tanda jejas jerat berupa lingkaran

    terputus (non continous) dan letaknya

    pada leher bagian atas

    Simpul tali biasanya tunggal, terdapat

    Tanda jejas jerat biasanya berbentuk utuh

    (continous), agak sirkuler dan letaknya pada

    bagian leher tidak begitu tinggi

    Simpul tali lebih dari satu biasanya lebih

  • 5/24/2018 pbl 1 blok 30 makalah

    41/49

    3.

    4.

    5.

    6.

    7.

    8.

    9.

    10.

    pada sisi leher

    Ekimosis tampak jelas pada salah satu

    sisi dari jejas penjeratan.Lebam mayat tampak diatas jejas jerat

    dan pada tungkai bawah

    Pada kulit ditempat jejas penjeratan

    teraba seperti kertas perkamen yaitu

    tanda parchmentisasi

    Sianosis pada wajah, bibir, telinga, dll

    sangat jelas terlihat terutama jika

    kematian karena asfiksia

    Wajah membengkak dan mata

    mengalami kongesti dan agak menonjol,

    disertai dengan gambaran pembuluh

    darah vena yang jelas pada bagian

    kening dan dahi

    Lidah bisa terjulur atau tidak sama

    sekali

    Ereksi penis disertai dengan keluarnya

    cairan sperma sering terjadi pada

    korban pria. Sering ditemukan

    keluarnya feses

    Air liur ditemukan menetes dari sudut

    mulut, dengan arah yang vertikal

    menuju dada.

    dari satu, diikatkan dengan kuat dan

    diletakan pada bagian depan leher

    Ekimosis pada salah satu sisi jejas

    penjeratan tidak ada atau tidak jelas.Lebam mayat terdapat pada bagian tubuh

    yang menggantung sesuai dengan posisi

    mayat setelah meninggal

    Tanda parchmentisasi tidak ada atau tidak

    jelas

    Sianosis pada bagian wajah, bibir, telinga,

    dll, tergantung dari penyebab kematian

    Sianosis pada bagian wajah, bibir, telinga,

    dll, tergantung dari penyebab kematian

    Lidah tidak terjulur kecuali pada kasus

    pencekikan

    Ereksi penis dan cairan sperma tidak ada.

    Pengeluaran feses juga tidak ada

    Air liur tidak ditemukan yang menetes pada

    kasus selain kasus penggantungan

    Luka

    Benda yang dapat mengakibatkan luka seperti ini memiliki sisi tajam baik berupa garis

    maupun runcing yang bervariasi dari alat seperti pisau,golok dan sebaainua sehingga

    keping kaca,gelas,logam,sembilu bahkan tepi kertas atau rumput.2

  • 5/24/2018 pbl 1 blok 30 makalah

    42/49

    Gambaran luka adalah tepi dan dinding luka yang rata,berbentuk garis,tidak terdapat

    jembatan jaringan dan dasar luka berbentuk garis atau titik

    Luka akibat benda tajam dapat berupa luka iris atau sayat,luka tusuk dan luka bacok.Pada

    luka tusuk,sudut luka dapat menunjukkan perkiraan benda penyebabnya,apakah berupa

    pisau bermata satu atau bermata dua.Bila satu sudut luka lancip dan yang lain

    tumpul,bererti benda penyebabnya adalah benda tajam bermata satu.Bila kedua sudut luka

    lancip,luka tersebut dapat diakibatkan oleh benda tajam bermata dua.Benda tajam

    bermata satu sapat menimbulkan luka tusuk dengan kedua luka lancip apabila hanya

    bagian ujung benda saja yang menyentuh kulit,sehingga sudut luka dibentuk oleh ujung

    dan sisi tajamnya2.

    Kulit di sekitar luka akibat kekerasan benda ajam biasanya tidak menunjukkan adanya

    luka lecet atau memar kecuali bila bagian gagang turut membentur kulit.

    Pada luka turuk,panjang luka biasanya tidak mencerminkan lebar benda tajam

    penyebabnya,demikian pula panjang saluran luka biasanya tidak menunjukkan panjang

    benda tajam tersebut.Hal ini disebabkan oleh faktor elastisitas jaringan dan gerakan

    korban.

    Luka tangkis merupakan luka yang trjadi akibat perlawanan korban dan umumnya

    ditemukan pada telapak dan punggung tangan,jari tangan,punggung lengan bawah dan

    tungkai5.

    Pemeriksaan pada kain (baju)yang terkena pisau bertujuan melihat interaksi antara pidau-

    kain tubuh,yaitu melihat letak kelainan,bentuk rokeban,adanya pastikel besi,serat kain

    dan pemeriksaan terhadap bercak darahnya.

    Luka percobaan khas ditemukan pada kasus bunuh diri yang menggunakan senjata tajam,

    sehubungan dengan kondisi kejiwaan korban. Luka percobaan dapar berupa luka sayat

    atau luka tusuk yang dilakukan berulang dan sejajar2

    VISUM ET REPERTUM

    Di hadapan dokter, seorang korban hidup dapat berstatus sebagai korban untuk

    dibuatkan visum et repertum, sekaligus berstatus sebagai pasien untuk diobati dan dirawat.

  • 5/24/2018 pbl 1 blok 30 makalah

    43/49

    Sebagai pasien mempunyai hak dan kewajiban akibat hubungan dokter-pasien (kontra

    terapeutik). Berbagai hak yang dimiliki pasien, seperti hak atas informasi, hak

    menolak/memilih alternatif cara pemeriksaan/terapi, hak atas rahasia kedokteran dan lain-lain

    harus dipatuhi oleh dokter. Sebagai korban, berlaku ketentuan-ketentuan seperti yang diatur

    dalam hukum acara pidana sehingga tidak dapat begitu saja menolak pemeriksaan forensik

    yang akan dilakukan terhadap dirinya.

    Visum et repertum berasal dari kata latin yang diterjemahkan kedalam bahasa Inggris

    yaitu something seen atau appearance (visum) dan inventions atau find out (repertum). Visum

    et repertum adalah keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter atas permintaan tertulis

    penyidik yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medik terhadap manusia baik hidup

    atau mati ataupun bagian atau diduga bagian dari tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya

    dan di bawah sumpah, untuk kepentingan peradilan.

    Peranan dan fungsi visum et repertum adalah untuk proses pembuktian suatu

    perkara pidana terhadap kesehatan dan jiwa manusia. Visum et repertum menguraikan segala

    sesuatu tentang hasil pemeriksaan medik yang tertuang di dalam bagian pemberitaan, yang

    karenanya dapat dianggap sebagai pengganti barang bukti. Visum et repertum juga memuat

    keterangan atau pendapat dokter mengenai hasil pemeriksaan medik tersebut yang tertuang di

    dalam bagian kesimpulan.

    Maksud pembuatan visum et repertum yakni sebagai salah satu barang bukti

    (corpus delicti) yang sah di pengadilan karena barang buktinya sendiri telah berubah pada

    saat persidangan berlangsung.

    Ada 3 tujuan pembuatan visum et repertum, yaitu :

    1. Memberikan kenyataan (barang bukti) pada hakim.

    2. Menyimpulkan berdasarkan hubungan sebab akibat.

    3. Memungkinkan hakim memanggil dokter ahli lainnya untuk membuat kesimpulan visum et

    repertum yang lebih baru.

    Perbedaan Visum Et Repertum dengan catatan medik dan surat keterangan

    medik lainnya. Catatan medik adalah catatan tentang seluruh hasil pemeriksaan medik

    beserta tindakan pengobatan/perawatannya, yang merupakan milik pasien, meskipun

    dipegang oleh dokter/institusi kesehatan. Catatan medik ini terikat pada rahasia pekerjaan

  • 5/24/2018 pbl 1 blok 30 makalah

    44/49

    dokter yang diatur dalam Peraturan Pemerintah no 10 tahun 1966 dengan sanksi hukum

    seperti dalam pasal 322 KUHP. Dokter boleh membuka isi catatan medik kepada pihak

    ketiga, hanya setelah memperoleh izin dari pasien, baik izin langsung mauun perjanjian yang

    dibuat sebelumnya antara pasien dengan pihak ketiga tertentu. Visum et repertum dibuat atas

    kehendak undang-undang, maka dokter tidak dapat dituntut karena membuka rahasia

    pekerjaan sebagaimana diatur dalam pasal 322 KUHP, meskipun dokter membuatnya tanpa

    seizin pasien. Pasal 50 KUHP mengatakan bahwa barangsiapa melakukan perbuatan untuk

    melaksanakan ketentuan undang-undang, tidak dipidana, sepanjang visum et repertum

    tersebut hanya diberikan kepada instansi penyidik yang memintanya, untuk selanjutnya

    dipergunakan dalam proses peradilan.

    Jenis dan Bentuk Visum Et Repertum. Dikenal beberapa jenis visum et repertum,

    yaitu:

    a. Visum et repertum perlukaan (termasuk keracunan)

    b. Visum et repertum kejahatan susila

    c. Visum et repertum jenazah

    d. Visum et repertum psikiatrik

    Jenis a,b dan c adalah visum et repertum mengenai tubuh/raga manusia yang dalam hal ini

    berstatus sebagai korban tindak pidana, sedangkan jenis d adalah mengenai jiwa/mental

    tersangka atau terdakwa tindak pidana. Visum et repertum dibuat secara tertulis, sebaiknya

    dengan mesin ketik, di atas sebuah kertas putih dengan kepala surat institusi kesehatan yang

    merupakan pemeriksaan, dalam bahasa Indonesia, tanpa memuat singkatan, dan sedapat

    mungkin tanpa istilah asing, bila terpaksa digunakan agar diberi penjelasan bahasa Indonesia.

    Ada 3 jenis visum et repertum, yaitu :

    1. Visum et repertum orang hidup

    2. Visum et repertum jenasah

    3. Expertise

    Ada 3 jenis visum et repertum orang hidup, yaitu :

    1. Visum et repertum luka / visum et repertum seketika / visum et repertum defenitif

    2. Visum et repertum sementara

  • 5/24/2018 pbl 1 blok 30 makalah

    45/49

    3. Visum et repertum lanjutan

    Visum et repertum seketika tidak membutuhkan perawatan dan pemeriksaan lanjut

    sehingga tidak menghalangi pekerjaan korban. Kualifikasi luka yang dokter tulis pada bagian

    kesimpulan visum et repertum yakni luka derajat I atau luka golongan C. Dokter tidak

    diperkenankan menulis luka penganiayaan ringan karena ini istilah hukum.

    Visum et repertum sementaramembutuhkan perawatan dan pemeriksaan lanjut sehingga

    menghalangi pekerjaan korban. Kualifikasi lukanya tidak ditentukan dan tidak ditulis oleh

    dokter pada bagian kesimpulan visum et repertum.

    Ada 5 kegunaan visum et repertum sementara, yaitu :

    1. Menentukan apakah ada tindak pidana atau tidak.

    2. Mengarahkan penyelidikan.

    3. Berpengaruh terhadap putusan untuk melakukan penahanan sementara terhadap terdakwa.

    4. Menentukan tuntutan jaksa.

    5. Medical record.

    Dokter membuat visum et repertum lanjutan bilamana luka korban telah dinyatakan

    sembuh. Alasan lain pembuatannya yaitu korban pindah rumah sakit, korban pindah dokter

    atau korban pulang paksa.

    Jika korban meninggal dunia maka dokter membuat visum et repertum jenasah. Dokter

    menulis kualifikasi luka pada bagian kesimpulan visum et repertum kecuali luka korban

    belum sembuh atau korban pindah dokter.

    Ada 2 tujuan pembuatan visum et repertum jenasah, yaitu :

    1. Menentukan sebab kematian korban.

    2. Menentukan cara kematian korban.

    Expertisemerupakan visum et repertum khusus yang melaporkan keadaan benda atau bagian

    tubuh korban. Misalnya darah, mani, liur, jaringan tubuh, rambut, tulang, dan lain-lain. Ada

    pihak yang mengatakan bahwa expertise bukan termasuk visum et repertum.

  • 5/24/2018 pbl 1 blok 30 makalah

    46/49

    Visum et repertum terdiri dari 5 bagian yang tetap, yaitu:

    1. Kata Pro Justitia yang diletakkan di bagian atas. Khusus dibuat untuk tujuan peradilan

    dan tidak membutuhkan meterai.

    2. Bagian pendahuluan langsung dituliskan berupa kalimat-kalimat di bawah judul. Bagian

    ini menerangkan nama dokter pembuat visum et repertum dan institusi kesehatannya,

    instansi penyidik berikut nomor dan tanggal surat permintaannya, tempat dan waktu

    pemeriksaan, serta identitas korban yang diperiksa.

    3. Bagian pemberitaan diberi judul Hasil pemeriksaan dan berisi hasil pemeriksaan medik

    tentang keadaan kesehatan atau sakit atau luka korban yang berkaitan dengan perkaranya,

    tindakan medik yang dilakukan serta keadaannya selesai pengobatan/perawatan. Bila

    dilakukan autopsi, maka diuraikan keadaan seluruh alat dalam yang berkaitan. Yang

    diuraikan merupakan pengganti barang bukti, berupa perlukaan/keadaan kesehatan/sebab

    kematian yang berkaitan dengan perkaranya. Temuan hasil pemeriksaan medik yang

    bersifat rahasia dan tidak berhubungan dengan perkaranya tidak dituangkan ke dalam

    pemberitaan dan dianggap sebagai rahasia kedokteran.

    Ada 5 hal yang harus diperhatikanoleh dokter saat membuat bagian pemberitaanvisum

    et repertum, yaitu :

    1. Tidak mencatat keluhan subjektif korban.

    2. Tidak menggunakan istilah medis.

    3. Menulis angka kedalam huruf.

    4. Tidak menggunakan singkatan.

    5. Tidak membuat diagnosa tapi hanya menulis ciri-ciri, sifat-sifat dan keadaan luka korban.

    Bagian kesimpulan diberi judul kesimpulan dan berisi pendapat pribadi dokter tentang

    hubungan sebab akibat antara apa yang dilihat dan ditemukan dokter dengan penyebabnya.

    Misalnya luka iris yang disebabkan oleh kekerasan dengan menggunakan benda tajam. Selain

    jenis luka (misalnya luka iris) dan jenis kekerasan (misalnya kekerasan benda tajam), bagian

    ini juga memuat pendapat dokter tentang kualifikasi luka. Hal ini berlaku pada korban hidup.

    Jika korbannya mati maka dokter menulis sebab kematiannya.

    Bagian penutup tidak berjudul dan berisi tanda tangan,nama terang dokter yang

    membuatnya, dan sumpah atau janji dokter yang dibuat sesuai dengan sumpah jabatan atau

    pekerjaan dokter berisi kalimat baku demikianlah visum et repertum ini saya buat dengan

  • 5/24/2018 pbl 1 blok 30 makalah

    47/49

    sesungguhnya berdasarkan keilmuan saya dan dengan mengingat sumpah sesuai dengan

    Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana

    KUALIFIKASI LUKA

    Ada 3 kualifikasi luka pada korban hidup, yaitu :

    1. Luka ringan / luka derajat I / luka golongan C / penganiayaan ringan.

    2. Luka sedang / luka derajat II / luka golongan B / penganiayaan sedang.

    3. Luka berat / luka derajat III / luka golongan A / penganiayaan berat.

    Luka derajat I apabila luka tersebut tidak menimbulkan penyakit atau tidak menghalangi

    pekerjaan korban.

    Luka derajat II apabila luka tersebut menyebabkan penyakit atau menghalangi pekerjaan

    korban.

    Luka derajat IIImenurut KUHP ps 90 ada 6, yakni :

    1. Luka atau penyakit yang tidak dapat sembuh atau membawa bahaya maut.

    2. Luka atau penyakit yang menghalangi pekerjaan korban selamanya.

    3. Hilangnya salah satu panca indera korban.

    4. Cacat besar.

    5. Terganggunya akal selama lebih 4 minggu.

    6. Gugur atau matinya janin dalam kandungan ibu.

    Dokter tidak boleh menulis luka ringan, luka sedang atau luka berat pada bagian kesimpulan

    visum et repertum sebab ketiganya merupakan istilah hukum. Melainkan dokter akan menulis

    antara lain : luka ini menyebabkan halangan pekerjaan selama 6 hari, atau luka ini

    menyebabkan kehilangan salah satu panca indera.

    Ada 8 hal yang harus diperhatikan saat pihak berwenang meminta dokter untuk membuat

    visum et Repertum orang hidup :

  • 5/24/2018 pbl 1 blok 30 makalah

    48/49

    1. Harus tertulis, tidak boleh secara lisan.

    2. Langsung menyerahkannya kepada dokter, tidak boleh dititip melalui korban atau