Patofisiologi Meningitis

7
Faktor-faktor predisposisi mencakup: infeksi jalan napas bagian atas, otitis media, mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf baru, truma kepala, dan pengaruh imunologis Invasi kuman ke jaringan serebral via saluran vena nasofaring posterior, telinga bagian tengah, dan saluran mastoid Reaksi peradangan jaringan serebral Gangguan metabolisme serebral Eksudat meningen Hipoperfu si Trombus didaerah korteks dan aliran darah serebral Kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi, kerusakan endotel, dan nekrosis pembuluh darah Infeksi/septikemia jaringan otak Iritasi meningen Perubahan fisiologis intrakranial Sakit kepala dan demam 3. Hipertermi 4. Nyeri Patofisiologi meningitis 1

Transcript of Patofisiologi Meningitis

Faktor-faktor predisposisi mencakup: infeksi jalan napas bagian atas, otitis media, mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf baru, truma kepala, dan pengaruh imunologisInvasi kuman ke jaringan serebral via saluran vena nasofaring posterior, telinga bagian tengah, dan saluran mastoidReaksi peradangan jaringan serebralGangguan metabolisme serebralEksudat meningenHipoperfusiTrombus didaerah korteks dan aliran darah serebralKerusakan adrenal, kolaps sirkulasi, kerusakan endotel, dan nekrosis pembuluh darahInfeksi/septikemia jaringan otakIritasi meningenPerubahan fisiologis intrakranialSakit kepala dan demam3. Hipertermi4. NyeriPatofisiologi meningitis

Pada anak memberi dampakEfek hospitalisasiFamily centerPerubahan tumbuh kembang9. Risiko berlebihnya volume cairan10. Gangguan ADLPe permeabilitas kapiler dan retensi cairanKelemahan fisikPerubahan perfusi jaringan otakRisiko gangguan perfusi periferBradikardia4. ketidakefektifan pola pernapasan5. ketidakefektifan bersihan jalan napas6. Risiko defisit cairanPerubahan sistem pernapasan: Cheyne-stokesMual dan muntahPerubahan gastrointestinalProsedur invasif, lumbal pungsiPerubahan tingkat kesadaran, perubahan perilaku Disorientasi fotofobia pe sekresi ADH11. Takut12. KecemasankematiankomaAdhesiKelumpuhan saraf8. Risiko injurikejangRegiditas Nukal, tanda kerning (+), tanda brudzinskiPenekanan area fokal kortikalPeningkatan permeabilitas darah otakEdema serebral dan peningkatan TIK

Pengkajian psiko-sosio-spiritualPengkajian psikologis klien meningitis meliputi beberapa dimensi yang memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai status emosi, kognitif, dan perilaku klien. Sebagian besar pengkajian ini dapat diselesaikan melalui interaksi menyeluruh dengan klien dalam pelaksanaan pengkajian lain dengan memberikan pertanyaan dan tetap melakukan pengawasan sepanjang waktu untuk menentukan kelayakan ekspresi emosi dan pikiran. Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien juga penting untuk menilai respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peranklien dalam keluarga dan masyarakat serta respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga maupun masyarakat. Apakah ada dampak yang timbul pada klien, yaitu timbul seperti ketakutan akan kecacatan, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktifitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra tubuh). Pengkajian mengenai mekanisme koping yang secara sadar biasa digunakan klien selama masa stres meliputi kemampuan klien untuk mendiskusikan masalah kesehatan saat ini yang telah diketahui dan perubahan perilaku akibat sters.Karen akle harus menjalani rawat inap maka apakah keadaan ini memberi dampak pada status ekonomi klien,karena biaya perawatan dan pengobatan memerlukan dana yang tidak sedikit. Perawat juga memasukkan pengkajian terhadap fungsi neurologis dengan dampak gangguan neurologis yang akan terjadi pada gaya hidup individu. Perspektif keperawatan dalam mengkaji terdiri atas dua masalah, yaitu keterbatasan yang diakibatkan oleh defisit neurologis didalam sistem dukungan individu.Pada pengkajian klien anak, perlu diperhatikan dampak hospitalisasi pada anak dan family center. Anak dengan meningitis sangat rentan terhadap tindakan invasif yang sering dilakukan untuk mengurangi keluhan, hal ini stres anak dan menyebabkan anak stres dan kurang kooperatif terhadap tindakan keperawatan dan medis. Pengkajian psikososial yang terbaik dilaksanakan saat mengobservasi anak-anak bermain atau selama berinteraksi dangan orangtua. Anak-anak seringkali tidak mampu untuk mengekspresikan perasaan mereka dan cenderung untuk memperlihatkan masalah mereka melalui tingkah laku.Pemeriksaan fisikSetelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan klien, pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data dari pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan secara per sistem (B1-B6) dengan fokus pada pemeriksaan B3 (Brain) yang terarah dan dihubungkan dengan keluhan-keluhan dari klien.Pemeriksaan fisik dimulai dengan memeriksa tanda-tanda vital (TTV). Pada klien meningitis biasanya didapatkan peningkatan suhu tubuh lebih dari normal, yaitu 38-410C, dimulai dari fase sistemik, kemerahan, panas, kulit kering, berkeringat. Keadaan ini biasanya dihubungkan dengan proses inflamasi dan iritasi meningen yang sudah mengganggu pusat pengatur suhu tubuh. Penuunan denyut nadi terjadi berhubungan dengan tanda-tanda peningkatan TIK. Apabila disertai peningkatan frekuensi pernapasan sering berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme umum dan adnya infeksi pada sistem pernapasan sebelum mengalami meningitis. Tekanan darah biasanya normal atau meningkat karena tnda-tandaa peningkatan TIK.B1 (Breathing)Inspeksi apakah klien batuk, produksi sputum, sesak napas, penggunaan otot bantu napas, dan peningkatan frekuensi pernapasan yang sering didapatkan pada klien meningitis yang disertai adanya gangguan pada sistem pernapasan. Palpasi thoraks hanya dilakukan apabila terdapat deformitas pada tulang dada pada klien dengan efusi pleura masif (jarang terjadi pada klien dengan meningitis). Auskultasi bunyi napas tambahan seperti ronkhi pada klien dengan meningitis tuberkulosa dengan penyebaran primer dari paru.B2 (Blood)Pengkajian pada sistem kardiovaskuler terutama dilakukan pada klien meningitis pada tahap lanjut seperti apabila klien sudah mengalami syok. Infeksi fulminating terjadi pada sekitar 10% klien dengan meningitis meningokokus, dengan tanda-tanda septikemia: demam tinggi yang tiba-tiba muncul, lesi purpura yang menyebar ( sekitar wajah dan eksremitas), syok, dan tanda-tanda koagulasi intravaskuler diseminata (disseminated intravascular coagulation-DIC). Kematian mungkin terjadi dalam beberapa jam setelah serangan infeksi. B3 (Brain)Pengkajian B3 (Brain)5