PBL 1 blok 30

27
Judul Vania Levina Pendahuluan Skenario Pbl 1 Seorang laki laki ditemukan disebuah sungai kering yang penuh batu- batuan dalam keadaan mati tertelungkup. Ia mengenakan kaos dalam (oblong )dan celana panjang yang di bagian bawahnya digulung hingga setengah tungkai bawahnya. Lehernya terikat lengan baju ( yang kemudian diketahui sebagai baju milik nya sendiri ) dan ujung lengan baju lainnya terikat ke sebuah dahan pohon perdu setinggi 60 cm. Posisi tubuh relatif mendatar, namun leher memang terjerat oleh baju tersebut. Tubuh mayat tersebut telah membusuk, namun masih dijumpai adanya satu luka terbuka didaerah ketiak kiri yang memperlihatkan pembuluh darah ketiak yang putus, dan beberapa luka terbuka di daerah tungkai bawah kanan dan kiri yang memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan akibat kekerasan tajam. Perlu diketahui bahwa rumah terdekat dari TKP adalah sekitar 2 km. TKP adalah suatu daerah perbukitan yang berhutan cukup berat. Perkiraan Kronologis Kasus Dua orang lelaki dalam perjalanan mencari kayu diatas bukit, Tn. A dan temannya. Perjalaan mereka mengharuskan

Transcript of PBL 1 blok 30

Page 1: PBL 1 blok 30

Judul

Vania Levina

Pendahuluan

Skenario Pbl 1

Seorang laki laki ditemukan disebuah sungai kering yang penuh batu- batuan dalam

keadaan mati tertelungkup. Ia mengenakan kaos dalam (oblong )dan celana panjang yang di

bagian bawahnya digulung hingga setengah tungkai bawahnya. Lehernya terikat lengan baju (

yang kemudian diketahui sebagai baju milik nya sendiri ) dan ujung lengan baju lainnya

terikat ke sebuah dahan pohon perdu setinggi 60 cm. Posisi tubuh relatif mendatar, namun

leher memang terjerat oleh baju tersebut. Tubuh mayat tersebut telah membusuk, namun

masih dijumpai adanya satu luka terbuka didaerah ketiak kiri yang memperlihatkan pembuluh

darah ketiak yang putus, dan beberapa luka terbuka di daerah tungkai bawah kanan dan kiri

yang memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan akibat kekerasan tajam. Perlu diketahui bahwa

rumah terdekat dari TKP adalah sekitar 2 km. TKP adalah suatu daerah perbukitan yang

berhutan cukup berat.

Perkiraan Kronologis Kasus

Dua orang lelaki dalam perjalanan mencari kayu diatas bukit, Tn. A dan temannya.

Perjalaan mereka mengharuskan menyebrangi sungai yang tidak begitu dalam sehingga

mengharuskan mereka menggulung celana. ketika berjalan depan belakang, dengan posisi

Tn. A yang berada di belakang temannya dengan membawa kayu, tiba-tiba diserang oleh

temannya yang berada tepat di depannya dengan menggunakan golok yang dikeluarkan dari

dalam tasnya, temannya memang berniat untuk membunuh Tn. A karena dendam pribadi

dengan niat menusuk langsung ke daerah jantung, tetapi Tn. A sempat menghindar dan malah

terkena bagian ketiak kirinya yang mengakibatkan perdarahan hebat di daerah tersebut akibat

luka bacok itu. Tn. A masih sempat berusaha melarikan diri dengan tangan kanan memegang

ketiak kiri yang terus mengeluarkan darah yang sangat banyak, Tn. A terjatuh pada semak-

semak saat melarikan diri sehingga terdapat luka sayat pada tungkai bawahnya dan mulai

tidak sadar karena perdarahan hebat di daerah ketiak kiri yang terus menerus mengeluarkan

darah sehingga dia tergeletak dan benar-benar tidak sadarkan diri. Lalu temannya yang

Page 2: PBL 1 blok 30

melihat Tn.A tidak sadarkan diri itu langsung menjerat leher Tn. A dengan baju Tn. A dan

mengikatkannya pada pohon perdu untuk memanipulasi pembunuhan itu dan menghilangkan

jejaknya.

Indentifikasi

Dalam identifikasi mayat yang ditemukan tersebut, dapat dilakukan dua jenis identifikasi

terhadap korban yang ditemukan tersebut. Namun, dalam ilmu kedokteran forensik yang

lebih luas dan umum, identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan

membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang. Identifikasi personal sering

merupakan suatu masalah dalam kasus pidana maupun perdata. Menentukan identitas

personal dengan tepat amat penting dalam penyidikan karena adanya kekeliruan dapat

berakibat fatal dalam proses peradilan.2,3

Peran ilmu kedokteran forensik dalam identifikasi terutama pada jenazah tidak dikenal,

jenazah yang telah membusuk, rusak, hangus terbakar, dan pada kecelakaan masal, atau

bencana alam yang mengakibatkan banyak korban mati, serta potongan tubuh manusia atau

kerangka.

Penentuan identitas korban dilakukan dengan memakai metode identifikasi sebagai

berikut.

Sidik jari

Sampai saat ini, pemerikssaan sidik jari (finger prints) merupakan pemeriksaan yang

diakui paling tinggi ketepatannya untuk menentukan identitas seseorang, oleh karena

sifat kekhususannya yaitu pada setiap orang yang berbeda walaupun pada kasus

saudara kembar satu telur; keterbatasannya hanyalah cepat rusak/membusuknya

tubuh.3

Penggunaan sidik jari untuk menentukan identitas seseorang tentunya baru dapat bila

orang tersebut sebelumnya sudah diambil sidik jarinya (ada datanya); akan tetapi

walau tidak ada data pengambilan, sidik jari pada korban tetap bermanfaat yaitu

dengan membandingkan sidik jari yang mungkin tertinggal pada alat-alat di rumah

korban (latent print).3 Visual

Termasuk metode yang sederhana dan mudah dikerjakan yaitu dengan

memperhatikan tubuh terutama wajah korban kepada pihak keluarga, metode ini akan

memberi hasil jika keadaan mayat tidak rusak berat dan tidak dalam keadaan busuk

Page 3: PBL 1 blok 30

lanjut; hal yang perlu diperhatikan adalah adanya kemungkinan faktor emosi yang

turut berperan untuk membenarkan atau menyangkal identitas mayat tersebut.3

Dokumen

Pemeriksaan dokumen meliputi pemeriksaan pada KTP, SIM, Paspor, Kartu Pelajar

dan tanda pengenal lainnya merupakan sarana yang dapat dipakai untuk menentukan

identitas.3

Pakaian

Pencatatan yang baik dan teliti dari pakaian yang dikenakan korban seperti model,

bahan yang dipakai, merek penjahit, label binatu dapat merupakan petunjuk siapa

pemilik pakaian tersebut dan tentunya identitas korban.2,3

Temuan ;

Atasan : Korban memakai kaos dalam (oblong) berwarna putih berbahan katun b

erukuran M dan kaos luar berawarna biru putih berlengan panjang dengan bagian

karet diujung lengan, kerah berbentuk V berabahan kaos, saku pada bagian depan

baju dan motif pada saku berbentuk burung.

Bawahan : celana panjang berbahan jins berwaran biru tua tergulung hingga

sepertiga betis kanan dan kiri, memakai ikat pinggan berwarana coklat dengan

bahan kulit sintetis dengan motif hurud G pada kepala ikat pinggang dan

memakaki celana dalam berwaran biru dengan merek sinar terang. Pakaian korban

telah terkana noda merah.

Aksesoris lain : Terdapat sendal sepatu yang masih menempel pada kai kiri

korban dengan berwaran coklat gelap ada inisial A pada bagian telapak sendal

korban

Perhiasan

Merupakan metode identifikasi yang baik, walaupun tubuh korban telah rusak atau

hangus; insial yang terdapat pada cincin dalat memberikan informasi siapa si pemberi

cincin tersebut, dengan demikian dapat diketahui pula identitas korban.2,3 Medis

Merupakan metode identifikasi yang selalu dapat dipakai dan mempunyai nilai tinggi

dalam hal ketepatannya terutama jika korban memiliki status medis (medical record,

ante-mortem record), yang baik, jenis kelamin, perkiraan umur, tinggi dan berat badan

serta warna rambut dan mata diklasifikasikan dalam tanda medis yang umum;

Page 4: PBL 1 blok 30

sedangkan yang sifatnya lebih khusus adalah bentuk cacat fisik, bekas operasi, tumor,

tato, dan lain sebagainya.2,3

Temuan ;

Ditemukan pada saku celanan, rokok, korek api, dompet beserta uang sebesar

limmar ibu rupiah tiga lebar dan kartu tanda pengenal penduduk.

Gigi

Sebaiknya dilakukan oleh dokter gigi ahli forensik, akan tetapi dalam prakteknya

hampir semuanya pemeriksaan dilakukan oleh dokter ahli ilmu kedokteran forensik

khususnya ahli patologi forensik; pemeriksaan ini meliputi pencatatan data gigi

(odontogram) dan rahang yang dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan

manual, sinar-X dan pencetakan gigi serta rahang; odontogram memuat data tentang

jumlah, bentuk, susunan, tambalan, protesa gigi dan sebagainya.2,3

Melihat sifat khusus dari gigi yaitu ketahanannya serta tidak ada kesamaan bentuk

gigi pada setiap manusia; pemeriksaan ini mempunyai nilai tinggi seperti halnya sidik

jari, khususnya jika keadaan mayat telah membusuk/ rusak terutama bila ada data

ante-mortem record; gigi dapat juga dipakai untuk membantu dalam hal perkiraan

umur serta kebiasaan/pekerjaan dan kadang-kadang golongan suku tertentu; kebiasaan

merokok akan meninggalkan pewarnaan akibat nikotin pada gigi, gigi yang dipangur

(diratakan) menunjukkan ras/suku tertentu.3

Serologi

Prinsipnya ialah dengan menentukan penggolongan darah, dimana pada umumnya

golongan darah seseorang dapat ditentukan dari pemeriksaan darah, air mani, dan

cairan tubuh lainnya; orang yang demikian termasuk golongan sekretor, 75-80% dari

penduduk termasuk ke dalam golongan ini.; pada mereka yang termasuk golongan

non-sekretor penentuan golongan darahnya hanya dapat dilakukan dengan

pemeriksaan golongan darahnya saja; pemeriksaan ini buat penyidik amat penting,

khususnya dalam kasus-kasus pembunuhan, kejahatan seksual, serta kasus tabrak lari

serta penculikan bayi.3

Eksklusi

Cara ini biasanya dipakai dalam kasus kecelakaan massal, seperti pada kasus

kecelakaan pesawat terbang, kapal laut, dan sebagainya.3

Page 5: PBL 1 blok 30

Selanjutnya, identifikasi dapat dilanjutan dengan identifikasi umum, dimana dalam

hal ini kita mencatat tanda umum yang menunjukkan identitas korban, dimana identitas

korban tersebut adalah sebagai berikut.2

NIK : 617920935822401

Nama : ahmad maulidia

Tampat tanggal lahir : bukit hutan, 22 maret 1876

Alamat : bukit hutan desa rawa IV

Agama : islam

Pekerjaan : Buruh

Kewarganegaraan : WNI

Pemeriksaan Medis.2

Pemeriksaan Luar

1. Label mayat: sehelai karton berwarna merah muda dengan materai lak merah, terikat

pada ibu jari kaki kanan mayat.

2. Tutup mayat: -

3. Bungkus mayat: -

4. Benda di samping mayat: pohon perdu setinggi 60 cm dan bebatuan

5. Tanda kematian:

Lebam mayat

Dilakukan pencatatan letak dan distribusi lebam. Pada kasus ini korban

ditemukan dalam posisi tertelungkup, sehingga lebam mayat akan ditemukan pada

bagian perut dan dada korban. Dan lebam mayat tidak hilang pada penekanan dan

tidak dapat berpindah. Lebam mayat biasanya mulai tampak 20-30 menit paska

mati dan akan menetap 8-12 jam.

Kaku mayat

Page 6: PBL 1 blok 30

Kaku mayat mulai tampak kira-kira 2 jam setelah mati klinis,dan distribusinya

dimulai dari kepala ke kaki. Setelah mati klinis 12 jam kaku mayat menjadi

lengkap.

Suhu tubuh

Suhu tubuh menurun akibat berhenti nya proses metabolisme , hal ini

dipengaruhi juga oleh suhu lingkungan sekitar korban dan keadaan korban yang

hanya menggunakan kaos dalam.

Pembusukan

Tanda pembusukan tampak pertama kali pada kulit perut sebelah kanan bawah

yang berwarna kehijau-hijauan. Pembusukan baru tampak kira-kira 24 jam pasca

mati. Pada kasus ini telah ditemukan adanya pembusukan, jadi perkiraan saat

kematian pada korban ini adalah lebih dari 24 jam.

6. Pemeriksaan rambut: hitam dan keriting tipis

7. Pemeriksaan mata: tertutup, tidak ada gambaran perbendungan mata dan tidak ada

bintik-bintik perdarahan pada komjungtiva bulbi dan palpebra.

8. Pemeriksaan daun telinga dan hidung: tidak terdapat busa/cairan dan darah

9. Pemeriksaan terhadap mulut dan rongga mulut: Tidak ditemukan busa halus.

10. Pemeriksaan alat kelamin dan lubang pelepasan: tidak ada kelainan

11. Pemeriksaan terhadap tanda-tanda kekerasan:

a) Letak luka: ditemukan adanya satu luka terbuka didaerah ketiak kiri dan

beberapa luka terbuka di daerah tungkai bawah kanan dan kiri.

b) Jenis luka: luka terbuka yang memperlihatkan pembuluh darah ketiak yang

putus dan luka terbuka di daerah tungkai bawah kanan dan kiri yang

memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan akibat kekerasan tajam.

c) Arah luka: melintang

d) Tepi luka: rata dan teratur

e) Sudut luka: kedua sudut luka lancip

f) Dasar luka: dalam luka tidak melebihi panjang luka

g) Ukuran luka: ± 10 cm

12. Pemeriksaan terhadap patah tulang: tidak ada tanda patah tulang

Pemeriksaan Dalam. 2

1. Lidah : tidak ada bekas gigitan dan masih utuh

2. Tonsil : tidak ada kelainan

Page 7: PBL 1 blok 30

3. Kerongkongan : tidak ditemukan benda asing

4. Batang tenggorok : tidak ditemukan busa

5. Rawan gondok : terdapat sedikit resapan darah

6. Arteria karotis interna : tidak terdapat kerusakan

7. Kelenjar timus : ditemukan adanya thymic fat body

8. Paru-paru : tidak tampak adanya edema

9. Jantung : sebesar kepalan tangan kanan mayat. Selaput luar tampak

licin, tidak terdapat bintik perdarahan.

10. Aorta thorakalis : tidak ada kelainan

11. Aorta abdominalis : tidak ada kelainan

12. Ginjal:

Bersimpai lemak tipis. Simpai ginjal kanan dan kiri tampak rata dan licin,

berwarna coklat dan mudah dilepas. Berat ginjal sebelah kanan sembilan puluh gram

dan yang kiri seratus gram.

13. Hati, kandung empedu, dan pankreas:

Hati berwarna coklat, permukaan rata, tepi tajam dan perabaan kenyal.

Penampang hati berwarna merah-coklat dan gambaran hati tampak jelas. Berat hati

adalah seribu dua ratus lima puluh gram. Kandung empedu berisi cairan berwarna

hijau coklat, selaput lendir berwarna hijau. Saluran empedu tidak menunjukkan

penyumbatan.

14. Limpa dan kelenjar getah bening:

Limpa penampang berwarna merah hitam dengan gambaran limpa jelas. Berat

limpa seratus sepuluh gram.

15. Lambung dan Usus: lambung selaput lendir berwarna putih dan menunjukkan lipatan

yang biasa , tidak terdapat kelainan. Usus tidak ada kelainan.

16. Otak besar, otak kecil, dan batang otak: tidak ada kelainan

17. Alat kelamin dalam: tidak ada kelainan

Aspek Hukum

Jika dilihat dari kasus tersebut, maka aspek hukum yang dapat dilibatkan atau

diterapkan pada tersangka adalah kejahatan terhadap tubuh dan jiwa manusia, dimana pasal

Page 8: PBL 1 blok 30

yang dapat diterapkan antara lain adalah pasal 338 KUHP, pasal 389 KUHP, pasal 340

KUHP, dan pasal 355 KUHP.2

Dimana pada pasal 338 KUHP berbunyi bahwa "Barang siapa dengan sengaja

merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan, dengan pidana penjara paling

lama lima belas tahun." Kemudian pada pasal 339 KUHP berbunyi bahwa "Pembunuhan

yang diikuti, disertai atau didahului oleh suatu perbuatan pidana, yang dilakukan dengan

maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah pelaksanaannya, atau untuk melepaskan

diri sendiri maupun peserta lainnya dari pidana dalam hal tertangkap tangan, ataupun untuk

memastikan penguasaan barang yang diperolehnya secara melawan hukum, diancam dengan

pidana seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun." Sementara

itu pada pasal 340 KUHP berbunyi bahwa "Barangsiapa dengan sengaja dan dengan rencana

lebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam, karena pembunuhan dengan rencana

(moord), dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu,

paling lama dua puluh lima tahun." Sementara itu pada pasal 355 KUHP yang terdiri dari dua

ayat, dimana ayat pertamanya berbunyi bahwa "Penganiayaan berat yang dilakukan dengan

rencana lebih dahulu, diancam dengan pidana paling lama dia belas tahun penjara."

Kemudian pada ayat keduanya, berbunyi bahwa "Jika perbuatan mengakibatkan mati, yang

bersalah dikenakan pidana penjara paling lama 15 tahun." Dan tentunya keseluruhan dari

aspek hukum tersebut dapat dijadikan dasar untuk memberikan hukuman bagi tersangka

nantinya, dan juga menandakan bahwa pemeriksaan yang dilakukan berlandasakan hukum.2

Prosedur Medikolegal

Prosedur medikolegal adalah tata cara atau prosedur penatalaksanaan dan berbagai

aspek yang berkaitan pelayanan kedokteran untuk kepentingan hukum. Secara garis besar

prosedur medikolegal mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku di

Indonesia, dan pada beberapa bidang juga mengacu kepada sumpah dokter dan etika

kedokteran. Ruang lingkup prosedur medikolegal adalah pengadaan visum et repertum,

pemberian keterangan ahli pada masa sebelum persidangan dan pemberian keterangan ahli di

dalam persidangan, kaitan visum et repertum dengan rahasia kedokteran, penerbitan surat

kematian dan surat keterangan medik, pemeriksaan kedokteran terhadap tersangka (psikiatri

forensik), dan kompetensi pasien untuk menghadapi pemeriksaan penyidik.2

Kewajiban Dokter Membantu Peradilan

Page 9: PBL 1 blok 30

Dasar pengadaan visum et repertum yang dapat diterapkan pada kasus ini adalah pasal

133 KUHAP, yang berkaitan dengan kewajiban dokter membantu peradilan, dimana pada

pasal 133 terbagi menjadi tiga ayat, yakni sebagai berikut.

1. Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik

luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak

pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran

kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.

2.  Permintaan keterangan ahli sebagai mana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara

tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau

pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.

3. Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit

harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut

dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan diberi cap jabatan yang

dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.

Menurut pasal 133 KUHAP permintaan visum et repertum merupakan wewenang

penyidik, resmi dan harus tertulis, visum et repertum dilakukan terhadap korban bukan

tersangka dan ada indikasi dugaan akibat peristiwa pidana. Bila pemeriksaan terhadap mayat

maka permintaan visum disertai identitas label pada bagian badan mayat, harus jelas

pemeriksaan yang diminta, dan visum tersebut ditujukan kepada ahli kedokteran forensik atau

kepada dokter di rumah sakit; dan perlu diketahui juga, bahwa keterangan yang diberikan

oleh ahli kedokteran kehakiman disebut keterangan ahli, sedangkan keterangan yang

diberikan oleh dokter bukan ahli kedokteran kehakiman disebut dengan keterangan.2

Kemudian pasal 179 KUHAP juga dapat dijadikan dasar dalam aspek medikolegal

dalam kasus ini, dimana pada pasal 179 KUHAP ini terdiri dari dua ayat, yakni sebagai

berikut.

1. Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau

dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.

2. Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang

memberikan keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan seumpah

atau janji akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya

menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya.

Page 10: PBL 1 blok 30

Dengan demikian, sebagai seorang dokter, tentunya kita harus mengormati peraturan

peradilan yang berlaku di Indonesia, dimana sebagai seorang dokter, kita wajib memberikan

keterangan ahli demi kepentingan peradilan apabila diminta.2

Hak Menolak Menjadi Saksi / Ahli

Kemudian aspek medikolegal lainnya yang dapat diterapkan pada kasus ini adalah

hak menolak menjadi saksi atau ahli, dimana hal ini tertuang dalam pasal 120 KUHAP, pasal

168 KUHAP, dan pasal 170 KUHAP; pada pasal 120 KUHAP, yang terdiri dari dua ayat,

dimana ayat (1) berbunyi bahwa "Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat minta

pendapat orang ahli atau orang yang memiliki keahlian khusus", sementara pada ayat (2)

berbunyi bahwa "Ahli tersebut mengangkat sumpah atau mengucapkan janji di muka

penyidik bahwa ia akan memberi keterangan menurut pengetahuannya yang sebaik-baiknya

kecuali bila disebabkan karena harkat serta mertabat, pekerjaan atau jabatannya yang

mewajibkan ia menyimpan rahasia dapat menolak memberikan keterangan yang diminta";

sementara itu pada pasal 168 KUHAP, ada beberapa pengecualian dimana beberapa pendapat

atau keterangan dari seseorang tidak dapat didengar, sehingga dia dapat mengundurkan diri

sebagai saksi, yakni keluarga sedarah atau semenda dalam garis lurus ke atas atau ke bawah

sampai derajat ketiga dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai terdakwa, kemudian

saudara dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai terdakwa, saudara ibu atau saudara

bapak, juga mereka yang mempunyai hubungan karena perkawinan, dan anak-anak saudara

terdakwa sampai derajat ketiga, kemudian suami atau istri terdakwa meskipun sudah bercerai

atau yang bersama-sama sebagai terdakwa; dan pada pasal 170 KUHAP yang terbagi menjadi

dua ayat, yakni pada ayat (1) yang berbunyi bahwa "Mereka yang karena pekerjaanm harkat

martabat atau jabatannya diwajibkan menyimpan rahasia, dapat diminta dibebaskan dari

kewajiban untuk memberi keterangan sebagai saksi, yaitu tentang hal yang dipercayakan

kepada mereka", dan pada ayat (2) berbunyi bahwa "Hakim menentukan sah atau tidaknya

segala alasan untuk pemintaan tersebut."2

Bentuk Bantuan Dokter Bagi Peradilan Dan Manfaatnya

Dalam kasus ini, aspek medikolegal lainnya yang dapat diperhatikan adalaha bentuk

bantuan dokter bagi perdilan dan manfaatnya, dimana hal ini tertuang dalam pasal 183

KUHAP, 184 KUHAP, pasal 186 KUHAP, dan pasal 187 KUHAP, serta pasal 180 KUHAP.2

Page 11: PBL 1 blok 30

Dimana pasal 183 KUHAP berbunyi bahwa "Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana

kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti sah ia

memperoleh keyakinan bahwa suatu tindakan pidana benar-benar terjadi dan bahwa

terdakwalah yang bersalah melakukannya."2

Dan pada pasal 184 KUHAP yang menyatakan tentang alat bukti yang sah, antara lain

adalah keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk , dan keterangan terdakwa; dan hal

yang secara umum sudah dikathui tidak perlu dibuktikan lagi.; sementara itu pada pasal 186

KUHAP, yang berbunyi bahwa "Keterangan ahli adalah apa yang ahli nyatakan di sidang

pengadilan."; dimana penjelasan Pasal 186 KUHAP, yakni keterangan ahli dapat juga sudah

diberikan pada waktu pemeriksaan oleh penyidik atau penuntut umum yang dituangkan

dalam suatu bentuk laporan dan dibuat dengan mengingat sumpah di waktu menerima jabatan

atau pekerjaan (BAP saksi ahli).2

Kemudian pada pasal 187 KUHAP, yang menyatakan bahwa dimana surat

sebagaimana tersebut pada pasal 184 ayat (1) huruf c, dibuat atas sumpah jabatan atau

dikuatkan dengan sumpah, adalah: (c) surat keterangan dari seorang ahli yang memuat

pendapat berdasarkan keahliannya mengenai sesuatu hal atau suatu keadaan yang diminta

secara resmi daripadanya.2

Kemudian pada pasal 180 KUHAP ayat pertama dapat digunakan sebagai salah satu

aspek medikolegal, yang berbunyi bahwa "Dalam hal diperlukan untuk menjernihkan

duduknya persoalan yang timbul di sidang pengadilan, hakim ketua sidang dapat minta

keterangan saksi ahli dan dapat pula minta agar diajukan bahan baru oleh yang

berkepentingan."2

Sangsi Bagi Pelanggar Kewajiban Dokter

Pada bagian ini, pasal yang sesuai dengan aspek medikolegal berdasarkan kasus ini

adalah pasal 216 KUHP, yang berbunyi bahwa "Barang siapa dengan sengaja tidak menuruti

perintah atau permintaan yang dilakukan menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya

mengawasi sesuatu, atau oleh pejabat berdasarkan tugasnya, demikian pula yag diberi kuasa

untuk mengusut atau memeriksa tindak pidana; demikian pula barangsiapa dengan sengaja

mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan tindakan guna menjalankan ketentuan,

Page 12: PBL 1 blok 30

diancam dengan pidana penjara selama empat bulan dua minggu atau denda paling banyak

Sembilan Ribu Rupiah."2

Dan pada bagian selanjutnya, bisa dimasukkan pasal 222 KUHP, yang berbunyi

bahwa "Barangsiapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan

pemeriksaan mayat untuk pengadilan, diancam dengan pidana penjara palling lama Sembilan

bulan atau pidana denda paling banyak Empat Ribu Lima Ratus Rupiah."2

Dan pada pasal 224 KUHP, dimana pada pasal ini berbunyi bahwa "Barangsiapa

dipanggil sebagai saksi, ahli atau juru bahasa menurut undang-undang dengan sengaja tidak

memenuhi kewajiban berdasarkan undang-undang yang harus dipenuhinya, diancam dalam

perkara pidana dengan penjara paling lama Sembilan Bulan."2

Praktek Dokter

Pada bagian ini, aspek medikolegal yang dapat dimasukkan antara lain adalah pasal

53 UU Kesehatan ayat ketiga, yang menyatakan bahwa "Tenaga kesehatan untuk kepentingan

pembuktian dapat melakukan tindakan medis terhadap seseorang dengan memperhatikan

kesehatan dan keselamatan yang bersangkutan."2

Keterangan Ahli

Dan pada bagian ini, dapat dilibatkan Pasal 1 Butir 28 KUHAP, yeng berbunyi bahwa

"Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan seorang yang memiliki keahlian khusus

tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan

pemeriksaan." (pengertian keterangan ahli secara umum); agar dapat diajukan ke sidang

pengadilan sebagai upaya pembuktian, keterangan ahli harus “dikemas” dalam betuk alat

bukti sah.2

Thanatologi

Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang berupa

tanda kematian, yaitu perubahan yang terjadi pada tubuh mayat. Perubahan tersebut dapat

timbul dini pada saat meninggal atau beberapa menit kemudian, misalnya kerja jantung dan

peredaran darah berhenti, pernapasan berhenti, refleks cahaya dan refleks kornea mata

Page 13: PBL 1 blok 30

menghilang, kulit pucat dan relaksasi otot. Setelah beberapa waktu timbul perubahan

pascamati yang jelas yang memungkinkan diagnosis kematian lebih pasti. Tanda-tanda

tersebut dikenal sebagai tanda pasti kematian berupa lebam mayat (hipostasis atau lividitas

pascamati), kaku mayat (rigor mortis), penurunan suhu tubuh, pembusukan, mummifikasi

dan adiposera.4

A. Tanda kematian tidak pasti

a. Pernafasan berhenti, dinilai lebih dari 10 menit

b. Terhentinya sirkulasi, dinilai lebih dari 15 menit, nadi karotis tidak teraba

c. Kulit pucat

d. Tonus otot menghilang dan relaksasi

e. Pembuluh darah retina mengalami segmentasi

f. Pengeringan kornea

B. Tanda kematian pasti

a. Lebam mayat (livor mortis). Setelah kematian klinis maka eritrosit akan menempati bagian

terbawah akibat gaya tarik bumi, mengisi vena dan venula, membentuk bercak warna

merah ungu pada bagian terbawah tubuh kecuali pada bagian yang tertekan alas keras.

Lebam mayat biasanya akan mulai tampak pada 20-30 menit pasca mati, makin lama

intensitas makin bertambah dan menjadi lengkap dan menetap setelah 8-12 jam. Sebelum

waktu ini, lebam mayat masih bisa memucat pada penekanan dan berpindah jika posisi

mayat diubah. Memucatnya lebam akan lebih cepat dan sempurna apabila penekanan atau

perubahan posisi tubuh tersebut dilakukan dalam 6 jam pertama setelah mati klinis. Tetapi

walaupun setelah 24 jam, darah masih dapat mengalir dan membentuk lebam mayat di

tempat terendah yang baru. Lebam mayat digunakan sebagai tanda pasti kematian dan

memperkirakan sebab kematian, karena pada keracunan zat-zat tertentu akan muncul warna

lebam yang berbeda.

b. Kaku mayat (rigor mortis). Kaku mayat dibuktikan dengan memeriksa persendian. Kaku

mayat mulai tampak kira-kira 2 jam setelah mati klinis, dimulai dari bagian luar tubuh (otot

kecil) ke arah dalam. Setelah mati klinis 12 jam kaku mayat menjadi lengkap,

dipertahankan selama 12 jam dan kemudian menghilang dalam urutan yang sama. Faktor-

faktor yang mempercepat terjadinya kaku mayat adalah aktivitas fisik sebelum mati, suhu

tubuh yang tinggi, bentuk tubuh kurus dengan otot-otot kecil dan suhu lingkungan yang

tinggi.

Page 14: PBL 1 blok 30

c. Penurunan suhu tubuh (algor mortis). Grafik penurunan suhu tubuh ini hampir berbentuk

kurva sigmoid. Kecepatan penurunan suhu dipengaruhi oleh suhu keliling, aliran dan

kelembaban udara, bentuk tubuh, posisi tubuh, pakaian. Selain itu suhu saat mati perlu

untuk perkiraan saat kematian. Penurunan suhu yang cepat pada suhu keliling yang rendah,

lingkungan berangin dengan kelembaban rendah, tubuh yang kurus, posisi terlentang, tidak

berpakaian atau berpakaian tipis, dan pada umumnya orang tua serta anak kecil. Penurunan

suhu biasa ditentukan dengan rumus Marshall Hoare dengan penurunan 0.55 derajat celcius

pada 3 jam pertama, 1.1 derajat celcius pada 6 jam berikutnya, dan kira-kira 0.8 derajat

celcius pada periode selanjutnya. Hal ini ditentukan dengan melakukan 4-5 kali penentuan

suhu rektal dengan interval waktu yang sama (minimal 15 menit).

d. Pembusukan. Baru terjadi kira-kira 24 jam pasca mati berupa warna kehijauan pada perut

kanan bawah, yaitu daerah sekum yang isinya lebih cair dan penuh dengan bakteri serta

terletak dekat dengan dinding perut. Warna kehijauan ini disebabkan oleh terbentuknya

sulf-met-hemoglobin. Secara bertahap warna kehijauan ini akan menyebar ke seluruh perut

dan dada, dan bau busukpun mulai tercium. Hewan pengerat akan merusak tubuh mayat

dalam beberapa jam pasca mati, terutama bila mayat dibiarkan tergeletak di daerah

rumpun. Luka akibat gigitan binatang pengerat khas berupa lubang-lubang dangkal dengan

tepi bergerigi. Larva lalat akan muncul setelah pembentukan gas pembusukan nyata.

Sekitar 36-48 jam pasca mati. Telur lalat akan muncul dalam waktu 24 jam. Dengan

identifikasi spesies lalat dan mengukur panjang larva, maka dapat diketahui usia larva

tersebut,yang dapat digunakan sebagai asumsi bahwa lalat biasanya secepatnya meletakkan

telur seetlah seseorang meninggal. Perbandingan kecepatan pembusukan mayat yang

berada pada tanah : air : udara adalah 1 : 2: 8.

e. Adiposera. Terbentuknya bahan yang berwarna keputihan lunak dan berminyak serta

berbau tengik. Faktor-faktor yang mempermudah adiposera adalah kelembaban dan lemak

tubuh yang cukup, sedangkan yang menghambat adalah air yang mengalir yang membuang

elektrolit. Udara yang dingin menghambat pembentukan, sedangkan suhu yang hangat

mempercepat. Invasi bakteri endogen ke dalam jaringan pasca mati juga akan

memepercepat pembentukannya.

f. Mumifikasi. Adalah proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yang cukup cepat

sehingga terjadi pengeringan jaringan yang selanjutnya dapat menghentikan pembusukan.

Jaringan berubah menjadi keras dan kering, gelap, berkeriput, dan tidak membusuk karena

kuman tidak dapat berkembang pada lingkungan yang kering. Mumifikasi terjadi pada suhu

Page 15: PBL 1 blok 30

hangat, kelembaban rendah, aliran udara yang baik, tubuh yang dehidrasi dan waktu yang

lama (12-14 minggu).3-5

TKP

Traumatologi

Trauma atau kecelakaan merupakan hal yang biasa dijumpai dalam kasus forensik. Hasil dari trauma

atau kecelakaan adalah luka, perdarahan dan atau skar atau hambatan dalam fungsi organ. Agen

penyebab trauma diklasifikasikan dalam beberapa cara, antara lain kekuatan mekanik, aksi suhu,

agen kimia, agen elektromagnet, asfiksia dan trauma emboli. Dalam prakteknya nanti seringkali

terdapat kombinasi trauma yang disebabkan oleh satu jenis penyebab, sehingga klasifikasi trauma

ditentukan oleh alat penyebab dan usaha yang menyebabkan trauma.5

Jenis Penyebab Trauma

Kekerasan yang mengenai tubuh seseorang dapat menimbulkan efek pada fisik maupun psikisnya.

Efek fisik berupa luka- luka yang kalau di periksa dengan teliti akan dapat di ketahui jenis

penyebabnya yaitu :

1. Benda Tajam

Ciri- ciri umum dari luka benda tajam adalah sebagai berikut :

- Garis batas luka biasanya teratur, tepinya rata dan sudutnya runcing

- Bila ditautkan akan mejadi rapat (karena benda tersebut hanya memisahkan, tidak

menghancurkan jaringan) dan membentuk garis lurus dari sedikit lengkung.

- Tebing luka rata dan tidak ada jembatan jaringan.

- Daerah di sekitar garis batas luka tidak ada memar. 5

Temuan ;

Page 16: PBL 1 blok 30

Pada kasus didapatkan Gambaran luka sepanjang 10cm dan kedalaman sekitar 3 cm

dengan tepi dan dinding luka yang rata, berbentuk garis tidak terdapat jembatan jaringan dan

dasar luka berbentuk garis atau titik. kedua sudut luka lancip dan dalam luka tidak melebihi

panjang luka. Kulit di sekitar luka tidak menunjukkan adanya luka lecet.pada daerah

ekstermitas bawah terdapat luka sepanjang 7 cm dengan kedalaman 2cm disertai luka lecet

dan hematom. 3

Ciri-ciri luka akibat kasus bunuh diri, pembunuhan dan kekerasan akibat kekerasan benda tajam

adalah seperti berikut:

Pembunuhan Bunuh diri Kecelakaan

Lokasi luka Sembarang Terpilih Terpapar

Jumlah luka Banyak Banyak Tunggal/ banyak

Pakaian Terkena Tidak terkena Terkena

Luka tangkis Ada Tidak ada Tidak ada

Luka percobaan Tidak ada Ada Tidak ada

Cedera sekunder Mungkin ada Tidak ada Mungkin ada

PEMERIKSAAN

2. Benda tumpul

3. Benda yang mudah pecah

6. Perkiraan Saat kematian

Selain perubahan pada mayat tersebut di atas, beberapa perubahan lain dapat digunakan

untuk memperkirakan saat mati.3-5

a. Perubahan pada mata. Bila mata terbuka pada atmosfer yang kering, sklera di kiri-kanan

kornea akan berwarna kecoklatan dalam beberapa jam berbentuk segitiga dengan dasar di

tepi kornea. Kekeruhan kornea yang menetap terjadi sejak kira-kira 6 jam pasca mati. Baik

dalam keadaan mata terbuka dan tertutup, kornea menjadi keruh kira-kira 10-12 jam pasca

mati dan dalam beberapa jam saja fundus tidak tampak jelas. Perubahan pada retina dapat

Tabel 2. Perbedaan Pembunuhan, Bunuh Diri dan Kecelakaan

Page 17: PBL 1 blok 30

menunjukkan saat hingga 15 jam pasca mati. Hingga 30 menit pasca mati tampak

ekekruahn makula dan mulai memucatnya diskus optikus. Kemudian hingga 1 jam pasca

mati, makula lebih pucat dan tepinya tidak tajam lagi. 2 jam pasca mati retina pucat dan

daerah sekitar diskus menjadi kuning. 3 jam pasca mati menjadi kabur dan seterusnya

menjadi homogen dan pucat.

b. Perubahan pada lambung. Kecepatan pengosongan lambung sangat bervariasi, sehingga

tidak dapat digunakan untuk memberikan petunjuk pasti waktu kematian, hanya saja dapat

memberi info mengenai makanan apa yang terakhir dikonsumsi.

c. Perubahan rambut, dengan mengingat bahwa kecepatan tumbuh rambut sekitar 0.4mm/hari.

d. Pertumbuhan kuku sekitar 0.1 mm/hari.

e. Perubahan dalam cairan serebrospinal dimana kadar asam amino kurang dari 14mg%

menunjukan kematian belum lewat 10 jam, kadar nitrogen non protein kurang dari 80mg%

menunjukan kematian belum 24 jam, dan bila kadar kreatin kurang dari 5 mg% dan 10 mg

% masing-masing menunjukkan kematian belum 10 dan 30 jam.

f. Dalam cairan vitreus terjadi peningkatan kadar kalium yang cukup akurat untuk mengukur

24 hingga 100 jam pasca kematian.

Visum

Page 18: PBL 1 blok 30