Patogenesis tahap penyakit HIV.doc
-
Upload
alfin-bahida -
Category
Documents
-
view
30 -
download
10
description
Transcript of Patogenesis tahap penyakit HIV.doc
Patogenesis Penyakit
Infeksi biasanya dimulai ketika sebuah partikel HIV, yang berisi dua
salinan RNA HIV, bertemu dengan sebuah sel dengan permukaan molekul yang
disebut cluster penunjukan 4 (CD4). Sel-sel dengan molekul ini dikenal sebagai
CD4 positif (CD4 +) sel (DNA) (Manuaba, 2008).
Satu atau lebih dari gp120 virus mengikat erat molekul molekul CD4 (s)
pada permukaan sel. Membran virus dan sel sekering, sebuah proses yang
mungkin melibatkan amplop HIV dan yang kedua "coreceptor" molekul pada
permukaan sel. Setelah fusi, virus RNA, protein dan enzim dilepas ke dalam sel
(DNA) (Manuaba, 2008).
Meskipun sel CD4 tampak sasaran utama HIV, sel-sel sistem kekebalan
lain dengan molekul CD4 pada permukaan mereka terinfeksi juga.Di antaranya
adalah sel hidup panjang yang disebut monosit dan makrofag, bertindak sebagai
reservoir HIV.Sel CD4 juga berfungsi sebagai reservoir penting HIV, proses
kekebalan normal dapat mengaktifkan sel-sel ini, mengakibatkan produksi virion
HIV baru(DNA) (Manuaba, 2008).
Sel-sel untuk penyebaran HIV juga dapat terjadi melalui CD4-dimediasi
fusi sel yang terinfeksi dengan sel yang tidak terinfeksi (DNA). Dalam sitoplasma
sel, HIV reverse transcriptase mengubah RNA virus menjadi DNA. DNA HIV
Yang baru dibuat bergerak ke inti sel, dimana hal itu digabungkan ke dalam DNA
inang dengan bantuan integrase HIV.Setelah dimasukkan ke dalam sel gen, DNA
HIV ini disebut "provirus” (DNA) (Manuaba, 2008).
Provirus menghasilkan virus baru, RNA salinan harus dibuat yang dapat
dibaca oleh sel inang protein-pembuat mesin.Salinan ini disebut messenger RNA
(mRNA), dan produksi mRNA disebut transkripsi, suatu proses yang melibatkan
sel inang enzim sendiri. Viral gen dalam konser dengan kontrol mesin selular
proses ini: gen tat, misalnya, mengkodekan protein yang mempercepat transkripsi
(DNA) (Manuaba, 2008).
Setelah mRNA HIV diproses dalam inti sel, itu diangkut ke sitoplasma.
Dalam sitoplasma, virus co-opts protein sel-¾ termasuk mesin membuat struktur
yang disebut ribosom ¾ untuk membuat rantai panjang protein virus dan enzim,
dengan menggunakan mRNA HIV sebagai template. Proses ini disebut terjemahan
(DNA) (Manuaba, 2008).
Setelah dibuat inti HIV protein, enzim dan RNA berkumpul hanya di
dalam selaput sel, sedangkan protein amplop virus agregat dalam membran.
Partikel virus yang belum matang terbentuk dan lepas dari sel, mendapatkan
sebuah amplop yang meliputi selular dan HIV protein dari membran sel (DNA)
(Manuaba, 2008).
Selama ini bagian dari siklus hidup virus, inti dari virus adalah virus yang
belum matang dan belum menular. Rantai panjang dan enzim protein yang
membentuk inti virus yang belum dewasa sekarang dipotong menjadi potongan-
potongan yang lebih kecil oleh virus enzim yang disebut protease.langkah ini
menghasilkan partikel virus menular (Manuaba, 2008).
Begitu memasuki tubuh, HIV menginfeksi sejumlah besar CD4 + sel dan
bereplikasi dengan cepat. Selama fase akut atau primer infeksi, darah
mengandung banyak partikel virus yang menyebar ke seluruh tubuh, pembenihan
berbagai organ, terutama organ-organ limfoid.Organ limfoid termasuk kelenjar
getah bening, limpa, tonsil dan tumbuh-tumbuh adenoide. Selama fase akut
infeksi, jumlah sel CD4 dalam aliran darah berkurang sebesar 20 sampai 40
persen.Para ilmuwan belum tahu apakah sel-sel ini dibunuh oleh HIV atau jika
mereka meninggalkan darah dan pergi ke organ limfoid dalam persiapan untuk
me-mount respon imun (Manuaba, 2008).
Dua hingga empat minggu setelah terpapar virus, sampai 70 persen orang
yang terinfeksi HIV menderita gejala mirip flu yang berkaitan dengan infeksi
akut. sistem kekebalan pasien melawan dengan sel T pembunuh (CD8 + T sel) dan
B-cell-diproduksi antibodi, yang secara dramatis mengurangi tingkat HIV
(Manuaba, 2008).
Seorang pasien yang CD4 + T cell count mungkin rebound 80 sampai 90
persen dari tingkat aslinya mungkin dapat bebas dari gejala-gejala terkait HIV
selama bertahun-tahun terus-menerus meskipun replikasi HIV dalam organ
memasuki fase akut infeksi (Manuaba, 2008).
Setelah terinfeksi, sel CD4 dapat meninggalkan pusat germinal dan
menginfeksi sel CD4 + lain yang berkumpul di daerah kelenjar getah bening yang
mengelilingi pusat germinal (Manuaba, 2008).
Penghancuran struktur kelenjar getah bening terlihat terlambat dalam penyakit
HIV dapat menghalangi respon imun yang sukses tidak hanya terhadap HIV tapi
patogen lain juga. Pembawa kehancuran ini awal dari infeksi oportunistik dan
kanker yang menjadi ciri AIDS (Manuaba, 2008).
Patofisiologi penyakit
Menurut The Center of Disease Control (CDC), setelah terpapar HIV,
penderita tidak secara langsung menimbulkan gejala klinis AIDS. Ada beberapa
tahapan infeksi HIV sampai timbulnya manifestasi klinis; yaitu tahap infeksi HIV
akut, infeksi HIV asimtomatik (masa laten) yang tidak menimbulkan gejala,
limfadenopati (radang kelenjar getah bening) yang persisten dan menyeluruh,
sampai akhirnya timbul tanda-tanda penyakit yang menakutkan pada pasien, yaitu
tahap AIDS (Anonim, 2011).
a. Infeksi HIV akut
Sekitar dua sampai enam minggu setelah terinfeksi (biasanya dua
minggu), akan terjadi sindrom retroviral akut. Lebih dari setengah orang
yang terinfeksi HIV akan menunjukkan gejala infeksi primer yang
bervariasi seperti demam, adenopati, faringitis, kelainan kulit, diare, sakit
kepala, mual dan muntah, hepatosplenomegali, penurunan berat badan,
gangguan jamur di rongga mulut, dan gejala neurologis (nyeri kepala,
nyeri belakang kepala, depresi) (Anonim, 2011).
Gejala ini tidak spesifik pada infeksi HIV saja, tetapi juga akan terjadi
pada infeksi retrovirus lain. Setelah dua sampai enam minggu gejala dapat
menghilang disertai serokonversi, dengan atau tanpa pengobatan. Setelah
terinfeksi HIV, ada saat dimana pemeriksaan serologi antibodi HIV
terhadap pasien menunjukkan hasil negatif, sementara virus sebenarnya
telah ada dalam tubuh hospes. Fase ini disebut periode jendela (window
period), yaitu penderita sudah dapat menularkan HIV kepada orang lain
walaupun pemeriksaan antibodinya menunjukkan hasil negatif. Periode ini
dapat berlangsung selama tiga sampai dua belas minggu (Anonim, 2011).
b. Infeksi HIV asimtomatik (masa laten)
Terdapat jeda waktu yang panjang pada pasien, yang mana pasien
tidak mengalami manifestasi fisik dari infeksi, tapi tetap anti-HIV positif.
Sebagian besar pengidap HIV berada pada fase laten ini tidak terlihat
gejala pada pasien. Penderita terlihat sehat, dapat melakukan aktivitas
secara normal, namun sudah dapat menularkan virus kepada orang lain
(Anonim, 2011).
Jumlah virus di dalam darah dan jaringan limfoid pasien berada
dalam batas rendah dan jumlah CD4 limfosit masih berada dalam batas
normal. Masa laten klinis ini dapat terjadi selama dua minggu sampai
delapan tahun atau lebih (Anonim, 2011).
c. Limfadenopati persisten yang menyeluruh
Limfadenopati atau pembesaran kelenjar getah bening didefinisikan
dengan adanya nodus limfe yang berdiameter lebih dari satu sentimeter
pada dua atau beberapa daerah ekstra inguinal selama lebih dari tiga
bulan, tetapi tidak terdapat penyakit atau kondisi lain selain infeksi HIV
yang menjelaskan alasan dari keadaan tersebut (Anonim, 2011).
d. Infeksi HIV simtomatik (AIDS)
Pada fase ini terjadi perubahan progresif dalam pengaturan kekebalan
tubuh yang disebabkan oleh limfopenia sel-T, dan berkurangnya fungsi T-
cell helper ini yang mengakibatkan AIDS berkembang sepenuhnya.
Penyakit ini ditandai oleh infeksi-infeksi oportunistik dan kerentanan
terhadap bentuk–bentuk kanker tertentu. Jumlah CD4 pasien sudah berada
pada taraf kritis, hingga dibawah 200sel/ul darah (Anonim, 2011).
Pembahasan Kasus
Kata kunci kasus
1. Pasien laki-laki usia 24 tahun
2. Seorang mahasiswa
3. Tinggi badan 175 cm, berat badan 50 kg
4. Sedang mengeluh diare 4-5 kali sehari
5. Gigi belakang kanan bawah sakit berdenyut sejak 3 hari
6. Gigi 48 erupsi sebagian dengan arah mesio-anguler
7. Terdapat peradangan jaringan lunak di sekitar daerah gigi 48
8. Kondisi mukosa oral sisi lateral lidah ada plak putih
9. Plak putih tak dapat gilang sewaktu dikerok
10. Pada mukosa bukal dan gingiva ada lesi merah ke unguan
Kemungkinan yang dialami pasien tersebut adalah
1. HIV / AIDS
a) Berdasarkan gejala umum yang dialami pasien adalah, memiliki berat
badan 50 kg dengan tinggi 175 cm, atau bisa dikatakan kurus dan tidak
ideal, idealnya orang dengan tinggi badan 175 cm harus memiliki berat
67,5 kg (Syakur, 2010). Ini merupakan salah satu tanda seeorang
sedang mengalami HIV / AIDS, yaitu dimana berat badan berkurang >
10 % (Manuaba, 2008).
b) Sedang mengalami diare, dengan intensitas 4 – 5 kali sehari. Ini
merupakan salah satu tanda dan gejala dari HIV / AIDS, yaitu
mengalami gangguan pencernaan terutama diare (Manuaba, 2008).
c) Di mukosa oral terdapat sarcoma kaposi, sebagai tanda dimana kondisi
kekebalan tubuh sedang benar-benar menurun, atau salah satu tanda
dari HIV / AIDS, sarcoma kaposi biasa terjadi pada orang dengan HIV
/ AIDS.
d) Lesi, plak Putih pada sisi lateral lidah yang tidak bisa dikerok.
Kemingkinan adalah kandidiasis leukoplakia, oral hairy leukoplakia,
lichen planus, diskoid lupus eritematosis ataupun mukositis yang non
spesifik. Dalam penentuannya harus dilakukan pemeriksaan
laoratorium untuk menentukan diagnosa yang tepat (Primarsari, 2003).
2. Impaksi molar 3 dan perikororonitis
Perikoronitis merupakan Inflamasi jaringan gusi sekitar mahkota gigi yang
mengalami erupsi inkomplit. hal ini biasanya dapat disertai operkulitis
yakni inflamasi pada ginggival flap dari gigi yang mengalami erupsi
inkomplit. perikoronitis sering terjadi pada Molar 3 namun dapat juga
terjadi pada gigi lain yang mengalami erupsi inkomplit. gigi yang
mengalami erupsi inkomplit disebut wisdom tooth (Lix dkk., 2000).
Lix, Kolltveit, Tronstad L, Olsen I. 2000. Systemic diseases caused by
oral infection. Clinical Microbiology Reviews
Primarsari. 2003. Peranan pemeriksaan histopologi dalam
Menegakkan diagnosa lichen planus di rongga mulut. Medan: Fakutas
Kedokteran Gigi Sumatera Utara
Manuaba IAC, dkk. 2008. Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta: EGC
Anonim. 2011. Diambil Pada Tanggal 27 Januari 2014 Pukul 05.30.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25840/3/Chapter
%20II.pdf. Medan: Universitas Sumamtera Utara
Syakur. 2010. Menghitung Berat Badan Ideal. Dari
http://www.kesehatan123.com/94/menghitung-berat-badan-ideal-
anda/. Diambil pada 28 Januari 2014 pukul 17.35