Paper POD 3

26
1 PENTINGNYA PENDIDIKAN ORANG DEWASA 4.1 Pengertian Pendidikan Orang Dewasa Pendidikan orang dewasa adalah pendidikan yang terorganisir. Menurut Muljono (2007) proses pendidikan bertujuan untuk mengubah kesadaran dan perilaku (pengetahuan, sikap, dan keterampilan) manusia ke arah yang lebih baik sehingga mereka menjadi berdaya dan dapat mencapai kehidupan yang lebih baik dan sejahtera. Hal ini sesuai dengan hakekat ilmu yang berfungsi sebagai pengetahuan yang membantu manusia dalam mencapai tujuan hidupnya. Keseluruhan proses pendidikan yang diorganisasikan apapun isi, tingkatan, metodenya, baik formal atau tidak, yang melanjutkan maupun menggantikan pendidikan semula di sekolah, akademi dan universitas serta latihan kerja, yang membuat orang yang dianggap dewasa oleh masyarakat mengembangkan kemampuannya (Suprijanto,2008).

description

POD

Transcript of Paper POD 3

Page 1: Paper POD 3

1

PENTINGNYA PENDIDIKAN ORANG DEWASA

4.1 Pengertian Pendidikan Orang Dewasa

Pendidikan orang dewasa adalah pendidikan yang terorganisir. Menurut

Muljono (2007) proses pendidikan bertujuan untuk mengubah kesadaran dan

perilaku (pengetahuan, sikap, dan keterampilan) manusia ke arah yang lebih baik

sehingga mereka menjadi berdaya dan dapat mencapai kehidupan yang lebih baik

dan sejahtera. Hal ini sesuai dengan hakekat ilmu yang berfungsi sebagai

pengetahuan yang membantu manusia dalam mencapai tujuan hidupnya.

Keseluruhan proses pendidikan yang diorganisasikan apapun isi, tingkatan,

metodenya, baik formal atau tidak, yang melanjutkan maupun menggantikan

pendidikan semula di sekolah, akademi dan universitas serta latihan kerja, yang

membuat orang yang dianggap dewasa oleh masyarakat mengembangkan

kemampuannya (Suprijanto,2008).

4.2. Tujuan POD

Menurut Setiana (2005) tujuan daripada POD pada hakikatnya adalah agar

terjadi proses perubahan perilaku menuju kearah yang lebih baik dan

menguntungkan bagi kehidupan sasaran didik. Perilaku yang ditunjukkan sasaran

belajar adalah perilaku yang dilandasi oleh sikap, pengetahuan, ketrampilan, dan

material saat kini. Isnaini (2010) menambahkan bahwa seorang pendidik orang

dewasa memiliki tujuan untuk membantu sasaran untuk memenuhi kebutuhan dan

mencapai tujuan, membantu sasaran untuk mengembangkan sikap.

Page 2: Paper POD 3

2

Unsur unsur perubahan meliputi :

1. Pengetahuan atau kognitif.

Menurut Achamat ( 2009) menjelasakan bahwa Prinsip prinsip kerja

kognitif yaitu; a) Proses kognitif adalah aktif bukan pasif, b) Proses kognitif dapat

ditandai secara efisien dan akurat, c) Proses kognitif menangani informasi yang

positif dengan lebih baik dibanding informasi yang negatif, d) Proses kognitif

saling berhubungan antara satu dengan lainnya, tidak bekerja sendiri sendiri, e)

Kebanyakan proses kognitif berlangsung secara top dan bottom down sekaligus.

Menurut Iriani dan Ninawati (2005) kapasitas kognitif dewasa muda

tergolong masa operasional formal, bahkan kadang-kadang mencapai masa post-

operasi formal. Taraf ini menyebabkan dewasa muda mampu memecahkan

masalah-masalah yang kompleks dengan kapasitas berpikir abstrak, logis dan

rasional.

2. Sikap

Menurut Muljono (2007) yaitu Suatu masyarakat yang memiliki

pengetahuan luas tentang berbagai ilmu dan teknologi, memiliki sikap yang

progresif untuk melakukan perubahan dan inovatif terhadap sesuatu (informasi)

yang baru, serta terampil dan mampu berswadaya untuk mewujudkan keinginan

dan harapan-harapannya demi tercapainya perbaikan kesejahteraan

keluarga/masyarakatnya.

Sikap manusia atau untuk singkatnya disebut sikap telah didefinisikan

dalam berbagai versi. Sikap merupakan derajat afek positif atau afek negatif

terhadap suatu objek psikologis (Azwar, 2007).

Page 3: Paper POD 3

3

3. Keterampilan.

Menurut Sitohang (2009) menjelaskan bahwa perubahan perilaku terjadi

karena adanya perubahan sikap, maka jelas kiranya bahwa mengajar orang dewasa

tidak cukup hanya memberi penambahan pengetahuan. Betapapun pengetahuan

bertambah, apabila sikapnya masih tidak percaya diri, tertutup maka tidak akan

terjadi perubahan perilaku. Perlu juga diketahui bahwa walaupun penambahan

pengetahuan dan peningkatan ketrampilan telah diperolehnya serta perubahan

sikap mau dilakukannya,perubahan perilaku belum dimungkinkan apabila tidak

tersedia material untuk mewujudkan pengetahuan itu.

Keterampilan menurut Amirullah (2009) adalah suatu perbuatan atau tugas,

suatu kemampuan untuk mengoperasikan suatu pekerjaan secara mudah dan

cermat yang membutuhkan kemampuan dasar (basic ability).

4. Material

Bahan ajar atau materi adalah seperangkat sarana atau alat pelajaran yang

berisikan materi pembelajaran, metode, batasan-batasan dan cara mengevaluasi

yang didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang

diharapkan. Tujuan yang diharapkan yaitu pencapaian kompetensi dengan segala

kompleksitasnya (Lestari, 2013).

Menurut Ruhimat (2011) bahan atau materi pembelajaran pada dasarnya

adalah “isi” dari kurikulum yakni berupa mata pelajaran atau bdang studi dengan

topic atau sub topik dan rinciannya. Bahan ajar akan dengan mudah membantu

untuk memahami materi ajar yang didalamnya.

Page 4: Paper POD 3

4

4.4. Hambatan Psikologis

Hambatan psiklogis yang mempengaruhi pendidikan orang dewasa adalah

motivasi.

1. Orang Dewasa Tidak Diajar Tapi Dimotivasi

Motivasi diartikan sebagai dorongan seseorang untuk maju.Menurut

Mappeasse (2009) Motivasi adalah suatu keadaan dalam diri individu yang

menyebabkan seseorang melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan.

Motivasi untuk melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan dengan memberikan

yang terbaik pada dirinya demi tercapainya tujuan yang diinginkan.Menurut

Sitohang (2009) menjelaskan bahwa seseorang akan termotivasi untuk belajar

apabila ia dapat memenuhi keinginan dasarnya. Keinginan dasar tersebut, antara

lain (1) keamanan, (2) kasih sayang atau respons, (3) pengalaman baru, (4)

pengakuan. Sementara faktor fisik seperti suasana belajar, ruangan, penerangan.

2. Pesan Berhubungan Dengan Kebutuhan

Sitohang (2009) menjelasakan bahwa (a) Belajar adalah suatu pengalaman

yang diinginkan orang dewasa itu sendiri, (b) Orang dewasa kalau ditemukannya

arti bagi pribadi dan menguntungkannya, (c) Belajar bagi orang dewasa kadang-

kadang merupakan proses yang menyakitkan karena dengan belajaria dipaksa

untuk meninggalkan kebiasaan lama.

Menurut Bambang (2010) orang dewasa tidak akan membutuhkan suatu

ilmu jika itu tidak berperan penting dalam kehidupannya. Hal tersebut antara lain,

kebutuhan fisik dan sandang pangan. Proses mendapatkan kebutuhan fisik

tersebut individu membutuhkan apa yang dinamakan sebagai harga diri.

Page 5: Paper POD 3

5

3. Belajar adalah Menyakitkan

Padmowihardjo (2006) menyatakan bahwa belajar menyakitkan karena

kurang percaya diri atas kemampuan diri yang mereka miliki untuk belajar

kembali. Kepercayaan- kepercayaan yang tidak benar tentang belajar, usia lanjut

dan faktor fisik juga dapat meningkatkan ketidakpercayaan diri orang dewasa

untuk kembali belajar.

Dimyati (2010) menjelaskan bahwa orang dewasa seolah-olah sudah yakin

terhadap apa yang pernah dipelajari. Mereka sulit untuk menerima gagasan,

konsep, metode dan prinsip yang baru. Hal ini yang menyebabkan mereka

bertindak secara otoriter sebagai cara untuk mempertahankan diri.

4. Belajar adalah Memahami Sesuatu Bukan Dimarahi atau Digurui

Muchlis (2011) mengungkapkan bahwa belajar merupakan perubahan

perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Sebaik-baik belajar adalah dengan

mengalami sesuatu, bukan digurui atau dimarahi. Mengalami sesuatu yaitu dengan

mempergunakan panca indera mata untuk mengamati, telinga untuk mendengar,

hidung untuk mencium, lidah untuk merasa, kulit juga untuk merasakan sesuatu.

Sehingga seseorang diharapkan mampu membaca, mengamati, meniru dan

kemudian mengolahnya.

Belajar itu sendiri adalah proses yang dilakukan oleh individu untuk

memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan sebagai hasil dari

pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Faktor

penyebabnya adalah orang dewasa tidak bisa diperlakukan seperti murid yang

mengenyam pendidikan di bangku sekolah (Meyer, 2007).

Page 6: Paper POD 3

6

5. Belajar adalah Khas dan Bersifat Individual

Pertumbuhan orang dewasa dimulai pertengahan masa remaja sampai

dewasa. Setiap individu tidak hanya memiliki kecenderungan tumbuh kearah

menggerakkan diri sendiri tetapi secara aktual dia menginginkan orang lain

memandang dirinya sebagai pribadi yang mandiri yang memiliki identitas diri

(Arif, 2005). Dengan begitu orang dewasa tidak memandangnya apalagi

memperlakukan dirinyadirinya seperti anak-anak.

Belajar adalah suatu proses atau usaha sadar yang dilakukan oleh individu

untuk menghasilkan perubahan tingkah laku baik dalam aspek kognitif

(pengetahuan), afektif (sikap dan nilai), maupun psikomotor (keterampilan)

sebagai hasil interaksinya dengan lingkungan untuk mencapai tujuan tertentu.

Belajar merupakan tindakan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

(Sumendra, 2014).

6. Sumber Terkaya pada Pengalaman

Menurut Achamat (2009) menjelaskan bahwa Orang dewasa telah

megakumulasi pengalaman –pengalaman dan pengetahuan-pengetahuan, termasuk

aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan pekerjaan, tanggung jawab, dalam

keluarga dan pendidikan sebelumnya.Menurut Iriani dan Ninawati (2005)

menjelaskan bahwa Pengalaman diri merupakan kecakapan orang dewasa pada

masa kini seabagai akibat dari berbagai pengalaman masa yang telah

lalu.Penerapan praktis dalam pembelajaran, orang dewasa mampu berkontribusi

dalam dalog untuk memecahkan masalah berdasarkan pengalaman yang telah

dimilikinya selama ini.

Page 7: Paper POD 3

7

7. Belajar adalah Proses Emosional dan Intelektual

Kartono (2005) menyatakan bahwa pendidikan itu secara langsung atau

tidak langsung, secara inplisit atau eksplisit pasti memainkan peranan besar dalam

mempersiapkan anak dan orang dewasa untuk memperjuangkan eksistensinya

ditengah masyarakat. Sekolah dan pendidikan menjadi sarana ampuh untuk

melakukan proses integrasi maupun disintegrasi sosial di tengah masyarakat.

Kecepatan memperoleh informasi secara pelan-pelan memang akan

mengalami penurunan pada masa dewasa akhir, namun faktor individual

difference juga berperan dalam hal ini. Belajar juga melibatkan proses emosional,

pengalaman yang banyak dan menyempitnya persepsi dan perhatian orang dewasa

menyebabkan mereka sulit memusatkan perhatian dan menata memorinya secara

baik sehingga akan menimbulkan problem yang tidak diinginkan sebelumnya

(Setyabudi, 2011).

8. Belajar adalah Hasil Kerjasama

Penyuluh harus bekerjasama dengan masyarakat, dan bukannya berkerja

untuk masyarakat. Kehadiran penyuluh bukan sebagai penentu atau pemaksa,

tetapi ia harus mampu menciptakan suasana dialogis dengan amsyarakat dan

mampu menumbuhkan, menggerakkan, serta memelihara partisipasi masyarakat

(Muljono,2007).

Perubahan perilaku dalam hal kerjasama dalam berbagai kegiatan,

merupakan hasil dari adanya perubahan setelah adanya proses belajar.

Kemampuan bekerjasama sangat diperlukan karena kita merupakan makhluk

sosial yang membutuhkan orang lain untuk saling tolong menolong (Lie, 2008).

Page 8: Paper POD 3

8

9. Belajar adalah Proses Evolusi

Belajar adalah proses evolusi yang merupakan suatu perubahan. Perubahan

dari proses pembelajaran cara lama dengan berganti menjadi cara baru. Menurut

Lunandi (2007) belajar dapat diartikan sebagai suatu proses evolusi. Artinya

penerimaan ilmu tidak dapat dipaksakan sekaligus begitu saja, tetapi dapat

dilakukan secara bertahap melalui suatu urutan proses tertentu.

Belajar adalah pengalaman yang terjadi didalam diri individu yang

diaktifkan oleh individu itu sendiri. Belajar bukan melakukan apa yang diakatakan

atau yang diperbuat pengajar saja tetapi merupakan proses perubahan dalam diri

pelajar untuk melakukan kemauan sendiri apa yang dikehendaki olehnya dengan

mempertimbangkan baik buruknya tindakan tersebut (Puspita, 2010).

Perilaku yang Menghambat :

a) Timbul kebosanan

Harapan seseorang untuk mendapatkan hal-hal baru, namun yang

didapatkan tidak sesuai dengan harapan sehingga yang bersangkutan menjadi

tidak respons atau tidak tertarik lagi terhadap apa yang diberikan dalam proses

belajar yang sedang berlangsung (Ahmad, 2011).

Harapan memiliki keterkaitan erat dengan efikasi diri. Efikasi diri pada setiap

orang bervariasi, tergantung pada kompetensi yang dibutuhkan untuk kegiatan

yang berbeda. kompetensi yang dipersepsikan dari orang lain tersebut, terutama

apabila mereka lebih condong terhadap kegagalan atas performa daripada

keberhasilan; kondisi psikologis yang mendampinginya,terutama adanya rasa

kelelahan, kecemasan,apatis dan ketidakberdayaan (Cervone dan Pervin, 2012).

Page 9: Paper POD 3

9

Kejenuhan merupakan suatu kondisi mental siswa dalam rentang waktu

tertentu seperti malas, lelah, bosan, lesu, tidak bersemangat, tidak bergairah untuk

melakukan aktivitas belajar (Ali, 2009). Kejenuhan dalam belajar mengakibatkan

ilmu yang disampaikan tidak masuk atau tdak tersampaiakan. Karena materi tidak

didengarkan dengan baik.

Menurut Fabella (2010) kejenuhan ada yang bersifat negatif. Kejenuhan

negatif adalah kejenuhan yang berat, merusak kehidupan dan bias memicu

timbulnya keburukan-keburukan lainyang lebih serius. Kejenuhan negative,

misalnya kejenuhan akibat kegagalan, kesempitan hidup, penganiayaan, sakit hati

dan lain-lain.

b) Meragukan Penerapan dalam Praktek

Ketidak selarasan antara harapan peserta didik dengan harapan

penyelenggara menimbulkan keraguan. Keraguan (skeptis) tersebut biasanya

sering dialami oleh penyelenggara/pendidik/penyuluh apakah materi yang di

ajarkan pada peserta sesuai atau tidak dengan harapan peserta didik,hal tersebut

keraguan muncul karena diawali dari kecemasan (Fiest, 2010).

Seseorang yang membuat semacam alat penampungan (reservoair)

pengalaman yang kemudian akan merupakan sumber belajar yang sangat

bermanfaat bagi diri sendiri mau pun bagi orang lain. Lagi pula seseorang akan

menangkap arti dengan lebih baik tentang apa yang dialami daripada apabila

mereka memperoleh secara pasif, oleh karena itu teknik penyampaian yang utama

adalah eksperimen, percobaan-percobaan di laboratorium, diskusi, pemecahan

masalah, latihan simulasi, dan praktek lapangan (Arif, 2009).

Page 10: Paper POD 3

10

Pendidikan orang dewasa adalah apa yang dipelajari pelajar, bukan apa yang

diajarkan pengajar. Artinya, hasil akhir yang dinilai adalah apa yang diperoleh

orang dewasa dan pertemuan pendidikan/pelatihan, bukan apa yang dilalukukan

pengajar, pelatih atau penceramah dalam pertemuannya (Yuniarto, 2011).

Banyak orang dewasa yang merasa sudah tua yakin bahwa mereka lebih sukar

dilatih. Mereka kurang bisa menyesuaikan diri dengan perubahan dan terlalu tua

untuk belajar. Sifat ini akan lebih menekan apabila mereka diperlakukan seperti

anak-anak. Orang tua yang diperlakukan seperti anak-anak akan menimbulkan

banyak masalah seperti motivasi yang rendah, serta bakan dan pengalaman

mereka tidak dapat dimanfaatkan dan dikembangkan (Legiman, 2013).

c) Harus Mencari Pemecahan Sendiri

Proses–proses kognitif berkaitan dengan afektif dimana meliputi semua

aspek psikologis,sosial,dan fisiologis dari manusia yang menyebabkan mereka

berinteraksi dengan lingkungan merekadengan variasi yang lebih stabil (Fiest,

2010).

Orang dewasa kecenderungan memiliki orientasi belajar yang berpusat pada

pemecahan problem kehidupan (problem centered orientation). Orang dewasa

perspektif waktu belajarnya lebih bersifat segera mengambil manfaat atau aplikasi

diri sesuatu yang dipelajari. Pemaksaan untuk menerima salah satu sebagai yang

paling tepat,paling benar,dapat menghambat proses belajar. Keraguan harus

diperkenankan dalam waktu yang cukup,agar tercapai keputusan akhir yang

memuaskan,dengan kata lain pendidik memberikan waktu bagi peserta didik

untuk berfikir (Sitohang, 2009).

Page 11: Paper POD 3

11

Kemampuan berpikir luwes atau fleksibel (flexibility) Merupakan kemampuan

untuk menggunakan bermacam-macam pendekatan dalam mengatasi persoalan,

orang yang kreatif adalah orang yang kreatif dalam berpikir, mereka dapat dengan

mudah meninggalkan cara berpikir yang lama dan menggantikan dengan cara

berpikir yang baru. Hal ini bisa dilakukan dengan fleksibilitas yang spontan dan

adaptif. Fleksibilitas spontan adalah kemampuan untuk menyampaikan berbagai

macam ide tentang apa saja tanpa rasa takut salah (Munandar, 2014).

d) Pesan Bersifat Umum, tidak Spesifik

Pesan bersifat umum, tidak spesifik terhadap suatu permasalahan

maksudnya pesan yang disampaikan tidak menuju pada suatu persoalan yang

mendalam, sehingga tidak dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapai

peserta. Keaktifan belajar dapat terjadi apabila pendidik dan peserta didik

memiliki kesadaran penuh dan keterbukaan pikiran (Setiana, 2005).

Tidak menghargai (meremehkan dan menyampingkan) harga diri mereka,

hanya akan mematikan gairah belajar orang dewasa. Percaya diri merupakan hal

yang penting dalam pembelajaran orang dewasa. Tanpa kepercayaan diri tersebut,

maka suasana belajar yang kondusif tak akan pernah terwujud (Asmin, 2009).

Proses belajar membutuhkan pengalaman. Pengalaman merupakan sumber

terkaya dalam pembelajaran sehingga orang dewasa semakin kaya akan

pengalaman dan termotivasi untuk melakukan upaya peningkatan hidup.Sifat

belajar orang dewasa bersifat subyektif dan unik, hal itulah yang membuat orang

dewasa untuk semakin berupaya semaksimal mungkin dalam belajar, sehingga

apa yang menjadi harapan dapat tercapai (Sujarwo, 2010).

Page 12: Paper POD 3

12

Suprijatno (2008), pembelajaran adalah keseluruhan proses pendidikan yang

diorganisasikan apapun isi, tingkatan, metodenya, baik formal atau tidak, yang

melanjutkan maupun menggantikan pendidikan semula di sekolah, yang membuat

orang yang dianggap dewasa oleh masyarakat mengembangkan kemampuannya

dan mengakibatkan perubahan pada sikap dan perilakunya dalam persfektif

e) Sulit Menerima Perubahan

Perubahan perilaku akan menjadi sulit diwujudkan. Orang dewasa sering kali

merasa telah memiliki pengetahuan yang juga telah dianggapnya benar dan

bermanfaat. Pengetahuan yang telah dirasakan dimiliki semacam ini, belum tentu

akan secara mudah dapat digantikan dengan pengetahuan yang baru, apalagi jika

pengetahuan yang baru tersebut tidak sejalan dengan yang telah ia miliki tersebut

(Lunandi, 2007).

Pendidik tidak jarang menghadapi peserta didik yang sulit menerima

perubahan. Berdasarkan hal tersebut maka pendidik perlu mengubah jenis sasaran

peserta didik ke pengetrap awal. Menurut King (2010) pengetrap awal yang di

jadikan sasaran pendidikan adalah mereka yang mengalami perubahan fisik pada

masa dewasa awal dan mereka yang mengalami perubahan fisik pada dewasa

tengah.

Pendidikan orang dewasa itu sendiri menurut Bryson adalah semua aktivitas

pendidikan yang dilakukan oleh orang dewasadalam kehidupan sehari-hari yang

hanyamenggunakan sebagian waktu dan tenaganyauntuk mendapatkan tambahan

intelektual (Suprijanto, 2008).

Page 13: Paper POD 3

13

Orang dewasa seolah-olah sudah yakin terhadap apa yang pernah dipelajari,

sehingga cinderung untuk menolak hal-hal yang sifatnya baru. Mereka sulit

menerima gagasan, konsep, metode, dan prinsip yang baru. Hal ini yang

menyebabkan mereka bertindak secara otoriter sebagai cara untuk

mempertahankan diri (Dimyati, 2010).

Page 14: Paper POD 3

14

DAFTAR PUSTAKA

Achamat, Z. 2009. Merancang Pelatihan yang Efektif. Jurnal Psikologi Undip. Vol 5 .No. 2

Ahmad, Asykhiyah. 2011. Pendidikan Orang Dewasa. Jurnal Psikologi 1(2):12-19

Ali, S. 2009. Hakikat Pembangunan Pendidikan dalam Menciptakan Sumber Daya Manusia dan Kepemimoinan Generasi Muda. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia. Jakarta.

Arif, Z. 2005. Andragogi. Penerbit Aksara. Bandung_____ . 2009. Andragogi Edisi ke 2. Penerbit Aksara. Bandung Amirullah. 2009. Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran. Bumi Aksara.

Jakarta

Asmin, 2009. Konsep dan Metode Pembelajaran Untuk Orang Dewasa (Andragogi). Jurusan Pendidikan Luar Sekolah. UPI

Azwar A., 2007. Sikap Manusia (Teori Pengukurannya). Penerbit Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Bambang, 2010. Kelemahan dan Keunggulan Teori Belajar Andragogi. Gramedia pustaka. Jakarta

Cervone, D dan L. A Pervin. 2012. Kepribadian: Teori dan Penelitian Edisi 10 Buku ke-2. Salemba Humanika. Jakarta

Dimyati, 2010. Pendidikan Orang Dewasa. Lembaga Administrasi Negara. Jakarta

Fabella, S. 2010. Investasi Sumber Daya Manusia Melalui Pendidikan. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang

Fiest, F. 2010. Sosiology 5th Editions.Polity Press. Manchester

Iriani ,F. dan Ninawati. 2005. Gambaran Kesejahteraan Psikologis Pada Dewasa Muda Ditinjau Dari Pola Attachment. Jurnal Psikologi Vol. 3 No. 1

Page 15: Paper POD 3

15

Isnaini. 2010. Pendidikan dan Hubungan Antar kelompok . Skripsi. Universitas Negeri Makassar. Makassar.

Kartono,K.2005.Pengantar Psikologi Sosial.Bandung.Alumni.

King, Laura A., .2010. Psikologi Umum : Sebuah Pandang Apresiatif, Buku 1.Penerjemah: Brian Marwensdy. Salemba Humanika. Jakarta

Legiman, 2013. Pembelajaran Orang Dewasa. Jurnal UPI. Jakarta

Lestari, M. 2013. Dinamika Kelompok dan Kemandirian Anggota Kelompok Tani dalam Berusaha Tani di Kecamatan Pancawarna Kabupaten Kebumen Provinsi Jawa Tengah.Thesis.Program Pascasarjana. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Lie, Anita. 2008. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. PT Grasindo. Jakarta

Lunandi, A, G. 2007. Pendidikan orang dewasa. Gramedia. Jakarta

Mappeasse , Muh. Yusuf.Pengaruh 2009.Cara Dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Programmable Logic Controller (Plc) Siswa Kelas Iii Jurusan Listrik Smk Negeri 5 Makassar.Jurnal MEDTEK, Volume 1, Nomor 2.

Meyer, H. 2007. Manajemen dengan Kecerdasan Emosional. Penerbit Nuansa. Bandung.

Muchlis, 2011.Belajar Dan Mengajar dalam Pandangan Al-Ghazâlî. STAIN Pamekasan

Muljono ,Pudji .2007. Learning Society, Penyuluhan Dan Pembangunan Bangsa.Jurnal Penyuluhan IPB. Vol. 1.No.1.

Munandar. 2014. Manajemen Kinerja Sektor Publik. UPP STIM YKPN. Yogyakarta

Nursalam. 2009. Pendidikan dalam Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta

Padmowihardjo. 2006. Pendidikan Orang Dewasa. Universitas Terbuka. Jakarta

Puspita, P D. 2010. Prinsip Belajar. Erlangga. Jakarta

Ruhimat. 2011. Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia. BPFE. Yogyakarta

Page 16: Paper POD 3

16

Setiana, L. 200. Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat. Ghalia Indonesia. Bogor

Setyabudi, Iman. 2011. Hubungan Antara Adversiti Dan InteligensiDengan Kreativitasi 9 (11) : 7-8.

Sitohang, Sonang. 2009. Penyuluhan Serta Peranannya Terhadap Industri Mikro Dan Kecil di Indonesia. JAMBSP 6 (1):106–128

Sujarwo, 2010. Strategi Pembelajaran Orang Dewasa(PendekatanAndragogi). Thesis. Universitas Negeri Yogyakarta.

Sumendra, W. 2014. Belajar untuk Orang Dewasa. Skripsi. UT. Jakarta

Suprijanto. 2008. Pendidikan Orang Dewasa, dari Teori Hingga Aplikasi.PT. Bumi Aksara. Jakarta

Yuniarto, Saiful Rahman. 2011. Pembelajaran Untuk Orang Dewasa. Skripsi. Universitas Brawijaya. Malang

Page 17: Paper POD 3

17

Page 18: Paper POD 3

18