Efusi Pericard
-
Upload
chairunnisa-sitorus -
Category
Documents
-
view
188 -
download
22
Transcript of Efusi Pericard
LEMBAR PENGESAHAN
Referat Ilmu Penyakit Dalam dengan judul : “Efusi Pericardum”
Nama : Dian Rosa Ari Zona
NIM: 030.08.081
Telah diterima dan disetujui oleh dokter pembimbing dr. Afdhalun A. Hakim, Sp.JP, FIHA,
FAsCC, pada :
Hari :
Tanggal :
Sebagai salah satu syarat dalam mengikuti dan menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu
Penyakit Dalam di Rumah Sakit Otorita Batam.
Batam, Maret 2013
dr. Afdhalun A. Hakim, Sp.JP, FIHA, FAsCC
1
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa, atas
rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan referat “Efusi Pericardium”.
Melalui kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada dr. Afdhalun Hakim, Sp.JP selaku pembimbing dalam penyusunan referat ini, serta
kepada dokter-dokter pembimbing lain di bagian Penyakit Dalam RS Otorita Batam. Tujuan
dari pembuatan referat ini selain untuk menambah wawasan bagi penulis dan pembacanya,
juga ditujukan untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam. Penulis
sangat berharap bahwa referat ini dapat menambah wawasan mengenai efusi pericardium.
Dan diharapkan, bagi para pembacanya dapat meningkatkan kewaspadaan mengenai keadaan
kesehatan yang berhubungan penyakit ini.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna dan tidak luput dari
kesalahan. Oleh karena itu penulis sangat berharap adanya masukan, kritik maupun saran
yang membangun.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, semoga tugas ini
dapat memberikan tambahan informasi bagi kita semua.
Batam, Maret 2013
Penulis
Dian Rosa Ari Zona
2
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................... 1
KATA PENGANTAR ....................................................................................... 2
DAFTAR ISI ...................................................................................................... 3
PENDAHULUAN............................................................................................... 4
4
BAB I. ANATOMI DAN FISIOLOGI JANTUNG
I.1. Anatomi Jantung ........................................................................................... 6
I.2. Fisiologi Jantung............................................................................................ 14
BAB II. EFUSI PERICARDIUM
I.1 Epidemiologi.................................................................................................. 19
II.2 Definisi ......................................................................................................... 20
II.3 Etiologi.......................................................................................................... 21
II.4 Klasifikasi ..................................................................................................... 23
II.5 Manifestasi klinik.......................................................................................... 23
II.6 patofisiologi .................................................................................................. 26
II.7 Diagnosis....................................................................................................... 29
II.8 Diagnosis Banding ....................................................................................... 34
II.9 Penatalaksanaan............................................................................................ 35
II.10 Komplikasi.................................................................................................. 39
II.11Prognosis ..................................................................................................... 39
BAB III. KESIMPULAN .................................................................................. 40
BAB IV. DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 41
3
PENDAHULUAN
Perkardium terdiri dari perikardium viseralis yang melekat ke miokardium dan bagian
luar yaitu perikardium parietalis yang terdiri dari jaringan elastis dan kolagen serta vili-vili
penghasil cairan perikardium dan membungkus perikardium. Rongga perikardium normal
berisi 15-50ml cairan perikardium yang mengandung elektrolit, protein dan cairan limfe dan
berfungsi sebagai lubrikan. Bila terjadi penumpukan atau akumulasi cairan abnormal dalam
ruang pericardium tersebut dinamakan efusi pericardium. Efusi pericardium merupakan hasil
perjalanan klinis dari suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi, keganasan, maupun
trauma. Cairan tersebut dapat berupa transudat, eksudat, pioperikardium, atau
hemoperikardium. Efusi perikardium bisa akut atau kronis, dan lamanya perkembangan
memiliki pengaruh besar terhadap gejala-gejala pasien. (Strimel W, 2006).1,2
Efusi perikardium sering berhubungan dengan peradangan pada perikardium karena
suatu penyakit, tapi efusi pericardium dapat juga terjadi bila tidak ada peradangan . efusi
perikardium juga dapat merupakan hasil dari akumulasi darah setelah prosedur pembedahan
atau cedera. Adanya akumulasi cairan pada pericardium ini menyebabkan terjadinya suatu
sindroma klinik dimana terjadi penekanan terhadap jantung yang disebut tamponade jantung.
Secara lengkap disebutkan tamponade jantung merupakan sindrom klinik dimana terjadi
penekanan yang cepat atau lambat terhadap jantung akibat akumulasi cairan, nanah, darah,
bekuan darah, atau gas di perikardium, sebagai akibat adanya efusi, trauma, atau ruptur
jantung (Spodick, 2003). Akibat adanya penekanan ini menyebabkan fungsi jantung
menurun. Tamponade jantung terjadi bila rongga perikardial terisi dengan cairan dalam
waktu yang lebih cepat daripada kemampuan kantong perikardial untuk meregang. (Spodick,
4
2003). Di Amerika Serikat, insiden tamponade jantung adalah 2 kasus per 10.000 populasi di
Amerika Serikat.1,2
Di dunia diperkirakan sedikitnya ada 1 miliar penderita. Di Amerika tercatat ada 50
juta penderita penyakit jantung, di China sebanyak 13,6% dari jumlah penduduknya diketahui
memiliki penyakit jantung. Di Kanada sekitar 22% dari jumlah penduduk, di Mesir kurang
lebih 26,3%. Dan di Indonesia penderita penyakit jantung diperkirakan sekitar 6-15 % dari
jumlah penduduk (Sudoyo, 2009). Dari hasil penelitian yang didapatkan salah satu penyakit
jantung adalah efusi pericardial. Kelainan perikardial akibat keganasan tidak jarang dijumpai,
Efusi perikardium pada pasien dengan kanker lanjut merupakan hal yang biasa namun bila
terjadi akan menjadi masalah berat. Berdasarkan pemeriksaan post mortem, metastase
kardiak terjadi pada 2,3% - 18,3% subyek dengan keganasan. Perikardium adalah tempat
paling sering terjadi metastase kardiak ( 69,4 %). Keganasan paling sering
melibatkan perikardium adalah karsinoma paru, payudara, limfoma, ovarium, lambung ,
prostat. Medary dkk melaporkan insiden lebih tinggi terjadi pada laki-laki dibanding wanita
dengan rasio 7:3. Efusi terkait keganasan dapat menyerang semua umur. (Venugopalan P ,
2006; Bussani, 2007). Morbiditas dan mortalitas sangat tergantung dari kecepatan diagnosis,
penatalaksanaan yang tepat dan penyebab.1,2,3
5
BAB I
ANATOMI DAN FISIOLOGI JANTUNG
I.1. Anatomi Jantung
Jantung terletak di dalam rongga mediastinum dari rongga dada dan terletak diantara
kedua paru. Terdapat selaput yang mengitari jantung yang disebut perikardium, terdiri
dari dua lapisan:4,5
- Perikardium parietalis : lapisan luar melekat pada tulang dada dan paru
- Perikardium viseralis : lapisan permukaan jantung/ epikardium
Diantara kedua lapisan ini terdapat cairan perikardium.4,5
(www.google.com)
Bentuk Serta Ukuran Jantung
Jantung merupakan organ utama dalam sistem kardiovaskuler. Jantung dibentuk oleh
organ organ muscular, apex dan basis cordis, atrium kanan dan kiri serta ventrikel kanan
dan kiri. Ukuran jantung panjangnya kira-kira 12 cm, lebar 8-9 cm seta tebal kira-kira 6
cm.Berat jantung sekitar 7-15 ons atau 200 sampai 425 gram dan sedikit lebih besar dari
kepalan tangan. Setiap harinya jantung berdetak 100.000 kali dan dalam masa periode itu
jantung memompa 2000 galon darah atau setara dengan 7.571 liter darah. 4,5
6
Posisi jantung terletak diantar kedua paru dan berada ditengah tengah dada, bertumpu
pada diaphragma thoracis dan berada kira-kira 5 cm diatas processus xiphoideus.Pada tepi
kanan cranial berada pada tepi cranialis pars cartilaginis costa III dextra, 1 cm dari
tepilateral sternum. Pada tepi kanan caudal berada pada tepi cranialis pars cartilaginis
costa VI dextra, 1 cm dari tepi lateral sternum. Tepi kiri cranial jantung berada pada tepi
caudal parscartilaginis costa II sinistra di tepi lateral sternum, tepi kiri caudal berada pada
ruang intercostalis 5, kira-kira 9 cm di kiri linea medioclavicularis.4,5,6
Struktur Jantung
Dinding jantung terdiri dari 3 lapisan : 4,5
1. Lapisan luar (epikardium) yang dibentuk oleh lamina visceralis pericardium serosum
2. Lapisan tengah (Miokardium) yang dibentuk oleh serabut otot jantung
3. Lapisan dalam (endokardium) yang melapisi ventrikulus jantung dan katupnya
(langsung berhubungan dengan jantung)
Gambar 2. Lapisan jantung
(www.google.com)
Sistem kardiovaskuler merupakan sistem yang memberi fasilitas proses pengangkutan
berbagai substansi dari dan ke sel-sel tubuh. Sistem ini terdiri dari organ penggerak yang
disebut jantung, dan sistem saluran yang terdiri dari arteri yang mengalirkan darah dari
jantung, dan vena yang mengalirkan darah menuju jantung. Jantung manusia merupakan
jantung berongga yang memiliki 2 atrium dan 2 ventrikel yang memiliki organ berotot
yang mampu mendorong darah ke berbagai bagian tubuh.4 Jantung manusia berbentuk
seperti kerucut dan berukuran sebesar kepalan tangan. Jantung bertanggung jawab untuk
7
mempertahankan aliran darah dengan bantuan sejumlah klep yang melengkapinya.
Untuk mejamin kelangsungan sirkulasi, jantung berkontraksi secara periodik. Otot
jantung berkontraksi terus menerus tanpa mengalami kelelahan. Kontraksi jantung
manusia merupakan kontraksi miogenik, yaitu kontaksi yang diawali kekuatan rangsang
dari otot jantung itu sendiri dan bukan dari saraf. Terdapat beberapa bagian jantung
(secara anatomis) yaitu :5
Ruang – Ruang Jantung
Jantung terdiri dari 4 ruang, yaitu 2 berdinding tipis disebut atrium (serambi) dan 2
berdinding tebal disebut ventrikel (bilik): 4,5
1. Atrium
Merupakan ruang dengan dinding otot yang tipis karena rendahnya tekanan yang
ditimbulkan oleh atrium. Kedua atrium dipisahkan oleh sekat yang disebut septum
interatriorum.
a. Atrium kanan berfungsi sebagai penampung darah rendah oksigen dari seluruh
tubuh. Kemudian darah dipompakan ke ventrikel kanan melalui katub dan
selanjutnya ke paru.
b. Atrium kiri menerima darah yang kaya oksigen dari kedua paru melalui 4 buah
vena pulmonalis. Kemudian darah mengalir ke ventrikel kiri melalui katub dan
selanjutnya ke seluruh tubuh melalui aorta.
2. Ventrikel
Merupakan dengan dinding otot yang tebal terutama ventrikel kiri yang
mempunyai lapisan tiga kali lebih tebal dari ventrikel kanan. Kedua ventrikel
dipisahkan oleh sekat yang disebut septum interventrikulorum. Didalam ventrikel
terdapat alur alur otot yang disebut trabekula. Alur yang menonjol disebut muskulus
papilaris, ujungnya dihubungkan dengan tepi daun katub atrioventrikuler oleh serat
yang disebut kordatendinae.
a. Ventrikel kanan menerima darah dari atrium kanan dan dipompakan ke paru
melalui arteri pulmonalis
b. Ventrikel kiri menerima darah dari atrium kiri dan dipompakan keseluruh tubuh
melalui aorta
8
Gambar 3.Ruang Jantung
(www.google.com)
Katup Katup Jantung
1. Katup atrioventrikuler
Terletak antara atrium dan ventrikel. Katup yang terletak diantara atrium kanan dan
ventrikel kanan mempunyai 3 buah daun katup (katup trikuspid). Bila katup ini terbuka,
maka darah akan mengalir dari atrium kanan menuju ventrikel kanan. Katup trikuspid
berfungsi mencegah kembalinya aliran darah menuju atrium kanan dengan cara
menutup pada saat kontraksi ventrikel.5
Sedangkan katup yang terletak diantara atrium kiri dan ventrikel kiri mempunyai
dua buah daun katup ( katup Mitral). Katup bikuspid atau katup mitral mengatur aliran
darah dari atrium kiri menuju ventrikel kiri. Seperti katup trikuspid, katup bikuspid
menutup pada saat kontraksi ventrikel mencegah aliran balik pada fase sistolik.5
2. Katup Semilunar
Katup Pulmonal terletak pada arteri pulmonalis dan memisahkan pembuluh ini dari
ventrikel kanan. Pada saat ventrikel berkontraksi darah akan mengalir dari dalam
ventrikel kanan melalui trunkus pulmonalis. Trunkus pulmonalis bercabang menjadi
arteri pulmonalis kanan dan kiri yang akan berhubungan dengan jaringan paru kanan
dan kiri. Pada pangkal trunkus pulmonalis terdapat katup pulmonalis yang terdiri dari 3
daun katup yang terbuka bila ventrikel kanan berkontraksi (fase sistolik) dan menutup
9
bila ventrikel kanan relaksasi (fase diastolik), sehingga memungkinkan darah mengalir
dari ventrikel kanan menuju arteri pulmonalis.5
Katup Aorta terletak antara ventrikel kiri dan aorta. Katup aorta terdiri dari 3 daun
katup yang terdapat pada pangkal aorta. Katup ini akan membuka pada saat ventrikel
kiri berkontraksi (fase sistolik) sehingga darah akan mengalir keseluruh tubuh.
Sebaliknya katup akan menutup pada saat ventrikel kiri relaksasi (fase diastolik),
sehingga mencegah darah masuk kembali kedalam ventrikel kiri.5
Pembuluh Darah Koroner
1. Arteri4
Dibagi menjadi dua :
- Left Coronary Arteri (LCA) : left main kemudian bercabang besar menjadi: left
anterior decending arteri(LAD), left circumplex arteri (LCX)
- Right Coronary Arteri : posterior decending arteri (RAD), right marginal
arteri(RMA)
Arteri koronaria sinistra (LCA) dan arteri koronaria dextra (RCA) merupakan
cabang aorta tepat di atas katup semilunar aorta
2. Vena: vena tebesian, vena kardiaka anterior, dan sinus koronarius.4
Gambar 4. Anatomi Jantung dan pembuluh Darah Koroner
(www.google.com)
10
Perikardium
Perikardium adalah selaput yang membungkus jantung dimana terdiri dari lapisan
fibrosa dan serosa, dalam cavum pericardii berisi 50 cc cairan perikardium yang berfungsi
sebagai pelumas agar tidak ada gesekan antara perikardium dan epikardium serta
berfungsi sebagai barier proteksi dari infeksi atau inflamasi organ-organ sekitarnya.
Jumlah normal cairan perikardium 15-50 ml, disekresi oleh sel mesotelial.6
Perikardium terdiri dari 2 lapisan yaitu lapisan dalam atau lapisan serosa dan lapisan
luar atau fibrosa. Bentuk lapisan fibrosa perikardium seperti botol, lapisan keras, tidak
elastik dan merupakan jaringan tebal yang tidak beraturan untuk mencegah peregangan
berlebihan dari jantung, dan berdekatan dengan diafragma, sternum dan kartílago kosta.
Lapisan serosa lebih tipis dan halus yang terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan parietal
(pericardium parietal) dan lapisan visceral (pericardium visceral). Lapisan parietal adalah
lapisan paling luar dari serous perikardium yang menyatu dengan perikardium fibrosa.
Bagian dalam adalah lapisan visceral yang disebut juga epicardium, yang menempel atau
berdekatan pada permukaan jantung dan termasuk dalam salah satu lapisan jantung..
Antara lapisan parietal dan visceral terdapat cairan yang di sebut cairan perikadial untuk
mencegah pergesekan antara memberan saat jantung berkontraksi.4,6
Pericardium Fibrosa
- Perikardium fibrosa melekat dengan diafragma melalui ligamentum
pericardiophrenica
- Perikardium fibrosa juga melekat ke sternum melalui lig. Sterno pericardiale.
- Sifat nya keras (tidak elastis) dan sulah dipisahkan dari perikardium serosa. Sehingga,
jika kemasukan cairan secara mendadak walaupun sedikit ke rongga antara
perikardium fibrosa dan serosa perikardium fibrosa tidak akan melebar
keluarakan tetapi perikardium serosa menekan ke dalam (terjadi gejala-gejala
penekanan atau tamponade cordis) cairan menekan jantung kedua ventrikel
tertekan Gagal biventrikuler (atau biventerkuler). Namun, jika cairan masuk
perlahan-lahan, Perikardium bisa beradaptasi dan mengalah, sehingga cairan di antara
kedua perikardium tersebut bisa sangat banyak jumlahnya.4,6
11
Perikardium Serosa
- Lapis parietalnya melekat pada bagian dalam pericardium fibrosa, dan nantinya akan
beralih menjadi epicardium (lapis viseral) pada permukaan jantung.
- Epicardium juga melekat pada pembuluh2 darah besar yang keluar dan masuk jantung
(co. VCI, VCS, aorta). Keluar dan masuk pembuluh darah biasanya terjadi pada basis
jantung
- Daerah peralihan anatara pericardium parietal menjadi viseral disebut sinus. Terdapat
dua sinus yaitu Sinus trasversus dan oblikuus. Sinus trasversus terletak di antara aorta
bersama trunkus pulmonalis dan VCS. Di bagian posterior, terdapat garis yang
ireguler yang bermula di VCI dan memanjang ke vena pulmonal kanan, dan turun ke
kiri melewati atrium kiri kemudian ke vena pulomonal kiri. Daerah disekitar garis-
garis tersebut adalah sinus oblikuus. Sulkus pulmonalis terletak antara arteri
pulmonalis dan dua pasang vena pulmonalis.
Pericardium memperoleh pasokan arterial dari:4,5,6
a. Arteria pericardiacophrenica cabang arteria thoracica interna, yang mengiringi
nervus phrenicus ke diaphragm
b. Arteria musculophrenica, cabang akhir arteria thoracica interna
c. Cabang dari pars thoracica aortae (rami bronchiales, rami oesiphageales, arteriae
phrenica superiors)
d. Arteria coronaria (hanya lamina visceralis)
Darah venosa pericardium disalurkan melalui: 4,5,6
a. Vena pericardiacophrenica, cabang vena thoracica interna
b. Anak cabang vena azygos
Persarafan perikardium berasal dari: 4,5,6
a. Nervus phrenicus dexter dan nervus phrenicus sinister (C3-C5)
b. Nervus vagus
c. Truncus symphaticus kedua sisi (Moore, 2002).
12
.
Gambar 7. cavum pericard
(www.google.com)
Pericardium visceral
Pericardium visceral atau yang disebut epikardium adalah membran tipis yang
melapisi bagian luar dari jantung, lapisan berikutnya adalah lapisan miokardium, lapisan
tengah yang terdiri dari otot jantung dimana lapisan ini adalah lapisan yang paling tebal
dan menerima darah dari arteri koronaria. Lapisan terakhir adalah lapisan endokardium,
suatu jaringan epitel unik yang melapisi bagian dalam seluruh system sirkulasi, di sebelah
dalam.6 Epicardium sendiri diperdarahi oleh arteri coronaria dan dipersarafi cabang-
cabang plexus coronarius.
Epikardium tersusun atas epithel selapis pipih yang disebut mesotel yang fungsinya
menghasilkan cairan sebagai pelumas. Jaringan Ikat longgar subepikardial, terdapat a.
coronaria, saraf, gangglia dan jaringan lemak Di antara miokardium dan epikardium
terdapat jaringan ikat longgar yang biasanya dipenuhi jaringan lemak. Pada daerah
dimana pembuluh darah masuk dan keluar jantung:6 Perikardium visceralis menjadi satu
dengan lapisan serous dari perikardium parietalis (lapisan luar yang melekat pada tulang
dada dan paru).Kedua lapisan perikardium menutupi ruang (cavity) perikardial suatu
ruang yang terdiri atas cairan serous sebagai pelumas (lubricating) kedua lapisan tersebut
13
I.2. Fisiologi Jantung
Fungsi utama jantung adalah memompa darah ke seluruh tubuh dimana pada saat
memompa jantung otot-otot jantung (miokardium) yang bergerak. Selain itu otot jantung
juga mempunyai kemampuan untuk menimmbulkan rangsangan listrik. Kedua atrium
merupakan ruang dengan dinding otot yang tipis karena rendahnya tekanan yang
ditimbulkan oleh atrium. Sebaliknya ventrikel mempunyai dinding otot yang tebal
terutama ventrikel kiri yang mempunyai lapisan tiga kali lebih tebal dari ventrikel kanan.
Aktifitas kontraksi jantung untuk memompa darah keseluruh tubuh selalu didahului oleh
aktifitas listrik.4
Aktifitas listrik ini dimulai pada nodus sinoatrial (nodus SA) yang terletak pada celah
antara vena cava suiperior dan atrium kanan. Pada nodus SA mengawali gelombang
depolarisasi secara spontan sehingga menyebabkan timbulnya potensial aksi yang
disebarkan melalui sel-sel otot atrium, nodus atrioventrikuler (nodus AV), berkas His,
serabut Purkinje dan akhirnya ke seluruh otot ventrikel. Oleh karena itu jantung tidak
pernah istirahat untuk berkontraksi demi memenuhi kebutuhan tubuh, maka jantung
membutuhkan lebih banyak darah dibandingkan dengan organ lain. 4,5Sebuah potensial
aksi yang dimulai di nodus SA pertama kali akan menyebar ke kedua atrium terutama dari
sel ke sel melalui gap junction. Selain itu terdapat beberapa jalur penghantar khusus yang
mempercepat penghantaran impuls melalui jalur antar atrium dan jalur antar nodus lalu ke
nodus AV. Potensial aksi dihantarkan relatif lebih lambat melalui nodus AV, impuls
tertunda sekitar 0,1 det (AV nodal delay), kelambatan ini menyediakan waktu agar terjadi
pengisian ventrikel sempurna karena memungkinkan atrium untuk mengalami
depolarisasi sempurna dan berkontraksi mengosongkan isinya ke ventrikel sebelum
depolarisasi dan kontraksi ventrikel terjadi.4,5 Setelah terjadi perlambatan tersebut, impuls
dengan cepat berjalan melalui berkas His dan ke seluruh ventrikel melalui serat-serat
Purkinje. Impuls degan cepat menyebar dari sel-sel yang tereksitasi ke sel-sel otot
ventrikel lainnya melalui gap junction. Perambatan impuls melalui berkas His dan serat-
serat Purkinje ini menyebabkan pengaktifan sel-sel miokardium ventrikel di kedua bilik
hamper terjadi bersamaan, memastikan kontraksi yang terjadi adalah tunggal,
terkoordinasi dan mulus.4,5
14
Gambar 8 aliran Konduksi Jantung
(www.google.com)
Kontraksi jantung
Kontraksi otot jantung untuk memompa darah dicetuskan oleh potensial aksi yang
menyebar melalui membran sel otot. Jantung berkontraksi atau berdenyut secara berirama
akibat potensial aksi yang ditimbulkan sendiri, suatu sifat yang dikenal dengan
otoritmisitas. 4,5 Terdapat dua jenis khusus sel otot jantung:
1. Sembilan puluh sembilan persen sel otot jantung kontraktil yang melakukan kerja
mekanis, yaitu memompa. Sel - sel pekerja ini dalam keadaan normal tidak
menghasilkan sendiri potensial aksi.
2. Sebaliknya, sebagian kecil sel sisanya adalah, sel otoritmik, tidak berkontraksi tetapi
mengkhususkan diri mencetuskan dan menghantarkan potensial aksi
yang bertanggungjawab untuk kontraksi sel - sel pekerja.
Kontraksi otot jantung dimulai dengan adanya aksi potensial pada sel otoritmik.
Penyebab pergeseran potensial membran ke ambang masih belum diketahui. Secara
umum diperkirakan bahwa hal itu terjadi karena penurunan siklis fluks pasif K+ keluar
yang langsung bersamaan dengan kebocoran lambat Na+ ke dalam. Di sel-sel otoritmik
jantung, antara potensial-potensial aksi permeabilitas K+ tidak menetap seperti di sel saraf
dan sel otot rangka. Permeabilitas membran terhadap K+ menurun antara potensial-
potensial aksi, karena saluran K+ diinaktifkan, yang mengurangi aliran keluar ion kalium
positif mengikuti penurunan gradien konsentrasi mereka. Karena influks pasif Na+ dalam
jumlah kecil tidak berubah, bagian dalam secara bertahap mengalami depolarisasi dan
bergeser ke arah ambang. Setelah ambang tercapai, terjadi fase naik dari potensial aksi
15
sebagai respon terhadap pengaktifan saluran Ca++ dan influks Ca++ kemudian; fase ini
berbeda dari otot rangka, dengan influks Na+ bukan Ca++ yang mengubah potensial aksi
ke arah positif. Fase turun disebabkan seperti biasanya, oleh efluks K+ yang terjadi karena
terjadi peningkatan permeabilitas K+ akibat pengaktifan saluran K+ Setelah potensial aksi
usai, inaktivasi saluran-saluran K+ ini akan mengawali depolarisasi berikutnya.4,5
Di dalam otot jantung terdapat jaringan khusus yang mengahantarkan aliran listrik.
Jaringan tersebut mempunyai sifat-sifat khusus:4,5
1. Otomatisasi : menimbulkan impuls/rangsang secara spontan
2. Irama : pembentukan rangsang yang teratur
3. Daya konduksi : kemampuan untuk menghantarkan
4. Daya rangsang : kemampuan bereaksi terhadap rangsang
Siklus Jantung
Terdapat beberapa siklus jantung, yaitu: 5
1. Fase kontraksi isovolumetrik
2. Fase ejeksi cepat
3. Fase diastasis
4. Fase pengisian cepat (rapid filling)
5. Fase relaksasi isovolumetrik
Siklus jantung terdiri dari periode sistolik dan diastolik. Sistol adalah periode
kontraksi dari ventrikel, dimana darah akan dikeluarkan dari jantung. Diastol adalah
periode relaksasi dari ventrikel, dimana terjadi pengisian darah. Diastol dapat dibagi
menjadi dua proses yaitu relaksasi isovolumetrik dan ventricular filling. Pada relaksasi
isovolumetrik ventrikel mulai relaksaasi, katup semilunar dan katup atrioventrikularis
tertutup dan volume ventrikel tetap tidak berubah. Pada ventricular filling dimana
tekanan dari atrium lebih tinggi dari tekanan di ventrikel, katup mitral dan katup trikuspid
akan terbuka sehingga ventrikel akan terisi 80% dan akan mencapai 100 % saat atrium
berkontraksi. Volume darah pada akhir diastol disebut End Diastolic Volume .5
Sistolik dapat dibagi menjadi dua proses yaitu kontraksi isovolumetrik dan ejeksi
ventrikel. Pada kontraksi isovolumetrik, kontraksi sudah dimulai tetapi katup-katup tetap
tertutup. Tekanan juga telah dihasilkan tetapi tidak dijumpai adanya pemendekan dari
otot. Pada ejeksi ventrikel, tekanan dalam ventrikel lebih tinggi dibandingkan dengan
tekanan pada aorta dan pulmonal sehingga katup aorta dan katup pulmonal terbuka dan
akhirnya darah akan dipompa ke seluruh tubuh. Pada saat ini terjadi pemendekan dari
otot. Sisa darah yang terdapat di ventrikel disebut End Systolic Volume. 5
16
Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja jantung
Kerja jantung dipengaruhi oleh beberapa faktor utama yang saling berkaitan dalam
menentukan isi sekuncup (stroke volume) dan curah jantung (cardiac output) yang
nantinya akan mempengaruhi tekanan darah, diantaranya :4,5
Beban Awal (Preload)
1. Derajat dimana otot jantung diregangkan sebelum ventrikel kiri berkontraksi
(ventrikel end diastolic volume)
2. Berhubungan dengan panajng otot jantung, regangan dan volume.
3. Semakin regang serabut otot jantung pada batas tertentu semakin kuat kontraksi.
Faktor penentu beban awal:
1. Insufisiensi mitral menurunkan beban awal
2. Stenosis mitral beban awal
3. volume sirkulasi
4. Obat-obatan : vasokontriktor , vasodilator
Beban Akhir (Afterload)
1. Tahanan yang harus dihadapi saat darah keluar dari ventrikel kiri
2. Beban untuk membuka katup aorta dan mendorong darah selama fase sistolik.
3. Systemic vascular resistance (SVR)
Faktor penentu beban akhirr:
1. Stenosis aorta meningkatkan beban akhir
2. Vasokontriksi perifer meningkatkan beban akhir
3. Hipertensi meningkatkan beban akhir
4. Obat-obatan.
Kontraktilitas
Hukum Frank – Straling
- Makin besar isi jantung sewaktu diastole semakin besar jumjalh darah yang
dipompaakan ke aorta
- Dalam batas-batas fisiologis jantung memompkan keseluruh tubuh darah yang
kembali ke jantung tanpa menyebabklan penumpukan di vena
- Jantung dapat memompakan jumlah darah yang sedikit ataupun jumlah darah yang
besar bergantung pada jumlah darah yang mengalir kembali ke vena.
Bunyi Jantung
Dua bunyi jantung utama dalam keadaan normal dapat didengar dengan stetoskop
selama siklus jantung. Bunyi jantung pertama bernada rendah, lunak, dan relatif lama,
17
dan terdengar seperti ‘lub´. Bunyi jantung kedua memiliki nada yang lebih tinggi, lebih
singkat dan tajam dan terdengar seperti ‘dup´. Bunyi jantung pertama berkaitan
dengan penutupan katup AV, sedangkan bunyi katup kedua berkaitan dengan penutupan
katup semilunaris.5
Pembukaan tidak menimbulkan bunyi apapun. Bunyi timbul karena getaran yang
terjadi di dinding ventrikel dan arteri-arteri besar ketika katup menutup, bukan oleh
derik penutupan katup. Karena penutupan katup AV terjadi pada awal kontraksi ventrikel
ketika tekanan ventrikel pertama kali melebihi tekanan atrium, bunyi jantung pertama
menandakan awitan sistol ventrikel. Penutupan katup semilunaris terjadi pada awal
relaksasi ventrikel ketika tekanan ventrikel kiri dan kanan turun di bawah tekanan aorta
dan arteri pulmonalis. Dengan demikian bunyi jantung kedua menandakan permulaan
diastol ventrikel.5
Sirkulasi Jantung
Sirkulasi darah ditubuh ada dua yaitu sirkulasi paru dan sirkulasi sistemis. Sirkulasi
paru dimulai dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis, arteri besar dan kecil, kapiler lalu
masuk ke paru, setelah dari paru keluar melalui vena kecil, vena pulmonalis dan akhirnya
kembali ke atrium kiri. Sirkulasi ini mempunyai tekanan yang rendah kira-kira 15 - 20
mmHg pada arteri pulmonalis. Sirkulasi sistemik dimulai dari ventrikel kiri ke aorta lalu
arteri besar, arteri kecil, arteriol lalu keseluruh tubuh lalu ke venule, vena kecil, vena
besar, vena cava inferior, vena cava superior akhirnya kembali ke atrium kanan.4,5
Gambar 9. Sirkulasi Jantung(www.google.com)
BAB II
EFUSI PERICARD
II.1 Epidemiologi
Berbagai macam neoplasma ganas dan keganasan hematologi dapat menyebabkan
efusi perikardial. Data prevalensi bervariasi, dengan beberapa penelitian yang
18
menunjukkan adanya efusi perikardial sebanyak 21% pada pasien tersebut. Dalam
penelitian besar oleh Bussani et al menunjukkan metastasis jantung sebanyak (9,1%) dan
metastasis perikardial (6,3%) dalam kasus kematian. Sebagaimana disebutkan
sebelumnya, keganasan dengan prevalensi tertinggi yang merupakan penyebab tersering
efusi perikardial adalah kanker paru (37% ) dan payudara (22%), serta leukemia /
limfoma (17%). Pasien dengan HIV, dengan atau tanpa acquired immunodeficiency
syndrome (AIDS), juga ditemukan memiliki peningkatan prevalensi efusi perikardial. [8]
Penelitian telah menunjukkan prevalensi efusi perikardial pada pasien HIV berkisar 5-
43%, Kejadian efusi perikardial pada pasien terinfeksi HIV telah diperkirakan 11%,
namun, dengan adanya terapi antiretroviral (ART) telah mengurangi kejadian tersebut.
[9]. Efusi pericardial terkait keganasan dapat menyerang semua umur dan rata-rata
terjadi dalam decade keempat atau kelima namun insiden lebih tinggi terjadi pada laki-
laki dibanding wanita dengan rasio 7:3. 1,7,8
Dilaporkan bahwa 0,1-21% penderita kanker yang sudah bermetastasis disertai
metastasis pada perikardium pada saat otopsi. Dalam satu seri kasus kanker yang
diotopsi didapatkan bahwa metastase perikardial merupakan penyebab kematian
langsung pada 35% kasus kanker dan penyebab tambahan pada 50% kasus. Penyebab
tersering efusi perikardium pada keganasan ialah kanker paru dan payudara. Perikarditis
pasca radiasi pada penderita kanker dapat menimbulkan efusi perikardial yang dapat
timbul setelah beberapa minggu sampai 12 bulan.1,2,8
Selain keganasan penyebab tersering lainnya adalah peradangan pada pericardium
atau disebut juga perikarditis. Perikarditis akut lebih sering terjadi pada pria
dibandingkan pada wanita. Namun, meskipun kondisi ini lebih sering terjadi pada orang
dewasa dibandingkan pada anak-anak, remaja lebih sering terkena daripada orang
dewasa muda. Meskipun demikian, Merce dkk tidak menemukan perbedaan dalam
etiologi, perjalanan klinis, dan prognosis antara pasien tua dan muda dengan efusi
perikardial sedang dan berat. Di Negara endemis juga harus dipikirkan kemungkinan
tuberculosis. Lorell mencatat diagnosis perikarditis akut pada sekitar 1 per 1000 yang
diterima dirmah sakit. [14] Selain itu, perikarditis akut terdiri dari 1% dari kunjungan
ruang gawat darurat pada pasien dengan ST-segmen elevasi [15] Efusi perikardial adalah
penyebab utama atau penyumbang kematian pada 86% pasien kanker. Tingkat
kelangsungan hidup pada pasien efusi perikard dengan HIV gejala adalah 36% dalam 6
bulan dan 19% dalam 1 tahun.1,8,9
19
II. 2 Definisi
Efusi perikardium adalah akumulasi cairan abnormal dalam ruang perikardium.
Ini dapat disebabkan oleh berbagai kelainan sistemik, lokal atau idiopatik baik. Cairan
tersebut dapat berupa transudat, eksudat, pioperikardium, atau hemoperikardium. Efusi
perikardium bisa akut atau kronis, dan lamanya perkembangan memiliki pengaruh besar
terhadap gejala-gejala pasien. Efusi perikardium merupakan hasil perjalanan klinis dari
suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi, keganasan maupun trauma. Gejala vang
timbul dari keadaan efusi perikardium tidak spesifik dan berkaitan dengan penyakit yang
mendasari terjadinya efusi perikardium. 10,11
Akumulasi cairan abnormal dalam ruangan perikardium dapat menimbulkan efusi
perikardium. Selanjutnya akumulasi tersebut dapat menyebabkan peningkatan tekanan
perikardium, penurunan cardiac output dan hipotensi (tamponade jantung). Akumulasi
cairan yang sangat cepat akan mempengaruhi hemodinamik.1,10,11
20
Gambar 10.Efusi pericard
(www.google.com)
II. 3 Etiologi
Penyebab produksi cairan abnormal tergantung pada etiologi yang mendasarinya,
tetapi biasanya terjadinya sekunder karena peradangan pada perikardium (yaitu,
pericarditis), keganasan dan trauma. Cairan dapat berupa cairan transudative akibat
terhalangnya drainase cairan, yang terjadi melalui saluran limfatik dan cairan eksudatif
terjadi sekunder karena proses inflamasi, infeksi, keganasan, autoimun atau dalam
perikardium.
Penyebab terjadinya efusi perikardium antara lain 7,10,11:
Idiopatik
Dalam banyak kasus, penyebab yang mendasari tidak diketahui. Namun, ini
sering berkaitan dengan kurangnya evaluasi diagnostik yang luas.
21
Inflamasi
Inflamasi dari pericardium (pericarditis) adalah suatu respon dari penyakit,
injury atau gangguan inflamasi lain pada pericardium. Pericarditis dapat
mengenai lapisan visceral maupun parietal perikardium dengan eksudasi fibrinosa.
Jumlah efusi perikardium dapat bervariasi tetapi biasanya tidak banyak, bisa keruh
tetapi tidak pernah purulen. Bila berlangsung lama maka dapat menyebabkan adhesi
perikardium visceral dan parietal. Inflamasi perikardium dapat idiopatik dan
akibat operasi jantung dan heart attack (Dressler's syndrome)
Penyebab spesifik dari efusi pericardial adalah :
1. Infeksi Virus, bakterial, jamur dan parasit
a. Virus : Coxsackievirus Adan B, virus hepatitis.
b. Bakteri : Pyogenic (pneumococci, streptococci, staphylococci, Neisseria,
Legionella spesies)
c. Mycobacterium tuberculosis
d. Jamur: histoplasmosis, coccidioidomycosis, Candida
e. Infeksi lain: Sifilis, protozoa, parasit
2. Keganasan
Keganasan dapat menyebabkan kelainan pada perikard terutama efusi
pericardium melalui mekanisme sebagai berikut:
- Penyebaran langsung dari struktur mediastinum atau ruang jantung
- Retrograde dari sistem limfatik
- Secara hematogen
Seperti disebutkan sebelumnya, penyebab tersering efusi perikard adalah
metastasis kanker khususnya kanker paru-paru, payudara, leukemia, limfoma
(non-Hodgkin's lymphoma atau penyakit Hodgkin's). Pasien dengan melanoma
ganas atau mesothelioma juga memiliki prevalensi tinggi efusi perikardial
terkait.10,11
3. Trauma atau luka tusuk didekat jantung akibat proses pembedahan maupun
trauma langsung pada jantung.
Penyebab lain
1. Autoimmune, seperti rheumatoid arthritis atau lupus ankylosing spondylitis,
rheumatic fever, scleroderma, Wegener granulomatosis
2. Uremia
3. Severe pulmonary hypertension
22
4. Hypothyroidism, hiperlipidemia
5. HIV/AIDS
HIV/AIDS dapat menyebabkan efusi perikardial melalui beberapa mekanisme,
di antaranya:
- Infeksi bakteri sekunder
- Infeksi oportunistik
- Keganasan (Kaposi sarcoma, limfoma)
- Sindrom "Kapiler kebocoran", yang berhubungan dengan efusi di rongga tubuh
lainnya.
6. Diseksi aorta, yang menyebabkan efusi hemoragik
7. Therapy radiasi untuk kanker
8. Tindakan Chemotherapy untuk kanker
9. Obat-obat tertentu seperti isoniazid, phenytoin, hydralazine, procainamide,
minoxidil, antikoagulan, methysergide.
II. 4 Klasifikasi efusi pericardium
Tipe A : Tidak terdapat efusi
Tipe B : Epikardium dan perikardium terpisah (3–16 ml)
Tipe C :
- Tipe C 1: epikardium dan perikardium terpisah pada saat sistolik and diastolik
(efusi sedikit >16 ml)
- Tipe C 2: epikardium dan perikardium terpisah pada saat sistolik and diastolik
dengan gerakan perikardial melemah
Tipe D : Epikardium dan perikardium terpisah dengan ruang bebas echo yang besar
Tipe E : Penebalan perikardial (>4 mm)
II.5 Manifestasi Klinik
Banyak pasien dengan efusi perikardial tidak menunjukkan gejala. Kondisi ini
sering ditemukan ketika pasien melakukan foto rontgen thoraks atau echocardiogram
untuk mendiagnosa penyakit lain. Awalnya, pericardium dapat meregang untuk
menampung kelebihan cairan. Oleh karena itu, tanda dan gejala terjadinya penyakit
mungkin akan terjadi ketika sejumlah besar cairan telah terkumpul.1,2
23
Jika gejala muncul, maka kemungkinan akan terdeteksi dari kelainan organ di
sekitarnya, seperti paru-paru, lambung atau saraf frenik (saraf yang terhubung ke
diafragma). Gejala juga dapat terjadi karena gagal jantung diastolik (gagal jantung yang
terjadi karena jantung tidak dapat berdetak normal seperti biasanya pada setiap gerakan
karena kompresi ditambahkan). Biasanya gejala yang timbul pada efusi perikardial
yaitu 1,2,10:
1. Nyeri dada seperti ditekan atau ketidaknyamanan dengan karakteristik berkurang
jika duduk / bersandar posisi membungkuk ke depan memburuk pada posisi
terlentang.
2. Sesak Napas ( dyspneu )
3. Sesak nafas saat berbaring ( ortopneu)
4. Batuk
5. Sinkop
6. Takipnea
7. Perut terasa penuh dan sulit menelan
8. Palpitasi
Pada efusi pericardium, ada 3 faktor yang menentukan apakah secara klinis tetap
tenang dan menimbulkan gejala akibat kompresi jantung. :
(1) Volume cairan
(2) Kecepatan terakumulasinya cairan
(3) Karakter komplians pericardium
Sedangkan gejala efusi perikardial yang menyebabkan tamponade jantung yaitu 9:
1. Kebiruan pada bibir dan kulit
2. Penderita mengalami syok
3. Perubahan Status mental
Peningkatan mendadak volume pericardium, contohnya pada kasus trauma dada
dengan perdarahan intraperikardium, mengakibatkan peningkatan signifikan tekanan
pada pericardium dan berpotensi menimbulkan kompresi berat pada ruang rongga
24
jantung. Jumlah cairan yang sedikitpun dapat meningkatkan tekanan secara
signifikan jika pericardium secara patologis non-komplians, misalnya efusi
pericardium karena adanya tumor atau fibrosis kantung. Berbeda dengan hal-hal
tersebut, jika efusi pericardium terakumulasi lambat, dalam jangka waktu mingguan
hingga bulanan, pericardium akan teregang secara perlahan. Akibatnya pericardium
akan beradaptasi untuk mengakomodasi volume yang lebih besar tanpa terjadi
pengingkatan signifikan tekanan intraperikardium. Akumulasi lambat ini
menyebabkan terjadinya kompensasi jantung dengan gejala : takikardia, peningkatan
resistensi vascular perifer dalam beberapa hari atau beberapa minggu. Tetapi
akumulasi yang cepat akan menimbulkan peregangan pericardium yang tidak adekuat
dan berakibat fatal dalam beberapa menit. 1,9,10
Gejala klinik tergantung dari jumlah cairan dan kecepatan penimbunan cairan
dalam kavum perikardium. Penderita efusi perikardial tanpa tamponade sering
asimtomatik. Kurang dari 30% penderita menunjukkan gejala seperti :
- Nyeri dada
- Napas pendek
- Ortopnea
- Disfagia
Pada pemeriksaan fisik tampak vena leher terbendung, suara jantung terdengar jauh,
tekanan nadi mengecil dan takikardia.
Pasien efusi prikardial dengan tamponade jantung memberikan gejala:
- Gelisah
- Sesak napas hebat pada posisi tegak dan sesak nafas agak berkurang jika penderita
membungkuk kedepan
- Takikardia
- Tekanan nadi meningkat
- Pulsus paradoksus (tekanan sistolik turun lebih dari 10 mmHg pada inspirasi)
- Hipotensi sampai syok
- Batas jantung melebar
- Suara jantung terdengar jauh atau melemah
- Terdengar gesekan perikardial, serta JVP meningkat dan berdenyut.8,9
Pemeriksaan fisi k efusi perikardial 9 :
Trias Beck meliputi hipotensi, peningkatan JVP dan suara jantung melemah.
25
Pulsus paradoksus: penurunan tekanan sistolik lebih dari 10 mm Hg pada saat
inspirasi.
Kussmaul sign: penurunan tekanan dan distensi JVP yang sebelumnya meningkat
saat inspirasi.
Tanda Ewart: gambaran redup di daerah di bawah skapula kiri ; terjadi pada efusi
perikardial luas.
II. 6 Patofisiologi
Manifestasi klinis dari efusi perikardial tergantung pada tingkat akumulasi cairan.
Produksi cairan abnormal pada rongga pericardium tergantung dari penyebabnya. Cairan
transudat merupakan hasil obstruksi drainase cairan pada saluran limfe sedangkan cairan
eksudat merupakan hasil dari inflamasi infeksi sekunder, keganasan atau proses
autoimun dari pericardium. Pada kasus efusi pericardial metastasis multiple lebih sering
dijumpai pada perikardiaum parietalis dibandingkan dengan pericardium viseralis.
Tumor ini dapat mensekresi cairan (eksudat), tetapi dapat juga menghalangi aliran limfe.
Adanya tumor, timbunan cairan serta penebalan pericardium akan mengganggu gerak
jantung. Penimbunan cairan akan mengganggu pengisian diastolic ventrikel kanan
sehingga menurunkan isi sekuncup (stroke volume). Hal ini diimbangi oleh mekanisme
kompensasi berupa takikardia dan peningkatan kontraksi miokardium. Tetapi jika
mekanisme kompensasi ini terlewati, curah jatung (cardiac output) menurun maka akan
terjadi gagal jantung, syok sampai kematian. Berapa jumlah cairan agar dapat
menimbulkan keadaan ini tergantung dari kecepatan pembentukan cairan dan
distensibilitas pericardium. 12
Tamponade jantung terjadi bila jumlah efusi pericardium menyebabkan hambatan
serius aliran darah ke jantung (gangguan diastolic ventrikel). Penyebab tersering adalah
neoplasma dan uremia. Neoplasma menyebabkan terjadinya pertumbuhan sel secara
abnormal pada otot jantung. Sehingga terjadi hyperplasia sel yang tidak terkontrol, yang
menyebabkan pembentukkan massa (tumor). Hal ini yang dapat mengakibatkan ruang
pada kantung jantung (pericardium) terdesak sehingga terjadi pergesekan antara kantung
jantung (pericardium) dengan lapisan paling luar jantung (epikardium). Pergesekan ini
dapat menyebabkan terjadinya peradangan pada perikarditis sehingga terjadi
penumpukan cairan pada pericardium yang menyebabkan tamponade jantung.12Uremia
juga dapat menyebabkan tamponade jantung. Dimana orang yang mengalami uremia, di
dalam darahnya terdapat toksik metabolic yang dapat menyebabkan inflamasi (dalam hal
26
ini inflamasi terjadi pada pericardium). Selain itu tamponade jantung juga dapat
disebabkan akibat trauma tumpul/tembus. Jika trauma ini mengenai ruang pericardium
akan terjadi perdarahan sehingga darah banyak terkumpul di ruang pericardium. Hal ini
mengakibatkan jantung terdesak oleh akumulasi cairan tersebut. 1,2,12
Perikardium dapat terinfeksi mikobakterium TB secara hematogen, limfogen
ataupun penyebaran langsung. Perikarditis TB sering terjadi tanpa TB paru maupun TB
di luar paru lain. Penyebaran tersering karena infeksi di nodus mediastinum, secara
langsung masuk ke perikardium, terutama di sekitar percabangan trakeobronkial..
Protein antigen mikobakterium TB menginduksi delayed hypersensitive response dan
merangsang limfosit untuk mengeluarkan limfokin yang mengaktifasi makrofag dan
mempengaruhi pembentukan granuloma. Terdapat 4 stadium evolusi perikarditis TB 10,12:
1. Stadium fibrinosa: terjadi deposit fibrin luas bersamaan dengan reaksi granuloma.
Stadium ini sering tidak menimbulkan gejala klinis sehingga tidak terdiagnosis.
2. Stadium efusi : terbentuk efusi dalam kantong perikardium. Reaksi hipersensitif
terhadap tuberkuloprotein, gangguan resorbsi dan cedera vaskuler dipercaya dapat
membentuk efusi perikardium. Permukaan perikardium menjadi tebal dan berwarna
abu-abu tampak seperti bulu-bulu kusut yang menunjukkan eksudasi fibrin. Efusi
dapat berkembang melalui beberapa fase yaitu: serosa, serosanguinous, keruh atau
darah. Reaksi seluler awal cairan tersebut mengandung sel polimorfonuklear (PMN).
Jumlah total sel berkisar 500-10000/ mm3. Terjadi perubahan kimiawi yang ditandai
dengan penurunan glukosa dan peningkatan protein. Pada stadium ini dapat terjadi
efusi masif sebanyak 4 L.
3. Absorpsi efusi dengan terbentuknya granuloma perkijuan dan penebalan perikardium.
Pada stadium ini terbentuk fibrin dan kolagen yang menimbulkan fibrosis
perikardium.10
4. Penebalan perikardium parietal, konstriksi miokardium akan membatasi ruang
gerak jantung dan ada deposit kalsium di perikardium. Pada kasus ini sudah terjadi
penebalan perkardium parietal dan konstriksi miokardium.12
27
Gambar patofisiolofi efusi perikard
(www.google.com)
Tamponade Jantung
Bila volume cairan melebihi "penuh" di tingkat perikardium itu, efusi perikardial
mengakibatkan tekanan pada jantung dan terjadi Cardiac Tamponade (tamponade
jantung) yaitu terjadinya kompresi jantung akibat darah atau cairan menumpuk di ruang
antara miokardium (otot jantung) dan perikardium (kantung jantung). Tamponade
jantung yang merupakan kompresi jantung yang cepat atau lambat, akibat akumulasi
cairan, pus, darah, bekuan atau gas di perikardium; menyebabkan peningkatan tekanan
intraperikardial yang sangat mengancam jiwa dan fatal jika tidak terdeteksi. 13
Pembagian tamponade jantung berdasarkan etiologi dan progresifitas 13,14:
1. Acute surgical tamponade: antegrade aortic dissection, iatrogenic dan trauma tembus
kardiak.
2. Medical tamponade: efusi perikardial akibat perikarditis akut, perikarditis karena
keganasan atau gagal ginjal.
3. Low-pressure tamponade: terdapat pada dehidrasi berat.
28
Pada tamponade jantung terjadi penurunan pengisian darah saat diastolik karena
otot jantung tidak mampu melawan peningkatan tekanan intraperikardial. Terdapat 3
fase perubahan hemodinamik 14:
1. Fase 1: Peningkatan cairan perikardial meningkatkan tekanan pengisian ventrikel.
Pada fase ini tekanan ventrikel kanan dan kiri tetap lebih tinggi daripada tekanan
intraperikardial.
2. Fase 2: Peningkatan tekanan intraperikardial melebihi tekanan pengisian ventrikel
kanan, sehingga curah jantung turun.
3. Fase 3: Tercapai keseimbangan antara peningkatan tekanan intraperikardial dengan
tekanan ventrikel kiri sehingga terjadi gangguan curah jantung yang berat.
II.7 Diagnosis
a. Anamnesis
Anamnesa yang komprehensif terhadap riwayat pasien dapat membantu
mengidentifikasi kemungkinan etiologi dari efusi pericardium, yang dapat
menyebabkan tamponade jantung. 1,2
1. Pasien dengan penyakit sistemik dan keganasan dengan penurunan berat badan,
lemas, dan anoreksia.
2. Nyeri dada pada pasien perikarditis dan infark miokard.
3. Nyeri musculoskeletal atau panas tampak pada pasien dengan kelainan jaringan ikat.
4. Riwayat gagal ginjal menyebabkan uremia sebagai penyebab efusi pericardium.
5. Konsumsi obat terkait obat lupus yang mengarah ke efusi pericardial
6. Riwayat terakhir bedah kardiovaskular, intervensi koroner, atau trauma yang dapat
menyebabkan pengumpulan cepat cairan perikardial dan menyebabkan tamponade.
7. Riwayat terakhir pemasangan pacemaker atau insersi kateter vena central yang dapat
menyebabkan pengumpulan cepat cairan pericardium dan menyebabkan tamponade.
8. Pasien yang memilik iriwayat penggunaan narkoba suntik atau infeksi oportunistik,
Pertimbangkan HIV efusi pericardial dan tampnade
9. Radiasi dinding dada (misal untuk kanker paru, mediastum,atau esophagus).
10.Gejala keringat malam,demam, dan penurunan berat badan, yang mengindikasikan
tuberculosis.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik efusi perikardium : 1,12,15
29
1. The Beck triad atau acute compression triad ( Trias Beck ) meliputi, peningkatan
JVP, hipotensi, dan bunyi jantung melemah atau menjauh.
2. Pulsus Paradoxus : Penurunan tekanan sistolik lebih dari 10 mmHg pada saat
inspirasi.
3. Kussmaul sign : Penurunan tekanan dan distensi JVP yang sebelumnya meningkat
saat inspirasi.
4. Tanda Ewart : Gambaran redup atau kusam di daerah di bawah scapula kiri terjadi
pada efusi pericardium luas.
5. Pericardial friction rub
6. Takikardi, takipneu
7. Edema, sianosis
8. Hepatosplenomegali
9. Hepatojuguler refluks
c. Pemeriksaan laboratorium 1,2,15
1. Elektrolit _ kelainan metabolic (misalnya gagal ginjal)
2. Complete blood count (CBC) dengan diferensial _ Leukositosis bukti infeksi, serta
cytopenia, sebagai tanda penyakit kronis (misalnya HIV,kanker)
3. Enzim jantung _ troponin, CK-MB, LDH untuk menyingkirkan infark miokard
4. Thyroid stimulating hormone _ untuk hipotiroidism
5. Rheumatoid factor, immunoglobulin complexes, antinuclear antibody test (ANA)
_ curiga kasus rhemautologi dan autoimun
6. Tes penyakit infeksi spesifik : HIV serology, PCR, Level CEA .
7. Analisa cairan perikardium
d. Pemeriksaan Radiologi
Chest X-Ray
Foto thoraks menunjukkan jantung membesar berbentuk globuler gambaran
“Water bottle shape heart” atau bentuk kendi. Gambaran jantung seperti ini tampak
jika cairan lebih dari 250 ml. 15
30
Gambar 11 : photo thoraks AP / lateral, tampak jantung membesar memberi
gambaran “Water bottle-shape heart” pada kasus efusi perikard.(15,16)
(www.google.com)
Gambar 12 : Foto thoraks AP / lateral, tampak gambaran “Water bottle-shapeheart”.
(www.google.com)
31
Gambar 13 : CT-scan potongan axial
(www.google.com)
e. Pemeriksaan Elektrokardiorafi (EKG)
Menunjukkan sinus takikardia, gelombang QRS rendah, elevasi segmen ST yang
cekung, electrical alternans. 15,16,17
Gambar 14. EKG menunjukkan kompleks QRS low-voltage dan electrical
alternans. (www.google.com)
32
f. Pemeriksaan Ekokardiografi
Ekokardiografi merupakan pemeriksaan noninvasif yang paling akurat. Disini
akan tampak adanya akumulasi cairan didalam kavum perikardium, kadang-kadang
juga adanya metastasis pada dinding perikardium. Ekokardiografi merupakan alat
diagnostik pilihan dan sensitif untuk mendiagnosis efusi perikardium dan tamponade
jantung. Teknik-teknik pemeriksaan ekokardiografi 15,16
- 2-D echocardiography
- M-mode echocardiography: Adjunct to 2-D echocardiography
- Doppler echocardiography
- Transesophageal echocardiography
- Intracardiac echocardiography
Gambar 15 : Efusi pericardial
(www.google.com)
33
g. Pemeriksaan penunjang lain
- Perikardiosentesis diagnostik sebaiknya memakai tuntunan ekokardiografi
sehingga lebih aman. Sekitar 50% cairan aspirat bersifat hemoragik dan 10%
serosanguinus. Pada cairan ini dilakukan pemeriksaan kultur, hitung sel dan
sitologi. Pemeriksaan sitologi cukup sensitif dengan kemampuan diagnostik
sekitar 80%, tetapi hasil negatif palsu sering dijuampai pada limfoma maligna dan
mesotelioma. Dalam keadaan demikian dilakukan biopsi perikardium.15
Gambar 16. Perikardiosentesis
(www.google.com)
- kateterisasi jantung jarang diperlukan. Disini dijumpai tekanan diastolik dalam
atrium kana, ventrikel kanan dan arteri pulmonalis hampir sama.16
II.8 Diagnosis Banding
Diferensial diagnosis efusi pericardium :14,17
1. Tamponade jantung
Tamponade jantung adalah sindrom klinis dimana terjadi penekanan yang cepat atau
lambat terhadap jantung yang disebabkan oleh akumulasi cairan dalam ruang
34
perikardial, sehingga pengisian ventrikel berkurang. Manifestasi klinis pada
tamponade jantung tidak jauh berbeda dari efusi perikard sebagaimana disebutkan
sebelumnya.
2. Cardiomiopaty dilatasi
Merupakan kelainan jantung yang ditandai oleh dilatasi salah satu atau kedua
ventrikel disertai disfungsi sistolik dan diastolic. Cardiomiopati dilatasi merupakan
penyebab paling umum ketiga gagal jantung dan alasan yang paling sering untuk
transplantasi jantung.
3. Perikarditis
Perikarditis adalah peradangan perikardium parietalis, viseralis dan keduanya.
Respons perikardium terhadap peradangan bervariasi dari akumulasi cairan atau darah
(efusi perikard), deposisi fibrin, proliferasi jaringan fibrosa, pembentukan granuloma
atau kalsifikasi. Itulah sebabnya manifestasi klinis perikarditis sangat bervariasi dari
yang tidak khas sampai yang khas (Sudoyo, 2009). Perikarditis dapat bermanifestasi
sebagai perikarditis akut, efusi perikard tanpa tamponade, efusi perikard dengan
tamponade, dan perikarditis konstruktif, sehingga perikarditis ini sendiri menjadi
diagnosis banding efusi perikard.
II.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dari efusi perikard terdiri atas medikamentosa dan non
medikamentosa:
Medikamentosa
Terapi efusi perikardial tergantung pada tingkat keparahan dan penyebabnya. 1,2,17
1. Aspirin / agen anti-inflammatory drugs (NSAIDs)
2. Kortikosteroid
3. Colchine
4. Terapi antineoplstik (misalnya : kemoterapi sistematik, radiasi) dalam hubungannya
dengan pericardiosintesis telah terbukti efektif dalam mengurangi rekurensi dari efusi
ganas.
Non medikamentosa ( pembedahan )
1. Perikardiosentesis 1,15,18
35
Suatu prosedur pembedahan dimana perikardium dibuka untuk mengalirkan
cairan yang terkumpul didalamnya. Perikardiosentesis terbuka bisa dilakukan dengan
membuat insisi kecil dibawah ujung sternum atau melalui suatu insisi kecil diantara
tulang iga di sisi kiri toraks. 11,12Disini dapat dipasang pig tail cathether selama 2-3
hari. Selama itu penderita harus diberi antibiotic. Angka kekambuhan sekitar 6-12%.
Gambar 17. Perikardiosentesis
(www.google.com)
Indikasi operasi
Efusi perikardium berulang atau masif dengan tamponade jantung
Biopsi Perikardium
Pemasangan alat pacu jantung epikardium
Kontra indikasi operasi
Efusi perikardium berulang, kronis Berta “bloody”
Perikarditis infeksiosa
Infeksi
Keganasan
Teknik Operasi 11,12,18
Lakukan aseptik dan antiseptik pada daerah operasi lalu berikan anestesi lokal
atau umum.
Kemudian lakukan insisi pada midline sekitar 10 cm mulai dari
xiphisternaIjunction menuju ke ujung xiphoid. Sebuah bidang di letakkan pada
posterior xiphoid kemudian xiphoid diangkat ke anterior sehingga hal ini
memisahkan xiphoid dengan rectus sheath.
36
Xiphisternal junction di pindahkan dan sebuah bidang terbentuk, dengan
mengangkat bagian distal sternum ke anterior serta menarik diafragma kebawah
sehingga tampak perikardium sebagai sebuah membran fibrosa.
Perikardium di genggam kemudian dilakukan insisi sehingga cairan keluar.
Lalu letakkan chest tube pada rongga perikardium untuk mengalirkan cairan efusi.
Kemudian insisi ditutup lapis demi lapis.
Gambar 18. Teknik perikardiosentesis
(www.google.com)
Komplikasi operasi
Komplikasi tersering adalah perdarahan durante operasi, infeksi, komplikasi
anestesi, hernia pada tempat insisi, serta cedera pada jantung.
Perawatan Pasca Bedah15,16
Drainase perikardium ini dipertahankan selama beberapa hari postoperasi sampai
dengan jumlah cairan yang keluar dibawah 100 ml/hari. Periode ini memberikan
waktu aposisi dan adhesi antara perikardium visceral dan parietal.
Follow-Up15,16
Analisis cairan pericardium dengan pemeriksaan kultur, sitologis dan tes yang lain
berdasarkan indikasi.
37
Melakukan terapi yang terdapat berdasarkan hasil analisis
2. Pembuatan pericardial window
Tindakan ini memerlukan torakotomi dan dilakukan drainase dari kavum
perikardium ke kavum pleura. Angka kekambuhan sekitar 5-20%.18
3. Perikardiodesis
Disini dilakukan pemberian tetrasiklin, thiothepa atau bleomisin ke dalam kavum
perikardium untuk melengketkan perikard. Tetrasikin 500 mg dalam 25 ml salin
dimasukkan dalam 2-3 menit, atau bleomisin 30 unit dalam 20 ml salin.15,18
4. Perikardiektomi
Disini sebagian besar perikardium diangkat sehingga angka kekambuhan kecil,
tetapi mortalitas dan morbiditas lebih besar. Perikardiektomi terutama dilakukan pada
perikarditis konstriktif. jarang dilakukan untuk mencegah efusi perikardial berulang
dan tamponade.14
5. Pericardio-peritoneal shunt
Pada beberapa pasien dengan efusi perikardial ganas, pembuatan pericardio-shunt
membantu mencegah tamponade berulang.17,18
Terapi spesifik
Terapi ini ditujukkan untuk mengatasi kanker yang menjadi penyebab efusi tersebut.18
1. Kemoterapi
Kemoterapi terutama diberikan pada kanker payudara, kanker paru sel kecil,
limfoma dan leukimia. Tindakan ini tidak dapat segera mengurangi gejala efusi dan
respons jangka panjang tergantung pada sensitifitas kanker terhadap kemoterapi.
2. Radioterapi
Untuk kanker yang radiosensitif diberikan radiasi dengan dosis 2000-3000cGy
dalam 2-3 minggu.
II.10 Komplikasi
38
1. Tamponade pericardial yang dapat mengakibatkan gangguan hemodinamik berat dan
kematian1,13
2. Efusi perikardial kronik dimana Efusi berlangsung lebih dari 6 bulan, biasanya
ditoleransi dengan baik.1
II.11 Prognosis
Prognosis pada efusi pericardium tergantung dari banyaknya cairan di pericardium
dan penyakit yang mendasarinya.10,11
1. Efusi pericardial yang berat (> 20 mm echo-ruang bebas atau terdapat tamponade
jantung) memiliki prognosis yang buruk
2. Pasien dengan efusi perikardial yang merupakan gejala dari HIV/AIDS atau kanker
memiliki tingkat kematian tinggi dalam jangka pendek.
3. Pasien dengan efusi idiopatik umumnya memiliki prognosis yang baik.
4. Sebagian besar prognosis pasien dari efusi perikardial jenis lain tergantung pada
perawatan dan control pada penyakit yang mendasari terjadinya efusi tersebut. (11)
Morbiditas dan m ortalitas
Morbiditas dan mortalitas efusi perikardial tergantung pada etiologi dan kondisi
komorbiditas. Pada Efusi idiopatik ditoleransi dengan baik pada kebanyakan pasien.
Penderita dengan efusi malignans sebanyak 33% dan 5% pada efusi benigna.Sebanyak
50% pada efusi kronis (efusi berlangsung lebih dari 6 bulan) berlangsung asymptomatic
sehingga mengakibatkan mortalititas yang tinggi.1,6,17
BAB III
39
KESIMPULAN
Efusi perikardium adalah suatu penyakit yang ditandai adanya akumulasi cairan
abnormal dalam ruang perikardium. Ini dapat disebabkan oleh berbagai kelainan sistemik,
lokal atau idiopatik baik. Efusi perikardium bisa akut atau kronis, dan lamanya
perkembangan memiliki pengaruh besar terhadap gejala-gejala pasien. Efusi perikardium
merupakan hasil perjalanan klinis dari suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi,
keganasan maupun trauma. Gejala yang timbul pada efusi perikardium tidak spesifik dan
berkaitan dengan penyakit yang mendasari terjadinya efusi pericardium. Terdapat beberapa
penyebab terjadinya efusi perikard diantaranya peradangan karena suatu penyakit tapi efusi
pericardium dapat juga terjadi bila tidak ada peradangan dalam hal ini seperti neoplasma
ganas dan keganasan hematologic. Mekanisme terjadinya efusi perikard ini tergantung dari
penyakit yang mendasarinya, dimana terjadi penumpukan cairan perikard yang dihasilkan
oleh sel-sel mesotelial sehingga menyebabkan barier proteksi tidak lagi berfungsi dengan
baik dan menimbulkan pergesekan anatra pericardium dan epikardium. Terapi untuk efusi
perikard ini pada prinsipnya adalah menggurangi cairan yang terdapa pada cavum perikard
baik itu dengan terapi pembedahan maupun non pembedahan atau medikamentosa.prognosis
pada efusi perikard dipengaruhi oleh banyak nya cairan yang terdapat pada cavum pericard
dan penyakit penyebab.
BAB IV
40
DAFTAR PUSTAKA
1. Fredi L, Strimel WJ. Pericardial Effusion. 2013 March 18. [cited 2013 March 20]
available from URL : http://emedicine.madscape.com/article/157325.
2. Chang L. Pericardial Effusion. www.webmd.com/heart-disease/guide/ pericardial -
effusion. March 18, 2010.
3. Sagristà-Sauleda J, et al. Long-term follow-up of idiopathic chronic pericardial effusion.
New England Journal of Medicine, December 30, 2008;341:2054-9
4. Majid, Abdul. Anatomi Jantung dan pembuluh darah, Sistem Kardiovaskuler secara
umum, Denyut Jantung dan Aktifitas Listrik Jantung, dan Jantung sebagai Pompa.
Fisiologi Kardiovaskular. Medan; Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran USU : 2005; 7-
16.
5. Sherwood, L. Human Physiology: From Cells to Systems. 5th ed. Jakarta: ECG; 2007
6. Darling David Pericardium Anatomy.
http://www.daviddarling.info/encyclopedia/P/pericardium.html. Cited March 2013.
7. Marulam. M. panggabean. Editor :Aru W. Sudayo et all. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Edisi IV Jilid III. Ilmu Penyakit Dalam FK UI : Jakarta; 2006. 1604-05.
8. Davey P. Editor: Annisa rahmalia. Pericardial effusion dalam At a Glance Medicine,
Edisi I. Penerbit Erlangga, 2006.
9. Grimm RA, Jacob R. 2008. Pericardial Disease. In: Carey WD, ed.Cleveland Clinic:
Current Clinical Medicine. 1st ed. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier; 2008:Chap 23.
10. Sabiston David C. editor : devi H. Ronardy. Efusi pericardium. Buku Ajar Bedah bagian
2. Penerbit Buku Kedokteran EGC,2010
11. Burn DK, Kumar V. Penyakit pada Perikardium. Buku Ajar Patologi Robbins Volume 2
edisi 7. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007.h. 440
41
12. Lily SL, Ramos Y. Diseases of the pericardium. Patophysiology of heart disease. Edisi
ke-4. LippincottWilliams & Wilkins; 2007. Hal : 334-48..
13. Made IB, ketut IS. Efusi pericardium dan tamponade jantung.Buku Ajar Gawat Darurat
di Bidang Penyakit Dalam . Penerbit buku Kedokteran EGC,2007.
14. Yarlagadda, Chakri. Cardiac Tamponade. 2013 March .[cited 2013 March 20] available
from URL : http://emedicine.madscape.com/article/152083-cliemedicine.
15. Affandi WK. Penyakit Perikardium. Dalam : lily ismudianti Rilantono, Faisal Baraas,
Santoso Karo Karo, Popy Surwianti Roebiono. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta : Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia ; 2004.h 264-72
16. LeWinter MM. Pericardial diseases. Dalam: Zipes, Libby, Bonow,Braunwald, editors.
Braunwald’s heart disease a textbook of cardiovascular medicine. Edisi ke-8.
Philadelphia: Elsevier saunders; 2008. h. 1829-51
17. Kwon HD. Pericardial disease. Dalam : Brian PG, Eric JT, editors. Manual of
cardiovascular medicine. Edisi ke-3. Lippincot Williams &wilkins; 2009. h.393-414
18. Vaitkus PT, Herrmann HC, LeWinter MM. Treatment of malignant pericardial effusion.
JAMA. July 6, 2004;272(1):59-64
42