MAKALAH tqm
-
Upload
rizal-nur-ikhwani -
Category
Documents
-
view
231 -
download
0
Embed Size (px)
Transcript of MAKALAH tqm

MAKALAH
TOTAL QUALITY MANAGEMENT
Disusun Untuk Melengkapi Tugas
Mata Kuliah Pengendalian Mutu
Oleh:
DWI CAHYONO K2509017
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014

KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT, karena berkat limpahan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan tugas pengendalian kualitas ini dan tak lupa pula
sholawat salam kita sanjungkan kepada nabi Muhammad SAW. Penulis
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah turut membantu dalam
penyusunan makalah yang penulis beri judul “TOTAL QUALITY
MANAGEMENT”
Tidak lupa pula penulis ucapkan terimakasih kepada dosen pengampu dalam
mata kuliah pengendalian mutu. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca untuk perbaikan makalah berikutnya dan harapan penulis semoga makalah
ini bermanfaat bagi kita semua, khususnya yang sedang dalam proses pembelajaran.
Boyolali, 30 Desember 2013
Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang Pengendalian Kualitas...........................................................................4
1.2 Tujuan Pengendalian Kualitas.......................................................................................5
BAB II......................................................................................................................................6
PENGENDALIAN KUALITAS......................................................................................................6
2.1 Pengertian Kualitas.......................................................................................................6
2.2 Pengendalian Kualitas Secara Umum............................................................................7
2.3 Perkembangan Kualitas................................................................................................7
A. Total Quality Management.....................................................................................8
B. Quality Assurance.................................................................................................20
C. Inspection.............................................................................................................23
D. Quality Control......................................................................................................23
BAB III...................................................................................................................................25
KESIMPULAN.........................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................26

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pengendalian Kualitas
Kebutuhan pengendalian kualitas timbul setelah masa revolusi industri, dimana
proses produksi yang dilakukan oleh mesin menimbulkan dua persoalan utama,
yaitu:
a) Penggunaan mesin mulai menggantikan kedudukan tenaga kerja manusia.
b) Produksi barang dilakukan secara besar-besaran sehingga memerlukan
keseragaman komponen dalam proses assembling dimana hal tersebut hanya
dapat dilakukan oleh mesin.
Agar proses produksi berjalan dengan lancar, dibutuhkan tenaga kerja untuk
menyortir barang yang memiliki kualitas dibawah standar, sehingga pada saat itu
mulai dikenal usaha pengendalian kualitas. Namun adanya perkembangan sistem
mekanisasi industri yang lebih maju menyebabkan keadaan industri menjadi tidak
beraturan, sehingga para produsen menjadi berkurang perhatiannya dalam
menghasilkan barang-barang yang bermutu tinggi. Sehingga timbul anggapan bahwa
petugas yang melaksanakan pengawasan merupakan penghalang bagi pekerja dan
supervisor untuk dapat melaksanakan kegiatan produksi.
Namun seiring dengan perkembangan penerangan dan komunikasi, maka keadaan
tersebut mulai berubah dimana pentingnya peranan pengendalian kualitas semakin
dibutuhkan sehingga prosedur dan metode pengendalian mutu mulai dikembangkan
kearah yang lebih baik.

1.2 Tujuan Pengendalian Kualitas
Maksud dari pengendalian kualitas adalah mengusahakan produk akhir yang
dihasilkan sesuai dengan spesifikasi produk dan standar yang ditetapkan. Selain itu
terdapat beberapa tujuan dilakukannya usaha pengendalian kualitas, yaitu:
1. Untuk memperbaiki adanya proses yang tidak terkendali.
2. Untuk mengendalikan produk jadi, dalam hal ini dilakukan dengan sampling
penerimaan.
3. Untuk menghasilkan produk yang berkualitas.
4. Mengusahakan biaya inspeksi atau pemeriksaan dapat ditekan seminimal
mungkin.
5. mengusahakan agar biaya desain produk dan proses dengan menggunakan
mutu produksi tertentu dapat menjadi seminimal mungkin.
6. Mengusahakan agar biaya produksi dapat ditekan serendah mungkin.
Dengan mengarah kepada pencapaian tujuan diatas berarti akan terjadi peningkatan
kualitas produk akhir, pengendalian kualitas terhadap proses produksi yang
berlangsung sehingga dapat dilakukan tindakan-tindakan apabila terjadi perubahan
yang tidak diharapkan.

BAB II
PENGENDALIAN KUALITAS
2.1 Pengertian Kualitas
Pengertian kualitas mengandung banyak definisi dan makna, tergantung pada
tujuan dan penggunaannya. Adapun beberapa befenisi kualitas yang banyak
digunakan, antara lain:
1. Kualitas merupakan kesesuaian dengan persyaratan atau tuntutan.
2. Kualitas merupakan kecocokan dengan pemakaian.
3. Kualitas merupakan perbaikan dan penyempurnaan yang berkelanjutan.
4. Kualitas merupakan usaha pemenuhan kebutuhan konsumen sejak awal dan
setiap saat.
5. Kualitas merupakan usaha untuk melakukan sejak awal secara tepat.
6. Kualitas merupakan sesuatu yang dapat memberikan kepuasan kepada
konsumen.
Kualitas secara umum dapat diartikan sebagai sejumlah karakter terukur yang
menunjukkan derajat kebaikan suatu produk, ataupun dapat diartikan sebagai suatu
keadaan terbaik dalam batas-batas kondisi tertentu sesuai dengan keinginan
konsumen.
Pada umumnya syarat-syarat kondisi yang diinginkan oleh konsumen sebagai
hal yang paling utama adalah harga produk dan manfaat produk. Kedua hal tersebut
menyangkut:
a. Spesifikasi dari karakteristik operasi.
b. Umur produk dan keandalan.
c. Ongkos pembuatan.
d. Kondisi dimana produk dibuat.

e. Pemasangan dan perawatan produk serta fasilitas di lapangan.
Adapun karakteristik dari produk yang diinginkan oleh konsumen pada
umumnya dapat berupa keadaan dan keindahan bentuk dari produk. Sehingga secara
singkat kualitas dapat didefinisikan sebagai kepuasan dalam pemakaian produk yang
mencakup aspek:
Quality of product : Kualitas produk atau jasa
Quality of cost : Kualitas dari biaya
Quality of delivery : Kualitas pengiriman produk
Quality of safety : Kualitas keamanan
Quality of morale : Kualitas dalam melayani konsumen
Berdasarkan pengertian kualitas diatas, maka yang menjadi penentu bagi
karakteristik mutu produk adalah konsumen, sehingga walaupun pihak produsen
telah menghasilkan suatu produk yang dianggap telah tepat untuk mencapai tujuan
yang diharapkan, namun konsumenlah yang menilai manfaat serta kualitas dari
produk tersebut. Sehingga dalam mendesain, memproduksi dan menjual suatu
produk pihak produsen harus berorientasi pada kepentingan konsumen.
2.2 Pengendalian Kualitas Secara Umum
Pada dasarnya kegiatan pengendalian kualitas mempunyai ruang lingkup yang
sangat luas, karena semua aspek yang mempengaruhi kualitas harus diperhatikan.
Secara garis besar, pengendalian kualitas dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan
yaitu pengendalian kualitas pra proses, pengendalian kualitas selama proses
berlangsung dan pengendalian kualitas terhadap produk yang dihasilkan. Dengan
demikian akan dapat dikurangi penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi.
2.3 Perkembangan Kualitas
Pada mulanya sistem untuk memonitor dan memanager kualitas hanya berupa
pengukuran (inspection), yang akhirnya banyak mengalami perkembangan sehingga

dikenal dengan adanya sistem pengendalian kualitas (Quality Control) serta jaminan
kualitas (Quality Assurance). Sejak tahun 1970, sistem-sistem tersebut diatas yaitu
Inspection, Quality Control dan Quality Assurance dikembangkan dan
disempurnakan menjadi Total Quality Management (TQM). Dimana TQM ini
mengintegrasikan semua level di atas menjadi satu kesatuan untuk menghasilkan
sesuatu yang berkualitas.
A. Total Quality Management
Perkembangan mutu terpadu pada mulanya sebagai suatu sistem
perkembangan di Amerika Serikat. Buah pikiran mereka pada mulanya kurang
diperhatikan oleh masyarakat, khususnya masyarakat bisnis. Namun, beberapa
dari mereka merupakan pemegang kunci dalam pengenalan dan pengembangan
konsep mutu. Sejak 1980 keterlibatan mereka dalam manajemen terpadu telah
dihargai di seluruh dunia.
TQM adalah pendekatan manajemen pada suatu organisasi, berfokus pada
kualitas dan didasarkan atas partisipasi dari keseluruhan sumber daya manusia
dan ditujukan pada kesuksesan jangka panjang melalui kepuasan pelanggan
dan memberikan manfaat pada anggota organisasi (sumber daya manusianya)
dan masyarakat TQM juga diterjemahkan sebagai pendekatan berorientasi
pelanggan yang memperkenalkan perubahan manajemen yang sistematik dan
perbaikan terus menerus terhadap proses, produk, dan pelayanan suatu
organisasi. Proses TQM memiliki input yang spesifik (keinginan, kebutuhan,
dan harapan pelanggan), mentransformasi (memproses) input dalam organisasi
untuk memproduksi barang atau jasa yang pada gilirannya memberikan
kepuasan kepada pelanggan (output). Tujuan utama Total Quality Management
adalah perbaikan mutu pelayanan secara terus-menerus. Dengan demikian, juga
Quality Management sendiri yang harus dilaksanakan secara terus-menerus.
Sejak tahun 1950-an pola pikir mengenai mutu terpadu atau TQM sudah
muncul di daratan Amerika dan Jepang dan akhirnya Koji Kobayashi, salah
satu CEO of NEC, diklaim sebagai orang pertama yang mempopulerkan TQM,
yang dia lakukan pada saat memberikan pidato pada pemberian penghargaan
Deming prize di tahun. Banyak perusahaan Jepang yang memperoleh sukses
global karena memasarkan produk yang sangat bermutu. Perusahaan/organisasi

yang ingin mengikuti perlombaan/ bersaing untuk meraih laba/manfaat tidak
ada jalan lain kecuali harus menerapkan Total Quality Management. Philip
Kolter (1994) mengatakan “Quality is our best assurance of custemer
allegiance, our strongest defence against foreign competition and the only path
to sustair growth and earnings”.
Di Jepang, TQM dirangkum menjadi empat langkah, yaitu sebagai berikut:
a. Kaizen: difokuskan pada improvisasi proses berkelanjutan (continuous
Improvement) sehingga proses yang terjadi pada organisasi menjadi visible
(dapat dilihat), repeatable (dapat dilakukan secara berulang-ulang), dan
measurable (dapat diukur).
b. Atarimae Hinshitsu: berfokus pada efek intangible pada proses dan
optimisasi dari efek tersebut.
c. Kansei: meneliti cara penggunaan produk oleh konsumen untuk peningkatan
kualitas produk itu sendiri.
d. Miryokuteki Hinshitsu: manajemen taktis yang digunakan dalam produk
yang siap untuk diperdagangkan. Penerapan Total Quality Management
dipermudah oleh beberapa piranti, yang sering disebut “alat TQM”. Alat-alat
ini membantu kita menganalisis dan mengerti masalah-masalah serta
membantu membuat perencanaan.
Delapan alat TQM yang diuraikan adalah sebagai berikut:
1. Curah Pendapat (Sumbang Saran) – Brainstorming
Curah pendapat adalah alat perencanaan yang dapat digunakan untuk
mengembangkan kreativitas kelompok. Curah pendapat dipakai, antara lain
untuk menentukan sebab-sebab yang mungkin dari suatu masalah atau
merencanakan langkah-langkah suatu proyek.
2. Diagram Alur (Bagan Arus Proses)
Bagan arus proses adalah satu alat perencanaan dan analisis yang digunakan,
antara lain untuk menyusun gambar proses tahap demi tahap untuk tujuan
analisis, diskusi, atau komunikasi dan menemukan wilayah-wilayah
perbaikan dalam proses.
3. Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah suatu alat analisis yang digunakan untuk menganalisis
masalah-masalah dengan kerangka Strengths (kekuatan), Weaknesses
(kelemahan), Opportunities (peluang), dan Threats (ancaman).
4. Ranking Preferensi
Alat ini merupakan suatu alat interpretasi yang dapat digunakan untuk
memilih gagasan dan pemecahan masalah di antara beberapa alternatif.
5. Analisis Tulang Ikan
Analisis tulang ikan (juga dikenal sebagai diagram sebab-akibat) merupakan
alat analisis, antara lain untuk mengkategorikan berbagai sebab potensial dari
suatu masalah dan menganalisis apa yang sesungguhnya terjadi dalam suatu
proses.
6. Penilaian Kritis
Penilaian kritis adalah alat bantu analisis yang dapat digunakan untuk
memeriksa setiap proses manufaktur, perakitan, atau jasa. Alat ini membantu
kita untuk memikirkan apakah proses itu memang dibutuhkan, tepat, dan
apakah ada alternatif yang lebih baik.
7. Benchmarking
Benchmarking adalah proses pengumpulan dan analisis data dari organisasi
kita dan dibandingkan dengan keadaan di dalam organisasi lain. Hasil dari
proses ini akan menjadi patokan untuk memperbaiki organisasi kita secara
terus menerus. Tujuan benchmarking adalah bagaimana organisasi kita bisa
dikembangkan sehingga menjadi yang terbaik.
8. Diagram Analisa Medan Daya (Bidang Kekuatan)
Diagram medan daya merupakan suatu alat analisis yang dapat digunakan,
antara lain untuk mengidentifikasi berbagai kendala dalam mencapai suatu
sasaran dan mengidentifikasi berbagai sebab yang mungkin serta pemecahan
dari suatu masalah atau peluang.
Syarat-syarat pelaksanaan TQM dalam suatu perusahaan adalah sebagai berikut:
a. Setiap perusahaan/organisasi harus secara terus meneurus melakukan
perbaikan mutu produk dan pelayanan sehingga dapat memuaskan para
pelanggan.
b. Memberikan kepuasan kepada pemilik, pemasok, karyawan, dan para
pemegang saham.

c. Memiliki wawasan jauh ke depan dalam mencari laba dan memberikan
kepuasan.
d. Fokus utama ditujukan pada proses, baru menyusul hasil.
e. Menciptakan kondisi di mana para karyawan aktif berpartisipasi dalam
menciptakan keunggulan mutu.
f. Ciptakan kepemimpinan yang berorientasi pada bawahan dan aktif
memotivasi karyawan bukan dengan cara otoriter sehingga diperoleh suasana
kondusif bagi lahirnya ide-ide baru.
g. Rela memberikan ganjaran, pengakuan bagi yang sukses dan mudah
memberikan maaf bagi yang belum berhasil/berbuat salah.
h. Setiap keputusan harus berdasarkan pada data, baru berdasarkan pengalaman/
pendapat.
i. Setiap langkah kegiatan harus selalu terukur jelas sehingga pengawasan lebih
mudah.
j. Program pendidikan dan pelatihan hendaknya menjadi urutan utama dalam
upaya peningkatan mutu.
1. Sejarah TQM
A. 1946 – 1950, periode perintisan dan penelitian. Dr.W.E.Deming
menyampaikan seminar 8 hari mengenai kualitas pada para ilmuwan,
insinyur, dan para eksekutif perusahaan Jepang.
B. 1951 – 1954, periode pengendalian mutu statistik (Statistical Quality
Qontrol)
C. 1955 – 1960, periode pengendalian mutu sistematik. Diperkenalkan
istilah CWQC ( Company Wide Quality Control )
D. 1961 – sekarang, periode pemantapan dan pengembangan.
Prof.DR.Kaoru Ishikawa memperkenalkan Gugus Kendali Mutu
(Quality Control Circle)
2. Prinsip TQM
Prinsip-prinsip TQM:
a. Kepuasan pelanggan

b. Partisipasi
c. Manajemen berdasar fakta
d. Perbaikan berkesinambungan
3. Unsur-unsur TQM:
a. Pelanggan (internal dan eksternal)
b. Obsesi terhadap kualitas
c. Pendekatan Ilmiah
d. Komitmen jangka panjang
e. Kerjasama tim
f. Perbaikan sistem berkelanjutan
g. Pendidikan dan Pelatihan
h. Kebebasan terkendali
i. Kesatuan tujuan
Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan
4. Elemen Pendukung Dalam TQM
Elemen-elemen pendukung TQM dimaksud adalah sebagai berikut.
a. Kepemimpinan
Manajer senior harus mengarahkan upaya pencapaian tujuan dengan
memberikan, menggunakan alat dan bahan yang komunikatif,
menggunakan data dan menggali siapa-siapa yang berhasil
menerapkan konsep manajemen mutu terpadu. Ketika memutuskan
untuk menggunakan MMT/TQM sebagai kunci proses manajemen,
peranan manajer senior sebagai penasihat, guru, dan pimpinan tidak
bisa diremehkan.Pimpinan Senior suatu organisasi harus sepenuhnya
menghayati implikasi manajemen di dalam suatu ekonomi
internasional di mana manajer yang paling berhasil, paling mampu,
dan paling hebat pendidikannya di dunia harus diperebutkan melalui
persaingan yang ketat. Kenyataan hidup yang berat ini akan
menyadarkan manajer senior mengakui bahwa mereka harus
mengembangkan secara partisipatif, baik misi, visi, maupun proses
manajemen, yang dapat mereka gunakan untuk mencapai keduanya.
Pimpinan bisnis harus mengerti bahwa MMT adalah suatu proses

yang terdiri atas tiga prinsip dan elemen-elemen pendukung yang
harus mereka kelola agar mencapai perbaikan mutu yang
berkesinambungan sebagai kunci keunggulan bersaing.
b. Pendidikan dan Pelatihan
Mutu didasarkan pada keterampilan setiap karyawan yang
pengertiannya tentang apa yang dibutuhkan oleh pelanggan ini
mencakup mendidik dan melatih semua karyawan, memberikan
informasi yang mereka butuhkan untuk menjamin perbaikan mutu dan
memecahkan persoalan. Pelatihan inti ini memastikan bahwa suatu
bahasa dan suatu set alat yang sama akan diperbaiki di seluruh
perusahaan. Pelatihan tambahan pada bench marking, statistik, dan
teknik lainnya juga digunakan dalam rangka mencapai kepuasan
pelanggan yang paripurna.
c. Struktur Pendukung
Manajer senior mungkin memerlukan dukungan untuk melakukan
perubahan yang dianggap perlu dalam melaksanakan strategi
pencapaian mutu. Dukungan semacam ini mungkin diperoleh dari
luar melalui konsultan. Akan tetapi, lebih baik kalau diperoleh dari
dalam organisasi itu sendiri. Suatu staf pendukung yang kecil dapat
membantu tim manajemen senior untuk mengartikan konsep
mengenai mutu, membantu melalui “network” dengan manajer mutu
di bagian lain dalam organisasi, dan membantu sebagai narasumber
mengenai topik-topik yang berhubungan dengan mutu bagi tim
manajer senior.
d. Komunikasi
Komunikasi dalam suatu lingkungan mutu mungkin perlu ditempuh
dengan cara berbeda-beda agar dapat berkomunimasi kepada seluruh
karyawan mengenai suatu komitmen yang sungguh-sungguh untuk
melakukan perubahan dalam usaha peningkatan mutu. Secara ideal
manajer harus bertemu pribadi dengan para karyawan untuk
menyampaikan informasi, memberikan pengarahan, dan menjawab
pertanyaan dari setiap karyawan.
5. Model TQM

Salah satu kerangka model TQM:
a. Ethics / etika
b. Integrity / integritas
c. Trust / kepercayaan
d. Training /diklat
e. Teamwork / kerja sama
f. Leadership / kepemimpinan
g. Recognition / akredibilitas
h. Communication / komunikasi
6. Elemen Kunci TQM
Model TQM di atas menunjukkan suatu philosophy bahwa mutu yang
diinginkan didapat dari kekuatan kepemimpinan, perencanaan, design,
dan peningkatan inisiatif. Kedelapan elemen kunci tersebut dapat
dikelompokkan menjadi empat bagian, yaitu sebagai berikut.
a. Foundation, termasuk di dalamnya ethics, integrity, and trust.
b. Building Bricks, termasuk di dalamnya training, teamwork, and
leadership.
c. Binding Mortar, termasuk di dalamnya adalah communication.
d. Roof adalah recognition.
Adapun penjabaran serta pengertian dari ke empat elemen diatas adalah
sebagai berikut :
1. Foundation
TQM dibangun di atas suatu fondasi yang terdiri atas ethics, integrity,
dan trust. Ini akan menumbuhkan keterbukaan, keadilan, ketulusan dan
memberikan peluang bagi semua orang untuk ikut serta dalam proses
pelaksanaannya.Ketiga elemen kunci pada grup ini akan membuka potens
TQM yang luar biasa. Ketiganya berjalan beriringan, tetapi memberikan
kontribusi yang berbeda dan saling melengkapi dalam TQM. Adapun
sebagai berikut :
a) Ethics adalah suatu bentuk kedisiplinan akan menjalankan halhal
yang dianggap baik oleh perusahaan dan menghindarkan diri dari

tindakan-tindakan yang dianggap buruk. Ada dua jenis etika
perusahaan, yaitu yang berkaitan dengan etika bisnis dan etika
personal, etika dari individual SDM terhadap perusahaan dan
sesama SDM.
b) Integrity termasuk di dalamnuya adalah kejujuran, moralitas, nilai,
keadilan, dan ketulusan. Semuanya harus terwujud dalam
hubungan antara komponen perusahaan terhadap konsumen.
Suatu perusahaan hendaknya mampu menilai apa yang konsumen
harapkan dan apa yang pantas diberikan kepada konsumen
berdasarkan nilai-nilai tersebut.
c) Trust kepercayaan di antara karyawan dan pihak-pihak terkait
dengan perusahaan akan memudahkan proses pengambilan
keputusan dan pelaksanaan. Jadi, kepercayaan akan
mendatangkan lingkungan yang kooperatif terhadap TQM.
2. Bricks
Setelah memiliki fondasi yang kuat, maka pilar penyangga akan lebih
kuat lagi dalam mencapai “atap“ yang menjadi tujuan TQM, yaitu
recognition. Bricks terdiri atas hal-hal berikut:
a) Training–Diklat sangat penting bagi karyawan untuk
meningkatkan produktivitasnya. Tugas diklat biasanya
dibebankan pada supervisor atau badan tersendiri dari Human
Resources Departement. Pada dasarnya diklat yang dibutuhkan
karyawan di antaranya keahlian personal sesuai dengan pekerjaan
masing-masing, kemampuan untuk bekerja aktif dalam tim,
pemecahan masalah, pembuatan keputusan, ekonomi dan bisnis,
dan keahlian teknis lainnya sehingga akan mampu mendapatkan
karyawan yang efektif.
b) Teamwork–Kekuatan tim akan lebih hebat dari individu. Dengan
tim permasalahan akan lebih cepat diselesaiakan dengan lebih
banyak solusi yang dapat saling mengisi. Tim juga akan mampu
mingimprovisasi proses dan pelaksanaan TQM. Ada tiga tipe tim
yang disarankan dalam TQM, yaitu sebagai berikut:

1. Quality Improvement Teams or Excellence Teams (QITS) –
Ini adalah bentukan tim yang sifatnya temporer yang
bertugas untuk menyelesaikan problem yang spesifik.
Biasanya bentukan tim ini digunakan dalam kurun waktu
tiga sampai dengan dua belas bulan. Tim ini juga biasanya
digunakan lagi ketika permasalahan yang sama timbul pada
periode waktu berikutnya.
2. Problem Solving Teams (PSTs) – Tim ini juga bersifat
temporer dengan tugas menyelesaikan permasalahan yang
juga spesifik dan mengidentifikasi serta menangani
penyebab permasalahan dengan kurun waktu satu minggu
sampai dengan tiga bulan. Dengan tingkat permasalahan
yang lebih rendah daripada permasalahan yang dihadapi
QITS.
3. Natural Work Teams (NWTs) – Bentukan tim ini terdiri
atas sekelompok kecil SDM ahli di bidangnya dengan tiap-
tiap anggota tim memikul tugas dan tanggug jawab sendiri-
sendiri yang dibagi berdasarkan kapabilitasnya. Konsep
yang terdapat di dalam tim yang melibatkan karyawan,
kesanggupan me-manage tim secara professional, dan
kesatuan di antara anggota tim yang berupa lingkaran
berkualitas. Tim ini berkesinambungan tanpa ada batas
waktu dengan jam kerja kurang lebih satu sampai dengan
dua jam setiap minggunya.
c) Leadership – Bisa dikatakan sebagai kunci utama dalam TQM.
Sosok kepemimpinan dalam TQM hendaknya yang memiliki visi
ke depan dan mampu menginspirasi anggotanya. Pemimpin di sini
juga berarti mampu membuat arah strategi yang dapat dipahami
oleh semua komponen yang ada dengan nilai-nilai yang mewakili
seluruh kepentingan. Sosok kepemimpinan ini biasanya dipegang
oleh seorang manajer. Dalam TQM juga dibutuhkan supervisor
yang berkomitmen untuk memimpin karyawan. Seorang

supervisor harus paham betul. TQM dengan seperangkat nilai dan
philosophy yang terkandung di dalamnya dan mampu
mengkomunikasikannya ke seluruh elemen yang berada di
bawahnya. Intinya keseluruhan TQM harus dipahami, dipegang,
dan dipimpin oleh perangkat top management yang harusmemiliki
komitmen tinggi terhadap hal tersebut. Nilai obyektivitas harus
dijunjung tinggi karena top management bertindak dari planer
sampai measurement.
3. Binding Mortar
Binding Mortar merupakan elemen kunci yang melingkupi
keseluruhan model dari TQM. Communication – Komunikasi adalah
suatu jembatan yang menentukan keberhasilan TQM. Komunikasi
yang tidak tepat dan tidak tertuju ke sasaran akan mengakibatkan
rubuhnya model TQM. Kesatuan dari keseluruhan elemen kunci ini
disatukan dengan suatu komunikasi yang tepat, yang tepat sasaran dan
tepat ide. Komunikasi yang baik dalam TQM diperlukan antara
seluruh elemen organisasi, supplier, dan konsumen. Dalam kondisi
apa pun seorang supervisor harus peka terhadap aliran informasi yang
ada di sekitarnya yang kemudian disampaikan ke manajemen untuk
diolah sedemikian rupa menjadi suatu keputusan terhadap suatu
kondisi berupa informasi untuk kemudian disampaikan ke pihak-
pihak yang terkait. Ada beberapa macam komunikasi, yaitu sebagai
berikut:
a. Downward communication – Aliran komunikasi dari atas ke
bawah. Komunikasi ini tergolong dominan dalam organisasi.
Dari top manajemen yang menyampaikan informasi ke
supervisor, selanjutnya dari supervisor ke karyawan adalah
contoh dari komunikasi ini.
b. Upward communication – Dapat berupa kritikan karyawan
terhadap manajemen atau hasil mata-mata karyawan dan
pengetahuan lainnya dari karyawan yang disampaikan ke atas,
demi kesempurnaan TQM.

c. Sideways communication – Komunikasi ini sangat penting
karena memecah dinding pembatas antara satu departemen
dengan departemen lainnya. Tanpa kom
d. unikasi ini TQM akan terpecah dari satu departemen dengan
yang lainnya.
4. Roof atau Recognition
Recognition adalah elemen terakhir dari TQM. Seharusnya elemen ini
mampu memberikan sugesti dan achivement bagi tim dan karyawan
individual. Dengan seseorang memperoleh suatu pengakuan,
akredibilitas, maka secara otomatis akan terjadi perubahan yang luar
biasa dalam kepercayaan diri, self esteem, produktivitas, dan kualitas
kerja yang sesuai dengan mutu yang diharapkan perusahaan. Secara
tidak langsung hal inilah yang pada akhirnya akan memberikan
kepuasan kepada konsumen berupa produk dengan mutu yang tinggi
sebagai hasil dari pemberdayaan SDM yang berkualitas.
Pengakuan atau kredibilitas dapat terjadi dengan cara, terjadi pada
tempat serta terjadi pada waktu, antara lain sebagai berikut:
a) Cara – Berupa sertifikat penghargaan, trofi, plakat, dan
sebagainya.
b) Tempat – Penampilan yang baik dapat dilihat dari kondisi
kerja departemen, panitia, tim, dan top manajemen.
Pengakuan di sini terjadi di kalangan departemen, top
manajemen, ataupun di kalangan karyawan
c) Waktu – Pengakuan dapat diberikan pada waktu tertentu,
seperti rapat staf, penghargaan yang sifatnya rutin, dan
sebagainya.
4. Model TQM Yang Disederhanakan
Untuk membuat dan mengaplikasikan sebuah model dari Total Quality
Management, maka dilakukan langkahlangkah awal sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi elemen-elemen yang diperlukan untuk
kesuksesan pendekatan manajemen kualitas.

b. Mengetahui cara cara agar keseluruhan elemen tersebut dapat
terkoneksi satu dengan yang lain sehingga dapat mencapai tujuan.
c. Membuat pilihan-pilihan proses yang dapat dipilih dalam mecapai
tujuan dari manajemen kualitas.
d. Mempelajari keahlian dan pengetahuan untuk menyeimbangankan
perencanaan startegik perusahaan yang akan dilakukan dengan
rutinitas proses operasional sehari- hari.
e. Mempelajari keahlian dan pengetahuan yang akan digunakan oleh
tiap-tiap sumber daya manusia dan sumber daya perusahaan untuk
peningkatan aktivitas produksi sehari-hari.
f. Belajar untuk menghilangkan kesan cambukan SDM dalam
peningkatan produktivitas sebagai upaya mereka untuk menjadi
karyawan pilihan dalam satu bulan, tetapi membuat mereka
melakukannya secara tulus.
g. Mempelajari keahlian manajemen dengan baik dan mengetahui
kebutuhan karyawan dan sumber daya perusahaan lainnya agar
semua elemen yang berperan dalam TQM dapat bekerja sampai
pada titik tertinggi.
h. Menghindari titik kepuasan karyawan yang akan menyebabkan
mereka berhenti untuk meningkatkan produktivitas dan justru
sebaliknya harus mempelajari hal-hal yang membakar semangat
mereka pada saat proses TQM berlangsung.
Pelaksanaan Model TQM harus berpegang pada prinsip-prinsip kesuksesan
model TQM berikut:
A. Kesuksesan TQM membutuhkan perubahan tingkah laku dan budaya
B. Manajemen TQM harus dipisah dari HRD dan Manajemen
Organisasional (OM), dengan kata lain divisi TQM hendaknya dibuat
tersendiri.
C. Kesuksesan sistem TQM adalah kemampuan untuk memadukan
manajemen organisasi dengan Departemen Human Resource
Development.

D. TQM, HRM, dan OM haruslah memiliki satu kesatuan pandangan
dan berkesinambungan.
Dua macam pendekatan Model TQM adalah sebagai berikut:
a. Traditional Management Approach (Model Pendekatan Tradisional)
Model ini adalah model yang paling sering digunakan, yaitu pimpinan
perusahaan membuat suatu pendekatan TQM dengan memaksakan
penerapan TQM yang akan diberlakukan ke HRD dan OM. Hal ini
berarti bahwa pimpinan tidak berdampingan dengan HRD dan OM
dalam merancang TQM itu sendiri. Akibatnya adalah pendekatan ini
dapat mengalami kegagalan sebanyak 80%. Hal itu terjadi karena
yang terkesan dari TQM dengan pendekatan ini adalah Rat Race atau
perburuan hadiah yang akan menimbulkan cara-cara tidak sehat atau
Run end atau kinerja yang mendadak berhenti ketika seorang
karyawan merasa tidak mampu ataupun sudah puas.
b. Integrated Management Approach (Model Pendekatan Terpadu)
TQM adalah perpaduan dan penyeimbangan antara budaya kerja yang
telah ada di OM dan HRD dengan budaya yang akan diciptakan oleh
TQM sehingga tercipta suatu garis tengah yang menjembatani semua
kebutuhan dan kebudayaan HRD dan OM dengan alur dari TQM
dengan tujuan yang dibawa oleh TQM. Dengan demikian, di antara
ketiganya akan tercipta suatu integritas, kesepahaman, tanpa adanya
rasa saling dirugikan dan mereka akan berkinerja lebih baik tanpa
perlu merasakan aura kompetisi yang tidak sehat seperti Rat Race dan
Runs end. Tingkat keberhasilan sangat tinggi mengingat akan
disesuaikan antara tingkat keberhasilan yang diinginkan perusahaan
dengan kemampuan dan kemauan para pelaksana.
B. Quality Assurance
Quality Assurance adalah seluruh kegiatan terencana dan sistematis yang
diimplementasikan di dalam sistem mutu. Quality Assurance sebagai
bagian dalam system mutu adalah peningkatan mutu dengan berbasis

pencegahan dan pemecahan masalah. Tujuan Quality Assurance :
Peningkatan mutu layanan. Peningkatan mutu adalah suatu proses
pengukuran derajat kesempurnaan pelayanan dibandingkan dengan standar
dan tindakan perbaikan yang sistematik dan berkesinambungan, untuk
mencapai mutu pelayanan yang optimal sesuai dengan standar dan sumber
daya yang ada. QA biasanya membutuhkan evaluasi secara terus-menerus
dan biasanya digunakan sebagai alat bagi manajemen. Menurut Gryna
(1988), Quality Assurance merupakan kegiatan untuk memberikan bukti-
bukti untuk membangun kepercayaan bahwa kualitas dapat berfungsi
secara efektif. Bentuk Quality Assurance terdiri dari 2 yaitu : Individual
based program dan team based Activity, Dimana Individual based program
dilakukan terhadap individu, melalui pemantauan / monitoring (alatnya
berbentuk dokumen atau pencatatan), penilaian (internal audit) dan
pengendalian (koreksi) . Sedangkan team based activity merupakan
kegiatan penilaian mutu terhadap team. Dengan menggunakan langkah
USE PDSA yang adalah: Understanding Quality improvements State the
quality problems Evaluate the root causes.
1. P: Plan the solutions (merencanakan pemecahan masalah kualitas),
2. D: Do- implement the plan solutions,
3. S: Study the solution results
4. A: Act the standarize the solutions
Selain itu, tujuan dari diadakannya quality assurance ini adalah agar dapat
memuaskan berbagai pihak yang terkait di dalamnya, sehingga dapat
berhasil mencapai sasaran masing-masing. Penjaminan kualitas merupakan
bagian yang menyatu dalam membentuk kualitas produk dan jasa suatu
organisasi atau perusahaan. Mekanisme penjaminan kualitas yang
digunakan juga harus dapat menghentikan perubahan bila dinilai perubahan
tersebut menuju ke arah penurunan atau kemunduran.melihat pentingnya
kegiatan Quality assurance di dalam keefektifan sistem mutu, maka tidak
heran di dalam hampir semua industri, baik industri barang atau jasa
(perbankan) terdapat fungsi Quality Assurance di dalam manajemen
organisasinya. Di dalam kegiatan Quality assurance tercakup di dalamnya
pengendalian kualitas dan inspeksi terhadap kualitas dimana kedua

kegiatan tersebut merupakan bagian dari komitmen terhadap mutu secara
keseluruhan. Sekalipun begitu departemen yag memegang Quality
Assurance tidak bertugas untuk melakukan pengecekan pekerjaan yang
dilakukan bagian lain. Tetapi QA membantu bagian-bagian lain sehingga
dapat mengendalikan penerapan prosedur-prosedur yang berlaku secara
benar, sehingga dapat mencapai perbaikan dalam efisiensi, produktivitns,
dan profitabilitas. Yang diharapkan melalui Quality Assurance adalah
mengerjakan semua pekerjaan dengan baik dan benar di setiap waktu
secara efisien yaitu terkait dengan terkait dengan proses layanan sesuai
dengan standar pelayanan minimal atau standar mutu (SOP), dan secara
efektif terkait dengan tercapainya tujuan berupa keluaran dan hasil (efek)
yang diharapkan atau direncanakan.Monitoring & Langkah Monitoring QA
Di dalam rangka meningkatkan mutu melalui kegiatan Quality Assurance
maka dilakukan monitoring dengan menggunakan metoda baik kualitatif
maupun kuantitatif. Kualitatif misalnya: Flowchart, Brainstroming, NGT
(Nominal Group Technique), Tree Diagram, Fish Bone Analysis. Atau
Kuantitatif misalnya: Tree Diagram, Fish Bone Analysis, Pareto Diagram,
Histogram.Berikut ini adalah langkah-langkah yang digunakan dalam
monitoring QA:- Melaksanakan dokumentasi dan membuat catatan
mutu :Manual Mutu Rencana Mutu Prosedur Perbaikan Catatan Mutu
Melakukan Audit (Internal dan Eksternal), menguji implementasi dan
efektivitas program peningkatan mutu dan ketaatan pada standar yang telah
ditetapkan.Kedua hal diatas dalam pelaksanaannya di organisasi harus
diikuti dengan komitmen dari seluruh unit fungsi di dalam organisasi.
Dimana semua memiliki persepsi atau mindset yang sama di dalam
meningkatkan kualitas perusahaan dan bersedia mendukung di dalam setiap
aktivitas yang ada di dalamnya. Termasuk di dalamnya melaksanakan
kebijakan /manual mutu, membuat rencana mutu, melakukan prosedur
perbaikan dan membuat catatan mutu. Audit internal dan eksternal perlu
dilaksanakan untuk memastikan semua standard mutu yang telah ditetapkan
dilakukan secara konsisten di setiap bagian organisasi. Salah satu
keberhasilan dari team QA dapat diukur dari besarnya dukungan dan
kontribusi dari setiap unit organisasi dalam usaha meningkatkan mutu di
unitnya. Perlu diakui bersama bahwa kesulitan yang terbesar di dalam

melaksanakan kegiatan peningkatan mutu perusahaan adalah untuk
menyamakan persepsi dan kesadaran dari semua anggota organisasi
perusahaan mengenai peningkatan mutu.Untuk itu salah satu tugas team
Quality Assurance adalah secara periodik memberikan sosialisasi atau
training yang berkesinambungan bagi semua anggota organisasi mengenai
visi dan misi Quality Improvement. Dengan demikian setiap anggota
organisasi memiliki kesadaran untuk turut serta melaksanakan
pekerjaannya sesuai dengan standard mutu dan juga bersedia melakukan
perbaikan secara terus menerus, tidak sebagai beban tetapi sebagai
tanggung jawab dan bagian didalam performance yang dicapai.
C. Inspection
Pada zaman ini, kualitas hanya melekat pada produk akhir. Dengan kata
lain, masalah kualitas berkaitan dengan produk rusak atau cacat. Zaman ini
berlangsung di negara Barat sekitar tahun 1800-an. Pada zaman ini,
produsen mulai mendapatkan pesaing dan produksi yang digunakan adalah
produksi massal. Pemilahan terhadap produk akhir dilakukan dengan
melakukan inspeksi. Perhatian produsen terhadap kualitas sangat terbatas.
Manajemen puncak sama sekali tidak menaruh perhatian terhadap kualitas
produk, dan tanggung jawab terhadap kualitas produk didelegasikan ke
departemen inspeksi dengan titik berat penanganan terletak pada produk
akhir sebelum dilepas ke konsumen.
Pemeriksaan (Inspection) merupakan suatu aktivitas mengukur, menguji,
pengetesan terhadap satu atau lebih karakteristik dari suatu produk atau
pelayanan dan membandingkan hasil yang diperoleh dengan spesifikasi
yang telah ditentukan. Dalam suatu sistem manufaktur, Inspection
dilakukan dari mulai pembuatan suatu komponen, perakitan komponen
yang satu dengan yang lainnya sampai menjadi suatu produk jadi sebelum
produk tersebut dimasukkan ke gudang.
D. Quality Control
pada zaman inspeksi terjadi penyimpangan atribut produk yang dihasilkan
dari atribut standar, departemen inspeksi tidak dapat mendeteksi apakah
penyimpangan tersebut disebabkan karena kesalahan pada produksi atau

hanya karena kebetulan. Dengan demikian, informasi yang diperoleh tidak
dapat digunakan untuk melakukan perbaikan terhadap produksi untuk
mencegah terjadinya hal serupa. Tetapi pada statistical quality control era,
departemen inspeksi dilengkapi dengan alat dan metode statistik dalam
mendeteksi penyimpangan yang terjadi dalam atribut produk yang
dihasilkan pada proses produksi. Data penyimpangan tersebut dapat
diberitahukan kepada departemen produksi sebagai dasar diadakannya
perbaikan terhadap proses dan sistem yang digunakan untuk mengolah
produk.
Pada era ini, deteksi penyimpangan signifikan secara statistik sudah mulai
dilakukan oleh departemen produksi. Dengan demikian, kualitas produk
sudah mulai dikendalikan melalui departemen produksi, tidak sekadar
diinspeksi oleh departemen inspeksi pada akhir proses produksi. Akan
tetapi, pada tahap ini, konsep kualitas masih terbatas pada atribut yang
melekat pada produk yang sedang dan telah diproduksi. Era ini mulai
berkembang pada tahun 1930 yang diperkenalkan oleh Walter A. Shewart.
Pengendalian kualitas merupakan suatu teknik operasional yang digunakan
untuk menghasilkan sesuatu yang berkualitas. Dimana sistem pengendalian
kualitas adalah suatu alat dan teknik dalam manajemen kualitas yang
merupakan perkembangan dari kegiatan pemeriksaan (inspection). Dalam
sistem pengendalian kualitas terdapat tujuh alat yang digunakan yaitu:
Histogram, Checksheet, Pareto analysis, Cause and Effect Diagram,
Graphs, Control Chart dan Scatter Diagram.

BAB III
KESIMPULAN
Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnya apa yang
dianggap merupakan kualitas saat mi mungkin dianggap kurang berkualitas pada
masa mendatang).
pengendalian kualitas merupakan suatu kegiatan yang sangat erat
hubungannya dengan proses produksi, dimana pada pengendalian kualitas ini
dilakukan pemeriksaan atau pengujian atas karakteristik kualitas yang dimiliki
produk guna penilaian atas kemampuan proses produksinya yang dikaitkan dengan
standar spesifikasi produk. Kemudian dengan analisis akan didapatkan sebab-sebab
terjadinya penyimpangan, sebagai dasar untuk mengambil tindakan perbaikan dan
pencegahan.
Total Quality Management adalah pendekatan manajemen pada suatu
organisasi, berfokus pada kualitas dan didasarkan atas partisipasi dari keseluruhan
sumber daya manusia dan ditujukan pada kesuksesan jangka panjang melalui
kepuasan pelanggan dan memberikan manfaat pada anggota organisasi (sumber daya
manusianya) dan masyarakat.
Quality Assurance adalah seluruh kegiatan terencana dan sistematis yang
diimplementasikan di dalam sistem mutu. Quality Assurance sebagai bagian dalam
system mutu adalah peningkatan mutu dengan berbasis pencegahan dan pemecahan
masalah.
Pemeriksaan (Inspection) merupakan suatu aktivitas mengukur, menguji,
pengetesan terhadap satu atau lebih karakteristik dari suatu produk atau pelayanan
dan membandingkan hasil yang diperoleh dengan spesifikasi yang telah ditentukan.

DAFTAR PUSTAKA