Efusi Pleura

24
EFUSI PLEURA A. Definisi Menurut kamus kedokteran effusi (l.effusio-menuang ke luar) adalah keluarnya cairan dari pembuluh darah atau pembuluh limfe kedalam jaringan. Sedangkan pleura (Y.pleural- samping) adalah selaput paru. Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak di antara permukaan visceral dan parietal. Secara normal hanya ditemukan selapis cairan tipis yang memisahkan kedua lapisan pleura. Ruang pleura mengandung sejumlah kecil cairan (5 – 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi. Jenis cairan lainnya yang bisa terkumpul di dalam rongga pleura adalah darah, nanah, cairan seperti susu dan cairan yang mengandung kolesterol tinggi Rongga pleura adalah rongga yang terletak diantara selaput yang melapisi paru-paru dan rongga dada. Rongga pleura yang terisi cairan dengan kadar kolesterol yang tinggi terjadi karena efusi pleura menahun yang disebabkan oleh tuberkulosis atau artritis rematoid . B. Etiologi Dalam keadaan normal, cairan pleura dibentuk dalam jumlah kecil untuk melumasi permukaan pleura (pleura adalah selaput tipis yang melapisi rongga dada dan membungkus paru-paru). Bisa terjadi 2 jenis efusi yang berbeda: MAHASISWA PRANERS STIKES WIRA HUSADA/MANKEP/KELOMPOK III A/ 2007

description

sistem pernafasan

Transcript of Efusi Pleura

Page 1: Efusi Pleura

EFUSI PLEURA

A. Definisi

Menurut kamus kedokteran effusi (l.effusio-menuang ke luar) adalah keluarnya

cairan dari pembuluh darah atau pembuluh limfe kedalam jaringan. Sedangkan pleura

(Y.pleural-samping) adalah selaput paru. Efusi pleura adalah pengumpulan cairan

dalam ruang pleura yang terletak di antara permukaan visceral dan parietal. Secara

normal hanya ditemukan selapis cairan tipis yang memisahkan kedua lapisan pleura.

Ruang pleura mengandung sejumlah kecil cairan (5 – 15ml) berfungsi sebagai

pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi. Jenis

cairan lainnya yang bisa terkumpul di dalam rongga pleura adalah darah, nanah,

cairan seperti susu dan cairan yang mengandung kolesterol tinggi Rongga pleura

adalah rongga yang terletak diantara selaput yang melapisi paru-paru dan rongga

dada. Rongga pleura yang terisi cairan dengan kadar kolesterol yang tinggi terjadi

karena efusi pleura menahun yang disebabkan oleh tuberkulosis atau artritis rematoid

.

B. Etiologi

Dalam keadaan normal, cairan pleura dibentuk dalam jumlah kecil untuk

melumasi permukaan pleura (pleura adalah selaput tipis yang melapisi rongga dada

dan membungkus paru-paru).

Bisa terjadi 2 jenis efusi yang berbeda:

1. Efusi pleura transudativa, biasanya disebabkan oleh suatu kelainan pada

tekanan normal di dalam paru-paru.

Jenis efusi transudativa yang paling sering ditemukan adalah gagal jantung

kongestif.

2. Efusi pleura eksudativa, terjadi akibat peradangan pada pleura, yang seringkali

disebabkan oleh penyakit paru-paru.

Kanker, tuberkulosis dan infeksi paru lainnya, reaksi obat, asbetosis dan

sarkoidosis merupakan beberapa contoh penyakit yang bisa menyebabkan efusi pleura

eksudativa.

Penyebab lain dari efusi pleura adalah: Gagal jantung

Kadar protein darah yang rendah

Sirosis

Pneumonia

MAHASISWA PRANERS STIKES WIRA HUSADA/MANKEP/KELOMPOK III A/ 2007

Page 2: Efusi Pleura

Blastomikosis

Koksidioidomikosis

Tuberkulosis

Histoplasmosis

Kriptokokosis

Abses dibawah diafragma

Artritis rematoid

Pankreatitis

Emboli paru

Tumor

Lupus eritematosus sistemik

Pembedahan jantung

Cedera di dada

Obat-obatan (hidralazin, prokainamid, isoniazid, fenitoin,klorpromazin,

nitrofurantoin, bromokriptin, dantrolen, prokarbazin)

Pemasanan selang untuk makanan atau selang intravena yang kurang baik.

C. Patofisiologi

Efusi dapat terdiri atas cairan yang secara relative jernih, yang mungkin

transudat atau eksudat atau dapat mengadung darah atau purulen. Transudat (filtrasi

plasma yang mengalir tembus dinding kapiler yang utuh) terjadi jika factor-faktor

yang mempengaruhi pembentukan dan reabsorbsi cairan pleura terganggu, biasanya

oleh ketidakseimbangan tekanan hidrostatik dan onkotik. Transudat menandakan

bahwa kondisi seperti asites atau penyakit sistemik seperti gagal jantung kongestit

atau gagal ginjal mendasari penumpukan cairan. Eksudat (ekstravasesi cairan kedalam

jaringan atau kavitas) biasanya terjadi akibat inflamasi oleh produk bakteri atau tumor

yang mengenai permukaan pleura.

Lebih jelasnya dapat dilihat patway berikut ini.

MAHASISWA PRANERS STIKES WIRA HUSADA/MANKEP/KELOMPOK III A/ 2007

Page 3: Efusi Pleura

Putway Efusi Pleura :

MAHASISWA PRANERS STIKES WIRA HUSADA/MANKEP/KELOMPOK III A/ 2007

Ketidakseimbangan tek hidrostatik &

onkotik

Reabsorbsi pleura terganggu

Transudat

Inflamasi rongga pleura

Penumpukan cairan

Adanya bakteri atau tumor pada permukan pleura

Eksudat

Efusi Pleura

Gagal jantung & gagal ginjal

TorakosentesisPleurektomi

Pola nafas tidak efektif

Intoleransi aktifitas

Terapi diureticRadiasi dinding dada

Nyeri

Defisit volume cairan

Hipertermi

Kelebihan volume cairan

Nyeri akut

Resiko Ketidakseimbangan

volume cairan & elektrolit

Resiko Infeksi

Nyeri

Terapi Pengobatan

Resiko Kerusakan integritas

Jaringan/kulit

Resiko Kerusakan integritas kulit

Anoreksia

Ketidakseimbangan nutrisi

Page 4: Efusi Pleura

D. Manifestasi klinis

Biasanya manifestasi klinisnya adalah yang disebabkan oleh penyakit dasar :

Pneumonia akan menyebabkan demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritis.

Efusi malignan dapat mengakibatkan dispnea dan batuk.

Efusi yang luas akan menyebabkan sesak napas.

Area yang mengandung cairan menunjukkan bunyi nafas napas minimal atau

tidak sama sekali menghasilkan bunyi datar.

Pekak saat diperkusi

Egofani akan terdengar diatas area efusi

E. Komplikasi

Hemotoraks (darah di dalam rongga pleura) biasanya terjadi karena cedera di

dada.

Penyebab lainnya adalah:

Pecahnya sebuah pembuluh darah yang kemudian mengalirkan darahnya ke

dalam rongga pleura

Kebocoran aneurisma aorta (daerah yang menonjol di dalam aorta) yang

kemudian mengalirkan darahnya ke dalam rongga pleura

Gangguan pembekuan darah.

F. Pemeriksaan Penunjang

Pada pemeriksaan fisik, dengan bantuan stetoskop akan terdengar adanya

penurunan suara pernafasan.

Untuk membantu memperkuat diagnosis, dilakukan pemeriksaan berikut:

Rontgen dada

Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk

mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya menunjukkan adanya cairan.

CT scan dada

CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan dan bisa

menunjukkan adanya pneumonia, abses paru atau tumor

USG dada

USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang

jumlahnya sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.

Torakosentesis

MAHASISWA PRANERS STIKES WIRA HUSADA/MANKEP/KELOMPOK III A/ 2007

Page 5: Efusi Pleura

Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan melakukan

pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui torakosentesis

(pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang dimasukkan diantara sela iga ke

dalam rongga dada dibawah pengaruh pembiusan lokal).

Biopsi

Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka dilakukan

biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk dianalisa.

Pada sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan menyeluruh,

penyebab dari efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan.

Analisa cairan pleura

Bronkoskopi

Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber cairan yang

terkumpul.

G. Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan adalah : Untuk menemukan penyebab dasar, Untuk

mencegah penumpukan kembali cairan, Untuk menhilangkan ketidaknyamanan serta

dispnea. Jika jumlah cairannya sedikit, mungkin hanya perlu dilakukan pengobatan

terhadap penyebabnya. Jika jumlah cairannnya banyak, sehingga menyebabkan

penekanan maupun sesak nafas, maka perlu dilakukan tindakan drainase (pengeluaran

cairan yang terkumpul).

Cairan bisa dialirkan melalui prosedur torakosentesis, dimana sebuah jarum

(atau selang) dimasukkan ke dalam rongga pleura. Torakosentesis biasanya dilakukan

untuk menegakkan diagnosis, tetapi pada prosedur ini juga bisa dikeluarkan cairan

sebanyak 1,5 liter. Jika jumlah cairan yang harus dikeluarkan lebih banyak, maka

dimasukkan sebuah selang melalui dinding dada.

Modalitas pengobatan lainnya untuk efusi pleura malignan termasuk radiasi

dinding dada, bedah pleurektomi dan terapi diuretic. Jika pengumpulan cairan terus

berlanjut, bisa dilakukan penutupan rongga pleura. Seluruh cairan dibuang melalui

sebuah selang, lalu dimasukkan bahan iritan (misalnya larutan atau serbuk

doxicycline) ke dalam rongga pleura. Bahan iritan ini akan menyatukan kedua lapisan

pleura sehingga tidak lagi terdapat ruang tempat pengumpulan cairan tambahan. Jika

darah memasuki rongga pleura biasanya dikeluarkan melalui sebuah selang. Melalui

selang tersebut bisa juga dimasukkan obat untuk membantu memecahkan bekuan

MAHASISWA PRANERS STIKES WIRA HUSADA/MANKEP/KELOMPOK III A/ 2007

Page 6: Efusi Pleura

darah (misalnya streptokinase dan streptodornase). Jika perdarahan terus berlanjut

atau jika darah tidak dapat dikeluarkan melalui selang, maka perlu dilakukan tindakan

pembedahan. Pengobatan untuk kilotoraks dilakukan untuk memperbaiki kerusakan

saluran getah bening. Bisa dilakukan pembedahan atau pemberian obat antikanker

untuk tumor yang menyumbat aliran getah bening.

H. Diagnosa yang mungkin muncul

1. Resiko infeksi b.d tindakan inpasif

2. Intoleransi aktifitas b.d kelelahan menyeluruh (patique)

3. Defisit volume cairan b.d kegagalan mekanisme pengaturan

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia.

5. Nyeri akut b.d agen injuri biologis :proses penyakit

6. Pola nafas tidak efektif b.d kelelahan otot pernafasan

7. Hipertermi b.d terpapar lingkungan yang panas (radiasi)

8. Resiko kerusakan integritas kulit b.d Radiasi dan menurunya tingkat aktifitas

MAHASISWA PRANERS STIKES WIRA HUSADA/MANKEP/KELOMPOK III A/ 2007

Page 7: Efusi Pleura

DAFTAR PUSTAKA

Alsagaff Hood, Abdul Mukty, (1995). Dasar – Dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press. Surabaya.

Amin muhammad, Hood Alsagaff. (1989). Pengantar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press. Surabaya.

B.AC,Syaifudin, Anatomi dan fisiologi untuk perawat. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Blac,MJ Jacob. (1993). l.uckman & Sorensen’s Medical surgical Nursing A Phsycopsicologyc Approach. W.B. Saunders Company. Philapidelpia.

Carpenito, Lynda Juall. (1995). Diagnosa keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik. Edisi 6, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Edisi. 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Diana C. Baughman. ( 2000 ), Patofisiologi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Engram Barbara. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume 1. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Ganong F. William. (1998). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 17. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Gibson, John, MD. (1995). Anatomi Dan Fisiologi Modern Untuk Perawat. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Hudak & Gallo, ( 1997 ). Keperawatan kritis : suatu pendekatan holistic, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Keliat, Budi Anna. (1991). Proses Keperawatan. Arcan. Jakarta.

Laboratorium Ilmu Penyakit Paru FK UNAIR. (1994). Dasar – Dasar Diagnostik Fisik Paru. Surabaya.

Lismidar H,dkk. (1990). Proses keperawatan. AUP

Mansjoer, Arif., et all. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI : Media Aescullapius Jakarta.

Marylin E doengoes. (2000). Rencana Asuhan keperawatan Pedoman untuk Perencnaan /pendokumentasian Perawatan Pasien. Penerbit Buku Kedokteran EGC.Jakarta.

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo. (1994). Pedoman Diagnosis dan Terapi Lab/UPF Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press. Surabaya.

MAHASISWA PRANERS STIKES WIRA HUSADA/MANKEP/KELOMPOK III A/ 2007

Page 8: Efusi Pleura

Soeparman, Sarwono Waspadji. (1990). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.

Soedarsono. (2000). Guidelines of Pulmonology. Surabaya.

Susan Martin Tucker. (1998). Standar Perawatan Klien. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Sylvia Anderson Price, Lorraine McCarty Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Yunus Faisal. (1992). Pulmonologi Klinik. Bagian Pulmonologi FKUI. Jakarta.

MAHASISWA PRANERS STIKES WIRA HUSADA/MANKEP/KELOMPOK III A/ 2007

Page 9: Efusi Pleura

I. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN EFUSI PLEURA

Diagnosa 1 : Resiko infeksi berhubungan dengan Prosedur infasifNOC NIC RASIONALNYA

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam. Diharapkan klien tidak terjadi infeksi dengan kritaria :

Tidak ada tanda-tanda infeksi Jumlah leokosit dbn Vital Sign dbn Menunjukan prilaku hidup sehat

Infection Control : Gunakan protocol health safity and

universal precaution dalam melakukan tindakan

Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal

Pertahankan prinsif sateril dalam melakukan tindakan keperawatan

Tingkatkan asupan nutrisi untuk meningkatkan imunitas

Anjurkan istirahat yang cukup

Laporkan kecurigaan infeksi

Infaction Precaution : Pertahankan lingkungan aseptic selama

pemasangan alat Cuci tanggan sebelum dan sesudah

melakukan tindakan keperawatan

Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing

Berikan antibiotic b/p

Mencegah luasnya dan membatasi penyebaran mikrorganisme

Mencegah terjadinya infeksi lebih dini sebelum menjadi kronis

Menurunkan resiko penyebaran bakteri pada tindakan invasive

Dapat meningkatkan proses pembentukan imunitas dalam tubuh

Mencegah kelemahan fisik dan meningkatkan penyambuhan

Mendeteksi lebih dini dengan adanya infeksi serta dapat menentukan terpai yang diberikan

Mencegah terjadinya infeksi nosokomial

Menurunkan resiko terjadinya penyebaran bakteri terhadap klien dan petugasnya sendiri

Menurunkan resiko terjadinya infeksi pada kandung kencing

Zat-zat antibiotik berguna untuk periode yang singkat dalam mengurangi infeksi ketingkat yang dapat diatasi serta memberikan kesempatan untuk memulai kemampuan koping klien

MAHASISWA PRANERS STIKES WIRA HUSADA/MANKEP/KELOMPOK III A/ 2007

Page 10: Efusi Pleura

Diagnosa 2 : Intoleransi aktifitas b.d kelelahan menyeluruh (patique)NOC Intervensi Keperawatan Rasionalnya

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam. Diharapkan klien beraktifitas secara mandiri dengan kritaria :

Berpartisipasi dalam aktivitas fisik dengan TTV dbn

Mampu melakukan aktifitas secara mandiri secra bertahap

Meningkatkan toleransi aktifitas minimal Tidak ada keluhan selama melakukan

aktifitas

Energi Manajemen : Observasi adanya pembatasan klien dalam

beraktifitas.

Dorong klien untuk mrngungkapkan perasaan terhadap keterbatasan.

Monitor adanya kelelahan fisik emosi secara berlebihan

Monitor pola dan lamanya tidur/istirahat klien

Activity therapy : Bantu klien untuk mngidentifikasi aktifitas

yang mampu dilakukan. Bantu klien memilih aktifitas yang mampu

untuk dilakukan. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan

diwaktu luang. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktifitas

yang disukai. Monitor respon fisik, emosi, social, dan

spiritual.

Aktifitas lebih bermanfaat dalam memberikan latihan gerak dengan tidak terlalu hiper aktif.

Mengetahui secara psikologis permasalahn dengan keterbatasan gerak.

Sehat secara psikologis dapaty meningkatkan semangat hidup dengan emosi tidak berlebihan.

Meningkatkan kekuatan otot untuk beraktifitas.

Mengurangi resiko terjadinya intoleransi ktifitas.

Menngkatkan aktifitas sesuai dengan keinginan klien.

Kebutuhan aktifitas lebih teratur dan terorganisir.

Pemenuhan aktifitas dapat terpenuhi sesuai dengan keinginan.

Mengurangi resiko kelelahan aktifitas.

MAHASISWA PRANERS STIKES WIRA HUSADA/MANKEP/KELOMPOK III A/ 2007

Page 11: Efusi Pleura

Diagnosa 3 : Defisit volume cairan b.d kegagalan mekanisme pengaturanNOC Intervensi Keperawatan Rasionalnya

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24jam diharapkan klien tidak mengalami kekurangan cairan dengan criteria hasil : Terbebas dari edema, efusi Bunyi nafas bersih Vital Sign dbn Tidak mengalami kelelahan, kecemasan &

kebingungan

Fluid Managemen : Pertahankan intake dan out put yang akurat. Monitor sturasi hidrasi Monitor hasil lab yang sesuai retensi cairan

(BUN, Hmt, Os urin) Kolaborasi pemberian cairan IV

Berikan diuretic sesuai intruksi

Dorong keluarga untuk membantu klien makan.

Tawarkan snak,(Jus buah, Buah segar) Kolaborasi dengan dokter jika tanda cairan

berlebihan muncul memburuk.

Keseimbangan cairan dalam tubuh terpenuhi. Menghindari terjadinya dehidrasi Terpantau kadar BUN, Hmt, Os urin jika terjadi

kelainan Menghindari terjadinya kelebihan cairan

Menghindari kegagalan dalam pemenuhan cairan

Kebutuhan cairan dapat lebih menerima

Kebutuhn cairan terpenuhi

Menghindari lebih dini terjadinya keburukan dalam pemenuhan cairan.

Diagnosa 4 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksiaNOC NIC RASIONALNYA

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24jam diharapkan kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dengan criteria hasil : Menunjukkan peningkatan berat badan BB ideal sesuai dengan TB Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi Tidak ada tanda-tanda malnutrisi Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan

dari menelan Tidak terjadi penurunan BB yang berarti

Nutrition Management : Kaji adanya alergi makanan Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan

jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan Anjurkan klien untuk meningkatkan protein dan

vitamin C Yakinkan diet yang dimakan mengandung

tinggi serat untuk mencegah konstipasi Berikan makan yang sudah terpilih (sudah

dikonsulkan dengan ahli gizi)

Meningkatkan kebutuhan nutrisi Dapat memenuhi kebutuhan nutrisi sesuai

dengan kebutuhan tubuh.

System kekebalan tubuh terhadap infeksi dapat terpenuhi

Konstipasi dapat dikendali

MAHASISWA PRANERS STIKES WIRA HUSADA/MANKEP/KELOMPOK III A/ 2007

Page 12: Efusi Pleura

Monitor gerakan diagfargma (paradoksis) Ajarkan klien bagaiman membuat catatan

makanan harian. Monitor jumlah nutrisi dan kalori

Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi

Rasa tak enak, bau menurunkan nafsu makan dan dapat menyebabkan mual/muntah dengan peningkatan kesulitan nafas.

Meminimalakan adanya kelainan pada diagfragma

Dapat memonitor kebutuhan intake Dapat meningkatkan dalam proses imunitas

tubuh Menigkatkan pengetahuan tentang kebutuhan

nutrisi.

Diagnosa 5 : Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik : proses penyakitNOC NIC Rasionalnya

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24jam diharapkan klien tidak mengalami nyeri dengan criteria hasil : Ekspresi wajah ceria Klien tampak tenang Vital Sign dbn Skala nyeri berkurang

Pain Managemen : Lakukan pengkajian nyeri secara

konfrehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan factor presipitasi

Observasi reaksi non verbal

Gunakan tehnik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengetahuan nyri klien

Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri

Bantu klien dan keluarganya untuk mencari dukungan

Control lingkungan yang mempengaruhi nyri ;suhu, ruangan, cahaya.

Kurang factor pencetus nyeri

Tingkatkan istirahat

Pengawasan keefektifan obat, kemajuan penyembuhan, perubahan akan karakteristik menunjukkan terjadinya abses, memerlukan upaya evaluasi medik dan intervensi

Kebutuhan rasa nyaman dapat terpenuhi. Meyakinkan klien untuk mendapatkan

perawatan yang intensif. Bermanfaat dalam pengawasan keefektifan

obat, kemajuan penyembuhan. Meningkatkan psikologis dan motifasi

keingin sembuhan Menurunkan factor-faktor yang

menmpengaruhi nyeri

Nyeri dapat diatasi sedini mungkin denan menemukan factor presipitari

Mencegah nyri dan meningkatkan penyembuhan.

MAHASISWA PRANERS STIKES WIRA HUSADA/MANKEP/KELOMPOK III A/ 2007

Page 13: Efusi Pleura

Ajarkan tehnik non farmakologi

Evaluasi keefektifan control nyeri Kolaborasi dengan dokter jika masalah nyri

belum teratasi.

Analgesik Managemen : Cek intruksi dokter tentang jenis, dosis, dan

frekuensi obat. Kaji riwayat alergi

Pilih rute pemberian secara IV & IM untuk pengobatan nyeri secara teratur

Mengontrol TTV sebelum dan sdsudah pemberian analgesic pertama kali

Efaluasi keefektifan analgesic tanda dan gejala (efek samping)

Menurunkan terjadinya keracunan obat yang mengandung bahan kimia.

Rasa nyeri libuh dapat teratasi. Menurunkan rasa nyeri sebelum terjadi nyeri

kronis.

Mengurangi terjadinya kebutuhan oabat lebih tepat pada indikasinya.

Mengurangi terjadinya gejala lain yang mingkin muncul

Proses mengatasi nyeri lebih cepat dan efisien

Mengurangi terjadinya adanya komplikasi serta alergi dan keefisien dalam pemberian obat.

Dapat mengkolaborasikan lebih lanjut tentang keefektifan pemberian analgesic.

Diagnosa 6 : Gangguan pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kelelahan otot pernafasanNOC NIC Rasionalnya

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24jam diharapkan klien tidak mengalami nyeri dengan criteria hasil : RR dalam batas normal Suara nafas bersih Tidak ada sianosis TTD dam batas normal

Airway Managemen : Posisikan klien untuk memaksimalkan

ventilasi

Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi mengi

Kaji/pantau frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi & ekspirasi

Peninggian kepala ditempat tidur memudahkan fungsi pernafasan dengan menggunakan grafitasi

Tachipnea biasanya ada pada beberapa drajat dan dapat ditemukan pada penerimaan

Disfungsi pernafasan adalah variable yang tergantung pada tahap proses akut yang meninmbulkan perawatan di rumah sakit

Pencetus tipe alergi pernafasan dapat

MAHASISWA PRANERS STIKES WIRA HUSADA/MANKEP/KELOMPOK III A/ 2007

Page 14: Efusi Pleura

Catat adanya derajat dispnea, ansietas, distress pernafasan, penggunanan obat Bantu.

Atur intake cairan untuk mengoptimalkan keseimbangan

Berikan obat sesuai dengan indikasi bronkodilator bp

Respiratory Monitor : Kaji/awasi secra rutin kulit dan membrane

mukosa

Palpasi fremitus

Awasi Vital Sign dan irama jantung

Berikan oksigen tambahan sesuai dengan indikasi hasil AGDA dan toleransi klien

mentriger episode akut

Hidrasi membantu mengeluarkan kekentalan secret, penggunaan cairan hangatdapat menurunkan kekentalan secret dan spasme mukosa

Merelasasikan otot halus dan menurunkan spasme jalan nafas, mengi dan produksi mukosa

Sianosis mungkin perifer atau sentral keabu-abuan dan sianosis sentral mengidentifikasikan hipoksemia.

Penururnan getaran vibrilasi diduga adanya pengumpulan udara/cairan

Tachicardi, disretmia dan perubahan tekanan darah dapat menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung

Dapat memperbaiki atau mencegah memburuknya hipoksia.

Diagnosa 7 : Hipertermi berhubungan dengan terpapar lingkunan yang panas : radiasiNOC NIC RASIONAL

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Fever Treatment :

MAHASISWA PRANERS STIKES WIRA HUSADA/MANKEP/KELOMPOK III A/ 2007

Page 15: Efusi Pleura

3x24jam diharapkan tidak mengalami hipertermi dengan criteria hasil :

Suhu tubuh dala rentang normal Nadi dan RR dbn Tidak ada perubahan kulit Tidak pusing Merasa nyaman

Monitor suhu sering mingkin

Monitor IWL

Monitor Vital Sign

Monitor intake dan output

Berikan anti piretik

Berikan cairan intra vena

Kompres klien pada lipat paha dan aksila

Tingkatkan sirkulasi udara

Temperatur Regulation : Monitor suhu setiap 2 jam

Selimuti klien dari kehilangan kehangatan tubuh

Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu tubuh dan kemungkinan efek negative dari kedinginan

Perubahan suhu tubuh menandakan metabolisme system suhu tubuh tidak maksimal

Kesimbangan IWL menandakan suhu tubuh normal

Perubahan Vita Sign yang terjadinya adanya kepanasan dalam tubuh.

Kesimbangan intake dan output menentukan terapi yang mungkin diberikan

Meningkatkan keseimbangan suhu tubuh menjadi normal

Tindakan segera untuk mengontrol suhu tubuh sangat diperlukan untuk mencegah hipertermi

Dapat membantu dalam mempertahankan atau menstabilkan suhu tubuh

Sirkulasi yang panas membantu menurunkan keseimbangan suhu tubuh.

Suhu tubuh sangat cepat dalam perubahannya. Anastesi inhalasi akan menekan hipotalamus,

dan mengakibatkan kurangnya regulasi suhu tubuh

Pengetahun klin meningkat sangat mendukung dalam penurunan adanya komplikasi yang lain dari terjadinya hipertermi

Diagnosa 8 : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan radiasi dan menurunnya tingkat aktifitasNOC INTERVENSI RASIONAL

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24jam diharapkan tidak mengalami kerusakan

Presure Management : Anjurkan klien menggunakan pakaian yang Mengurangi terjadinya lesi pada daerah yang

MAHASISWA PRANERS STIKES WIRA HUSADA/MANKEP/KELOMPOK III A/ 2007

Page 16: Efusi Pleura

integrasi kulit dengan criteria hasil : Perfusi jaringan baik Integritas kulit yang baik dapat dipertahankan

(sensai, elastisitas, temperature, hidrasi, pigmentasi)

Tidak ada luka/lesi

longgar Hindari kerutan pada tempat tidur

Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering

Ajurkan mobilisasi setiap 2jam sekali

Monitor kulit adanya kemerahan

Olesi kulit dengan minyak baby oil pada daerah yang tertekan

Monitor aktifitas dan mobilisasi pasien Memandikan klien dengan air hangat

tertekan Memperlancar peredaran perubahan susu Menurunkan resiko terjadinya infeksi

Mencegah terjadinya dekubitus pada klien Mencegah terjadinya infeksi dan data

menntukan terapi sedini mungkin Menurunkan terjadinya infeksi pada daeraha

setempat Menurunkan resiko dekubitus yang

mempengaruhi terjadinya infeksi Menjaga kesimbangan kesehatan kulit agar

tetap bersih dan bebas untuk meningkatkan sesuai fungsinya.

MAHASISWA PRANERS STIKES WIRA HUSADA/MANKEP/KELOMPOK III A/ 2007