PBL Blok 30 Sken 6 Alexander D5

35
Peran Dokter dalam Mengambil Keputusan Sesuai Etika Kedokteran Alexander Sebastian* 10-2011-029 Mahasiswa Fakultas Kedokteran UKRIDA *Alamat Korespondensi: Alexander Sebastian Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510 No. Telp (021) 5694-2061, e-mail:[email protected] Pendahuluan Setiap pasien dapat meminta pertolongan dokter dengan perasaan aman dan bebas. Pasien dapat menceritakan dengan hati terbuka segala keluhannya, baik yang bersifat jasmaniah maupun rohaniah, dengan keyakinan bahwa hal itu berguna untuk menyembuhkan dirinya. Dalam perkembangan masa sekarang ini, bidang hukum pidana maupun perdata bertalian erat dengan bidang hukum kedokteran, terutama dalam kaitannya dengan aspek Etika dalam kedokteran yang menerangkan bahwa adanya suatu rahasia profesi yang harus dijunjung tinggi oleh tenaga kesehatan yang ada. Etika kedokteran ialah suatu kumpulan asas atau nilai moral yang menjadi pegangan bagi para dokter untuk mengatur tingkah lakunya dalam menjalankan tugas. Yang terkait dengan etika

description

sdc

Transcript of PBL Blok 30 Sken 6 Alexander D5

Page 1: PBL Blok 30 Sken 6 Alexander D5

Peran Dokter dalam Mengambil Keputusan Sesuai Etika Kedokteran

Alexander Sebastian*

10-2011-029

Mahasiswa Fakultas Kedokteran UKRIDA

*Alamat Korespondensi:

Alexander Sebastian

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510

No. Telp (021) 5694-2061, e-mail:[email protected]

Pendahuluan

Setiap pasien dapat meminta pertolongan dokter dengan perasaan aman dan bebas. Pasien

dapat menceritakan dengan hati terbuka segala keluhannya, baik yang bersifat jasmaniah maupun

rohaniah, dengan keyakinan bahwa hal itu berguna untuk menyembuhkan dirinya. Dalam

perkembangan masa sekarang ini, bidang hukum pidana maupun perdata bertalian erat dengan

bidang hukum kedokteran, terutama dalam kaitannya dengan aspek Etika dalam kedokteran yang

menerangkan bahwa adanya suatu rahasia profesi yang harus dijunjung tinggi oleh tenaga

kesehatan yang ada. Etika kedokteran ialah suatu kumpulan asas atau nilai moral yang menjadi

pegangan bagi para dokter untuk mengatur tingkah lakunya dalam menjalankan tugas. Yang

terkait dengan etika tersebut salah satunya ialah menjaga rahasia kedokteran, yang merupakan

kewajiban dokter dan hak dari pasien haruslah benar-benar dijaga kerahasiaannya. Yang

dimaksud dengan rahasia kedokteran ialah segala hal yang disampaikan oleh pasien secara sadar

atau tidak sadar kepada dokter yang diketahui sewaktu mengobati dan merawat pasien. Sehingga

pasien tidak perlu merasa khawatir bahwa segala sesuatu mengenai keadaannya akan

disampaikan kepada orang lain. Namun rahasia kedokteran tersebut dapat dibuka apabila ada

daya paksa, ada perintah jabatan maupun karena menjalankan undang-undang yang akan dibahas

dalam makalah ini.

Page 2: PBL Blok 30 Sken 6 Alexander D5

Skenario

Seorang pasien laki-laki datang ke praktek dokter.Pasien ini dan keluarganya adalah pasien lama

dokter tersebut, dan sangat akrab serta selalu mendiskusikan kesehatan keluarganya dengan dokter

tersebut. Kali ini pasien laki-laki ini datang sendirian dan mengaku telah melakukan hubungan dengan

wanita lain seminggu yang lalu. Sesudah itu ia masih tetap berhubungan dengan istrinya. Dua hari

terakhir ia mengeluh bahwa alat kemaluannya mengeluarkan nanah dan terasa nyeri. Setelah diperiksa

ternyata ia menderita GO. Pasien tidak ingin diketahui istrinya tahu, karena bisa terjadi pertengkaran

diantaranya keduanya. Dokter tahu bahwa mengobati penyakit tersebut pada pasien ini tidaklah sulit,

tetapi oleh karena ia telah berhubungan juga dengan istrinya maka mungkin istrinya juga sudah

tertular.Istrinya juga harus diobati.

Rahasia Kedokteran

Rahasia kedokteran adalah suatu norma yang secara tradisional dianggap sebagai norma dasar

yang melindungu hubungan dokter dan pasien. Sesuai dengan sumpah dokter, kode etik

kedokteran internasional, dan peraturan oemerintah no.10 tahun 1966 yang mengatur kewajiban

simpan rahasia kedokteran oleh seluruh tenaga kesehatan. Namun dalam PP ini diberikan

pengecualian apaiba terdapat Peraturan Perundang-undangan (PP) yang sederajat atau lebih

tinggi (UU), dalam pasal 48 ayat (2):1

Untuk kepentingan kesehatan pasien

Untuk memenuhi permintaan aparat penegak hukum dalam rangka penegakan hukum

Permintaan pasien sendiri

Berdasarkan ketentuan undang-undang

Peraturan lain yang membenarkan pembukaan rahasia kedokteran antara lain adalah ketentuan

pasal 50 KUHAP, pasal 51 KUHAP, pasal 48 KUHAP, dan pasal 49 KUHAP. Dalam permenkes

no.749a, rekam medis boleh dibuka untuk pendidikan dan penelitian.

Dalam kaitannya dengan keadaan memaksa, dikenal dua keadaan yaitu:1

1. Overmacth: pengaruh daya paksa yang memadai

2. Noodtoeestand: keadaan yang memaksa

Dapat diakibatkan pertentangan antara dua kepentingan hukum, pertentangan antara

kepentingan hukum dan kewajiban hukum, dan pertentangan antara dua kewajiban

hukum. Salah satu contoh noodtoestand adalah kasus dokter yang menemukan child

abuse yang berat dan dicurigai akan bertambah parah dihari kemudian.

Page 3: PBL Blok 30 Sken 6 Alexander D5

Untuk memahami rahasia jabatan ditilik dari sudut hukum,tingkah laku seorang

dokter dibagi menjadi 2 jenis :

1. Tingkah laku yang bersangkutann dalam pekerjaan sehari-hari

Dalam hal ini yang harus diperhatikan ialah :

a. Pasal 322 KUHP yang berbunyi :

(1) Barang siapa dengan sengaja membuka suatu rahasia, yang menurut jabatan atau

pekerjaannya, baik yang sekarang maupun yang dahulu ia diwajibkan untuk

menyimpannya, dihukum dengan pidana perkara paling lama sembilan bulan atau

denda paling banyak sembilan ribu rupiah

(2) Jika kejahatan itu dilakukan terhadap seorang yang tertentu,maka perbuatan itu

hanya dituntut atas pengaduan orang tersebut.

2. Tingkah laku dalam keadaan khusus

Menurut hukum, setiap warga Negara dapat dipanggil oleh pengadilan untuk didengar

sebagai saksi. Selain itu, seorang yang mempunyai keahlian dapat dipanggil sebagai ahli.

Dengan demikian, dapatlah terjadi, bahwa seorang yang mempunyai keahlian,

umpamanya seorang dokter, dipanggil sebagai saksi, sebagai ahli sekaligus sebagai saksi

ahli.2

Sebagai saksi atau saksi ahli mungkin sekali ia diharuskan memberi keterangan tentang

seorang yang sebelum itu telah menjadi pasien yang diobatinya. Ini berarti ia seolah-olah

diharuskan melanggar rahasia pekerjaannya. Kejadian ini bertentangan dan dapat

dihindarkan karena adanya hak undur diri seperti yang tercantum dalam pasal 277

reglemen Indonesia yang diperbaharui, bunyinya :

(1) Barang siapa yang martabatnya, pekerjaannya atau jabatannya yang sah,

diwajibkan menyimpan rahasia, boleh minta mengundurkan ddari memberi

penyaksian, akan tetapi hanya dan terutama mengenai hal yang diketahuinya dan

dipercayakan kepadanya karena martabatnya, pekerjaannya atau jabatannya itu.

Dalam pasal 48 undang-undang No 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran pada

paragraph 4 mengenai rahasia kedokteran, dinyatakan bahwa ‘setiap dokter atau dokter

gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran wajib menyimpang rahasia kedokteran.

Page 4: PBL Blok 30 Sken 6 Alexander D5

Rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan pasien, memenuhi permintaan

aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukumn permintaan pasien sendiri

atau berdasarkan ketentuan undang-undang.1

Kewajiban seorang dokter untuk menyimpan rahasia kedokteran telah diatur dalam,2

A. PP.No.10 tahun 1966.

1. Pasal 1 PP No 10/1966. Yang dimaksud dengan rahasia kedokteran ialah segala sesuatu

yang diketahui oleh orang-orang tersebut dalam pasal 3 pada waktu atau selama

melakukan pekerjaannya dalam lapangan kedokteran.

2. Pasal 2 PP No 10/1966. Pengetahuan tersebut pasal 1 harus dirahasiakan oleh orang-

orang yang tersebut dalam pasal 3, kecuali apabila sautu peraturan lain yang sederajat

atau lebih tinggi dari pada PP ini menentukan lain.

3. Pasal 3 PP No 10/1966. Yang diwajibkan menyimpan rahasia yang dimaksud dalam

pasal 1 ialah:

a. Tenaga kesehatan menurut pasal 2 UU tentang tenaga kesehatan

b. Mahasiswa kedokteran, murid yang bertugas dalam lapangan pemeriksan, pengobatan

dan atau perawatan dan orang lain yang ditetapkan oleh menteri kesehatan.

4. Pasal 4 PP No/1966. Terhadap pelanggaran ketentuan mengenai wajib simpan rahasia

yang tidak atau dapat dipidana menurut pasal 322 atau pasal 112 KUHP, menteri

kesehatan dapat melakukan tindakan administratif berdasakan pasal UU tentang tenaga

kesehatan.

5. Pasal 5 PP No 10/1966. Apabila pelanggaran yang dimaksud dalam pasal 4 dilakukan

oleh mereka yang disebut dalam pasal 3 huruf b, maka menteri kesehatan dapat

mengambil tindakan-tindakan berdasarkan wewenang dan kebijaksanaannya.

B. Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI)2

1. Pasal 7c. Seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya, dan

hak tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasien.

2. Pasal 12. Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang

seorang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.

Pada dasarnya rahasia kedokteran harus tetap disimpan walaupun pasien tersebut telah

meninggal. Rahasia kedokteran ini begitu dijunjung tinggi dalam masyarakat, sehingga walaupun

Page 5: PBL Blok 30 Sken 6 Alexander D5

dalam pengadilan meminta seorang dokter untuk membuka rahasia kedokteran, seorang dokter

memiliki hak tolak (verschoningsrecht). Hak ini telah diatur dalam pasal 170 KUHAP, yang

menentukan bahwa mereka yang diwajibkan menyimpan rahasia pekerjaan/jabatan dapat minta

dibebaskan dari kewajiban untuk memberi keterangan sebagai saksi. Namun ayat kedua dari

pasal 170 KUHAP tersebut membatasi hak tolak sesuai dengan pertimbangan hakim. Hal ini

tentunya diterapkan bila kepentingan yang dilindungi pengadilan lebih tinggi dari rahasia

kedokteran.2

Prinsip Etika Kedokteran

Adapula etika kedokteran yang dibagi menjadi beberapa poin, yaitu beneficence, non-

maleficense, autonomy, dan justice. Semua poin tersebut terdapat dalam setiap kasus yang

dihadapi seorang dokter, sehingga disinilah kebijaksanaan dan hati nurani seorang dokter diuji.

Sebagai seorang dokter yang baik, dalam setiap tindakannya sepatutnya memenuhi kriteria dan

kaidah dari peraturan-peraturan tersebut. Jadi dalam makalah ini akan dibahas mengenai aturan-

aturan & hubungannya dengan tindakan dokter dalam menghadapi pasiennya.1

Sifat hubungan dokter dan pasien di jaman sekarang sudah dikoreksi oleh para ahli etika

kedokteran menurut pengalaman menjadi hubungan ficuiary (atas dasar niat baik dan

kepercayaan), yaitu hubungan yang menitikberatkan nilai-nilai keutamaan (virtue etchics).

Sehingga dibuatlah suatu aturan etika dalam dunia kedokteran yang dikenal sebagai bioetik.

Etika adalah disiplin ilmu yang mempelajari baik buruk atau benar salahnya suatu sikap atau

perbuatan seorang individu atau institusi dilihat dari moralitas. Beauchamp and Childress (1994)

menguraikan bahwa untuk mencapai ke suatu keputusan etik diperlukan 4 kaidah dasar moral

(moral principle) dan beberapa rules dibawahnya. Dalam profesi kedokteran dikenal 4 prinsip

moral utama, yaitu:1

1. Prinsip Otonomi: Prinsip moral yang menghormati hak – hak pasien, terutama hak otonomi

pasien (the rights to self determination). Prinsip moral inilah yang kemudian melahirkan

doktrin informed consent.

2. Prinsip Beneficence: Prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang ditujukan ke kebaikan

pasien. Dalam beneficence tidak hanya dikenal perbuatan untuk kebaikan saja, melainkan

juga perbuatan yang sisi baiknya (manfaat) lebih besar daripada sisi buruknya (mudharat).

Page 6: PBL Blok 30 Sken 6 Alexander D5

3. Prinsip Non Maleficence: Prinsip moral yang melarang tindakan yang memperburuk keadaan

pasien. Prinsip ini dikenal sebagai “primum non nocere” atau “ above all do no harm.”

4. Prinsip Justice: Prinsip moral yang mementingkan fairness dan keadilan dalam

mendistribusikan sumber daya (Distributive Justice)

Sedangkan aturan / rules derivatnya adalah veracity (berbicara benar, jujur, dan terbuka),

privacy (menghormati hak privasi pasien), confidentiality (menjaga kerahasiaan pasien),dan

fidelity (loyalitas dan menjaga janji).1

Kode Etik Kedokteran Indonesia3

Setiap dokter dibekali dengan peraturan etika, yaitu Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI)

yang berisi tentang nilai-nilai yang sepatutnya dipatuhi dan dijalankan oleh seorang dokter.

KODEKI inilah yang menjadi landasan setiap tindakan medis yang dilakukan seorang dokter

serta mengatur hubungan antara dokter dengan pasien, lingkungan masyarakat, teman sejawat,

dan diri sendiri. Selain KODEKI ada pula peraturan tentang informed consent atau disebut juga

Persetujuan Tindakan Medis yaitu Permenkes No.290 Tahun 2008.3

Etik kedokteran sudah sewajarnya dilandaskan atas norma-norma etik yang mengatur hubungan

manusia umumnya, dan dimiliki asas-asasnya dalam falsafah masyarakat yang diterima dan

dikembangkan terus. Khusus di Indonesia, asas itu adalah Pancasila yang sama-sama kita akui

sebagai landasan Idiil dan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan struktural. Oleh karena

itu dibuatlah Kode Etika Kedokteran Indonesia (KODEKI) yang berdasar kepada Surat

Keputusan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia No. 221/Pb/A.4 /04/2002 Tentang

Penerapan Kode Etik Kedokteran Indonesia yang diuraikan sebagai berikut:3

I. Kewajiban Umum

Pasal 1

Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah dokter.

Page 7: PBL Blok 30 Sken 6 Alexander D5

Pasal 2

Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan standar

profesi yang tertinggi.

Pasal 3

Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh

sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.

Pasal 4

Setiap dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri.

Pasal 5

Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya tahan psikis maupun fisik hanya

diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien, setelah memperoleh persetujuan pasien.

Pasal 6

Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan setiap

penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan hal-hal yang dapat

menimbulkan keresahan masyarakat.

Pasal 7

Seorang dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa sendiri

kebenarannya.

Pasal 7a

Seorang dokter harus, dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan medis yang

kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang

Page 8: PBL Blok 30 Sken 6 Alexander D5

(compassion) dan penghormatan atas martabat manusia.

Pasal 7b

Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan sejawatnya, &

berupaya untuk mengingatkan sejawatnya yang dia ketahui memiliki kekurangan dalam

karakter/ kompetensi, atau yang melakukan penipuan/penggelapan, dalam menangani pasien

Pasal 7c

Seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya, dan hak tenaga

kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasien

Pasal 7d

Setiap dokten harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup makhluk insani.

Pasal 8

Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus memperhatikan kepentingan masyarakat

dan memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang menyeluruh (promotif, preventif,

kuratif dan rehabilitatif), baik fisik maupun psiko-sosial, serta berusaha menjadi pendidik dan

pengabdi masyarakat yang sebenar-benarnya.

Pasal 9

Setiap dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat di bidang kesehatan dan bidang lainnya

serta masyarakat, harus saling menghormati.

II. Kewajiban Dokter Terhadap Pasien

Pasal 10

Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan ketrampilannya

untuk kepentingan pasien. Dalam hal ini ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau

Page 9: PBL Blok 30 Sken 6 Alexander D5

pengobatan, maka atas persetujuan pasien, ia wajib menujuk pasien kepada dokter yang

mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.

Pasal 11

Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa dapat berhubungan

dengan keluarga dan penasehatnya dalam beribadat dan atau dalam masalah lainnya.

Pasal 12

Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien,

bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.

Pasal 13

Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas perikemanusiaan,

kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya.

III. Kewajiban Dokter Terhadap Teman Sejawat

Pasal 14

Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.

Pasal 15

Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dan teman sejawat, kecuali dengan

persetujuan atau berdasarkan prosedur yang etis.

IV. Kewajiban Dokter Terhadap Diri Sendiri

Pasal 16

Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan baik.

Pasal 17

Page 10: PBL Blok 30 Sken 6 Alexander D5

Setiap dokter harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

kedokteran/kesehatan.3

Informed Consent4

Informed consent adalah suatu proses yang menunjukan komunikasi yang efektif antara dokter

dengan pasien, dan bertemunya pemikiran tentang apa yang akan dan apa yang tidak dilakukan

oleh pasien.informed-consent memiliki 3 elemen:

1. Threshold elements.

Elemen ini sebenarnya tidak tepat dianggap sebagai elem oleh karena sifatnya lebih kea

rah syarat yaitu pemberi consent haruslah seseorang yang kompeten. Kompeten di sini

diartikan kapasitas untuk membuat keputusan. Kompetensi manusia untuk membuat

keputusan merupakan suatu continuum dari sama sekali tidak memiliki kompetensi

sehingga memiliki kompetensi yang penuh.

2. Information elements

Elemen ini terdiri dari 2 bagian yaitu disclosure dan understanding. Pengertian “

berdasarkan pemahaman yang adekuat “ membawa konsekuensi kepada tenaga medis

untuk memberikan informasi sedemikian rupa agar pasien dapat mencapai pemahaman

yang adekuat. Dalam hal ini, seberapa “baik” informasi harus diberikan kepada pasien

dapat dilihat dari 3 standard yaitu:

Standard praktek profesi.

Bahwa kewajiban memberikan informasi dan criteria ke-adekuat-an informasi ditentukan

bagaimana biasanya dilakukan dalam komunitas tenaga medis. Standard ini terlalu

mengacu kepada nilai-nilai yang ada di dalam komunitas kedokteran, tanpa

memperhatikan kengintahuan dan kemampuan pemahaman individu yang diharapkan

menerima informasi tersebut.

Standar subjektif.

Page 11: PBL Blok 30 Sken 6 Alexander D5

Bahwa keputusan harus didasarkan atas nilai-nilai yang dianut oleh pasien secara pribadi

sehingaa informasi yang diberikan harus memadai untuk pasien tersebut dalam membuat

keputusan. Sebaliknya dari standar sebelumnya, standar ini sangat sulit dilaksanakan .

Standar pada reasonable person.

Standar ini merupakan hasil kompromi dari kedua standar sebelumnya yaitu dianggap

cukup apabila informasi yang diberikan telah memenuhi kebutuhan pada umunya orang

awam.

3. Consent elements

Elemen ini juga terdiri dari 2 bagian yaitu kesukarelaan dan persetujuan. Kesukarelaan

mengharuskan tidak adanya unsure penipuan atau paksaanl. Pasien juga harus bebas dari

tekanan yang dilakukan tenaga medis yang bersikap seolah-olah akan dibiarkan apabila

menyetujui tawarannya. Consent diberikan secara dua cara :

Dinyatakan :

Dinyatakan dalam lisan

Dinyaakan secara bertulis. Pertanyaan tertulis diperlukan apabila dibutuhkan

bukti di kemudian hari, umumnya pada tindakan yang invasive yag

mempengaruhi kesehatan pasien secara bermakna.

Tidak dinyatakan:

Pasien tidak menyatakan baik secara lisan maupun tertulus, namun melakukan tingkap laku yang

menunjukkan jawapannya. Meskipun consent jenis ini tidak mempunyai bukti namun consent ini

yang paling banyak dilakukan sehari-hari.

Informed consent memiliki lingkup terbatas pada hal –hal yang dinyatakan sebelumnya, tidak

dapat dianggap sebagai persetujuan atas semua tindakan yang akan dilakukan. Dokter dapat

bertindak melebihi disepakati apabila gawat darurat dan keadaan tersebut membutuhkan waktu

yang singkat untuk menyelesaikannya.

Seorang dokter mungkin saja telah bersikap dan berkomunikasi dengan baik, membuat

keputusan medic dengan cemerlang dan atau telah melaakukan tindakan diagnostic dan terapi

yang sesuai standar, namun kesemuanya tidak akaan memiliki arti dalam pembelaanya apabila

tidak ada rekam medis yang baik. Rekam medis yang baik adalah rekan medis yang memuat

Page 12: PBL Blok 30 Sken 6 Alexander D5

semua informasi yang dibutuhkan, baik yang diperoleh dari pasien, pemikiran dokter,

pemeriksaan dantindakan dokte, komunikasi antar tenaga medis/ kesehatan, informed consent,dll

informasi lain yang dapat menjadi bukti di kemudian hari yang disusunsecara berurutan

kronologis.

Biasanya kata kunci yang sering digunakan oleh para hakim adalah:

1. Bahwa kewajiban profesi dokter adalah memberikan layanan dengan tingkat pengetahuan

dan keterampilan yang normalnya diharapkan akan dimiliki oleh rata-rata dokter pada

situasi-kondisi yang sama (reasonable competence),

2. Bahwa tindakan dokter adalah masih layak, dan didukung oleh alasan penalaran yang benar

(reasonable care).

3. Bahwa dokter harus memperoleh informed consent untuk tindakan diagnostic/ terapi yang ia

lakukan (reasonable communication),dan.

4. Bahwa dokter harus membuat rekam medis yang baik.4

Aspek Hukum5

Peraturan Menteri Kesehatan tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran (PerMenKes) No. 290 Tahun 2008

Ketentuan Umum

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :

1. Persetujuan tindakan kedokteran adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarga

terdekat setelah mendapat penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran atau

kedokteran gigi yang akan dilakukan terhadap pasien.

2. Keluarga terdekat adalah suami atau istri, ayah atau ibu kandung, anak-anak kandung,

saudara-saudara kandung atau pengampunya.

3. Tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang selanjutnya disebut tindakan kedokteran

adalah suatu tindakan medis berupa preventif, diagnostik, terapeutik atau rehabilitatif yang

dilakukan oleh dokter atau dokter gigi terhadap pasien.

Page 13: PBL Blok 30 Sken 6 Alexander D5

4. Tindakan Invasif adalah suatu tindakan medis yang langsung dapat mempengaruhi keutuhan

jaringan tubuh pasien.

5. Tindakan kedokteran yang mengandung risiko tinggi adalah tindakan medis yang berdasarkan

tingkat probabilitas tertentu, dapat mengakibatkan kematian atau kecacatan.

6. Dokter dan dokter gigi adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter gigi spesialis

lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi baik di dalam maupun di luar negeri

yang diakui oleh pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

7. Pasien yang kompeten adalah pasien dewasa atau bukan anak menurut peraturan perundang-

undangan atau telah/pernah menikah, tidak terganggu kesadaran fisiknya, mampu

berkomunikasi secara wajar, tidak mengalami kemunduran perkembangan (retardasi) mental

dan tidak mengalami penyakit mental sehingga mampu membuat keputusan secara bebas.5

Persetujuan dan Penjelasan

Pasal 2

(1) Semua tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien harus mendapat

persetujuan.

(2) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan secara tertulis maupun

lisan.

(3) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah pasien mendapat

penjelasan yang diperlukan tentang perlunya tindakan kedokteran dilakukan.

Pasal 3

(1) Setiap tindakan kedokteran yang mengandung risiko tinggi harus memperoleh persetujuan

tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak memberikan persetujuan.

(2) Tindakan kedokteran yang tidak termasuk dalam ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dapat diberikan dengan persetujuan lisan.

Page 14: PBL Blok 30 Sken 6 Alexander D5

(3) Persetujuan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat dalam bentuk pernyataan

yang tertuang dalam formulir khusus yang dibuat untuk itu.

(4) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diberikan dalam bentuk ucapan setuju

atau bentuk gerakan menganggukkan kepala yang dapat diartikan sebagai ucapan setuju.

(5) Dalam hal persetujuan lisan yang diberikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dianggap

meragukan, maka dapat dimintakan persetujuan tertulis.

Pasal 4

(1) Dalam keadaan gawat darurat, untuk menyelamatkan jiwa pasien dan/atau mencegah

kecacatan tidak diperlukan persetujuan tindakan kedokteran.

(2) Keputusan untuk melakukan tindakan kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diputuskan oleh dokter atau dokter gigi dan dicatat di dalam rekam medik.

(3) Dalam hal dilakukannya tindakan kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dokter

atau dokter gigi wajib memberikan penjelasan sesegera mungkin kepada pasien setelah

pasien sadar atau kepada keluarga terdekat.

Pasal 5

(1) Persetujuan tindakan kedokteran dapat dibatalkan atau ditarik kembali oleh yang memberi

persetujuan sebelum dimulainya tindakan.

(2) Pembatalan persetujuan tindakan kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus

dilakukan secara tertulis oleh yang memberi persetujuan.

(3) Segala akibat yang timbul dari pembatalan persetujuan tindakan kedokteran sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dan (2) menjadi tanggung jawab yang membatalkan persetujuan.

Pasal 6

Page 15: PBL Blok 30 Sken 6 Alexander D5

Pemberian persetujuan tindakan kedokteran tidak menghapuskan tanggung gugat hukum dalam

hal terbukti adanya kelalaian dalam melakukan tindakan kedokteran yang mengakibatkan

kerugian pada pasien

Penjelasan

Pasal 7

(1) Penjelasan tentang tindakan kedokteran harus diberikan langsung kepada pasien dan/atau

keluarga terdekat, baik diminta maupun tidak diminta.

(2) Dalam hal pasien adalah anak-anak atau orang yang tidak sadar, penjelasan diberikan kepada

keluarganya atau yang mengantar.

(3) Penjelasan tentang tindakan kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-

kurangnya mencakup:

a. Diagnosis dan tata cara tindakan kedokteran;

b. Tujuan tindakan kedokteran yang dilakukan;

c. Altematif tindakan lain, dan risikonya;

d. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi; dan

e. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.

f. Perkiraan pembiayaan.

Pasal 8

(1) Penjelasan tentang diagnosis dan keadaan kesehatan pasien dapat meliputi:

a. Temuan klinis dari hasil pemeriksaan medis hingga saat tersebut;

b. Diagnosis penyakit, atau dalam hal belum dapat ditegakkan, maka sekurang-kurangnya

diagnosis kerja dan diagnosis banding;

Page 16: PBL Blok 30 Sken 6 Alexander D5

c. Indikasi atau keadaan klinis pasien yang membutuhkan dilakukannya tindakan

kedokteran;

d. Prognosis apabila dilakukan tindakan dan apabila tidak dilakukan tindakan.

(2) Penjelasan tentang tindakan kedokteran yang dilakukan meliputi :

a. Tujuan tindakan kedokteran yang dapat berupa tujuan preventif, diagnostik, terapeutik,

ataupun rehabilitatif.

b. Tata cara pelaksanaan tindakan apa yang akan dialami pasien selama dan sesudah

tindakan, serta efek samping atau ketidaknyamanan yang mungkin terjadi.

c. Alternatif tindakan lain berikut kelebihan dan kekurangannya dibandingkan dengan

tindakan yang direncanakan.

d. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi pada masing-masing alternatif tindakan.

e. Perluasan tindakan yang mungkin dilakukan untuk mengatasi keadaan darurat akibat risiko

dan komplikasi tersebut atau keadaan tak terduga lainnya.

(3) Penjelasan tentang risiko dan komplikasi tindakan kedokteran adalah semua risiko dan

komplikasi yang dapat terjadi mengikuti tindakan kedokteran yang dilakukan, kecuali:

a. risiko dan komplikasi yang sudah menjadi pengetahuan umum

b. risiko dan komplikasi yang sangat jarang terjadi atau yang dampaknya sangat ringan

c. risiko dan komplikasi yang tidak dapat dibayangkan sebelumnya (unforeseeable)

(4) Penjelasan tentang prognosis meliputi:

a. Prognosis tentang hidup-matinya (ad vitam);

b. Prognosis tentang fungsinya (ad functionam);

c. Prognosis tentang kesembuhan (ad sanationam).

Page 17: PBL Blok 30 Sken 6 Alexander D5

Pasal 9

(1) Penjelasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 harus diberikan secara lengkap dengan

bahasa yang mudah dimengerti atau cara lain yang bertujuan untuk mempermudah

pemahaman.

(2) Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicatat dan didokumentasikan dalam berkas

rekam medis oleh dokter atau dokter gigi yang memberikan penjelasan dengan

mencantumkan tanggal, waktu, nama, dan tanda tangan pemberi penjelasan dan penerima

penjelasan.

(3) Dalam hal dokter atau dokter gigi menilai bahwa penjelasan tersebut dapat merugikan

kepentingan kesehatan pasien atau pasien menolak diberikan penjelasan, maka dokter atau

dokter gigi dapat memberikan penjelasan tersebut kepada keluarga terdekat dengan

didampingi oleh seorang tenaga kesehatan lain sebagai saksi.

Pasal 10

(1) Penjelasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 diberikan oleh dokter atau dokter gigi yang

merawat pasien atau salah satu dokter atau dokter gigi dari tim dokter yang merawatnya.

(2) Dalam hal dokter atau dokter gigi yang merawatnya berhalangan untuk memberikan

penjelasan secara langsung, maka pemberian penjelasan harus didelegasikan kepada dokter

atau dokter gigi lain yang kompeten.

(3) Tenaga kesehatan tertentu dapat membantu memberikan penjelasan sesuai dengan

kewenangannya.

(4) Tenaga kesehatan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) adalah tenaga kesehatan

yang ikut memberikan pelayanan kesehatan secara langsung kepada pasien.

Pasal 11

(1) Dalam hal terdapat indikasi kemungkinan perluasan tindakan kedokteran, dokter yang akan

melakukan tindakan juga harus memberikan penjelasan.

Page 18: PBL Blok 30 Sken 6 Alexander D5

(2) Penjelasan kemungkinan perluasan tindakan kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

merupakan dasar daripada persetujuan.

Pasal 12

(1) Perluasan tindakan kedokteran yang tidak terdapat indikasi sebelumnya, hanya dapat

dilakukan untuk menyelamatkan jiwa pasien.

(2) Setelah perluasan tindakan kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan,

dokter atau dokter gigi harus memberikan penjelasan kepada pasien atau keluarga terdekat.

Yang Berhak Memberikan Persetujuan

Pasal 13

(1) Persetujuan diberikan oleh pasien yang kompeten atau keluarga terdekat.

(2) Penilaian terhadap kompetensi pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh

dokter pada saat diperlukan persetujuan.

Ketentuan Pada Situasi Khusus

Pasal 14

(1) Tindakan penghentian/penundaan bantuan hidup (withdrawing/withholding life support)

pada seorang pasien harus mendapat persetujuan keluarga terdekat pasien.

(2) Persetujuan penghentian/penundaan bantuan hidup oleh keluarga terdekat pasien

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah keluarga mendapat penjelasan dari

tim dokter yang bersangkutan.

(3) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diberikan secara tertulis.

Pasal 15

Page 19: PBL Blok 30 Sken 6 Alexander D5

Dalam hal tindakan kedokteran harus dilaksanakan sesuai dengan program pemerintah dimana

tindakan medik tersebut untuk kepentingan masyarakat banyak, maka persetujuan tindakan

kedokteran tidak diperlukan.

Penolakan Tindakan Kedokteran

Pasal 16

(1) Penolakan tindakan kedokteran dapat dilakukan oleh pasien dan/atau keluarga terdekatnya

setelah menerima penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan.

(2) Penolakan tindakan kedokteran sebagaimana dimaksud kedokteran pada ayat (1) harus

dilakukan secara tertulis.

(3) Akibat penolakan tindakan kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjadi

tanggung jawab pasien.

(4) Penolakan tindakan kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak memutuskan

hubungan dokter dan pasien.

Tanggung Jawab

Pasal 17

(1) Pelaksanaan tindakan kedokteran yang telah mendapat persetujuan menjadi tanggung jawab

dokter atau dokter gigi yang melakukan tindakan kedokteran.

(2) Sarana pelayanan kesehatan bertanggung jawab atas pelaksanaan persetujuan tindakan

kedokteran.

Pembinaan dan Pengawasan

Pasal 18

(1) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan

pembinaan dan pengawasan dengan melibatkan organisasi profesi terkait sesuai tugas dan

fungsi masing-masing.

Page 20: PBL Blok 30 Sken 6 Alexander D5

(2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diarahkan untuk

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

Pasal 19

(1) Dalam rangka pembinaan dan pengawasan, Menteri, Kepala Dinas Kesehatan Propinsi,

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mengambil tindakan administratif sesuai

dengan kewenangannya masing-masing

(2) Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa teguran lisan,

teguran tertulis sampai dengan pencabutan Surat Ijin Praktik5

Penatalaksanaan

Gonorrhea atau di kalangan masyarakat umum dikenal dengan nama GO adalah penyakit

menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhea. Penyakit ini terutama

menyerang mereka yang sering bergonta ganti pasangan seksual. Karena sifat penularannya yang

mudah dan cepat, maka seorang pengidap GO sudah mampu menularkan penyakitnya hanya

dengan sekali berhubungan seksual.

Gonorrhea adalah sebuah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhea

yang penularannya melalui hubungan kelamin baik melalui genito-genital, oro-genital, ano-

genital. Bakteri ini dapat hidup dan mudah berkembang dengan cepat di dalam saluran

pembiakan / peranakan seperti pangkal rahim (cervix), rahim (uterus), dan tuba fallopi (saluran

telur) bagi wanita dan juga saluran kencing (urine canal) bagi wanita dan lelaki. Sehingga pada

laki-laki gejalanya adalah kencing bernanah sedangkan pada wanita seringkali tidak bergejala

karena letak rahim yang di dalam.6

Gejala GO

Pada wanita, GO tidak menimbulkan gejala apapun sehingga sering luput dari diagnosa

dokter. Hal ini menyebabkan seorang wanita pengidap GO tidak menyadari dirinya terinfeksi

lalu menularkannya ke orang lain. Sebaliknya pada laki laki, GO dapat menimbulkan gejala yang

sangat hebat seperti rasa terbakar pada saat kencing, gangguan frekuensi kencing dan keluar

nanah dari ujung penis. Bila GO tidak tertangani dengan baik maka pada laki laki dapat

menimbulkan peradangan pada ‘pabrik’ sperma berupa epididymitis dan orchitis. GO juga sering

Page 21: PBL Blok 30 Sken 6 Alexander D5

menimbulkan gejala sistemik seperti rasa nyeri pada persendian, demam, bercak bercak pada

kulit dan lain lain.

Gejala GO juga bisa mengenai tenggorokan (faringitis) terutama bagi mereka yang gemar

melakukan oral seks. Gejala pada anus juga bisa terjadi bila hubungan seksual dilakukan secara

anal.

Gejala GO pada laki laki akan timbul sekitar 4 sampai 8 hari setelah melakukan kontak

seksual dengan penderita GO, walaupun terkadang pada beberapa kasus memerlukan waktu yang

lebih panjang dari itu.6

Mendiagnosa GO

Gonorrhea dapat dengan mudah didiagnosa dengan melakukan pemeriksaan mikroskopis

pada lendir atau nanah yang keluar dari penis. GO juga bisa didiagnosa dari biakan lendir yang

berasal dari saluran kencing, anus atau tenggorokan. Pada pasien dengan gejala sistemik seperti

nyeri pada sendi atau gejala pada kulit, kuman GO bisa dibiakan dari bahan darah. Saat ini

beberapa metode tes diagnostik secara cepat sudah banyak dikembangkan sehingga waktu yang

dibutuhkan untuk mendiagnosa GO menjadi lebih singkat.6

Pengobatan GO

Pengobatan GO tanpa komplikasi, cukup dengan sekali suntikan ceftriakson 125mg.

Sayangnya saat ini sudah banyak strain kuman GO yang resisten atau kebal terhadap beberapa

jenis antibiotika. Beberapa antibiotika alternatif yang bisa menjadi pilihan adalah Cefixime

400mg, Ciprofloxacin 500mg, Ofloxacin 400mg, dan Levofloxacin 250mg yang diberikan

dengan dosis tertentu setiap hari. Pengobatan GO sebaiknya dalam pengawasan dokter agar

pengobatan berlangsung dengan tepat untuk mencegah terjadinya resistensi kuman.6

Definisi HIV/AIDS

Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (disingkat

AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan

tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency

Virus (atau disingkat HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang

yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena

Page 22: PBL Blok 30 Sken 6 Alexander D5

tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus,

namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.

HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit

dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti

darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi

melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang

terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk

kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.7

Edukasi Penyakit Menular Seksual (PMS)

Memberikan pendidikan kepada pasien dengan menjelaskan tentang:

Bahaya penyakit menular seksual.

Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan.

Cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya.

Hindari hubungan seksual sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak dapat

dihindari. (safe sex education)

Pengobatan pasangan seks dibutuhkan untuk menghindari fenomena ping-pong, yaitu

dimana penyakit kembali saling menularkan antara pasangan hubungan seksual.

Kemungkinan terjangkit penyakit menular seperti HIV/AIDS.7

Penutup

Seorang pasien laki-laki yang datang ke praktek dokter keluarganya mengeluh dua hari

terakhir bahwa alat kemaluannya mengeluarkan nanah dan terasa nyeri,yang didapatkan nya

akibat perselingkuhan dengan wanita lain,pasien tidak ingin diketahui istrinya tahu, karena bisa

terjadi pertengkaran diantara keduanya,disini dokter tahu bahwa mengobati penyakit tersebut

Page 23: PBL Blok 30 Sken 6 Alexander D5

pada pasien ini tidaklah sulit,tetapi oleh karena ia telah berhubungan juga dengan istrinya maka

mungkin istrinya juga sudah tertular.Istrinya juga harus diobati.

Disini yang harus dijaga oleh seorang dokter adalah untuk tetap menjaga rahasia

kedokteran ialah pertama-tama dokter harus menjelaskan kepada pasien bahwa pengobatan

penyakit tersebut sebenarnya tidak sulit, tetapi karena ia telah berhubungan juga dengan istrinya,

maka kemungkinan istrinya juga sudah tertular dan harus diobati. Dokter juga menjelaskan

adanya kemungkinan-kemungkinan dimana AIDS bisa saja tertular melalui hubungan seksual

yang tidak sehat,karena dokter memegang prinsip rahasia kedokteran pasien, maka dokter tidak

boleh membocorkan apapun yang dialami pasien kepada siapapun termasuk kepada sang

istri.Dokter seharusnya hanya bisa menyarankan agar pasien berusaha jujur dan bertanggung

jawab atas apa yang dilakukan nya,tetapi semua keputusan tetap di tangan pasien tersebut,karena

dokter tidak bisa memaksa sesuai hak Autonomy seorang pasien dan sesuai rahasia jabatan

kedokteran.

Daftar Pustaka

1. Sampurna B, Syamsu Z, Siswaja TD. Rahasia Kedokteran. In: Sampurna B, Syamsu Z,

Siswaja TD. Bioetik dan hukum kedokteran. 2nd ed. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007. Hlm.53-56.

Page 24: PBL Blok 30 Sken 6 Alexander D5

2. Sampurna B, Syamsu Z, Siswaja TD. Bioetika. In: Sampurna B, Syamsu Z, Siswaja TD.

Bioetik dan hukum kedokteran. 2nd ed. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia; 2007. Hlm.29-32.

3. Sampurna B, Syamsu Z, Siswaja TD. Kode Etik Kedokteran Indonesia. In: Sampurna B,

Syamsu Z, Siswaja TD. Bioetik dan Hukum Kedokteran. Jakarta: Pustaka Dwipar. 2007.

Hlm.49-51.

4. Departemen Kesehatan RI. Informed Consent. In: Peraturan Menteri Kesehatan RI

Sampurna B, Syamsu Z, Siswaja TD. Informed Consent. In: Sampurna B, Syamsu Z,

Siswaja TD. Bioetik dan Hukum Kedokteran. Jakarta: Pustaka Dwipar. 2007. Hlm.77-85.

5. Peraturan perundang-undangan bidang kedokteran. cetakan kedua. Bagian Kedokteran

Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta; 1994, hal 17

6. Centers for Disease Control and Prevention. Sexual Transmitted Disease – Gonorrhea.

2010. Diunduh dari http://www.cdc.gov/std/gonorrhea/stdfact-gonorrhea.htm , 15 januari

2015.

7. Dinas Kesehatan Kota Lampung Selatan. Pengertian, Definisi dan Cara Penularan /

Penyebaran Virus HIV AIDS – Info / Informasi Penyakit Menular Seksual / PMS. 9 Juli

2008. Diunduh dari http://keslamsel.wordpress.com/2008/07/09/pengertian-definisi-dan-

cara-penularan-penyebaran-virus-hiv-aids-info-informasi-penyakit-menular-seksual-pms/

15 januari 2015