Paper tqm
-
Upload
jan-larosa -
Category
Documents
-
view
136 -
download
5
Transcript of Paper tqm
TOTAL QUALITYMANAGEMENT
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Manajemen InternasionalDosen : Prof. Syamsir Abduh, PhD
Disusun oleh :Januarman B.T. Larosa (1221010179)Riska Wahyu Febriani (122101120 )
yunitanando
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAGEMENTUNIVERSITAS TRISAKTI
20121
1. PENDAHULUAN
TQM bermula di AS selama PD II, ketika ahli statistik AS W.Edward Deming
menolong para insinyur dan teknisi untuk menggunakan teori statistik untuk memperbaiki
kualitas produksi. Setelah perang, teorinya banyak diremehkan oleh perusahaan Amerika.
Kemudian Deming pergi ke Jepang, dimana dia mengajarkan pemimpin bisnis top pada
Statistical Quality Control, mengajarkan mereka dapat membangun negaranya jika mengikuti
nasehatnya.
TQM muncul sebagai respon pada kesulitan membaurkan pendekatan kualitas teknis
dengan tenaga kerja yang berkembang pesat tak terlatih atau semi terlatih saat dan setelah
PD2. Meskipun banyak dari ide tersebut berawal di AS namun sebagian besar perusahaan
Jepanglah yang mengimplementasikannya dan memperbaikinya dari 1950an. Seperti halnya
pendekatan kualitas teknis, TQM juga menekankan pada pentingnya input namun
mengembangkannya dari kompetensi teknis ke juga termasuk pentingnya motivasi orang dan
kemampuannya untuk bekerja dalam tim dalam rangka memecahkan persoalan. Sebagai
tambahan TQM berfokus pada pentingnya proses bisnis yang baik terutama satu pola yang
mengurangi hambatan dari batasan internal dan mengerti kebutuhan detail pelanggan
sehingga kebutuhan mereka dapat sepenuhnya tercapai. Keperluan-keperluan ini sejauh ini
mencapai tahap dimana TQM menjadi pemikiran terbaik sebagai filosofi manajemen umum
dari pada pendekatan tertentu untuk kualitas.
Dalil TQM telah digunakan oleh European Foundation for Quality Management
(EFQM) yang dimodelkan pada penghargaan Malcolm Baldrige Quality Award (MBQA) dari
AS dan pendahulunya Deming Prize di Jepang.
Terdapat beberapa definisi TQM:
• Tobin (1990) mendefinisikan TQM sebagai usaha terintegrasi total untuk mendapatkan
manfaat kompetitif dengan cara secara terus-menerus memperbaiki setiap faset budaya
organisasional.
• Witcher (1990) menekankan pada pentingnya aspek-aspek TQM menggunakan penjelasan
berikut:
Total: Menandakan bahwa setiap orang dalam perusahaan harus dilibatkan (bahkan
mungkin pelanggan dan para pemasok).
Quality: Mengindikasikan bahwa keperluan-keperluan pelanggan sepenuhnya
dipenuhi
Management: Menjelaskan bahwa eksekutif senior pun harus komit secara penuh
2
• Feigenbaum (1983) mendefinisikan TQM sebagai dampak kontrol kualitas total diseluruh
organisasi. Feigenbaum (1991) memberikan definisi yang lebih lengkap dari TQM: "sistem
kualitas total dijelaskan sebagai salah satu yang merangkum keseluruhan siklus kepuasan
pelanggan dari interpretasi keperluannya terutama pada tahap pemesanan, melalui pasokan
produk atau jasa dari harga ekonominya dan pada persepsinya dari produk setelah dia telah
menggunakannya sepanjang periode waktu".
Manajemen Kualitas Total (TQM) adalah konsep dan metoda yang memerlukan
komitmen dan keterlibatan pihak manajemen dan seluruh organisasi dalam pengolahan
perusahaan untuk memenuhi keinginan atau kepuasan pelanggan secara konsisten. Dalam
TQM tidak hanya pihak manajemen yang bertanggungjawab dalam memenuhi keinginan
pelanggan, tetapi juga peran secara aktif seluruh anggota dalam organisasi untuk memperbaiki
kualitas produk atau jasa yang dihasilkannya (Bennett and Kerr,1996).
TQM mencakup semua aktifitas-aktifitas keseluruhan fungsi manajemen yang
menentukan kebijakan kualitas, sasaran, dan tanggungjawabnya dan
mengimplementasikannya dengan menggunakan perangkat seperti perencanaan kualitas,
kontrol kualitas, pemastian kualitas dan perbaikan kualitas dalam sistem kualitas (Wheaton
dan Schrott, 1999, p.188). TQM adalah filosofi manajemen dan suatu pola pelibatan teknik-
teknik perbaikan kualitas yang telah banyak diadopsi oleh perusahaan Amerika Serikat.
Dengan menerapkan filosofi dan teknik TQM ini, pebisnis menjalankan perbaikan terus-
menerus disemua operasi dengan mencari dan menemukan alasan bagi kinerja kualitas yang
jelek dan pelayanan pelanggan dan mengimplementasikan metoda untuk mengurangi dan atau
menghilangkan penyebab kualitas yang jelek tersebut.
Dasar filosofi TQM adalah ide pencegahan kecacatan (defect) versus pendeteksian
kecacatan. Secara tradisional, usaha-usaha kontrol kualitas telah berkonsentrasi pada
pendeteksian kecacatan melalui inspeksi setelah produk dibuat / dirakit. Proses ini berakibat
rework dan limbah. Dalam filosofi TQM, kontrol kualitas adalah aktifitas terus-menerus (on-
going) diseluruh siklus proses: berfokus pada pemahaman penyebab masalah dan berusaha
mengurangi atau menghilangkan dampaknya dalam bentuk yang paling efektif-biaya. Dengan
menggunakan pemahaman karyawan terhadap masalah-masalah pekerjaannya, TQM
membuka jalan kedalam kemampuan kreatifitas karyawan untuk menemukan solusi masalah
tersebut.
TQM berfokus pada orang (people): mendorong formasi tim dan pemberdayaan
karyawan. Pemberdayaan karyawan / employee empowerment artinya: memberikan karyawan
otoritas dan tanggung jawab membuat keputusan dan mengambil tindakan. Empowerment
ditujukan memungkinkan karyawan memuaskan pelanggan di kontak pertama, untuk
3
memperbaiki proses dan meningkatkan produktifitas, dan hasil bisnis organisasi yang lebih
baik. Karyawan yang terberdayakan memerlukan informasi untuk membuat keputusan yang
tepat, sehingga organisasi perlu menyediakan informasi tersebut dalam waktu yang tepat dan
cara yang berguna (Baldrige Criteria, 2001).
TQM tidak hanya memenuhi keperluan-keperluan pelanggan namun juga
menyediakan kepuasan mereka. Beberapa perusahaan, seperti kartu-kartu Rover, memiliki
kepuasan pelanggan yang luar biasa sebagai misi perusahaan mereka. Diantara fitur-fitur lain,
keperluan-keperluan pelanggan dapat meliputi pengiriman, ketersediaan, kepercayaan, dapat
dipelihara, dan efektif biaya. Sementara berhubungan dengan hubungan pelanggan-pemasok,
pemasok harus mendirikan aktifitas pemasaran yang dibayar dengan tugas ini. (Halog, 2002).
Pemasar harus tentu saja, tidak hanya mengerti keperluan-keperluan pelanggan secara utuh,
namun juga kemampuan mereka untuk memenuhi keinginan-keinginan pelanggan. Dalam
organisasi, dan antara pelanggan dan pemasok, transfer informasi berkaitan dengan kebutuhan
ini seringkali sangat rendah atau tidak ada sama sekali. Karena itu pengkajian yang berlanjut
dari keperluan tersebut dan kemampuan untuk memenuhinya adalah harga memelihara
kualitas. Sebenarnya filosofi TQM terletak pada menggunakan dasar pengetahuan sebagai
aset organisasi. Setiap orang termasuk top manajemen perlu dididik dan dilatih untuk
mengerjakan tugasnya dengan lebih baik. (Halog, 2002).
Saat ini beberapa perusahaan sedang mengembangkan sistem-sistem kualitas mereka
dengan tujuan:
- Mengurangi kegagalan di waktu pertama / sedini mungkin
- Mengurangi biaya-biaya klaim pelanggan
- Getting things right the first time, dan
- Memperbaiki jasa pada pelanggan dan untuk meningkatkan daya kompetisi mereka
Sebenarnya TQM mendatangkan aplikasi teknik-teknik manajemen, metoda-metoda
kuantitatif, dan sumberdaya manusia untuk memperbaiki jasa-jasa material yang dipasok pada
organisasi, semua proses prosesdalam organisasi, dan tingkatan dimana keperluan-keperluan
pelanggannya dipenuhi, sekarang dan masa depan. Sebenarnya manajemen kualitas
menyediakan keseluruhan filosofi yang menekankan pada perspektif sistematis, terintegrasi,
konsisten, diseluruh organisasi melibatkan segala sesuatunya dan setiap orang dan berfokus
terutama pada kepuasan pelanggan internal dan eksternal, mengusahakan perbaikan terus-
menerus di semua sistem dan proses dalam waktu yang sama. Manajemen kualitas
menekankan pada biaya siklus hidup yang optimal dan penerapan metodologi manajemen
menuju perbaikan-perbaikan target. Elemen-elemen penting dari filosofi ini adalah
pencegahan kecacatan dan penekanan pada kualitas rancangan. Karena itu tujuan utama TQM
4
meliputi penghilangan kerugian dan pengurangan variabilitas. Ini juga menekankan pada
pengembangan hubungan antara pelanggan, pemasok, dan karyawan. Banyak orang percaya
bahwa TQM adalah mungkin jalan satu-satunya untuk memastikan pada pelanggan bahwa
mereka akan mendapatkan apa yang mereka inginkan di saat pertama, dan kapan saja.
TQM juga penting karena telah terdapat cukup bukti-bukti untuk menunjukkan bahwa
konsep ini memang bekerja. Jika tidak demikian, perusahaan-perusahaan besar seperti IBM,
Xerox, 3M, Toyota, Ricoh, Cannon, Hewlett-Packard, Nissan, dan banyak lagi lainnya tidak
akan menjadi begitu sukses. Bahkan saat ini banyak perusahaan manufaktur dunia (seperti
P&G, Xerox Volvo, AT&T, dst) telah mengadopsi TQM sebagai elemen kunci sasaran bisnis
mereka dan memulai penggunaan metoda-metoda TQM spesifik seperti Quality Function
Deployment (QFD), Design for Quality (DFQ), dan Design for Manufacturability (DFM).
Setiap perusahaan harus menyadari bahwa segenap karyawan harus memiliki
kesadaran untuk meningkatkan mutu. Tentunya hal ini tidak dapat terjadi dalam waktu
singkat, tetapi merupakan suatu proses yang berkelanjutan. Seiring dengan makin kritisnya
konsumen atau pelanggan terhadap produk atau jasa yang dinikmatinya dan adanya dorongan
untuk membuat usaha menjadi efektif, dan efisien, maka seharusnya filosofis TQM ini
diterapkan.
2. MANFAAT TQM
Salah satu cara terbaik dalam persaingan global adalah dengan menghasilkan suatu
produk barang atau jasa dengan kualitas terbaik. Kualitas terbaik akan diperoleh dengan
melakukan upaya perbaikan secara terus-menerus terhadap kemampuan manusia, proses, dan
lingkungan. Penerapan TQM adalah hal yang sangat tepat agar dapat memperbaiki unsur-
unsur tersebut secara berkesinambungan. Penerapan TQM dapat memberikan beberapa
manfaat utama, sebagai berikut.
Dengan perbaikan kualitas berkesinambungan, perusahaan akan dapat memperbaiki posisi
persaingan. Dengan posisi yang lebih baik akan meningkatkan pangsa pasar dan menjamin
harga yang lebih tinggi. Hal ini akan memberikan penghasilan lebih tinggi dan secara
otomatis laba yang diperoleh akan lebih meningkat. Upaya perbaikan kualitas akan
menghasilkan peningkatan output yang bebas dari kerusakan atau mengurangi produk yang
cacat. Berkurangnya produk yang cacat berarti berkurang pula biaya operasi yang dikeluarkan
perusahaan sehingga akan diperoleh laba yang semakin besar.
Manfaat TQM dalam jangka panjang, manfaat utama penerapan TQM pada sektor
publik adalah perbaikan pelayanan, pengurangan biaya dan kepuasan pelanggan. Perbaikan
5
progresif dalam sistem manajemen dan kualitas pelayanan menghasilkan peningkatan
kepuasan pelanggan.
TQM sangat bermanfaat baik bagi pelanggan, institusi, maupun bagi staf organisasi.
Manfaat TQM bagi pelanggan adalah:
1) Sedikit atau bahkan tidak memiliki masalah dengan produk atau pelayanan.
2) Kepedulian terhadap pelanggan lebih baik atau pelanggan lebih diperhatikan.
3) Kepuasan pelanggan terjamin.
Manfaat TQM bagi institusi adalah:
1) Terdapat perubahan kualitas produk dan pelayanan
2) Staf lebih termotivasi
3) Produktifitas meningkat
4) Biaya turun
5) Produk cacat berkurang
6) Permasalahan dapat diselesaikan dengan cepat.
Manfaat TQM bagi staf Organisasi adalah:
1) Pemberdayaan
2) Lebih terlatih dan berkemampuan
3) Lebih dihargai dan diakui
Hambatan dan Kendala dalam Mengadopsi TQM
Ø Organisasi Pemerintah yang Kaku
Pengalaman global menunjukkan budaya organisasi, baik di sektor swasta maupun
sektor publik, sangat sulit untuk dirubah. Faktor-faktor yang membentuk budaya organisasi
adalah struktur kekuasaan, sistem administrasi, proses kerja, kepemimpinan, predisposisi
pegawai serta praktek-praktek manajemen. Seperti telah dibahas sebelumnya, birokasi
pemerintah Indonesia sangat lambat dalam mentransformasi diri dari struktur top-down
menuju sistem bottom-up yang desentralistik. Undang undang desentralisasi dan otonomi
daerah memberi kerangka baru mengenai cara penyediaan dan pembiayaan pelayanan
pemerintah. Dan meskipun TQM berpotensi untuk menanggulangi hal-hal yang bisa
menghambat pengadaan pelayanan yang lebih berorientasi pelanggan dan partisipatif, namun
perlu disadari bahwa perubahan subtansial yang ingin dicapai akan memakan waktu lama
untuk mewujudkannya.
Ø Disfungsi Sistem Organisasi
6
Kerapkali organisasi pemerintah memiliki misi ganda bahkan kadang tumpang tindih.
Dan hanya sedikit lembaga pemerintah yang memiliki akuntabilitas di mata masyarakat,
jarang sekali ada sanksi bagi lembaga yang memiliki kinerja buruk dan nyaris tidak ada
persaingan langsung. Keadaan ini sangat berbeda dengan yang terjadi pada sektor swasta
dimana mereka berjalan dengan sistem yang lebih “fungsional”, seperti ekonomi pasar,
memiliki misi yang lebih jelas, dan akuntabel di mata pelanggan mereka. Proyek DELIVERI
menemukan bahwa sistem manajemen yang berlaku dalam pelayanan Dinas Peternakan
menjadi kendala utama untuk melembagakan perubahan. Seperti yang telah dijelaskan di atas,
ada beberapa mekanisme untuk menghargai kinerja. Sebagai contoh, struktur sekarang tidak
memberi ruang untuk kenaikan gaji berdasarkan kinerja, sehingga semua pegawai
mendapatkan gaji yang sama, tanpa mempertimbangkan mutu kerja mereka. Jadi meski ada
pegawai yang suka terlambat bahkan tidak masuk kantor sekalipun, tetap menerima gaji sama
besarnya dengan mereka yang bekerja untuk perbaikan pelayanan. Wewenang untuk merubah
sistem ini dipegang oleh departemen pemerintah yang lain, walhasil, para pegawai di
kabupaten kerap frustasi karena insentif untuk berinovasi terhambat.
Ø Pengambilan Keputusan yang Tradisional dan Sentralistik
Meskipun perlahan-lahan pemerintah mulai menerapkan desentralisasi, namun
pemerintah tingkat kabupaten masih tetap ada kecenderungan untuk bertindak dengan gaya
top-down. Di Balai Penyuluhan Pertanian, Kabupaten Boolang Mongondow, misalnya,
petugas lapangan telah bekerja keras untuk menyediakan pelayanan yang lebih berorientasi
pelanggan, melalui kerja sama dengan petani untuk mengidentifikasi prioritas mereka. Usaha
ini memicu lahirnya program kredit baru yang sangat berhasil. Program ini telah diadopsi oleh
pemerintah daerah, yang kini akan membangun ribuan kelompok tani dalam periode enam
bulan dengan menggunakan teknik partisipatif. Pendekatan semacam ini merupakan
penerapan dari prinsip dasar konsultasi dengan pihak terkait dan kepuasan pelanggan, yang
sangat esensial dalam TQM. Penolakan sistemik untuk perubahan ini disebabkan oleh praktek
perencanaan program yang top-down dan sangat sentralistik. Umumnya, pemerintah tingkat
kabupaten bertanggung jawab untuk merespon pelaksanaan program dari tingkat
pemerintahan lebih tinggi. Untuk merubah pendekatan mekanistik dalam perencanaan dan
pelaksanaan program ini, memakan waktu bertahun-tahun.
Ø Struktur Wewenang yang Sangat Hierarkis
Di Indonesia, karakterisasi sektor publik dilakukan secara tradisonal berdasarkan
stratifikasi status, dimana manajer senior memegang wewenang yang amat besar. Struktur ini
harus dirombak secara radikal, jika ingin mengadopsi pendekatan TQM. Di masa lalu, setiap
7
staf telah diberi tugas dan tanggung jawab dan diharapkan menjalankannya dengan
dependensi tertentu kepada orang lain. Untuk beralih dari keadaan yang sangat struktural
menuju ke lingkungan yang lebih fleksibel dan tidak terlalu hierarkis bisa menjadi bumerang.
Tantangan bagi para manajer adalah menciptakan lingkungan dimana tingkat wewenang,
minimal bisa “dilperlebar”.
Ø Lemahnya Komitmen para Manajer Senior
Biasanya, tangapan awal terhadap TQM cukup positif, namun kerap hanya dalam
bentuk dukungan verbal semata. Masalah mulai muncul ketika diperlukan dukungan aktif dari
para manajer senior untuk menciptakan atmosfer yang kondusif, dimana staf bisa
bereksperimen dan mempelajari pendekatan baru tanpa takut disalahkan, atau ketika terjadi
tekanan untuk melaksanakan “proyek pesanan ” (top-down). Keadaan ini bisa menyempitkan
ruang lingkup TQM dan membuatnya tidak bisa berjalan dalam jangka panjang. Dalam studi
banding program TQM pada kantor-kantor Dinas diketahui bahwa tipe kepemimpinan sangat
instrumental dalam menanggulangi masalah tersebut. Jika manajemen senior hanya
memberikan dukungan verbal, maka staf akan merespon prinsip-prinsip TQM hanya di mulut
saja. Sebaliknya, jika manajemen senior berpartispasi aktif dalam proses, maka akan terjadi
perubahan kualitatif mengenai kinerja para staf.
3. IMPLEMENTASI TOTAL QUALITY MANAGEMENT
A. PERUBAHAN LINGKUNGAN
Dalam era globalisasi dan liberalisasi perdagangan, terjadi berbagai perubahan dalam
hampir semua aspek, misalnya dalam aspek ekonomi, politik, sosial budaya, teknologi,
hukum, hankam, dan aspek lainnya. Berbagai tren baru dalam lingkungan manufaktur
membawa dampak terhadap kualitas.
Lingkungan Manufaktur Baru
TREN IMPLIKASI TERHADAP MUTU
1. Fokus pada strategi manufaktur Mutu menjadi dasar strategi kekuatan
bersaing
2. Produksi barang bermutu tinggi Mutu secara langsung berhubungan dengan
pangsa pasar, pertumbuhan bisnis dan laba
3. Pengurangan tingkat persediaan dengan
konsep just in time
Pengurangan biaya persediaan
4. Skedul produksi yang ketat Peningkatan ketersediaan oleh pelanggan
8
dipersepsikan sebagai aspek mutu
5. Bauran dan variasi produk Memungkinkan focus pada strategi dan
segmentasi pasar
6. Otomatisasi mesin & peralatan Memberikan justifikasi bagi peningkatan
mutu dan produktivitas
7. Daur hidup lebih singkat Memberikan peluang bagi usaha
mempercepat perubahan pasar dan
memasukkan teknologi baru ke dalam
produk melalui program manajemen mutu
8. Perubahan organisasi Tanggung jawab mutu didelegasikan kepada
unit bisnis strategik dan manajer produk
9. Teknologi informasi Memungkinkan pengendalian lebih ketat
terhadap biaya mutu, manajemen mutu dan
integrasi fungsional silang.
Kelangsungan hidup perusahaan sangat tergantung pada kemampuan untuk memberi
respons terhadap perubahan-perubahan tersebut secara efektif. Umumnya perubahan yang
terjadi disebabkan oleh berbagai kekuatan yang ada, baik internal maupun eksternal.
Ada empat kekuatan eksternal utama, yaitu karakteristik demografi, kemajuan
teknologi, perubahan pasar, dan tekanan sosial serta politik.
Kekuatan internal bisa dipengaruhi oleh masalah sumber daya manusia dan perilaku
atau keputusan manajerial.
1. Permasalahan sumber daya manusia
Munculnya masalah ini berkaitan dengan persepsi karyawan atas perlakuan terhadap
mereka dalam pekerjaan dan kesesuaian antara kebutuhan dan keinginan individual dan
organisasional.
2. Perilaku/keputusan manajerial
Konflik interpersonal, perilaku pemimpin yang tidak sesuai, sistem penghargaan yang
tidak memadai serta adanya reorganisasi structural merupakan factor-faktor pendorong
perlunya perubahan yang berkaitan dengan perilaku/keputusan manajerial.
Total quality management merupakan suatu konsep manajemen modern yang berusaha
untuk merespons secara tepat terhadap setiap perubahan yang ada, baik yang didorong oleh
kekuatan eksternal maupun internal. TQM lebih berfokus pada tujuan perusahaan untuk
9
melayani kebutuhan pelanggan dengan memasok barang dan jasa yang memiliki kualitas
setinggi mungkin.
Kehadiran TQM sebagai paradigma baru menurut komitmen jangka panjang dan
perubahan total atas paradigma manajemen tradisional. Perlunya perubahan total dikarenakan
cara menjalankan bisnis dengan TQM berbeda sekali dengan cara tradisional. Perbedaan
pokok adalah berupa karakteristik yang tercakup dalam unsur-unsur TQM, yang meliputi:
· Fokus pada pelanggan eksternal dan internal
· Memiliki obsesi tinggi terhadap kualitas
· Pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah
· Adanya komitmen jangka panjang
· Kerja sama tim
· Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan
· Perbaikan proses secara berkesinambungan
· Adanya pendidikan dan pelatihan karyawan yang bersifat bottom-up
· Adanya kebebasan yang terkendali
· Adanya kesatuan tujuan
Munculnya TQM juga dikarenakan adanya kekurangan atau kesalahan dalam
menjalankan bisnis dengan mengunakan pendekatan tradisional. Beberapa kekurangan atau
kesalahan tersebut (Fandy, 1995:329), antara lain sebagai berikut:
1. Berfokus pada jangka pendek
2. Cenderung bersifat arogan, tidak berfokus pada pelanggan
3. Memandang rendah kontribusi potensial karyawan
4. Menganggap bahwa mutu yang lebih baik hanya dapat dicapai dengan biaya yang
tinggi
5. Mengutamakan bossmanship bukan leadership
B. PERSYARATAN IMPLEMENTASI TQM
Untuk melakukan suatu perubahan sering kali tidak mudah, apalagi bila menyangkut
perubahan yang bersifat fundamental dan menyeluruh. Berkaitan dengan perubahan tersebut,
ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu berikut ini:
1. Perubahan sulit berhasil bila manajemen puncak tidak menginformasikan proses
perubahan secara terus-menerus kepada para karyawannya.
2. Persepsi karyawan terhadap perubahan sangat mempengaruhi penolakan perubahan.
Karyawan akan mendukung perubahan bila mereka merasa bahwa manfaat perubahan
akan lebih besar daripada biaya yang ditimbulkan terutama biaya karyawan.Ada beberapa
10
persyaratan untuk melaksanakan TQM (Goetsch, 1997:264) (Fandy, 1995:332) agar
implementasi program TQM berjalan sesuai dengan yang diharapkan diperlukan persyaratan
sebagai berikut:
1) Komitmen yang tinggi (dukungan penuh) dari menejemen puncak.
2) Mengalokasikan waktu secara penuh untuk program TQM
3) Menyiapkan dana dan mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas
4) Memilih koordinator (fasilitator) program TQM
5) Melakukan banchmarking pada perusahaan lain yang menerapkan TQM
6) Merumuskan nilai (value), visi (vision) dan misi (mission)
7) Mempersiapkan mental untuk menghadapi berbagai bentuk hambatan
8) Merencanakan mutasi program TQM.
Keseluruhan persyaratan diatas merupakan tugas awal yang harus dilakukan dalam
memulai implementasi TQM. Selain tugas-tugas tersebut, masih ada beberapa tugas lainnya
yang harus dilakukan, yaitu sbb:
1. Melatih steering committee, yang meliputi hal-hal seperti empat belas poin deming,
deming’s seven deadly diseases, tujuh alat/piranti utama perbaikan, dan pembentukan tim
kerja.
2. Identifikasi kekuatan dan kelemahan organisasi, yaitu mengenai kemampuan statistic,
pengumpulan data, dan kemampuan analisis.
3. Identifikasi pendukung potensial TQM, yaitu dengan bagian apa yang paling mungkin
menjadi pendukung TQM dan siapa yang menolak TQM.
4. Identifikasi pelanggan eksternal dan internal
5. Menyusun cara untuk menentukan kepuasan pelanggan (eksternal dan internal), antara lain
dengan melakukan patok duga pada perusahaan pesaing terkuat untuk mengukur
perbaikan/kemajuan yang dicapai.
C. PENDEKATAN IMPLEMENTASI YANG HARUS DIHINDARI
Agar implementasi TQM dapat berjalan dengan sukses, perusahaan harus mempelajari
semua informasi yang ada, baik mengenai implementasi yang sukses maupun yang gagal di
perusahaan lain. Ada beberapa pendekatan implementasi TQM yang harus dihindari (Fandy,
1995:341), yaitu sbb:
1.Jangan melatih semua karyawan sekaligus
2.Jangan tergesa-gesa menerapkan TQM dengan melibatkan terlalu banyak orang dalam satu
tim
3.Implementasi TQM tidak boleh didelegasikan
11
4.Jangan memulai implementasi bila manajemen belum benar-benar siap
D. FASE-FASE IMPLEMENTASI
Menurut Cortado (1993:179-182), ada lima tahap transformasi yang dilalui suatu
perusahaan, yaitu tahap kesadaran awal, implementasi sebagian, aktivitas estensif, hasil-hasil
nyata dan terbaik dalam industri dengan karakteristik setiap tahap.
Karakteristik Lima Tahap Transformasi dalam Implementasi TQM
Penerapan Awal
Implementasi Sebagian
Aktivitas Intensif
Hasil NyataTerbail dalam Industri
Baru ada sebagian pengetahuan TQM
Pengetahuan makin berkembang
Setiap orang telah memahami konsep TQM
Integrasi sangat baik
Integrasi total
Sedikit pendukung TQM
Usaha sistimatis dimulai
Pendekatan telah terpadu
Proses teruji dan efektif
Praktik yang terbaik
Tidak ada rencana
Ada rencana implementasi
Mulai memperoleh hasil-hasil nyata
TQM menjadi budaya perusahaan
Melaksanakan budaya mutu
Tidak ada budaya kualitas
Mulai ada kesuksesan
Budaya perusahaan telah berubah
Hasil-hasil telah tercapai dan kontinu
Hasil-hasil unggul dan kontinu
Belum ada hasil nyata
Budaya perusahaan mengalami perubahan
Empowerment and development bersifat ekstensif
Terorganisasi untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi
Meraih kelas dunia
Manajemen komando & kendali
Manajemen senior mulai memberi dukungan
Berfokus pada perbaikan kontinu
Berhasil menjadi pemimpin pasar
Penyempurnaan secara kontinu
Inward focused
Delegasi dimulai Fokus pada pelanggan makin baik
Waktu 1 – 2 tahun 1 – 2 tahun 1 – 2 tahun KontinuSumber: Cortado, J.W. (1993:180)
Menurut George dan Weimerskirch (1994:259-269), ada enam fase utama dalam
implementasi TQM, yaitu sbb:
1.Komitmen manajemen puncak terhadap perubahan
2.Penilaian system perusahaan secara internal dan eksternal
3.Pelembagaan focus pada pelanggan
4.Pelembagaan TQM dalam perencanaan strategic, keterlibatan karyawan, manajemen proses,
dan system pengukuran
12
5.Penyesuaian dan perluasan tujuan manajemen guna memenuhi dan melampaui harapan
pelanggan
6.Perbaikan atau penyempurnaan system
Sementara itu, Goetsch dan Davis (1997:584-589) memberikan klasifikasi fase
implementasi yang lebih rinci dan sistematis. Fase implementasi TQM dikelompokkan
menjadi tiga fase yaitu :
1. Fase Persiapan
Langkah A: Membentuk Total Quality Steering Committee
Langkah B: Membentuk Tim
Langkah C: Pelatihan TQM
Langkah D: Menyusun Pernyataan Visi dan Prinsip sebagai Pedoman
Langkah E: Menyusun tujuan umum
Langkah F: Komunikasi dan Publikasi
Langkah G: Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan
Langkah H: Identifikasi Pendukung dan Penolak
Langkah I: Memperkirakan Sikap Karyawan
Langkah J: Mengukur Kepuasan Pelanggan
2. Fase Perencanaan
Langkah K: Merencanakan pendekatan Impelementasi, kemudian menggunakan siklus PDCA
(Plan, Do, Check and Adjust)
Langkah L: Identifikasi Proyek
Langkah M: komposisi Tim
Langkah N: Pelatihan Tim
3. Fase Pelaksanaan
Langkah P: Penggiatan Tim
Langkah Q: Umpan Balik kepada Steering Committee
Langkah R: Umpan Balik dari Pelanggan
Langkah S: Umpan Balik dari karyawan
Langkah T: Memodifikasi Infrastruktur
Keberhasilan implementasi TQM sangat dipengaruhi oleh fasilitas pendukungnya yaitu
infrastruktur organisasi. Infrastruktur organisasi tersebut meliputi berikut ini:
1. Hubungan jangka panjang dengan pelanggan
2. Dukungan manajemen puncak
3. Manajemen tenaga kerja
13
4. Hubungan jangka panjang dengan pemasok.
5. Sikap kerja pekerja
E. PENGARUH IMPLEMENTASI TQM PADA KINERJA ORGANISASI.
Pengaruh penerapan TQM pada kinerja organisasi (Hessel, 2003:84) meliputi atas
berikut ini :
1. Proses desain produk.
2. Manajemen arus proses.
3. Statistical quality control.
4. Hubungan jangka panjang dengan pelanggan.
5. Sikap kerja pekerja
6. Kinerja organisai pada keunggulan kompetitif.
F. HAMBATAN IMPLEMENTASI TQM DI INDONESIA.
Hasil analisis implementasi TQM di Indonesia menunjukkan ketidaksempurnaan
implementasi TQM dan kurangnya infrastruktur yang mendukung implementasi TQM. Secara
umum, terdapat beberapa factor penyebab yang memungkinkan keadaan tersebut (Hessel,
2003:98) yaitu sbb:
1. Kurangnya komitmen manajemen puncak.
2. Kurangnya dukungan infrastruktur untuk implementtasi TQM.
3. Partial quality management
4. Kurangnya pengetahuan tentang kkosep TQM yang akan mempersulit karyawan untuk
menerima dan menerapkan kosep TQM.
5. Budaya organisasi kurang mendukung implementasi TQM, dimana belum sepenuhnya
berfokus pada kepuasan pelanggan.
G. PERANAN MANAJEMEN DALAM IMPLEMENTASI TQM
TQM merupakan transformasi budaya yang didorong oleh definisi ulang
(reengineering) terhadap peranan manajemen. Pihak manajemen harus mebubah dirinya
terlebih dahulu, baik aspek nilai, keyakinan, asumsi, maupun cara mereka menjalankan bisnis.
Peranan merupakan tanggung jawab, perilaku, atau prestasi kinerja yang diharapkan dari
seseorang yang memiliki posisi khusus (Bounds, et al, 1994:1334). Selain melaksanakan
14
kepemimpinan yang diharapkan dapat memotivasi dan mengarahkan para karyawan untuk
mencapai tujuan organisasi, manajemen puncak juga bertanggung jawab dalam mengatasi
setiap penolakan terhadap perubahan ke arah manajemen baru. Dalam mengatasi penolakan
terhadap perubahan tersebut, manajer puncak dapat menggunakan salah satu strategi berikut
(Kreitner dan Kinicki, 1994:737).
1. Pendidikan dan Komunikasi
2. Partisipasi dan Keterlibatan
3. Fasilitas dan Dukungan
4. Negosiasi dan Kesepakatan
5. Manipulasi dan Cooptation
6. Paksana Secara Eksplisit dan Implisit
Hasil analisis yang dilakukan Benson (et al., 1991) (dalam Hessel, 2003:81) persepsi
manajer mengenai manajemen kualitas ideal dan actual dengan instrument tentang delapan
area kritikal manajemen kualitas, yaitu peran kepemimpinan, kebijakan kualitas, training
product service design, manajemen kualitas pemasok, data kualitas dam pelaporan serta
hubungan karyawan. Alat analisis digunakan adalah regresi berganda. Hasil analisis
menunjukkan bahwa organizational quality context ternyata mempengaruhi persepsi
manajemen kualitas actual maupun ideal.
Penerapan pemimpin dalam implementasi program TQM sangat strategis mulai dari
menetapkan tujuan hingga alokasi waktu yang cukup.
Kepemimpinan organisasi yang umumnya digunakan dapat dibedakan dalam empat model
gaya kepemimpinan yaitu :
1. Model Autocracy
Pada model ini seorang pemimpin merupakan pusat bisnis, tidak ada yang terjadi
tanpa persetujuannya. Ini adalah gaya managemen stalin dan perusahaan kecil. Pada model ini
prakarsa hanya datang dari pusat dan sangat tidak cocok dengan budaya TQM
2. Model Feudal
Pada model ini seorang pemimpin yang berada dipuncak jauh dari bawahannya dan
keduanya tidak pernah saling bicara, struktur sangat kaku, sehinggga karyawan menginginkan
kebebasan. Model feudal menyebabkan kelesuan dan kesebalan sehingga tidak cocok dengan
budaya TQM
3. Model Egalitarian
Pada model ini seorang pemimpin memberikan kebebasan kepada karyawan untuk
bekerja. Karyawan berkomunikasi keatas dan kebawah didalam departemennya bahkan dapat
melewati departemen yang lain. Tim antar departemen dapat dibentuk untuk menyelesaikan
15
masalah tertentu. Karena gaya kepemimpinan ini luwes, ia dapat tumbuh dan tanggap
terhadap pelanggan dan sangat cocok dengan budaya TQM
4. Model Anarchic
Pada model ini seorang pemimpin memberikan kebebasan kepada departemen unutk
membuat aturannya sendiri-sendiri. Setiap individu terisolasi dari yang lain, dan perusahaan
akan kehilangan manfaat dari pendekatan korporasi sehingga tidak cocok dengan budaya
TQM
Model gaya kepemimpinan diatas sangat ditentukan oleh sikap mereka terhadap
karyawan. Sikap pemimpin terhadap karyawan dapat dibedakan dalam empat bentuk sikap
yaitu:
1.Dogmatic ( Fanatik )
Sikap ini mencerminkan bahwa seorang pemimpin suka memberikan order dantidak
mengharapkan karyawan bertanya-tanya tentang perintah itu. Dia tidak mendengar saran dari
bawahan, mudah sekali tersinggung dan tidak setia kepada bawahan
2. Dormant ( Mendeg )
Sikap pemimpin yang tidak suka melibatkan karyawan
3. Democrat (democrat)
Sikap pemimpin yang mendorong karyawan menemukan pemecahan masalah
4. Developer ( Pembangun)
Sikap pemimpin yang sadar akan tujuan organisasi dan kebutuhan karyawannyaPelatihan
TQM bagi pemimpin yang meliputi pengembangan tim (team building ), mengelola
(managing ) dan membangun karyawan (developing subordinates) sangat diperlukan.
H.PERANAN KARYAWAN DALAM IMPLEMENTASI TQM
Pemberdayaan karyawan berarti bahwa mereka dapat berbuat kesalahan. Tapi resiko
kesalahan itu lebih ringan daripada kenaikan kreativitas, produktivitas dan pelayanan
pelanggan sebagai hasil dari proses pemberdayaan. Karyawan dapat belajar dari kesalahan
dan jika mereka tidak dapat berbuat kesalahan maka mereka tidak akan pernah belajar
sesuatu. Untuk mendukung pemberdayaan karyawan, pihak managemen perlu memperbaiki
tempat kerja yang akan membawa karyawan terbebas dari kekecewaan atau ketidakpuasan
dalam bekerja. Perbaikan tempat kerja akan sangat membantu karyawan untuk meningkatkan
prestasi kerja, dukungan lain yang diperlukan untuk pemberdayaan karyawan adalah
meningkatkan keahlian dan keterampilan mereka sehingga karyawan lebih peka terhadap
kebutuhan orang lain, mampu memperoleh gagasan baru dari karyawan, menyukai
komunikasi dan mampu mengembangkan tim yang kuat.Untuk meningkatkanprofesionalisme
16
karyawan dalam kaitannya dengan implementasi program TQM diperlukan pelatihan
karyawan yang akan bermanfaat dalam mengurangi keluhan pelanggan dan perputaran tenaga
kerja dan unuk penyelesaian masalah yang lebih cepat.
Pelatihan karyawan tentang TQM pada tahap awal dapat diserahlkan kepada lembaga
konsultan manajemen dengan topic sesuai kebutuhan misalnya topic yang berkaitan dengan
1. Startegi perusahaan
a. Tujuan bisnis
b. B. analisis pasar
c. C. jenis pelanggan dan apa yang diinginkan pelangga
2. Kualitas
a. peran dan arti kualitas
b. bagaimana akibat kegagalan kualitas
c. penyebab umumnya kegagalan kualitas
3. pemecahan masalah
a. teknik pemecahan masalah
b. bagaiman berpikir kritis dan logis
4. Keahlian teknikal
5. keahlian manajemen interpersonal dan personala.
a. Kepemimpinan
b. managemen waktu
c. Kerja kelompok
4. QUALITY AWARD DAN SERTIFIKASI ISO-9000
Kebanyakan perusahaan mengalami kegagalan dalam program perbaikan kualitas
karena satu dari dua alasan berikut ini, yaitu :
1. Program tersebut memiliki sistem manajemen kualitas, tapi tidak ada keinginan besar dari
manajemen puncak untuk menerapkannya.
2. Manajemen puncak memiliki keinginan besar untuk menerapkannya tetapi organisasi
tidak memiliki sistem manajemen kualitas. Jika dua persyaratan itu dimiliki oleh
perusahaan maka menjadi potensi yang sangat berguna untuk mengimplementasikan
program TQM.
Bagaimana cara paling efektif untuk mengimplementasikan program TQM ? Apakah
dengan mengadopsi TQM perusahaan masih perlu mengadopsi sistem manajemen kualitas
ISO-9000 yang merupakan sistem manajemen kualitas secara formal memiliki pengakuan
17
internasional ? Bagaimana menyesuaikan sistem manajemen kualitas ISO-9000 dalam TQM ?
atau sebaliknya, bagaimana menyesuaikan TQM ke dalam sistem manajemen kualitas ISO-
9000 ? Sistem manajemen kualitas manakah yang tepat untuk di adopsi ?
Sistem manajemen kualitas ISO-9000 beroperasi atas dasar prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Tulislah bagaimana tugas-tugas harus dikerjakan
Sistem manajemen kualitas ISO-9000 mengharuskan kita untuk menuliskan bagaimana
proses-proses utama diselenggarakan. Implikasinya adalah karyawan baru akan
mendapatkan informasi pasti mengenai bagaimana pekerjaan dilakukan dan ada jaminan
bahwa pekerjaan dikerjakan dengan cara terbaik.
2. Buatlah catatan-catatan
Jika terdapat setumpuk kesalahan, perusahaan dapat melihat bagaimana kesalahan itu bisa
terjadi. Hal ini berarti dapat mencegah kesalahan yang sama terulang kembali.
3. Lakukan audit
Secara regular perusahaan harus melakukan audit sistem untuk memeriksa prosedur
tertulis yang biasa diikuti. Auditor internal akan membandingkan antara prosedur tertulis
dengan realisasi kerja. Kemudian menuliskan mengapa terjadi ketidak sesuaian.
4. Kelolalah pengendalian kualitas
Perusahaan harus menyatakan secara tegas dimana dan kapan kualitas diperiksa. Hal ini
untuk mengurangi perdebatan karena pengambilan keputusan berdasarkan fakta.
5. Alokasikan tanggung jawab
Perusahaan harus menyatakan secara khusus siapa yang bertanggung jawab untuk setiap
bidang pekerjaan, dengan kata lain setiap permasalahan potensial pasti mempunyai
seorang pemilik.
6. Kendalikan kertas kerja
Jika terjadi revisi, perbaikan, atau pergantian catatan tertulis, maka harus dibuat berita
acara atau catatan yang jelas mengenai hal itu sehingga memudahkan untuk menelusuri
dan tidak menimbulkan permasalahan bahkan tidak saling melempar tanggung jawab.
18
Meskipun sistem manajemen kualitas ISO-9000 bekerja atas dasar prinsip-prinsip
yang dapat meyakinkan orang mengetahui apa yang harus dikerjakan dan merupakan sistem
manajemen kualitas yang siap digunakan. Namun, banyak juga perusahaan yang tidak
menyukai dan tidak ingin mengadopsi sistem manajemen kualitas ISO-9000. Beberapa alasan
perusahaan tidak menyukai sistem manajemen kUalitas ISO-9000 adalah sebagai berikut:
1. ISO-9000 bersifat birokratis. -
2. ISO-9000 memfokuskan perhatian secara internal.
3. ISO-9000 membebani karyawan hanya karena tuntutan pelanggan utama.
4. Perusahaan tidak menyukai diaudit oleh orang luar.
5. Perusahaan tidak ingin mengeluarkan tambahan biaya.
Dari beberapa alasan tersebut, banyak perusahaan yang secara progresif mencari pola
manajemen yang dianggap paling efektif untuk menyiasati kualitas di segala bidang. Salah
satu alternatif yang dapat dikembangkan diantara pilihan yang ada adalah TQM yang
mengembangkan konsep kualitas dari sudut pandang konsumen.
Sebagai contoh, Motorola telah berhasil mencapai prestasi yang sangat spektakuler,
yaitu kualitas 6 sigma (3,4 kesalahan/kerusakan per satu juta produk) berkat implementasi
TQM. Atas prestasi tersebut, Motorola dinyatakan sebagai pemenang pertama penghargaan
Malcolm Baldrige National Quality Award. Oleh karena itu, tidaklah berlebihan jika majalah
Fortuna menyebut Motorola sebagai "raksasa" TQM dan pimpinan puncak perusahaan dari
kelompok elit Business Roundtable menempatkan Motorola sebagai praktisi top TQM.
Untuk menjadikan kualitas sebagai program kerja bersama, perusahaan harus
membangun landasan yang kuat agar kualitas perusahaan dapat terlindungi secara baik.
Beberapa perusahaan memulai dengan mengintrodusir (memperkenalkan) program ISO-9000
sebagai landasannya. Setelah itu TQM dapat digunakan untuk mengubah sikap karyawan.
Statistical Process Control (SPC) dan benchmarking dapat dijadikan sebagai alat untuk
menyelesaikan berbagai persoalan di bidang kualitas. Tapi, harus diingat bahwa hal ini
bukanlah satu¬satunya cara untuk mencapai keberhasilan dibidang kualitas.
Gambar 7-4 berikut ini memperlihatkan bagaimana hubungan sistem manajemen kualitas
ISO-9000 yang menjadi landasan untuk mencapai penghargaan dibidang kualitas (quality
award).
19
ISO 9000-2008
ISO 9000-2008 merupakan keluarga dari standar membentuk seperangkat standar
sistem manajemen mutu memfasilitasi saling pengertian dalam perdagangan nasional dan
internasional.
Sebuah pendekatan sistem manajemen mutu
Organisasi Internasional untuk Standarisasi (ISO) memiliki misi untuk
mempromosikan pengembangan standardisasi dan kegiatan dunia terkait untuk memfasilitasi
pertukaran internasional barang dan jasa. ISO adalah terdiri dari 91 negara anggota. American
National Standards Institute (ANSI) adalah badan anggota yang mewakili Amerika Serikat.
Ada sekitar 180 Komite Teknis dalam ISO pada berbagai mata pelajaran. Panitia Teknis 176
dibentuk pada tahun 1979 untuk mengharmoniskan aktivitas internasional dalam manajemen
mutu dan standar jaminan kualitas. ISO 9000-2008 serangkaian standar adalah hasil terbaru
dari panitia. "2008" mengidentifikasi set standar resmi diadopsi pada tahun 2008. Untuk
informasi lebih lanjut tentang latar belakang dari standar ISO 9000-2008 dan untuk membeli
salinan Anda silakan kunjungi American Society untuk website Kualitas itu.
Standar ISO menyediakan kerangka kerja untuk manajemen kualitas dasar. Standar
tersebut dikembangkan untuk secara efektif dokumen unsur sistem mutu untuk diterapkan
dalam rangka untuk mempertahankan sistem mutu yang efisien dalam organisasi. Sebagian
besar organisasi telah memperoleh registrasi dari badan pihak ketiga yang independen
terakreditasi mendaftar yang mengesahkan organisasi sesuai dengan standar. Kebanyakan
organisasi memperoleh pendaftaran ISO 9001. Semua organisasi harus mampu menjadi
terdaftar terlepas dari keputusan mereka untuk benar-benar akan terdaftar. Standar ISO
menjelaskan dalam banyak kasus set minimal proses yang diperlukan untuk memberikan
kualitas produk dan layanan kepada pelanggan. Anda tidak akan memenangkan penghargaan
Baldrige dengan hanya menjadi terdaftar, tetapi jika Anda tidak terdaftar atau mampu menjadi
terdaftar di sana mungkin ada harapan bahwa organisasi Anda bahkan akan mendapatkan
dekat untuk memenangkan penghargaan Baldrige.
ISO 9001-2008 memiliki delapan bagian yang digunakan auditor untuk menilai
sistem manajemen mutu organisasi. Bagian 4 sampai 8 menyusun "Persyaratan" bagian dari
standar.
1. Introduction 2. Scope
20
3. Terms dan definisi
4. Quality manajemen sistem
5. Management tanggung jawab
6. Resource manajemen
7. Product realisasi
8. Measurement, analisis dan perbaikan
21