Paper Efusi Pleuratgyhjvb

24
RSU Dr. PIRNGADI MEDAN BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pleura adalah membrane tipis yang terdiri dari 2 lapisan yaitu pleura visceral dan pleura parietal.kedua lapisan ini bersatu didaerah hilus arteri dan mengadakan penetrasi dengan cabang bronkus,arteri dan vena bronkialis,serabut saraf dan pembuluh limfe. Secara histologis kedua lapisan ini berasal darisel mesotelial,jaringan ikat,pembuluh darah kapiler dan pembuluh getah bening. Pleura sering kali mengalami pathogenesis seperti terjadinya efusi cairan,misalnya hidrothoraks dan pleuritis eksudativa karna infeksi,hematothoraks bilarongga pleura berisi darah,kilothoraks (cairan limfe),piothoraks atau ampiema thoracis bila berisi nanah,pneumothoraks bila berisi udara. Penyebab kelainan patologi rongga pleura bermacam-macam terutama karena infeksi tuberkulosis atau non tuberkulosis,keganasan,trauma dan lain-lain. Efusi pleura tuberkulosis sering ditemukan di negara berkembang termasuk di Indonesia meskipun diagnosis pasti sulit ditegakkan. Efusi pleura timbul sebagai akibat dari 1 Judul : Efusi Pleura Tuberkulosis Oleh : Tiara Larasati,Juviza Melia Farma,Nurul Laili,Syafrimeldi,Lidia Putri Adelti,Barkah Adina Putra.

description

cfvgbhnjdfghjcvbnm

Transcript of Paper Efusi Pleuratgyhjvb

RSU Dr. PIRNGADI MEDAN

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Pleura adalah membrane tipis yang terdiri dari 2 lapisan yaitu pleura visceral dan

pleura parietal.kedua lapisan ini bersatu didaerah hilus arteri dan mengadakan

penetrasi dengan cabang bronkus,arteri dan vena bronkialis,serabut saraf dan

pembuluh limfe.

Secara histologis kedua lapisan ini berasal darisel mesotelial,jaringan ikat,pembuluh

darah kapiler dan pembuluh getah bening.

Pleura sering kali mengalami pathogenesis seperti terjadinya efusi cairan,misalnya

hidrothoraks dan pleuritis eksudativa karna infeksi,hematothoraks bilarongga pleura

berisi darah,kilothoraks (cairan limfe),piothoraks atau ampiema thoracis bila berisi

nanah,pneumothoraks bila berisi udara.

Penyebab kelainan patologi rongga pleura bermacam-macam terutama karena infeksi

tuberkulosis atau non tuberkulosis,keganasan,trauma dan lain-lain.

Efusi pleura tuberkulosis sering ditemukan di negara berkembang termasuk di

Indonesia meskipun diagnosis pasti sulit ditegakkan. Efusi pleura timbul sebagai

akibat dari suatu penyakit, sebab itu hendaknya dicari penyebabnya. Dengan sarana

yang ada, sangat sulit untuk menegakkan diagnosis efusi pleura tuberkulosis sehingga

sering timbul anggapan bahwa penderita tuberkulosis paru yang disertai dengan efusi

pleura, efusi pleuranya dianggap efusi pleura tuberkulosis, sebaliknya penderita

bukan tuberkulosis paru yang menderita efusi pleura, efusi pleuranya dianggap bukan

disebabkan tuberkulosis. Gambaran klinik dan radiologik antara transudat dan

eksudat bahkan antara efusi pleura tuberkulosis dan non tuberkulosis hampir tidak

dapat dibedakan, sebab itu pemeriksaan laboratorium menjadi sangat penting.

Setelah adanya efusi pleura dapat dibuktikan melalui pungsi percobaan,

kemudian diteruskan dengan membedakan eksudat dan transudat dan akhirnya dicari

etiologinya.1

Judul : Efusi Pleura TuberkulosisOleh : Tiara Larasati,Juviza Melia Farma,Nurul Laili,Syafrimeldi,Lidia Putri Adelti,Barkah Adina Putra.

RSU Dr. PIRNGADI MEDAN

BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1. Definisi

Efusi pleura TB adalah efusi pleura yang disebabkan oleh M. TB yang dikenal

juga dengan nama pleuritis TB.27 Peradangan rongga pleura pada umumnya secara

klasik berhubungan dengan infeksi TB paru primer. Berbeda dengan bentuk TB di

luar paru, infeksi TB pada organ tersebut telah terdapat kuman M. TB pada fase

basilemia primer. Proses di pleura terjadi akibat penyebaran atau perluasan proses

peradangan melalui pleura viseral sebagai proses hipersensitiviti tipe lambat

Gambar 1. Efusi Pleura

2.2. Epidemiologi

TB masih menjadi penyebab kesakitan dan kematian utama khususnya di negara-

negara berkembang. Karena itu TB masih merupakan masalah kesehatan masyarakat

yang penting di dunia ini. Pada tahun 1992 WHO telah mencanangkan TB sebagai

2

Judul : Efusi Pleura TuberkulosisOleh : Tiara Larasati,Juviza Melia Farma,Nurul Laili,Syafrimeldi,Lidia Putri Adelti,Barkah Adina Putra.

RSU Dr. PIRNGADI MEDAN

“Global Emergency”. Menurut data yang dilaporkan WHO tahun 2008 diperkirakan

sebanyak 9.2 juta kasus baru TB yang terjadi di seluruh dunia pada

tahun 2006 (139 per 100.000), termasuk sekitar 4.1 juta (62 per 100.000) kasus baru

dengan apusan BTA positif. Diantara kasus baru itu diperkirakan 709 000 (7.7%)

dengan HIV-positif. Asia mencapai 55% dari seluruh kasus di dunia, dan Afrika

sekitar 31%. Menurut laporan WHO tahun 2004 diperkirakan angka kematian akibat

TB adalah 8000 setiap hari dan 2-3 juta setiap tahun di seluruh dunia, dimana jumlah

terbesar kematian akibat TB terdapat di Asia Tenggara yaitu 625 orang atau angka

mortaliti sebesar 39 orang per 100.000 penduduk. Angka mortalitas tertinggi terdapat

di Afrika yaitu 83 per 100.000 penduduk, prevalensinya meningkat seiring dengan

peningkatan kasus HIV.

Indonesia masih menempati urutan ke-3 setelah India, dan China dengan angka

insiden TB tertinggi di dunia. Di Indonesia setiap tahun terdapat ± 250.000 kasus

baru dan sekitar 140.000 kematian akibat TB. Di Indonesia TB adalah pembunuh

nomor satu diantara penyakit menular dan merupakan penyebab kematian nomor 3

setelah penyakit jantung dan pernafasan akut pada seluruh kalangan usia.

TB sering bermanifestasi ke organ-organ lain. Manifestasi ke pleura berupa

pleuritis atau efusi pleura merupakan salah satu manifestasi TB ekstraparu yang

paling sering terjadi selain limfadenitis TB.4,5 Sekitar ± 30% infeksi aktif M. TB

bermanifestasi ke pleura. Menurut Jing dkk efusi pleura TB terjadi pada 10%

penderita yang tidak diobati, dimana hasil tes tuberkulin positif dan sebagai

komplikasi dari TB paru primer. Menurut Siebert dkk efusi pleura dapat terjadi pada

5% pasien dengan TB. Biasanya efusi pleura yang disebabkan oleh TB selain bersifat

eksudatif juga bersifat limfositik.

3

Judul : Efusi Pleura TuberkulosisOleh : Tiara Larasati,Juviza Melia Farma,Nurul Laili,Syafrimeldi,Lidia Putri Adelti,Barkah Adina Putra.

RSU Dr. PIRNGADI MEDAN

2.3. Etiologi

Penyakit Efusi Pleura tuberculosis disebabkan mycobacterium tuberculosis.

Penyakit ini terutama menyerang paru-paru, namun dapat juga menimbulkan kelainan

di organ tubuh lain.

Mycobacterium tuberculosis (MTB)Mycobacterium berbentuk batang, tidak bergerak

dan tidak memiliki spora, berukuran panjang 1 – 10 (biasanya 3-5) lebar 0,2 – o,6.

Setengah berat keringnya terdiri dari lipid berfungsi sebagai cadangan energy,

membuatnya bersifat hidrofobik, resisten terhadap jejas, termasuk berbagai golongan

antibiotika, bersifat tahan asam dan pertumbuhan yang lambat. MTB dapat hidup

intraseluler atau ekstra seluler pada kavitas. Kuman TB cepat mati oleh sinar matahari

langsung, tetapi dapat juga bertahan hidup beberapa jam di tempat gelap dan lembab.

Didalam daringan tubuh, kuman ini dapat dormant selama beberapa tahun.

Struktur dinding sel Bagian dalam dari dinding sel mycobacteria terdiri dari lapisan

peptidoglikan. Terikat secara kovalen pada peptidoglikan tersebut adalah

arabinogalactan ( suatu polisakarida yang memiliki ujung luar teresterifikasi oleh

suatu molekul asam lemak yang disebut asam mikolik. Terdapat struktur-struktur

yang tertancap secara transversal pada seluruh bungkus (envelope) mulai dari

membrane plasma sampai bagian luar dinding yaitu suatu glikolipid seperti fosfatidil

mioinositol monosida, lipomanan (LM) dan arabinomanan (LAM).

4

Judul : Efusi Pleura TuberkulosisOleh : Tiara Larasati,Juviza Melia Farma,Nurul Laili,Syafrimeldi,Lidia Putri Adelti,Barkah Adina Putra.

RSU Dr. PIRNGADI MEDAN

Gambar 2.mycobacterium tuberkulosis

Pertumbuhan MTB membelah setiap 12-24 jam pada kedaan optimal. Waktu yang

sangat lambat bila dibandinkan bakteri lain yang berduplikasi dalam 15 menit sampai

1 jam. Pertumbuhan lambat ini diakibatkan impermeabilitas dinding sel terhadap

asupan nutrient. Hal ini memperjelas keadaan sub akut dari perjalanan alami penyakit

tuberculosis dan waktu yang diperlukan untuk menumbuhkannnya pada media.

Harshey dan Ramakrishnan menemukan bahwa sintesis RNA menjadi faktor utama

yang berhubungan dengan lamabatnya pertumbuhan. Mereka berhasil

memperlihatkan bukti bahwa rasio RNA terhadap DNA dengan laju elogasi rantai

RNA sepuluh kali lebih lambat jika dibandingkan E.Coli.

2.4. Patogenenis

Pada orang normal, cairan di rongga pleura sebanyak 1-20 ml. Cairan di dalam

rongga pleura jumlahnya tetap karena ada keseimbangan antara produksi oleh pleura

viseralis dan absorpsi oleh pleura parietalis. Keadaan ini dapat dipertahankan karena

adanya keseimbangan tekanan hidrostatik pleura parietalis sebesar 9 cmH20 dan

tekanan koloid osmotik pleura viseralis sebesar 10 cm H20.

5

Judul : Efusi Pleura TuberkulosisOleh : Tiara Larasati,Juviza Melia Farma,Nurul Laili,Syafrimeldi,Lidia Putri Adelti,Barkah Adina Putra.

RSU Dr. PIRNGADI MEDAN

Efusi pleura TB adalah efusi pleura yang disebabkan oleh M. TB suatu keadaan

dimana terjadinya akumulasi cairan dalam rongga pleura. Mekanisme terjadinya efusi

pleura TB bisa dengan beberapa cara:

1. Efusi pleura TB yang dapat disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis

yang dapat masuk melalui saluran nafas menuju alveoli ,sehingga terjadi

infeksi primer,maka akan timbul peradangan saluran getah bening menuju

hilus dan juga di ikuti dengan pembesaran kelenjar getah bening hilus.

Peradangan pada saluran getah bening akan mempengaruhi permeabilitas

membrane. Permebealitas akan meningkat dan menimbulkan akumulasi cairan

dalam rongga pleura.

2. Efusi pleura TB ini diduga akibat pecahnya focus perkijuan subpleura paru

sehingga bahan perkijuan dan kuman M. TB masuk ke rongga pleura dan

terjadi interaksi dengan Limfosit T yang akan menghasilkan suatu reaksi

hipersensitiviti tipe lambat. Limfosit akan melepaskan limfokin yang akan

menyebabkan peningkatan permeabilitas dari kapiler pleura terhadap protein

yang akan menghasilkan akumulasi cairan pleura. Cairan efusi umumnya

diserap kembali dengan mudah. Namun terkadang bila terdapat banyak kuman

di dalamnya, cairan efusi tersebut dapat menjadi purulen

2. Hipotesis terbaru mengenai pleuritis TB primer menyatakan bahwa pada 6-12

minggu setelah infeksi primer terjadi pecahnya fokus kaseosa subpleura ke

kavitas pleura. Antigen mikobakterium TB memasuki kavitas pleura dan

berinteraksi dengan sel T yang sebelumnya telah tersensitisasi mikobakteria,

hal ini berakibat terjadinya reaksi hipersensitivitas tipe lambat yang

menyebabkan terjadinya eksudasi oleh karena meningkatnya permeabilitas dan

menurunnya klirens sehingga terjadi akumulasi cairan di kavitas pleura. Cairan

efusi ini secara umum adalah eksudat tapi dapat juga berupa serosanguineous

dan biasanya mengandung sedikit basilTB.6

Judul : Efusi Pleura TuberkulosisOleh : Tiara Larasati,Juviza Melia Farma,Nurul Laili,Syafrimeldi,Lidia Putri Adelti,Barkah Adina Putra.

RSU Dr. PIRNGADI MEDAN

3. Cairan yang dibentuk akibat penyakit paru pada orang dengan usia lebih

lanjut. Efusi pleura ini terjadi akibat proses reaktivasi yang mungkin terjadi

jika penderita mengalami imuniti rendah.

Pada kasus Pleuritis TB rekativasi, dapat dideteksi TB parenkim paru secara

radiografi dengan CT scan pada kebanyakan pasien. Infiltrasi dapat terlihat

pada lobus superior atau segmen superior dari lobus inferior. Bekas lesi

parenkim dapat ditemukan pada lobus superior, hal inilah yang khas pada TB

reaktivasi. Efusi yang terjadi hampir umumnya ipsilateral dari infiltrat dan

merupakan tanda adanya TB parenkim yang aktif. Efusi pada pleuritis TB

dapat juga terjadi sebagai akibat penyebaran basil TB secara langsung dari lesi

kavitas paru, dari aliran darah dan sistem limfatik pada TB post primer

Gambar 3. Efusi Pleura Tuberkulosis

7

Judul : Efusi Pleura TuberkulosisOleh : Tiara Larasati,Juviza Melia Farma,Nurul Laili,Syafrimeldi,Lidia Putri Adelti,Barkah Adina Putra.

RSU Dr. PIRNGADI MEDAN

2.5. Manifestasi Klinis

Tanda dan Gejala

1. Batuk

2. Dispnea bervariasi

3. Adanya keluha nyeri dada (nyeri pleuritik)

4. Pada efusi yang berat terjadi penonjolan ruang intercostal

5. Pergerakan dada berkurang dan terhambat pada bagian yang mengalami efusi

6. Perkusi meredup diatas efusi pleura

7. Egofoni diatas paru yang tertekan dekat efusi

8. Suara nafas berkurang di atas efusi pleura

9. Fremitus fokal dan raba berkurang

10. Jari tabuh merupakan tanda fisik yang nyata dari karsinoma bronkogenik,

bronkiektasis, abses dan TB Paru

Gejala Umum :

1. Demam

2. Keringat malam

3. Nafsu makan menurun

4. Penurunan berat badan

5. Rasa lelah

2.6. Diagnostik Fisik

a.anamnesis

Berdasarkan manifestasi klinik:

1.Adanya nyeri dada

2.sesak nafas

3.Adanya gejala-gejala penyakit penyebab,seperti :

-demam

-sub febris (tb)8

Judul : Efusi Pleura TuberkulosisOleh : Tiara Larasati,Juviza Melia Farma,Nurul Laili,Syafrimeldi,Lidia Putri Adelti,Barkah Adina Putra.

RSU Dr. PIRNGADI MEDAN

-banyak keringat

-batuk

b.Pemeriksaan fisik

1.inspeksi:-nampak sakit,gerak dada sisi sakit tertiggal,Nampak lebih cembung

(barrel chest)

2.palpasi :gerak dada sisi sakit tertingal,fremitus dada sisi sakit menurun

3.perkusi :suara ketok sisi sakit redup pada bagian bawah garis ells damolseau

4.auskultasi :suara nafas sisi sakit turun sampai menghilang

2.7 Pemeriksaaan penunjang

1. Rontgen Thorak

Gambaran radiologi efusi pleura tuberkulosis :

posterior anterior (PA) terdapat kesuraman pada hemithorax yang terkena efusi, dari

foto thorax lateral dapat diketahui efusi pleura di depan atau di belakang, sedangkan

dengan pemeriksaan lateral dekubitus dapat dilihat gambaran permukaan datar cairan

terutama untuk efusi pleura dengan cairan yang minimal.

Gambar 4. Radiologi Efusi Pleura Tuberkulosis

9

Judul : Efusi Pleura TuberkulosisOleh : Tiara Larasati,Juviza Melia Farma,Nurul Laili,Syafrimeldi,Lidia Putri Adelti,Barkah Adina Putra.

RSU Dr. PIRNGADI MEDAN

Gambaran efusi pleura secara umum :

1.>300 cc secara fisik tidak ada perubahan

-pada foto PA sinus masih Nampak lancip

-foto lateral :sinus tampak mulai tumpul

2.>500 cc gerak dada atau fremitus suara atau fremitus raba menurun,suara ketok

redup

3.>1000 cc dada cembung,egofoni positif lebih dari 2000 cc mediastinum

terdorong.

2. USG dada

USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang

jumlahnya sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan

3. Analisis Cairan Pleura

Analisis cairan pleura ini bermanfaat dalam menegakkan diagnosis efusi pleura

TB. Sering kadar protein cairan pleura ini meningkat > 5 g/dl. Pada pasien

kebanyakan hitung jenis sel darah putih cairan pleura mengandung limfosit > 50%.

Pada pasien dengan gejala < 2 minggu, hitung jenis sel darah putih menunjukkan

PMN lebih banyak. Pada torakosentesis serial yang dilakukan, hitung jenis lekosit ini

menunjukkan adanya perubahan ke limfosit yang menonjol. Pada efusi pleura TB

kadar LDH cairan pleura > 200 U, kadar glukosa sering menurun. Kadar pH cairan

pleura yang rendah dapat kita curigai suatu efusi pleura TB.

Aspirasi cairan pleura,berguna sebagai sarana diagnostic atau

terapiotik.Pelaksanaanya dilakukan pada pasien posisi duduk .Aspirasi dilakukan di

bagian bawah paru,sela iga garis aksilaris posterior dengan memakai jarum abocad no

14 atau 16.Pengeluaran cairan pleura sebaiknya tidak melebihi 1000-1500.

10

Judul : Efusi Pleura TuberkulosisOleh : Tiara Larasati,Juviza Melia Farma,Nurul Laili,Syafrimeldi,Lidia Putri Adelti,Barkah Adina Putra.

RSU Dr. PIRNGADI MEDAN

4 . Pemeriksaan BTA Sputum

- Cara pengumpulan dan pengiriman bahan

Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS) :

1. Sewaktu / spot (dahak sewaktu saat kunjungan)

2. Pagi (keesokan harinya)

3. Sewaktu / spot ( pada saat mengantarkan dahak pagi) atau setiap pagi

3 hari berturut-turut.

2.8. Diagnosis Banding

1. Efusi Pleura transudat

2. Efusi Pleura neoplasma

3. Atelektasis

2.9.Penatalaksanaan

Pada efusi pleura yang terinfeksi perlu segera dikeluarkan dengan memakai

pipa intubasi melalui selang iga. Pengobatan secara sistemik hendaknya segera

dilakukan, tetapi terapi ini tidak berarti bila tidak diiringi pengeluaran cairan

yang adequate.

Torakosentesis

Torakosentesis adalah pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang

dimasukkan diantara sel iga ke dalam rongga dada di bawah pengaruh

pembiusan lokal dalam dan berguna sebagai sarana untuk diagnostik maupun

terapeutik. Pelaksanaan torakosentesis sebaiknya dilakukan pada penderita

dengan posisi duduk. Aspirasi dilakukan pada bagian bawah paru di sela iga IX

garis aksilaris posterior dengan memakai jarum abbocath nomor 14 atau 16.

Pengeluaran cairan pleura sebaiknya tidak melebihi 1000 – 1500 cc pada setiap

kali aspirasi

11

Judul : Efusi Pleura TuberkulosisOleh : Tiara Larasati,Juviza Melia Farma,Nurul Laili,Syafrimeldi,Lidia Putri Adelti,Barkah Adina Putra.

RSU Dr. PIRNGADI MEDAN

Torakosentesis bertujuan untuk mmengambil atau membuang cairan yang

berlebih pada pleura, serta dapat di gunakan sebagai bahan analisa.

Gambar 5. Torakosentesis

Mengobati penyakit yang mendasari

Pada Efusi Pleura Tuberkulosis , penyebab nya adalah basil tuberculosis. Maka

pengobatan yang di lakukan adalah pengobatan Tuberkulosis.

Saat ini terdapat 10 obat yang disetujui oleh Food and Drug Administration

(FDA) Amerika Serikat sebagai terapi tuberculosis. Sebagi tambahan, golongan

fluroquinolon, meskipun tidak disetujui oleh FDA untuk terapi tuberculosis,

sering digunakan mengobati tuberculosis yang mengalami tuberculosis resistensi

untuk pasien yang intoleran terhadap beberapa obat lini pertama.

Obat anti tuberculosis ( OAT) harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa

jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori

pengobatan. Pemakaian OAT kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT) lebih

menguntungkan dan sangat dianjurkan untuk menjamin kepatuhan pasien dalam

menelan obat, dilakukan pengawasan langsung (DOT = Directly Observed 12

Judul : Efusi Pleura TuberkulosisOleh : Tiara Larasati,Juviza Melia Farma,Nurul Laili,Syafrimeldi,Lidia Putri Adelti,Barkah Adina Putra.

RSU Dr. PIRNGADI MEDAN

Treatment) oleh seorang pengawas Menelan Obat (PMO). Pengobatan TB

diberikan dalam dua tahap yaitu intensif dan lanjutan.

Tahap awal (intensif)

Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi

secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat. Bila pengobatan tahap

intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menjadi tidak menular

dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar pasien TB BTA + menjadi BTA –

(konversi) dalam 2 bulan.

Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam

jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman

persisten sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.

Paduan OAT yang digunakan Indonesia

Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Pengendalian Tuberculosis

di Indonesia:

- Kategori 1 : 2(HRZE)/4 (HR)3

- Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3

Disamping kedua kategori ini, disediakan paduan obat sisipan (HRZE)

- Kategori anak : 2HRZ/4HR

- Obat yang digunakan dalam tatalaksana pasien TB resisten obat di Indonesia

terdiri dari OAT lini kedua.

2.10. komplikasi

1. Fibrothoraks, efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan

drainase yang baik akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan

pleura visceralis. Keadaan ini disebut dengan fibrothoraks. Jika fibrothoraks

meluas dapat menimbulkan hambatan mekanis yang berat pada jaringan-

13

Judul : Efusi Pleura TuberkulosisOleh : Tiara Larasati,Juviza Melia Farma,Nurul Laili,Syafrimeldi,Lidia Putri Adelti,Barkah Adina Putra.

RSU Dr. PIRNGADI MEDAN

jaringan yang berada dibawahnya. Pembedahan pengupasan (dekortikasi)

perlu dilakukan untuk memisahkan membran-membran pleura tersebut.

2. Atalektasis, pengembangan paru yang tidak sempurna yang disebabkan oleh

penekanan akibat efusi pleura tuberkulosis

3. Fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan ikat paru

dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara perbaikan jaringan

sebagai kelanjutan suatu proses penyakit paru yang menimbulkan peradangan.

Pada efusi pleura, atelectasis yang berkepanjangan dapat menyebabkan

penggantian jaringan paru yang terserang dengan jaringan fibrosis.

.

2.11. prognosis

Prognosis sangat bervariasi dan tergantung pada faktor penyebab dan ciri

efusi pleura. Pada Efusi Pleura Tuberkulosis , prognosis tergantung dari

pengobatan dan tindakan.

Mengobati penyebab efusi merupakan langkah awal dalam megobati efusi

pleura. Pasien yang mencari pertolongan medis lebih dini karena penyakitnya

dan dengan diagnosis yang tepat serta penatalaksanaan yang tepat pula memiliki

angka komplikasi yang lebih rendah.

14

Judul : Efusi Pleura TuberkulosisOleh : Tiara Larasati,Juviza Melia Farma,Nurul Laili,Syafrimeldi,Lidia Putri Adelti,Barkah Adina Putra.

RSU Dr. PIRNGADI MEDAN

BAB III

Penutup

3.1 Kesimpulan

Efusi Pleura TB adalah TB ekstraparu kedua terbanyak setelah limfadenitis

TB. Anak lebih sering mengalami TB luar paru-paru (ekstrapulmonari)

dibanding TB paru-paru dengan perbandingan 3:1. Infeksi dapat terjadi karena M.

tuberculosis dan M. bovis. Efusi pleura terbentuk sebagai reaksi hipersensitivitas tipe

lambat antigen kuman TB dalam rongga pleura. Efusi Pleura TB dapat merupakan

manifestasi dari tuberkulosis primer atau tuberkulosis post primer (reaktivasi)

Efusi pleura Tuberkulosis adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan

dalam pleura berupa cairan eksudat atau dapat berupa darah . Adapun tanda dan

gejala efusi pleura tuberkulosis adalah dispnea/sesak napas, nyeri dada, ruang

interkostal menonjol, suara nafas dan fremitis berkurang. Untuk memastikan diagnosa

medis ini, maka dapat dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang yaitu : foto

thoraks, ultrasonograpy, torakosentesis dan kultur cairan pleura, pemeriksaan Sputum

BTA . Sedangkan untuk penatalaksanaan medisnya dapat dilakukan aspirasi cairan

pleura, serta pemberian OAT sesuai dengan anjuran yang berlaku. Kategori 1 :

2(HRZE)/4 (HR)3, Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3

Daftar Rujukan

15

Judul : Efusi Pleura TuberkulosisOleh : Tiara Larasati,Juviza Melia Farma,Nurul Laili,Syafrimeldi,Lidia Putri Adelti,Barkah Adina Putra.

RSU Dr. PIRNGADI MEDAN

1. Darmanto djojodibroto.respirologi.2009:EGC

2. Departemen Ilmu penyakit paru FK UNAIR. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru.

2010 : Surabaya . 111-21

3. Harison. Buku Saku Harrison Pulmonologi. 2013. Karisma Publishing Group :

Jakarta. 88-92

4. Tabrani Rab. Penyakit Pleura. 2010. Trans Info Medika : Jakarta . 218-35

5. Zulkarnain dahlan, dkk.tatalaksana penyakit respirasi dan kritis

paru.2012.Bandung:Perpari(perhimpunan respirologi indonesia.jilid 1

16

Judul : Efusi Pleura TuberkulosisOleh : Tiara Larasati,Juviza Melia Farma,Nurul Laili,Syafrimeldi,Lidia Putri Adelti,Barkah Adina Putra.