Patogenesis Dan Patofisiologis PPOK
-
Upload
intan-sulistiani -
Category
Documents
-
view
133 -
download
1
description
Transcript of Patogenesis Dan Patofisiologis PPOK
A. OVERVIEW CASE
Tn.Aburizal,69 thn
KU: sesak napas
RPS:1. Sesak semakin lama semakin
berat2. 3 hari lalu pasien
pilek,demam,dan batuk berdahak warna kehijauan
RPD:1. 3 tahun terakhir
pasien sesak bila berjalan 100-200 m,sering batuk berdahak bening
2. Mudah lelah3. Tidak napsu makan
RPO:Kadang minum salbutamol/aminofilin untuk kurangi keluhan
RPK:Ayah pasien meninggal
karena penyakit paru
R. SOSEK:1. merokok sejak
usia 15 thn sampai sekarang 20 batang/hri
2
HIPOTESIS: 1. PPOK2. Bronkitis kronik3. Bronkiektasis4. Gagal jantung
PEMERIKSAAN FISIK:Kesadaran: compos mentis Mata: konjungtiva tidak pucat,sklera tidak ikterikKU: sakit sedang,sesak,lemah Mulut: pernapasan purse-lipped breathing
JVP: 5+1 cmH20BB: 53 kg Thorax: TB: 160cm Paru:
Inspeksi : barrel chest,simetris dlm keadaan statis dan dinamis
Palpasi: fremitus melemah,sela iga melebarPerkusi : hipersonor pd seluruh lapang paruAuskultasi: vesikuler ++,ronkhi (+) dikedua lapang
paru,wheezing(+)Jantung: ictus kordis tdk tampak&tdk kuat angkat,batas jtg DBN,BJ 1-2 murni regulerAbdomen:datar,hepar tidak teraba,nyeri tekan (-),asites(-)Ekstremitas: clubbing fingers(+),nicotine stained(+),edem dikedua tungkai (-)
Tanda Vital:TD: 110/70 mmHgRR: 30x/mnt Nadi: 106x/mnt regular Suhu: 38,3°C
PEMERIKSAAN PENUNJANG:Pemeriksaan Darah: Hb : 18 gr/dl Ht: 49 % Leukosit :14.000/mm Trombosit :230.000/mm
Analisa Gas Darah:PH 7,33 ;PaCO2 50 ; PaO2 60 ; Saturasi oksigen 90%
Radiologi:Foto toraks PA:emfisematous.Tampak corakan bronkovaskular berkurang dan hiperlusent,ruang retrosternal melebar,diafragma letak rendah dan mendatar,(+)bercak infiltrat dikedua basal paru,sudut costifrenikus lancip
Spirometri: VEP1/KVP <70% dan VEP1 45% dari nilai prediksi
DIAGNOSIS:PPOK derajat III MRC 3 Kategori D dengan eksaserbasi + Pneumonia
komuniti
TERAPI:Farmakologi :
-Hari 1: terapi O2 4L/mnt nasal kanul
-Hari 2: sampai terdapat perbaikan 3L/mnt
-Inhalasi antikolinergik dan beta2 agonis
-Kortikosteroid iv
-Levofloxacin 1x 750 mg iv
Non farmakologi:
-Berhenti merokok
-Diet gizi seimbang
-Fisioterapi untuk bantu otot dada&batuk efektif
INTERPRETASI KASUS
[Tn.Aburizal, 69 thn]
KELUHAN UTAMA
Sesak napas
Analisis:Sesak merupakan manifestasi dari gangguan yang dapat berasal dari paru ataupun
ekstraparu.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
1. Sesak semakin lama semakin berat
Analisis: Menandakan adanya proses yang progresif(eksaserbasi)
2. 3 hari lalu pasien pilek,demam,dan batuk berdahak warna kehijauan
Analisis: Diduga pasien mengalami infeksi sejak 3 hari lalu yang merangsang progresifitas
penyakitnya(eksaserbasi).
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
1. 3 tahun terakhir pasien merasa sesak bila berjalan sekitar 100-200m,sering batuk
berdahak bening
Analisis: Diduga terdapat kelainan pada parunya yang menimbulkan gejala
tersebut,sehingga dapat menguatkan hipotesa mengenai sesak yang berasal dari paru.
2. Mudah lelah,tidak napsu makan
Analisis: Menandakan adanya proses yang kronik dari penyakitnya.
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
1. Ayah pasien meninggal karena penyakit paru
Analisis: Diduga merupakan faktor risiko adanya pengaruh genetik pada penyakit pasien.
RIWAYAT PEMAKAIAN OBAT
1. Kadang –kadang pasien minum salbutamol atau aminofilin untuk mengurangi
keluhannya
Analisis: Diduga pasien menggunakan obat tersebut untuk mengurangi sesaknya
RIWAYAT SOSIAL EKONOMI
1. Merokok sejak usia 15 tahun sampai sekarang,sehari 20 batang
Analisis: Diduga merupakan faktor resiko dari penyakitnya,yang dapat menguatkan
hipotesis PPOK dan bronkitis kronik
PEMERIKSAAN FISIK
1. BB: 53 , TB 160: BMI: 20,7 (N)
Analisis: Menandakan bahwa tidak napsu makannya belum sampai membuat BB pasien
turun.
2. TD: 110/70 mmHg ↑
Analisis: Menandakan adanya proses kompensasi dari jantung akibat proses penyakitnya.
3. RR: 30x/mnt ↑
Analisis:Menggambarkan mengapa pasien terlihat sesak napas,dan merupakan kompensasi
akibat berkurangnya 02(hipoksia).
4. Suhu: 38,3°C ↑
Analisis: Adanya demam yang menandakan bahwa terjadinya suatu infeksi pada pasien.
5. Mata: Konjungtiva tidak pucat,sklera tidak ikterik
Analisis: Menandakan tidak terjadinya anemia pada pasien.
6. Mulut: Pernapasan purse-lipped breathing
Analisis: Menandakan adanya suatu retensi CO2 yang menyebabkan pasien bernapas
dengan cara mencucu,dan merupakan gambaran khas dari pasien PPOK.
7. JVP: 5 +1 cmH20 (N)
Analisis: Menandakan kita dapat melemahkan hipotesis gagal jantung karena JVP DBN
8. Toraks
Paru :
Inspeksi : Barrel chest,simetris dalam keadaan statis dan dinamis
Analisis: Menandakan adanya suatu penurunan daya recoil paru yang menyebabkan
peningkatan volume inspirasi,yang dapat terjadi pada pasien PPOK.
Palpasi : Fremitus melemah,sela iga melebar
Analisis: Fremitus melemah menandakan adanya gangguan perambatan udara pada
alveolus yang terlalu banyak berisi udara,dan sela iga melebar terjadinya akibat
penggunaan otot bantu pernapasan yang dapat terjadi bila udara sulit keluar dari saluran
napas yg mengalami obstruksi sehingga dapat menguatkan hipotesis PPOK dan bronkitis
kronik.
Perkusi : Hipersonor pada seluruh lapang paru
Analisis: Menandakan adanya udara yang berlebihan pada alveolus.
Auskultasi: Vesikuler ++,ronkhi(+) dikedua lapang paru,wheezing(+)
Analisis: Suara napas vesikuler (N),adanya ronkhi menandakan adanya hambatan aliran
udara yang dapat terjadi akibat penumpukan mukus,dan adanya wheezing menandakan
bahwa adanya udara yang dipaksa keluar dari saluran napas yg sempit yg dapat terjadi
pada PPOK.
Jantung:Ictus cordis tidak tampak&tidak kuat angkat,batas jantung DBN
Analisis: Menandakan tidak adanya kelainan jantung sehingga dapat melemahkan
hipotesis sesak akibat gagal jantung.
9. Abdomen: Datar,hepar tidak teraba,tidak ada nyeri tekan,tidak ada tanda-tanda
asites
Analisis: Menandakan tidak adanya gangguan pada abdomen pasien.
10. Ektremitas: clubbing fingers(+),nicotine stained(+),edem dikedua tungkai(-)
Analisis: clubbing fingers menandakan adnya satu hipoksia yang kronis yang dapat terjadi
akibat obstruksi jalan napas yang dapat terjadi pada PPOK dan bronkitis kronik,nicotine
stained menandakan adanya konsumsi rokok yang berlebihan,dan (-) edem tungkai dapat
melemahkan hipotesis gagal jantung.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Hematologi:
a) Hb: 18 gr/dl ↑ (N: 13,5-17,5 gr/dl)
Analisis: Menandakan adanya peningkatan pembentukan Hb yang dapat terjadi pada
keadaan hipoksia.
b) Ht: 49% (N) (N: 41-53%)
Analisis: Menandakan persen eritrosit dalam volume darah keseluruhan masih normal.
c) Leukosit: 14.000/mm³ ↑ (N:4000-11.000/mm³)
Analisis: Menandakan adanya suatu proses inflamasi.
d) Trombosit: 230.000/mm³ (N:150.000-450.000/mm³)
Analisis: Menandakan tidak ada gangguan pada proses pembekuan darah.
2. Analisis Gas Darah :PH 7,33 ↓ ; PaCO2 50 ↑ ;PaO2 60 ↓ ; Saturasi oksigen 90% ↓
Analisis: PH rendah mendakan asam yang dapat terjadi akibat peningkatan CO2,PaCO2
yang ↑ sedangkan PaO2 yang ↓ menandakan adanya ketidakseimbangan antara perfusi dan
ventilasi yang dapat terjadi pada PPOK.
3. Rontgen thorax PA: emfisematous.Tampak corakan bronkovaskular berkurang dan
hiperlusent,ruang retrosternal melebar,diafragma letak rendah dan mendatar,
(+)bercak infiltrat dikedua basal paru,sudut costofrenikus lancip
Analisis: Hasil rontgen menggambarakan adanya emfisema,dimana corakan
bronkovaskular berkurang akibat udara yg terperangkap dalam alveolus.bercak infiltrat
menandakan adanya suatu proses infeksi bakteri.Dan dapat mencoret hipotesis
bronkiektasis karena tidak ditemukannya gambaran dilatasi bronkus.
4. Spirometri: VEP1/KVP <70% dan VEP1 45% dari nilai prediksi
Analisis: hasil spirometri menunjukkan adanya suatu obstruksi jalan napas yang dapat
terjadi pada PPOK.
DIAGNO SIS
PPOK derajat III MRC 3 Kategori D dengan eksaserbasi
+Pneumonia komuniti
TATALAKSANA
Sesuai dengan tatalaksana PPOK eksaserbasi akut:
Terapi farmakologi:
1.Hari 1 : terapi oksigen 4L/mnt nasal kanul
Hari 2 : sampai terjadi perbaikan 3L/mnt
Analisis: Terapi oksigen merupakan hal yang utama harus dilakukan pada pasien PPOK eksaserbasi untuk memperbaiki hipoksemia dan cegah keadaan yang mengancam jiwa.
2.Inhalasi antikolinergik,beta2 agonis,kortikosteroid iv
Analisis: Sesuai dengan diagnosis menurut Assessment of COPD pasien kategori D pengobatan lini pertama adalah LAMA(Tiotropium) untuk mengurangi sekresi mukus,LABA(Formoterol,Salmeterol) untuk mengatasi sesak,dan kortikosteroid(prednison) untuk antiinflamasi yang diberikan jika terjadi eksaerbasi akut.
3.Lefofloxacin 1x750 mg iv
Analisis: Diberikan antibiotik golongan Fluoroquinolon spektrum luas untuk mengatasi infeksi Pneumonia nya.
Terapi non farmakologi:
1.Berhenti merokok
2.Diet gizi seimbang
Analisis: Merupakan tahap penatalaksanaan umun pada PPOK berupa edukasi dan pengaturan nutrisi.
3.Fisioterapi untuk bantu otot dada&batuk efektif
Analisis: Merupakan proses tatalaksana rehabilitasi bagi pasien PPOK untuk mengatasi eksaserbasinya dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
PPOK
(Penyakit Paru Obstruktif Kronik)
Definisi :
PPOK adalah penyakit paru yang dapat dicegah dan diobati, yang ditandai oleh hambatan
aliran udara yang :
Tidak sepenuhnya reversibel
Bersifat progresif
Berhubungan dengan respon inflamasi paru
Hambatan aliran udara disebabkan oleh gabungan antara :
Obstriksi saluran nafas kecil (bronkitis kronik)
Kerusakan parenkim (emfisema)
Bronkitis kronik dan emfisema tidak dimasukkan dalam definisi PPOK, karena :
Bronkitis kronik merupakan diagnosis klinis (diagnosis beradasarkan tanda gejala).
Gejala : batuk selama > 3 bulan dalam setahun & telah berlangsung selama 2 tahun
berturut turut.
Emfisema merupakan diagnosis patologi (pemeriksaan jaringan abnormal dengan
tekhnik histologi).
Patologi : pelebaran rongga alveolus karena adanya kerusakan dinding alveolus
Keduanya tidak selalu mencerminkan hambatan aliran udara dalam saluran
pernafasan
Bronkitis kronik dan emfisema dapat dimasukkan ke dalam PPOK jika keparahan
penyakitnya telah berlanjut dan obstruksinya bersifat progresif
(EGC, PDPI, Unair)
Epidemiologi:
Tahun 1990 PPOK menempati urutan ke 6 sebagai penyebab kematian utama di dunia
dan akan menempati urutan ke 3 setelah penyakit kardiovaskular dan kanker (WHO,
2002)
Di indonesia terdapat 4,8 juta dengan prevalensi 5,6 %, angka ini dapat meningkat
dengan semakin banyaknya jumlah perokok (karena 90 % pasien PPOK adalah
perokok atau mantan perokok)
Usia Harapan Hidup (UHH) tahun 1990 meningkat dari 60 tahun menjadi 68 tahun
pada tahun 2006 (bila PPOK tidak dapat ditanggulangi, maka UHH di Indonesia akan
menurun karena perjalanan PPOK bersifat kronik)
(PDIP)
Etiologi :
Merokok
Polusi udara
Genetik (defisiensi alpha 1 antitripsin) (EGC)
Faktor risiko :
1. Asap rokok
Risiko PPOK tergantung pada :
Dosis rokok yang dihisap
Usia mulai merokok
Jumlah batang rokok/hari x lamanya merokok dalam tahun
(Indeks Brikman)
Ringan : 0-199 ; Sedang 200-599 ; Berat > 600
Tidak semua perokok berkembang menjadi PPOK secara klinis, karena
dipengaruhi oleh faktor risiko genetk setiap individu
2. Polusi udara
Polusi didalam ruangan : asap rokok, asap kompor
Polusi diluar ruangan : gas buang kendaraan, bermotor, debu jalanan
Polusi ditempat kerja : bahan kimia, zat iritasi, gas beracun
3. Stress oksidatif
Adalah ketidakseimbangan antara oksidan (radika bebas) dengan antioksidan. Stress
oksidatif dapat menimbulkan kerusakan pada paru dan menimbulkan aktifitas
molekular sebagai awal inflamasi paru.
4. Gen
Terjadi kelainan akibat defisiensi alpha 1 antitripsin sebagai inhibitor dari protease
serin. Protease adalah enzim yang akan memecah protein menjadi molekul yang lebih
sederhana. Protease akan menginduksi inflamasi paru, mendestruksi parenkim,dan
melauakn perubahan struktur paru.
5. Tumbuh kembang paru
Studi menyatakan bahwa BB lahir mempengaruhi nilai VEP 1 pada masa anak
6. Sosial ekonomi
Pemukiman yang padat
Pajanan polusi lingkungan sekitar (PDPI)
Klasifikasi
Beradasrkan GOLD 2010 :
Derajat 1 (ringan) : VEP 1 > 80 % prediksi
Derajat 2 (sedang) : 50 % < VEP 1 < 50 % prediksi
Derajat 3 (berat) : 30 % < VEP 1 < 50 % prediksi
Derajat 4 (sangat berat) : VEP 1 < 30 % prediksi (Unair)
Diagnosis
1. Anamnesis
Riwayat merokok
Riwayat terpajan zat iritan
Riwayat penyakit emfisema pada keluarga
Terdapat faktor predisposisi
Batuk berulang dengan atau tanpa dahak
Sesak dengan atau tanpa bunyi mengi
2. Pemeriksaan fisik
Inspeksi
pursed-lips breathing
barrel chest
penggunaan otot bantu nafas
hipertrofi otot bantu nafas
pelebaran sela iga
JVP meningkat & edema tungkai (jika gagal jantung kanan)
pink puffer atau blue bloater
Pink Puffer (emfisema) : penderita kurus, kulit kemerahan,
pernafasan pursed lips breathing
Blue bloater (bronkitis kronik) : gemuk, sianosis, edema
tungkai dan ronkhi basah
palpasi : fremitus melemah
perkusi : hipersonor
auskultasi
suara nafas vesikuler normal/ melemah
ronkhi atau mengi (saat bernafas/ ekspirasi paksa)
ekspirasi memanjang
3. Pemeriksaan penunjang
Spirometri :
untuk menilai beratnya PPOK & memantau perjalanan penyakit
foto thoraks :
pada emfisema
hiperinflasi
hiperlusen
ruang retrostrenal melebar
diafragma mendatar
jantung menggantung
pada bronkitis kronik
corakan bronkovaskular bertambah pada 21 % kasus
(PDPI)
Diagnosis banding :
1. Asma bronkhial
2. Bronkiektasis
3. Tuberkulosis (Unair)
Penatalaksanaan :
Non farmako
1. Edukasi
pengetahuan dasar tentang PPOK
obat-obatan, manfaat & efek samping
cara pencegahan perburukan penyakit
Menghindari pencetus (berhenti merokok)
penyesuaian aktivitas
2. Berhenti merokok
ask (tanyakan), advise (nasihati), asses (nilai), assist (bimbing), arrange (atur)
3. Terapi oksigen
Indikasi : PaO2 < 60 / saturasi O2 < 90 %
4. Rehabilitasi
5. Nutrisi
Farmako
1. Bronkodilator
Golongan antikolinergik : Ipatropium bromide, Tiotropium bromide
Golongan agonis beta 2 : salbutamol, terbutalin, fenoterol
Golongan xantin : aminofilin, teoflin
2. Antiinflamasi
3. Antibiotik : tidak dianjurakan, kecuali untuk terapi eksaserbasi infeksius dan infeksi
bakterial
4. Antioksidan (N-acetylsystein)
Menurunkan frekuensi eksaserbasi dan untuk terapi eksaserbasi berulang
5. Mukolitik : mengurangi kekentalan dahak
6. Antitusif : menekan batuk (PDPI)
Bronkitis Akut
Definsi
Bronkitis akut adalah proses inflamasi selintas yang mengenai trakea, bronkusutama,
dan menengah dengan manifestasi batuk, dan biasanya membaik tanpa terapi dalam 2
minggu. Biasanya ditemui tidak sendiri, beserta penyakit asma atau fibrosis kistik.
Etiologi
Umunya disebabkan oleh virus, pada penyebab bakteri biasanya dikaitkan dengan
Mycoplasma pneumoniae, Bordetella pertusis, atau Corynebacterium diphteriae.
Manifestasi Klinis
Bukan merupakan wujud klinis tersendiri, akibat dari keadaan saluran respirasi atas
dan bawah. Terjadi secara akut, infeksi saluran atas karena virus, atau secara kronis dengan
asma, fibrosis kistik, korpus alienum, defisiensi imun, sindrom imotil silia, dll. Ada gejala
batuk, namun tidak spesifik pada penyakit.
Klasifikasi
1. Bronkitis Akut Virus
Disebabkan oleh Rhinovirus, RSV, v influenza, v parainfluenza, adenovirus, v
rubeola, paramyxovirus. (beberapa dari zat iritan seperti asam lambung atau polusi
lingkungan). Dapat terjadi saat aspirasi setelah muntah, pajanan besar terhadap zat kimia.
Terjadi infeksi saluran respirasi seperti rinitis dan faringitis, dan batuk.
Batuk terjadi 3-4 hari seelah rinitis, keras dan kering, sering berkembang jadi batuk
lepas ringan + produktif. Pada keadaan berat bisa disertai nyeri dada.
Patogenesis, masih idiopatik, namun diketahui ada peningkatan aktivitas kel. Mukus
dan deskuamasi sel epitelbersilia. Terjadi infiltrasi leukosit PMN ke dinding dan lumen
saluran respirasi sehingga sputum purulen(belum tentu infeksi bakteri, karena infiltrasi
leukosit merupakan reaksi nonspesifik).
Pemeriksaan Fisik, pada auskultasi dada ronkhi (ada sputum), suara nafas berat dan
kasar, wheezing (obstruksi), atau kombinasi. Pemeriksaan umum, gejala hilang dalam 10-14
hari, bila menetap 2-3 minggu, dicurigai kronis + infeksi bakteri sekunder.
Tatalaksananya non farmakologis = sebagian besar suportif, istirahat yang cukup,
kelembaban udara cukup, masukan cairan adekuat. Fisioterapi dada.
Tatalaksana farmakologis = obat asetaminofen untuk demam, + antibiotik bila ada infeksi
bakteri lanjut. Bila wheezing, diberi bronkodilator agonis beta2 setelah evaluasi bronkus.
2. Bronkitis Akut Bakteri
Jumlah kejadian lebih jarang dari bronkitis akut virus, berupa infeksi sekunder seperti
pseudomonas aeroginosa, stafilokokus aureus, streptokokus pneumoniae, haemofilus
influenzae, mycoplasma pneumoniae, dan chlamidya sp (trakeobronkitis akut pada bayi)
setelah terjadi kerusakan mukosa oleh virus sebelumnya.
Dapat terjadi pada anak usia 5 tahun hingga remaja. Gejala khas dapat batuk kuat
berturut-turut dalam 1 ekspirasi + usaha keras inspirasi = whoop. Batuk menghasilkan mukus
kental dan lengket. Ada postussive emesis (muntah pasca batuk) pada stadium paroxismal.
Pada pemeriksaan laboratorium patologi ada infiltrasi mukosa oleh limfosit dan
PMN.dilakukan kultur dan sekresi sputum.
Tatalaksananya pada infeksi chlamidya sp dapat diberikan eritromisin. Pada infeksi
anak diatas 9 tahun diberikan tetrasiklin. Pda pertusis terapi suportif, eritromisin (dalam
waktu 3-4 hari, membunuh pertusis di nasofaring), terapi dapat diberikan selama 14 hari
hingga menghentikan penyakit.
Prognosis
Prognosis bergantung tatalaksana yang tepat dan mengatasi penyakit pendasar.
Komplikasi yang terjadi sesuai penyakit yang mendasarinya.
Bronkiektasis
Definisi
Arti kata nya adalah bronki (bronkus) dan ektasis (melebar). Bronkiektasis adalah penyakit
yang ditandai dengan dilatasi dan distorsi bronkus total yg patologis dan kronik, persisten,
dan ireversibel.
Gambaran Umum
Bronkiektasi dapat terjadi pada bronkus ukuran kecil (sering) maupun besar (jarang) dimana
terdapat perubahan dinding bronkus seperti destruksi elemen-elemen elastis, destruksi otot
polos bronkus, tulang rawan, pembuluh darah, dan destruksi otot polos bronkus.
Epidemiologi
di negeri barat terjadi 1,3 % kasus dari populasi
di indonesia, belum ada laporan mengenai kasus
jumlah L = P
diderita mulai sejak anak (didapat) atau kongenital
Etiologi
Kongenital (bawaan)
o ciri
menenai hampir seluruh cabang bronkus
dapat terjadi kolateral/ bilateral
Dapat disertai :
fibrosis kistik
synd kartagener
hipo/hiper aamaglobulinemia
bronkiektasis anak kembar
PJB
kifoskoliosis kongenital
Acquired (didapat)
o infeksi
pasca pneumonia persisten kronik (pada komplikasi pertusis,
infeksiluenza, TB, dll)
o obstruksi
korpus alienum
karsinoma bronkus
obstruksi krn faktor intrinsik/ idiopatik
Gambaran Patologi Anatomis
Letak
o Terjadi di Bronkus 1 segmen/lokal dan difus (menyebar)
o sering pada lobus tengah paru kanan
o bagian lingula paru kiri atas
o segmen basal lobus bawah kedua paru
Jenis bronkus
o bronkus sedang (umum)
o bronkus besar (jarang)
Dinding bronkus
o infeksilamasi yg destruktif dan reversibel
o meningkatnya proses infeksilamasi + fibrosis
o otot polos, Pembuluh Darah, tulang rawan, jaringan elastik rusak
Mukosa
o silia epitel menghilang
o metaplasia skuamosa
o sebukan hebat sel infeksilamasi
o bila eksaserbasi infeksi akut
terkelupas
ulserasi
eksudasi
Jaringan paru peribronkial
o pneumonia
o fibrosis paru
o pleuritis
o fibrosis kistik eksudat
o aneurisma rasmusen (arteri bronkialis melebar)
o membentuk anastomosis dengan Pembuluh Darah pulmonal
Anatomis (tdk mmpengaruhi etiologi, gejala klinis, dan tatalaksana dpt terjadi pd 1
pasien)
o bentuk tabung
pada bronkiektasis ringan
sering disertai bronkitis kronik
o bentuk kantong
jenis bronkiektasis klasik
ada dilatasi dan penyempitan bronkus
ireguler
kadang berbentuk kista
o varicose bronkiektasis
antara tabung dan kantong
menyerupai varises vena
Pseudobronkiektasis
o bukan bronkiektasis yang sebenarnya
o sifatnya sementara
o bentuk silindris tanpa ada kerusakan dinding bronkus
o komplikasi dari pneumonia
Patogenesis
kongenital = masih idiopatik, diperkirakan akibat gangguan faktor pertumbuhan dan
perkembangan fetus
acquired
o obstruksi = karena TB, karsinoma, korpus alienum > infeksi > destruksi
bronkus > bronkiektasis. Diketahui juga bahwa dari bahan kimia korosif >
aspirasi berulang cairan lambung ke paru
o infeksi = bakteri = infeksi > mengenai bronkus/ paru > destruksi dd bronkus
daerah infeksi > bronkiektasis
Berdasarkan jenis Infeksinya :
1) primer = infeksi bakteri di bronkus / jar paru
2) sekunder = bila sputum pasien bronkektasis mukoid dan jernih, berarti
blm infeksi sekunder. sputum bau busuk, maka infeksi sekunder kuman
anaerob
Berdasarkan jenis kumannya :
1) kuman aerob = streptokokus pneumoniae, haemofilus infuenzae,
klebsiella ozanea, dll
2) kuma anaerob = fusifornis fusiformis, treponema vincenti, anaerobic
streptococci, dll
o penyakit tertentu
o f . intrinsik
Manifestasi Klinis
o CIRI KHAS = batuk kronik produktif, hemoptisis, pneumonia rekuren
o Batuk
o Produktif (ada sputum)
o Sifatnya kronik
o jumlah sputum variatif
pagi lebih banyak, setelah ganti posisi/ bangun tidur
infeksi primer - bentuk mukoid
infeksi sekunder - bentuk purulen
infeksi sekunder anaerob – bau sangat busuk
o bau mulut/ fetor ex fore
o pada kasus
ringan
tanpa batuk/ batuk dengan infeksi sekunder
berat
sputum banyak, purulen, saat di kumpulkan terlihat 3 lapisan :
o bagian atas agak keruh (mukus)
o bagian tengah jernih (saliva)
o bagian bawah keruh (nanah dan jaringan
nekrosis/debris)
o hemoptisis/ hemoptoe
o akibat nekrosis mukosa yg kena PD sehingga menyebabkan prdarahan
o mulai dari ringan , dapat menjadi masif masif
o dispneu
o umum pada bronkiektasis
o timbul dan berat tergantung luas bronkitis kronik
o kadang ada wheezing karena obstruksi nafas
o wheezing dapat lokal/ menyebar
o demam rekuren
o gangguan kronik > infeksi rekuren > demam rekuren
Diagnosis Banding
o fistula bronkopleural
o bronkitis kronik
o abses paru
o peny paru penyebab hemoptisis
o TB paru
Komplikasi
o amiloidosis
o gagal nafas
o kor pulmonal kronik
o sinusitis
o hemoptisis
o abses paru
o efusi pleura
o pleuritis
o pneumonia
o bronkitis kronik
Tatalaksana
konservatif
o pengelolaan umum
buat ruangan hangat, udara kering
cegah rokok
cegah debu, asap, dll
o drainase postural
o mencairkan sputum kental
o atur posisi tempat tidur
o kontrol infeksi saluran nafas
khusus
o kemoterapi
kontinyu untuk kontrol ISPA
Pengobatan eksaserbasi akut
dengan obat Antibiotik (dari hasil uji sensitivitas Antibiotik) =
diberikan 7-10 hari, dapat dosis tunggal atau kombinasi
o drainase sekret dengan bronkoskop
untuk menentukan asal sekret
identifikasi lokasi obstruksi
menghilangkan obstruksi
o obat simptomatis
Pengobatan obstruksi bronkus = bila VEP1 < 70, obatnya
bronkodilator
Pengobatan hipoxia = terapi oxigen
Pengobatan hemoptisis = obat hemostatik, jika gagal , tindakan
operatif + hentikan perdarahan +transfusi darah
Pengobatan demam = antibiotik + antipiretik
Pembedahan
1. Tujuan = reseksi segmen/lobus yang terkena
2. Indikasi = pasien terbatas dan resektabel, pasien yang sering mengalami infeksi
rekuren/ hemoptisis di daerah bronkiektasis tersebut
3. Kontraindikasi = pasien disertai PPOK, pasien bronkiektasis berat, dengan komplikasi
kor pulmonal kronik dekompensata
4. Syarat = kelainan harus terbatas/resektabel, kelainan ireversibel, bagian yang lain
masih baik
5. Cara
Operasi selektif = pasien memenuhi indikasi, gagal dalam pengobatan
konservatif, umumnya berhasil bila syarat dan persiapan baik
Operasi paliatif = pada keadaan gawat darurat, misal hemoptosis masif,
memenuhi indikasi, hasil sesuai persiapan operasi
6. Persiapan operasi
Pemeriksaan faal paru = spirometri, analisis gas darah, bronkospirometri
Scanning dan USG
Meneliti kontraindikasi pasien
Perbaiki keadaan umum pasien
Pencegahan
Bronkiektasis dapat dicegah pada keadaan didapat, tidak bisa dicegah pada kelainan
kongenital. Beberapa usaha pencegahannya yaitu dengan pengobatan antibiotik/ cara lain
untuk mencegah pneumonia pada anak, tindakan vaksinasi terhadap pertusis, influenza,
pneumonia, pada anak sebagai tindakan preventif.
Prognosis
Bergantung pada ringan dan beratnya serta luasnya penyakit saat pasien pertama berobat.
Pengobatan konservatif dapat memperbaiki prognosis. Pada kasus berat, prognoisnya jelek,
survival antara 5-15 tahun. Kematian karena pneumonia, empiema, Gagal jantung kanan,
hemoptisis, dll.
A. EMPISEMA
Definisi
Keadaan paru abnormal, yaitu adanya pelebaran rongga udara oada asinus yang
sifatnya permanen
Epidemiologi
Prevalensi empisema yaitu 18 kasus per 1000 orang
Laki-laki > perempuan
Tipe paling parah terjadi pada mereka yang banyak merokok
Etiologi
Asap rokok
ATT syndrome ketidakseimbangan protease-antiprotease
Defisiensi imun syndrome
Gangguan jaringan pengikat (Marfan sindrom)
Klasifikasi
Emfisema Sentriasinar (sentrilobular), keterlibatan lobulus: bagian sentral atau
paroksimal asinus, yang dibentuk oleh broniolus respiratorik terkena, sementara alveolus
distal tidak terkena.
Emfisema panasinar (panlobular), asinus secara merata membesar dari tingkat bronkiolus
respiratorik hingga alveolus buntu di terminal
Emfisema Asinar Distal (paraseptal), bagian paroksimal asinus normal, tetapi bagian
distal umumnya terkena
Gejala Klinis
Sesak napas saat melakukan kegiatan
Batuk kering
Mengi
Pemeriksaan Fisik
Inflasi toraks (barel chest)
Respirasi rate meningkat
Takipnea
Penggunaan otot bantu pernapasan dan pelebaran interkostal
Wheezing
Perkusi hipersonor
Pemanjangan ekspirasi
Pemeriksaan penunjang
Radiologi : hiperinflasi
Analisis gas darah : hipoksemia tanpa hiperkapnea
Diagnosis banding
Bronkiektasis
Bronchitis kronik
Bronchitis
Tatalaksana
Berhenti merokok
Terapi oksigen
Bronkodilator (short acting dan long acting)
Phospodiesterase inhibitor
Anti-inflamasi
B. BRONKITIS KRONIK
Definisi
Adanya sekresi mucus yang berlebihan pada saluran pernapasan secara terus-menerus
dengan disertai batuk. Pengertian terus-menerus (kronik) adalah terjadi sepanjang hari
selama tidak kurang dari tiga bulan dalam setahun dan telah berlangsung selama dua
tahun berturut-turut.
Epidemiologi
Sering terjadi pada pasien umur > 50 tahun
Prevalensinya adalah 34 kasus per 1000 orang
20-25 % laki-laki berusia antara 40 hingga 65 tahun
Etiologi
Asap rokok
Polusi udara
Bakteri dan Virus
Gejala Klinis
Batuk terus-menerus disertai dahak yang banyak
Batuk terjadi banyak pada pagi hari
Demam
Sakit tenggorokan
Sakit kepala
Flu
Pemeriksaan Fisik
Clubbing fingers
Sianosis
Whezzing
Pelebaran interkostal
Penggunaan otot pernapasan tambahan
Tatalaksana
Berhenti merokok
Terapi oksigen
Bronkodilator (short acting dan long acting)
Phospodiesterase inhibitor
Anti-inflamasi
Patogenesis dan Patofisiologis PPOK
Rokok, polusi udara, stress oksidatif
Membentuk spesies O2 reaktif
Memicu hipersekresi kel mukosa bronkus
Lama lama sel goblet dan kel mukus mengalami hipertrofi dan hiperplasia
Gangguan aktivitas silia dan fagosistosis
Nikotin menyebabkan efek kemotraktan
Infiltasi neutrofil dalam alveolus
Meningkatkan protease
Merusak serabut elastik dan retikular paru
Alveolus menggembung dan jar intraalveolus makain menipis
Inaktivasi alfa 2 protease
GenetikMenyebabkan timbunan fokus
Menyumbat saluran napas
Obstruksi lumen
Resistensi meningkat
Menghambat udara keluar
Tekanan Intratorakal Tinggi
Udara dipaksa keluar dari sal yang sempit
Udara terperangkap dlm alveolus
Melebarkan duktus alveolus
Sekat intraalveolar terdestruksi
Penggabungan beberapa alveolus
Perfusi menurun
Kompensasi
Bronkitis
Udara terperangkap dlm alveolus Kompensasi
Virus Bakteri Bahan Kimia
ISPAPolutan dan asap rokok
Inflamasi
Mediator Kimia
IL-1
Demam
Protease neutrofil
Peningkatan sekresi mukus
Batuk Hambatan Saluran napas
Sesak napas RR tinggi
Infeksi menyebar ke sal
napas
Bronkitis
Dinding bronkus meradang dan menebal
Penyempitan sal napas
Sesak napas
Menetap 2-3 mggu
Curiga kronis
Merusak pertahanan mukosiliar
Infeksi sekunder
Cedera mukosa bronkus
Rx inflamasi
Batuk dengan sputum hijau
Demam
EGF tinggi
Transkripsi gen musin
Hipertrofi dan hyperplasia mukosa bronkus
Peningkatan jumlah dan ukuran sel goblet
Hipersekresi mukus
Sekret kental di dinding sal napas
Obstruksi sal napas
Ekspirasi tidak maksimal
VEP rendah
Air trapping
Menghambat masukan oksigen ke alveolus
Sesak napas
Distensi Alveolus
Emfisema Bulla
Difusi oksigen dan karbon dioksida
Pco2 rendah Retensi co2
Asidosis
Bronkiektasis
Kongenital
Faktor Genetik Faktor Pertumbuhan
Perkembangan Fetus
DIdapat
Infeksi Bakterial(bronkus
pneumonial
Destruksi
Pada bagian distal obstruksi biasya menyebabkan
infeksi
Proses Inflamasi Iritasi bronkus
BatukDestruksi dinding alveolus
Dinding bronkus melemah
Bronkiektasis Dilatasi
Bahan-bahan purulen menyebabkan mucus
terkumpul di daerah yg melebar
Terjadi proses fibrosis
Terjadi obstruksi
Mengenai pembuluh darah
Pecah
Hemoptisis