3.Paper Rachmad Susilo Skizofrenia Paranoid

26
BAB I PENDAHULUAN Skizofrenia merupakan suatu sindroma klinis dari berbagai keadaan psikopatologis yang sangat mengganggu yang melibatkan proses pikir, emosi, persepsi dan tingkah laku. Skizofrenia merupakan golongan psikosa yang ditandai dengan tidak adanya pemahaman diri (insight) dan ketidakmampuan menilai realitas (RTA). Terdapat lima subtipe skizofrenia, yaitu skizofrenia paranoid, disorganized schizophrenia, catatonic schizophrenia, undifferentiated schizophrenia, dan residual schizophrenia. Skizofrenia paranoid terjadi karena melemahnya neurologis dan kognitif tetapi individu tersebut mempunyai prognosis yang baik. Skizofrenia paranoid adalah tipe yang paling sering terjadi. Gejala-gejala yang mencolok ialah waham primer, disertai dengan waham sekunder dan halusinasi. Pasien skizofrenia datang ke rumah sakit karena adanya gejala waham, halusinasi dan gejala-gejala yang tidak bisa ditoleransi oleh masyarakat. Halusinasi dapat mempengaruhi kehidupan seseorang. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa gejala halusinasi yang paling sering adalah halusinasi pendengaran yaitu sebesar 70%. Setelah dilakukan pemeriksaan yang teliti ternyata didapatkan adanya gangguan proses berfikir, gangguan afek, emosi dan kemauan. Studi Bank Dunia pada tahun 1995 di beberapa Negara menunjukkan bahwa hari-hari produktif yang hilang atau Dissabiliiy Adjusted Life Years (DALY's) sebesar 8.1% dari Global Burden of Disease, 1

description

ada

Transcript of 3.Paper Rachmad Susilo Skizofrenia Paranoid

BAB I PENDAHULUANSkizofrenia merupakan suatu sindroma klinis dari berbagai keadaan psikopatologis yang sangat mengganggu yang melibatkan proses pikir, emosi, persepsi dan tingkah laku. Skizofrenia merupakan golongan psikosa yang ditandai dengan tidak adanya pemahaman diri (insight) dan ketidakmampuan menilai realitas (RTA). Terdapat lima subtipe skizofrenia, yaitu skizofrenia paranoid, disorganized schizophrenia, catatonic schizophrenia, undifferentiated schizophrenia, dan residual schizophrenia.Skizofrenia paranoid terjadi karena melemahnya neurologis dan kognitif tetapi individu tersebut mempunyai prognosis yang baik. Skizofrenia paranoid adalah tipe yang paling sering terjadi. Gejala-gejala yang mencolok ialah waham primer, disertai dengan waham sekunder dan halusinasi. Pasien skizofrenia datang ke rumah sakit karena adanya gejala waham, halusinasi dan gejala-gejala yang tidak bisa ditoleransi oleh masyarakat. Halusinasi dapat mempengaruhi kehidupan seseorang. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa gejala halusinasi yang paling sering adalah halusinasi pendengaran yaitu sebesar 70%. Setelah dilakukan pemeriksaan yang teliti ternyata didapatkan adanya gangguan proses berfikir, gangguan afek, emosi dan kemauan.Studi Bank Dunia pada tahun 1995 di beberapa Negara menunjukkan bahwa hari-hari produktif yang hilang atau Dissabiliiy Adjusted Life Years (DALY's) sebesar 8.1% dari Global Burden of Disease, disebabkan oleh masalah kesehatan jiwa. Status jiwa yang buruk akan menurunkan produktifitas sehingga menurunkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).Berdasarkan riskesdas 2007 disebutkan prevalensi gangguan jiwa berat seperti psikotis, skizofrenia, dan gangguan depresi berat adalah 0.5 % (berdasarkan keluhan responden atau observasi pewawancara). Sebanyak 7 provinsi mempunyai prevalensi gangguan jiwa berat sebesar diatas prevalensi nasional yaitu NAD, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Nusa Tenggara Barat. Sedangkan Prevalensi nasional gangguan mental emosional pada penduduk umur lebih dari 15 tahun adalah 11.6 %.Pada RSJ dr. Soeharto Heerdjan Jakarta, berdasarkan hasil rekapan tahun 2009, tercatat bahwa presentase pasien dengan gangguan jiwa yang menjalani rawat jalan sebesar 33% adalah skizofrenia paranoid, 27% adalah skizofrenia residual dan sisanya adalah gangguan jiwa jenis lainnya. Sedangkan yang menjalani rawat inap sebesar 41 % adalah sizofrenia paranoid, 19% adalah skizofrenia yang tak terinci, 16% gangguan psikotik akut dan sementara yang tak terinci, dan sisanya adalah gangguan jiwa jenis lainnya. Berdasarkan angka tersebut presentase skizofrenia paranoid tercatat yang paling tinggi dibandingkan gangguan jiwa yang lain.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1DefenisiKata skizofrenia pertama kali diidentifikasi pada 1908 oleh ahli psikiatri Swiss, Eugen Bleuer, untuk mendeskripsikan sekumpulan gangguan mental yang dikarakteristikkan sebagai pikiran (phrenia) yang pecah (schizo). Skizofrenia adalah sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi berbagai area, fungsi individu, termasuk berpikir dan berkomunikasi, menerima dan menginterpretasikan realita, merasakan dan menunjukkan emosi dan berperilaku dengan sikap yang tidak dapat diterima secara sosial.Skizofrenia Paranoid merupakan gangguan psikotik yang merusak yang dapat melibatkan gangguan yang khas dalam berpikir (waham), persepsi (halusinasi), pembicaraan, emosi dan perilaku. Keyakinan irasional bahwa dirinya seorang yang penting (waham grandeur) atau isi pikiran yang menunjukkan kecurigaan tanpa sebab yang jelas, seperti bahwa orang lain bermaksud buruk atau bermaksud mencelakainya. Para penderita skizofrenia tipe paranoid secara mencolok tampak berbeda karena waham dan halusinasinya, sementara keterampilan kognitif dan afek mereka relatif utuh. Mereka pada umumnya tidak mengalami disorganisasi dalam pembicaraan atau afek datar. Selain itu para penderita skizofrenia paranoid biasanya menunjukkan regresi kemampuan mental, respons emosional, dan prilaku yang lebih ringan dibandingkan pasien skizofrenia tipe lain.2.2EpidemiologiPrevalensi seumur hidup skizofrenia sekitar 1 persen, yang berarti bahwa kurang lebih 1 dari 100 orang akan mengalami skizofrenia selama masa hidupnya. Studi Epidemiologi Catchment Area (ECA) yang disponsori oleh national Institute Of Mental Health (NIMH) melaporkan prevalensi seumur hidup sebesar 0,6 - 1,9. Menurut DSM-IV-TR, insiden tahunan skizofrenia berkisar antara 0,5 sampai 5,0 per 10.000 dengan beberapa variasi geografi. Di Indonesia sendiri angka penderita skizofrenia 25 tahun yang lalu diperkirakan 1/1000 penduduk dan proyeksi 25 tahun mendatang mencapai 3/1000 penduduk.2 Skizofrenia setara prevalensinya pada pria dan wanita, tetapi laki-laki memiliki onset lebih awal daripada perempuan. Puncak insidensi antara usia 15-24 tahun pada laki-laki dan pada perempuan lebih terlambat. Antara 100000-200000 kasus skizofrenia baru diobati di Amerika setiap tahunnya. Diperkirakan 2 juta orang Amerika didiagnosis skizofrenia dan lebih dari 1 juta mendapatkan terapi psikiatrik setiap tahunnya.10 Pada saat ini mulai dikenal skizofrenia anak (sekitar 8 tahun bahkan ada yang 6 tahun) dan late onset skizofrenia (usia lebih dari 45 tahun). Berbagai hal lain yang bisa meningkatkan seseorang mengidap skizofrenia, yaitu memiliki garis keturunan skizofrenia, terajangkit virus dalam kandungan, kekurangan gizi saat dalam kandungan, stressor lingkungan yang tinggi, memakai obat-obatan psikoaktif saat remaja dan lain-lain.Onset untuk laki-laki 15 sampai 25 tahun sedangkan wanita 25-35 tahun. Prognosisnya adalah lebih buruk pada laki-laki daripada pada wanita. Beberapa penelitian menunjukkan beberapa pria lebih mungkin memunculkan gejala negatif dibandingkan wanita, dan wanita memiliki fungsi sosial yang baik daripada pria. Pada kesimpulannya individu pada umur berapapun rawan menderita skizofrenia bila faktor biologis berinteraksi dengan faktor psikologis dan sosial.2.3EtiologiPenyebab skizofrenia paranoid sebenarnya belum diketahui. Berikut ini adalah beberapa teori yang bisa menjelaskan penyebab skizofrenia paranoid. Adapun faktor-faktor yang berpengaruh antara lain : Model Diatesis StressMerupakan model yang sering di gunakan. Model ini mengemukakan bahwa seseorang mungkin memiliki suatu kerentanan spesifik (diatesis). Apabila hal tersebut dipengaruhi oleh stressor baik biologis, genetik, psikososial, dan lingkungan akan menimbulkan perkembangan gejala skizofrenia. Genetik Dalam studi terhadap keluarga menyebutkan pada orangtua 5.6%; saudara kandung 10.1 %; anak-anak 12.8 %; dan penduduk secara keseluruhan 0.9 %. Dalam studi terhadap orang kembar (twin) menyebutkan pada kembar identik (monozygote) 59.2 %, sedangkan kembar non identik atau fraternal (dizygote) adalah 15.2 %. skizofrenia pada masyarakat umum1%, pada orang tua resiko 5%, pada saudara kandung 8% dan pada anak 15%-20% apabila salah satu orang tua menderita skizofrenia walaupun anak telah dipisahkan dari orang tua sejak lahir, anak dari kedua orang tua skizofrenia 30%-40%, pada kembar monozigot 40%-50%, sedangkan untuk kembar dizigot sebesar 5%-10%. Pengaruh genetik ini tidak sederhana seperti hukum mendel, tertapi yang diturunkan adalah potensi untuk skizofrenia. Faktor biokimiaNeurotransmitter yang diduga berpengaruh terhadap timbulnya skizofrenia. Dua diantaranya yang paling jelas adalah neurotransmitter dopamin dan serotonin. Berdasarkan penelitian, pada pasien-pasien dengan skizofrenia ditemukan adanya aktivitas berlebihan dari dopamin atau peningkatan jumlah hipersensitivitas reseptor dopamin dalam otak. Peningkatan kadar dopamin ini ternyata mempengaruhi fungsi kognitif (alam fikir), afektif (alam perasaan) dan psikomotor perilaku) yang menjelma dalam bentuk gejala-gejala positif maupun negatif skizofrenia.

Abnormalitas struktur dan aktivitas otak Pada beberapa subkelompok penderita skizofrenia, tekhnik pencitraan otak (CT, MRI dan PET) telah menunjukkan adanya abnormalitas pada struktur otak yang meliputi pelebaran ventrikel, penurunan aliran darah ventrikel, terutama di korteks prefrontal penurunan aktivitas metabolik dibagian-bagian otak tertentu, atrofi serebri. Para penderita skizofrenia diketahui bahwa sel-sel dalam otak yang berfungsi sebagai penukar informasi mengenai lingkungan dan bentuk impresi mental jauh lebih tidak aktif dibanding orang normal. Proses psikososial dan lingkungan Stressor psikososial dalah setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang sehingga orang tersebut terpaksa mengadakan penyesuaian diri (adaptasi) untuk menanggulangi stressor yang timbul. Namun tidak semua oang mampu melakukan adaptasi sehingga timbullah keluhan kejiwaan. Stressor psikososial dapat digolongkan sebagai berikut:

a. Perkawinan Permasalahan perkawinan menjadi sumber stress bagi seseorang misalnya pertengkaran, perceraian dan kematian salah satu pasangan.

b. Problem orang tua Permasalahan yang dihadapi orang tua misalnya tidak memiliki anak, kebanyakan anak, kenakalan anak, anak sakit dan hubungan yang tidak baik antara anggota keluarga. Permasalahan tersebut diatas bila tidak dapat diatasi oleh yang bersangkutan maka seseorang akan jatuh sakit.c. Hubungan interpersonal Adanya konflik antarpribadi merupakan sumber stress bagi seseorang yang bila tidak dapat diperbaiki maka seseorang akan jatuh sakit.1 d. Pekerjaan Stress pekerjaan misalnya seseorang yang kehilangan pekerjaan, pensiun, pekerjaan yang terlalu banyak, pekerjaan tidak cocok, mutasi dan jabatan.e. Lingkungan hidup Kondisi lingkungan sosial dimana seseorang itu hidup. Stressor lingkungan hidup antara lain masalah perumahan, pindah tempat tinggal, penggusuran dan hidup dalam lingkungan yang rawan kriminalitas. Rasa tidak aman dan tidak terlindungi membuat jiwa seseorang tercekam sehingga mengganggu ketenangan dan ketentraman hidup yang lama-kelamaan daya tahan tubuh seseorang akan turun dan pada akhirnya akan jatuh sakit.f. Keuangan Kondisi sosial ekonomi yang tidak sehat mislanya pendapatan jauh lebih rendah daripada pengeluaran, terlibat hutang, kebangkrutan usaha, warisan dan lain sebagainya merupakan sumber stress.g. Hukum Keterlibatan seseorang terhadap hukum menjadi sumber stress bagi seseorang.h. Perkembangan Perkembangan fisik maupun perkembangan mental seseorang. Kondisi setiap perubahan fase-fase perkembangan tidak selamanya dapat dilampaui dengan baik, jadi dapat menjadi sumber stress.i. Penyakit fisik atau cidera Penyakit dapat menjadi sumber stres yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan seseorang terutama penyakit kronis.j. Faktor keluarga Sumber stres bagi anak remaja yaitu hubungan kedua orangtua yang kurang baik, orang tua yang jarng dirumah, komunikasi antara 15 anak dan orang tua tidak baik, perceraian kedua orang ua, salah satuorang tua menderita gangguan kejiwaan dan orang tua yang pemarah. Rokok dan Penyalahgunaan NAPZA Gangguan skizoid dapat dicetuskan atau disebabkan oleh pengguanaan kanabis (ganja, gelek, marijuana). Hasil penelitian terhadap 152 subjek episode pertama skizofrenia di West London didapatkan bahwa 60% subjek adalah perokok, 27% ada riwayat penggunaan alkohol, 35% sedang terlibat NAPZA (tidak termasuk alkohol), dan 68% adalah pengguna NAPZA selama hidupnya.

2.4 Pedoman diagnostik Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia, yaitu :Kriteria diagnostik di Indonesia menurut PPDG-III yang menuliskan bahwa walaupun tidak ada kelompok yang penting untuk diagnosis dan yang sering terdapat secara bersama-sama yaitu:a. Thought echo yaitu isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitas berbeda atau thought insertion or withdrawal yaitu isi pikiran yang asing dari luar masuk kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu diluar dirinya (withdrawal) dan tought broadcasting yaitu isi pikiran tersiar keluar sehingga orang lain mengetahuinya.b. Waham atau Delusinasi1) Delusion of control yaitu waham tentang dirinya sendiri dikendalilkan oleh suatu kekuatan tertentu2) Delusion of influen yaitu waham tentang dirinya sendiri dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar3) Delusion of passivity yaitu waham tentang gerakan tubuh, pikiran maupun tindakan tak berdaya terhadap suatu kekuatan dari luar.4) Delusion of perception yaitu pengalaman indrawi yang tidak wajar yang bermakna sangat khas dan biasanya bersifat mistik atau mukjizat.c. Halusinasi Auditorik1) Suara halusinasi yang berkomentar terus menerus terhadap perilaku pasien.2) Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka senndiri (dia antara berbagai suara yang berbicara).3) Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah bagian tubuh.d. Waham-waham menetap jenis lain yang menurut budaya dianggap tidak wajar dan mustahil seperti waham bisa mengendalikan cuaca. Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas.e. Halusinasi yang menetap dari setiap panca indara baik disertai waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan 10 afektif yang jelas atau ide-ide berlebihan yang menetap atau terjadi setiap hari selama bermingu-minggu atau berbulan-bulansecara terus menerus.f. Arus fikiran yang terputus (break) atau mengalami sisipan (interpolasi) yang berakibat inkoherenskiatau pembicaraan tidak relevan atau neologisme.g. Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh, gelisah (excitement) sikap tubuh tertentu (posturing) atau fleksibilitas serea, negattivisme, mutisme dan stupor.h. Gejala-gejala negative seperti apatis, bicara jarang serta respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan social dan menurunnya kinerja social, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau neuroleptika.Adanya gejala-gejala kas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase non psikotik prodormal). Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam muttu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi, bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri dan penarikan diri secara social.gejala-gejala patognomonik khusus, dalam praktek dan manfaatnya membagi gejala-gejala tersebut ke dalam kelompok- Sebagai tambahan Halusinasi dan/ atau waham harus menonjol; a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing) b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual atau lain-lain, perasaan tubuh, halusinasi visual mungkin ada tapi jarang menonjol c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (wahamon of control) dipengaruhi (wahamon of influence), atau passivity (wahamon of passivity) dan keyakinan dikejar-kejar yang beranekaragam adalah yang paling khas. - Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan serta gejala katatonik secara relatif tidak nyata/ tidak menonjol.2.5 Tanda dan gejala Gangguan isi pikiran, waham: kepercayaan yang salah macamnya: Waham referensi: kepercayaan bahwa tingkah laku orang lain atau obyek tertentu atau kejadian tertentu diacukan kepada dirinya. Waham persekusi : kepercayaan bahwa ada orang atau orang-orang akan mencelakan dirinya, keluarganya atau kelompoknya. Waham grandeur : merasa dirinya penting. Waham kemiskinan : merasa tidak mempunyai hal yang berharga. Waham menyalahkan diri. Waham control : merasa dirinya dikontrol oleh orang lain. Waham nihilisme : merasa dirinya, orang lain mupun dunia tidak ada. Waham ketidak setiaan : kepercayaan yang salah bahwa orang yang dicintai tidak setia. Waham lain bahwa pikiran dapat disiarkan, diubah atau ditarik dari pikiran oleh orang atau kekuatan luar. Waham somatic : kepercayaan yang keliru mengenai kerja badan, percaya otaknya dimakan semut. Gangguan gaya berfikir, berbahasa dan komunikasi : Proses kognitif tidak teratur dan tidak fungsional, sehingga tidak ada hubungan dan tidak logis. Pengekspresian ide, pikir dan bahasa begitu terganggu hingga tidak dapat dimengerti. Gangguan kognitif : Inkoherensi Tidak ada asosiasi Neologisme : membuat kata-kata baru atau pengrusakan kata-kata yang ada. Bloking : tidak dapat melanjutkan pembicaraan (beberapa detik beberapa menit) Isi pembicaran yang sangat kurang. Apa yang dikatakan atau yang ditulis tidak berarti. Kadang mereka seperti bisu sampai berhari-hari. Gangguan persepsi : halusinasi. Halusinasi : persepsi palsu yang mencakup kelima pancaindera. Bagi orangnya nampak nyata, terjadi secara spontan. Gangguan afek. (afek : keadaan emosi) Keadaan emosi yang berlawanan dengan rangsangnya. Gangguan psikomotor Tingkah laku aneh Menunjukkan gangguan katatonik berupa : Stupor katatonik : keadaan tidak respponsif terhadap rangsang luar. Kekakuan katatonik : sikap badan yang kaku dan menolak usaha untuk dipindahkan. Excitement yang katatonik : gerakan badan yang tidak ada tujuannya dan diulang-ulang. Gangguan hubungan Interpersonal Karena tingkah lakunya, orang tidak berinteraksi dengan penderita ia tidak mampu berinteraksi dengan cara yang umum hidup dalam dunia fantasi dan waham. Gangguan perasaan diri Bingung mengenai siapa dirinya, percaya bahwa dirinya dikontrol orang atau kekuatan luar. Gangguan motivasi Tidak ada motivasi karena kurang dorongan atau perhatian atau karena kebingungan adanya pilihan-pilihan yang mungkin. Jika gangguan mitivasi dibarengi pikiran lacau dan obsesif maka orang ini tidak akan dapat digerakkan.2.5.1 Gejala-gejala skizofrenia Paranoid bisa dibagi menjadi dua:a. Termasuk gejala positif adalah1) Disorganisasi pikiran dan bicara : penderita bisa menceritakan keadaan sedih denngan mimic muka yang gembira atau sebaliknya.2) Waham : penderita merasa dirinya seorang pahlawan atau orang besar dan bertindak seperti pahlawan atau orang besar.3) Halusinasi : melihat, mendengar atau merasakan sesuatu yang sebenarnya tidak ada.4) Agitasi atau mengamuk : hal ini sering membuat penderita dikurung atau dipasung.b. Termasuk gejala negative adalah1) Tidak ada dorongan kehendak atau inisiatif atau apatis.2) Menarik diri dari pergaulan social : penderita merasa senang jika tidak menjalani kehidupan social.3) Tidak menunjukan reaksi emosiona. Teori ini digunakan untuk memudahkan keluarga mengenal gejalagejala yang diialami oleh klien skizofrenia, sehingga dapat melakukan penanganan.

2.6 Diagnosa BandingDiagnosa banding yang paling mendekati skizofrenia paranoid adalah gangguan waham menetap. Dimana yang membedakannya dengan gangguan waham menetap adalah kualitas waham. Serta pada gangguan waham menetap jarang ditemukan adanya halusinasi auditorik.

2.7 Pencegahan Skizofrenia ParanoidPendekatan yang dilakukan dalam pencegahan skizofrenia dapat bersifat eklektik holistik yang mencakup tiga pilar yaitu organobiologis, psikoedukatif, dan social budaya, dan dari ketiga pilar tersebut dapat diketahui kepribadian seseorang. Dalam melengkapi pendekatan holistic tersebut, menambah satu pilar sehingga menjadi empat pilar yaitu organobiologis, psikoedukatif, social budaya dan psikoreligius. Upaya pencegahan yang dilakukan pada masing-masing pilar dimaksudkan untuk menekan seminimal mungkin munculnya skizofrenia dan kekambuhanya.1) Organobiologisa) Bila ada silsilah keluarga menderita skizofrenia sebaiknya menikah dengan keluarga yang tidak memiliki silsilah skizofrenia.b) Walaupun dalam keluarga tidak ada sil-silah menderita skizofrenia sebaiknya tidak menikah dengan yang tidak memiliki silsilah skizofrenia dan merupakan keluarga jauh.c) Sebaiknya penderita atau bekas penderita skizofrenia tidak salingmenikah.2) PsikoedukatifBeberapa sikap yang harus diperhatikan orang tua dalam membina mental-emosional dan mental-intelektual anak yaitu:a) Sikap pertama adalah kemampuan untuk percaya pada kebaikan orang lain.b) Sikap kedua adalah sikap terbuka.c) Sikap ketiga adalah anak mampu menerima kata tidak atau kemampuan pengendalian diri terhadap hal-hal yang mengecewakan, kalau tidak anak akan sulit bergaul dan belajar di sekolah.

2.8 Pengobatan Skizofrenia ParanoidSkizofrenia paranoid merupakan penyakit yang cenderung berlanjut (kronis atau menahun) maka terapi yang diberikan memerlukan waktu relatif lama berbulan bahkan sampai bertahun, hal ini dimaksudkan untuk menekan sekecil mungkin kekambuhan (relaps). Terapi yang komperehensif dan holistik telah dikembangkan sehingga penderita skizofrenia tidak lagi mengalami diskriminasi dan lebih manusiawi dibandingkan dengan pengobatan sebelumnya. Adapun terapi yang dimaksud adalah: a. Psikofarmaka Obat psikofarmaka yang akan diberikan ditujukan ditujukan untuk menghilangkan gejala skizofrenia. Golongan obat psikofarmaka yang sering digunakan di Indonesia (2001) terbagi dua: golongan generasi pertama (typical) dan generasi kedua (atypical). yang termasuk golongan typical antara lain chlorpromazine HCl , trifluoperazine, dan Haloperidol. Sedangkan golongan atypical antara lain: risperidone, clozapine, quetiapine, olanzapine, zotetine dan aripriprazmidol. Menurut Nemeroff (2001) dan Sharma (2001) obat atypical memiliki kelebihan antara lain: Dapat menghilangkan gejala positif dan negatif, Efek samping Extra Piramidal Symptoms (EPS) sangat minimal atau boleh dikatakan tidak ada, dan Memulihkan fungsi kognitif. Sedangkan Nasrallah (2001) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa pemakaian obat golongan typical 30% penderita tidak memperlihatkan perbaikan klinis bermakna, diakui bahwa golongan obat typical hanya mampu mengatasi gejala positif tetapi kurang efektif untuk mengatasi gejala negative. b. Electro Convulsive Therapy (ECT) Electro Convulsive Therapy (ECT) diberikan pada penderita skizofrenia kronik. Tujuannya adalah memperpendek serangan 21 skizofrenia, mempermudah kontak dengan penderita, namun tidak dapat mencegah serangan ulang.c. Psikoterapi Psikoterapi pada penderita skizofrenia baru dapat diberikan apabila penderita dengan terapi psikofarmaka diatas sudah mencapai tahapan dimana kemampuan menilai realitas sudah kembali pulih dan pemahaman diri sudah baik. Psikoterapi diberikan dengan catatan bahwa penderita masih tetap mendapat terapi psikofarmaka. Psikoterapi ini banyak macam ragamnya tergantung dari kebutuhan dan latar belakang penderita sebelum sakit. Contohnya adalah: psikoterapi suportif dimaksudkan untuk memberikan dorongan, semangat dan motivasi agar penderita tidak merasa putus asa. Psikoterapi suportif dimaksudkan untuk memberikan pendidikan ulang yang mekasudnya memperbaiki kesalahan pendidikan di waktu yang lalu. Psikoterapi rekonstruktif dimaksudkan untuk memperbaiki kembali kepribadian yang telah mengalami keretakan menjadi kepribadian yang utuh seperti semula sebelum sakit. Psikoterapi kognitif diamksudkan untuk memulihkan kembali fungsi kognitif rasional sehingga penderita mampu membedakan nilai nilai moral etika mana yang baik dan buruk, mana yang boleh dan tidak dan sebagainya. Psikoterapi perilaku dimaksudkan untuk memulihkan gangguan perilaku yang terganggu menjadi perilaku yang mampu menyesuaikan diri. Psikoterapi keluarga dimaksudkan untuk memulihkan penderita dan keluarganya.d. Psikososial Dengan terapi psikososial dimaksudkan agar penderita mampu kembali beradaptasi dengan lingkungan sosial sekitarnya dan mampu merawat diri, mampu mandiri tidak tergantung pada orang lain. Selama menjalani terapi psikososial penderita hendaknya masih menkonsumsi obat psikofarmaka. Penderita diusahakan untuk tidak menyendiri, tidak melamun, banyak kegiatan dan kesibukan, dan banyak bergaul.e. Psikoreligius Dari penelitian yang dilakukan, secara umum memang menunjukkan bahwa komitmen agama berhubungan dengan manfaatnya di bidang klinik (religius commitment is assosiated with clinical benefit). Dari hasil penelitian Larson, dkk (1982) didapatkan bahwa terapi keagamaan mempercepat penyembuhan. Terapi keagamaan yang dimaksudkan dalam penelitian tersebut berupa kegiatan ritual keagamaan seperti sembahyang, berdoa, memanjatkan puji-pujian kepada Tuhan, ceramah keagamaan dan kajian kitab suci.f. Rehabilitasi Program rehabilitasi penting dilakukan sebagai persiapan penempatan kembali penderita ke keluarga dan masyarakat. Program ini biasanya dilakukan di lembaga (institusi) rehabilitasi misalnya di rumah sakit jiwa. Dalam program rehabilitasi dilakukan berbagai kegiatan antara lain: terapi kelompok, menjalankan ibadah keagamaan bersama, kegiatan kesenian, terapi fisik seperti olah raga, keterampilan khusus/kursus, bercocok tanam, rekreasi dan lain lain. Pada umumnya program rehabilitasi ini berlangsung 3-6 bulan. Secara berkala dilakukan evaluasi paling sedikit dua kali yaitu sebelum dan sesudah program rehabilitasi atau sebelum penderita dikembalikan ke keluarga dan masyarakat.

2.9 Prognosis Gejala premorbid merupakan gejala awal dari penyakit dan mulai pada masa remaja diikuti dengan perkembangan gejala prodromal dalam beberapa hari sampai beberapa bulan. Onset gejala yang mengganggu terlihat setelah tercetus oleh perubahan sosial atau lingkungan. Sindrom prodromal dapat berlangsung selama satu tahun atau lebih sebelum onset gejala psikotik yang jelas. Setelah episode psikotik yang pertama, pasien memiliki periode pemulihan yang bertahap diikuti periode fungsi yang relatif normal. Tetapi relaps biasanya terjadi dalam lima tahun pertama setelah diagnosis, diikuti oleh pemburukan lebih lanjut pada fungsi dasar pasien. Perjalanan klasik skizofrenia adalah suatu eksaserbasi dan remisi. Gejala positif dari skizofrenia cenderung lebih baik dibanding dengan gejala negatif yang dapat menimbulkan ketidakmampuan secara sosial. Skizofrenia merupakan gangguan yang bersifat kronis, pasien secara berangsur angsur menjadi semakin menarik diri dan tidak berfungsi selama bertahun tahun. Beberapa penelitian telah menemukan lebih dari periode waktu 5 sampai 10 tahun setelah perawatan psikiatrik pertama kali di rumah sakit jiwa, hanya 10%-20% memiliki hasil yang baik. Lebih dari 50% memiliki hasil buruk dengan perawatan berulang di rumah sakit, eksaserbasi gejala, gangguan mood berat dan ada usaha bunuh diri. Rentang angka pemulihan berkisar 10%-60%, kira kira 20%-30% dari penderita terus mengalami gejala yang sedang dan 40%-60% dari penderita terus mengalami gangguan secara bermakna seumur hidup.

BAB IIIKESIMPULANSkizofrenia Paranoid merupakan gangguan psikotik yang merusak, yang dapat melibatkan gangguan yang khas dalam berpikir (delusi), persepsi (halusinasi), pembicaraan, emosi dan perilaku. Keyakinan irasional bahwa dirinya seorang yang penting (delusi grandeur) atau isi pikiran yang menunjukkan kecurigaan tanpa sebab yang jelas, seperti bahwa orang lain bermaksud buruk atau bermaksud mencelakainya. Para penderita skizofrenia tipe paranoid secara mencolok tampak berbeda karena delusi dan halusinasinya, sementara keterampilan kognitif dan afek mereka relatif utuh. Mereka pada umumnya tidak mengalami disorganisasi dalam pembicaraan atau afek datar. Skizofrenia merupakan gangguan yang bersifat kronis, pasien secara berangsur angsur menjadi semakin menarik diri dan tidak berfungsi selama bertahun tahun. Beberapa penelitian telah menemukan lebih dari periode waktu 5 sampai 10 tahun setelah perawatan psikiatrik pertama kali di rumah sakit jiwa, hanya 10%-20% memiliki hasil yang baikPenanganan skizofrenia paranoid dapat melakukan beberapa pendekatan seperti: Psikofarmaka Electro Convulsive Therapy (ECT) Psikoterapi Psikososial Psikoreligius Rehabilitasi

DAFTAR PUSTAKA1. Maslim, Rudi. 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa ( Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III). Jakarta : PT. Nuh Jaya.2. Kaplan dan sadock. Buku Ajar Psikiatri Klinis, Edisi kedua, Benjamin J. S; Jakarta3. Maslim. R. Diagnosis Gangguan Jiwa, PPDGJ III. Jakarta. 20034. Puri, B.K Buku ajar psikiatri, Edisi Kedua, EGC : Jakarta.5. Slyvia. D. Buku ajar psikiatri, Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta 6. Sinaga, R. Skizofrenia dan Diagnosis Bandin. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.17