Para ahli tafsir sepakat bahwa surat al.docx

24
Para ahli tafsir sepakat bahwa surat al-insyiqaq diturunkan di Makkah setelah surat al-infithar ( [1] ) . Tema pokok surat ini masih berkisar tentang hari kiamat dan hari pembalasan. Dan tentunya merupakan kelanjutan dari surat- surat sebelumnya. Jika dalam surat al-Infithar dibicarakan tentang para pencatat amal, kemudian dalam surat al- Muthaffifin dibicarakan tentang tempat penyimpanan buku-buku catatan amal manusia; maka dalam surat ini dibahas tentang pembagian buku catatan amal manusia sekaligus menggambarkan keadaan yang akan menimpa atau dialami orang yang menerimanya ( [2] ) . Kali ini langit dan bumi kembali menjadi tanda kekuasaan Allah sekaligus membuktikan ke-tundukan mereka kepada titah Allah Yang Maha Kuasa. Kemegahan dan keindahan kedua makhluk Allah tersebut kelak menjadi fana, saat hari kehancuran yang ditentukan benar-benar terjadi. Wahai Manusia Lihatlah Langit dan Bumi “Apabila langit terbelah, dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya langit itu patuh. Dan apabila bumi diratakan, dan dilemparkan apa yang ada di dalamnya dan menjadi kosong, dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya bumi itu patuh, (pada waktu itu manusia akan mengetahui akibat perbuatannya)” (QS. 84: 1-5) Kali ini Allah menggambarkan saat terjadinya hari kiamat. Tiupan yang dahsyat dari terompet kehancuran malaikat Israfil mengakibatkan langit terbelah. Langitpun tunduk pada titah Allah. Dan memang sudah semestinya demikian. Sementara itu bumi juga menjadi rata. Ia mengeluarkan semua isi perutnya. Baik berupa manusia atau benda-benda yang lain hingga menjadi benar-benar kosong. Hal itu semata memenuhi titah Allah. Dan memang sudah semestinya demikian. Karena memang hanya Allah saja lah yang berhak untuk ditaati dalam keadaan apapun. Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya(QS. 84: 6)

Transcript of Para ahli tafsir sepakat bahwa surat al.docx

Page 1: Para ahli tafsir sepakat bahwa surat al.docx

Para ahli tafsir sepakat bahwa surat al-insyiqaq diturunkan di Makkah setelah surat al-infithar ([1]). Tema pokok surat ini masih berkisar tentang hari kiamat dan hari pembalasan. Dan tentunya merupakan kelanjutan dari surat-surat sebelumnya. Jika dalam surat al-Infithar dibicarakan tentang para pencatat amal, kemudian dalam surat al-Muthaffifin dibicarakan tentang tempat penyimpanan buku-buku catatan amal manusia; maka dalam surat ini dibahas tentang pembagian buku catatan amal manusia sekaligus menggambarkan keadaan yang akan menimpa atau dialami orang yang menerimanya([2]).

Kali ini langit dan bumi kembali menjadi tanda kekuasaan Allah sekaligus membuktikan ke-tundukan mereka kepada titah Allah Yang Maha Kuasa. Kemegahan dan keindahan kedua makhluk Allah tersebut kelak menjadi fana, saat hari kehancuran yang ditentukan benar-benar terjadi.

 Wahai Manusia Lihatlah Langit dan Bumi

            “Apabila langit terbelah, dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya langit itu patuh. Dan apabila bumi diratakan, dan dilemparkan apa yang ada di dalamnya dan menjadi kosong, dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya bumi itu patuh, (pada waktu itu manusia akan mengetahui akibat perbuatannya)” (QS. 84: 1-5)

            Kali ini Allah menggambarkan saat terjadinya hari kiamat. Tiupan yang dahsyat dari terompet kehancuran malaikat Israfil mengakibatkan langit terbelah. Langitpun tunduk pada titah Allah. Dan memang sudah semestinya demikian. Sementara itu bumi juga menjadi rata. Ia mengeluarkan semua isi perutnya. Baik berupa manusia atau benda-benda yang lain hingga menjadi benar-benar kosong. Hal itu semata memenuhi titah Allah. Dan memang sudah semestinya demikian. Karena memang hanya Allah saja lah  yang berhak untuk ditaati dalam keadaan apapun.

            “Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya” (QS. 84: 6)

            Ketika di dunia manusia telah berusaha bekerja keras untuk memenuhi segala keperluan hidupnya. Sebagian di antara mereka bahkan berlebihan hingga melupakan hak jasadnya untuk beristirahat. Sebagian lagi bahkan melupakan Allah, Dzat yang membuatnya berkecukupan dalam kehidupannya.   Sebagian manusia menyadari kekeliruannya, sehingga ia pun semakin bekerja dan berusaha keras untuk memenuhi hak-haknya, keluarganya, masyarakat sekelilingnya, dan tentunya Allah.

            Siapapun mereka, baik yang terus bekerja atau bermalas-malasan dan lupa akan perjumpaan dengan hari pembalasan, atau mereka yang bekerja dan beramal karena yakin akan bertemu Allah; maka pertemuan dengan Allah adalah suatu kepastian. Pertemuan dengan hari pembalasan adalah sebuah keniscayaan. Hal inilah yang sering dan banyak dilupakan oleh manusia yang dalam ayat ini punya karakteristik “كادح” yang berarti berusaha dan bekerja keras.

Page 2: Para ahli tafsir sepakat bahwa surat al.docx

            Jika kaum mukminin bekerja keras menahan himpitan hidup di tengah permusuhan orang-orang yang memusuhi Rasulullah saw, maka orang-orang kuffar quraisy juga berpikir dan bekerja keras untuk menghentikan dakwah Rasul saw dan terus mengintimidasi para pengikutnya. Kedua kondisi yang kontradiktif ini sama-sama bermuara pada perjumpaan dengan janji Allah. Yaitu pembalasan-Nya melalui hari perhitungan.

Pembagian Buku Amal: Sebuah Tanda Bagi Penerimanya

            Setelah dibangkitkan dari kematian, manusia mau tak mau pasti menerima kenyataan melihat catatan amal mereka. Mereka juga menerimanya apa adanya. Menariknya, dalam surat ini digambarkan cara menerima amal kebaikan. Jika ia menerimanya dengan tangan kanan maka itu merupakan sebuah pertanda kemudahan yang akan ia jumpai dalam perhitungan berikutnya. Namun, jika ia menerimanya dari arah belakang atau dengan tangan kirinya, maka itu pertanda buruk baginya. Simaklah penuturan Allah swt, “Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya. Maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah. Dan dia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira” (QS. 84: 7-9)

            Kegembiraan dan kebahagiaanlah bagi orang-orang yang menerima catatan dengan tangan kanannya. Menerima sebuah buku kemuliaan yang tadinya di simpan di illiyyin, yang ditulis oleh malaikat pencatat yang mulia dan dimuliakan Allah serta penduduk langit-Nya.

            Perhitungan yang mudah pun bermacam-macam penafsiran. Ada sebagian yang menafsirkannya dengan sedikitnya pertanyaan yang dilontarkan kepadanya atau bahkan tidak ditanya sama sekali([3]). Dalam sebuah riwayat hadits Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang ditanya-tanya pada hari perhitungan maka celakalah” ([4]). Karena itu bagi mereka yang dilewatkan dari pertanyaan-pertanyaan yang menyulitkan sangatlah beruntung.

            Para penerima buku kebaikan ini bahkan membanggakan diri dan tidaklah aib yang demikian. Mereka menunjukkannya kepada keluarga mereka yang beriman. Sebagian ahli tafsir ada yang mengatakan bahwa mereka menunjukkannya kepada para bidadari yang mendampingi mereka([5]) serta membanggakan usaha dan amalnya di dunia. Dalam ayat lain juga disebutkan, “Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kanannya, Maka dia berkata: “Ambillah, bacalah kitabku (ini)” (QS. Al-Haqqah: 19).

            “Adapun orang-orang yang diberikan kitabnya dari belakang. Maka dia akan berteriak: “Celakalah aku”. Dan dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka)” (QS. 84: 10-12)

            Keadaan sebaliknya menimpa orang-orang yang menerima buku amalnya dengan cara dilempar dari arah belakang. Seketika mereka pun sadar bahwa hal yang kurang menyenangkan tersebut sebagai tanda akan berbagai kesulitan yang segera

Page 3: Para ahli tafsir sepakat bahwa surat al.docx

akan menimpanya. Maka ia pun berkata: “celakalah aku”. Kata yang dipakai di sini adalah “tsubur “ yang berarti kumpulan dari berbagai hal yang tidak menyenangkan serta teramat menyusahkan keadaannya([6]).

            Tak berapa lama setelah ia berpikiran negatif, sebuah kenyataan yang pedih segera dijumpainya. Ia segera dimasukkan ke dalam api yang sudah menyala-nyala sekian lama. Adzab yang pedih di tengah api yang membara dan menyala. Sebuah gambaran yang sangat mengerikan. Padahal sebelumnya, tak sedikitpun ia membayangkannya demikian. “Sesungguh-nya dia dahulu (di dunia) bergembira di tengah keluarganya. Sesungguhnya dia menyangka bahwa dia sekali-kali tidak akan kembali (kepada Tuhannya)” (QS. 84: 13-14)

            Saat di dunia ia sangat berbahagia, bergembira. Bahkan sampai melampaui batas. Ia tidak berpikir sama sekali tentang hari-hari buruk yang akan dijumpainya, sebagai ganjaran atas amal dan perbuatan yang dilakukannya. Kata “masrur” di sini gembira yang berarti sombong, melampaui batas dan lupa terhadap Tuhan yang memberikan karunia kepadanya. Sedangkan “yahur” berarti pulang untuk selamanya, atau kembali kepada asalnya, sebagaimana yang ditafsirkan oleh al-Farra’([7]).

            Dugaan mereka tidaklah benar. Karena Allah Dzat yang tak pernah lengah senantiasa mengawasi mereka dan kelak akan membalas semua yang mereka kerjakan ketika ada di dunia. “(bukan demikian), yang benar, sesungguhnya Tuhannya selalu melihatnya” (QS. 84: 15)

            Allah yang Maha Sibuk itu tak pernah sekalipun terlewat untuk melihat dan mendengar gerak-gerik manusia, bahkan apa yang terdetik dalam hati mereka yang belum mereka katakana atau ubah menjadi sebuah perbuatan. Dialah Dzat yang Maha Tahu yang zhahir dan yang batin.

Al-Qur’an yang Didustakan

            Dalam surat ini Allah bersumpah dengan menggunakan berbagai petunjuk waktu. Yaitu waktu maghrib dan isya kemudian saat bulan benar-benar mencapai bentuk sempurnanya di malam purnama. “Maka sesungguhnya Aku bersumpah dengan cahaya merah di waktu senja, dan dengan malam dan apa yang diselubunginya, dan dengan bulan apabila jadi purnama” (QS. 84: 16-18). Para pakar banyak menafsirkan perihal bulan ini dengan kesempurnaan bentuk di saat purnama([8]), yaitu tanggal 13, 14 dan 15 setiap bulannya([9]). Dan kita disunnahkan berpuasa pada hari-hari tersebut.

            Tiga hal tersebut: permulaan malam, kemudian sepanjang waktu malam, serta cahaya bulan yang penuh di saat purnama, semuanya adalah karunia Allah yang diberikan untuk manusia. Dan sebagaimana malam berproses dan mengalami perubahan maka manusia juga akan melalui waktu yang sama. Dari kegelapan ketiadaan diterangkan dengan dikeluarkan di bumi Allah. Kemudian setelah mati ia kembali ke perut bumi (sebagai bahan dasar penciptaan manusia). Dan setelah itu ia

Page 4: Para ahli tafsir sepakat bahwa surat al.docx

dibangkitkan kembali oleh Allah. Sesungguhnya pada kegelapan dan kejadian di malam hari banyak tanda-tanda yang memberi sinyal dan berita tentang kekuasaan Allah yang tak terbatas, serta kehendak-Nya yang tak tertandingi oleh siapapun. Maka Dzat yang demikian tentu sangat mudah jika menginginkan sebuah hari kebangkitan dan pertanggungjawaban dari manusia dan jin terhadap apa yang mereka lakukan selama hidup di dunia.

            “Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam kehidupan)” (QS. 84: 19). Karena manusia selalu berproses. Ia diciptakan dari setetes air mani yang kemudian sel sperma yang ada di dalamnya membuahi ovum sampai kemudian menjadi janin yang bernyawa, kemudian terlahir ke dunia, menjadi anak-anak, remaja hingga dewasa dan kemudian kembali tua dan tidak berdaya sampai kemudian ia menemui ajalnya. Sebagian ahli tafsir ada yang mengartikan tingkatan di sini adalah tingkatan amal dan perbuatan manusia yang berbeda-beda. Seperti halnya kesusahan-kesusahan yang diterima Rasul saw. ketika di Makkah. Sebagian lagi menafsirkan kesulitan-kesulitan yang akan diterima kaum kuffar juga bertingkat-tingkat, kelak di akhirat([10]). Tapi pendapat pertama lebih banyak dipakai dan digunakan.

            “Mengapa mereka tidak mau beriman?” (QS. 84: 20). Alangkah bodohnya mereka yang diberikan tanda-tanda kekuasaan-Nya bahkan dikirim-Nya para utusan untuk memahamkan manusia, setelah itu manusia mendustakan mereka dan ayat-ayat yang dibawa dari Allah.

            “Dan apabila al-Quran dibacakan kepada mereka, mereka tidak bersujud. Bahkan orang-orang kafir itu mendustakan(nya)” (QS. 84: 21-22)

            Saat di dunia orang-orang masih mampu bersujud, namun kesempatan tersebut dilewatkan begitu saja. Nantinya di akhirat saat mereka diperintah bersujud, mereka tak bisa melakukannya karena kaki-kaki mereka terasa terkunci.

            Ayat ke 21 dalam surat ini dijadikan dalil oleh para ulama tentang disyariatkannya sujud tilawah. Juga sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, “Ibnu Umar berkata: Rasulullah saw suatu ketika membaca suatu surat dan membaca (pada ayat yang ada) tanda sujudnya, beliau bersujud dan kamipun bersujud bersamanya, sampai-sampai seseorang di antara kami hampir tak menemukan tempat untuk keningnya”. Dalam riwayat Muslim ditambah, “dalam keadaan di luar shalat” ([11]). Menurut Abu Hanifah hukumnya wajib karena ada celaan bagi yang meninggalkan sujud dalam ayat ini. Namun menurut jumhur ulama, sujud tilawah hukumnya sunnah (hanya anjuran saja). Ini berlaku bagi yang membacanya juga mendengarkannya dengan sengaja. Ataupun tidak sengaja (menurut sebagian ahli fikih, diantaranya ulama Syafi’iyah. Adapun perempuan yang haidh, nifas dan orang-orang yang junub tidak dianjurkan bahkan dilarang untuk bersujud ketika mendengarkan ayat-ayat sajdah ini. Sujud ini hanya dilakukan sekali saja, dan jika di luar shalat tanpa di dahului takbiratul ihram juga tidak diakhiri dengan salam, tapi cukup dengan membaca takbir untuk sujud saja.

Page 5: Para ahli tafsir sepakat bahwa surat al.docx

            Doa yang dibaca dalam sujud sebagaimana diriwayatkan Ibnu Abbas ra:

الخالقين“ أحسن الله فتبارك وقّو�ته، بحّوله وبصره سمعه وشق خلقه للذي وجهي سجد)] 12 [ (”

Ada juga riwayat lain yang diriwayatkan Imam at-Tirmizi, ” عندك بها لي اكتب اللهم” داود عبدك من قبلنها كما مني واقبلها 2 وزرا بها عني وضع ذخرا عندك لي واجعلها 2 [ (أجرا13 [ ( . Jika tidak hafal maka ia disunnahkan membaca sebagaimana bacaan sujud

dalam shalatnya atau apa saja yang menunjukkan tasbih dan penyucian terhadap Allah.

            Di dalam al-Qur’an ada 15 tempat dalam 14 surat yang disunnahkan untuk bersujud saat kita membacanya atau mendengarkannya; yaitu: surat al-A’raf (206), ar-Ra’d (15), (An-Nahl (49), al-Isra (107), Maryam (58), al-Hajj (18, 77), al-Furqan (60), an-Naml (25), as-Sajdah (15), Shad (24), Fushilat (38), an-Najm (62), al-Insyiqaq (21), Iqra’ al-Alaq (19) ([14]).

Hari yang Sulit

Orang-orang yang hatinya keras memang takkan mau tunduk dan bersujud kepada Allah. Mereka justru berpura-pura menjadi orang baik dan memelihara kemuniafikan dengan suka menampakkan kebaikan lahiriyah mereka di depan manusia, “Padahal Allah mengetahui apa yang mereka sembunyikan (dalam hati mereka)” (QS. 84: 23) Yaitu kebusukan hati mereka yang keras dan congkak serta sombong. Maka orang-orang seperti ini akan menjumpai hari-hari yang menyulitkan kelak. “Maka berilah kabar mereka dengan azab yang pedih” (QS. 84: 24)

Sedangkan orang-orang yang beriman dan ringan bersujud kepada Allah di dunia, akan dimuliakan Allah dengan pahala dan kebaikan-kebaikan yang tak terkira yang belum pernah mereka bayangkan sebelumnya, serta nikmat yang tak pernah terputus selamanya. “Tetapi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka pahala yang tidak putus-putusnya” (QS. 84: 25). Itulah keberuntungan yang hakiki dan sebenar-benarnya.

Semoga kita termasuk ke dalam golongan yang terakhir ini yaitu orang-orang yang dimuliakan Allah, serta diselamatkan dari kepedihan adzab akhirat dan murka-Nya yang tak sanggup dibendung oleh siapapun. Amin.

Page 6: Para ahli tafsir sepakat bahwa surat al.docx

Terjehan lainnya

(Bukan demikian), yang benar, sesungguhnya

Tuhannya selalu melihatnya.(QS. 84:15)

::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Insyiqaaq 15

ا ( CصBير2 ب BهB ب CاَنC ك EهF ب Cر FَنB ِإ CلCى )15ب Dalam ayat ini Allah SWT menegaskan bahwa mereka sesungguhnya akan kembali kepada-Nya dan akan menerima hasil perbuatan mereka di dunia. Orang yang saleh, yang patuh mengerjakan perintah-Nya akan dimasukkan ke dalam surga, sedang orang yang durhaka dan banyak berbuat maksiat akan dimasukkan ke dalam neraka.

16 Maka sesungguhnya Aku bersumpah dengan cahaya merah di waktu senja,(QS.

84:16) ::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul:: Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Insyiqaaq 16 - 19

) BقCَف FالَّشB ب Eم BسLقE أ CاَلC16ف) (Cق CسCو وCمCا BِلL Fي قC) (17وCالل CسF ات BذCا ِإ BرCمCقL CقO) 18وCال َطCب LنCع Cق2ا َطCب FنE Cب ك LرC Cت ل )19(

Dalam ayat-ayat ini Allah bersumpah dengan cahaya merah di waktu senja, dengan malam dan apa-apa yang diselubunginya dan dengan bulan apabila jadi purnama bahwa sesungguhnya kamu melalui tahap demi tahap dalam kehidupan, ialah dari setetes air mani sampai dilahirkan. Dan kemudian melalui masa kanak-kanak, remaja dan dewasa sampai tua. Kemudian dari hidup sampai mati. Lalu dibangkitkan kembali, hidup kembali di surga atau neraka setelah melalui ujian dan perhitungan yang sangat teliti. Dalam ayat yang lain yang bersamaan maksudnya Allah berfirman:

يسير الله على وذلك عملتم بما لتنبئّوَن ثم لتبعثن وربي بلى قِل يبعثّوا لن أَن كَفروا الذين زعمArtinya: Orang-orang yang kafir mengatakan, bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah: "Tidak demikian, demi Tuhanku, benar-benar kamu akan dibangkitkan, kemudian akan diberitahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah (Q.S. At-Taghabun: 7) Dan firman Allah:

شيبا الّولداَن يجعِل يّوما كَفرتم ِإَن تتقّوَن فكيفArtinya: Maka bagaimanakah kamu akan dapat memelihara dirimu jika kamu tetap kafir kepada hari yang menjadikan anak-anak beruban. (Q.S. Al-Muzzammil: 17)

Page 7: Para ahli tafsir sepakat bahwa surat al.docx

Tafsir Surah Al Insyiqoq

) انَّشقت السماء (1ِإذا وحقت) لربها (2وأذنت مدت) األرض (3وِإذا وتخلت) فيها ما وألقت4) وحقت) لربها (5وأذنت فماَلقيه) كدحا ربك ِإلى كادح ِإنك اإلنساَن أيها من) 6يا فأما

) بيمينه كتابه (7أوتي يسيرا) حسابا يحاسب (8فسّوف مسرورا) أهله ِإلى وأما) 9وينقلب) ظهره وراء كتابه أوتي (10من ثبّورا) يدعّو (11فسّوف سعيرا) في) 12ويصلى كاَن ِإنه

) مسرورا (13أهله يحّور) لن أَن ظن (14ِإنه بصيرا) به كاَن ربه ِإَن أقسم) 15بلى فاَل(16بالَّشَفق( وسق) وما (17والليِل اتسق) ِإذا (18والقمر َطبق) عن َطبقا فما) 19لتركبن

) يؤمنّوَن ال (20لهم يسجدوَن) ال القرآَن عليهم قرئ (21وِإذا يكذبّوَن) كَفروا الذين ) 22بِل) يّوعّوَن بما أعلم (23والله أليم) بعذاب الصالحات) 24فبَّشرهم وعملّوا آمنّوا الذين ِإال

) ممنّوَن غير أجر )25لهم ٢٥ - ١االنَّشقاق:

"Apabila langit terbelah, Dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya langit itu patuh, Dan apabila bumi diratakan, Dan dilemparkan apa yang ada di dalamnya dan menjadi kosong, Dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya bumi itu patuh, (pada waktu itu manusia akan mengetahui akibat perbuatannya). Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, Maka pasti kamu akan menemui-Nya. Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, Maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, Dan dia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira. Adapun orang-orang yang diberikan kitabnya dari belakang, Maka dia akan berteriak: "Celakalah aku". Dan dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka). Sesungguhnya dia dahulu (di dunia) bergembira di kalangan kaumnya (yang sama-sama kafir). Sesungguhnya dia menyangka bahwa dia sekali-kali tidak akan kembali (kepada Tuhannya). (bukan demikian), yang benar, sesungguhnya Tuhannya selalu melihatnya. Maka sesungguhnya Aku bersumpah dengan cahaya merah di waktu senja, Dan dengan malam dan apa yang diselubunginya, Dan dengan bulan apabila jadi purnama, Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam kehidupan), Mengapa mereka tidak mau beriman?Dan apabila Al Quran dibacakan kepada mereka, mereka tidak bersujud, Bahkan orang-orang kafir itu mendustakan(nya). Padahal Allah mengetahui apa yang mereka sembunyikan (dalam hati mereka). Maka beri kabar gembiralah mereka dengan azab yang pedih, Tetapi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka pahala yang tidak putus-putusnya". (Al Insyiqaaq: 1-25)

Pengantar

Page 8: Para ahli tafsir sepakat bahwa surat al.docx

 Surat ini dimulai dengan membentangkan beberapa pemandangan tentang terbaliknya keadaan alam semesta yang dibentangkan secara luas dalam surat At Takwiir, Al Infithaar, dan An Naba'. Akan tetapi, di sini disebutkan dengan karakter khususnya, yaitu karakter kepatuhan kepada Allah, ke¬patuhan langit dan bumi, dalam ketundukan, kekhusyuan, dan kemudahan.

Segmen pertama ini dapat ditemukan pada ayat 1-5 surat Al Insyiqaaq. Itulah bagian permulaan yang khusyu dan agung, sebagaimana pengantar untuk berbicara kepada "manusia", dan untuk menyampaikan kekhusyuan di dalam hati manusia terhadap Tuhannya. Juga untuk mengingatkannya terhadap urusannya dan tempat kembali yang akan diperolehnya, ketika ter-cetak di dalam perasaannya bayang-bayang ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan. Bayang-bayang itu disampaikan ke dalam perasaannya oleh langit dan bumi dalam pemandangan yang besar dan agung.

Segmen kedua ini dapat ditemukan pada ayat 6-15 surat Al Insyiqaaq. Pada segmen ketiga sebagaimana terdapat pada surat Al Insyiqaaq ayat 16-19, dibentangkan pemandangan-pemandangan alam sekarang ini, yakni pemandangan-pemandangan yang terjadi di bawah perasaan "manusia" yang mengisyaratkan dan menunjukkan adanya pengaturan dan penataan, juga diiringi dengan sumpah berturut-turut dengannya yang menyatakan bahwa manusia berbolak-balik di dalam keadaan-keadaan yang sudah ditentuka dan diatur. Sehingga, mereka tidak dapat lari dari menaiki dan menempuhnya.

Kemudian datanglah segmen terakhir, ayat 21, dalam surat ini yang menyatakan keheranan terhadap sikap orang-orang yang tidak mau beriman. Inilah hakikat keadaan mereka sebagaimana dipaparkan dalam kedua segmen sebelumnya. Itulah tujuan mereka dan tujuan dunia mereka, sebagaimana disebutkan pada permulaan surat. Lalu dijelaskan bahwa Allah mengetahui apa yang mereka sembunyikan dalam dada mereka, dan mengancam mereka dengan tempat kembali yang sudah dipastikan. Hal ini tercantum pada surat al-Insyiqaaq ayat 22-25.

Surat ini tenang kesannya dan tinggi isyaratnya. Karakter ini mendominasi surat Al Insyiqaaq hingga dalam pemandangan-pemandangan keterbalikan alam yang ditampilkan dengan suasana yang keras dalam surat At Takwiir. Surat ini menyiratkan pandangan yang penuh kasih sayang, selangkah demi itu, surat ini membawa hati manusia berkeliling keliling ke berbagai lapangan alam semesta dan lapangan kemanusiaan yang beraneka ragam, secara bergantian dengan tujuan tertentu. Dari pemandangan yang berupa kepatuhan alam, kepada sentuhan terhadap hati manusia, pemandangan tentang hisab dan pembalasan, pemandangan alam sekarang dan fenomena fenomenanya yang mengesankan, sentuhan lain terhadap hati manusia, dan keheranan terhadap keadaan orang-orang yang tidak mau beriman sesudah semua itu. Juga kepada ancaman dengan azab yang pedih dan dikecualikannya orang-orang mukmin dengan pahala yang tiada putus-putusnya.

  Semua perjalanan, pemandangan, isyarat isyarat, dan sentuhan-sentuhan ini dipaparkan dalam surat pendek yang tidak lebih dari beberapa baris saja. Semua itu

Page 9: Para ahli tafsir sepakat bahwa surat al.docx

tidak mungkin dapat dilakukan kecuali dalam kitab yang mengagumkan ini. Karena sasaran sasaran itu sulit dicapai dalam skala besar, tak dapat dipenuhi dengan kekuatan dan kesan ini. Akan tetapi, Al Qur’an itu dimudahkan untuk diingat. Ia berbicara kepada hati secara langsung dari jendela-jendelanya yang dekat, karena ia adalah celupan dari Yang Maha Mengetahui lagi Maha waspada.

Apabila Langit Terbelah dan Bumi Memuntahkan Apa yang Ada di Dalamnya

"Apabila langit terbelah dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya langit itu patuh, dan apabila bumi diratakan, memuntahkan apa yang ada di dalamnya, menjadi kosong serta patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya bumi itu patuh, (pada waktu itu manusia akan mengetahui akibat perbuatannya). " (Al Insyiqaaq: 1-5)

 Mengenai terbelahnya langit sudah dibicarakan dalam surat-surat terdahulu. Yang baru di sini adalah tentang masalah kepatuhan langit kepada Tuhannya dan kepastian ketundukan dan kepatuhannya itu,  

"...Serta patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya langit itu patuh.... "

Kepatuhan langit kepada Tuhannya adalah ketundukannya kepada perintah-Nya untuk terbelah. "Dan sudah semestinya"; yakni sudah menjadi kepastian atasnya, dan ia mengakui bahwa ia diciptakan dengan kepastian patuh kepada Tuhannya. Ini merupakan salah satu fenomena kepatuhan, karena ini adalah kewajiban atasnya yang harus ia lakukan.

Masalah yang baru lagi di sini adalah diratakannya bumi, "Dan apabila bumi diratakan". "Mungkin maksudnya adalah dibentangkan dan dihamparkan bentuknya, yang berubah total dari aturan yang berlaku atasnya selama ini dengan bentuknya. Menurut keterangan, bentuknya bulat bola mata, bulat telur. Ungkapan kalimat ini mengesankan bahwa kejadian itu merupakan sesuatu yang baru, yang terjadi karena unsur luar, sebagaimana makna kerja pasif (mabni majhul), mudat ‘akan' memuntahkan apa yang ada di dalamnya dan menjadi kosong.... "

Ungkapan ini menggambarkan bumi sebagai sesuatu yang hidup, yang memuntahkan apa yang ada di dalamnya hingga menjadi kosong. Apa yang ada di dalamnya itu banyak jumlah dan jenisnya. Di antaranya adalah makhluk-makhluk yang tak terhitung jumlahnya. Makhluk-makhluk itu dikandung bumi selama beberapa generasi tanpa ada yang mengetahui rentang waktu yang sebenarnya kecuali Allah. Di antaranya lagi adalah benda-benda yang tersembunyi di dalam perut bumi seperti tambang-tambang, air, dan benda-benda rahasia tanpa ada yang mengetahuinya kecuali Sang Penciptanya. Semuanya dikandung oleh bumi dari generasi ke generasi dan dari abad ke abad. Sehingga, apabila tiba hari kiamat, maka dimuntahkanlah semua yang ada di dalamnya dan ia menjadi kosong.

"... Serta patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya bumi itu patuh."

Page 10: Para ahli tafsir sepakat bahwa surat al.docx

Ini adalah kepatuhan bumi sebagaimana langit patuh dan mesti patuh, memenuhi perintah-Nya, pasrah dan tunduk kepada-Nya. Juga mengakui bahwa ini sudah menjadi kewajibannya, dan ia patuh kepada Tuhannya dengan kewajibannya ini. Di dalam suasana ketundukan dan kepatuhan ini, datanglah seruan yang tinggi kepada manusia. Sedangkan, di depannya terdapat alam semesta dengan langit dan buminya yang patuh kepada Tuhannya sedemikian rupa.

"Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka kamu pasti akan menemui-Nya."(a1-Insyiqaaq: 6)

"Hai manusia...'; yang telah diciptakan oleh Tuhannya dengan sebaik-baiknya, telah diberi-Nya keistimewaan "kemanusiaan" yang menjadikannya sebagai makhluk unik di alam semesta, dan telah dilimpahkan karunia-Nya hingga dapat menyucikan diri atau menggapai tingkatan yang tak terbatas, sesungguhnya kamu akan menempuh perjalanan hidupmu di muka bumi dengan bekerja keras, memikul beban hidupmu, mencurahkan segenap tenagamu, dan membelah jalanmu untuk sampai kepada Tuhanmu pada akhirnya. Maka, kepada-Nyalah tempat kembali setelah bekerja, berusaha keras, dan berjuang.

Hai manusia, kamu harus bekerja keras untuk mendapatkan kesenanganmu. Karena engkau tidak dapat mendapatkannya di bumi ini kecuali dengan usaha dan kerja keras. Kalau bukan kerja keras fisik, maka kerja keras pikiran dan perasaan, berhasil atau tidak. Yang berbeda hanya jenis usaha dan kepayahannya. Sedangkan hakikat kerja keras itu sudah menjadi kepastian dalam kehidupan manusia. Kemudian, pada akhirnya, akhir perjalanan adalah kepada Allah jua.

Hai manusia, kamu tidak akan dapat istirahat di bumi selamanya. Sesungguhnya peristirahatan yang nyaman sebenarnya ada di sana, di akhirat nanti, bagi orang yang tunduk dan patuh kepada Ilahi. Kepayah-an dan kerja kerasnya sama di bumi ini, meskipun berbeda warna kulit dan makanannya. Adapun akibatnya berbeda-beda, manakala kamu telah sampai kepada Tuhanmu. Yang satu akan mendapatkan kepayahan yang berbeda dengan kepayahan ketika di dunia. Sedangkan yang satunya akan mendapatkan kenikmatan yang dapat menghapuskan segala penderitaan selama di dunia. Sehingga, seakan-akan ia tidak pernah bekerja keras dan berpayah lelah. Hai manusia yang memiliki keistimewaan "kemanusiaan", mengapakah kamu tidak memilih untuk dirimu sesuatu yang sesuai dengan keistimewaan yang telah diberikan Allah kepadamu? Pilihlah untuk dirimu keistirahatan dari keras-keras dan kelelahan ketika kamu bertemu dengan-Nya.

Karena sentuhan yang terkandung di dalam seruan ini, maka ia akan sampai ke tempat kembalinya orang-orang yang telah bekerja keras ketika 'mereka telah sampai ke akhir perjalanan. Mereka akan bertemu dengan Tuhannya setelah bekerja keras dan berpayah lelah ini,

 "Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia akan

Page 11: Para ahli tafsir sepakat bahwa surat al.docx

diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah. Dia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira. Adapun orang yang diberikan kitabnya dari belakang maka dia akan berteriak 'Celaka aku!' Dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka). Sesungguhnya, dia dahulu (di dunia) bergembira di kalangan kaumnya (Yang sama-sama kafir). Sesungguhnya, dia yakin bahwa dia sekali-kali tidak akan kembali (kepada Tuhannya). (Bukan demikian), yang benar, sesungguhnya Tuhannya selalu melihatnya." (Al Insyiqaaq: 7-15)

"Barangsiapa dibantah (ditanya dengan rumit dan sulit) dalam hisabnya, berarti dia telah disiksa. 'Saya bertanya, Bukankah Allah Ta'ala telah berfirman, dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah'? 'Nabi menjawab, 'ltu bukan hisab, tetapi itu hanya pembeberan saja. Barangsiapa yang dihisab dengan cermat pada hari kiamat, berarti dia telah disiksa. " (HR Bukhari, Muslim, At Turmudzi, dan An Nasa'i)

Dari Aisyah ra, ia berkata, "Saya mendengar Rasulullah saw di dalam salah satu shalatnya meng-ucapkan, 'Ya Allah, hisablah aku dengan hisab yang mudah.' Setelah selesai, saya bertanya,'Wahai Rasulullah, apakah hisab yang mudah itu?' Beliau menjawab, 'Yaitu kitabnya akan dilihat, lantas dilewati begitu saja. Barangsiapa yang dihisab dengan cermat, wahai Aisyah, pada hari itu, maka binasalah ia. " (HR Ahmad)

Adapun yang kita jumpai dalam ungkapan-ungkapan Al Qur’an sebelumnya adalah kitab yang diberikan dari sebelah kanan dan dari sebelah kiri. Di dalam surat ini terdapat bentuk baru, yaitu diberikannya kitab dari sebelah belakang. Tidak tertutup kemungkinan bahwa orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kiri itu juga diberikan dari arah belakangnya. Maka hal ini menggambarkan keadaan orang yang merasa benci, terpaksa, dan sangat bersedih menghadapi kondisi waktu itu.

Kita tidak mengerti bagaimana hakikat kitab itu. Juga bagaimana cara memberikannya dari sebelah kanannya, dari sebelah kirinya, atau dari belakangnya. Kita hanya peroleh kesimpulan tentang selain niatnya mereka, sebagaimana dinyatakan dalam kalimat pertama, dan hakikat kebinasaan sebagaimana kita ketahui dari pernyataan kedua. Kedua hal ini merupakan dua buah hakikat yang dimaksudkan untuk kita yakini. Sedangkan, hal-hal yang ada di belakang itu hanyalah untuk menghidupkan pemandangan dan memperdalam kesannya di dalam perasaan. Allah lebih mengetahui hakikat yang sebenarnya tentang apa yang terjadi itu dan bagaimana terjadinya. Maka, orang yang bekerja keras menghabiskan kehidupannya di muka bumi dan menempuh jalan-nya dengan kerja keras pula menuju Tuhannya, cuma sayangnya di dalam dosa, kemaksiatan, dan kesesatan itu mengetahui ujung perjalanannya dan sedang menuju ke tempat kembalinya. Juga mengetahui pula bahwa kesengsaraannya di akhirat ini adalah kesengsaraan yang panjang, tidak ada hentinya, dan tidak ada kesudahannya kali ini. Karena itu, ia berteriak, "Celaka aku!" Ia meneriakkan kebinasaan itu agar dapat menyelamatkannya dari kesengsaraan yang dihadapi. Namun, ketika seseorang meneriakkan kesengsaraannya agar terlepas darinya, ternyata ia berada di tempat

Page 12: Para ahli tafsir sepakat bahwa surat al.docx

yang tidak ada sesuatu pun lagi yang dapat melindunginya. Sehingga, kebinasaan itu hanya menjadi khayalan yang amat jauh dari realitas. Makna inilah yang dimaksudkan oleh Al Mutanabbi di dalam perkataannya, "Cukup menjadi penyakit bagimu jika kamu lihat kematian sebagai penawar dan cukuplah harapan-harapan itu jika ia hanya angan-angan kosong."

"...Dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka)...."

Inilah kecelakaan yang ia teriakkan agar ia terbebas darinya. Akan tetapi, jauh dan jauh sekali kemungkinan ia terlepas darinya! Di depan pemandangan kesengsaraan dan kecelakaan ini, rangkaian ayat berikutnya kembali kepada membicarakan masa lalu orang yang celaka itu. Juga membicarakan sikap dan keadaan yang menyebabkannya sengsara seperti ini, "Sesungguhnya dia dahulu (di dunia) bergembira di kalangan kaumnya (yang sama-sama kafir). Sesungguhnya, dia yakin bahwa dia sekali-kali tidak akan kembali (kepada Tuhannya)." (A1 Insyiqaaq: 13-14)

Itulah keadaannya ketika di dunia dahulu. Ya, begitulah keadaannya. Sekarang kita bersama Al Qur’an, sedang berada pada hari hisab dan pembalasan. Kita tinggalkan dunia di belakang kita dengan sejauh-jauhnya, baik waktu maupun tempatnya

"Sesungguhnya dia dahulu (di dunia) bergembira di kalangan kaumnya (yang sama-sama kafir)" dengan melupakan apa yang ada di belakang masa kini. la juga lalai terhadap apa yang telah menunggunya di akhirat nanti. la tidak memperhitungkannya dan tidak menyiapkan bekal untuknya.

"Sesungguhnya dia yakin bahwa dia sekali-kali tidak akan kembali (kepada Tuhannya)";tidak akan kembali kepada Penciptanya. Seandainya dia yakin akan kembali kepada Tuhannya setelah berakhirnya perjalanan hidupnya di dunia, niscaya dia akan mencari bekal dan akan menabung untuk menghadapi hari perhitungan!

"(Bukan demikian), yang benar, sesungguhnya Tuhannya selalu melihatnya. " Ia yakin bahwa ia tidak akan kembali kepada Tuhannya. Akan tetapi, sebenarnya Tuhannya selalu melihat segala urusannya, memantau keadaan yang sebenarnya serta mengetahui gerak dan langkahnya. Juga mengetahui bahwa ia akan kembali kepada-Nya, dan Dia akan membalas segala kelakuannya. Bahagia, yakni orang yang kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) di dalam kehidupan akhirat yang panjang, bebas, indah, menyenangkan, nikmat, dan jauh dari segala kepayahan dan keletihan kerja.

Fenomena Alam Semesta

Dari perjalanan besar dengan kesannya yang dalam terhadap pemandangan-pemandangan dan sentuhannya yang banyak, ayat-ayat berikutnya membawa mereka kembali kepada fenomena¬-fenomena alam tempat mereka menempuh kehidupan

Page 13: Para ahli tafsir sepakat bahwa surat al.docx

duniawi. Sedangkan, mereka lalai terhadap isyarat-isyarat adanya pengaturan yang sedemikian rupa, yang juga meliputi mereka, beserta keadaan-keadaan yang diatur sedemikian rapi di hadapan mereka,

"Maka, Aku bersumpah dengan cahaya merah di waktu senja, dengan malam dan apa yang diselubunginya, dan dengan bulan apabila ia purnama, sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam kehidupan)." (Al-Insyiqaaq: 16-19)

Fenomena-fenomena alam yang dikemukakan secara berturut turut dengan sumpah ini, bertujuan untuk mengarahkan perhatian manusia kepadanya dan menerima isyarat-isyarat dan kesan- kesannya. Semua itu adalah fenomena-fenomena yang memiliki karakter khusus, karakter yang menghimpun antara kekhusyu’an yang tenang dan keagungan yang menakutkan. Bayang-bayang pemaparan ini sangat serasi dengan bayang-bayang permulaan surat dan pemandangan pemandangannya yang bersifat umum.

Ungkapan umum ini menyebutkannya secara global tanpa perincian serta kesan keagungan dan kebesarannya. Malam menghimpun, mengumpulkan, dan mengandung banyak hal. Ia membawa pikiran melayang jauh sampai ke ujung persoalan yang dikandung dalam waktu malam yang meliputi benda-benda, makhluk-makhluk hidup, peristiwa-peristiwa, perasaan-perasaan, alam-alam yang samar dan tersembunyi, serta yang merayap di bumi dan menebar dalam hati. Setelah itu, kembalilah dari perjalanan panjang ini. Tetapi, belum tuntas juga melukiskan segala sesuatu yang dikandung oleh nash Al Qur’an yang singkat,

"Dengan malam dan apa yang diselubunginya.... "Nash yang dalam dan mengagumkan ini menimbulkan rasa takut dan ketundukan serta ketenangan yang selaras dengan suasana cahaya merah di waktu senja yang juga menimbulkan rasa khusyu, takut, dan keheningan.

"...Dan dengan bulan apabila jadi purnama...."Sebuah pemandangan yang penuh ketenangan, keindahan, dan pengaruh yang besar. Yaitu, bulan pada malam-malam kesempurnaan cahayanya yang memancarkan sinarnya ke bumi dengan sinar yang santun dan khusyu. Juga mengesankan ketenangan yang anggun serta hamparan yang luas di dunia nyata dan yang tersimpan di dalam perasaan. Ini adalah suatu suasana yang memiliki hubungan yang halus dengan nuansa cahaya merah di waktu senja dan malam dengan segala sesuatu yang diselubunginya. Keduanya bertemu dalam keagungan, kekhusyuan, dan ketenangan.

Fenomena-fenomena alam yang indah, agung, anggun, menakutkan, dan mengesankan ini dikemukakan oleh Al Qur’an dengan ungkapannya yang hanya sepintas kilas. Ungkapan yang digunakan untuk menyapa hati manusia, yang lupa terhadap sapaan alam semesta kepadanya. Digunakannya semua ini dalam bersumpah adalah untuk menonjolkannya terhadap hati dan nurani, tentang daya hidup, keindahan, isyarat-isyarat, kesan-kesan, dan petunjuk-petunjuknya yang

Page 14: Para ahli tafsir sepakat bahwa surat al.docx

menunjukkan kepada adanya 'Tangan" yang memegang dan mengendalikan alam semesta ini dengan kadar ukurannya. Juga yang melukiskan langkah-langkahnya, serta mempertukarkan keadaan-keadaannya dan keadaan-keadaan manusia, hanya saja mereka lupa,

"...Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam kehidupan)."Yakni, kamu akan mengalami dan melalui keadaan demi keadaan, sesuai dengan ketentuan-ketentuan dan kondisi-kondisi yang digariskan untukmu. Diungkapkannya penderitaan terhadap keadaan-keadaan yang silih berganti dengan istilah "mengendarainya/melaluinya". Sedangkan, ungkapan mengendarai urusan, bahaya-bahaya, kengerian-kengerian, dari keadaan-keadaan itu sudah biasa di kalangan bangsa Arab. Hal ini seperti perkataan mereka, "Sesungguhnya, orang yang terpaksa itu mengendarai kesulitan urusan, sedang ia mengetahui apa yang ditempuhnya.

" Kondisi-kondisi ini seakan akan merupakan binatang tunggangan yang dinaiki manusia satu demi satu. Masing-masing kendaraan itu membawa mereka sesuai dengan kehendak takdir yang membimbing dan memandunya di jalan. Maka, disampaikanlah mereka ke ujung perjalanan yang membawa mereka kepada permulaan tahapan baru lagi, yang sudah ditentukan dan ditetapkan. Misalnya, penentuan kondisi-kondisi yang silih berganti pada alam semesta seperti cahaya merah di waktu senja, malam dan apa yang diselubunginya, dan bulan ketika jadi purnama. Sehingga, menyampaikan mereka untuk bertemu Tuhannya, sebagaimana yang dibicarakan dalam paragraf terdahulu.

Kejadian yang berturut turut dan serasi itu disebutkan di dalam paragraf-paragraf surat ini. Terdapat peralihan yang halus dari sate makna ke makna yang lain, dari satu perjalanan ke perjalanan lain. Hal ini merupakan salah satu ciri Al Qur’an yang sangat indah.

Mengapa Mereka tidak Mau Juga. Beriman?Di bawah bayang-bayang lintasan pandangan terakhir ini, dan pemandangan-pemandangan serta perjalanan-perjalanan yang disebutkan terdahulu di dalam surat ini, datanglah keheranan terhadap urusan orang-orang yang tidak mau beriman. Padahal, di depan mereka terdapat sekian perkara yang dapat membawa kepada keimanan dan petunjuk-petunjuk iman itu di dalam diri mereka dan di alam semesta ini, dan di dalam kilasan pandangan terhadap alam semesta dan pada keadaan diri manusia itu, senantiasa menghadap kepada hati manusia ketika ia mau memusatkan perhatiannya, dan banyak sekali unsur-unsur itu. Begitu banyaknya unsur yang dalam, kuat, dan berat dalam timbangan hakikat, dan mengepung hati ini kalau ia lepas darinya. Unsur-unsur itu senantiasa membisikinya dan menyapanya dengan lemah lembut. Juga memanggil-manggilnya kalau ia mau memasang telinganya dan mengkonsentrasikan hatinya kepadanya.

"Mengapa mereka tidak mau beriman? Apabila Al Qur’an dibacakan kepada mereka, maka mereka tidak bersujud?"

Page 15: Para ahli tafsir sepakat bahwa surat al.docx

Allah berbicara kepada mereka dengan bahasa fitrah. Juga membuka hati mereka terhadap hal-hal yang memotivasi keimanan dan petunjuk-petunjuknya yang ada di dalam diri dan alam semesta. Di dalam hati ini terhimpunlah perasaan-perasaan takwa, khusyu, taat, dan ketundukan kepada Pencipta alam semesta yaitu "sujud".

Sesungguhnya, alam ini begitu indah dan mengesankan. Terdapat padanya sentuhan-sentuhan dan kesan-kesan yang dapat membawa hati manusia untuk berhubungan kepada alam dan Pencipta alam yang indah ini. Juga tertuang padanya hakikat alam yang besar dan mengesankan dengan hakikat Penciptanya Yang Maha Agung,

"Maka, mengapa mereka tidak mau beriman? Apabila Al Qur’an dibacakan kepada mereka, maka mereka tidak bersujud. "

Sungguh itu merupakan sesuatu yang benar-benar mengherankan. Hal tersebut dikemukakan dalam paparan ini untuk menjelaskan keadaan orang-orang kafir yang sebenarnya dan tempat kembali yang sudah menantikan mereka. Di dalam kilasan pandangan terhadap alam semesta dan pada keadaan diri manusia itu, senantiasa menghadap kepada hati manusia ketika ia mau memusatkan perhatiannya, dan banyak sekali unsur-unsur itu. Begitu banyaknya unsur yang dalam, kuat, dan berat dalam timbangan hakikat, dan mengepung hati ini kalau ia lepas darinya. Unsur-unsur itu senantiasa membisikinya dan menyapanya dengan lemah lembut. Juga memanggil-manggilnya kalau ia mau memasang telinganya dan mengkonsentrasikan hatinya kepadanya.

"Mengapa mereka tidak mau beriman? Apabila Al Qur’an dibacakan kepada mereka, maka mereka tidak bersujud?"Allah berbicara kepada mereka dengan bahasa fitrah. Juga membuka hati mereka terhadap hal-hal yang memotivasi keimanan dan petunjuk-petunjuknya yang ada di dalam diri dan alam semesta. Di dalam hati ini terhimpunlah perasaan-perasaan takwa, khusyu, taat, dan ketundukan kepada pencipta alam semesta yaitu "sujud".

Sesungguhnya alam ini begitu indah dan mengesankan. Terdapat padanya sentuhan-sentuhan dan kesan-kesan yang dapat membawa hati manusia untuk berhubungan kepada alam dan pencipta alam yang indah ini. Juga tertuang padanya hakikat alam yang besar dan mengesankan dengan hakikat Penciptanya Yang Maha Agung,

"Maka, mengapa mereka tidak mau beriman?Apabil Al Qur’ an dibacakan kepada mereka, maka mereka tidak bersujud. "Sungguh itu merupakan sesuatu yang benar-benar mengherankan. Hal tersebut dikemukakan dalam paparan ini untuk menjelaskan keadaan orang-orang kafir yang sebenarnya dan tempat kembali yang sudah menantikan mereka,

"Bahkan, orang-orang kafir itu mendustakan. Padahal, Allah mengetahui apa yang mereka sembunyikan (dalam hati mereka). Maka, beri kabar gembiralah mereka dengan azab yang pedih. "(Al Insyiqaaq: 22-24)

Page 16: Para ahli tafsir sepakat bahwa surat al.docx

Bahkan, orang-orang kafir mendustakannya secara mutlak. Maka, mendustakan itu sudah menjadi karakter, ciri, dan watak dasar mereka. Sedangkan Allah mengetahui apa yang mereka sembunyikan dalam hati mereka yang berupa kejahatan, keburukan, dan motif-motif yang mendorong mereka melakukan pendustaan ini.

Pembicaraan tentang mereka ditinggalkan dan diarahkanlah firman kepada Rasul yang mulia,"Maka, beri kabar gembiralah mereka dengan azab yang pedih. "Aduh sialnya mereka, diberi kabar gembira yang tidak menyenangkan. Juga yang tidak menimbulkan keinginan untuk melihat kabar gembira dari pembawa kabar gembira itu.

Pada waktu yang sama dibentangkanlah apa yang sedang menunggu orang-orang mukmin yang tidak pernah mendustakan. Karena itu, mereka melakukan persiapan dengan amal saleh untuk menyongsong apa yang bakal mereka terima. Pembeberan ini disebutkan dalam rangkaian ayat itu seakan-akan merupakan pengecualian dari tempat kembalinya orang-orang kafir yang suka mendustakan,

"Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka pahala yang tidak putus putusnya. " (Al-Insyiqaaq: 25)

Inilah yang oleh para ahli bahasa dikatakan sebagai "pengecualian yang terputus'. Karena orang-orang yang beriman dan beramal saleh sama sekali tidak termasuk kelompok orang yang mendapatkan kabar gembira yang mereka dikecualikan darinya itu. Akan tetapi, gaya bahasa seperti ini memiliki kesan yang lebih kuat terhadap sesuatu yang dikecualikan itu. Pahala yang tidak putus-putusnya itu ialah pahala yang kekal dan tidak pernah terputus di negeri akhirat yang kekal abadi nanti. Dengan kesan yang pasti dan singkat itu, diakhirilah surat yang singkat ini. Tetapi, jauh jangkauannya di medan alam semesta dan hati nurani.