Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pelaksanaan Pemilu Kada(1)
-
Upload
tr-festyano -
Category
Documents
-
view
310 -
download
2
description
Transcript of Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pelaksanaan Pemilu Kada(1)
![Page 1: Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pelaksanaan Pemilu Kada(1)](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082410/557213fb497959fc0b937a76/html5/thumbnails/1.jpg)
1
PARTISIPASI POLITIK MASYARAKATDALAM PELAKSANAAN PEMILU KADA
PUTARAN KEDUA DI KECAMATAN HARAUKABUPATEN LIMA PULUH KOTA
TAHUN 2010
(FAIZIL AZIZ-0921202060)
PENDAHULUAN
Pemilihan Kepala Daerah atau
yang sekarang lebih dikenal dengan
Pemilu Kada secara langsung
merupakan sebuah kebijakan yang
diambil oleh pemerintah dan menjadi
momentum politik besar yang sangat
diharapkan oleh seluruh masyarakat
Indonesia sebagai pilihan tepat untuk
menuju demokratisasi. Ini seiring juga
dengan salah satu tujuan reformasi,
yaitu untuk mewujudkan Indonesia
yang lebih demokratis yang hanya bisa
dicapai dengan mengembalikan
kedaulatan ke tangan rakyat.
Apabila kembali melihat sejarah,
format Pemilu Kada pada masa
berlakunya UU No. 5 Tahun 1974 dan
UU No.22 Tahun 1999 malah
dianggap sebagai hambatan dalam
proses demokratisasi Pemerintah
Daerah. Pada era sentralisasi (masa
berlakunya UU No. 5 Tahun 1974),
setiap pelaksanaan Pemilu Kada,
Pemerintah Pusat secara dominan
menentukan siapa yang harus terpilih
dan DPRD hanya melegitimasi calon
yang sudah ditentukan. Jika DPRD
mengambil keputusan yang berbeda
dengan arahan Pemerintah Pusat maka
akan diabaikan oleh Pemerintah Pusat
karena Pemerintah Pusat tidak terikat
dengan hasil pemilihan DPRD.
Konsekuensinya, Kepala Daerah setiap
tahun memberi pertanggungjawaban
kepada Presiden dan Menteri Dalam
Negeri, sedangkan kepada DPRD,
Kepala Daerah sifatnya hanya
memberikan laporan saja. Hal ini
berakibat seorang Kepala Daerah
merasa memiliki tanggung jawab yang
lebih besar kepada Pemerintah Pusat
daripada kepada daerahnya sendiri.
Perubahan format pemerintahan
daerah setelah berlakunya UU No. 22
Tahun 1999 telah mengakhiri
pengaruh Pemerintah Pusat yang
dominan, tetapi justru menimbulkan
persoalan baru, seperti terjadinya
money politic (politik uang) dan
konflik antar pendukung masing
masing calon. Bahkan pemilihan tidak
langsung ini menimbulkan kontroversi,
karena seringkali calon-calon yang
![Page 2: Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pelaksanaan Pemilu Kada(1)](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082410/557213fb497959fc0b937a76/html5/thumbnails/2.jpg)
2
terpilih tidak memiliki kemampuan
dan kapabilitas untuk menjadi
pemimpin daerah.
Berbagai persoalan sekitar
pemilihan Kepala Daerah tersebut
mendorong perlu adanya perubahan
format Pemilu Kada, karena fakta
sekitar Pemilu Kada sebelum dan
setelah UU No. 22 Tahun 1999, adalah
kecenderungan proses pemilihan yang
dinilai mematikan proses
demokratisasi. Pada pemerintah yang
sentralistik di bawah UU. No. 5 Tahun
1974, hasil pemilihan secara sepihak
oleh Pemerintah Pusat telah
menjadikan Pemilu Kada sekedar
sandiwara belaka. UU. No. 22 Tahun
1999, telah memberi keleluasaan pada
daerah atau kepada DPRD dalam
memilih Kepala Daerah. Namun
proses rekrutmen ini tidak kondusif
terhadap proses politik yang
demokratis di daerah, justru semakin
buruk, terutama dengan praktek money
politic (politik uang) dalam proses
pemilihan, maupun dilihat dari kualitas
dan kapabilitas Kepala Daerah terpilih.
Bertolak dari pemikiran dan
kenyataan tersebut maka perubahan
sistem Pemilihan Kepala Daerah oleh
DPRD menjadi Pemilu Kada langsung
oleh rakyat adalah kebutuhan yang
sangat mendesak. Hal ini juga sesuai
dengan UUD 1945 Pasal 18 ayat (4)
yang menyatakan bahwa “Gubernur,
Bupati dan Walikota masing-masing
sebagai kepala pemerintahan daerah
propinsi, kabupaten dan kota dipilih
secara demokratis”.
Makna demokratis bisa
menimbulkan makna ganda, bisa
dipilih langsung oleh rakyat serta bisa
juga dipilih langsung oleh anggota
legislatif sebagai Wakil rakyat. Namun
dengan adanya revisi UU No. 22
Tahun 1999 menjadi UU No. 32
Tahun 2004 maka maksud dari dipilih
di sini yakni secara demokratis dipilih
langsung oleh rakyat. Sehingga
diharapkan terwujudnya masyarakat
yang demokratisasi sesuai dengan
tujuan reformasi di atas.
Dalam konteks demokratisasi,
masyarakat yang memiliki kesadaran
berdemokrasi adalah langkah awal
menuju demokrasi yang benar.
Pembentukan warga negara yang
demokratis dilakukan secara efektif
![Page 3: Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pelaksanaan Pemilu Kada(1)](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082410/557213fb497959fc0b937a76/html5/thumbnails/3.jpg)
3
hanya melalui pendidikan
kewarganegaraan atau civic education.
Aktualisasi dari civic education
sebenarnya terletak pada tingkat
partisipasi politik masyarakat di setiap
momentum politik seperti pemilu,
karena sekaligus menjadi media
pembelajaran serta praktik
berdemokrasi bagi rakyat yang
diharapkan dapat membentuk
kesadaran kolektif segenap unsur
bangsa tentang pentingnya memilih
pemimpin yang benar sesuai
nuraninya. Barber dalam Branson
(1999:5) menjelaskan bahwa ”civic
education adalah pendidikan nutuk
mengembangkan dan memperkuat
dalam atau tentang pemerintahan
otonom (self government)”.
Pemerintahan otonom yang
demokratis berarti bahwa warga
negara aktif terlibat dalam
pemerintahannya sendiri. Mereka tidak
hanya menerima dan memenuhi
tuntutan orang lain. Yang pada
akhirnya cita-cita demokrasi dapat
diwujudkan dengan sesungguhnya bila
setiap warga negara dapat
berpartisipasi dalam pemerintahannya.
Dalam demokrasi konstitusional, civic
education yang efektif adalah suatu
keharusan karena kemampuan untuk
berpartisipasi dalam masyarakat
demokratis, berpikir secara kritis, dan
bertindak secara sadar dalam dunia
yang plural, memerlukan empati yang
memungkinkan kita mendengar dan
oleh karenanya mengakomodasi pihak
lain, semuanya itu memerlukan
kemampuan yang memadai.
Tujuan civic education menurut
Benyamin Barber dalam Branson
(1999:6) adalah partisipasi yang
bermutu dan bertanggung jawab dalam
kehidupan politik dan masyarakat baik
di tingkat lokal, maupun nasional.
Hasilnya adalah dalam masyarakat
yang demokratis kemungkinan
mengadakan perubahan sosial akan
selalu ada, jika warga negaranya
mempunyai pengetahuan, kemampuan
dan kemauan untuk mewujudkannya.
Partisipasi warga negara dalam
masyarakat yang demokratis, harus
didasarkan pada pengetahuan, refleksi
kritis dan pemahaman serta
penerimaan akan hak-hak dan
tanggung jawab. Partisipasi semacam
![Page 4: Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pelaksanaan Pemilu Kada(1)](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082410/557213fb497959fc0b937a76/html5/thumbnails/4.jpg)
4
itu memerlukan (1) penguasaan
terhadap pengetahuan dan pemahaman
tertentu, (2) pengembangan
kemampuan intelektual dan
partisipatoris, (3) pengembangan
karakter atau sikap mental tertentu,
dan (4) komitmen yang benar terhadap
nilai dan prisip fundamental
demokrasi.
Sebagai proses dari transformasi
politik, masyarakat mengharapkan
agar Pemilu Kada dapat menghasilkan
Kepala daerah yang akuntabel,
berkualitas, legitimate, dan peka
terhadap kepentingan masyarakat,
bukan Kepala daerah yang hanya
mementingkan kepentingan pribadi
atau golongannya saja. Dengan
diberlakukannya UU No. 32 Tahun
2004 sebagai revisi dari UU No. 22
Tahun 1999, masyarakat diberikan
kesempatan oleh negara dalam
menentukan sendiri segala bentuk
kebijakan baik itu menyangkut harkat
maupun martabat rakyat di daerah.
Masyarakat di daerah telah menjadi
pelaku utama atau voter turnout
(pemilih) yang menentukan sendiri
Kepala daerah yang mereka inginkan.
Sistem Pemilu Kada secara langsung
ini dirasakan lebih menjanjikan
terciptanya demokratisasi apabila
dibandingkan dengan sistem
sebelumnya sesuai dengan UU No.5
Tahun 1974 ataupun UU No.22 Tahun
1999 karena kesempatan masyarakat
untuk memilih pemimpin di daerahnya
secara bebas tanpa adanya tekanan ,
baik berupa intimidasi ataupun
kekerasan politik dirasakan sangat
luas.
Pelaksanaan Pemilu Kada
langsung ini diselenggarakan oleh
KPUD yang kemudian
bertanggungjawab kepada DPRD.
Sebagaimana tercantum dalam UU No.
32 Tahun 2004 pasal 57 ayat 1,2 (satu,
dua) tentang Pemerintahan Daerah
yang berbunyi :
“Pemilihan kepala daerah danwakil kepala daerahdiselenggarakan oleh KomisiPemilihan Umum Daerah yangbertanggung jawab kepadaDewan Perwakilan Rakyat,dalam melaksanakan tugasnya,Komisi Pemilihan UmumDaerah, menyampaikan laporanpenyelenggaraan pemilihankepala daerah dan wakil kepaladaerah kepada DewanPerwakilan Rakyat Daerah”
![Page 5: Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pelaksanaan Pemilu Kada(1)](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082410/557213fb497959fc0b937a76/html5/thumbnails/5.jpg)
5
Dengan sistem Pemilu Kada
langsung ini diharapkan masyarakat
dapat lebih aktif dalam berpartisipasi
politik, khususnya dalam memberikan
suara dalam Pemilu Kada 2010 ini,
sehingga suksesnya pelaksanaan
Pemilu Kada 2010 ini akan
memberikan efek positif bagi
terlaksananya pemerintahan yang lebih
baik ke depannya.
BAHAN DAN METODE
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian yang peneliti lakukan
ini berupaya mendeskripsikan dan
menganalisis mengenai partisipasi
politik masyarakat dalam pelaksanaan
Pemilu Kada putaran kedua di
Kecamatan Harau tahun 2010. Sesuai
dengan tujuan yang dicapai, maka
dalam penelitian ini menggunakan
metode penelitian deskriptif kualitatif
(descriptive kualitative research).
Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini berdasarkan pendapat
ahli di atas adalah Grounded theory.
Dalam penelitian ini data-data yang
dibutuhkan peneliti diambil dari
informasi orang ataupun pihak yang
berhubungan langsung dalam
pelaksanaan Pemilu Kada putaran
kedua tahun 2010, yaitu masyarakat
umum selaku pemilih, Pemerintah
Daerah, KPUD Lima Puluh Kota, Elit
Politik dan Pemuka masyarakat di
Kecamatan Harau, dan terakhir
berdasarkan dokumen-dokumen
berupa data tertulis yang didapat dari
KPUD Lima Puluh Kota sebagai
institusi pelaksana Pemilu Kada yang
mana pada akhirnya data-data tersebut
dikumpulkan, dianalisis sesuai dengan
tahapan di atas untuk kemudian
disimpulkan berupa sebuah teori.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah
Kecamatan Harau Kabupaten Lima
Puluh Kota. Alasan pemilihan lokasi
penelitian di dasarkan sekaitan dengan
tema penelitian yaitu partisipasi politik
dalam Pemilu Kada, Kecamatan Harau
merupakan kecamatan dengan
penurunan tingkat partisipasi
masyarakat tertinggi di antara 13
kecamatan di Kabupaten Lima Puluh
Kota dan memudahkan dalam
pengumpulan data serta tersedianya
![Page 6: Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pelaksanaan Pemilu Kada(1)](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082410/557213fb497959fc0b937a76/html5/thumbnails/6.jpg)
6
fasilitas dan kemudahan dalam
transportasi.
3. Jenis dan Sumber Data
Penelitian yang baik adalah
penelitian yang di dukung dengan data
yang akurat sehingga dalam
perumusan masalah dan penarikan
kesimpulan memiliki suatu keterkaitan
yang dapat dijelaskan secara ilmiah.
Dalam penelitian dan penulisan Tesis
ini penulis mempergunakan jenis dan
sumber data sebagai berikut:
a. Data Umum (Sekunder)
Data sekunder adalah data yang
diperoleh tidak secara langsung dari
sumbernya, melalui dokumen-
dokumen atau catatan tertulis. Data
yang tertulis yang bersumber pada
dokumen, sehingga disebut data
dokumenter, yaitu data atau gambaran
tentang lokasi penelitian, yang
meliputi : keadaan geografis,
demografi, ekonomi dan sosial budaya
baik yang berupa data stastis maupun
yang bersifat dinamis.
b. Data Khusus (Primer)
Data primer adalah data yang
secara langsung diperoleh dari
sumbernya, melalui FGD dan
wawancara dengan sumber informasi
terpilih.
4. Rumusan Masalah
1. Bagaimana bentuk partisipasi
politik masyarakat dalam
pelaksanaan Pemilu Kada
putaran kedua di Kecamatan
Harau Kabupaten Lima Puluh
Kota tahun 2010?
2. Apakah penyebab menurunnya
partisipasi politik masyarakat
dalam pelaksanaan Pemilu Kada
putaran kedua di Kecamatan
Harau Kabupaten Lima Puluh
Kota tahun 2010 dan apa faktor
yang mempengaruhinya?
HASIL DAN PEMBAHASAN
Demokrasi menurut asal katanya
berarti “rakyat berkuasa”. Makna
rakyat berkuasa di sini yaitu rakyat
yang menentukan sendiri segala
bentuk kebijakan baik itu menyangkut
harkat maupun martabat rakyat di
daerah. Setiap kebijakan yang akan
diambil oleh pemerintah harus didasari
oleh keinginan rakyat atau seperti
istilah yang sering kita dengar
![Page 7: Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pelaksanaan Pemilu Kada(1)](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082410/557213fb497959fc0b937a76/html5/thumbnails/7.jpg)
7
“pemerintahan dari, oleh dan untuk
rakyat”.
Dalam demokrasi menurut
Wilhem Henning dalam (Pito
2006:185) rakyat dapat menghentikan
pemerintahan yang tidak disukai
dengan cara yang sama sekali tidak
berdarah. Hal ini juga sejalan dengan
negara demokratis dimana kedaulatan
tertinggi berada di tangan rakyat,
melalui kegiatan bersama untuk
menetapkan tujuan-tujuan, masa depan
serta dalam menentukan orang-orang
yang akan memegang tampuk
kepemimpinan. Anggota masyarakat
secara langsung memilih wakil-wakil
yang akan duduk di lembaga
pemerintahan.
Pemilihan umum adalah salah
satu pilar utama dari sebuah
demokrasi. Dengan kata lain,
partisipasi langsung dari masyarakat
dalam pelaksanaan Pemilu, Pilleg,
maupun Pemilu Kada merupakan
pengejewantahan dan penyelenggaraan
kekuasaan politik yang absah dan oleh
rakyat, karena di sinilah masyarakat
bebas mengeluarkan pendapatnya
masing-masing tanpa adanya tekanan
ataupun paksaan dari pihak manapun.
Hak-hak sipil dan kebebasan dihormati
serta dijunjung tinggi.
Dengan adanya Pemilu Kada
langsung ini, diharapkan menjadi
pembelajaran politik sekaligus
memberikan pemahaman politik bagi
masyarakat karena sukses tidak nya
pelaksanaan Pemilu Kada langsung
merupakan salah satu indikator dalam
menguji tingkat partisipasi politik
masyarakat. Karena masyarakat bebas
tanpa adanya paksaan dalam
menyalurkan aspirasi dan menentukan
sendiri pemimpinnya demi
terwujudnya pemerintahan yang
demokrasi.
Partisipasi Politik Masyarakat
Dalam Pelaksanaan Pemilu Kada
Putaran Kedua Tahun 2010 Di
Kecamatan Harau
Bentuk partisipasi politik
seseorang dapat dilihat dengan jelas
melalui aktivitas-aktivitas politiknya,
begitu juga dalam masyarakat dapat
dilihat dari aktivitas-aktivitas yang
dilakukan bersama oleh masyarakat di
Kecamatan Harau berdasarkan
![Page 8: Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pelaksanaan Pemilu Kada(1)](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082410/557213fb497959fc0b937a76/html5/thumbnails/8.jpg)
8
pendapat Mas’oed (2001:47) “kegiatan
politik konvensional adalah bentuk
partisipasi politik yang normal dalam
demokrasi modern. Bentuk non-
konvensional termasuk beberapa yang
mungkin legal maupun yang illegal,
penuh kekerasan, dan revolusioner”.
Bentuk-bentuk partisipasi politik
konvensional menurut Mas’oed adalah
pemberian suara (voting), diskusi
politik, kegiatan kampanye,
membentuk dan bergabung dalam
kelompok kepentingan dan
komunikasi individual dengan pejabat
politik dan administratif.Sedangkan
bentuk partisipasi politik Non-
konvensional adalah Pengajuan petisi,
Berdemonstrasi, Konfrontasi, Mogok,
Tindak kekerasan politik terhadap
harta-benda (perusakan, pengeboman,
pembakaran), Tindakan kekerasan
politik terhadap manusia (penculikan,
pembunuhan), Perang gerilya dan
revolusi.
Dalam pelaksanaan Pemilu Kada
putaran kedua di Kecamatan Harau
tahun 2010, bentuk partisipasi politik
masyarakat mencakup partisipasi
politik Konvensional dan Non-
Konvensional.
Penyebab Menurunnya Tingkat
Partisipasi Politik Masyarakat
Dalam Pelaksanaan Pemilu Kada
Dan Faktor Yang Mempengaruhi
Partisipasi Politik Masyarakat
Tahun 2010
Berdasarkan informasi dari
responden dan wawancara dengan
pihak terkait, peneliti menarik
kesimpulan bahwa tingginya tingkat
penurunan partisipasi politik
masyarakat di Kecamatan Harau
disebabkan oleh beberapa alasan,
diantaranya, alasan teknis, ekonomis,
apatis dan pesimis, idealis, kurangnya
kesadaran, dan alasan karena tidak
berada di tempat.
1. Golput karena alasan teknis
Golput dengan alasan teknis ini
cenderung dilakukan dimana pemilih
tidak terdaftar dalam Daftar Pemilih
Tetap (DPT), hal ini dapat terjadi
karena beberapa hal, antara lain:
a. Kesalahan Komisi Pemilihan
Umum Daerah (KPUD) dalam
pendataan nama-nama calon pemilih,
![Page 9: Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pelaksanaan Pemilu Kada(1)](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082410/557213fb497959fc0b937a76/html5/thumbnails/9.jpg)
9
atau dapat juga dikarenakan kurangnya
koordinasi dengan perangkat nagari
yang bersentuhan langsung dengan
masyarakat.
b. Kesalahan dari pihak pemilih
itu sendiri, misalnya pemilih telah
terdaftar, akan tetapi pada hari “H”
yang bersangkutan tidak
berkesempatan untuk hadir
memberikan suara di Tempat
Pemungutan Suara (TPS) karena ada
hal lain yang lebih penting.
2. Golput karena pertimbangan
ekonomis.
Pertimbangan ekonomis ini
biasanya dihadapi oleh kelompok yang
terdiri dari rakyat kecil yang bermata
pencaharian pada sektor informal,
dimana penghasilannya sangat terkait
dengan intensitas pekerjaan, sehingga
masyarakat pada kelompok ini akan
merasa rugi apabila meninggalkan
pekerjaan tersebut. Pekerjaan pada
sektor informal ini seperti petani dan
pedagang-pedagang kecil yang
mencari makan bergantung kepada
penghasilan harian, begitu juga
karyawan dengan upah harian dan
pekerja serabutan lainnya.
3. Golput karena alasan apatis dan
pesimis
Golput dengan alasan apatis dan
pesimis ini bisa terjadi dikarenakan
beberapa hal, antara lain:
a. Sikap acuh tak acuh dan tidak
percaya dengan pemerintah dan calon
yang ada. Akibatnya pemerintah
menjadi tidak bisa melaksanakan
kebijakan-kebijakan mereka di
karenakan masyarakat tidak mau ikut
berpartisipasi, begitu juga dengan para
calon, masyarakat menganggap calon-
calon yang ada tidak memenuhi
kriteria pemimpin yang baik, tidak ada
yang ideal/sempurna, dan tidak akan
bisa menyalurkan aspirasi masyarakat,
sehingga lebih memilih golput.
b. Kebingungan masyarakat
dalam menentukan pilihan. Hal ini
disebabkan banyak pemilih yang
belum mengenal pemimpinnya, selain
wajah-wajah yang terpampang di
baliho-baliho kampanye maupun iklan
di media massa, terlebih lagi nyaris
tidak ada calon yang memaparkan
program-programnya dengan jelas.
Sehingga masyarakat menjadi ragu dan
lebih memilih untuk golput.
![Page 10: Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pelaksanaan Pemilu Kada(1)](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082410/557213fb497959fc0b937a76/html5/thumbnails/10.jpg)
10
c. Ketidaktahuan kapan jadwal
pemilihan. Hal ini lebih disebabkan
kurangnya peranan media atau KPPS
dalam memberikan informasi tentang
pelaksanaan Pemilu Kada kepada
masyarakat, sehingga masyarakat
kurang mendapatkan sosialisasi
mengenai kapan jadwal pelaksanaan
Pemilu Kada.
4. Golput karena alasan idealis
Alasan idealis artinya
menetapkan pilihan untuk golput,
karena memilih sekalipun tidak akan
merubah keadaan. Hal ini juga bisa
disebabkan oleh perasaan bosan
masyarakat terhadap politik, seperti
bosan dengan janji-janji muluk para
calon, serta bosan karena terlalu
seringnya pelaksanaan Pemilu namun
tidak memberikan perubahan apa-apa
bagi daerah. Alasan ini biasanya di
anut oleh masyarakat yang sudah tidak
percaya lagi terhadap sistem dan
penguasanya. Namun mereka tidak
dapat berbuat apa-apa untuk merubah
sistem yang ada, sehingga mereka
memilih untuk golput.
5. Kurangnya kesadaran
masyarakat
Kurangnya kesadaran
masyarakat ini lebih disebabkan oleh
kurangnya pendidikan politik
masyarakat, sehingga masyarakat tidak
tahu akan manfaat dan tujuan dari
Pemilu Kada itu sendiri.
6. Alasan karena tidak berada di
tempat
Untuk alasan ini, bisa kita
maklumi. Masyarakat terpaksa
memilih golput dikarenakan tidak
berada di tempat, seperti berada di luar
kota dan terikat dengan tanggung
jawab baik pekerjaan, maupun dengan
perguruan tinggi bagi mahasiswa.
Meskipun masih ada sebagian
masyarakat yang dengan penuh
kesadaran pulang hanya untuk
memberikan suara pada Pemilu Kada,
namun persentasenya di masyarakat
sangat sedikit.
Pengaruh Partisipasi Politik Non-
Konvensional Terhadap Partisipasi
Politik Masyarakat di Kecamatan
Harau
Diantara bentuk-bentuk
partisipasi politik non-konvensional
menurut Mas’oed di atas, identifikasi
![Page 11: Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pelaksanaan Pemilu Kada(1)](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082410/557213fb497959fc0b937a76/html5/thumbnails/11.jpg)
11
lapangan menunjukkan kaitan antara
partisipasi non-konvensional dengan
pelaksanaan Pemilu Kada di
Kecamatan Harau berupa kegiatan
pengajuan petisi dan konfrontasi.
Pengajuan petisi merupakan pengajuan
pendapat atau poin-poin tuntutan yang
telah disetujui oleh suatu pihak
terhadap pihak lainnya, sedangkan
konfrontasi mempertemukan dua
pendapat dari dua kubu yang berbeda.
Kedua kegiatan partisipasi non-
konvensional tersebut terjadi pada
akhir perhitungan suara Pemilu Kada
putaran kedua, dimana hasil
perhitungan suara memenangkan
pasangan Alis-Asyirwan yang hanya
terpaut 751 (0,54%) suara dari
pasangan Irfendi-Zadry. Hasil
perhitungan suara tersebut menurut
kubu Irfendi-Zadri terdapat indikasi
kecurangan yang menyebabkan
beralihnya dukungan suara pasangan
Irfendi-Zadry kepada pasangan Alis-
Asyirwan. Merasa dirugikan, kubu
Irfendi-Zadri pun melakukan
konfrontasi terhadap kubu Alis-
Asyirwan. Akan tetapi konfrontasi
tersebut tidak berhasil mengubah hasil
akhir perhitungan suara, sehingga
ditindaklanjuti dengan pengajuan
petisi oleh kubu Irfendi-Zadri ke
pengadilan. Setelah melalui proses
pengadilan yang panjang, akhirnya
tetap di putuskan bahwa pasangan
Alis-Asyirwan keluar sebagai
pemenang Pemilu Kada di Kabupaten
Lima Puluh Kota dan terpilih menjadi
Bupati dan Wakil Bupati Lima Puluh
Kota periode 2010-2015.
Berdasarkan fenomena yang
terjadi di atas, dapat di tarik
kesimpulan bahwa di samping
partisipasi politik konvensional,
partisipasi politik non-konvensional
juga memberikan pengaruh yang besar
dalam pelaksanaan Pemilu Kada di
Kabupaten Lima Puluh Kota dalam
upaya mempengaruhi keputusan
pemerintah. Meskipun pada
kenyataannya kegiatan ini tidak selalu
memberikan hasil sesuai yang di
harapkan.
KESIMPULAN
Partisipasi politik masyarakat di
Kecamatan Harau meliputi partisipasi
politik konvensional berupa, diskusi
![Page 12: Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pelaksanaan Pemilu Kada(1)](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082410/557213fb497959fc0b937a76/html5/thumbnails/12.jpg)
12
politik, kegiatan kampanye,
membentuk dan bergabung dengan
kelompok kepentingan, komunikasi
individual dengan pejabat politik dan
administratif dan pemberian suara
(voting).
Bentuk Partisipasi Politik
Konvensional yang dominan di
Kacamatan Harau adalah Pemberian
suara (voting). Tingginya tingkat
penurunan partisipasi politik
masyarakat di Kecamatan Harau
disebabkan oleh beberapa aspek,
diantaranya, alasan teknis, ekonomis,
apatis dan pesimis, idealis, kurangnya
kesadaran, dan alasan tidak berada di
tempat.
Alasan teknis terjadi karena
pemilih tidak terdaftar dalam Daftar
Pemilih Tetap (DPT), alasan ekonomis
biasanya alasan oleh masyarakat yang
berada pada status pekerjaan lebih
rendah yang tidak bisa meninggalkan
pekerjaannya, alasan apatis dan
pesimis dikarenakan sikap acuh tak
acuh, tidak percaya dan dikarenakan
pemilih bingung untuk memilih siapa
dalam Pemilu Kada, alasan idealis
dengan memilih golput karena bosan
dengan janji-janji para calon yang
dianggap muluk-muluk, serta karena
seringnya dan pelaksanaan Pemilu
yang berdekatan waktu
pelaksanaannnya, kurangnya
kesadaran masyarakat karena masih
rendahnya pendidikan politik
masyarakat sehingga masyarakat tidak
tahu apa manfaat dan tujuan Pemilu
Kada, dan terakhir faktor seperti
kuliah/bekerja di luar kota.
Diskusi politik yang sering
dilakukan oleh masyarakat Kecamatan
Harau biasanya di lingkungan kerja
baik di sawah, di pasar, di sekolah dan
tempat-tempat lainnya. Kegiatan ini
hanya dilakukan oleh masyarakat
tertentu saja, masyarakat dengan
tingkat pendidikan yang lebih tinggi
umumnya lebih tertarik untuk
mendiskusikan perihal Pemilu Kada
dibanding yang lebih rendah.
Sedangkan masyarakat dengan
pekerjaan yang lebih rendah lebih suka
mendiskusikan perihal Pemilu Kada
dibanding masyarakat yang pekerjaan
lebih tinggi. Sehingga dapat
disimpulkan dalam diskusi politik di
Kecamatan Harau, tingkat pendidikan
![Page 13: Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pelaksanaan Pemilu Kada(1)](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082410/557213fb497959fc0b937a76/html5/thumbnails/13.jpg)
13
berbanding terbalik dengan tingkat
pekerjaan. Hal ini sekaligus
mempertegas hasil penelitian terdahulu
oleh Sri (2009) yang menunjukkan
bahwa diskusi politik merupakan
faktor yang sangat berpengaruh
terhadap partisipasi politik masyarakat.
Kegiatan Kampanye,
kebanyakan masyarakat Kecamatan
Harau merasa malas untuk mengikuti
kegiatan kampanye yang berisi orasi
visi dan misi calon-calon Kepala
Daerah, masyarakat dengan tingkat
pendidikan lebih tinggi cenderung
memilih tidak ikut kampanye di
bandingkan masyarakat dengan tingkat
pendidikan lebih rendah, sedangkan
masyarakat yang memiliki pekerjaan
lebih rendah cenderung memilih ikut
kampanye. Hal ini kembali
mempertegas hasil penelitian terdahulu
oleh Sri (2009) yang menunjukkan
bahwa kegiatan kampanye merupakan
faktor yang mempengaruhi partisipasi
politik masyarakat.
Membentuk dan bergabung
dengan kelompok kepentingan seperti
bergabung sebagai anggota pengurus
partai politik dimana dalam kegiatan
sebagai pengurus partai politik
masyarakat Kecamatan Harau belum
bisa dikatakan berpartisipasi karena
minimnya pemilih yang menjadi
anggota pengurus partai politik.
Masyarakat dengan tingkat pendidikan
lebih tinggi cenderung memilih untuk
tidak bergabung dengan partai politik,
begitu juga dengan masyarakat dengan
status pekerjaan lebih tinggi cenderung
tidak menaruh minat untuk bergabung
dengan kelompok kepentingan.
Komunikasi individual dengan
pejabat politik dan administratif,
seperti komunikasi dengan Bupati dan
Pemerintah Daerah dimana masih
banyak masyarakat yang merasa takut
untuk berkomunikasi dengan
Pemerintah Daerah terlebih Bupati dan
Wakil Bupati sebagai pejabat politik.
Hal ini kemungkinan disebabkan
pelaksanaan birokrasi di daerah yang
cenderung berbelit-belit. Masyarakat
dengan tingkat pendidikan dan
pekerjaan lebih tinggi umumnya
cenderung lebih suka melakukan
komunikasi dengan pejabat politik dan
administratif dibandingkan masyarakat
![Page 14: Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pelaksanaan Pemilu Kada(1)](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082410/557213fb497959fc0b937a76/html5/thumbnails/14.jpg)
14
yang berpendidikan dan pekerjaan
lebih rendah.
Pemberian suara (voting),
dimana tingginya penurunan tingkat
partisipasi politik masyarakat
Kecamatan Harau dari Pemilu Kada
putaran pertama ke putaran kedua
dipengaruhi oleh tingkat tingkat
pendidikan dan pekerjaan pemilih.
Masyarakat dengan tingkat pendidikan
lebih tinggi cenderung memilih untuk
ikut memberikan suaranya dibanding
masyarakat dengan tingkat pendidikan
lebih rendah, begitu juga dengan
pekerjaan, masyarakat dengan status
pekerjaan lebih tinggi cenderung lebih
tinggi tingkat partisipasinya
dibandingkan masyarakat dengan
status pekerjaan yang lebih rendah.
Hal ini bertolak belakang dengan
penelitian terdahulu oleh Tarigan
(2009) yang menjelaskan bahwa status
sosial ekonomi dan kondisi sosial
politik menunjukkan hubungan yang
negatif terhadap partisipasi politik,
pada kenyataannya di Kecamatan
Harau tidaklah demikian.
DAFTAR PUSTAKA
Buku-bukuArikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
Penelitian (Suatu PendekatanPraktik), Rineka Cipta. Jakarta.
Branson, MS. dan Syafuddin. 1999.Belajar Civic Education dariAmerika. Lembaga Kajian Islamdan Sosial (LkiS). Yogyakarta.
Budiardjo, Miriam. 2004. Dasar-dasarIlmu Politik. PT GramediaPustaka Utama. Jakarta.
_______________. 1998. Partisipasidan Partai Politik, Jakarta;Yayasan Obor Indonesia.Jakarta.
Bungin, B. 2003. Analisis DataPenelitian Kualitatif. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta.
Kartono, Kartini. 2006. Pemimpin danKepemimpinan. PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta.
Maran, Rafael Raga. 2007. PengantarSosiologi Politik. AsdiMahasatya. Jakarta.
Mas’oed, Mohtar dan MacAndrews.2001. Perbandingan SistemPolitik. Gadjah Mada UniversityPress. Yogyakarta.
Moleong, Lexy J, 2010. MetodologiPenelitian Kualitatif. PT.Remaja Rosdakarya. Bandung.
Muluk, MR Khairul. 2007. MenggugatPartisipasi Publik DalamPemerintahan Daerah (SebuahKajian Dengan PendekatanBerfikir Sistem). Bayu MediaMalang.
Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian.Ghalia Indonesia. Bogor.
Pamudji, S. 1995. KepemimpinanPemerintahan di Indonesia.Bumi Aksara. Jakarta.
![Page 15: Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pelaksanaan Pemilu Kada(1)](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082410/557213fb497959fc0b937a76/html5/thumbnails/15.jpg)
15
Pasolong, Harbani. 2008.Kepemimpinan Birokrasi. AlfaBeta. Bandung.
Pito, Toni Antonius, dkk. 2006.Mengenal Teori-teori Politik.Nuansa. Bandung.
Powell, G. Bingham, jr. 1994.Contemporary Democracies.Harvard University Press.London.
Rush, Michael dan Althoff, Philip.1997. Pengantar SosiologiPolitik. PT. Raja GrafindoPersada. Jakarta.
Salam, Dharma S. 2007. ManajemenPemerintahan Indonesia.Djambatan. Jakarta.
Sastroatmodjo, Sudijono. 1995.Perilaku politik. IKIP SemarangPress. Semarang.
Silalahi, Ulber. 2009. MetodePenelitian Sosial. PT RefikaAditama. Bandung.
Sugiyono. 2007. Metode PenelitianAdministratif. Alfabeta.Bandung.
Surbakti, Ramlan. 1992. MemahamiIlmu Politik. PT GramediaWidiasarana Indonesia. Jakarta.
Woshinsky, Oliver H. 1995. Cultureand Politics. Prentice HallInternational (UK) Limited.London.
Peraturan Perundang-undanganUndang-undang Dasar Republik
Indonesia Tahun 1945.Undang-undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang PemerintahanDaerah.
Undang-undang Nomor 22 Tahun2007 tentang PenyelenggaraanPemilihan Umum.
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008tentang Partai Politik.
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun2005 tentang Pemilihan,Pengesahan, Pengangkatan, danPemberhentian Kepala Daerahdan Wakil Kepala Daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 17Tahun 2005 tentang PerubahanAtas Peraturan Pemerintah No.6 Tahun 2005 tentangPemilihan, Pengesahan,Pengangkatan, danPemberhentian Kepala Daerahdan Wakil Kepala Daerah.
Permendagri No. 9 tahun 2005 tentangPeranan Pemerintah Daerahdalam Pilkada
Peraturan Komisi Pemilihan UmumNo.69 tahun 2009 tentangPedoman Teknis KampanyePemilihan Umum KepalaDaerah dan Wakil KepalaDaerah.
Keputusan Komisi Pemilihan UmumKabupaten Lima Puluh Kota No.05/Kpts/KPU-Kab-003.435058/2010 tentangTahapan, Program dan JadwalPenyelenggaraan PemilihanUmum Bupati dan Wakil BupatiLima Puluh Kota Tahun 2010.
Keputusan Komisi Pemilihan UmumKabupaten Lima Puluh Kota No.66/Kpts/KPU-Kab-003.435058/2010 tentangPenetapan Calon TerpilihDalam Pemilihan Umum Bupatidan Wakil Bupati Lima PuluhKota Tahun 2010.
Karya Tulis
![Page 16: Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pelaksanaan Pemilu Kada(1)](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082410/557213fb497959fc0b937a76/html5/thumbnails/16.jpg)
16
Arianto, Bismar. 2011. Jurnal IlmuPolitik dan Ilmu Pemerintahan,Vol. 1, No. 1
Gunawan, Hendri. 2010. Partisipasimasyarakat dalam PemilihanUmum Presiden dan WakilPresiden di Kecamatan GuguakKabupaten Lima Puluh KotaTahun 2009 (studi kasus diNagari Guguak VIII Koto).Sekolah Tinggi Ilmu Sosial danPolitik. Bukittinggi.
Kamus Besar Bahasa Indonesia.Komisi Pemilihan Umum. Suara KPU
edisi Agustus 2011.Komisi Pemilihan Umum. Suara KPU
edisi Mei 2011.Komisi Pemilihan Umum Kabupaten
Lima Puluh Kota. LaporanPenyelenggaraan Pemilu KepalaDaerah Kabupaten Lima PuluhKota Propinsi Sumatera BaratTahun 2010.
Oktaverina, Melli. 2011. Partisipasimasyarakat kecamatan Mungkadalam Pemilihan Kepala DaerahTahun 2010. Skripsi SekolahTinggi Ilmu Sosial dan Politik.Bukittinggi.
Tarigan, Marlini. 2009. PartisipasiPolitik Masyarakat KabupatenTemanggung DalamPelaksanaan Pilkada Tahun2008. Tesis UniversitasDiponegoro. Semarang.
Wijaya, SH Baskara. 2009. PartisipasiPolitik Masyarakat PedesaanDalam Pemilihan Gubernur JawaTengah Tahun 2008. TesisUniversitas Sebelas Maret.Surakarta.
Website
Barber, Benyamin. 1992. Belajar CivicEducation dari Amerika.Lembaga Kajian Islam danSosial (LkiS). Yogyakarta.www.freewebs.com/yuhanqren/mengenal%20Civic%20Education.docdiunduh pada 20 September2011.
http://www.kpu.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=6593dari situs resmi KPU diunduhpada 16 Desember 2011.
http://miftachr.blog.uns.ac.id/ diunduhpada 21 Desember 2011.
http://www.anneahira.com/definisi-komunikasi-politik.htm diunduhpada 21 Desember 2011.
Setiadi, Wicipto. 2010. Peran PartaiPolitik dalam PenyelenggaraanPemilu yang Aspiratif danDemokratis.http://www.djpp.depkumham.go.id/htn-dan-puu/507-peran-partai-politik-dalam-penyelenggaraan-pemilu-yang-aspiratif-dan-demokratis.html diunduh pada 16Desember 2011.
Suharno. Bentuk-bentuk Partisipasipolitikhttp://www.id,shvoong.com/law-and-politics/political-philosphy/2250830-bentuk-bentuk-partisipasi-politik/ diunduh pada17 Januari 2012.