Patogenesis Mola Hidatidosa

4
PATOGENESIS MOLA HIDATIDOSA Mola Hidatidosa adalah neoplasma jinak dari sel trofoblast.Pada mola hidatidosa kehamilan tidak berkembang menjadi janin yang sempurna, melainkan berkembang menjadi keadaan patologik. Beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis dari penyakit trofoblast yaitu (Prince S.A. etc., 2006) : 1. Teori missed abortion Mudigah mati pada kehamilan 3 – 5 minggu karena itu terjadi gangguan peredarah darah sehingga terjadi penimbunan cairan masenkim dari villi dan akhirnya terbentuklah gelembung- gelembung. 2. Teori neoplasma dari Park Sel-sel trofoblast adalah abnormal dan memiliki fungsi yang abnormal dimana terjadi reabsorbsi cairan yang berlebihan ke dalam villi sehigga timbul gelembung. 3. Studi dari Hertig Studi dari Hertig lebih menegaskan lagi bahwa mola hidatidosa semata-mata akibat akumulasi cairan yang menyertai degenerasi awal atau tiak adanya embrio komplit pada minggu ke tiga dan ke lima. Adanya sirkulasi maternal yang terus menerus dan tidak adanya fetus menyebabkan trofoblast berproliferasi dan melakukan fungsinya selama pembentukan cairan. Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi (Cunningham F.G. etc, 2006) : 1. Mola Hidatidosa Komplet (Klasik), jika tidak ditemukan janin.

Transcript of Patogenesis Mola Hidatidosa

Page 1: Patogenesis Mola Hidatidosa

PATOGENESIS MOLA HIDATIDOSA

Mola Hidatidosa adalah neoplasma jinak dari sel trofoblast.Pada mola hidatidosa kehamilan

tidak berkembang menjadi janin yang sempurna, melainkan berkembang menjadi keadaan

patologik. Beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis dari penyakit trofoblast

yaitu (Prince S.A. etc., 2006) :

1. Teori missed abortion

Mudigah mati pada kehamilan 3 – 5 minggu karena itu terjadi gangguan peredarah darah

sehingga terjadi penimbunan cairan masenkim dari villi dan akhirnya terbentuklah

gelembung-gelembung.

2. Teori neoplasma dari Park

Sel-sel trofoblast adalah abnormal dan memiliki fungsi yang abnormal dimana terjadi

reabsorbsi cairan yang berlebihan ke dalam villi sehigga timbul gelembung.

3. Studi dari Hertig

Studi dari Hertig lebih menegaskan lagi bahwa mola hidatidosa semata-mata akibat

akumulasi cairan yang menyertai degenerasi awal atau tiak adanya embrio komplit pada

minggu ke tiga dan ke lima. Adanya sirkulasi maternal yang terus menerus dan tidak adanya

fetus menyebabkan trofoblast berproliferasi dan melakukan fungsinya selama pembentukan

cairan.

Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi (Cunningham F.G. etc, 2006) :

1. Mola Hidatidosa Komplet (Klasik), jika tidak ditemukan janin.

Villi korionik berubah menjadi suatu massa vesikel – vesikel jernih. Ukuran vesikel

bervariasi dari yang sulit dilihat, berdiameter sampai beberapa sentimeter dan sering

berkelompok – kelompok menggantung pada tangkai kecil. Mola hidatidosa komplet tidak

berisi jaringan fetus. 90 % biasanya terdiri dari kariotipe 46,XX dan 10% 46,XY. Semua

kromosom berasal dari paternal. Ovum yang tidak bernukleus mengalami fertilisasi oleh

sperma haploid yang kemudian berduplikasi sendiri, atau satu telur dibuahi oleh 2 sperma.

Pada mola yang komplet, vili khoriales memiliki ciri seperti buah anggur, dan terdapat

tropoblastik hyperplasia. Mola hidatidosa komplet berasal dari genom paternal (genotipe

46xx sering, 46 xy jarang, tapi 46xx nya berasal dari reduplikasi haploid sperma dan tanpa

kromosom dari ovum). Temuan Histologik ditandai oleh:

Page 2: Patogenesis Mola Hidatidosa

a. Degenerasi hidrofobik dan pembengkakan Stroma Vilus

b. Tidak adanya pembuluh darah di vilus yang membengkak

c. Proliferasi epitel tropoblas dengan derajat bervariasi

d. Tidak adanya janin dan amnion.

2. Mola Hidatidosa Inkomplet (Parsial )

Apabila perubahan hidatidosa bersifat fokal dan kurang berkembang, dan mungkin

tampak sebagai jaringan janin. Terjadi perkembangan hidatidosa yang berlangsung lambat

pada sebagian villi yang biasanya avaskular, sementara villi – villi berpembuluh lainnya

dengan sirkulasi janin plasenta yang masih berfungsi tidak terkena. Mola parsial mempunyai

69 kromosom terdiri dari kromosom 2 haploid paternal dan 1 haploid maternal (triploid,

69xxx atau 69xxy dari 1 haploid ovum dan lainnya reduplikasi haploid paternal dari satu

sperma atau fertilisasi dispermia). Mola hidatidosa parsial / inkomplet memiliki ciri yaitu

terdapat jaringan plasenta yang sehat dan fetus .Gambaran edema villi hanya fokal dan

proliferasi trofoblas hanya ringan dan terbatas pada lapisan sinsitiotrofoblas.Perkembangan

janin terhambat akibat kelainan kromosom dan umumnya, mati pada trimester pertama.

Eritrosit fetus dan pembuluh darah di vili khorialis sering didapatkan. Vili khorialis terdiri

dari berbagai ukuran dan bentuk dengan stroma tropoblastik yang menonjol dan berkelok-

kelok.

Sebagian dari villi berubah menjadi gelembung-gelembung berisi cairan jernih.Biasanya

tidak ada janin, hanya pada mola partialis kadang-kadang ada janin.Gelembung itu sebesar bulir

kacang hijau sampai sebesar buah anggur .Gelembung ini dapat mengisi seluruh cavum uteri. Di

bawah mikroskop nampak degenerasi hidropik dari stroma jonjot, tidak adanya pembuluh darah

dan proliferasi trofoblast.Pada pemeriksaan kromosom didapatkan poliploidi dan hampir pada

semua karus mola susunan sex kromatin adalah wanita. Pada mola hidatidosa, ovaria dapat

mengandung kista lutein kadang-kadang hanya pada satu ovarium kadang-kadang pada

keduanya. Kista ini berdinding tipis dan berisikan cairan kekuning-kuningan dan dapat mencapai

ukuran sebesar tinju atau kepala bayi. Kista lutein terjadi karena perangsangan ovarium oleh

kadar gonadotropin chorion yang tinggi. Kista ini hilang sendiri setelah mola dilahirkan. B-hCG

meningkat - aktifitas ovarium meningkat (ovarium kistik) - estrogen tinggi menimbulkan efek

hipertiroidisme dari aktifitas B-hCG yang tinggi (Cunningham F.G. etc, 2006).

Page 3: Patogenesis Mola Hidatidosa

Daftar Pustaka

- Cuninngham. FG., Gant NF., Leveno KJ., Gilstrap LC., Hauth JC., Wenstrom KD. 2006.

Mola Hidatidosa Penyakit Trofoblastik Gestasional pada Obstetri Williams. Jakarta :

Penerbit Buku Kedokteran. EGC

- Price SA., Wilson LM. 2006. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses Proses Penyakit Edisi 6

Volume 1 dan 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.