makalah sken.7

download makalah sken.7

of 31

description

makalah smster 7

Transcript of makalah sken.7

Program Puskesmas Mengenai Pemberantasan Panyakit DBD Bernadina N S Lewowerang 102011303 [email protected] Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna Utara, No.6, Jakarta Barat 11510

PENDAHULUAN

Latar BelakangPenyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan satu masalah kesehatan masyarakat penting di Indonesia dan sering menimbulkan suatu letusan Kejadian Luar Biasa dengan kematian yang besar.1Di Indonesia nyamuk penular (vector) penyakit DBD yang penting adalah Aedes aegypti, Aedes albopictus, dan Aedes scutellaris, tetapi sampai saat ini yang menjadi vector utama dari penyakit DBD adalah Aedes aegypti.1Penyakit DBD adalah penyakit infeksi oleh virus Dengue yang di tularkan melalui tusukan nyamuk Aedes aegypty. Biasanya ditandai dengan demam yang bersifat bifasik selama 2-7 hari, ptekie dan adanya manifestasi perdarahan, dengan ciri demam tinggi mendadak disertai manifestasi perdarahan bertendensi menimbulkan rejatan (syok) dan kematian.Kejadian Luar Biasa DBD terbesar terjadi pada tahun 1998, dengan Incidence Rate(IR)= 35,19 per 100.000 penduduk dan Case Fatality Rate (CFR) = 2%. Pada tahun 1999 IR menurun tajam sebesar 10,17%, namun pada tahun berikutnya IR cenderung meningakat yaitu 15,99 (tahun 2000); 21,66 (tahun 2001); 19,24 (tahun 2002) dan 23,87 (tahun 2003). Jumlah kasus DBD di Indonesia sebagai berikut, 44.548 orang (1996), dengan jumlah kematian sebanyak 1.234 orang, tahun 1998 sejumlah 72.133 orang, denan jumlah kematian sebanyak 1.414 orang. Tahun 1999 jumlah kasus 21.134 orang, tahun 200 jumlah kasus 33.443 orang, tahun 2001 jumlah kasus 45.904 orang, tahun 2002 jumlah kasus 26.015 orang, dengan jumlah kematian sebanyak 389 orang dan tahun 2005 jumlah kasus 38.635 orangm dengan jumlah kematain sebanyak 539 orang. Penyakit DBD sampai saat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Sampai sekarang penyakit DBD belum di temukan obat maupun vaksinnya, sehingga satu-satunya cara untuk mencegah penyakit ini dengan memutuskan rantai penularan yaitu dengan pengendalian vector. Vektor utama penyakit DBD di Indonesia adalnya nyamuk aedes aegypti. Tempat yang disukai sebagai tempat perindukannya adalah genangan air yang terdapat dalam wadah (container) tempat penampungan air artificial misalnya drum, bak mandi, gentong, ember dan sebagainya; tempat penampungan air alamiah misalnya lubang pohon, daun pisang, pelepah daun keladi, lubang batu; ataupun bukan tempat penampungan air misalnya vas bunga, ban bekas, botol keras, tempat minum burung dan sebagainya. Kasus DHF cenderung meningkat pada musim hujan, kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya: perubahan musim mempengaruhi frekuensi gigitan nyamuk; karena pengaruh musim hujan, puncak gigitan terjadi pada pagi dan sore hari, perubahan musim mempengaruhi manusia sendiri dalam bersikapnya, misalnya dengan lebih banyak berdiam dirumah selama musim hujan. Jumlah penderita dan luas daerah penyebaran semakin bertambah dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk.

Tujuan Untuk mengetahui upaya manajemen program puskesmas dalam melakukan pemberantasan DHF melalui tindakan promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, serta protektif. Untuk melatih masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat. Untuk mengetahui status kejadian DHF disuatu wilayah. Mempelajari tentang Program-program Puskesmas dalam melakukan pemberantasan penyakit-penyakit melular yaitu Demam Berdarah Dengue Mempelajari tentang bagaimana peran Dokter di puskesmas dalam menjalankan tugasnya sebagai pelayan kesehatan bagi masyarakat Mempelajari tentang peran dan fungsi Puskesmas bagi masyarakat Mempelajari tentang Upaya Kesehatan Pokok Puskesmas

PEMBAHASAN

Skenario : Pada akhir tahun berdasarkan evaluasi program pemberantasan DHF masih didapatkan prevalensi DHF berkisar 18% dengan tingkat CFR 4%. Rata-rata penderita datang terlambat sehingga terlambat juga dirujuk ke Rumah Sakit. Berdasarkan pemantauan jentik, didapatkan Angka Bebas Jentik (ABJ) adalah 60%. Kepala Puskesmas akan melakukan revitalisasi program pemberantasan penyakt DHF dan ingin didapatkan insidens yang serendah-rendahnya dan CFR 0%. Di daerah tersebut banyak dilakukan pembangunan gedung-gedung kantor baru dan banyak sampah-sampah di sungai di sekitar pemukiman warga.masyarakat daerah tersebut masih menggunakan sarana penyimpanan air minum dalam gentong. Pihak puskesmas mendapatkan data 60% rumah terdapat jentik nyamuk. Program penyuluhan akan dilakukan oleh petugas puskesmas dalam rangka pemberantasan sarang nyamuk.

Epidemiologi DBD1. AgenDemam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue yang termasuk dalam kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviroses) yang sekarang dikenal sebagai genus flavivirus, family falvivirus, family flaviviridae dan mempunyai 4 jenis serotype yaitu: DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Yang di tularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat di hampir seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter diatas permukaan air laut.Infeksi salah satu serotype akan menimbulkan antibody terhadap serotype bersangkutan, sedangkan antibody yang terbentuk terhadap serotype lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberi perlindungan yang memadai terhadap serotype yang lain. Serotype 3 merupakan serotype yang dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukan manifestasi klinis yang berat.1,2

2. Pejamu (host)Virus dengue ditularkan kepada manusia lewat gigitan nyamuk Aedes aegypty. Nyamuk Aedes tersebut dapat mengandung virus dengue pada saat mengigit manusia yang sedang mengalami viremia. Kemudian virus yang ada dalam kelenjar liur berkembang biak dalam waktu 8-10 hari (extrinsic ebcubation period) sebelum dapat di tularkan kepada manusia pada saat gigitan berikutnya. Virus dalam tubuh nyamuk betina dapat ditularkan kepada telurnya (transovanan transmission) , namun perananya dalam penularan virus tidak penting. Sekali virus dapat masuk dan berkembang biak dalam nyamuk, nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama hidup (infektif). Didalam tubuh manusia, virus memerlukan waktu masa tunas 46 hari (intrinsic incubation period) sebelum menimbulkan penyakit. Penularan dari manusia kepada nyamuk hanya dapat terjadi bila nyamuk menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah demem timbul. 1,2,33. Lingkungan(environment).2,3Lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan vektor, sehingga berpengaruh pula terhadap penularan penyakit DBD, antara lain sebagai berikut: Lingkungan fisik, terdiri dari genangan air, khususnya genangan air yang tidak kontak langsung dengan tanah, tempat penampungan air, air di pelepah atau batang pisang, air di kaleng bekas atau ban bekas dan tanaman hias.a. Letak geografis: Penyakit akibat infeksi virus dengue ditemukan tersebar luas di berbagai negara terutama di negara tropik dan subtropik seperti Asia Tenggara, Pasifik Barat dan Caribbean dengan tingkat kejadian sekitar 50-100 juta kasus setiap tahunnya. Infeksi virus dengue di Indonesia telah ada sejak abad ke-18 seperti yang dilaporkan oleh David Bylon seorang dokter berkebangsaan Belanda. Pada saat itu virus dengue menimbulkan penyakit yang disebut penyakit demam lima hari kadang-kadang disebut demam sendi. Disebut demikian karena demam yang terjadi menghilang dalam lima hari, disertai nyeri otot, nyeri pada sendi dan nyeri kepala. Sehingga sampai saat ini penyakit tersebut masih merupakan problem kesehatan masyarakat dan dapat muncul secara endemik maupun epidemik yang menyebar dari suatu daerah ke daerah lain atau dari suatu negara ke negara lain

b. Musim: Secara nasional penyakit Demam Berdarah Dengue di Indonesia setiap tahun terjadi pada bulan September s/d Februari dengan puncak pada bulan Desember atau Januari yang bertepatan dengan waktu musim hujan. Akan tetapi Untuk kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan Surabaya musim penularan terjadi pada bulan Maret s/d Agustus dengan puncak terjadi pada bulan Juni atau Juli.4 Lingkungan biologi: terdiri dari tanaman yang dapat menampung air pada pelepah, daun maupun batangnya.a. Populasi: Kepadatan penduduk yang tinggi akan mempermudah terjadinya infeksi virus dengue, karena daerah yang berpenduduk padat akan meningkatkan jumlah insiden kasus DBD tersebut. Dengan semakin banyaknya manusia maka akan semakin besar peluang nyamuk mengigit, sehingga penyebaran kasus DBD dapat menyebar dengan cepat dalam suatu wilayah.b. Nutrisi: Teori nutrisi mempengaruhi derajat berat ringan penyakit dan ada hubungannya dengan teori imunologi, bahwa pada gizi yang baik mempengaruhi peningkatan antibodi dan karena ada reaksi antigen dan antibodi yang cukup baik, maka terjadi infeksi virus dengue yang berat. Lingkungan sosial-ekonomi, berupa perilaku masyarakat yang kurang memperhatikan kebersihan lingkungannya, terutama menguras bak atau tempat penampungan air dan sampah-sampah yang dapat menampung air.Puskesmas:4,5Puskesmas ialah suatu unit pelaksana fungsional yang berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegiatannya secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu. Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten atau kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di satu atau sebagian wilayah kecamatan.

Tujuan:Mendukung tercapainya pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas.4

Fungsi:a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan Berupaya menggerakkan lintas sektor dan dunia usaha di wilayah kerjanya agar menyelenggarakan pembangunan yang berwawasan kesehatan. Aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya. Mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan dan pemulihan.b. Pusat pemberdayaan masyarakat Berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga, dan masyarakat: Memiliki kesadaran, kemauan, dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat. Berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk pembiayaan. Ikut menetapkan, menyelenggarakan, dan memantau pelaksanaan program kesehatan.c. Pusat pelayanan kesehatan strata pertamaMenyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan perorangan Pelayanan kesehatan masyarakat

Kegiatan PokokKegiatan pokok Puskesmas dikembangkan dari Basic Health Care Services (WHO) yang dikenal sebagai Basic Seven yang terdiri atas :51. Mother and Child Health Care2. Medical Care3. Environmental Sanitation4. Health Education5. Simple Laboratory6. Communicable Disease Control7. Simple statisticPada Rakernas ke 111/1970, ditetapkan 6 Usaha Kesehatan Pokok seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta keinginan program di Tingkat Pusat, maka berkembang menjadi 18 Usaha Kesehatan Pokok. Upaya KesehatanPuskesmas bertangung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan masyarakat. Ada 2 upaya :a. Upaya kesehatan WajibAdalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional,regional dan global serta mempunyai daya ungkit tinggi untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Upaya ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di Indonesia, meliputi: Upaya Promosi Kesehatan Upaya Kesehatan Lingkungan Upaya Kesehatan Ibu & Anak Serta Kb Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat Upaya Pencegahan Dan Pemberantasan Penyakit Menular Upaya Pengobatanb. Upaya Kesehatan PengembanganAdalah upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan ini meliputi: Upaya Kesehatan Sekolah Upaya Kesehatan Olahraga Upaya Kesehatan Masyarakat Upaya Kesehatan Kerja Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut Upaya Kesehatan Jiwa Upaya Kesehatan Mata Upaya Kesehatan Usia Lanjut Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional

Stuktur Organisasi Kepala Puskesmas Unit Tata Usaha Unit Pelaksana Teknis Fungsional Upaya Kesehatan Masyarakat Upaya Kesehatan Perorangan Jaringan Pelayanan Puskesmas Pembantu Puskesmas Keliling Bidan di Desa/Komunitas Fungsi Petugas Puskesmas1. Petugas Medis :a. Dokter Umum : Melakukan pelayanan medis dipoli umum,Puskel,Pustu, Posyandu.b. Dokter Gigi : Melaksanakan pelayanan medis dipoli gigi,Puskel, Pustu.c. Dokter Spesialis : Khusus untuk puskesmasrawat inapbagus juga ada kunjungan dokterspesialis sebagai dokter konsultan, misalnya : dokter ahli anak, kandungan dan penyakit dalam.2. Petugas Para Medis :a. Bidan : Pelayanankesehatan ibu dan anak (KIA),pelaksanaasuhan kebidanan.b. Perawat Umum : Pendamping tugas dokter umum, pelaksanaasuhan keperawatan umum.c. Perawat Gigi : Pendamping tugas dokter gigi, pelaksanaasuhan keperawatangigi.d. Perawat Gizi: Pelayanan penimbangan dan pelacakanmasalah gizimasyarakat.e. Sanitarian : Pelayanankesehatan lingkunganpemukiman dan institusi lainnya.f. Sarjana Farmasi: Pelayanan kesehatanobatdanperlengkapan kesehatan.g. Sarjana Kesehatan Masyarakat : Pelayanan administrasi, penyuluhan, pencegahan dan pelacakan masalah kesehatan masyarakat.3. Petugas Non Medis :a. Administrasi : Pelayanan administrasipencatatandanpelaporankegiatan puskesmas.b. Petugas Dapur : Menyiapkan menumasakandanmakanan pasienpuskesmas perawatan.c. Petugas Kebersihan: Melakukan kegiatankebersihanruangandan lingkungan puskesmas.d. Petugas Keamanan : Menjagakeamananpelayanankhususnya ruangan rawat inap.e. Sopir : Mengantar, membantu seluruh kegiatan pelayananpuskesmas kelilingdi luar gedung puskesmas. Peran dan Fungsi Kepala PuskesmasKepala Puskesmas merupakan seorang dokter atau sarjana bidang Kesehatan. Kepala Puskesmas mempunyai tugas memimpin, mengawasi, mengkoordinasikan pelaksanaan pelayanan upaya kesehatan secara paripurna kepada masyarakat dalam wi1ayah kerjanya.Peranan Kepala Puskesmas adalah sebagai berikut :a. Dokter Kepala Puskesmas sebagai Seorang Dokter.b. Dokter Kepala Puskesmas Sebagai Seorang Manajer Organisasi Tatalaksana Bimbingan Teknis dan Supervisi Hubungan Kerja antar Instansi Tingkat Kecamatan Dokter puskesmas sebagai penggerak pembangunan di wilayah kerjanya.c. Dokter kepala puskesmas sebagai tenaga ahli pendamping camat

Tugas Kepala Puskesmas:a. Membuat perencanaan puskesmasMenganalisa kondisi, situasi dan kinerja puskesmas, apakah sudah baik, masih kurang ataukah banyak yang belum beres, kemudian menentukan perencanaan kegiatannya.b. Mengatur pelayanan puskesmasMenata apa saja jenis kegiatan program pelayanan, siapa saja yang akan menjalankannya bersama seluruh staf puskesmasc. Menggerakkan pegawai puskesmasMendorong segenap komponen pelayanan puskesmas untuk melaksanakan tugas pokok sesuai fungsinya dalam pelayanan kepada masyarakatd. Mengevaluasi kinerja puskesmasMenelaah hasil pencapaian program puskesmas secara terpadu dengan instansi terkait, sebagai pedoman untuk menentukan perencanaan pelayanan puskesmas.e. Menggalang kerjasama pelayanan puskesmasMenjalin kerjasama internal puskesmas dan eksternal puskesmas, antara staf, pegawai, petugas, aparat, pejabat, kader kesehatan, tokoh masyarakat, dan yang lainnya, khususnya diwilayah kerja puskesmas Peranan Dokter di Puskesmas Tugas Pokok:Mengusahakan agar fungsi Puskesmas dapat diselenggarakan dengan baik dan dapat memberi manfaat kepada masyarakat di wilayah kerjanya. Fungsi : Sebagai seorang dokter Sebagai seorang manajer Kegiatan Pokok : Melaksanakan Fungsi Manajerial Melakukan pemeriksaan dan pengobatan penderita. Menerima rujukan dan konsultasi. Mengkoordinir pembinaan peran serta masyarakat melalui pendekatan PKMD.Kegiatan Lain: Menerima konsultasi dari semua kegiatan Puskesmas Sistem PuskesmasDalam menangani sebuah kasus permasalahan, perlu dievaluasi ulang apa saja pembentuk unsur-unsur daripada pelaksanaan suatu program. Dalam hal ini yang perlu ditinjau ulang ialah sistem daripada permasalahan tersebut. Sistem adalah gabungan elemen yang dihubungkan oleh proses/struktur yang berfungsi untuk menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan. Ciri-ciri sistem ialah: Mempunyai tujuan Terdiri dari beberapa elemen yang membentuk suatu kesatuan Mengubah input menjadi output Dipengaruhi oleh lingkungan Mempunyai mekanisme pegendalian mengatur diri sendiri dan adaptasi

Gambar 1. Skema sebuah Sistem8

Terdapat empat macam fungsi administrasi yang sudah disederhanakan menurut George R.Terry, antara lain:6,7I. Planning (perencanaan) Menurut Billy E. Goets, planning adalah kemampuan untuk memilih satukemungkinan dari beberapa kemungkinan yang tersedia yang dipandang paling tepat untuk mencapai tujuan. Dalam kehidupan sehari-hari dikenal beberapa istilah yang agak identik dengan perencanaan.9Istilah yang dimaksud adalah:6 Peramalan (forcasting) Penyelesaian masalah (problem solving) Penyusunan program (programming) Penyusunan rancangan (designing) Pengkajian kebijakan (policy analysis) Proses pengambilan keputusan (decision making process)Macam perencanaan ditinjau dari jangka waktu berlakunya rencana,tingkatan rencana maupun dari ruang lingkup adalah:7i) Ditinjau dari jangka waktu berlakunya rencana dalam waktu jangka panjang, jangka menengah atau jangka pendek ii) Ditinjau dari tingkatan rencana dari aspek induk, operasional atau harianiii) Ditinjau dari ruang lingkup yang mencakupi Strategik Taktis Menyeluruh Terpadu Unsur-unsur planning (perencanaan) antara lain adalah rumusan misi, rumusan masalah, rumusan tujuan umum dan khusus, rumusan kegiatan, asumsi perencanaan, strategi pendekatan, waktu, organisasi dan tenaga pelaksana, biaya dan metoda penilaian dan kriteria keberhasilanII. Organization (pengorganisasian)Pengorganisasian adalah pengelompokan berbagai kegiatan yang diperlukan untuk melaksanakan suatu rencana sedemikian rupa sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan memuaskan. Definisi lain menyebutkan pengorganisasian adalah pengaturan sejumlah personil yang dimiliki untuk memungkinkan tercapainya suatu tujuan yang telah disepakati dengan jalan mengalokasikan masing-masing fungsi dan tanggungjawabnya.9Unsur-unsur pokok dalam pengorganisasian antara lain:6 Hal yang diorganisasikan seperti kegiatan, tenaga pelaksana Proses pengorganisasian Hasil pengorganisasian. Prinsip pokok organisasi antara lain: Mempunyai pendukung Mempunyai tujuan Mempunyai kegiatan Mepunyai pembagian tugas Mempunyai perangkat organisasi Mempunyai pembagian dan pendelegasian wewenang Mempunyai kesinambungan kegiatan, kesatuan perintah daerah.

III. Actuating (penggerakkan/pelaksaanaan)Actuating (penggerakkan/pelaksaanaan) adalah melaksanakanrencana yang telah dibuat dan yang telah ditetapkan bentuk organisasiyang akan melaksanakan rencana tersebut. Sebagai seorang manager didalam pelaksanaan rencana/program (kesehatan) harus mempunyai pengetahuan/ kemampuan :6,9 Motivasi (motivation) Komunikasi (communication) Kepemimpinan (leadership) Pengarahan (directing) Pengawasan (controlling) Supervisi (supervision)

IV. Controlling (pengawasan)Controlling adalah melakukan penilaian dan sekaligus koreksi terhadap setiap penampilan pelaksana untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam rencana. Definisi lain menyebutkan controlling (pengawasan) adalah suatu proses untuk mengukur penampilan suatu program yang kemudian dilanjutkandengan mengarahkannya sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Untuk melaksanakan pengawasan perlu diperhatikan:6,9 Obyek pengawasan, yaitu hal-hal yang akan diawasi dari pelaksanaan program Metoda pengawasan, yang merupakan mekanisme umpan-balik Proses pengawasan, merupakan langkah langkah yang terdiri:merumuskan rencana, tujuan dan standar pengawasan, mengukur penampilan, membandingkan hasil dengan standar, menarik kesimpulan dan melaksanakan tindak lanjut.1. ManDokterMenjadi seorang dokter adalah sebuah aktivitas mulia bila dilandasi dengan niat yang baik. Selain mempelajari berbagai macam teori mengenai penyakit dan obat-obatan yang sangat detail, seorang dokter juga perlu belajar cara berinteraksi dengan orang lain, agar dapat memberikan pelayanan holistik pada pasiennya.WHO menetapkan 5 standar dokter ideal yang dirangkum dalam 5 stars doctor, antara lain:1. Health care provider(penyedia layanan kesehatan) yaitu kemampuan dokter sebagai tenaga medis, memberikan tindakan terhadap keluhan-keluhan pasiennya. Tindakan kesehatan yang dilakukan dapat berupa kuratif, preventif, promotif dan rehabilitatif.2. Decision maker(pembuat keputusan), salah satu peran seorang dokter yaitu memberikan keputusan terhadap suatu permasalahan, yang sudah ditimbang dari sudut pandang medis dari ilmu yang dikuasainya.3. Community leader(pemimpin komunitas), didalam lingkungan bermasyarakat, seorang dokter harus dapat mengayomi masyarakat untuk dapat hidup sehat, dapat menjadi contoh bagi komunitas disekelilingnya4. Manager(manajer), adakalanya seorang dokter akan menjadi pemimpin dari sebuah lembaga kesehatan (puskesmas, DinKes atau Rumah Sakit), untuk itu, kemampuan mengelola sistem, staf, dan berkolaborasi dengan struktur lembaga merupakan sesuatu yang perlu dimiliki oleh setiap dokter.5. Communicator(penyampai), memutuskan untuk menjadi seorang dokter, berarti memutuskan untuk menjadi pekerja sosial, yang berhubungan dengan manusia. Di masyarakat, dokter merupakan sosok panutan, lantaran karena ilmunya yang luas dan kepeduliannya terhadap hidup sesama. Untuk itu, keterampilan berkomunikasi, menyampaikan sesuatu dengan baik merupakansoftskillyang harus dimiliki setiap dokter

Dalam menghadirkan pelayanan kesehatan, seorang dokter akan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya, antara lain perawat, ahli gizi, ahli farmasi, bidan, sanitarian dan petugas administratif. Untuk itu diperlukan pemahaman tentang area kerja masing-masing disiplin ilmu, agar tidak saling tumpang tindih dan menimbulkan konflik lintas profesi. Koordinator P2M dan PKM Petugas Laboratorium Petugas Administrasi Kader aktif Jumantik2. Money:Dana untuk pelaksanaan program dapat diperoleh dari:1. APBD : sebagai contoh, APBD menyediakan anggaran untuk pengawasan dan monitoring, sarana diagnosis, bahan cetakan, kegiatan pemecahan masalah di kotamadya. 2. Swadaya Masyarakat : contoh, menyediakan anggaran untuk operasional, pemeliharaan, pelaksanaan, pencegahan dan penanggulangan DBD.3. Matrial: MedisMeliputi hal-hal dibawah ini :a. Poliklinik set : stetoskop, timbangaan BB, thermometer, tensimeter, senterb. Alat pemeriksaan hematokritc. Alat penyuluhan kesehatan masyarakatd. Formulir laporan Standart Operasional dan KDRS (kasus DBD di Rumah Sakit)e. Obat-obatan simptomatis untuk DBD (analgetik dan antipiretik)f. Buku petunjuk program DBDg. Bagan penatalaksanaan kasuk DBDh. Larvasida Non-MedisMeliputi hal-hal dibawah ini :a. Gedung puskesmasb. Ruang tungguc. Tuang administrasid. Ruang periksae. Ruang tindakanf. Laboratoriumg. Apotikh. Perlengkapan administrasii. Formulir laporan

4. Method:Terdapat metode untuk:1. Penemuan penderita tersangka DBDKasus dilihat dari jumlah suspek DBD yang datang ke puskesmas2. Rujukan penderita DBD Semua kasus tersangka dilaporkan 1 x 24 jam3. Diagnosis pasti penderita DBD: ditegakan bila mememukan criteria klinis pertama ditambah trombositopenia dan hemokonsentrasi serta didapatkan peningkatan (positif) pada pemeriksaan Elisa (IgM/IgG)4. Surveilans kasus DBD: dilakukan berdasarkan lapaoran kasus setiap klinik, dokter praktek umum, puskesmas serta rumah sakit5. Surveilans vector DBD: : pemantauan jentik berkala (PJB) dilakukan oleh petugas kesehatan dan jumantik di tempat-tempat penampungan air (TPA) yang menjadi perindukan nyamuk (bak mandi, drum, vas bunga, kaleng bekas) di rumah-rumah yang di pilih secara acak dan dilaksanakan secara acak dan dilaksanakan secara teratur setiap 3 bulan6. Pemberatasan vector a. Abatisasi selektifPemberian bubuk abate yang dilakukan oleh petugas kesehatan , jumantik dan kader kelurahan pada tempat penampungan air yang tidak dapat dikuras. Caranya dengan menaburi tempat tersebut dengan bubuk abate sesuai dengan dosis satu sendok peres ( 10 gram) untuk 100 liter air.b. Kegiatan 3MDengan Bulan Gerakan 3 M yang perwujudannya melalui jumat bersih selama 30 menit setiap satu minggu sekali. Dilakukan dengan pengawasan kader PKK: menguras, menutup dan mengubur tempat pertumbuhan jentik.c. Fogging fokusPengasapan menggunakan insektisida yang dilakukan pada titik fokus dan sekitarnya dengan jarak radius 100 meter atau kurang lebih 20 rumah sekitarnya.Dilakukan 2 siklus dengan dengan jarak seminggu.Fogging fokus ini dilakukan jika penyelidikan epidemiologi (PE) positif, yaitu: Dalam radius 100 meter dari rumah penderita DBD, ada 2 kasus DBD lain Dalam radius 100 meter dari rumah penderita DBD, ada 3 kasus demam. Ada kasus DBD meninggal.d. Fogging massalDilakukan 2 siklus di seluruh wilayah daerah endemis merah pada awal dan akhir musim penghujan.7. Penyuluhan kesehatan Perorangan: penyuluhan langsung dengan cara tanya jawab/ konsultasi terhadap individu yang berobat di puskesmas. Kelompok: dilakukan dengan mengadakan ceramah di tempat umum dan di sekolah melalui diskusi, dan menggunakan poster.8. Pelatihan kader PSN : kader PSN dilatih di puskesmas kecamatan.9. Pencatatan dan pelaporan kasus.Proses (management function)1. Perencanaan Penemuan penderita tersangka DBD : dilihat dari jumlah pasien suspect DBD yang datang ke puskesmas. Tersangka DBD menurut WHO, kriteria klinis: Demam mendadak tinggi tanpa sebab yang jelas selama 2-7 hari Manifestasi perdarahan sekurang-kurangnya uji tourniquet positif Pembesaran hati Syokkriteria labolatorium: Trombositopenia (jumlah tombosit kurang dari atau sama dengan 100.000/uL Hemokonsentrasi, dapat di lihat peningkatan hematokrit.

Rujukan penderita DBD : Semua kasus tersangka dilaporkan 1 x 24 jam Diagnosis pasti penderita DBD: ditegakan bila mememukan criteria klinis pertama ditambah trombositopenia dan hemokonsentrasi serta didapatkan peningkatan (positif) pada pemeriksaan Elisa (IgM/IgG) Surveilans kasus DBD: Dilakukan setiap hari kerja, pada pukul 08.00- 14.00 berdasarkan laporan kasus setiap klinik, dokter parktik umu, Puskesmas serta Rumah sakit Surveilans vector pemantauan jentik berkala: Dilakukan 4 kali pertahun oleh petugas kesehatan dan jumantik di tempat- tempat penampungan air yang menjadi tempat perindukan nyamuk. Pemberantasan vector Abatisasi selektif: akan dilakukan 4 kali pertahun oleh petugas kesehatan , jumantik dan kader kelurahan pada tempat penampungan air yang tidak dapat dikuras ,pada hari kerja Kegiatan 3M: 4 kali perbulan, oleh masyarakat setiap hari Jumat pukul 09.00-09.30 WIB Fogging fokus: dilakukan jika penyelidikan epidemiologi ( PE) positif yaitu,: Dalam radius 100 meter dari rumah penderita DBD, ada 2 kasus DBD lain Dalam radius 100 m dari rumah penderita DBD, ada 3 kasus demam Ada 3 kasus yang meninggalFogging massal: dilakukan 2 siklus di seluruh wilayah pada daerah endemis merah pada awal dan akhir musim penghujan. Penyuluhan Kesehatan : Perorangan dan KelompokPenyuluhan kesehatan Perorangan: setiap hari kerja ,pada pukul 08.00- 14.00 WIB. Kelompok: 4 kali pertahun dilakukan dengan mengadakan cerama di temoat umum dan sekolah. Pelatihan kader PSN: 1 kali pertahun Pencatatatan dan pelaporan kasus: pencatatan yang dilakuka pada jam kerja, seiap bulanan, tribulanan, semester, dan tahunan dan pelaporan akan dilakukan setiap tanggal 5 di awal bulan.2. OrganisasiTerdapat struktur tertulis dan pembagian tugas yang teratur dalam rangka melaksanakan program pemberantasan DBD. Serta juga terdapat strukur organisasi tertulis dan pemberian tugas yang jelas dalam melaksanakan tugasnya.Rangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun semua sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh organisasi dan memanfaatkannya secara efisien untuk mencapai tujuan organisasi. Atas dasar pengertian tersebut, fungsi pengorganisasian juga meliputi proses mengintegrasikan semua sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh sebuah organisasi atau mengatur sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan organisasi. Susunan organisasi Puskesmas terdiri dari:a. Unsur pimpinan : Kepala Puskesmas.b. Unsur pembantu pimpinan : Urusan Tata Usahac. Unsur Pelaksana.Unit yang terdiri dari tenaga/pegawai dalam jabatan fungsional.Jumlah unit tergantung kepada kegiatan, tenaga dan fasilitas daerah masing-masing. Unit-unit terdiri dari:Unit I, Unit II, Unit III, Unit IV, Unit V, Unit VI, Unit VII.Kepala Puskesmas, mempunyai tugas memimpin, mengawasi dan mengkoordinasikegiatan Puskesmas yang dapat dilakukan dalam jabatan struktural dan jabatan fungsional. Kepala Urusan Tata Usaha, mempunyai tugas di bidang kepegawaian, keuangan,perlengkapan dan surat menyurat serta pencatatan dan pelaporan. Unit I.mempunyai tugas melaksanakan kegiatan kesejahteraan ibu dan anak, keluarga berencanadan perbaikan gizi. Unit II,mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit,khususnya imunisasi, kesehatan lingkungan dan laboratorium sederhana. Unit III,mempunyai tugas melaksanakan kegiatan kesehatan gigi dan mulut, kesehatan tenaga kerjadan manula. Unit IV,mempunyai tugas melaksanakan kegiatan perawatan kesehatan masyarakat, kesehatansekolah dan olah raga, kesehatan jiwa, kesehatan mata dan kesehatan khusus lainnya. Unit V,mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pembinaan dan pengembangan upaya kesehatanmasyarakat dan penyuluhan kesehatan masyarakat. Unit VI,mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pengobatan rawat jalan dan rawat nginap. Unit VII,mempunyai tugas melaksanakan kefarmasian.3. PelaksanaanProses bimbingan kepada staf agar mereka dapat melaksanakan tugas-tugas pokoknya sesuai dengan keterampilan yang dimiliki dan dukungan sumber daya yang tersedia: Penemuan penderita tersangka: dilakukan setiap hari kerja ( dari hari senin sampai jumat, dari pukul 08.00 sampai 14.00 Rujukan: dilakukan setiap penemuan kasus penderita yang langsung merujuk ke rumah sakit setiap hari dan waktu kerja. Diagnosis penderita DBD: didapatkan dari laporan rumah sakit rujukan Surveilans kasus DBD: dilakukan setiap hari kerja Surveilans vektor pengamatan jentik berkala: dilakukan 4kali setahun oleh petugas kesehatan, jumantik, dan kader kelurahan pada tempat penampungan air pada hari puku 08.00- 14.00 Pemberantasan vektor1. Abatisasi selektif: dilakukan 4x setahun oleh petugas kesehatan , jumantik dan kader kelurahan pada tempat penampungan air yang tidak dapat dikuran pada hari kerja pukul 08.00 -14.00 WIB2. Kegiatan 3 M: 4xperbulan oleh masyarakat setiap hari kerja 08.00- 14.003. Fogging fokus4. Fogging massal Penyuluhan kesehatan1. Perorangan: setiap hari kerja2. Kelompok: 4x/ tahun dilakukan dengan mengadakan ceramah di tempat umum dan di sekolah. Pelatihan kader PSN: 1x/tahun Pencatatan dan pelaporan kasus: pencatatan dilakukan oleh petugas Puskesmas 1kali 24 jam setelah menerima laporan dari Rumah sakit rujukan dan dilaporkan pada tanggal 5 setiap bulannya.4. Pengawasan dan pengendalianProses untuk mengamati secara terus-menerus pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi jika terjadi penyimpangan. Fungsi manajemen ini memerlukan perumusan standar kinerja staf (standar performance sesuai dengan prosedur tetap).Standar digunakan manager untuk menilai hasil kegiatan staf atau unit (kelompok) kerja. Jika ditemukan penyimpangan, fungsi pengawasan managerial harus mampu melakukan koreksi terhadap penyimpangan yang telah terjadi. Pengawasan dan pengendalian dilaksanakan Melalui pencatatan dan pelaporan yang dilakukan:Bulanan, Triwulanan, Tahunan.5. Keluaran Kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari berlangsungnya proses dalam system dari kegiatan pemberantasan DBD Penemuan penderita tersangka DBD : dilihat dari jumlah pasien suspect DBD yang datang ke puskesmas Contoh : 128 orang/tahun Rujukan penderita DBD : Bila terdapat tanda-tanda penyakit DBD, seperti mendadak panas tinggi 2-7 hari, tampak lemah dan lesu, suhu badan antara 38OC sampai 40OC atau lebih, tampak bintik-bintik merah pada kulit dan jika kulit direnggangkan bintik merah itu tidak hilang, kadang-kadang ada perdarahan hidung, mungkin terjadi muntah darah atau BAB darah, tes Torniquet positif.Contoh : dilakukan rujukan 100% kasus Penyuluhan dan penggerakkan masyarakat untuk PSN (pemberantasan sarang nyamuk)Penyuluhan/informasi tentang demam berdarah dan pencegahannya dilakukan melalui jalur-jalur informasi yang ada:a. Penyuluhan Kelompok: PKK, Organisaasi social masyarakat lain, kelompok agama, guru, murid sekolah, pengelola tempat umum/instansi, dll.b. Penyuluhan Perorangan: Kepada ibu-ibu pengunjung posyandu, Kepada penderita/keluarganya di puskesmas, Kunjungan rumah oleh kader/ petugas puskesmasc. Penyuluhan melalui media massa : TV, radio, dll .

Surveilans kasus DBD: hasil Angka Bebas JentikSurvei jentik dilakukan dengan cara melihat atau memeriksa semua tempat atau bejana yang dapat menjadi tempat berkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti dengan mata telanjang untuk mengetahui ada tidaknya jentik,yaitu dengan cara visual. Cara ini cukup dilakukan dengan melihat ada tidaknya jentik disetiap tempat genangan air tanpa mengambil jentiknya. Ukuran-ukuran yang dipakai untuk mengetahui kepadatan jentik Aedes aegypti adalah: House Indeks (HI), yaitu persentase rumah yang terjangkit larva dan atau pupa. HI = Jumlah Rumah Yang Terdapat Jentik x 100% Container Indeks (CI), yaitu persentase container yang terjangkit larva atau pupa. CI = Jumlah Container Yang Terdapat Jentik x 100% Breteau Indeks (BI), yaitu jumlah container yang positif per-100 rumah yang diperiksa. BI = Jumlah Container Yang Terdapat Jentik x 100 rumah Dari ukuran di atas dapat diketahui persentase Angka Bebas Jentik (ABJ), yaitu jumlah rumah yang tidak ditemukan jentik per jumlah rumah yang diperiksa. ABJ = Jumlah Rumah Yang Tidak Ditemukan Jentik x 100% Jumlah Rumah Yang DiperiksaMerupakan salah satu indicator keberhasilan program pemberantasan vector penular DBD. Angka Bebas Jentik sebagai tolak ukur upaya pemberantasan vector melalui gerakan PSN-3M menunjukan tingkat partisipasi masyarakat dalam mencegah DBD.Rata-rata ABJ yang dibawah 95% menjelaskan bahwa partisipasi masyarakat dalam mencegah DBD di lingkunagnnya masing-masing belum optimal.Contoh : 3x/ tahun dengan cakupan ABJ 96,07% Surveilans vector : melalui Pengamatan Jentik BerkalaPemeriksaan Jentik Berkala (PJB) merupakan bentuk evaluasi hasil kegiatan yang dilakukan tiap 3 bulan sekali disetiap desa/kelurahan endemis pada 100 rumah/bangunan yang dipilih secara acak (random sampling).Angka Bebas Jentik dan House Indeks lebih menggambarkan luasnya penyebaran nyamuk disuatu wilayah. Pemberantasan vectorPerlindungan perseorangan, yaitu memberikan anjuran untuk mencegah gigitan nyamuk Aedes aegypti yaitu dengan meniadakan sarang nyamuknya di dalam rumah.Yaitu dengan melakukan penyemprotan dengan obat anti serangga yang dapat dibeli di took-toko seperti baygon, dll.a. Menggunakan insektisida Abatisasi : adalah menaburkan bubuk abate ke dalam penampung air untuk membunuh larva dan nyamuk. Cara melakukan abatisasi : untuk 10 liter air cukup dengan 1 gram bubuk abate. Bila tidak ada alat untuk menakar gunakan sendok makan. Satu sendok makan peres ( diratakan atasnya) berisi 10 gram abate, selanjutnya tinggal membagi atau menambah sesuai jumlah air.dalam takaran yang dianjurkan seperti di atas, aman bagi manusia dan tidak akan menimbulkan keracunan. Penaburan abate perlu di ulang selama 3 bulan.7 Fogging dengan malathion atau fonitrothion. Melakukan pengasapan saja tidak cukup, karena penyemprotan hanya mematikan nyamuk dewasa. b. Tanpa insektisidaPemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan melaksanakan penyuluhan 3M: Menguras tempat-tempat penampungan air sekurang-kurangnya seminggu sekali Menutup rapat-rapat tempat penampungan air Menguburkan, mengumpulkan, memanfaatkan atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan seperti kaleng bekas, plastic bekas dan lain-lain.Selain itu ditambah dengan cara yang dikenal dengan istilah 3M Plus, seperti : Ganti air vas bunga, minuman burung dan tempat-tempat lain seminggu sekali Perbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar Tutup lubang-lubang pada potongan bamboo, pohon dan lain-lain, misalnya dengan tanah. Bersihkan/keringkan tempat-tempat yang dapat menampung air seperti pelepah pisang atau tanaman lainnya termasuk tempat-tempat lain yang dapat menampung air hujan di pekarangan, kebun, pemakaman, rumah kosong, dan lain-lain. Pemeliharaan ikan pemakan jentik nyamuk Pasang kawat kasa di rumah Pencahayaan dan ventilasi memadai Jangan biarkan menggantuk pakian di rumah Tidur menggunakan kelambu Gunakan obat nyamuk untuk mencegah gigtan nyamuk6. DampakAkibat yang ditimbulkan oleh keluaran dalam pemberantasan DBDa. Langsung: apakah terjadi penurunan angka morbiditas dan mortalitas kasus DBDb. Tidak langsung: apakah terjadi peningkatan derajat kesehatan masyarakat.7. PromotifPromosi KesehatanPenyuluhan dan penggerakan masyarakat untuk PSN (pemberantasan sarang nyamuk), penyuluhan tentang informasi tentang demam berdarah dan pencegahannya dilakukan melalui jalur informasi yang ada :a. Penyuluhan kelompok : PKK, organisasi social masyarakat lain, kelompok agama, guru, murid di sekolah, pengelola tempat umum/instansi.b. Penyuluhan perorangan : kepada ibu-ibu pengunjung posyandu, kepada penderita/keluarganya di puskesmasc. Kunjungan rumah oleh kader/petugas puskesmas.d. Penyuluhan melalu media massa : TV, radio dan lain-lain (oleh Dinas Kesehatan Tk. II, I, Pusat)Menggerakan masyarakat untuk melaksanankan PSN penting terutama sebelum musim penularan (musim hujan) yang pelaksanaannya dikoordinasi oleh kepala wilayah setempat. Di tingkat puskesmas,ausaha pemberantasan sarang nyamuk seyogyanya diintegrasikan dalam program sanitasi

8. Preventif10Pemberantasan vektora. Pengasapan (fogging) pelaksana: petugas kesehatan dinas kabupaten/kota. Puskesmas dan tenaga lain yang telah dilatih lokasi: meliputi seluruh wilayah terjangkit sasaran: rumah dan tempat-tempat umum insektisida: sesuai dengan dosis alat: mesin fog atau ULV cara pengasapan/ULV dilaksanakan 2 siklus dengan inerval 1 minggub. Pemberantasan sarang nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) pelaksana: masyarakat di lingkungan masing-masing lokasi: meliputi seluruh wilayah terjangkit dan wilayah sekitarnya dan merupakan satu kesatuan epidemiologis. Sasaran: semua tempat potensial bagi perindukan nyamuk; tempat penampungan air, barang bekas, lubang pohon/tiang pagar, tempat minum burung dan sebagainya, di rumah/bangunan dan tempat umum. Cara: melakukan kegiatan 3M plus untuk mencegah dan membatasipenyebaran penyakit Demam Berdarah, setiap keluarga perlu melakukan

Pemberantasan Demam Berdarah Dengue (PSN-DBD) dengan cara 3M yaitu:1. Menguras dengan menyikat dinding tempat penampungan air (tempayan,drum, bak mandi, dan lain-lain) atau menaburkan bubukabate/altosidbila tempat-tempat tersebut tidak bisa dikuras2. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air agar nyamuk tidak dapatmasuk dan berkembang biak di dalamnya3. Mengubur/membuang barang-barang bekas yang dapat menampung airhujan misalnya ban bekas, kaleng bekas, tempat minuman mineral dan lain-lain.c. Larvasidasi pelaksana: tenaga dari masyarakat dengan bimbingan petugas puskesmas/dinas kesehatan kabupaten/kota lokasi: meliputi seluruh wilayah terjangkit sasaran: tempat penampungan air(TPA) di rumah dan tempat-tempat umum Larvasida: sesuai dengan dosis Cara: larvasidasi dilaksanakan di seluruh wilayah KLBLarvasida yang biasa digunakan antara lain adalah bubuk abate (temephos). Formulasi temephos yangdigunakan adalah granules (sand granules). Dosis yang digunakan 1 ppm atau 10gram ( 1 sendok makan rata) untuk setiap 100 liter air.Larvasida dengan temephos ini mempunyai efek residu 3 bulan.Selain itu dapat pula digunakan golongan insect growth regulator.9. Kuratif Pada dasarnya pengobatan DBD bersifat suportif, yaitu mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai akibat peningkatan kapiler dan sebagai akibat perdarahan.Pasien DD dapat berobat jalan sedangkan pakien DBD dirawat di ruang perawatan biasa. Tetapi pada kasus DBD dengan komplikasi perlu perawatan intensif.3,10a. Tirah baring selama masih demamb. Obat antipiretik atau kompres panas hangat.c. Untuk menurunkan suhu dianjurkan pemberian parasetamol. Asetosal/salisilat tidak dianjurkan oleh karena dapat menyebabkan gastritis, perdarahan atau asidosis.d. Diajurkan pemberian cairan elektrolit (mencegah dehidrasi sebagai akibat demam, anoreksia dan muntah) per oral, jus buah, sirup, susu. Disamping air putih, dianjurkan diberikan selama 2 hari. e. Pasien harus diawasi ketat terhadap kejadian syok. Periode kritis adalah pada saat suhu turun pada umumnya hari ke-3 -5 fase demam.f. Pemeriksaan kadar hematokrit berkala untuk pengawasan hasil pemberian cairan yaitu menggambarkan derajat kebocoran plasma dan pedoman kebutuhan cairan vena.Jenis cairan kristaloid : larutan ringer laktat ( RL), larutan ringer asetat (RA), larutan garam faali (GF), detroksa 5% dalam larutan ringer laktat (D5/RL), detroksa 5% dalam larutan ringer asetat (D5/RA). (catatan :auntukresusitasi syok dipergunakan larutan RL atau RA tidak boleh larutan yang mengandung dekstran) Cairan koloid : dekstran 40, plasma, albumin10. Protektif Penyakit DBD sampai saat ini belum ada obat dan vaksinnya, untuk itu yang bisa dilakukan adalah melakukan tindakan protektif dengan mencegah dan membatasi penyebaran penyakit DBD melalui upaya memutuskan rantai penularan. Tindakan protektif dipengaruhi oleh prilaku dan kebiasaan masyarakat.10 Perilaku MasyarakatAdalah reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).Atau dapat pula diartikan suatu tindakan yang dilatarbelajangi oleh pengetahuan, sikap dan praktek.a. PengetahuanMerupakan hasil dari tahu, kemudian meningkat menjadi memahami, mengaplikasi, menganalisis, dan mensistesis serta mengevaluasi dari obyek yang diterima oleh panca indera. Indicator untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan dapat dikelompokkan menjadi: pengetahuan tentang sakit (penyebab, gejala, cara pengobatan, cara penularan, cara pencegahan DBD) pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan pengetahuan tentang kesehatan lingkungan (cara pembuangan sampah yang sehat)Salah satu pengetahuan adalah tentang penanaman tanaman antinyamuk seperti cayuputih, sereh,jahe, lengkuas, kemangi, kencur, jeruk purut, lavender. Pengetahuan mengenai pemeliharaan ikan cupang, cere kepala timah dapat pula dilakukan untuk pemberantasan biologik.b. SikapMerupakan penilaian dari reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Indicator untuk sikap kesehatan juga sejalan dengan pengetahuan kesadaran seperti diatas: sikap tentang sakit (penyebab, gejala, cara pengobatan, cara penularan, cara pencegahan DBD) sikap tentang cara pemeliharaan kesehatan sikap tentang kesehatan lingkungan (cara pembuangan sampah yang sehat)c. Praktik./TindakanMerupakan proses lanjutan yang diharapkan akan melaksanakan atau mempraktikan apa yang diketahui atau disikapi. Indikato praktik kesehatan ini mencakup: praktik/tindakan sehubungan dengan penyakit mencakup pencegahan dan pengobatan penyakit DBD praktik/tindakan sehubungan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan mencakup mengkonsumsi makanan dan gizi seimbang praktik/ tindakan sehubungan kesehatan lingkungan mencakup pembuangan sampah pada tempatnya. Kebiasaan MasyarakatBerhubungan dengan penyakit DBD adalah kebiasaan tidur siang dan menggantung baju.Hal ini berhubungan dengan kebiasaan menggigit vector penyakit DBD yang aktif pada pagi dan siang hari serta kesenangan vector untuk beristirahat dan bersarang didalam rumah pada baju/barang yang tergantung.Untuk mengubah kebiasaan masyarakat mungkin kesulitan tetapi yang bisa dilakukan adalah memberi pemahaman tindakan protektif seperti memakai obat nyamuk bakar/elektrik/spray/repellen atau memakai kelambu saat tidur siang serta melipat baju yang bergantungan.11. Pemberdayaan Masyarakat (jumantik)DBD merupakan masalah kesehatan masyarakat yang sampai saat ini masih menjadi permaslahan yang sangat sulit untuk diberantas. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah baik lintas sektor maupun lintas program dan masyarakat termasuk sektor swasta. Tugas dan tanggung jawab pemerintah dalam upaya pemberantasan penyakit DBD antara lain membuat kebijakan dan rencana strategis penanggulangan penyakit DBD, mengembangkan teknologi pemberantasan, mengembangkan pedoman pemberantasan, memberikan pelatihan dan bantuan teknis, melakukan penyuluhan dan promosi kesehatan serta penggerakan masyarakat.Salah satu bentuk langsung peran serta masyarakat adalah kegiatan Pemantauan Jentik Berkala (PJB) yang dilakukan oleh masyarakat melalui Juru Pemantau jentik (Jumantik).Kegiatan Jumantik sangat perlu dilakukan untuk mendorong masyarakat agar dapat secara mandiri dan sadar untuk selalu peduli dan membersihkan sarang nyamuk dan membasmi jentik nyamuk Aedes Aegypti. Tujuan Umum rekrutmen Jumantik adalah menurunkan kepadatan (populasi) nyamuk penular demam berdarah dengue (Aedes Aegypti) dan jentiknya dengan meningkatkan peran serta masyarakat dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD), melalui penyuluhan yang dilakukan secara terus menerus. Tugas pokok seorang Jumantik adalah melakukan pemantauan jentik, penyuluhan kesehatan, menggerakkan pemberantasan sarang nyamuk secara serentak dan periodik serta melaporkan hasil kegiatan tersebut kepada Supervisor dan Petugas Puskesmas sehingga akan dapat dihasilkan sistem pemantauan jentik berkala yang berjalan dengan baik. Untuk itu peran Jumantik akan dapat maksimal apabila masyarakat dapat membantu kelangsungan kegiatan dengan kesadaran untuk memberikan kesempatan kepada Jumantik memantau jentik dan sarang nyamuk di rumahnya.Jumantik adalah petugas yang berasal dari masyarakat setempat atau petugas yang ditunjuk oleh unit kerja (pemerintah atau swasta) yang secara sukarela mau bertanggung jawab melakukan pemantauan jentik secara rutim, maksimal seminggu sekali di wilayah kerja serta melaporkan hasil kegiatan secara berkesinambungan ke kelurahan setempat.Jumantik tidak hanya terdiri dari petugas pusat kesehatan masyarakat tetapi juga dari masyarakat sekitar dan anak-anak sekolah.Memantau jentik tidaklah terlalu sulit jika kita sudah mengenal cirri-ciri jentik nyamuk Aedes aegypti.Jentik nyamuk ini memiliki cirri yang khas yaitu selalu bergerak aktif di dalam air.Gerakannya berulang-ulang dari bawah ke atas permukaan air untuk bernafas, kemudian turun kembali ke bawah untuk mencari makanan dan seterusnya.Pada waktu istirahat, posisinya hampir tegak lurus dengan permukaan air.Biasanya berada disekitar dinding tempat penampungan air. Setelah 6-8 hari jentik itu akan berkembang/berubah menjadi kepompong. Bentuk kepompong adalah seperti koma, gerakannya lamban dan sering berada di permukaan air. Setelah 1-2 hari akan menjadi nyamuk baru.Pemeriksaan jentik dilakukan dengan memeriksa tempat penampungan air di sekitar rumah. Jika tidak ditemukan jentik di permukaan, tunggu selama kurang lebih 1 menit karena untuk bernafas jentik akan muncul ke permukaan. ocokkan ciri jentik dengan ciri-ciri jentikaedes aegypti. Jika sudah dipastikan jentik tersebut adalah jentikaedes aegypti, maka dilakukan abatisasidan pencatatan.Abatisasi yaitu memberikan abate pada tempat penampungan air di mana jentik ditemukan untuk membunuh jentik yang ada. Sedangkan pencatatan yang dilakukan meliputi tanggal pemeriksaan, kelurahan tempat dilakukan pemantauan jentik, nama dan alamat keluarga, jumlah semua penampungan air yang diperiksa, serta jumlahcontaineryang di temukan jentik. Data tersebut akan digunakan untuk menghitung angka bebas jentik. Hasil pencatatan ini dilaporkan ke Puskesmas setempat dan kemudian diserahkan ke Dinas Kesehatan.Survei jentik dilakukan dengan cara sebagai berikut :(1) Semua tempat atau bejana yang dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamukAedes aegyptidiperiksa (dengan mata telanjang) untuk mengetahui ada tidaknya jentik.(2) Untuk memeriksa tempat penampungan air yang berukuran besar, seperti : bak mandi, tempayan, drum, dan bak penampungan air lainnya. Jika pada pandangan (penglihatan) pertama tidak menemukan jentik, tunggu kira-kira 1 (satu) menit untuk memastikan keberadaan jentik.(3) Untuk memeriksa tempat-tempat perkembangbiakan yang kecil, seperti: vas bunga/pot, tanaman air/botol yang airnya keruh, seringkali airnya perlu dipindahkan ke tempat lain.(4) Untuk memeriksa jentik di tempat yang agak gelap, atau airnya keruh, biasanya digunakan senter.Adapun metode kurvey jentik kecara visual dapat dilakukan sebagai berikut :Cara ini cukup dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya jentik di setiap tempat genangan air tanpa mengambil jentiknya. Ukuran yang dipakai untuk mengetahui kepadatan jentikAedes aegyptibiasanya menggunakan persamaanhouse indexkubagai berikut :

Angka Bebas Jentik (ABJ):Merupakan salah satu indicator keberhasilan program pemberantasan vector penular DBD. Angka Bubas Jentik kubagai tolak ukur upaya pemberantasan vector melalui gerakan PSN-3M menunjukan tingkat partisipaki masyarakat dalam mencegah DBD. Rata-rata ABJ yang dibawah 95% menjelaskan bahwa partisipasi masyarakat dalam mencegah DBD di lingkungannya masing-masing belum optimal.11 Penetapan Status KejadianDidalam pembatasan penyakit sering dipakai istilah wabah dan kejadian luar biasa (KLB) yang artinya sebagai berikut:121)WabahWabah adalah suatu peningkatan kejadian kesakitan/kematian yang telah meluas secara cepat baik jumlah kasus maupun luas daerah terjangkit.2)Kejadian Luar BiasaTimbulnya suatu kejadian kesakitan/kematian dan atau meningkatnya suatu kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu.Kriteria KLB (kriteria kerja) antara lain:(1) Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada/tidak dikenal di suatu daerah.(2) Adanya peningkatan kejadian kesakitan/kematian yang dua kali atau lebih dibandingkan dengan jumlah kesakitan/kematian yang biasa terjadi pada kurun waktu sebelumnya (jam, hari, minggu) tergantung dari jenis penyakitnya.(3) Adanya peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama 3 kurun waktu (jam, hari, minggu) berturut-turut menurut jenis penyakitnya.Bila dicurigai adanya wabah perlu dilakukan penelitian di lapangan, maksudnya ialah:- Untuk mengetahui adanya penderita-penderita lain atau penderita-penderita tersangka DHF yang perlu dikonfirmasi laboratorium. - Menentukan luas daerah yang terkena dan luas daerah yang perlu ditanggulangi.- Penilaian sumber-sumber (inventory) mengenai keadaan umumaketempat, mengenai fasilitas dan faktor-faktor yang berperanan penting pada timbulnya wabah.- Setiap kasus demam berdarah/tersangka demam berdarah perlu dilakukan kunjungan rumah oleh petugas Puskesmas untuk penyuluhan dan pemeriksaan jentik di rumah kakus tersebut dan 20 rumah di sekelilingnya. Bila terdapat jentik, masyarakat diminta melakukan pemberantasan sarang nyamuk (Pada umumnya Penyemprotan/fogging, dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Dati II. Prioritas fogging adalah pada areal dengan kakus-kakus demam berdarah yang mengelompok, dan yang meninggal).12Untuk menentukan KLB, kita harus mengetahui terlebih dahulu mengenai klasifikasi daerah (kelurahan) endemis DBD :, 3,11 Desa rawan I (endemis) yaitu desa yang dalam 3 tahun terakhir selalu ada kasus DBD Desa rawan II (sporadic) yaitu desa yang dalam 3 tahun terakhir ada kasus DBD Desa rawan III (potensial) yaitu dalam 3 tahun tidak ada kasus, tetapi berpenduduk padat, transportasi rawan, dan ditemukan jentik >5% Desa bebas yaitu desa yang tidak pernah ada kasusBila terjadi KLB/wabah, dilakukan penyemprotan insektisida (2 siklus dengan interval I minggu), PSN DBD. Iarvasidasi, penyuluhan di seluruh wilayah terjangkit, dan kegiatan penaggulangan lainnya yang diperlukan, seperti: pembentukan posko pengobatan dan posko penanggulangan, penyelidikan KLB. pengumpulan dan pemeriksaan spesimen serta peningkatan kegiatan surveilans kasus dan vektor, dan lain-lain.11

PENUTUPBerdasarkan tujuan dari Puskesmas yaitu mendukung tercapainya pembangunan kesehatan nasional maka Puskesmas memegang peranan penting dalam suksesnya program pemberantasan penyakit menular (P2M) yang merupakan salah satu Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas.Pada Program Puskesmas dalam Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue, penting bagi para petugas puskesmas untuk melakukan pendekatan system dan menbandingkan antara cakupan dengan target yang telah ditetapkan. Pemberantasan DBD dibandingkan dengan target variable yang dinilai: jumlah penderita DBD, pemeriksaan jentik berkala, kegiatan penyuluhan DBD, pemberantasan vector yaitu: kegiatan fogging, abatisasi dan gerakan 3M/ gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).Untuk itu masyarakat harus mempunyai pengetahuan dan sikap yang baik tentang penyakit DBD dan PSN DBD.Tujuan dari program penelitian puskesmas ini untuk mengetahui pelaksanaan PSN DBD sehingga dapat diketahui permasalahan yang ada untuk dapat meningkatkan ABJ dan untuk menurunkan angka kesakitan DBD.

Daftar pustaka:

1. Revisi Buku Pedoman Kerja Puskesmas Tim. Puskesmas. Pedoman Kerja Puskesmas. Jilid I. Jakarta: Departeman Kesehatan RI; 1991. h. 1-80.2. Kadar, A. Epidemiologi dan Penyakit Menular. Magelang: Balai Pelatihan Kesehatan.2003.h.20-543. Widoyono. Demam Berdarah Dengue (DBD). Dalam: Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan & Pemberantasannya. Jakarta. Erlangga.2008.h.203-20.4. Keputusan MenKes RI. Kebijakan dasar pusat kesehatan masyarakat. Jakarta: Depkes RI; 2004. h.5-20.5. Thomas S. Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD). Edisi 3. Jakarta; Departemen Kesehatan 2007.h.112-9.6. Tjiptoherijanto, prijono, Said Z. Abidin, Reformasi Administrasi dan Pembangunan Nasional 1993. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta; h 44-67. World Health Organization. Panduan lengkap pencegahan dan pengendalian dengue dan demam berdarah dengue. Jakarta: EGC; 2004. h. 1-57.8. Trihono. Arrime, pedoman management puskesmas. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2002.h.42-9.9. Departemen Kesehatan RI. Pencegahan dan pemberantasan demam berdarah dengue di Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2005.h.105-12.10. Hadinegoro SR, Soegijanto S, Wuryadi S, Suroso T. Tatalaksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Jakarta. Departemen Kesehatan. 2001.23-8.11. Azwar A. Perencanaan program kesehatan. Pengantar administrasi kesehatan. Edisi ke-3. Jakarta: Binarupa Aksara; 2010. h. 201-6.12. Hadisantoso. Modul Latihan Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD). Cetakan IV. Dinas Kesehatan DKI Jakarta. Jakarta.1998.