Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu Dilihat dari Perilaku Memilih

40
KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN PAKPAK BHARAT L A P O R A N R I S E T “Partisipasi Masyarakat Dalam Pemilu Dilihat dari Perilaku Memilih”

Transcript of Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu Dilihat dari Perilaku Memilih

Page 1: Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu Dilihat dari Perilaku Memilih

KOMISI PEMILIHAN UMUMKABUPATEN PAKPAK BHARAT

LAPORAN

RISET

“Partisipasi Masyarakat Dalam PemiluDilihat dari Perilaku Memilih”

Page 2: Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu Dilihat dari Perilaku Memilih

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Tuhan yang telah memberikan waktu dan kesempatandemikian pula dengan kesehatan sehingga penulis beserta tim dapat menyelesaikanRiset “Partisipasi Masyarakat Dalam Pemilu Dilihat dari Perilaku Memilih” ini.Laporan ini merupakan kegiatan akhir dan pertanggungjawaban moral serta ilmiah dariproses Riset Partisipasi Pemilih di Kabupaten Pakpak Bharat, sebagai salah satuprogram Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia. Selanjutnya tim Risetmenyampaikan ucapan terimakasih kepada seluruh seluruh warga Kabupaten PakpakBharat, khususnya warga yang bersedia menjadi responden dalam riset ini. Kami jugamenyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Komisi Pemilihan UmumKabupaten Pakpak Bharat, khususnya saudara Drs. Daulat Solin yang selalu memberimasukan dan arahan yang positif dalam penyelesaian riset ini.Akhirnya tim penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangandalam riset ini, maka dari itu tim penulis mengharapkan kritik dan saran yangkonstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan proses riset serta laporan ini.Salak, Juni 2012Tim Penulis

Page 3: Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu Dilihat dari Perilaku Memilih

1

Laporan Riset“Partisipasi Masyarakat Dalam Pemilu

Dilihat dari Perilaku Memilih”

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangIndonesia sebagai salah satu negara demokrasi terbesar dimuka bumi ini, menjaminserta tetap konsisten melaksanakan prinsip pemerintahan dari, oleh dan untuk rakyatsebagai perwujudan dari prinsip demokrasi itu sendiri. Prinsip pemerintahan demikianharus diwujudkan dengan adanya Pemilu yang dilaksanakan oleh negara dan masyarakat.Dalam proses pemilu menjamin adanya pergantian pemimpin baik itu legislatif maupuneksekutif yang dipilih langsung oleh warga masyarakat secara langsung untukkemaslahatan, keadilan dan kesejahteraan warganya.Pemilu memiliki arti penting sebagai salah satu prosedur utama dalam demokrasi.Dalam sistim demokrasi modern, kedaulatan rakyat hanya bisa dikelola secara optimalmelalui lembaga perwakilan. Oleh karena itu arti penting pemilu yang utama adalahsebagai sarana utama mewujudkan kedaulatan rakyat. (Komisi Pemilihan Umum, AnakMuda Cerdas Berdemokrasi, 2013, hal-8)Secara umum, perilaku memilih dalam masyarakat Pakpak Bharat berdasarkanperasaan dengan sering kali menafikan rasionalitas untuk memilih seseorang yang bisamenjadi pemimpin yang mengayomi. Perasaan dalam memilih terbagun atas unsur“kedekatan”. Kedekatan dapat dilihat dari banyak sisi, antara lain, kedekatan geografi,kedekatan kekeluargaan, kedekatan emosional melalui pemberiaan materi atau janji,kedekatan melalui informasi. Dalam hal kekuasaan negara, warga menjatuhkan pilihanpada seseorang bukan berdasarkan rasionalitas. Kemampuan dan rekam jejak seseorangbukan menjadi patokan atau tolak ukur sebelum memilihnya. Hal ini bukan menjadifenomena di Pakpak Bharat saja, sebagaimana yang disampaikan oleh Pareto, “Manusiadan khususnya massa, sebagian besar adalah irasional: ‘sebagian besar tindakan manusiabukan bersumber dari pemikiran yang logis, malainkan dari perasaan”. (Pareto dalamSosiologi Politik Pengantar Kritis, Penerbit Nusa Media, 2012, hal-66)Implementasi dari perasaan yang disebabkan oleh faktor kedekatan ini dapat kitalihat hasil dalam pemilihan Legislatif tahun 2014. Pelaksanaan Pemilu Legislatif dihariyang sama, TPS yang sama, serta jumlah Pemilih yang sama hari yang sama, tapimenghasilkan akumulasi suara yang berbeda untuk DPRD kabupaten, DPRD Provinsi, DPRRI dan DPD.Dari data hasil Rekapitulasi perolehan Suara Pemilu Legislatif tahun 2014, Suarasah seluruh pasangan calon anggota Legislatif serta kami gambarkan dalam Tabel 1, adalahsebagai berikut:1. DPRD Kabupaten 25.043 suara dari 26.186 Suara sah tidak sah dengan prosentase(95,64)

Page 4: Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu Dilihat dari Perilaku Memilih

2

2. DPRD Provinsi 23.617 suara dari 26.186 Suara sah tidak sah dengan prosentase(90,19)3. DPR RI 21.269 suara dari 26.186 Suara sah tidak sah dengan prosentase (81,22)4. Dewan Perwakilan Daerah (DPD) 18.763 suara dari 26.186 Suara sah tidak sahdengan prosentase (71,65)

Sumber: KPU Kabupaten Pakpak BharatMasyarakat Pakpak Bharat mulai tahun 2004, 2009 dan terakhir tahun 2014 telahikut dalam pemilihan Legislatif, demikian pula dalam pemilihan eksekutif (PemilihanPresiden dan wakil Presiden, Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, serta PemilihanBupati dan wakil Bupati). Fenomena dalam hal memilih belum rasional yang berhubungandengan tingkat partisipasi. Kesadaran akan konsekuensi demokrasi masih rendah. Wargamasyarakat menyikapi Pilpres bukan sesuatu yang penting bagi negara dan bagi dirisendiri.Masyarakat secara umum belum menyadari arti pentingnya sebuah proses Pemiludilihat dari partisipasi kehadiran atau perilaku memilih calon. Perilaku menyimpangdengan tidak turut serta berpartisipasi sangat tinggi. Dalam tahun 2014 selang beberapabulan pasca pelaksanaan Pemilihan legislatif, angka partisipasi sangat turun drastis.Dari seluruh kertas suara yang diterima (30.789) kertas suara, yang terpakai hanya178.891 dan tidak terpakai sebanyak 11.892, serta rusak atau salah coblos ada 6 kertassuara. Hal ini dapat dilihat dalam sajian Tabel 2. Angka-angka ini tentunya menunjukkantingkat partisipasi masyarakat sangat rendah, yakni hanya 61,36 persen dibandingkandengan Pemilu Legislatif. Dengan kata lain tingkat Golput mencapai 38,62.

Page 5: Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu Dilihat dari Perilaku Memilih

3

Sumber: KPU Kabupaten Pakpak BharatPerilaku umumnya dapat diperkirakan jika kita tahu bagaimana orang tersebutmenyikapi situasi dan apa yang penting banginya. Meski perilaku seseorang mungkintampak tidak rasional bagi orang lain, terdapat alasan untuk menyakini bahwa perilakutersebut biasanya dimaksudkan agar rasional dan dianggap irasional oleh mereka. (E.E.Lawler dan J.G. Rhode dalam Perilaku Organisasi, Indeks Edisi Kesepuluh, 2008, hal-11)

B. Identifikasi MasalahPemilihan umum yang memberikan ruang pada publik/warga masyarakat untukmenentukan atau memilih kursi bagi pemimpin atau perangkat birokrasi pemerintahan dinegara kita masih jauh dari apa yang sebenarnya. Kursi yang telah ditetapkan oleh parapemilih bagi eksekutif serta legislatif PembatasanC. Batasan MasalahResponden yang dilibatkan dalam riset ini adalah warga masyarakat yang sudahpernah mengikuti Pemilu baik eksekutif maupun legislatif. Pemilihan responden inibertujuan untuk melihat serta mengukur faktor-faktor yang menyebabkan mereka ikutserta dalam suatu proses Pemilihan Umum.Tingkat pendidikan, pekerjaan, kedekatan, sosialisasi, rapat-rapat, kampaye, peranmedia massa cetak dan elektronik yang bisa mempengaruhi perilaku responden untukberpartisipasi dalam pemilu menjadi objek yang dijadikan alat untuk mengukur viliditastingkat partisipasi responden.D. Rumusan MasalahPerilaku memilih adalah terkait dengan keputusan pemilih untuk memilih kandidatatau peserta pemilu tertentu. Kenapa seorang pemilih menjatuhkan pilihannya kepadakandidat atau peserta pemilu tertentu, tentunya beragam alasan yang dapat dikemukakanoleh setiap pemilih. Persoalannya adalah, sejauhmana pilihan-pilihan itu bersifat rasional?

Page 6: Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu Dilihat dari Perilaku Memilih

4

Dengan kata lain, sejauhmana pilihan politik mereka berdasarkan pertimbangan rasionalmenyangkut kandidat atau peserta pemilu itu. Apakah rekam jejak, program atau janjipeseta pemilu menjadi bahan pertimbangan atau faktor lain. Riset ini penting untukmengetahui motivasi dan tingkat rasionalitas konstituen atau massa pemilih dalam pemiluyang ditunjukkan dari tingkat partisipasi mereka.Berkenaan dengan latar belakang di atas dapat diajukan beberapa permasalahan,yaitu bagaimana bentuk partisipasi masyarakat dalam pemilu khususnya perilakuresponden dalam menentukan pilihan di TPS ? Bagaimana pula pola perilaku warga dalammemberikan hak suaranya dalam memilih, Bupati, Gubernur dan Presiden (Eksekutif) ?Bagimana pula pola perilaku responden dalam memilih Legisatif ?E. Tujuan PenelitianRiset ini diharapkan menghasilkan beberapa informasi penting tentang perilakuwarga (rasionalitas dan motivasi mereka) dalam menjatuhkan pilihan, melalui Pemilu baikitu Legislatif maupun Eksekutif. Rasionalitas dan motivasi akan dapat diukur dari perilakumemilih serta tingkat partisipasi mereka. Pengukuran ini dilakukan melalui penyebarankuesioner bagi setiap responden yang bersedia.Melalui Riset ini kita akan mengetahui perilaku memilih yang ada apakah dominandipengaruhi oleh pihak lain; apakah karena pengetahuan atau melek politik mereka,kedekatan emosional, adanya pemberian atau janji atau faktor lainnya.F. Manfaat PenelitianMengetahui lebih mendalam tentang faktor-faktor yang bisa mempengaruhi tingkatpartisipasi dalam mengikuti sebuah proses pemilu Melalui riset ini diharapkan akanmenjadi masukan atau feed back bagi pengambil keputusan dalam membuat aturan-aturanatau regulasi proses pelaksanaan Pemilu dikemudian hari.Hasil riset ini juga diharapkan bisa menggambarkan dengan gamblang budaya atauperilaku pemilih/konstituen di kabupaten Pakpak Bharat yang secara mayoritas budayamasyarakatnya masih homogen, walaupun ada perbedaan-perbedaan yang disebabkanoleh faktor gfeografis, namun secara fundamental masih berbudaya yang sama yaknibudaya Pakpak.

Page 7: Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu Dilihat dari Perilaku Memilih

5

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian TeoriPartisipasi adalah merupakan suatu bentuk keikutsertaan yang disebabkan olehketertarikan ataupun keingintahuan positif seseoranag akan sesuatu hal. Jadi kita bisamengartikan bahwa partisipasi dalam pemilu merupakan suatu tindakan seseorang untukmemberikan hak pilihnya berdasarkan atas kemauan diri sendiri tanpa dipaksa oleh oranglain. Manusia sebagai makhluk sosial, banyak dipengaruhi oleh lingkungan atau situasiyang dialaminya. Demikian pula halnya dalam partisipasi pemilu dalam memberikan hakpilihnya dipengartuhi oleh banyak faktor. Sedangkan tujuan dari pemilu adalah untukmemilih pemimpin yang akan memberikan kebaikan, kemajuan atau hal lainnya bagimasyarakat atau responden itu sendiri.Seharusnya masyarakat yang sudah mempunyai hak pilih sesuai dengan pertauranperundangan, diharapkan untuk memilih seseorang berdasarkan atas logika bukan atasperasaan. Logika menyangkut kemampuan atau kapasitas dari calon yang akanmemimpinnya. Buruknya sistim negara saat ini dipengaruhi oleh proses pemilihantersebut. Perasaan yang dimaksdu dalam penelitian ini adalah hal-hal yang menyangkutpenilaian sosial, dengan kata lain niat responden yang timbul adalah atas pemikiran yangsistematis untuk menjatuhkan pilihan kepada salah seorang kandidat yang akan dipilih.Sebagaimana disebutkan oleh E.E. Lawler dan J.G. Rhode, perilaku umumnya dapatdiperkirakan jika kita tahu bagaimana orang tersebut menyikapi situasi dan apa yangpenting banginya. Meski perilaku seseorang mungkin tampak tidak rasional bagi oranglain, terdapat alasan untuk menyakini bahwa perilaku tersebut biasanya dimaksudkanagar rasional dan dianggap irasional oleh mereka.Mobilitas individu dalam suatu acara pemilu adalah merupakan suatu gerakanmassa untuk memberikan hak suara mereka di Tempat Pemungutan Suara. Pembauranindividu dalam massa konstituen pemilih yang bergerak dalam waktu beberapa jam bisamerubah perilaku murninya secara pribadi.Perubahan perilaku pribadi bisa juga disebabkan oleh proses dan tahapan pemilu.Melalui berita di media, ataupun kampaye bisa saja meyakinkan seseorang. Jadi kita bisamenyebutkan pengelompokan individu yang sudah terpengaruh oleh faktor eksternalmenjadi kelompok-kelompok massa pemilih dari beberapa kandidat calon, sehinggamemungkinkan perilaku memilih tidak lagi rasional, tetapi lebih mengikat pada perasaanyang sama dalam satu kelompok. Tidak berbeda dengan apa yang disebutkan oleh Paretto,bahwa manusia dan khususnya massa, sebagian besar adalah irasional: sebagian besartindakan manusia bukan bersumber dari pemikiran yang logis, malainkan dari perasaan.B. Kerangka BerfikirDieter Nohlen seorang Profesor Ilmu Politik di Fakultas Ilmu Sosial dan EkonomiUniversitas Heidelberg Jerman, mendefenisikan sistim pemilihan umum dalam 2 (dua)pengertian, dalam arti luas dan arti sempit. Dalam arti luas, s ist em pemi l ihan umumada la h se ga la p r oses yang berhubungan dengan hak pilih, administrasipemilihan dan perilaku pemilih .

Page 8: Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu Dilihat dari Perilaku Memilih

6

Lebih lanjut Nohlen menyebutkan pengertian sempit sistem pemilihanumum adalah cara dengan mana pemilih dapat mengekspresikan pilihanpolitiknya melalui pemberian suara, di mana suara tersebut ditransformasikanmenjadi kursi di parlemen atau pejabat publik.Perilaku memilih sebagai salah satu indikator dalam pengertian pemilihan umumyang dimaksudkan oleh Nohlen adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam satu prosespemilihan umum. Dengan kata lain, dalam setiap pemilihan umum faktor perilaku memilihkonstoituen/massa pemilih sudah menjadi hal yang sangat diperhitungkan. Perilakumemilih menjadi satu perangkat penting dalam kesuksesan pelaksanaan pemilihan umum.Negara sebagai penanggung jawab sekaligus penyelenggara pemilu perlumemperhatikan perilaku memilih warganya. Perilaku memilih bisa dipengaruhi oleh adatidaknya pembelajaran melalui instrumen pelatihan atau kegiatan sejenis tentangkepemiluan. Melalui pembelajaran atau membudayakan pemilu bagi warganya akanmemberikan hasil yang positif dalam rangka kesuksesan sebuah pemilihan umum yangdiselenggarakan. Dengan adanya pengetahuan yang baik, tentunya tingkat partisipasi danlogika dalam memilih juga akan lebih baik lagi. Melalui pemilihan dengan memberikan haksuaranya, konstituen akan memilih calon berdasarkan logika yang mapan. Faktor eksternalhanya menjadi bahan pembanding, atau penguji apa yang telah dipikirkan untuk kelakdipilihnya.

Page 9: Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu Dilihat dari Perilaku Memilih

7

BAB IIIPROSEDUR PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan PenelitianPenelitian ini akan menggunakan metode eksploratif beralur penalaran induktif, denganmenggunakan data Sekunder serta data Primer. Sampel dalam penelitian ini dengan sistim SampelNon Probabilitas dengan sistim sampel Purposif yaitu sampel ditetapkan secara sengaja olehpeneliti, lazimnya didasarkan atas kriteria (ciri-ciri) tertentu atau pertimbangan tertentu.Penelitian ini juga menggunakan sampel Quota yaitu sampel ditetapkan jumlahnya oleh penelitiatau dengan sistem jatah. Lazimnya digunakan dalam pengumpulan pendapat umum. Penentuankuota didasarkan pada sifat populasi atau pertimbangan peneliti dengan jumlah sampel 20 orangper kecamatan. Pembatasan quota disebabkan oleh keterbatasan dana Riset yang telahdialokasikan oleh KPU.Dalam penelitian ini kami menggunakan Angket (kuesioner) yang sudah berisi daftarpertayaan dan jawaban. Kami juga menggunakan Angket dengan cara semi terbuka (jawaban sudahtersedia, tetapi responden diberi alternatif untuk menjawab selain dari jawaban yang sudahdisediakan)B. Waktu dan Tempat PenelitianRiset ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Juli tahun 2015, denganmelibatkan unsur yang independen dari warga masyarakat kabupaten Pakpak Bharat.Wilayah kabupaten Pakpak Bharat menjadi populasi/tempat penelitian dengan mengambilsampel dari seluruh Kecamatan yang ada, yakni:1. Kecamatan STTU Julu2. Kecamatan Salak3. Kecamatan Siempat Rube4. Kecamatan Tinada5. Kecamatan Kerajaan6. Kecamatan STTU Jehe7. Kecamatan PGGS8. Kecamatan PagindarPelaksanaan riset dikerjakan oleh Tim, sehingga untuk mencapai seluruhkecamatan/populasi bisa dilkasanakan dengan waktu yang singkat. Tim yang melaksanakaRiset ini:

No N a m a A l a m a t Jabatan Dalam Penelitian1 Nusler Banurea Persabahen Desa Salak I Koordinator Kegiatan2 Ronal Reigen Manik Barisen Desa Boangmanalu Koordinator Lapangan3 Kokin Manik Napasengkut, Desa Salak II Relawan Lapangan4 Ronald Berutu Simpon, Desa Bandar Baru Relawan Lapangan5 Darwis Berutu Simerpara, Desa Simerpara Relawan Lapangan6 Saut Banurea Persabahen, Desa Salak II Relawan Lapangan7 Marjuna Padang Sirpang Jambu, Desa Traju Relawan Lapangan8 Sahata Padang Kuta Babo, Desa Kuta babo Relawan Lapangan9 Edison Manik Pagindar, Desa Pagindar Relawan Lapangan10 Indrasaputra Sukarame, Desa Sukaramai Relawan Lapangan11 Nurwasti Tinambunan Persabahen, Desa Salak I Sekretariat

Page 10: Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu Dilihat dari Perilaku Memilih

8

C. Populasi dan SampelPopulasi yang dilibatkan dalam penelitian ini mencakup atau representasi seluruhwarga masyarakat Kabupaten Pakpak Bharat. Representase meliputi tingkat pendidikan,Usia, dan jenis pekerjaan,Responden dalam riset ini adalah warga masyarakat yang sudah pernah mengikutiPemilu eksekutif dan legislatif. Metodenya dengan sistim acak di seluruh kecamatan dikabupaten Pakpak Bharat. Dengan kata lain bagi warga masyarakat yang belum pernahmengikuti pemilu sebagaimana disebutkan diatas tidak menjadi responden atau objekyang diteliti dalam riset ini.D. Instrumen PenelitianDalam penelitian ini kami menggunakan Angket (kuesioner) yang sudah berisidaftar pertayaan dan jawaban. Kami juga menggunakan Angket dengan cara semi terbuka(jawaban sudah tersedia, tetapi responden diberi alternatif untuk menjawab selain darijawaban yang sudah disediakan)Untuk mendapatkan hasil yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah, riset inimenggunakan daftar pertayaan (kuesioner) yang disebar kepada seluruh responden.Kuesioner yang dibagikan berisi 100 pertayaan yang meliputi pertayaan-pertayaan berupapengukuran tingkat patisipasi mereka dalam mengikuti sebuah proses pemilu.E. Teknik Pengumpulan DataPenelitian ini menggunakan metode eksploratif beralur penalaran induktif, denganmenggunakan data Sekunder serta data Primer. Sampel dalam penelitian ini dengan sistimSampel Non Probabilitas dengan sistim sampel Purposif yaitu sampel ditetapkan secarasengaja oleh peneliti, lazimnya didasarkan atas kriteria (ciri-ciri) tertentu ataupertimbangan tertentu. Pengumpulan data dengan penyebaran lembar kertas yang sudahberisi daftar pertanyaan. Kelebihan metode ini adalah penghematan waktu (dalam satuwaktu menjangkau banyak responden) pertanyaan seragam, tidak memerlukan kehadiranpeneliti, dapat dijawab dengan jujur karena dapat dibuat anonim (tanpa nama) dan waktumenurut responden.Penelitian ini juga menggunakan sampel Quota yaitu sampel ditetapkan jumlahnyaoleh peneliti atau dengan sistem jatah. Lazimnya digunakan dalam pengumpulan pendapatumum. Penentuan kuota didasarkan pada sifat populasi atau pertimbangan peneliti denganjumlah sampel 20 orang per kecamatan. Pembatasan quota disebabkan oleh keterbatasandana Riset yang telah dialokasikan oleh KPU.F. Teknis Analisis DataSeluruh data responden melalui kuesioner yang telah disebar dikumpulkan,kemudian dilakukan tahapan: Editing (pemeriksaan data yang sudah terkumpul dan,Coding (pengkodean dari instrumen/daftar pertanyaan dari seluruh responden)Dari proses tersebut, riset ini menonjolkan sifat-sifat umum dari populasi datadengan melakukan tabulasi data kemudian melakukan kategorisasi, memilah-milah,mengklasifikasikan terhadap informasi yang diperoleh untuk menjelaskan hubungan-

Page 11: Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu Dilihat dari Perilaku Memilih

9

hubungan kategorisasi sebagaoi indikator pengukuran partisipasi responden dalampemilihan umum untuk menarik kesimpulan.

Page 12: Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu Dilihat dari Perilaku Memilih

10

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Hasil PenelitianResponden yang yang ditetapkan dan pilih dalam objek penelitian ini berjumlah160 orang. Sebaran responden mewakili seluruh kecamatan yang ada di kabupaten PakpakBharat, dengan jumlah masing-,masing 20 responden per Kecamatan dari berbagai latarbelakang sosial termasuk dalam tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan. Respondenberdasarkan Jenis Kelamin Laki-laki 89 orang (50,63 %), dan Perempuan 71 orang (49,37%) Data responden menurut jenis kelamin dapat kita lihat dalam Tabel 1.

Dari hasil rekapitulasi data responden berdasarkan tingkat pendidikan yangkemudian dikelompokkan menurut jenis kelamin adalah sebagai berikut:1. SD sebanyak 22 orang, dengan rincian Laki-laki 12 orang dan Perempuan 10orang.2. SLTP sebanyak 33 orang, dengan rincian Laki-laki 20 orang dan Perempuan 13orang.3. SLTA sebanyak 67 orang, dengan rincian Laki-laki 30 orang dan Perempuan 37orang.4. Akademi sebanyak 14 orang, dengan rincian Laki-laki 5 orang dan Perempuan 9orang.5. PT sebanyak 24 orang, dengan rincian Laki-laki 14 orang dan Perempuan 10orang.Dari data tersebut diatas kami sajikan sesuai dengan Tabel 2,3 dan 4.

Page 13: Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu Dilihat dari Perilaku Memilih

11

Page 14: Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu Dilihat dari Perilaku Memilih

12

Berdasarkan tingkat pendidikan, responden dalam riset ini didominasi lulusanSLTA baik itu Laki-laki maupun Perempuan. Fakta ini menunjukkan bahwa pengetahuanresponden sudah sangat baik untuk mencerna pertayaan serta memberikan jawaban yangdisampaikan dengan baik jika dilihat dari segi pendidikan.Jenis pekerjaan yang ditekuni juga sangat mempengaruhi pola pikir sertadimungkinkan kemudian bisa membentuk karakter dalam berinteraksi dalam masyarakatuntuk membuat keputusan-keputusan sosial masyarakat, termasuk dalam meresponkegiatan-kegiatan negara seperti untuk berpartisipasi dalam Pemilu.Hasil tabulasi data responden yang ada, dari keseluruhan responden hanya terdapat4 (empat) jenis kategori pekerjaan yang ada, yakni: Petani, Wiraswasta, Tenaga HonorerPemerintah dan PNS (Pegawai Negeri Sipil). Hal ini dengan nyata memberikan deskripsiyang sama sesuai dengan kenyataan jenis pekerjaan masyarakat Pakpak Bharat secaraumum yang didominasi oleh Petani. Data Jenis Pekerjaan ini kami sampaikan dalam Tabel5.

Page 15: Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu Dilihat dari Perilaku Memilih

13

Sebanyak 79 (49,58 %) responden berprofesi sebagai Petani, 50 responden (31,25%) berprofesi sebagai Wiraswasta, 13 responden (8,13 %) adalah Tenaga HonorerPemerintah, kemudian 18 responden (11,25) adalah Pegawai Negeri Sipil.Kemudian kami memberikan gambaran jenis pekerjaan tersebut berdasarkan jeniskelamin. Dari 4 kelompok jenis pekerjaan yang ada, baik Laki-laki maupun Perempuantermasuk didalamnya. Dengan artian bahwa jenis kelamin tidak mempengaruhi jenispekerjaan yang digeluti oleh responden.Responden berjenis kelamin Laki-laki sebagai Petani ada sebanyak 43 orang danPerempuan sebanyak 36 orang. Berprofesi sebagai Wiraswasta, Laki-laki 22 orang,Perempuan 28 orang. Tenaga Honorer Pemerintah, Laki-laki 5 orang dan Perempuan 8orang. Bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil, Laki-laki 11 orang dan Perempuan 7 orang.Sebagai gambaran atau data yang telah di tabulasi kemudian dikelompokkan disajikandalam tabel 6. 7, 8, dan 9.

Page 16: Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu Dilihat dari Perilaku Memilih

14

Page 17: Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu Dilihat dari Perilaku Memilih

15

,A. Pembahasan Hasil PenelitianKesadaran ataupun motivasi pribadi manusia tidak terlepas dari bagaimanaseseorang tersebut melihat pentingnya suatu kegiatan, momen bahkan peristiwa yangterjadi dalam lingkungannya. Pemilu sebagai suatu satu titik akhir dari sebuah prosesdemokrasi adalah merupakan suatu pengejawahtahan hak warga negara dalammemberikan hak pilih atau hak suaranya, namun berlaku bagi warga yang telah memenuhipersyaratan yang telah ditetapkan dalam sebuah peraturan perundangan.Pola berpikir dan bertindak setiap individu dipengaruhi oleh lingkungan dimana diaberada. Faktor-faktor internal pribadi dalam memilih banyak dipengaruhi oleh lingkungan,sebagaimana dari hasil riset ini pola responden dalam memberikan hak pilihnyadipengaruhi oleh beberapa faktor eksternal, seperti pengaruh kampaye, pengaruh media

Page 18: Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu Dilihat dari Perilaku Memilih

16

massa, pengaruh ajakan orang lain atau juga bisa oleh ajakan atau pemberian sesuatu baikmateri maupun janji melalui Tim Sukses seorang calon.Untuk mencapai sebuah Pemilu yang baik, proses dan tahapan yang panjang danmelelahkan baik bagi Penyelenggara Pemilu, Peserta Pemilu bahkan masyarakat itu sendiriyang merupakan salah satu objek dari kegiatan ini. Sebelum mencapai Pemilu prosespembelajaran atau bahkan ajakan untuk memilih bagi warga dilakukan oleh pesertapemilu ataupun bisa juga dilakukan oleh Negara sendiri melalui instansi yangmembidanginya.Seseorang yang akan memberikan hak pilihnya, bukan begitu saja datang ke TPS.Proses dan tahapan pemilu itu sendiri memberikan penilaan dan makna pentingnyaseorang warga untuk menjatuhkan pilihannya kepada perorangan maupun sebuah PartaiPolitik. Proses dan tahapan pemilu yang baik dan bisa dimengerti oleh masayarakat sangatmempengaruhi tingkat pastisipasi mereka. Melalui tahapan ini diharapkan pengetahuandan pengenalan masyarakat tentang pemilu akan lebih baik lagi.Arti pentingnya campur tangan pemerintah melalui badan atau sebuah Komisi yangmembidangi kepemiluan tentunya bisa mendongkrak atau minimal bisa memberikankesadaran baru bagi masyarakat tentang pentingnya sebuah Pemilu yang pada akhirnyamemberi wacana baru tentang Pemilu itu sendiri.Peran pemerintah atau Komisi Pemilihan Umum dalam melakukan sosialisasikepemiluan bagi masyarakat sangat berarti positif. Dengan kata lain, melalui sebuahperencaaan tentang sosialisasi kepemiluan yang terstruktur, terjadwal dan rutin akan lebihlagi menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi dalam pesta rakyat yangkita kenal dengan Pemilu. Hasil penelitian ini, menggambarkan hal tersebut. Dari 160orang responden, 98 orang (61,25 %) pernah mengikuti Sosialisasi tentang Kepemiluan.Sebanyak 62 orang (38,75) tidak atau belum pernah mengikuti kegiatan sosialisasikepemiluan. Tingkat pendidikan responden sangat berkorelasi dengan tingkat partisipasimereka. Untuk hal ini dapat dilihat dalam Tabel 10.

Page 19: Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu Dilihat dari Perilaku Memilih

17

Tabel diatas dengan jelas memberi gambaran tingkat partisipasi warga dalammengikuti rapat atau pertemuan yang diselenggarakan oleh pemerintah atau KPU masihsangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan warga itu sendiri.Lebih detail lagi melihat tingkat partisipasi warga mengikuti sebuah acara rapattentang Pemilu, telah kami kelompokkan berdasarkan tingkat pendidikan responden.Pengelompokan berdasarkan riset ini 98 orang yang pernah mengikuti Rapat Kepemiluan.Tingkat pendidikan responden tetap berkorelasi dengan kegiatan rapat ini, respondenyang pernah mengikuti rapat berdasarkan tingkat pendidikan tersebut adalah: SD, 2 0rang(3,06 %), SLTP 13 orang (13,27 %), SLTA 47 orang (47,96 %), Akademi 12 orang (12,24%) kemudian PT 23 (23,47 %) dalam Tabel 11

Sosialisasi Pemilu sebagai sarana pembelajaran atau pengenalan tentang hal-halpenting mengenai Pemilu sangat diharapkan oleh masyarakat. Melalui sarana sosialisaisebagaimana disebutkan diatas dapat memberi wacana atau perubahan paradigmamasyarakat tentang Pemilu akan lebih membuat tingkat partisipasi lebih baik lagi.Pengertian, maksud dan tujuan dari pemilu itu sendiri akan diperoleh masyarakatmelalui sosialisasi, semakin sering masyarakat diikutsertakan, maka tingkat partisipasimereka akan lebih baik. Kita bisa mengartikan bahwa tingkat partisipasi berhubungandengan pengetahuan masyarakat akan suatu kegiatan. Responden yang diteliti dalam risetini sangat mengharapkan perlunya sosialisasi tentang kepemiluan yang dilakukan olehPemerintah. Hasil riset ini menunjukkan angka yang cukup baik, bahwa masyrakatmenyadari arti pentingnya sosialisasi tersebut, sebagai mana dalam Tabel 12 berikut.

Page 20: Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu Dilihat dari Perilaku Memilih

18

Responden dengan tingkat pendidikan Perguruan Tinggi 100 % menyebutkanperlunya pemerintah melakukan sosialisasi. Tingkat pendidikan Akademi 78,57 %, SLTA78,79 %, SLTP 67,65 % sedangkan responden dengan tingkat pendidilan SD 11 % jugamengharapkan adanya sosialisasi yang sistimatis dan terstruktur.Item pertayaan riset ini, tentang perlunya pemerintah melaksanakan sosialisasitentang pemilu, dari 160 responden 121 menyatakan perlu, sedangkan selebihnya 39responden menyatakan tidak perlu. Prosentase yang tinggi (75,63 %) mengharapkanadanya sosialisasi yang terencana dengan baik tentang sosialisasi tersebut. Harapanmasyarakat ini tentunya masuk diakal, sebab selama ini masyarakat hanya memperolehpengetahuan yang minim tentang arti dan tujuan sebuah proses pemilu dalamhubungannya membangun bangsa dan negara atau guna dan fungsi pemilu itu bagi merekasendiri.Dilihat dari tingkat pendidikan responden, korelasi antara tingkat pendidikandengan kegiatan sosialisasi ini juga sangat berhubungan. Hubungan antara kedua hal inidengan jelas dapat kita lihat dalam Tabel 13

Page 21: Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu Dilihat dari Perilaku Memilih

19

Partisipasi tidak terlepas daripada kepedulian sosial ataupun kebutuhan akansesuatu. Partisipasi juga berhubungan dalam pemenuhan kebutuhan kepuasan seseorangatau suatu tanggung jawab moral yang diemban. Dalam kaitannya dengan riset ini kita bisamelihat kepedulian responden untuk mengajak keluarga sendiri atau bahkan orang lainberdasarkan tingkat pendidikan. Responden yang tingkat pendidikannya lebih tinggi,kepedulian untuk mengajak orang lain memberikan hak pilihnya lebih tinggi, sebagaimanadigambarkan dalam Tabel 14.

Lebih rinci lagi dari hasil riset ini kita bisa mengetahui dari 160 responden, 92responden (57,50 %) mengatakan berusaha untuk mengajak orang lain untuk memberikanhak suaranya pada saat Pemilu. Dalam Tabel 15 juga kita dapat memilah responden yang

Page 22: Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu Dilihat dari Perilaku Memilih

20

mengajak orang lain ikut dalam Pemilu berdasarkan tingkat pendidikan SD 2 responden(2,17 %), SLTP 8 responden (8,70 %), SLTA 79 responden (58,26 %), Akademi 11responden (11,96 %) dan PT 22 responden (23,91 %)

Lingkungan dan kelompok berperan dalam pembentukan karakter serta sifatseorang individu. Dalam lingkungan karakter terasah dan terbentuk. Perbincangan danmembahas sesuatu akan menjadikan topik yang dibicarakan atau dibahas akan menjadisesuatu yang berguna. Melalui perbincangan dalam keluarga atau kelompok sosialdimasyarakat yang membicarakan pemilu akan berkontribusi tentang pentingnya Pemilu.Semakin sering masyarakat membicarakan pemilu, tentunya akan berkorelasidengan tingkat partisipasi mereka. Hasil riset ini menunjukkan pengaruh tingkatpendidikan juga berhubungan dengan minat responden untuk membicarakan pemilu dilingkungannya. Tingkat prosentase item ini secara rata-rata lebih baik jika dibandingkandengan item mengajak orang lain. Ini tentunya fakta yang logika, sebab pembicaraanmelalui interaksi dengan anggota keluarga atau masyarakat dalam kelompoknya lebihmudah dilaksanakan, daripada mengajak orang lain ikut dalam sebuah pemilu. Tabel 16memberikan gambaran dari hasil riset ini, tingkat kepedulian serta pengetahuan berbadinglurus dengan tingkat pendidikan responden.

Page 23: Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu Dilihat dari Perilaku Memilih

21

Hasil tabulasi data untuk item pertayaan apakah responden pernah membicarakanpemilih kepada keluarga atau orang lain 114 responden menyatakan pernah 114responden dengan prosentase (71,25 %). Dari jumlah total ini masih tetap terlihatpengaruh tingkat pendidikan untuk inisiatif dalam membicarakan pemilu bagi keluargasendiri maupun orang lain. Responden yang tingkat pendidikannya SD (6,14), SLTP (18,42%), SLTA (45,61 %), Akademi (10,53 %) dan Perguruan Tinggi (19,30) angka ini kamisampaikan dalam Tabel 17.

Page 24: Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu Dilihat dari Perilaku Memilih

22

B.1. Pola Responden Memilih DPR RIPerilaku responden dari hasil riset ini dalam memberikan hak suaranya untukmemilih wakilnya di Parlemen cukup baik. Dari 160 orang responden memberikan hakpilih ada sebanyak 142 responden yang menyatakan memberikan hak suaranya untukmemilih DPR RI, sementara 18 orang menyatakan tidak memberikan hak suaranya.Alasan responden tertinggi untuk memberikan hak suaranya adalah karena Partaipengusung calon. Mencermati hal ini, kita bisa menyimpulkan bahwa responden dalammemilih anggota DPR RI sangat dipengaruhi oleh Partai Politik pengusung. Peran mediamassa, seperti Koran, Radio dan Televisi juga mempengaruhi perilaku memilih responden.Perlu digaris bawahi bahwa, peran orang lain untuk mengajak responden untuk memilihcalon DPR RI juga sangat tinggi, yaitu 30,08 %.

Page 25: Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu Dilihat dari Perilaku Memilih

23

Pemilihan DPR RINo Pertayaan Jawaban ProsentaseYa Tidak1 Apakah bapak/ibu memilih atau memberikan hak suarabapak/ibu untuk DPR RI ? 142 18 88,75 11,252 Apakah bapak/ibu mengenal calon DPR RI tersebutsehingga bapak/ibu memilihnya ? 3 157 1,90 98,103 Apakah pernah mendengar, melihat atau mengetahuiprogram atau janjinya ? 19 141 11,90 88.104 Apakah ada hubungan kekeluargaan/marga/daerahdengan calon tersebut ? 15 145 9,38 90,625 Apakah mengenal calon tersebut melalui sebuahKampaye/brosur/baliho calon bersangkutan ? 14 146 8,75 91,256 Mengetahui atau mengenal calon tersebut melalui mediamassa seperti: Koran, Radio atau Televisi ? 29 131 18,13 81,827 Pernah dikunjungi/mengunjungi atau bertemu langsungdengan calon tersebut ? 3 157 1,88 98,128 Diajak oleh tetangga atau keluarga untuk memilih DPRRI tanpa menerima sesuatu atau janji-janji ? 37 123 23,13 76,879 Didatangi oleh Tim Sukses calon tersebut danmemberikan/menjanjikan sesuatu ? 2 158 1,25 98,7510 Menjatuhkan pilihan kepada calon DPR RI ini karenapartai politik pengusungnya ? 79 81 49,38 50,62

B.2. Pola Responden Dalam Memilih DPDResponden yang memberikan haksuaranya dalam pemilihan anggota DPD adasebanyak 119 orang, pemilihan anggota DPD ini menurut 22 orang responden karena adahubungan kekeluargaan/marga/daerah dengan calon yang dipilih. Mengetahui programatau atau janjinya hanya sekitar 5,60 %. Angka ini tentunya bisa menunjukkan tidakrasionalnya responden dalam pemilihan anggota DPD.Jumlah responden yang memilih juga menunjukkan kurangnya pengenalan akancalon, atau bisa saja responden tidak mengetahui apa tugas pokok dan fungsi DPD bagimereka sendiri, sehingga tingkat partisipasi masih rendah.Pemilihan DPD

No Pertayaan Jawaban ProsentaseYa Tidak1 Apakah bapak/ibu memilih atau memberikan hak suarabapak/ibu untuk DPR RI ? 119 41 74,37 25,632 Apakah bapak/ibu mengenal calon DPR RI tersebutsehingga bapak/ibu memilihnya ? 19 141 11,90 88,103 Apakah pernah mendengar, melihat atau mengetahuiprogram atau janjinya ? 9 151 5,60 94,404 Apakah ada hubungan kekeluargaan/marga/daerahdengan calon tersebut ? 22 138 13,75 86,255 Apakah mengenal calon tersebut melalui sebuahKampaye/brosur/baliho calon bersangkutan ? 9 151 5,60 94,406 Mengetahui atau mengenal calon tersebut melalui mediamassa seperti: Koran, Radio atau Televisi ? 2 158 1,25 98,757 Pernah dikunjungi/mengunjungi atau bertemu langsungdengan calon tersebut ? 19 141 11,90 88,10

Page 26: Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu Dilihat dari Perilaku Memilih

24

8 Diajak oleh tetangga atau keluarga untuk memilih DPDtanpa menerima sesuatu atau janji-janji ? 5 155 3,13 96,879 Didatangi oleh Tim Sukses calon tersebut danmemberikan/menjanjikan sesuatu ? 4 156 2,50 97,50

B.3. Pola Responden Dalam Memilih DPRD ProvinsiDari hasil riset ini, terlihat bahwa minat responden untuk menjatuhkan hak pilihnyacukup baik, Dari 160 responden, hanya 13 (8,13 %) yang tidak memberikan hak pilihnya.Dari seluruh responden mengatakan bahwa mereka mengenal calon yang dipilih,pengenalana ini tentunya disebabkan oleh faktor geografis, budaya atau hal-hal sosiallainnya.Faktor bertemu langsung dengan calon juga mempengaruhi partisipasi respondenuntuk memberikan hak pilihnya. Pengenalan calon melalui media massa hanya 28, 13 %,sementara responden yang memberikan hak suaranya oleh karena partai politikpengusung hanya 49,38 %.Dari fenomena ini terlihat dengan jelas, pola perilaku responden dalam memilihlebih dominan disebabkan pengenalan secara perorangan/pribadi calon yang akan dipilih.Fenomena ini juga mengakibatkan tingkat prosentase responden dalam memberikan hakpilihnya mencapai 91,88 %.Walaupun prosentase responden pernah dikunjungi atgau bertemu langsungdengan calon yakni 61,25, peran dari Tim Sukses untuk memilih calon tertentu cukupberarti yakni 35,00 %. Hal ini menandakan perilaku responden dalam memilih anggotaDPRD Provinsi belum mandiri, dengan kata lain calon yang dipilih, selain sudah dikenaltapi masih perlu atau membutuhkan suatu pemberian atau janji.Pemilihan DPRD Provinsi

No Pertayaan Jawaban ProsentaseYa Tidak1 Apakah bapak/ibu memilih atau memberikan hak suarabapak/ibu untuk DPR Provinsi ? 147 13 91,88 8,132 Apakah bapak/ibu mengenal calon DPRD Provinsitersebut sehingga bapak/ibu memilihnya ? 102 58 63,8 36,33 Apakah pernah mendengar, melihat atau mengetahuiprogram atau janjinya ? 101 59 63,10 36,904 Apakah ada hubungan kekeluargaan/marga/daerahdengan calon tersebut ? 100 60 62,50 37,505 Apakah mengenal calon tersebut melalui sebuahKampaye/brosur/baliho calon bersangkutan ? 101 59 63,13 36,886 Mengetahui atau mengenal calon tersebut melalui mediamassa seperti: Koran, Radio atau Televisi ? 45 115 28,13 71,887 Pernah dikunjungi/mengunjungi atau bertemu langsungdengan calon tersebut ? 98 52 61,25 32,508 Diajak oleh tetangga atau keluarga untuk memilih DPRDProvinsi tanpa menerima sesuatu atau janji-janji ? 9 141 5,63 88,139 Didatangi oleh Tim Sukses calon tersebut danmemberikan/menjanjikan sesuatu ? 56 104 35,00 65,0010 Menjatuhkan pilihan kepada calon DPRD Provinsi inikarena partai politik pengusungnya ? 52 109 32,50 67,50

B.4. Pola Responden Dalam Memilih DPRD Kabupaten

Page 27: Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu Dilihat dari Perilaku Memilih

25

Pola perilaku responden dalam pemilihan DPRD Kabupaten, sangat dominandipengaruhi oleh faktor pengenalan. Pengenalan ini bisa disebabkan oleh faktorkekeluargaan/marga atau daerah. Ikatan emosional sosial budaya sangat kental dalampemilihan DPRD Kabupaten, kita bisa melihat dalam tabel berikut.Keseluruhan responden menyatakan ikut memilih anggota DPRD, untuk calon yangdipilih berdasarkan partai politik pengusung tidak terlalu signifikan (13,75 %). Peran TimSukses juga tidak terlalu tinggi (24,38 %)Pemilihan DPRD Kabupaten

No Pertayaan Jawaban ProsentaseYa Tidak1 Apakah bapak/ibu memilih atau memberikan hak suarabapak/ibu untuk DPR Kabupaten ? 160 0 100 02 Apakah bapak/ibu mengenal calon DPRD Kabupatenitersebut sehingga bapak/ibu memilihnya ? 160 0 100 03 Apakah pernah mendengar, melihat atau mengetahuiprogram atau janjinya ? 155 5 96,90 3,104 Apakah ada hubungan kekeluargaan/marga/daerahdengan calon tersebut ? 145 15 90,63 9,375 Apakah mengenal calon tersebut melalui sebuahKampaye/brosur/baliho calon bersangkutan ? 14 146 8,75 91,256 Mengetahui atau mengenal calon tersebut melalui mediamassa seperti: Koran, Radio atau Televisi ? 29 131 18,13 81,887 Pernah dikunjungi/mengunjungi atau bertemu langsungdengan calon tersebut ? 152 8 95,00 5,008 Diajak oleh tetangga atau keluarga untuk memilih DPRDKabupaten tanpa menerima sesuatu atau janji-janji ? 22 138 13,75 86,259 Didatangi oleh Tim Sukses calon tersebut danmemberikan/menjanjikan sesuatu ? 39 121 24,38 75,6310 Menjatuhkan pilihan kepada calon DPRD Kabupaten inikarena partai politik pengusungnya ? 22 148 13,75 92,50

B.5. Pola Responden Dalam Memilih Presiden dan Wakil PresidenUntuk pemilihan eksekutif khususnya pemilihan Presiden dan Wakil Presidentahun 2014, prosentase keikutserrtaan responden cukup baik, hal ini terlihat dari jawabanyang menyatakan Ya sebanyak 95 %. Tingginya angka ini disebabkan oleh Program ataujanji yang ditawarkan, demikian juga dengan peran kampaye serta pengaruh media massa.Untuk pemilihan Presiden dan Wakil Presiden bisa kita katakan bukan disebabkanoleh adanya faktor ikatan sosial dan budaya. Hanya adanya 2 calon juga bisa menyebabkantingginya minat responden untuk memilih, peran Tim Sukses calon juga tidak sangatmempengaruhi partisipasi responden untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden.Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden

No Pertayaan Jawaban ProsentaseYa Tidak1 Apakah bapak/ibu memilih atau memberikan hak suaradalam pemilihan Presiden dan Wakil Presiden ? 152 8 95,00 5,002 Apakah bapak/ibu mengenal calon Presiden dan WakilPresiden tersebut sehingga bapak/ibu memilihnya ? 27 133 16,88 83,10

Page 28: Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu Dilihat dari Perilaku Memilih

26

3 Apakah pernah mendengar, melihat atau mengetahuiprogram atau janjinya ? 152 8 95,00 5,004 Apakah ada hubungan kekeluargaan/marga/daerahdengan calon tersebut ? 3 157 1,88 98,135 Apakah mengenal calon tersebut melalui sebuahKampaye/brosur/baliho calon bersangkutan ? 153 7 95,63 4,386 Mengetahui atau mengenal calon tersebut melalui mediamassa seperti: Koran, Radio atau Televisi ? 153 7 95,63 4,387 Pernah dikunjungi/mengunjungi atau bertemu langsungdengan calon tersebut ? 0 160 0 1008 Diajak oleh tetangga atau keluarga untuk memilihPresiden dan Wakil Presiden tanpa menerima sesuatuatau janji-janji ? 4 156 2,50 97,509 Didatangi oleh Tim Sukses calon tersebut danmemberikan/menjanjikan sesuatu ? 5 155 3,13 96,8810 Menjatuhkan pilihan kepada calon Presiden dan WakilPresiden ini karena partai politik pengusungnya ? 97 63 60,63 39,38

B.6. Pola Responden Dalam Memilih Gubernur dan Wakil GubernurPola perilaku responden dalam pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur hasil risetini menunjukkan peran dari pengenalan responden melalui kampaye/brosur atau balihopara calon mencapai 76,25 %. Sedangkan pengetahuan responden akan program calonGubernur tidak sangat signifikan (11,88 %) untuk mengarahkan minat responden untukmemilih. Peran dari pada Tim Sukses dalam pemilihan Gubernur juga mempengaruhiminat responden (36,25).Animo responden secara keseluruhan cukup baik dalam memberikan hak pilihnya(85 %). Tingginya angka ini, juga dipengaruh oleh partai pengusung calon untuk menarikminat responden dalam memberikan hak suaranya (26,88 %). Pengaruh partai politikdisini lebih disebabkan oleh karena jauhnya ikatan primordial antara konstituen denganpara calon. Fenomena yang sama terjadi juga dalam pemilihan Presiden dan WakilPresiden. Pemilihan kandidiat sangat dipengaruhi oleh faktor kampaye atau peran mediasosial sangat tinggi.Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur

No Pertayaan Jawaban ProsentaseYa Tidak1 Apakah bapak/ibu memilih atau memberikan hak suaradalam pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur ? 136 24 85,00 15,002 Apakah bapak/ibu mengenal calon Gubernur dan WakilGubernur tersebut sehingga bapak/ibu memilihnya ? 22 138 13,75 86,303 Apakah pernah mendengar, melihat atau mengetahuiprogram atau janjinya ? 19 141 11,88 88,104 Apakah ada hubungan kekeluargaan/marga/daerahdengan calon tersebut ? 17 143 10,63 89,385 Apakah mengenal calon tersebut melalui sebuahKampaye/brosur/baliho calon bersangkutan ? 122 38 76,25 23,756 Mengetahui atau mengenal calon tersebut melalui mediamassa seperti: Koran, Radio atau Televisi ? 74 86 46,25 53,757 Pernah dikunjungi/mengunjungi atau bertemu langsungdengan calon tersebut ? 18 142 11,25 88,758 Diajak oleh tetangga atau keluarga untuk memilih 7 153 4,38 95,62

Page 29: Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu Dilihat dari Perilaku Memilih

27

Gubernur dan Wakil Gubernur tanpa menerima sesuatuatau janji-janji ?9 Didatangi oleh Tim Sukses calon tersebut danmemberikan/menjanjikan sesuatu ? 58 102 36,25 63,7510 Menjatuhkan pilihan kepada calon Gubernur dan WakilGubernur ini karena partai politik pengusungnya ? 43 117 26,88 73,12

B.7. Pola Responden Dalam Memilih Bupati dan Wakil BupatiDekatnya hubungan emosional, sosial, budaya dan politik responden dengan calonyang akan dipilih, membuat pemilihan Bupati dan Wakil Bupati dalam pemilihan inihampir sama dengan pemilihan DPRD Kabupaten.Pengenalan dan ienteraksi yang telah terjalain membuat animo respondenmemberikan hak suaranya sangat baik sekali (98,13 %). Tingginya akan ini tidakdipengaruhi oleh partai politik pengusung calon (13,13 %). Adanya intensitas interkasimembuat peran dari kampaye dan pengaruh media massa dalam mengkampayekan calontidak sangat berpengaruh.Peran media hanya ditanggapi oleh responden (6,88 %) sedangkan kampaye darimasing-masing calon juga sangat rendah untuk menarik minat responden (8,13 %).Fenomena ini tentunya menunjukkan ikatan sosial dan budaya lebih mendominasiperilaku responden dalam memilih calon Bupati dan Wakil Bupati.Rendahnya pengaruh partai politik pengusung (13,13 %) membuktikan bahwauntuk pemilihan Bupati dan Wakil Bupati suatu saat akan bisa diraih oleh calon dari jalurIndependen (non partai). Kecenderungan serta hasil riset ini menjadi tantangan bagi partaipolitik dalam melakukan sosialisasi dan kaderisasi bagi masyarakat.Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati

No Pertayaan Jawaban ProsentaseYa Tidak1 Apakah bapak/ibu memilih atau memberikan hak suaradalam pemilihan Bupati dan Wakil Bupati ? 157 3 98,13 1,882 Apakah bapak/ibu mengenal calon Bupati dan WakilBupati tersebut sehingga bapak/ibu memilihnya ? 158 2 98,75 1,253 Apakah pernah mendengar, melihat atau mengetahuiprogram atau janjinya ? 142 18 88,75 11,254 Apakah ada hubungan kekeluargaan/marga/daerahdengan calon tersebut ? 151 9 94,38 5,635 Apakah mengenal calon tersebut melalui sebuahKampaye/brosur/baliho calon bersangkutan ? 13 147 8,13 91,886 Mengetahui atau mengenal calon tersebut melalui mediamassa seperti: Koran, Radio atau Televisi ? 11 149 6,88 93,137 Pernah dikunjungi/mengunjungi atau bertemu langsungdengan calon tersebut ? 143 17 89,38 10,638 Diajak oleh tetangga atau keluarga untuk memilihBupati dan Wakil Bupati tanpa menerima sesuatu ataujanji-janji ? 3 157 1,88 98,139 Didatangi oleh Tim Sukses calon tersebut danmemberikan/menjanjikan sesuatu ? 92 68 57,50 42,5010 Menjatuhkan pilihan kepada calon Bupati dan WakilBupati ini karena partai politik pengusungnya ? 21 139 13,13 86,88

Page 30: Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu Dilihat dari Perilaku Memilih

28

Selain item pertayaan yang disebar kepada responden berdasarkan jenis pilihanmulai dari DPR RI sampai pemilihan Bupati dan Wakil Bupati di atas, pengukuran indikatorperilaku responden untuk mengikuti sebuah pemilu perlu kita lihat dari faktor eksternalmereka.Banyak faktor yang bisa merubah atau bahkan menguatkan apa yang ada dalampikiran mereka sebelumnya. Penguatan prinsip untuk memilih salah seorang kandidat,atau lebih khusus lagi partisipasi responden untuk ikut dalam pemilu ternyata dipengaruhijuga oleh instrumen atau media yang memang diatur dalam proses dan tahapan pemilu itusendiri, seperti kampaye dan kegiatan lainnya.Responden mengenal dengan baik calon adalah salah satu faktor yang dominanuntuk dipilih. Ternyata pengenalan tidak hanya melalui adanya hubungan interaksi secaralangsung atau bertatap muka secara langsung. Penyebaran gambar, pesan atau janjimelalui media massa juga bisa mempengaruhi perilaku responden untuk memilih.Pelaksanaan.Peran kemajuan Iptek yang telah dimanfaatkan oleh para kandidat melalui mediamassa dan selebaran dalam memberitakan atau menyebarkan informasi kepadamasyarakat berpengaruh terhadap perilaku responden untuk memilih. Hasil riset inimenunjukkan faktor pengenalan dalam arti ada pernah interaksi anatara respondendengan calon merupakan faktor utama tingginya partisipasi responden mengikuti pemilu.Untuk pemilihan DPRD Kabupaten dan pemilihan Bupati dan Wakil Bupatisebagaimana dalam Tabel 20 prosentasenya sangat tinggi. Faktor-faktor yang lain kurangbegitu dominan. Dalam pemilihan Presiden dan Wakil Presiden dalam beberapa waktuyang lalu, pernah mendengar atau mengetahui program sangat menentukan perilakuresponden untuk mengikuti Pemilu Pilpres, sebagaimana digambarkan dalam Tabel 21.Pengaruh kampaye juga mendongkrak partisipasi responden untuk mengikuti pemilhanPresiden dan Wakil Presiden yang mencapai angka 95,63 % sesuai dengan Tabel 22.Intensitas dari penayangan berita, baik media tulis maupun elektronikmempengaruhi perilaku responden dalam mengikuti pemilihan Presiden yang mencapaiangka 95,63 %. Pengaruh dari kampaye yang merubah perilaku responden untukpemilihan anggota DPD adalah yang paling rendah (1,25 %) hal ini dapat dilihat dalamTabel 23.

Page 31: Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu Dilihat dari Perilaku Memilih

29

Page 32: Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu Dilihat dari Perilaku Memilih

30

Selain instrumen pengenalan melalu media, ternyata peranan Tim Sukses jugaberpengaruh dalam meningkatkan partisipasi masyarakat. Riset ini menunjukkan bahwadalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati, selain sudah dikenal dan banyak berhubungan,atau bahkan bertatap muka, peran Tim Sukses masih signifikan untuk mengarahkanresponden memilih kepada salah satu calonnya.Ternyata kerja keras tim kandidat tidak cukup dengan silaturahmi atau interkasiyang sudah terbangun dalam hubungan sosial budaya dengan masyarakat. Tim Suksessebagai bagian tim pemenangan kandidat harus bekerja kerasa untuk membujuk ataumeyakinkan responden agar memilih kadidat mereka. Hasil tabulasi menunjukkan angka

Page 33: Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu Dilihat dari Perilaku Memilih

31

57,50 % reponden mengatakan didatangi oleh timsukses dalam pemilihan Bupati danWakil Bupati. Prosentase terendah adalah untuk pemilihan calon anggota DPR RI denganangka 1,25 %.

Page 34: Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu Dilihat dari Perilaku Memilih

32

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Tingkat pendidikan responden berkorelasi atau sangat mempengaruhi perilakupemilih dalam suatu proses pemilihan umum. Sosialisasi Pemilu sebagai sarana pembelajaran atau pengenalan tentang hal-halpenting mengenai Pemilu sangat diharapkan oleh masyarakat. Melalui saranasosialisai sebagaimana disebutkan dapat memberi wacana atau perubahanparadigma masyarakat tentang Pemilu yang tentunya akan lebih membuat tingkatpartisipasi lebih baik lagi. Peran pemerintah atau Komisi Pemilihan Umum dalam melakukan sosialisasikepemiluan bagi masyarakat sangat berarti positif. Dengan kata lain, melalui sebuahperencaaan tentang sosialisasi kepemiluan yang terstruktur, terjadwal dan rutinakan lebih lagi menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi dalamPemilu. Proses dan tahapan pemilu yang baik dan bisa dimengerti oleh masayarakat sangatmempengaruhi tingkat pastisipasi mereka. Melalui tahapan ini diharapkanpengetahuan dan pengenalan masyarakat tentang pemilu akan lebih baik lagitingkat partisipasinya. Intensitas dari penayangan berita untuk menginformasikan program calon, baikmedia tulis maupun elektronik penyebaran baliho dan kampaye mempengaruhiperilaku responden dalam mengikuti pemilihan Presiden yang Dekatnya hubungan emosional, sosial, budaya dan politik responden dengan calonyang akan dipilih, membuat pemilihan Bupati dan Wakil Bupati dalam pemilihan inihampir sama dengan pemilihan DPRD Kabupaten demikian sebaliknya berbandingterbalik dengan pemilihan calon yang jaraknya lebih jauh ikatan primordialmembuat tingkat pasrtisipasi lebih rendah.

B. Saran Negara sebagai penanggung jawab sekaligus penyelenggara pemilu perlumemperhatikan perilaku memilih warganya. Perilaku memilih bisa dipengaruhioleh ada atau tidaknya pembelajaran melalui instrumen pelatihan dan kegiatansejenis tentang kepemiluan. Melalui pembelajaran akan membudayakan pemiluyang baik bagi warganya. Pemerintah melalui lembaga yang mengelola kepemiluan, perlu melakukansosialisai yang sistematis, terencana dan terstruktur dalam memberikanpengetahuan yang lebih baik kepada masayarakat tentang kepemiluan. Informasikepemiluan yang baik akan membuat pengetahuan masyarakat tentang pemilu itusendiri akan lebih baik yang akan membuat kepekaan atau partisipasi lebih baiklagi.

Page 35: Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu Dilihat dari Perilaku Memilih

33

KepustakaanBudiarjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Edisi Revisi. Jakarta: PT GramediaPustaka UtamaFaulks, Keith, 2012. Sosiologi Politik Pengantar Kritis. Bandung: Penerbit Nusa Media.Karim, Abdul Gafar, 2013. Anak Muda Cerdas Berdemokrasi. Jakarta: Komisi PemilihanUmum Indonesia.Koentjaraningrat, 1977, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: Gramedia.Robbins, Stephen P, 2008. Perilaku Organisasi. Edisi Kesepuluh. Yogyakarta.: PT. Indeks.J. Vredenbregt, 1978, Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat, Jakarta: Gramedia

Page 36: Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu Dilihat dari Perilaku Memilih

34

LampiranDokumentasi kegiatan:

Page 37: Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu Dilihat dari Perilaku Memilih

35

Page 38: Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu Dilihat dari Perilaku Memilih

36

Page 39: Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu Dilihat dari Perilaku Memilih

37

Page 40: Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu Dilihat dari Perilaku Memilih

38

Dokumentasi saat Responden mengisi Kuesioner